proposal anhy terbaru
TRANSCRIPT
USULAN PENELITIAN
I. JUDUL PENELITIAN
STUDI KUANTITATIF EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE
MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ( MAKP)
PADA RUANG RAWAT INAP RS.UMUM ISLAM FAISAL
MAKASSAR
II. RUANG LINGKUP PENELITIAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu misi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis
Departemen Kesehatan 2005 -2009 adalah upaya peningkatan kinerja dan
mutu upaya kesehatan melalui pengembangan kebijakan pembangunan
kesehatan, yang meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta
pengembangan standard dan pedoman berbagai upaya kesehatan. Rumah
Sakit merupakan salah satu sarana upaya kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai tujuan
1
pembangunan kesehatan, oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Dalam Peraturan Pemerintah No.2/2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum, telah diatur tentang Standar Pelayanan Minimal yang
di dalamnya memuat dimensi kualitas, pemerataan dan kesetaraan, biaya dan
kemudahan, khusus untuk Rumah Sakit, Pemerintah menerbitkan
Kepmenkes No.228/2002 yang menyebutkan bahwa Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit harus standar penyelenggaraan pelayanan medik,
pelayanan penunjang, pelayanan keperawatan, pelayanan bagi keluarga
miskin dan standar manajemen Rumah Sakit, yang terdiri dari manajemen
sumber daya manusia, keuangan, sistem informasi Rumah Sakit, sarana
prasarana dan manajemen mutu pelayanan.
Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit sudah pasti punya kepentingan untuk menjaga mutu
pelayanan , terlebih lagi pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur
citra sebuah Rumah Sakit di mata masyarakat, sehingga menuntut adanya
profesionalisme perawat pelaksana maupun perawat pengelola dalam
memberikan dan mengatur kegiatan asuhan keperawatan kepada pasien.
Kontribusi yang optimal dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas akan terwujud apabila sistem pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan mendukung terjadinya praktik keperawatan profesional dan
2
berpedoman pada standar yang telah ditetapkan serta dikelola oleh manajer
dengan kemampuan dan ketrampilan yang memadai.
Di antara tingkatan manajer keperawatan yang ada, Kepala Ruang
adalah manajer operasional yang merupakan pimpinan yang secara langsung
mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan untuk menghasilkan
pelayanan yang bermutu. Kepala Ruang merupakan jabatan yang cukup
penting dan strategis, karena secara manajerial kemampuan Kepala Ruang
ikut menentukan keberhasilan dan efektifitas pelayanan keperawatan.
Berpedoman pada peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah, RSU
Islam Faisal Makassar telah menyusun Standar Manajemen Pelayanan
Keperawatan yang menjadi acuan bagi manajer keperawatan dalam mengelola
pelayanan keperawatan Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu
proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi
dan pengendalian mutu Pedoman Instrumen Akreditasi Rumah Sakit di
bidang pelayanan keperawatan menyebutkan bahwa pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit dikelola untuk mencapai tujuan pelayanan. dan untuk
mengupayakan tercapainya tujuan pelayanan keperawatan yang optimal maka
dapat dilakukan dengan pengembangan suatu pola pelayanan yang lebih
dikenal dengan sistem pemberian asuhan keperawatan yang didasarkan pada
metode penugasan dengan pengembangan Model Praktik Keperawatan
3
Profesional ,yang mengandung lima komponen yang terdiri dari
pengembangan nilai profesional yang menjadi inti, hubungan profesional,
metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen dan sistem
kompensasi.
Dalam pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesioanl peran
dan fungsi Kepala Ruang merupakan hal yang sangat penting, sehingga
kompetensi kepemimpinandan manajemen mutlak dibutuhkan, karena
kemampuan manajerial Kepala Ruang akan diuji untuk menentukan
sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang merupakan
cerminan pelaksanaan praktik keperawatan profesional. Sejak tahun 2009
hingga tahun 2011 secara bertahap RSU Islam Faisal Makassar telah
melakukan upaya-upaya persiapan dan ujicoba Model Praktik Keperawatan
Profesion sebagai bentuk nyata dari upaya peningkatan mutu pelayanan
asuhan keperawatan, persiapan dilakukan untuk masing- masing sub sistem
antara lain dengan menanamkan nilai-nilai professional melalui kegiatan
pembinaan dan pelatihan, baik bagi pelaksana perawat maupun pengelola
keperawatan, upaya pengembangan staf melalui peningkatan ketrampilan
teknis bagi tenaga fungsional, maupun pelatihan manajerial. Pendekatan
manajemen keperawatan dilakukan dengan melakukan analisis kebutuhan
tenaga dan fasilitas, serta penyusun standar asuhan keperawatan (SAK) yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan.
4
Upaya lain yang dilakukan adalah penetapan sistem pemberian asuhan
keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi dengan memilih metode
penugasan tim. Perbaikan kualitas hubungan profesional dengan pasien, antar
sejawat maupun dengan tim kesehatan lain serta pengembangan sistem
kompensasi dan penghargaan dengan melakukan ujicoba sistem remunerasi
pembagian jasa pelayanan bagi tenaga keperawatan dengan indikator kinerja.
Pada tahun 2009 – 2011 didapatkan jumlah perawat yang masih aktif di
ruang perawatan RS Umum Islam Faisal makassar sebanyak 74 orang yang
terdiri dari : perawatan I (VIP) terdiri dari 12 orang perawat, perawatan II
(VIP) terdiri dari 15 orang perawat, perawatan III (kebidanan) terdiri dari 11
orang perawat, perawatan IV Lantai II (bedah/anak) terdiri dari 11 orang
perawat, perawatan IV Lantai III (interna) terdiri dari 12 orang perawat dan
perawatan ICU terdiri dari 11 orang perawat.
Walaupun secara umum kinerja Rumah Sakit Umum Islam Faisal
menunjukan adanya peningkatan dari tahun ke tahun tetapi ternyata belum
dibarengi dengan mutu pelayanan keperawatan. Ini didasari dengan adanya
bukti autentik dikotak saran yang berisi keluhan – keluhan pasien rawat inap
yang ditujukan kepada manajemen keperawatan yang tidak memuaskan.
Sedangkan ditinjau dari aspek ketenagaan masing – masing ruangan
sebenarnya telah mempunyai tenaga yang cukup terampil dan memadai
namun adanya saran yang berisi keluhan pasien sebagaimana yang terurai
5
diatas menunjukkan adanya indikasi tidak efektifnya penerapan pelaksanaan
model praktek keperawatan professional.
Berdasarkan fakta dan data tersebut di atas mendorong keinginan
penulis melakukan penelitian tentang studi kualitatif efektivitas penerapan
metode model asuhan keperawatan professional (MAKP) pada ruang rawat
inap RS. Umum Islam Faisal Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data dalam latar belakang maka rumusan masalah dari
peneliti adalah “Bagaimanakah efektifitas penerapan Model Asuhan
Keperawatan Profesional Tim di ruang Perawatan Rumah Sakit Umum Islam
Faisal Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan studi kuantitatif efektivitas penerapan Model
Asuhan Keperawatan Profesional Tim di ruang rawat inap Rumah
Sakit Umum Islam Faisal Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis efektifitas penerapan Model Asuhan Keperawatan
Profesional Tim di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Islam
Faisal Makassar.
6
b. Menganalisis efektifitas penerapan timbang terima kepada pasien
di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Islam Faisal Makassar.
c. Menganalisis efektifitas penerapan sentralisasi obat kepada
pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Islam Faisal
Makassar .
d. Menganilisis efektifitas ronde keperawatan kepada pasien di
ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Islam Faisal Makassar .
e. Menganalisis efektifitas pendokumentasian asuhan keperawatan
kepada pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Islam
Faisal Makassar .
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit Umum Islam Faisal Makassar dapat dijadikan
masukan dalam menyusun kebijakan pengembangan efektififtas
pelayanan keperawatan.
2. Bagi Program S1 Ilmu Keperawatan maupun bagi peneliti lain yang
berminat, dapat menjadi tambahan bahan pembelajaran dan
memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu
manajemen sumber daya manusia dan manajemen keperawatan.
3. Bagi Peneliti, kegiatan ini berguna menambah wawasan dan
pengalaman dalam melakukan analisis efektifitas dalam
mengimplementasikan Model Praktik Keperawatan Profesional di
Instalasi Rawat Inap.
7
IV. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Standar Manajemen Pelayanan
Keperawatan
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, yang mencakup bio-psiko- sosio-spiritual
yang komphrehensif ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik sehat maupun sakit yang meliputi peningkatan derajat
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihankesehatan dan
menggunakan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
adalah pelayanan profesional yang diselenggarakan untuk melayani kebutuhan
masyarakat, khususnya dalam bidang keperawatan yang dikelola melalui
pelayanan rawat inap.
Untuk dapat menjamin mutu pelayanan, keperawatan perlu dikelola
secara professional berdasarkan pada standar yang telah ditetapkan.
Departemen Kesehatan telah menyusun Standar Manajemen Pelayanan
Keperawatan untuk Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan lainnya yang menjadi
acuan bagi para manajer keperawatan dalam melakukan pengelolaan
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit. Manajemen pelayanan keperawatan
merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan
8
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan
evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan.
Perencanaan pelayanan merupakan fungsi utama pengelolaan dan
landasan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pelayanan, perencanaan
disusun berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data dar seluruh sumber
daya (manusia, fasilitas, peralatan dan dana) dan kegiatan grasi dan koordinasi
untuk menjamin kesianambungan pelayanan secara efektif dan efisien.
Pengaturan ketenagaan adalah pendayagunaan tenaga keperawatan sesuai
kompetensi dan potensi pengembangan untuk terlaksananya pelayanan yang
bermutu.
Pengarahan dalam pelayanan keperawatan merupakan kegiatan yang
terstruktur untuk menciptakan iklim kerja yang kondusif melalui kemampuan
interpersonal manajer dalam memotivasi dan membimbing staf sehingga
dapat meningkatkan kinerja. Evaluasi pelayanan adalah kegiatan yang
dilakukan secara obyektif sebagai upaya yang dapat mendorong terjadinya
perubahan perkembangan sistem dalam peningkatan mutu pelayanan.
Pengendalian mutu pelayanan keperawatan adalah upaya pemantauan yang
berkesinambungan yang diperlukan untuk menilai mutu pelayanan
keperawatan.
9
B. Tinjauan Umum Tentang Konsep Model Asuhan Keperawatan
Profesional
1. Pengertian Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP )
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu
sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &
Woods, 2006).
2. Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP).
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm , 2005) mengidentifikasikan
8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum
dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan
Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu
stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston,
2006) yaitu:
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi
b. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
c. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
e. Kepuasan kinerja perawat.
10
3. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP)
Menurut Grant & Massey, 2007) dan Marquis & Huston, 2008)
ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah
ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi
tren pelayanan keperawatan, yaitu:
a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 –
2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan,
perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan
jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).
b. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini
11
berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien
tertentu (Nursalam, 2005).
c. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut Gillies, 2006) perawat yang menggunakan metode
keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut
perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer
terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta
dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam
selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung
jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam
merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak
bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat
lain (associate nurse)
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong
praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
12
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
d. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatankelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaburatif ( Douglas, 2004). Model tim didasarkan pada keyakinan
bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.
Menurut Kron & Gray, 2006) pelaksanaan model tim harus
berdasarkan konsep berikut:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan tehnik kepemimpinan.
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
13
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/
group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu
dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya
ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2005):
1) Kelebihan :
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b) Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
2) Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana
sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
4. Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) Tim (Nursalam, 2002) :
a. Tanggung jawab anggota tim:
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah
tanggung jawabnya.
2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
3) Memberikan laporan.
14
b. Tanggung jawab ketua tim:
1) Membuat perencanaan.
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
3) Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Menyelenggarakan konferensi.
c. Tanggung jawab kepala ruang:
1) Perencanaan
a) Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-
masing.
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat,
transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua
tim, mengatur penugasan/ penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
15
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
- Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
- Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keparawatan.
- Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
- Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga
yang baru masuk RS.
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan
diri.
i) Membantu membimbing terhadap peserta didik keprawatan.
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah
sakit.
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-
lain.
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
16
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h) Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat,
kepada ketua tim.
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
j) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3) Pengarahan
a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim.
b) Membrikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
c) Memberikan motivasi dlam peningkatan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap.
d) Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
g) Meningkatkan kolaburasi dengan anggota tim lain.
4) Pengawasan
17
a) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervisi:
- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/ mengawasi kelemahannya yang ada saat
itu juga.
- Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas.
- Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim.
- Audit keperawatan.
18
5. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Tim
Gambar 2.1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan” Team Nursing” (Marquis & Huston, 1998)
6. Penentuan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Menurut Sitorus, 1996) yang diperkuat oleh Nursalam, 2005),
berdasarkan tingkat perkembangan keperawatan di Indonesia untuk
dapat menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesional ada tiga
aspek yang perlu dikembangkan yang meliputi :
a. Ketenagaan
Saat ini jumlah dan jenis tenaga keperawatan kurang mampu
untuk memberi asuhan keperawatan yang profesional. Hal ini
terlihat dari komposisi tenaga yang ada mayoritas lulusan SPK.
Disamping itu jumlah tenaga keperawatan ruang rawat tidak
ditentukan berdasarkan derajat ketergantungan klien. Pada suatu
pelayanan profesional jumlah tenaga yang diperlukan tergantung
Kepala Ruang
Ketua Tim A Ketua Tm B
Staf Perawat Staf Perawat
Pasien/Klien Pasien/Klien
19
pada jumlah klien dan derajat ketergantungan klien. Menurut
Douglas, 2004) klasifikasi derajat ketergantungan klien dibagi 3
kategori yaitu : perawat minimal memerlukan waktu 1 -2 jam/ 24
jam, perawatan intermediet memrlukan waktu 3 – 4 jam/ 24 jam ,
perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5 – 6 jam/ 24
jam. Dalam penelitian Douglas, 2005) tentang jumlah tenaga
perawat di rumah sakit, di dapatkan jumlah yang dibutuhkan pada
pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan
pasien.
b. Sistem pendokumentasian
Sampai saat ini sistem pendokumentasian yang berlaku diruang
perawatan adalah sistenm SOR ( Sources Oriented Record ) , yaitu
suatu sistem pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai
sumber tenaga kesehatan, misalnya dari doker, perawat, ahli gizi
dan lain – lain.Selama ini pendokumentasian asuhan keperawatan
belum dilaksanakan secara optimal. Selain itu, belum adanya format
pengkajian yang spesifik dan baku dari ruangan.
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
Terdapat empat metode pemberian asuhan keperawatan yaitu
metode fungisonal, metode kasus, metode tim dan metode
keperawatan primer (Gillies,2009).
20
Dari keempat metode ini, metode yang paling memungkinkan
pemberian pelayanan profesional adalah metode tim dan primer.
Dalam hal ini adanya sentralisasi obat, timbang terima, ronde
keperawatan dan dokumentasi keperawatan. (Nursalam, 2005).
1) Sentralisasi Obat
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai
salah satu peran perawat perlu dilakukan dalam suatu pola/ alur
yang sistematis sehingga penggunaan obat benar – benar dapat
dikontrol oleh perawat sehingga resiko kerugian baik secara
materiil maupun secara non material dapat dieliminir.
a) Tujuan
(1) Tujuan Umum
(a) Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien,
terutama dalam pemberian obat.
(b) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara
hukum maupun secara moral.
(c) Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan
efesien.
(2) Tujuan Khusus
(a) Menyeragamkan pengelolaan obat.
(b) Mengamankan obat – obat yang dikelola.
21
(c) Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan
tepat klien, dosis, waktu, dan cara.
b) Tehnik pengelolaan obat kontrol penuh ( sentralisasi)
Tehnik pengelolaan obat kontrol penuh ( sentralisasi) adalah
pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
pada pasien diserahkan sepenuhnya pada perawat.
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.
(1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara operasional dapat didelegasikan pada staf yang
ditunjuk.
(2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat.
(3) Penerimaan obat :
(a) Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh
keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima
lembar serah terima obat.
(b) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat,
jumlah dan sediaan dalam kartu kontrol dan diketahui
oelh keluarga / klien dalam buku masuk obat. Keluarga
atau klien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan/
bilamana obat tersebut akanhabis.
22
(c) Klien/ keluarga untuk selanjutnya mendapatkan salinan
obat yang harus diminum beserta sediaan obat.
(d) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh
perawat dalam kotak obat.
(4) Pembagian obat
(a) Obat yang diterima untuk selanjutnya disalin dalam
buku daftar pemberian obat.
(b) Obat – obat yang telah disiapkan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur
yang etrcantum dalam buku daftar pemberian obat,
dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di
instruksi dokter dan kartu obat yang ada pada klien.
(c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam
obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping.
(d) Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek tiap pagi oleh
kepala ruangan/ petugas yang ditunjuk dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat yang
hampir habis diinformasikan pada keluarga dan
kemudian dimintakan kepada dokter penanggung jawab
pasien.
23
(5) Penambahan obat baru
(a) Informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat
dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan
obat.
(b) Obat yang bersifat tidak rutin maka dokumentasi hanya
dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan pada keluarga dengan kartu khusus
obat.
(6) Obat Khusus
(a) Sediaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan rute pemberian obat yang cukup sulit,
memiliki efek samping yang cukup besar.
(b) Pemberian obat khusus menggunakan kartu khusus.
(c) Informasi yang diberikan kepada keluarga/ klien : nama
obat, kegunaan, waktu pemberian, efek samping,
penanggung jawab obat, dan wadah obat. Usahakan
terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat.
c) Pengelolaan obat tidak penuh ( desentralisasi)
(1) Penerimaan dan pencatatan obat
(a) Obat yang telah diambil oelh keluarga diserahkan
pada perawat.
(b) Obat yang diserahkan dicatat dalam buku masuk obat.
24
(c) Perawat menyerahkan kartu pemberian obat kepada
keluarga / pasien.
(d) Penyluhan tentang : rute pemberian obat, waktu
pemberian, tujuan, efek samping.
(e) Perawat menyerahkan kembali obat pada keluarga /
pasien dan menandatangani lembar penyuluhan.
(2) Pemberian obat
(a) Perawat melakukan kontroling terhadap pemberian
obat.
(b) Dicek apakah ada efek samping, pengecekan setiap
pagi hari untuk menentukan obat benar – benar
diminum sesuai dosis.
(c) Obat yang tidak sesuai/ berkurang dengan
perhitungan diklarifikasi dengan keluarga.
(3) Penambahan obat
(a) Penambahan obat dicatat dalam buku masuk obat.
(b) Melakukan penyuluhan oabt baru sebelum diserahkan
pada pasien.
(4) Obat khusus
(a) Penyuluhan obat khusus diberikan oleh perawat
primer.
(b) Pemberian obat khusus sebaiknya oleh perawat.
25
2) Timbang Terima
Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
( laporan ) yang berkaitan dengan keadaan klien.
a) Tujuan
(1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.
(2) Menyampaikan hal penting yang perlu ditindaklanjuti
oleh dinas berikutnya.
(3) Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
b) Langkah – langkah
(1) Kedua shif dalam keadaan siap.
(2) Shif yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal
apa yang akan disampaikan.
(3) Perawat primer menaympaikan kepada penanggung jawab
shif yang selanjutnya meliputi ; kondisi, tindak lanjut,
rencana kerja.
(4) Dilakukan dengan jelas dan tidak terburu – buru.
(5) Secara langsung melihat keadaan klien.
c) Prosedur timbang terima
(1) Persiapan
(a) Kedua kelompok sudah siap.
(b) Kelompok yang bertugas menyiapkan buku catatan.
26
(2) Pelaksanaan
(a) Timbang terima diloaksanakan setiap pergantian shif.
(b) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk
melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara
komperhensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilakukan serta hal penting lannya.
(c) Hal yang bersifat khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahkan kepada perawat jaga berikutnya.
(d) Hal yang perlu diberitahukan dalam timbang terima:
identitas dan diagnosa medis, masalah keperawatan,
tindakan yang sudah dan belum dilakukan, intervensi
27
(3) Alur timbang terima
Gambar 2.2 Alur Timbang Terima RSUD Dr. Soetomo
3) Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping
pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat
assosciate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Pasien
Diagnosa medis masalah kolaburatif
Diagnosa Keperawatan
Rencana tindakan
Yang telah dilakukan Yang akan dilakukan
Perkembangan keadaan klien
Masalah:TeratasiBelum
SebagianBaru
28
a) Tujuan
(1) Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
(2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berasal dari masalah klien.
(3) Meningkatkan validitas data klien.
(4) Menilai kemampuan justifikasi.
(5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
(6) Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
perawatan.
b) Peran
(1) Ketua Tim dan Anggota Tim
(a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
(b) Menjelaskan masalah keperawata utama.
(c) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan
dilakukan.
(d) Menjelaskan tindakan selanjutnya.
(e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan
diambil.
(2) Peran Ketua Tim lain dan atau konselor
(a) Memberikan justifikasi
(b) Memberikan reinforcement.
29
(c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi
keperawatan serta tindakan yang rasional.
(d) Mengarahkan dan koreksi.
(e) Mengintegrasi teori dan konsep yang telah dipelajari.
(3) Persiapan
(a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu
pelaksanaan ronde.
(b) Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
(4) Pelaksanaan
(a) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam
hal ini penjelasan difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau
telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
(b) Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
(c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau
perawat konselor/ kepala ruangan tentang masalah
klien serta tindakan yang akan dilakukan.
(d) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang
telah dan yang akan ditetapkan.
30
(5) Pasca ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien
tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu
dilakukan.
4) Dokumentasi Asuhan keperawatan (Ratna Sitorus, 2005)
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam
sistem pelayanan kesehatan. Karena adanya dokumentasi yang baik
informasi mengenai keadaan kesehatan pasien dapat diketahui
secara berkesinambungan. Disamping itu dokumentasi merupakan
dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih
spesifik dokumentasi berfungsi sebagi sarana komunikasi antar
profesi kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan
keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bukti
pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan asuhan keperawatan,
dan sarana untuk pemantauan asuhan keperawatan. Dokumentasi
dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi
berdasarkan pemecahan masalah terdiri dari format pengkajian,
rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan dan catatan
perkembangan pasien.
Pada model praktek keperawatan professional (MPKP) juga
terdapat format dokumentasi seperti disebutkan diatas, namun pada
model ini dikembangkan standar rencana keperawatan berdasarkan
31
literatur. Penetapan standar rencana keperawatan ini diharapkan
dapat membuat efisiensi waktu bagi perawat.
Catatan tindakan keperawatan juga dibuat lebih spesifik untuk
memungkinkan pendokumentasian semua tindakan keperawatan.
Catatan perkembangan pasien juga dilakukan setiap hari yang
bertujuan menilai tingkat perkembangan pasien. Rencana
keperawatan dan catatan perkembangan pasien dilakukan oleh PP
dan catatan tindakan dilakukan oleh PP dan PA atau sesuai
perannya masing- masing.
C. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit
Menurut Azrul Azwar, 2006), rumah sakit adalah merupakan tempat
dimana orang-orang sakit mencari dan menerima pelayanan kesehatan,
serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran dan
perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.
Beberapa batasan lain tentang rumah sakit oleh Azwar, 2006)
sebagai berikut :
1. Rumah sakit adalah salah satu organisasi yang melalui tenaga medis
profesional yang terorganisir yang melalui serta saran kedokteran,
askep yang berkesinambungan, diagnosis, diagnosis serta pengobatan
penyakit yang diderita oleh pasien (America Hospital Association,
1974)
32
2. Rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat,
pendidikan serta penelitian kedokteran dilaksanakan (America
Hospital Association, 1974)
a. Rumah sakit Kelas A
Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesifik dan sub spesifik luas. Oleh
pemerintah rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat
pelayanan rujukan tertinggi atau disebut juga pusat rujukan
b. Rumah sakit B
Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis oleh sub spesialis tersebut.
c. Rumah sakit C
Rumah sakit adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Adapun pelayanan
spesialis yang disediakan adalah 4 macam yaitu : pelayanan
penyakit dalam, bedah, anak dan kandungan.
d. Rumah sakit Kelas D
Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi
karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit
kelas C, Pelayanan yang diberi hanyalah pelayanan kedokteran dan
gigi serta menampung rujukan dari Puskesmas.
33
e. Rumah sakit kelas E
Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus yang
menyelenggarakan hanya macam pelayanan kedokteran saja
misalnya RS. Jiwa, RS. Kusta, RS Paru dan sebagainya.
D. Tinjauan Umum Tentang efektifitas
Pengertian efektifitas secara umum menunjukkan seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut
sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat, 2006) yang
menjelaskan bahwa “ efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target ( kuantitas, kualitas, dan waktu ) telah tercapai
dimana makin besar persentase target yang dicapai makin tinggi
efektifitasnya “.
Menurut Schemerhon John R.Jr, 2006) menyatakan bahwa
efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara
membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan out[ut
realisasi atau sesungguhnya (OS). Jika (OA) > (OS) disebut efektif.
Menurut prasetyo, 2004) efektifitas adalah seberapa besar tingkat
output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input.
Dari pengertian-pengertian efektif diatas dapat disimpulkan bahwa
efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
( kuantitas, kualitas,waktu ) yang telah dicapai oleh menejemen yang
mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
34
Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencapai target efektifitas dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
output aktual Efektifitas = > = 1
output target
1. Jika output actual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau
sama dengan 1 (satu) maka akan tercapai efektifitas.
2. Jika output actual berbanding output yang ditargetkan kurang dari
pada 1 (satu) maka efektifitas tidak tercapai.
V. KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel
Dalam penelitian ini yang menjadi dasar pemikiran variabel
independen adalah model asuhan keperawatan profesional (MAKP).Model
asuhan keperawatan profesional adalah sebagai suatu sistem
(struktur,proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberihan asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan keperawatan (Hoffart & Woods, 2006).
Sistem MAKP dibedakan menjadi 4 yaitu : MAKP fungsional,MAKP
kasus,MAKP tim, dan MAKP tim.Dan pada penelitian ini lebih fokus
pada model asukan keperawatan profesional (MAKP) tim yang telah
berjalan di ruang perawatan Rs Umum Islam Faisal.Model asuhan
keperawatan profesional Tim yang di nilai paling memungkinkan
memberikan pelayanan profesional karena dalam hal ini mencakup
35
Timbang terima
Sentralisasi obat
Ronde Keperawatan
Dokumentasi keperawatan
MAKP ( Model Asuhan Keperawatan Profesional) Tim
sentralisasi obat,timbang terima, ronde keperawatan,suvervisi,dan
dokumentasi keperawatan (Nursalam, 2005).Kelima poin inilah yang
menjadi dasar pemikiran variabel peneliti namun ada satu variabel yang
tidak diteliti yaitu suvervisi karena untuk saat ini belum diberlakukan pada
penerapan asuhan keperawatan profesional di Rs Umum Islam Faisal
Makassar.
B. Hubungan Antar Variabel
Berdasarkan konsep pemikiran diatas akan disesuaikan dengan pola
pikir variabel yang diteliti sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual efektifitas penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim dimana dalam
penerapannya perlu adanya tanggung jawab / peran masing – masing
36
perawat baik itu kepala ruangan, ketua tim, dan anggota tim yang meliputi
pelaksanaan dokumentasi keperawatan, ronde keperawatan, timbang
terima, sentralisasi obat. Apabila hal ini dilakukan secara baik dapat
memberikan peningkatan kinerja perawat, yang akhirnya akan
memberikan kepuasan kepada pasien.
C. Identifikasi Variabel
Variabel penelitian adalah karakteristik / kondisi yang oleh peneliti
dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi dalam suatu penelitian
(Narbuko dan Achmadi, 2009). Sedangkan menurut Nursalam, Siti
Pariani, 2005), variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota suatu kelompok (orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh kelompok tersebut Variabel dalam penelitian ini meliputi:
1. Variabel Independen (bebas)
Variabel independen adalah Variabel Independen adalah faktor
yang diduga sebagai faktor yag mempengaruhi variabel dependen
(Srikandi, 2007). Dan suatu stimulus aktifitas yang dimanipulasi oleh
penelitian untuk menciptakan suatu dampak pada dependen variable
(Nursalam, 2006). Dalam penelitian ini variabel independennya adalah
efektifitas penerapan metode asuhan keperawatan professional yang
meliputi timbang terima, sentralisasi obat, ronde keperawatan, dan
pendokumentasian asuhan keperawatan pasien.
37
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen adalah kondisi atau karakteristik yang oleh
peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan hubungannya
dengan fenomena yang di observasi (Narbuko & Achmadi, 2009).
Atau merupakan variabel yang berubah karena variabel bebas
(Pratiknya, 2006). Pada penelitian ini variabel dependen yaitu Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim.
D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Timbang terima pasien
Timbang terima pasien adalah suatu cara dalam menyampaikan
dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien.
Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner terdiri dari 6 pertanyaan
dengan menggunakan skala likert dengan rumus yaitu :
(STT x JP) + (STR x JP) m =
2
( 4 x 6 ) + ( 1 x 6 ) m =
2 24 + 6
m = 2
30 m =
2 m = 15
Keterangan :STT : Skor TertinggiSTR : Skor TerendahJP : Jumlah Pertanyaan m : Nilai Median
38
Kriteria Objektif :
Baik : Jika skor yang diperoleh ≥ 15.
Kurang : Jika skor yang diperoleh < 15 .
2. Sentralisasi obat pasien
Kontroling terhadap penggunaan dan konsumsi obat, sebagai
salah satu peran perawat perlu dilakukan dalam suatu pola/alur yang
sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dikontrol oleh
perawat sehingga resiko kerugian baik secara materil maupun non
material dapat dieliminir. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner
terdiri dari 6 pertanyaan dengan menggunakan skala likert dengan
rumus yaitu :
(STT x JP) + (STR x JP) m =
2
( 4 x 6 ) + ( 1 x 6 ) m =
2 24 + 6
m = 2
30 m =
2 m = 15
Kriteria Objektif :
Baik : Jika skor yang diperoleh ≥ 15.
Kurang : Jika skor yang diperoleh < 15.
Keterangan :STT : Skor TertinggiSTR : Skor TerendahJP : Jumlah Pertanyaan m : Nilai Median
39
3. Ronde keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan
akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer
atau konselor, kepala ruangan, perawat assosciate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim. Alat ukur yang digunakan adalah
kuisioner terdiri dari 6 pertanyaan dengan menggunakan skala likert
dengan rumus yaitu :
(STT x JP) + (STR x JP) m =
2
( 4 x 6 ) + ( 1 x 6 ) m =
2 24 + 6
m = 2
30 m =
2 m = 15
Kriteria Objektif :
Baik : Jika skor yang diperoleh ≥ 15.
Kurang : Jika skor yang diperoleh < 15 .
4. Dokumentasi asuhan keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam
sistem pelayanan kesehatan. Karena adanya dokumentasi yang baik
Keterangan :STT : Skor TertinggiSTR : Skor TerendahJP : Jumlah Pertanyaan m : Nilai Median
40
informasi mengenai keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan. Disamping itu dokumentasi merupakan dokumen
legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Alat ukur yang
digunakan adalah kuisioner terdiri dari 6 pertanyaan dengan
menggunakan skala likert dengan rumus yaitu :
(STT x JP) + (STR x JP) m =
2
( 4 x 6 ) + ( 1 x 6 ) m =
2 24 + 6
m = 2
30 m =
2 m = 15
Kriteria Objektif :
Baik : Jika skor yang diperoleh ≥ 15.
Kurang : Jika skor yang diperoleh < 15.
5. Efektifitas penerapan model asuhan keperawatan profesional (MAKP)
Efektifitas penerapan metode asuhan keperawatan profesional
(MAKP) dalam penelitian ini adalah pemberian pelayanan kesehatan
oleh perawat kepada klien secara optimal dan profesional dengan
pedoman pada model asuhan keperawatan profesinal tim yang
mencakup timbang terima,sentralisasi obat,ronde keperawatan,dan
Keterangan :STT : Skor TertinggiSTR : Skor TerendahJP : Jumlah Pertanyaan m : Nilai Median
41
pendokumentasian asuhan keperawatan. Alat ukur yang digunakan
adalah kuisioner terdiri dari 24 pertanyaan dengan menggunakan skala
likert dengan rumus:
(STT x JP) + (STR x JP) m =
2
( 4 x 24 ) + ( 1 x 24 ) m =
2 96 + 24
m = 2
120 m =
2 m = 60
Kriteria Objektif :
Baik : Jika skor yang diperoleh ≥ 60.
Kurang : Jika skor yang diperoleh < 60.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesa adalah suatu asumsi tentang hubungan dua atau lebih
variabel yang diharapkan bisa bisa memberikan jawaban sementara atas
suatu pertanyaan dalam suatu penelitian (Nursalam & Pariani ,2006).
Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas hipotesisnya adalah :
1. Hipotesis Alternatif ( Ha )
a) Adakah pengaruh timbang terima terhadap pelayanan rawat
inap di RS Umum Islam Faisal Makassar.
Keterangan :STT : Skor TertinggiSTR : Skor TerendahJP : Jumlah Pertanyaan m : Nilai Median
42
b) Adakah pengaruh sentralisasi obat terhadap pelayanan rawat
inap di RS Umum Islam Faisal Makassar.
c) Adakah pengaruh ronde keperawatan terhadap pelayanan rawat
inap di RS Umum Islam Faisal Makassar.
d) Adakah pengaruh dokumentasi keperawatan terhadap
pelayanan rawat inap di RS Umum Islam Faisal Makassar.
2. Hipotesis Nol ( Ho )
a) Tidak ada pengaruh timbang terima terhadap pelayanan rawat
inap di RS Umum Islam Faisal Makassar.
b) Tidak ada pengaruh sentralisasi obat terhadap pelayanan rawat
inap di RS Umum Islam Faisal Makassar.
c) Tidak ada pengaruh ronde keperawatan terhadap pelayanan
rawat inap di RS Umum Islam Faisal Makasar.
d) Tidak ada pengaruh dokumentasi keperawatan terhadap
pelayanan rawat inap di RS Umum Islam Faisal Makassar.
VI. METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian, yang
memungkinkan suatu kontrol beberapa faktor yang biasa mempengaruhi
validity suatu hasil. Desain penelitian sebagai petunjuk peneliti dalam
43
penemuan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau
menjawab suatu pertanyaan (Nursalam , 2006).
Penelitian ini menggunakan jenis penilitian croos sectional.
Penelitian cross- sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada
waktu pengukurann observasi data variabel independent dan dependen
dinilai hanya satu kali saja pada waktu yang sama.
B. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan Rumah Sakit Umum
Islam Faisal Makasar pada bulan februari selama satu minggu.
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi Penelitian
Populasi adala subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2009). Pada penelitian ini populasinya adalah perawat
yang berada diruang perawatan RS Umum Islam Faisal Makassar yang
berjumlah 74 orang.
2. Sampel
a. Besar Sampel
Kondisi jumlah sampel yang cukup besar dan sumber daya waktu
yang terbatas, tidak memungkinkan untuk meneliti setiap unit
elemen yang membentuk suatu populasi, untuk alasan ini hanya
ada satu pilihan yaitu memakai sistem random sampling dengan
44
pendekatan pada kuota sampling.dan didapatkan besar sample
pada ruang rawat inap Rs islam Faisal sebesar 30 orang.
b. Teknik Sampling
Tehnik dalam penentuan sampling ditentukan dengan kuota
random sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan
menentukan ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang telah
ditentukan oleh peneliti.
c. Kriteria Sampel
1) Kriteria inklusi :
Kriteria inklusi adalah karakter umum subjek penelitian dari
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti
(Nursalam, 2006).
a) Seluruh perawat pelaksana yang bertugas di ruang
perawatan RS Umum Islam Faisal Makassar.
b) Perawat yang aktif/tidak cuti/sakit/ijin saat pengumpulan
data.
2) Kriteria Eksklusi
a) Bukan perawat pelaksana yang bertugas di ruang
perawatan RS Umum Islam Faisal Makassar
b) Perawat yang cuti/sakit/ijin saat pengumpulan data.
45
D. CARA PENGUMPULAN DATA
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner secara
langsung kepada responden (perawat) dengan menggunakan kuesioner
yang telah disusun sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian
ini yaitu RS Umum Islam Faisal Makassar.
E. ANALISA DATA
1. Analisa Univariat
Untuk menegtahui dan memperlihatkan distribusi frekuensi dan
persentasi dari tiap variabel yang diteliti.
2. Analisa Bivariat
Untuk mengetahui pengaruh tiap variabel independen terhadap
variabel dependen yang diuji dengan uji statistik chi-square dengan
tingkat kemaknaan p < α (0,05) uji statistik menggunakan program
komputer.
46
Penyajian data
Hasil dari penerapan MAKP TIM
V. Independen:-Timbang terima Sentralisasi ObatRonde keperawatanDokumentasi keperawatan
V. Dependen:MAKP TIM
Tanggung jawab/peranKepala ruangan
Ketua timAnggota tim
Analisis data dengan chi-square
Pengambilan data awal
Menentukan populasi
Menetapkan Sampel sesuai kriteria inklusi
Simple Random Sampling
Pengumpulan data observasi & kuasioner
F. ALUR PENELITIAN
Gambar 4.1 Alur penelitian penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP ) Tim dirumah sakit umum islam faisal.
47
G. LANGKAH PENGOLAHAN DATA
Data yang diperoleh diolah secara manual dan elektronik dengan
menggunakan komputer program Excel kemudian dianalisa secara
deskriptif. Data yang dikumpulkan melalui kuisioner diklasifikasikan
secara manual dan dikelolah dengan menggunakan perangkat komputer :
1. Editing
Setelah data terkumpul maka dilakukan editing atau penyuntingan
data, lalu data dikelompokkan sesuai kriteria.
2. Koding
Melakukan pengkodean pada daftar pertanyaan yang telah diisi untuk
setiap jawaban responden.
3. Tabulasi
Merupakan suatu langkah untuk memudahkan analisa data, dengan
demikian data yang ada dikumpulkan dan dimasukkan dalam tabel.
H. ETIK PENELITIAN
Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti mendapat surat
rekomendasi dari institusi STIKES NANI HASADUDDIN MAKASSAR
dan mengajukan permohonan ijin kepada direktur rumah sakit dengan
tembusan kepada Kepala Ruang Perawatan IV Rumah Sakit Umum Islam
Faisal Makassar untuk mendapatkan ijin penelitian. Setelah mendapat
persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah
etika meliputi:
48
1. Lembar persetujuan menjadi responden
Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti dengan
tujuan agar subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian.
2. Anonimity ( tanpa nama ).
Untuk menjaga kerahasiaan klien, peneliti tidak akan mencantumkan
identitas klien pada lembar pengumpulan data (pada observasi dan
kuisioner), cukup dengan memberikan kode pada masing-masing
lembar tersebut.
3. Confidentiallity ( kerahasiaan ).
Kerahasiaan informasi dari klien akan dijamin oleh peneliti, hanya
data tertentu saja yang berhubungan dengan yang akan disajikan
sebagai hasil dari penelitian.
VII. PERSONALIA PENELITI
A. Pembimbing
1. Pembimbing I : Yusran Haskas, SKM.S.Kep.,Ns.M.Kes
2. Pembimbing II : Yasir Haskas, S.Pt,SE, M.M.Kes
B. Pelaksana
Nama : Kamriani
NIM : NH0210081
49