proposal arias
TRANSCRIPT
A. JUDUL
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,
Interest, Assessment And Satisfaction) Terhadap Hasil Belajar Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Sawan
Tahun Ajaran 2010/2011
B. IDENTITAS PENELITI
Nama : I Komang Ferry Astrawan
Nim : 0915057112
Jurusan : Pendidikan Teknik Informatika
C. LATAR BELAKANG
Secara filosofis pendidikan merupakan hak asasi manusia. Pendidikan merupakan
hal yang bersifat terbuka, demokratis, tidak diskriminatif, dan menjangkau semua
warga negara tanpa kecuali. Untuk itu pemikiran dan realisasi ke arah upaya
memenuhi kebutuhan pendidikan harus terus dilakukan. Upaya pemenuhan kebutuhan
pendidikan di Indonesia telah melalui proses yang selalu mengalami penyempurnaan.
Pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan suatu produk atau hasil pendidikan
yang berkualitas.
Belajar sering didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Walaupun belajar berjalan seiring dengan
berjalannya proses kehidupan, namun prosesnya tidak tercipta begitu saja, melainkan
memerlukan kondisi yang dibentuk secara sengaja. Untuk memperoleh kualitas
pendidikan yang baik, salah satu upayanya adalah meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar yang berlangsung dalam pendidikan. Proses belajar mengajar yang
berlangsung di dalam kelas akan berjalan dengan baik jika guru dan siswa sudah
mempunyai cukup bekal. Bekal yang dimaksud adalah persiapan-persiapan dalam
belajar mengajar. Persiapan-persiapan tersebut dimulai dari persiapan mental baik dari
guru maupun dari siswa, persiapan pengenalan terhadap tujuan pembelajaran dan
persiapan waktu belajar yang disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa hingga
persiapan materi.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata pelajaran yang
terhitung masih baru jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, ternyata
masih dianggap sulit bagi sebagian siswa. Hal ini terjadi karena banyak siswa yang
1
tidak memahami penyampaian materi yang dilakukan oleh guru. Selain itu, guru pun
tidak terlalu banyak mendalami pemahaman siswa karena lebih fokus pada mengejar
pencapaian kurikulum. Akhirnya, materi pelajaran selesai dibahas, namun kemampuan
siswa terhadap materi tersebut belum memadai. Banyak siswa yang tidak bisa
mengikuti alur penyampaian oleh guru karena kemampuan mereka memahami materi
tersebut pun kurang. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model
pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para
guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga
dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar?
SMP Negeri 1 Sawan sebagai salah satu sekolah yang telah mengkategorikan TIK
sebagai salah satu mata pelajaran penting dalam kurikulum sekolah. Dari hasil
pengamatan dan wawancara dengan guru TIK Ketut Nusantari S.Pd di SMP Negeri 1
Sawan, ada beberapa permasalahan yang ditemukan selama proses pembelajaran TIK
berlangsung. Masalah tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, karakteristik siswa : 1). Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada
siswa, hanya beberapa siswa yang berusaha untuk menjawab. Siswa yang lain hanya
diam, tidak berusaha untuk menjawab pertanyaan dari guru. Siswa kurang memiliki
rasa percaya diri, keberanian untuk menjawab pertanyaan dan kurang memiliki
motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran TIK. 2). Jumlah siswa yang banyak,
menyebabkan guru tidak bisa mengelola kelas dengan baik sehingga beberapa murid
yang khususnya berada pada tempat duduk paling belakang sering bermain-main pada
saat proses pembelajaran TIK berlangsung.
Kedua, belum maksimalnya hasil belajar siswa. Dari observasi yang dilakukan
peneliti, masih terdapat beberapa siswa yang nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Data hasil belajar TIK siswa dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Data Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas
VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Sawan Tahun Pelajaran 2010/2011.
(Sumber: observasi dengan Guru dan Tata Usaha SMP Negeri 1 Sawan)
Kelas Jumlah KKM
NILAI HASIL BELAJAR
Afektif Kognitif Psikomotor
JS≥B JS<B T BT (%) T BT (%)
VIII A1 33 71 29 4 28 5 85% 26 7 80%
VIII A2 32 71 28 4 26 6 80% 24 8 75%
2
VIII B1 39 71 35 4 30 9 78% 29 10 74%
VIII B2 40 71 37 3 30 10 75% 29 11 72%
VIII C1 39 71 32 7 29 10 74% 27 12 70%
VIII C2 37 71 30 7 27 10 72% 26 11 70%
VIII D1 37 71 33 4 26 11 70% 25 12 68%
VIII D2 37 71 28 9 26 11 70% 24 13 65%
Keterangan :
T = Jumlah siswa tuntas
BT = Jumlah siswa belum tuntas
% = Persentase ketuntasan
JS≥B = Jumlah Siswa dengan Katagori ≥ Baik
JS<B = Jumlah Siswa dengan Katagori < Baik
Dari analisis tabel 1.1 di atas menunjukan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas
VIII pada mata pelajaran TIK masih kurang dan belum memenuhi standar KKM.
Data yang diperoleh selama observasi, rata-rata nilai hasil belajar siswa yang belum
tuntas memiliki KKM berkisar antara 69 sampai dengan 70.
Ketiga, Guru jarang menggunakan variasi dalam proses pembelajaran TIK.
Selama ini pada saat proses pembelajaran TIK, guru jarang melakukan variasi
pembelajaran, misalnya jarang mengelompokkan siswa dalam belajar, belum pernah
menggunakan variasi belajar dengan permainan dan presentasi. Padahal dengan variasi
pembelajaran akan memberikan kesan yang positif, proses belajar yang tidak monoton
dan mengurangi kejenuhan siswa pada saat proses pembelajaran.
Berbagai model, metode dan strategi telah dilakukan untuk melakukan perbaikan
dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
model pembelajaran yang sering digunakan. Dari penelitian yang telah dilakukan,
model pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan keterampilan belajar siswa
dalam mengaplikasikan pengetahuan, konsep dan keterampilan. Tetapi, dari beberapa
model pembelajaran kooperatif seperti STAD, TPS, JIGSAW, NHT dan TGT belum
ada suatu model pembelajaran yang memiliki fase atau langkah yang memfokuskan
pada pengembangan sikap mental dan emosi siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
3
Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, And
Satisfaction) adalah suatu model yang berhubungan dengan pengembangan sikap
mental dan emosi siswa. Model pembelajaran ARIAS diharapkan dapat menanamkan
rasa percaya diri dan bangga pada siswa, membangkitkan minat atau perhatian serta
memberi kesempatan kepada mereka untuk mengevaluasi diri. Dalam proses
pembelajaran dengan model ARIAS sebelum siswa mulai dengan materi pelajaran,
guru akan memberikan motivasi kepada siswa untuk berhasil dengan menggunakan
suatu standar yang memungkinkan siswa untuk mencapainya, mengembangkan sikap
mental dan emosi serta percaya diri siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan manfaat materi atau relevansi pembelajaran terhadap kehidupan
siswa baik sekarang maupun akan datang. Guru akan melanjutkan dengan
menumbuhkan minat siswa untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan variasi agar siswa selalu tertarik dalam mengikuti pelajaran. Penilaian
dan pemberian penguatan atas keberhasilan siswa merupakan langkah selanjutnya
dalam proses pembelajaran dengan model ARIAS.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Parsa (2008) pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 5 Singaraja, Bali. Disimpulkan bahwa prestasi dan motivasi belajar siswa
pada bidang studi fisika meningkat dengan penerapan model pembelajaran ARIAS,
dalam penelitian tersebut hasil yang diperoleh adalah siswa memiliki motivasi belajar
dengan kategori tinggi yaitu 88,57% dan lebih baik dari prestasi belajar siswa yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Suwateriningsih (2009) dalam penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 2
Singaraja, Bali pada kelas VII juga menyatakan bahwa model pembelajaran ARIAS
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika yang
berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih jauh
apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar
siswa dengan materi Microsoft Office Excel. Pemilihan materi Microsoft Office Excel,
karena dalam materi ini diperlukan kecermatan dan ketelitian agar dapat memahami
konsep yang ada pada materi tersebut. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
mengangkat judul penelitian “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARIAS
(Assurance, Relevance, Interest, Assessment And Satisfaction ) Terhadap Hasil
Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas VIII di SMP
Negeri 1 Sawan Tahun Ajaran 2010/2011”.
4
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar
TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011?
2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi
belajar TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011?
3. Bagaimanakah respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran
2010/2011 terhadap penerapan model pembelajaran ARIAS dalam
pembelajaran TIK?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar TIK
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011 .
2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi belajar
TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran 2010/2011 .
3. Mengetahui respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan terhadap penerapan
model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran TIK tahun ajaran 2010/2011.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara
praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
perkembangan disiplin ilmu pengetahuan dalam memberikan sumbangan
pemikiran teoritik guna pengembangan ilmu pendidikan, khususnya mengenai
pemanfaatan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran TIK.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Siswa
5
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat karena secara tidak langsung akan
membantu dalam pembelajaran, yang membuat siswa merasa percaya
diri, termotivasi, aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil
belajar secara optimal.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yang
bertujuan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa, pemahaman
konsep siswa, hasil belajar siswa dan mengurangi dominasi guu dalam
pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi
kepala sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam
menerapkan model ARIAS dalam pembelajaran TIK.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi
para peneliti bidang pendidikan, untuk meneliti aspek atau variabel lain
yang lebih mendalam untuk meningkatkan hasil belajar.
G. KAJIAN TEORI
1. Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Memasuki abad ke-21, bidang teknologi informasi dan komunikasi berkembang
dengan pesat dan memegang peranan sangat penting disegala bidang ini yang dipicu
oleh temuan dalam bidang rekayasa material mikroelektronika. Perkembangan ini
berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas
manusia kini banyak tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi. Mata
pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dimaksudkan untuk mempersiapkan
peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut. Mata
pelajaran ini perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan dikuasai peserta didik sedini
mungkin agar mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan
global yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat. Untuk menghadapi
perubahan tersebut diperlukan kemampuan dan kemauan belajar sepanjang hayat
6
dengan cepat dan cerdas. Pada hakekatnya, kurikulum Teknologi Informasi dan
Komunikasi menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam
dunia kerja maupun kegiatan lainnya yang mengalami penambahan dan perubahan
dalam variasi penggunaan teknologi. Siswa menggunakan perangkat Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling
tukar informasi secara kreatif namun bertanggung jawab. Siswa belajar bagaimana
menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi agar dengan cepat mendapatkan
ide dan pengalaman dari berbagai kalangan masyarakat, komunitas, dan budaya.
Penambahan kemampuan karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga
siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan di mana
penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal,
termasuk apa implikasinya saat ini dan di masa yang akan datang. Guru dapat
menggunakan berbagai teknik dan metode pembelajaran untuk mendapatkan hasil
belajar yang optimal. Teknik dan metode pembelajaran yang dipilih harus dalam
bentuk demonstrasi yang melibatkan partisipasi aktif siswa. Guru perlu
mempertimbangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang
dikembangkan. Guru juga harus membuat perencanaan pembelajaran, penilaian,
alokasi waktu, jenis penugasan dan batas akhir suatu tugas.
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan materi dan kondisi siswa
dapat meningkatkan partisipasi dari semua siswa dan kelompok dalam satu kelas,
yang antara lain meliputi :
a. Pemanfaatan studi kasus dari berbagai sumber informasi
b. Dorongan dari guru agar siswa menjadi pembelajar yang otodidak
c. Dorongan agar siswa mau berpikir kritis mengenai isu-isu dalam teknologi
informasi
d. Fasilitas belajar secara efektif melalui praktek langsung, refleksi, dan diskusi
e. Peningkatan kemampuan kerjasama termasuk aktivitas yang melibatkan siswa
untuk bekerjasama dalam kelompok kecil atau dalam tim
f. Penumbuhan sikap menghargai usaha siswa untuk memicu kreativitas
mereka.
g. Pemanfaatan sumber-sumber yang merefleksikan minat dan pengalaman
siswa
7
h. Pemberian akses pada semua siswa untuk menggunakan berbagai sumber
belajar dan penguasaan berbagai alat bantu belajar.
i. Penyajian/presentasi hasil karya siswa di majalah dinding atau acara khusus
pameran misalnya pada saat pembagian raport, atau acara lainnya
j. Penyajian/presentasi hasil karya siswa di web sekolah, atau web klub
Teknologi Informasi dan Komunikasi
k. Penyajian/presentasi publikasi hasil karya siswa pada brosur sekolah, atau
brosur khusus Teknologi Informasi dan Komunikasi
2. Microsoft Office Excel
Microsoft Office Excel merupakan perangkat lunak untuk mengolah data secara
otomatis meliputi perhitungan dasar, penggunaan fungsi-fungsi, pembuatan grafik
dan manajemen data. Perangkat lunak ini sangat membantu untuk menyelesaikan
permasalahan administratif mulai yang paling sederhana sampai yang lebih
kompleks. Sebelum melakukan pengolahan data pada Microsoft Office Excel,
terlebih dahulu kita harus mengetahui elemen-elemen yang ada di Microsoft Office
Excel. Tampilan area kerja Microsoft Office Excel dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tampilan area kerja Microsoft Office Excel
Penjelasan bagian-bagian tampilan area kerja Microsoft Office Excel adalah
sebagai berikut.
a. Title Bar menampilkan judul program dan dokumen aktif atau nama file dari
lembar kerja yang aktif.
8
b. Office Button berisi barisan perintah untuk pengoperasian program yang
standar misalnya membuat dokumen baru, membuka dokumen lama,
menyimpan dan mencetak dokumen.
c. Quick Access Toolbar merupakan sarana yang disediakan Microsoft Excel
untuk mempercepat akses berkomunikasi dengan Microsoft Office Excel
misalnya menyimpan, mencetak dan sebagainya.
d. Toolbar merupakan deretan tool-tool atau gambar yang mewakili perintah dan
berfungsi untuk mempermudah dan mengefisienkan pengoperasian program.
e. Help merupakan fasilitas bantuan dalamMicrosoft Office Excel.
f. Lembar kerja (workbook) baris ini berisikan informasi halaman, section, letak
insertion point dan tombol pengendali.
g. Cell merupakan tempat menuliskan atau mengedit data dan dikelilingi oleh
garis batas yang lebih tebal.
h. Nomor baris untuk setiap baris memiliki nama berdasarkan angka dari 1
hingga 1048576.
i. Nomor kolom setiap kolom memiliki nama berdasarkan Abjad, dari kolom A
hingga Z, dilanjut AA hingga XFD.
j. Nama range merupakan nama sel yang sedang aktif yang akan ditampilkan
pada Name Box
k. Formula bar untuk mengedit data pada sebuah cell.
l. Penggulung vertikal dan horisontal fasilitas untuk menggeser layar secara
vertikal maupun horisontal.
Dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada jenjang
sekolah menengah pertama (SMP) materi Microsoft Office Excel diperoleh di kelas
VIII. Materi yang dipelajari merupakan materi dasar-dasar Excel misalnya
pengenalan lembar kerja, menu, ikon, format angka dan penggunaan rumus
sederhana.
3. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment and
Satisfaction)
9
Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment and
Satisfaction) merupakan modifikasi dari model ARCS yang dikembangkan oleh
John. M Keller dengan menambahkan komponen Assessment pada keempat
komponen model pembelajaran ARCS tersebut. Model pembelajaran ARCS ini
dikenal secara luas sebagai Keller’s ARCS Model of Motivation. Model ini
dikembangkan dalam wadah Center for Teaching, Learning & Faculty Development
di Florida State University (Keller, 2006). Model pembelajaran ini dikembangkan
sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini
dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang
mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan
harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut
oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model
pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan
akronim ARCS.
Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori
belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987). Namun demikian, pada
model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (Assessment), padahal evaluasi merupakan
komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang
dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan
selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui
sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa
(DeCecco, 1968). Saunders et al (dalam Beard dan Senior, 1980) menyatakan bahwa
evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini
dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran
tersebut.
Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung
lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian), relevance (relevansi), confidence
(percaya/yakin), satisfaction (kepuasan/bangga) dan Assessment (evaluasi).
Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance,
dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi
assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris,
1981). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan
10
mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri
siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian
kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung
pengertian attention (perhatian). Jadi cakupan interest lebih luas dan sudah
mencakup perhatian, minat dan adanya variasi di dalamnya. Makna kata interest
tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan
tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka
urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan
satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan
pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan
pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan
memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan
rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan
mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS
sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini
disebut model pembelajaran ARIAS.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, model pembelajaran ARIAS terdiri
dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction)
yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu
kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-
masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan
dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Assurance, (percaya diri), yang berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan
berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987).
Bandura (dalam Gagne dan Driscoll, 1988) menyatakan bahwa seseorang yang
memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun
kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya
dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku
untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual
seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam
kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu
bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986). Siswa yang
memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung
11
menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989). Sikap
percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk
mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan
yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat
melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu
kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik
dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:
a. Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat
mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu
dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).
b. Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai
dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai
dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan
materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya
maka akan dapat menanamkan rasa percaya diri pada siswa (Keller &
Suzuki, 2004).
c. Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar
dan melatih suatu keterampilan.
d. Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta
menanamkan kepada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Hal
ini dapat dilakukan dengan menampilkan video ataupun gambar seseorang
yang telah berhasil. Dengan adanya ini, maka siswa akan bisa
menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri.
2. Relevance, berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman
sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan
karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987). Siswa merasa kegiatan
pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi
kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang
akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan
yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada
manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk
mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui
kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat.
12
Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah
dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi
atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988).
3. Interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut
Woodruff (dalam Callahan, 1966) sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada
minat/perhatian. Keller (dalam Reigeluth, 1987) menyatakan bahwa dalam
kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan
melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan
pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Adanya minat/perhatian
siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan
tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan
minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian
merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna
dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa Herndon (1987).
4. Assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi
merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan
keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982). Menurut Deale (dalam
Lefrancois, 1982) bagi guru evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah
yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan
siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang
telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa,
evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang
dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi
berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk
mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah
siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan
pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh
guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self
assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri
mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa
untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang
maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang
13
dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri
merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu
siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan
yang dikemukakan Martin dan Briggs (dalam Bohlin, 1987), evaluasi diri secara
luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri.
Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa
yang ingin mereka capai.
5. Satisfaction, yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang
dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan).
Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa
bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu
menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya
Gagne dan Driscoll (dalam kiranawati, 2007) menyatakan bahwa reinforcement
atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah
penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Keller (dalam Keller
dan Kopp, 1987) berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari
dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu
merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat
sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari
luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan
ekstrinsik. Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan
dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari
orang lain atau lingkungan. Menurut Thorndike (dalam Gagne dan Briggs, 1979)
memberikan penghargaan (reward) merupakan suatu penguatan (reinforcement)
dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, memberikan penghargaan
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi hasil
belajar siswa (Hilgard dan Bower, 1975). Untuk itu, rasa bangga dan puas perlu
ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa.
Adapun langkah-langkah atau sintaks dari model peembelajaran ARIAS
(Assurance, Relevance, Interest, Assessment and Satisfaction) ini dapat dilihat dalam
tabel 1.2 berikut.
14
Tabel 1.2 Langkah/sintak model pembelajaran ARIAS
Komponen Fase Kegiatan Guru Kegiatan SiswaAssurance -Menumbuhkan rasa
percaya diri dalam diri siswa
- Menggali pengetahuan awal siswa yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.Contoh: menanyakan salah satu contoh perangkat lunak pengolah angka (pertanyaan yang tidak terlalu susah).
- memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar dan mayakinkan mereka bahwa mereka berhasil dalam belajar.Contoh : dengan menampilkan beberapa contoh video atau gambar seseorang yang telah berhasil dalam penggunaan Ms.Excel.
- Memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami masalah belajar.Contoh: menanyakan masalah yang dihadapi siswa terkait materi Ms.Excel dan memberikan solusi dari permasalahan.
- Selalu memberikan respon yang positif terhadap siswa.Contoh: selalu memberikan reinforcment dari setiap pendapat atau jawaban siswa meskipun itu salah atau kurang tepat agar siswa tetap merasa percaya diri.
- Siswa mulai menggali pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya, dan menghubungkannya dengan materi yang akan dipelajari.Contoh : menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
- Aktif dalam proses belajar.Contoh : menumbuhkan motivasi diri, dan yakin terhadap diri sendiri untuk berhasil dalam pembelajaran.
- Siswa senantiasa membiasakan diri untuk selalu bertanya jika menemukan masalah.Contoh: menanyakan hal yang berhubungan dengan materi Ms. Excel jika menemukan masalah.
- Mendengarkan respon yang diberikan oleh guru.Contoh : respon positif dari guru digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan motivasi belajar Ms.Excel.
15
Relevance - Menyampaikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran.
- Menyampaikan relevansi materi pembelajaran dengan kehidupan nyata.
-Menyampaikan materi inti pelajaran
-Memberikan bimbingan belajar.
- Guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran kepada siswaContoh: penggunaan ikon dan menu pada Ms. Excel.
- Menghubungkan materi pelajaran dan relevansinya dengan kehidupan nyata, dan manfaatnya bagi kehidupan siswa.Contoh: materi excel bisa digunakan dalam pengolahan nilai rapor dan soal matematika dan pengolahan angka yang lain.
- Guru menyampaikan materi inti dengan menggunakan alternatif strategi dan media pembelajaran.Contoh: menggunakan alternatif strategi pembelajaran dari belajar individu menjadi kelompok.
- Guru memberikan soal terkait dengan materi dengan menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.Contoh: memberikan soal perhitungan nilai rapor siswa kepada siswa.
- Membimbing siswa jika mengalami kesulitan atau masalah dalam pengerjaan latihan soal.
- Siswa mencermati standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang disajikan oleh guruContoh: mencermati kompetensi dasar penggunaan ikon dan menu pada Ms.Excel.
- Siswa menghubungkan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan pengalaman belajar siswa dalam kehidupan sehari-hari.Contoh : dengan menghubungkan materi excel dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam pengolahan nilai rapor.
- Siswa menyimak dan mengikuti pelajaran inti dengan baik.Contoh: siswa meyimak materi dan mengikuti strategi pelajaran yang digunakan oleh guru, misalnya belajar kelompok.
- Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.Contoh: mengerjakan soal perhitungan nilai rapor siswa.
- Siswa bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam pengerjaan soal.
1615
14
Interest - Menumbuhkan minat/perhatian siswa
- Guru mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk menarik perhatian /minat siswa.Contoh: variasi dengan menggunakan kartu indeks dan presentasi kelompok.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam kelas.Contoh: memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, mengemukakan pendapat, sharing kepada teman terkait materi Ms.Excel.
- Siswa mempresentasikan apa yang sudah mereka kerjakan, ikut serta dalam variasi lainnya.Contoh: mempresentasikan hasil diskusi kelompok, penggunaan kartu indeks ikon dan fungsinya terkait dengan materi Ms.Excel.
- Selalu aktif di dalam proses pembelajaran.Contoh : bertanya, mengemukakan pendapat dan menjawab soal dari guru atau sharing dengan teman terkait materi Ms.Excel.
17
Assessment - Mengevaluasi hasil belajar siswa
- Melakukan Quis/tes pada tiap pertemuan.Contoh: mengadakan quis/tes terkait Ms.Excel dalam setiap pertemuan sebagai bahan evaluasi.
- Memberikan Postest di akhir penelitian kepada siswa untuk mengevaluasi pemahaman siswa setelah mendapat perlakuan ARIAS.Contoh: evaluasi dilakukan dengan tes obyektif dan tes praktikum di akhir penelitian terkait materi Ms.Excel.
- Memberikan tugas tambahan atau pekerjaan rumah.Contoh : memberikan tugas/pekerjaan rumah terkait materi Ms. Excel dalam beberapa pertemuan untuk memantapkan pengetahuan siswa
- Mengerjakan tes/quis yang diberikan secara mandiri/berkelompok.Contoh: mengerjakan tes/quis Ms. Excel dalam setiap pertemuan.
- Mengerjakan Postest yang diberikan sebagai bahan evaluasi.Contoh : mengerjakan tes obyektif dan tes praktikum pada akhir penelitian.
- Mengerjakan tugas tambahan/pekerjaan rumah yang diberikan guru.Contoh : mengerjakan tugas rumah manfaat dari Ms. Excel dalam kehidupan sehari-hari.
Satisfaction - Memberikan penguatan retensi dan transfer
- Menuntun siswa merangkum ataupun menarik kesimpulan terhadap materi yang sudah diberikan.Contoh : bersama siswa merangkum materi penggunaan fungsi IF dalam Ms.Excel.
- Memberikan penguatan, penghargaan kepada siswa atas keberhasilan yang diperoleh.
- Merangkum ataupun menarik kesimpulan terhadap materi yang diberikan.Contoh : merangkum materi penggunaan fungsi IF dalam Ms.Excel untuk memantapkan pemahaman materi yang dipelajari.
- Menerima penghargaan, reinforcement yang diberikan oleh guru atas keberhasilan yang diperoleh dan
18
16
Contoh : memberikan reinforcement terhadap siswa atas keberhasilan melakukan presentasi atau merangkum materi Ms.Excel.
menjadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri.Contoh : mejadikan reinforcement karena berhasil merangkum materi sebagai motivasi untuk meningkatkan pengetahuan di bidang Ms.Excel.
19
17
Sebelum model pembelajaran ARIAS diimplementasikan di sekolah, Guru atau
peneliti sudah merancang semua kegiatan yang akan dilakukan, strategi atau metode
pembelajaran yang akan digunakan, media pembelajaran apa yang akan dipakai,
perlengkapan apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara penilaian akan dilaksanakan
ke dalam satuan pelajaran. Meskipun demikian pelaksanaan kegiatan pembelajaran
disesuaikan dengan situasi, kondisi dan lingkungan siswa. Demikian juga halnya
dengan satuan pelajaran sebagai bahan/materi untuk siswa. Bahan/materi tersebut
harus disusun berdasarkan model pembelajaran ARIAS. Bahasa, kosa kata, kalimat,
gambar atau ilustrasi, pada bahan/materi dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada
siswa, bahwa mereka mampu, dan apa yang dipelajari ada relevansi dengan
kehidupan mereka.
Bentuk, susunan dan isi bahan/materi dapat membangkitkan minat/perhatian
siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengadakan evaluasi diri dan siswa
merasa dihargai yang dapat menimbulkan rasa bangga pada mereka. Guru dan/atau
pengembang agar menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, kata-
kata yang jelas dan kalimat yang sederhana tidak berbelit-belit sehingga maksudnya
dapat dengan mudah ditangkap dan dicerna siswa. Bahan/materi agar dilengkapi
dengan gambar yang jelas dan menarik dalam jumlah yang cukup. Gambar dapat
menimbulkan berbagai macam khayalan/fantasi dan dapat membantu siswa lebih
mudah memahami bahan/materi yang sedang dipelajari.
4. Motivasi Belajar
Motivasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan apa yang
memberikan energi bagi seseorang dan apa yang memberikan arah bagi aktivitasnya.
Motivasi kadang-kadang dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil. Energi
dan arah inilah yang menjadi inti dari konsep tentang motivasi. Motivasi merupakan
sebuah konsep yang luas (diffuse), dan seringkali dikaitkan dengan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi energi dan arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest),
kebutuhan (need), nilai (value), sikap (attitude), aspirasi, dan insentif (Gage &
Berliner, 1984).
Dengan pengertian istilah motivasi seperti tersebut di atas, kita dapat
mendefinisikan motivasi belajar siswa, yaitu apa yang memberikan energi untuk
belajar bagi siswa dan apa yang memberikan arah bagi aktivitas belajar siswa.
Lidgren (Sadirman, 2005) membedakan motivasi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
20
1. Motivasi intrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik
dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang alam aktivita belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dalam diri dan secara
mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya (Sardiman, 2005)
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Mitivasi ekstrinsik dapat
juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang dalam aktivitas belajar dimulai
dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari luar yang secara mutlak tidak
terkait dengan aktivitas belajar (Sardirman, 2005).
Dalam proses pembelajaran guru dapat membangkitkan motivasi intrinsik
siswa dengan membuatnya merasa memerlukan apa yang perlu dipelajari, namun
motivasi intrinsik tidak dapat diharapkan sepenuhnya untuk mendukung kegiatan
belajar. Terdapat situasi dimana suatu dorongan eksternal diperlukan untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga guru harus mendorong dan
memelihara motivasi intrinsik sambil menyiapkan motivasi ekstrinsik dengan tepat
dalam melaksanakan pembelajaran. Jika dikaitkan dengan kegiatan belajar TIK,
maka motivasi belajar dimaksudkan sebagai dorongan baik eksternal maupun
internal yang memacu siswa untuk mempelajari TIK demi memperoleh hasil yang
memuaskan. Jadi motivasi belajar TIK mencangkup dorongan yang berasal dari
dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa yang menyebabkan
adanya perubahan perilaku siswa untuk berinteraksi dan berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran TIK di kelas. Siswa yang termotivasi untuk belajar hanya
dapat diduga dari prilaku yang ditunjukkannya.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil
belajar, yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c)
sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang
21
telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori belajar,
yakni: (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) startegi kognitif, (d)
sikap, dan (e) keterampilan motoris.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat rendah,
sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah
psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: (a) gerakan refleks, (b)
keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau
ketetapan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan
interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai para guru di sekolah
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai bahan pengajaran.
5.1 Penilaian Hasil Belajar
Ditinjau dari sudut bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan
nilai suatu objek. Untuk dapat menentukan suatu nilai atau harga suatu objek
diperlukan adanya ukuran atau kriteria. Misalnya untuk dapat mengatakan baik,
sedang, kurang, diperlukan adanya ukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang
sedang, dan yang kurang. Ukuran itulah yang dinamakan kriteria. Dari pengertian
tersebut dapat dikatakan bahwa ciri penilaian adalah adanya objek atau program
yang dinilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara apa
yang dicapai dengan kriteria yang harus dicapai. Perbandingan bisa bersifat
mutlak, bisa pula bersifat relatif.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa
objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar
22
dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.
Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar rumusan kemampuan dan tingkah
laku yang diinginkan dikuasai siswa (kompetensi) menjadi unsur penting sebagai
dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses pebelajaran adalah upaya memberi
nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru
dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
5.2 Fungsi Penilaian Hasil Belajar
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada
diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana
perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan
perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya
dengan melakukan perubahan dalam strategi mengajar, memberikan bimbingan
dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak
hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku
siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses
pembelajaran.
Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran dalam
mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan
proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai
siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman
belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka penilaian berfungsi sebagai
berikut:
a. Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan
fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan
pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.
b. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin
dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar
siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru dan media pembelajaran.
c. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang
tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan
belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk
nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
23
6. Kerangka Berpikir
Pada proses pembelajaran yang efektif, yang aktif dalam proses pembelajaran
adalah siswa, guru merupakan fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran.
Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran akan mengkonstruksi pengetahuan yang
dimiliki nantinya, yang akan berdampak pada hasil belajar siswa.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru mata pelajaran TIK
Ketut Nusantari S.Pd, hasil belajar pada mata pelajaran TIK Semester I Tahun
Pelajaran 2010/2011 siswa kelas kelas VIII di SMP Negeri 1 Sawan tergolong masih
rendah, rata-rata masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Seperti
yang sudah dipaparkan sebelumnya, rendahnya hasil belajar bidang studi TIK di
kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan pada umumnya, hal itu disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu masih kurangnya rasa percaya diri siswa, masih kurangnya minat siswa
terhadap bidang studi TIK dan kurangnya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Berbagai teknik dan metode dilakukan oleh guru TIK untuk mengatasi
masalah tersebut, misalnya guru akan memberikan nilai bonus bagi setiap siswa yang
aktif dalam proses pembelajaran, memberikan quis atau latihan-latihan soal, namun
hal itu belum menunjukkan perubahan yang berarti untuk meningkatkan motivasi,
percaya diri dan hasil belajar belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan.
Dari beberapa permasalahan tersebut, agar tidak berdampak negatif terhadap
proses pembelajaran TIK selanjutnya, maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan di
dalam proses pembelajaran yaitu dengan memilih dan menerapkan model
pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan masalah tersebut. Sebagai salah satu
alternatif untuk mengatasi masalah tersebut, adalah penggunaan model pembelajaran
ARIAS. Langkah awal penggunaan model pembelajaran ARIAS adalah menekankan
pada penanaman rasa percaya diri siswa dan menumbuhkan minat siswa sebelum
siswa siap untuk melakukan proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan
eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran
TIK sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Sawan tahun pelajaran 2010/2011.
H. HIPOTESIS
Berdasarkan kaitan antara masalah yang dirumuskan dengan teori yang
dikemukakan maka dapat disusun suatu hipotesis awal adalah:
24
1. Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran
ARIAS terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan.
2. Terdapat motivasi belajar siswa yang tinggi atau lebih dalam penggunaan model
pembelajaran ARIAS.
3. Terdapat respon yang positif atau lebih dari siswa dalam penggunaan model
pembelajaran ARIAS.
I. METODE PENELITIAN
1. DESAIN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimen.
Sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimen semu (quasi eksperiment) mengingat tidak semua variabel (gejala
yang muncul) dan kondisi ekperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh model pembelajaran yang
digunakan terhadap hasil belajar dalam pembelajaran untuk siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Sawan.
2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sawan yang berada di
Desa Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng dengan waktu
pelaksanaan penelitian pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.
3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.1 POPULASI
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian, Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun akademik
2010/2011. Distribusi populasi tersaji dalam tabel 1.3 berikut.
Tabel 1.3 Distribusi Populasi
(sumber: Guru dan Tata Usaha SMP Negeri 1 Sawan)
No Nama Kelas Jumlah Siswa
1 VIII A1 33
2 VIII A2 32
3 VIII B1 39
25
4 VIII B2 39
5 VIII C1 39
6 VIII C2 37
7 VIII D1 37
8 VIII D2 37
3.2 SAMPEL
Dalam penelitian sampel merupakan bagian dari populasi, yang
diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Pada penelitian ini teknik
pengambilan sampel diambil dengan teknik pengambilan acak (random
sampling). Karena jumlah kelas VIII di SMP Negeri 1 Sawan terdiri dari
delapan kelas, maka untuk memperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol,
kelas tersebut diundi. Setelah pengundian selesai maka akan diperoleh satu
kelas yang mendapat perlakuan sebagai kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran ARIAS dan satu kelas lainnya sebagai
kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil pengundian dengan teknik random sampling, maka
ditetapkan kelas VIII B2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII A2
sebagai kelas kelompok kontrol. Perbandingan kelas kontrol dan eksperimen
dapat dilihat pada tabel 1.4.
Tabel 1.4 Distribusi Sampel Penelitian
Kelompok Nama Kelas Jumlah Siswa
Eksperimen VIII B2 39
Kontrol VIII A2 32
Jumlah 71
3.3 Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian variabel merupakan atribut seseorang, atau
objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu
objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Secara umum,
penelitian ini melibatkan dua buah variabel, yaitu variabel terikat
(Dependent Variable) dan variabel bebas (Independent Variable). Menurut
(Margono, 2007) Variabel bebas merupakan kondisi atau karakteristik yang
26
KE: X O1
KK: O2
dimanipulasi oleh peneliti dalam rangka untuk menerangkan hubungan
dengan fenomena yang diobservasi. Dalam penelitian ini variabel bebas
terebut adalah model pembelajaran yang diterapkan pada kelompok
eksperimen yaitu model pembelajaran ARIAS dan kelompok kontrol yaitu
metode konvensional. Sedangkan variabel terikat merupakan kondisi atau
karakteristik yang berubah atau muncul ketika peneliti mengintroduksi,
mengubah atau mengganti variabel bebas (Margono, 2007). Dalam
penelitian ini variabel terikat adalah hasil belajar dan motivasi belajar siswa
bidang studi TIK pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan tahun ajaran
2010/2011.
4. RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan quasi eksperimen
dengan rancangan Postest-Only Control Grup. Dalam rancangan ini
pengambilan sampel dilakukan dengan memilih kelas yang akan dijadikan
sampel secara random. Rancangan ini dipilih karena selama melakukan
eksperimen tidak memungkinkan mengubah kelas yang sudah ada. Rancangan
dalam penelitian ini dapat dilihat seperti gambar berikut:
Gambar 2. Desain Penelitian “Postest-Only Control Grup Design”
Keterangan:
KE : Kelompok eksperimen
KK : Kelompok control
X : Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan Model pembelajaran ARIAS
O1 : Postest untuk kelas eksperimen setelah perlakuan
O2 : Postest untuk kelas kontrol setelah perlakuan
a. Prosedur penelitian
27
Setiap penelitian harus ada tahap-tahap penelitian yang akan
dilaksanakan untuk dapat mengungkapkan secara tuntas terkait permasalahan
yang diajukan. Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 1.5.
Tabel 1.5 Tahapan Penelitian Model Pembelajaran ARIAS
No Tahapan Uraian Kegiatan
1 Orientasi 1. Peneliti menentukan sekolah yang
akan dijadikan tempat penelitian.
2. Peneliti melakukan penjajagan
kesekolah sekaligus minta ijin kepada
kepala sekolah untuk mengadakan
penelitian..
3. Peneliti menetapkan kelas yang akan
dijadikan populasi penelitian.
Selanjutnya peneliti menentukan
sampel penelitian yang terdiri dari dua
kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Penentuan sampel ini dengan
teknik random sampling.
4. Peneliti mengadakan sosialisasi
dengan guru mata pelajaran TIK
bahwa peneliti akan mengadakan
penelitian di kelas tersebut.
2 Observasi awal 1. Mengobservasi kegiatan belajar
mengajar di kelas yang dijadikan kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
3 Merancang perangkat
pembelajaran dan
instrumen penelitian
1. Peneliti merancang perangkat
pembelajaran seperti RPP dengan
model pembelajaran ARIAS dan
model pembelajaran langsung.
2. Peneliti merancang tes hasil belajar
yang nantinya akan digunakan sebagai
postest.
28
3. Mengadakan konsultasi dengan Dosen
pembimbing tentang instrumen
penelitian yang akan dilakukan.
4 Uji coba instrumen
penelitian
1. Setelah instrumen benar-benar siap,
maka diadakan uji coba instrumen.
5 Revisi instrumen
penelitian
1. Mengadakan revisi terhadap instrumen
yang telah diujikan.
7 Memberikan perlakuan 1. Menerapkan model pembelajaran pada
masing-masing kelas, model
pembelajaran ARIAS (Assurance,
Relevance, Interest, Assessment and
Satisfaction) pada kelas eksperimen
dan model pembelajaran langsung
pada kelas kontrol.
8 Mengadakan tes akhir
(postest)
1. Peneliti mengadakan test akhir
(postest) pada kelas kontrol maupun
pada kelas eksperimen. Pemberian test
akhir ini bertujuan untuk mengetahui
hasil belajar siswa setelah mendapat
perlakuan.
9 Mengadakan Quesioner 1. Peneliti mengadakan Quesioner
kepada siswa untuk memperoleh data
respon siswa dan data motivasi belajar
siswa terkait penerapan model
pembelajaran ARIAS dengan
menggunakan angket.
10 Analisis data dan
pengujian hipotesis
1. Peneliti menganalisis data hasil
penelitian.
2. Peneliti menguji hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya.
11 Pembuatan laporan 1. Penyusunan laporan.
2. Ujian.
29
Untuk memperjelas tahapan-tahapan prosedur penelitian terebut, dapat
dilihat dalam gambar 3 berikut.
Gambar 3. Prosedur penelitian
5. METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
5.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang diperlukan adalah
sebagai berikut.
30
a. Metode Tes
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hasil belajar siswa
pada mata pelajaran TIK. Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
digunakan metode tes. Tes hasil belajar yang dikembangkan
disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif dan psikomotor.
Dalam penelitian ini akan dilakukan test pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol yang disebut dengan postest. postest dilakukan setelah
kelas mendapat perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen dengan
menggunakan model ARIAS sedangkan kelas kontrol menggunakan
model konvensional. Dalam penelitian ini bentuk tes kognitif yang
digunakan adalah tes obyektif pilihan ganda (Multiple Choice Item
Test). Untuk psikomotor akan digunakan rubrik penilaian tes
psikomotor.
b. Metode Angket
Dalam suatu penelitian sering digunakan metode angket
(qustionnaire) yang digunakan untuk menghimpun data-data dengan
menggunakan daftar pertanyaan dan pilihan yang sudah disediakan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket
tertutup, yaitu responden menjawab pertanyaan-pertanyaan berdasarkan
jumlah pilihan jawaban yang telah disediakan. Dalam penelitian ini
digunakannya metode angket karena ada dua alasan, yaitu Untuk
memperoleh informasi-informasi yang relevan untuk penelitian dan
Untuk memperoleh informasi-informasi atau data yang valid dan
reliable.
Dalam implementasinya, data-data yang sudah diperoleh mengenai
respon siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dan motivasi
belajar siswa dengan menggunakan model ARIAS akan dikumpulkan
untuk proses penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini ada 2 macam
angket yang digunakan yaitu:
1. Angket Motivasi Belajar Siswa
Untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa
dengan diterapkannya model pembelajaran ARIAS dalam
31
pembelajaran TIK dilakukan dengan menggunakan angket
motivasi belajar siswa dan disebarkan kepada siswa di akhir
pembelajaran.
Angket motivasi belajar yang diberikan kepada siswa terdiri
atas 20 item dengan pemberian skor minimal 1 dan skor maksimal
5 untuk setiap item angket yang dikelompokkan kedalam dua
pernyataan yaitu pernyataan positif dan negatif. Jadi dalam
implementasinya siswa memperoleh skor tanggapan dengan
rentangan skor tertinggi 100 dan skor terendah 20. Selanjutnya
dilakukan uji analisis terhadap data yang diperoleh. Pengolahan
data motivasi belajar siswa ini dianalisis dengan rumus yang suda
ada, dan diklasifikasikan menjadi 5 klasifikasi respon yaitu sangat
positif, positif, kurang positif dan atau sangat kurang positif.
2. Angket Respon Siswa
Angket respon siswa yang digunakan terdiri dari 10 item
dengan pemberian skor minimal 1 dan skor maksimal 5 untuk
setiap item angket. Jadi dalam implementasinya siswa
memperoleh skor tanggapan dengan rentangan skor tertinggi 50
dan skor terendah 10. Selanjutnya dilakukan uji analisis terhadap
data yang diperoleh. Pengolahan data respon siswa ini dianalisis
dengan rumus yang suda ada, dan diklasifikasikan menjadi 5
klasifikasi respon yaitu sangat positif, positif, kurang positif dan
atau sangat kurang positif.
Data motivasi belajar dan respon siswa ini dikumpulkan pada akhir
proses pembelajaran, dengan demikian nantinya peneliti akan tahu
seberapa besar motivasi belajar dan respon siswa terhadap penggunaan
model pembelajaran ARIAS dalam proses pembelajaran TIK setelah
memberikan perlakuan.
5.2 Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian ada istilah instrumen penelitian. secara umum
instrumen ini merupakan suatu alat ukur. Instrumen penelitian ini digunakan
32
peneliti untuk mengukur variabel penelitian. Dengan demikian bisa
dikatakan bahwa instrumen penelitian ini merupakan hal yang cukup
penting dalam suatu penelitian, dan dalam penelitian ini instrumen yang
digunakan adalah tes hasil belajar siswa.
Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah tes
pilihan ganda atau tes obyektif untuk postest. Peneliti menyusun tes ini
dengan jumlah butir soal sebanyak 40 butir soal, masing-masing soal terdiri
dari lima buah pilihan jawaban (a,b,c,d dan e) dengan skor 1 untuk jawaban
yang bernilai benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah.
Peneliti memilih tes pilihan ganda dalam melakukan evaluasi dalam
penelitian ini karena peneliti memiliki bebrapa alasan yaitu :
1. Tes pilihan ganda dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif
banyak, mencakup hampir seluruh materi dan memudahkan
responden dalam penyelesaiannya.
2. Dalam pemberian skor, peneliti dapat melakukannya dengan objektif.
3. Memudahkan peneliti untuk melakukan analisis butir soal
4. Mengurangi kemungkinan responden untuk menebak jawaban,
karena pilihan jawaban tes pilihan ganda lebih dari dua pilihan.
Dalam penyusunan tes hasil belajar yang akan digunakan untuk bahan
evaluasi, ada beberapa langkah atau tahapan. Tahapan tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Identifikasi standar kompetensi
2. Identifikasi kompetensi dasar
3. Identifikasi indikator pembelajaran
4. Penyusunan kisi-kisi tes hasil belajar
5. Menentukan kriteria penilaian
6. Penulisan butir-butir tes
7. Uji ahli tes hasil belajar
8. Uji coba tes hasil belajar
9. Analisis data hasil uji coba tes hasil belajar
10. Revisi butir soal
11. Penyusunan instrumen final
33
Dalam penelitian ini, tes hasil belajar yang disusun disesuaikan dengan
tahapan-tahapan tersebut diatas untuk menghasilkan suatu instrumen tes
hasil belajar yang benar-benar valid. Dalam pengembangan tes hasil belajar
ini menggunakan taksonomi Bloom. Dalam sistem pendidikan nasional
rumusan hasil belajar banyak menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek
yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
Tes hasil belajar yang dikembangkan berdasarkan jenjang taksonomi
Bloom pada ranah kognitif adalah sebagai berikut.
a. Tipe hasil belajar : Pengetahuan (C1)
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata
knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya
tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula
pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat
seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang,
nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses istilah-
istilah tersebut memang perlu dihafalkan dan diingat agar dapat
dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-
konsep lainnya.
b. Tipe hasil belajar : Pemahaman (C2)
Tipe hasil belajar lebih tinggi dari pengetahuan adalah pemahaman.
Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang
dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah
dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan dari kasus lain.
Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi
dari pada pengetahuan.
c. Tipe hasil belajar : Aplikasi (C3)
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongret atau
khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk
teknis. Menerapkan abtraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi.
Aplikasi yang berulangkali dilakukan pada situasi lama akan beralih
34
menjadi pengetahuan hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap
dilihat sebagai situasi baru bila terjadi proses pemecahan masalah.
d. Tipe hasil belajar : Analisis (C4)
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-
unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.
Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan
kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan kemampuan analisis
diharapkan siswa mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang
sesuatu dan dapat memilah atau memecahnya menjadi bagian-bagian
yang terpadu baik dalam hal prosesnya, cara bekerjanya, maupun dalam
hal sistematikanya.
Dalam penyusunan instrumen soal pilihan ganda adalah ranah kognitif
pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4). Dari
keempat aspek tersebut, peneliti menyusun contoh kisi-kisi dari instrumen
soal pilihan ganda dapat dilihat dalam tabel 1.6 berikut ini.
Tabel 1.6 Kisi-kisi tes hasil belajar ranah kognitif
Kompetensi Dasar
(KD)Indikator
Tipe Hasil Belajar
Pen
geta
hu
an
(C1)
Pem
aham
an
(C2)
Ap
lik
asi (
C3)
An
alis
is (
C4)
Jum
lah
Ite
m
% Item Soal
30%
21.4
3 %
31.4
3 %
17.1
4 %
35
2.2 Menjelaskan fungsi
menu dan ikon pada
perangkat lunak
pengolah angka
20%
a. Menjelaskan fungsi menu bar
b. Menjelaskan menu dan fungsi ikon pada Toolbar1. Standard
2. Formatting
3. Drawing
c. Menjodohkan menu dan ikon sesuai dengan fungsinya
2
4
1
2
4
1
0
0
0
0
0
0
14
2.3.Menggunakan menu
dan ikon pokok pada
perangka lunak
pengolah angka
22,85 %
a. Menggunakan sub menu pada menu bar
b. Menggunakan menu dan ikon-ikon pada Toolbar :1. Standard
2. Formatting
3. Drawing
2
2
2
2
2
2
2
2
16
2.4 Membuat dokumen pengolah angka sederhana
57,15 %
a. Membuat dokumen barub. Mengatur width column
dan high rowc. Meletakkan data
a. pada worksheet yang
dikehendaki
b. Pada folder yang
dikehendaki
d. Mengatur tampilan Border
e. Mengedit column dan row
f. Menyisipkan objek
g. Mengatur format Angka
h. Menggunakan rumus dan fungsi
i. Mengatur Halaman
j. Mencetak dokumen
11
1
1
1
1
1
1
1
1
01
1
0
0
0
1
1
0
0
12
2
2
2
1
2
4
1
1
00
2
0
0
0
2
2
1
1
40
TOTAL ITEM TES 21 15 22 12 70
36
Tabel 1.6 di atas, merupakan kisi-kisi untuk tes hasil belajar untuk
ranah kognitif yang menggunakan tes pilihan ganda. Total item tes hasil
belajar untuk ranah kognitif sebanyak 70 item dengan persebaran merata
pada tiap kompetensi dasar.
Tes praktek (ranah psikomotor) yang akan diberikan berupa contoh
kasus yang terkait dengan indikator pembelajaran yang telah diterapkan. Tes
ketrampilan psikomotor terdiri dari 12 unjuk kerja. Tes hasil belajar yang
dikembangkan berdasarkan jenjang taksonomi Bloom pada ranah
psikomotor adalah sebagai berikut.
a. Jenjang Kesiapan (P1)
Jenjang kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan diri
dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian
gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan
jasmani dan mental.
b. Gerakan Terbimbing (P2)
Pada tahap gerakan terbimbing, siswa dapat menirukan seperti
peniruan gerak mengikuti, mengulangi perbuatan yang dilakukan
atau diperintahkan oleh orang lain.
c. Gerakan Terbiasa (P3)
Gerakan terbiasa mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih
secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
Selanjutnya tes tersebut akan dikerjakan oleh masing-masing kelompok
pada masing-masing komputer. Cara penilaian yang dilakukan oleh guru
menggunakan rubrik psikomotor yang digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa. Kisi-kisi tes praktek (ranah psikomotor) dapat dilihat
dalam tabel 1.7.
Tabel 1.7 Kisi-kisi tes hasil belajar ranah psikomotor
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KETERAMPILAN TOTAL UJI
KETERAMPILANP18,3%
P283,3%
P38,3%
1. Menggunakan a. Menggunakan sub 0 0 1 3
37
menu dan ikon
pokok pada
perangkat lunak
pengolah angka
menu pada menu bar
b. Menggunakan menu dan ikon-ikon pada Toolbar 1. Standard
2. Formatting
3. Drawing
0 0 2
2. Membuat
dokumen pengolah
angka sederhana
a. Membuat dokumen baru
b. Mengatur width column dan high row
c. Meletakan data1. Pada worksheet
yang
dikehendaki
2. Pada folder
yang
dikehendaki
d. Mengatur tampilan Border
e. Mengedit column dan row
f. Menyisipkan objek
g. Mengatur format Angka
h. Menggunakan rumus dan fungsi
i. Mengatur Halaman
j. Mencetak dokumen
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
10
Total Uji Keterampilan Ranah psiokomotor 1 5 9 15
Dari hasil pemaparan di atas, metode dan instrumen pengumpulan data
dapat disimpulkan pada tabel 1.8 sebagai berikut.
38
Tabel 1.8 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Jenis Data Sumber Data Metode Instrumen Waktu Sifat Data
Hasil
belajar
siswa
(postest)
Siswa dari kelas
eksperimen dan
kontrol
Tes Tes hasil
belajar
kognitif dan
psikomotor
(tes pilihan
ganda dan
keterampilan)
sesudah
proses
pembelajaran
(postest)
Skor Rasio
Motivasi
siswa
Siswa kelompok
Eksperimen
Angket Angket
Motivasi
Belajar siswa
Sesudah
proses
pembelajaran
Skor
interval
Respon
siswa
Siswa kelompok
eksperimen
Angket Angket
respon siswa
Sesudah
proses
pembelajaran
Skor
interval
5.3 Uji Instrumen Penelitian
Dalam sebuah penelitian sebelum instrumen penelitian digunakan,
peneliti harus melakukan pengujian terhadap instrumen tersebut. Dalam
penelitian ini instrumen penelitian untuk ranah kognitif diuji apakah sudah
layak untuk digunakan dalam tes hasil belajar. Suatu instrumen penelitian
bisa dikatakan sebagai sebuah instrumen yang baik, berkualitas dan sesuai
jika instrumen tersebut telah memenuhi kriteria reliabilitas, validitas,
kualitas item.
5.3.1 Uji Validitas
Hal pertama dan paling penting yang harus dimiliki suatu
instrumen adalah validitas. Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas
paling banyak diukur dengan menyelidiki bagaimana skor tes itu
berhubungan dengan beberapa kriterium, yaitu beberapa perilaku,
39
prestasi pribadi, atau karakteristik-karakteristik yang menunjukkan
ciri-ciri yang ingin di ukur dari tes tersebut.
a. Validitas isi
Gay (1987) menyatakan bahwa validitas isi (content validity)
adalah derajat pengukuran yang mencerminkan domain isi yang
diharapkan. Validitas isi penting untuk tes hasil belajar
(achievement test). Suatu skor kurang bahkan tidak mencerminkan
hasil belajar siswa apabila instrumen tidak mampu mengukur
secara komprehensif apa yang telah dipelajari oleh siswa. Prosedur
yang hendak ditempuh agar suatu tes hasil belajar mampu
mencerminkan domain isi secara komprehensif adalah dengan
menyusun kisi-kisi tes.
Validitas isi suatu tes hasil belajar tidak terlalu penting untuk
dikuantifikasi. Validitas isi cukup diestimasi berdasarkan
pertimbangan ahli isi. Sebagai ahli isi dapat ditunjuk seorang guru
pada bidang studi yang sama yang memiliki kualifikasi dan
pengalaman kerja yang cukup. Pertimbangan ahli tersebut dianggap
cukup representatif sebagai dasar untuk memutuskan bahwa tes
yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas isi. Di
samping pemeriksaan oleh ahli isi, tes juga perlu diuji
keterbacaannya ditinjau dari pemakai (siswa). Prosedur ini
dilakukan melalui uji kelompok kecil dan kelas yang
sesungguhnya.
b. Validitas isi tes hasil belajar TIK siswa
Dalam suatu penelitian, sebuah item dikatakan valid apabila
mempunyai dukungan yang benar terhadap skor total, atau dengan
kata lain, sebuah item mempunyai kesejajaran dengan skor total.
Kesejajaran antara validitas item dengan skor total dapat diartikan
sebagai korelasi. Sehingga untuk mengetahui validitas item
digunakan rumus korelasi (Arikunto, 2002). Teknik analisis data
dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Office
Excel. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan rpbis
hitung dengan rpbis tabel dalam taraf signifikansi 5 %. Rumus yang
40
digunakan untuk menguji validitas butir soal adalah koefisien
korelasi biserial yang dirumuskan sebagai berikut.
γ pbis=M p−M t
St √ pq
……………………………………………..(i)
Keterangan :
γ pbis = koefisien korelasi poin biserial
M p = rata-rata skor untuk yang menjawab benar
M t = rata-rata skor total
St = Standar deviasi total P = Proporsi yang menjawab benar (tingkat kesulitan)q = Proporsi yang menjawab salah (1-p)
Kriteria butir soal dalam katagori valid jika rpbs hitung > rpbs tabel
pada taraf signifikan 5%.
5.3.2 Uji Reliabilitas
Analisis butir tes standar tidak dapat ditentukan hanya oleh IKB,
IDB, dan untuk tes pilihan ganda oleh keefektifan pengecoh, tetapi
juga harus ditambah oleh analisis konsistensi internal baik konsistensi
internal butir maupun konsistensi internal tes (reliabilitas tes).
Gay (1987) menyatakan konsistensi internal butir adalah derajat
konsistensi pengukuran yang ditampilkan oleh butir terhadap apa yang
ingin diukur. Jadi konsistensi butir berkenaan dengan tingkatan atau
derajat yang menunjukkan seberapa jauh butir dapat mengukur secara
konsisten apa yang seharusnya diukur.
Wiersma (1991) menyatakan konsistensi internal tes atau reliabilitas
tes berarti konsistensi dari tes dalam mengukur apa yang seharusnya
diukur. Pengukuran konsisten berarti akan memberikan hasil yang
sama untuk subjek yang sama pada waktu yang berbeda. Koefesien
reliabilitas tes dapat bernilai antara 0,00-1,00. Gay (1987) menyatakan
reliabilitas tes adalah derajat pada mana suatu tes dapat mengukur
secara konsistens apa yang seharusnya diukur.
41
Konsistensi internal tes atau reliabilitas internal tes dapat
ditentukan dengan beberapa metode diantaranya metode belah dua,
metode Kuder-Rechadson 20 (K-R 20,K-R21) dan koefisien alfa
Cronbach. Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan metode
(K-R20). Karena skor-skor butir bersifat dikotomis, maka koefesien
reliabilitas dihitung dengan Metode K-R 20 dengan formula (Mehrens
& lehmann, 1984) sebagai berikut.
r xy=n
n−1 [1−∑ pq
S x2 ] ………………………………………...……(ii)
Keterangan
n = jumlah butir tes
p = persentase responden yang menjawab benar
q = persentase responden yang menjawab salah
S x2= varians keseluruhan tes
Untuk konversi uji reliabilitas tes dapat digunakan kriteria
pengujian pada tabel 1.9.
Tabel 1.9. Kriteria Uji Reliabilitas Tes
Rentangan Reliabilitas Kategori
R11 < 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20 < R11 < 0,40 Derajat reliabilitas rendah
0,40 < R11 < 0,60 Derajat reliabilitas sedang
0,60 < R11 < 0,80 Derajat reliabilitas tinggi
0,80 < R11 < 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
5.3.3 Uji Indeks Kesukaran Butir (IKB) Tes
Dalam suatu tes, tingkat kesukaran butir dapat digunakan untuk
mengukur bermutu atau tidaknya butir-butir tes tersebut. Butir yang
baik adalah butir yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar
sehingga dapat benar-benar menggambarkan kemampuan siswa
42
tersebut. Tingkat kesukaran butir dalam tes pilihan ganda dapat
menggunakan formula sebagai berikut.
P= BJS
……………………………………...………………..(iii)
Keterangan
P = indeks kesukaran butir
B = jumlah responden yang menjawab benar
Js = jumlah responden seluruhnya
Klasifikasi indeks kesukaran butir yang umum digunakan adalah
seperti pada tabel 1.10 berikut.
Tabel 1.10 Kriteria Uji Indeks Kesukaran Butir
Rentangan IKB Kategori
P1 = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < P1 < 0,30 Sukar
0,30 < P1 < 0,70 Sedang
0,70 < P1 < 1,00 Mudah
P1 = 1,00 Terlalu mudah
Secara umum butir yang ditoleransi sebagai tes standar adalah
yang memiliki P = 0,30-0,70.
5.3.4 Indeks Daya Beda Butir (IDB) Tes
Daya beda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2002).
Nilai IDB bergerak dari –1,00 s.d +1,00. Apabila IDB bernilai
positif, butir tersebut memiliki dayabeda yang positif, yang berarti
bahwa porsi siswa yang lebih tahu tentang jawaban benar lebih besar
dibandingkan dengan porsi siswa tang tidak tahu. Apabila IDB
bernilai nol, butir tersebut memiliki dayabeda nol, artinya butir
tersebut tidak mampu membedakan antara siswa tahu jawaban benar
43
dengan siswa yang tidak tahu. Hal ini terjadi, karena beberapa hal,
yaitu: (1) butir terlalu mudah atau terlalu sukar, sehingga mungkin
semua siswa salah atau semua siswa benar, (2) butir tersebut
membingungkan sebagai akibat konstruksinya ambigu atau
menimbulkan penapsiran ganda. Apabila porsi siswa yang tidak tahu
jawaban benar lebih banyak dibandingkan dengan yang tahu, maka
IDB menjadi negatif. Hal ini bissa terjadi mungkin disebabkan karena
konstruksi tes bersifat ambigu, atau kunci jawabannya yang salah.
Secara umum, semakin tinggi IDB suatu butir semakin besar
kemungkinan butir tersebut mampu membedakan antara siswa yang
tahu jawaban benar dengan siswa yang tidak tahu. Kriteria yang
digunakan dalam menentukan daya pembeda tes adalah sebagai berikut
(Subana dan Sudrajat, 2001).
Tabel 1.11 Kriteria Uji Indeks Daya Beda Butir
Rentangan IKB Kategori
DB < 0,00 Sangat jelek
0,00 < DB < 0,20 Jelek
0,20 < DB < 0,40 Cukup
0,40 < DB < 0,70 Baik
0,70 < DB < 1,00 Sangat Baik
Untuk tes standar dianjurkan menggunakan tes yang memiliki
IDB > 0,20. Indeks daya beda butir dapat menggunakan formula
sebagai berikut.
IDB=RKA−RKB
12
T …………………………………………………..(iv)
Keterangan
IDB = indeks daya beda butir
RKA = jumlah responden Kelompok Atas yang menjawab benar
RKB = jumlah responden Kelompok Bawah yang menjawab benar
T = jumlah responden seluruhnya.
44
5.3.5 Menentukan Keefektifan Pengecoh (distracters effectiveness).
Analisis distraktor di perlukan hanya untuk pembuat soal. Selain
menghitung indeks kesukaran dan daya beda dalam analisis butir juga
perlu di ketahui apakah distraktor atau pengecoh yang di sediakan
tepat atau tidak benar. Apakah semua pilihan yang disediakan dipilih
semua karena dianggap betul, jawaban terkumpul pada pilihan tertentu
atau pilihan yang sama sekali tidak ada pemilihnya. Dengan
memeriksa pola pilihan jawaban, dapat di tentukan hal-hal sebagai
berikut : (1). Berapa jumlah subjek yang menjawab betul; (2).
Distraktor mana yang terlalu jelas atau menyolok sehingga sangat
sedikit yang terkecoh untuk memilihnya; (3). Distraktor mana yang
justru menyesatkan subjek yang termasuk kelompok tinggi yang
seharusnya tidak terkecoh; (4). Distraktor mana yang dapat menarik
bagi subjek kelompok rendah, tetapi tidak cukup menarik bagi subjek
dari kelompok tinggi. Pengecoh dikatakan efektif bila minimal
dijawab oleh 5% peserta.
6. ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif. Data tersebut diolah menggunakan analisis statistik dan analisis
non statistik. Data kuantitatif akan dianalisis dengan analisis statistik
deskriptif untuk mendeskripsikan data hasil belajar siswa.
Analisis statistik digunakan untuk men-genaralisasi hasil penelitian
yang meliputi estimasi (perkiraan), uji prasyarat berupa uji normalitas dan
uji homogenitas, serta uji hipotesis. Dalam menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan uji t. Analisis data ini
dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
6.1 Deskripsi Data
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya
hasil belajar TIK. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara
pengolahan data yang dilakukan dengan cara menyusun secara sistematis
45
dalam bentuk angka-angka atau presentase, mengenai suatu objek yang
diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum. Analisis deskriptif
dilakukan terhadap nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varian,
skor maksimum, skor minimum, dan jangkauan. Untuk menentukan tinggi
rendahnya kualitas variabel-variabel tersebut dikonversikan dengan
menggunakan kriteria rata-rata (mean) ideal dan standar deviasi (SD) ideal
masing-masing variabel tersebut pada Tabel 1.12.
Tabel 1.12 Kriteria Uji Mean Ideal dan Standar Deviasi Ideal
Nurkancana dan sunartana (1992)
Variabel standar deviasi Kriteria
Mi + 2 Sdi s.d Mi + 3,0 Sdi Sangat Tinggi
Mi + 1 Sdi s.d Mi + 2 Sdi Tinggi
Mi - 1 Sdi s.d Mi + 1 Sdi Sedang
Mi - 2 Sdi s.d Mi - 1 Sdi Rendah
Mi - 3 Sdi s.d Mi - 2 Sdi Sangat Rendah
Keterangan:
Mi = Rata-rata ideal dihitung dengan rumus:1
2 (S.MaXI + S.Min)
Sdi = Standar deviasi ideal dihitung dengan rumus:1
6 (S.MaXI + S. Min)
6.2 Uji Asumsi Statistik
6.2.1 Uji Normalitas Sebaran Data
Dalam sebuah penelitian, uji normalitas sebaran data dilakukan
untuk menentukan langkah pengujian, yaitu dengan menggunakan
uji statistik parametrik dan uji statistik non parametrik.
Dalam penelitian ini, hipotesis yang akan diujikan adalah sebagai
berikut.
Ho = Data berdistribusi Normal.
Ha = Data tidak berdistribusi Normal.
46
Sedangkan dala uji normalitas untuk penskoran hasil belajar
TIK siswa digunakan suatu analisis yang disebut uji Chi-Square
dengan rumus pada persamaan 1.5 (Sudijono, 2001).
x2=∑ (fo−fe )2
fe ........................................................................(v)
Keterangan:
XI2 : Chi-Square
f0 : frekuensi yang diperoleh sampel
fe : frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian dapat berdistribusi normal jika XI2 hit < XI2
tab, dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan dk=(k-1).
6.2.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F
dengan rumus pada persamaan 1.6 (Sudjana, 2002).
Hipotesis yang akan diujikan adalah :
Ho : Tidak ada perbedaan varians antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
Ha : Ada perbedaan varians antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
Fhit=s1
2
s22 ..................................................................................(vi)
Keterangan:
s12 = varians kelompok eksperimen
s22 = varians kelompok kontrol
Kriteria pengujian, jika Fhit ¿F
α (n1−1, n2−1 ) maka sampel tidak
homogen dapat melakukan pengujian dengan menggunakan rumus
polled varians, dan jika Fhit <F
α (n1−1, n2−1) maka sampel homogen dapat
melakukan pengujian dengan dengan menggunakan rumus separated
47
varians. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan
derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat kebebasan untuk
penyebut n2-1.
6.2.3 Uji Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan hipotesis penelitian atau hipotesis alternatif
(Ha) yang telah diajukan pada kajian teori, maka dapat dirumuskan
hipotesis nol (H0) sebagai berikut.
Uji hipotesis untuk hasil belajar siswa
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam
penggunaan model pembelajaran ARIAS terhadap hasil
belajar TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan
model pembelajaran model pembelajaran ARIAS terhadap
hasil belajar TIK siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sawan.
Pengujian hipotesis menggunakan t-test terdapat beberapa rumus
yang digunakan (Sugiyono, 2008) yaitu sebagai berikut :
Rumus (separated varians)
1 2
2 21 2
1 2
X Xt
s s
n n
...............................................................................(vii)
Rumus (polled varians)
t=X1−X2
√( n1−1 )s1
2+(n2−1)s22
n1+n2−2 ( 1n1
+ 1n2
)
…………………………(viii)
48
Keterangan :
X1 = Nilai rata-rata skor kelompok eksperimen
X 2 = Nilai rata-rata skor kelompok kontrol
n1 = Banyaknya subjek kelompok eksperimen
n2 = Banyaknya subjek kelompok kontrol
s12 = varians sampel kelompok eksperimen
s22 = varians sampel kelompok kontrol
Pedoman penggunaan rumus-rumus t-test (Separated Varian, dan
Polled Varian, yaitu sebagai berikut :
1. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2, dan varian homogen
(σ12=σ 2
2) maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk
Separated, maupun Polled Varian. Untuk melihat harga t-tabel
digunakan dk = n1 + n2 - 2
2. Bila n1 ≠ n2, varian homogen (σ1
2=σ 22) , dapat digunakan
rumus t-test dengan Polled Varian. Derajad kebebasan (dk) =
n1 + n2 – 2
3. Bila n1 = n2, varian tidak homogen (σ1
2≠σ 22) , dapat digunakan
rumus t-test dengan Separated Varian dan Polled Varian.
Dengan dk = n1 – 1 atau n2 – 1. jadi dk bukan n1 + n2 – 2.
4. Bila n1 ≠ n2, varian tidak homogen (σ1
2≠σ 22) , untuk ini
digunakan t-test dengan Separated Varian. Harga t sebagai
pengganti t-tabel dihitung dari selisih harga t-tabel dengan dk
(n1 – 1) dan dk (n2 – 1) dibagi dua, dan kemudian ditambahkan
dengan harga t yang terkecil.
49
Berdasarkan pedoman rumus di atas karena banyaknya subjek
dalam penelitian ini antara kelompok ekperimen tidak sama
dengan kelompok kontrol n1 ≠ n2 maka rumus t-test yang
mungkin digunakan adalah nomor 2 dan 4
7. MOTIVASI BELAJAR SISWA
Untuk mengetahui motivasi siswa terhadap penggunaan pembelajaran
TIK setelah diterapkannya model pembelajaran ARIAS akan dianalisis secara
deskriptif terhadap pendapat siswa yang tertuang dalam angket motivasi belajar
siswa. Angket yang digunakan adalah skala Likert dengan 5 pilihan, yaitu
a. Sangat Setuju (SS)
b. Setuju (S)
c. Kurang setuju (KS)
d. Tidak Setuju (TS)
e. Sangat Tidak Setuju (STS)
Data motivasi belajar siswa dianalisis berdasarkan rata-rata skor motivasi
belajar siswa ( M ) , mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI).
Mean Ideal ( MI ) =
12 (skor maksimum + skor minimum).
Standar Deviasi Ideal (SDI ) =
16 (skor maksimum + skor minimum).
Rata-rata skor motivasi belajar siswa dianalisis dengan rumus :
M=∑i=1
n
M i
n
…………………………………………………………………………………………..(ix)
Keterangan :
M = Rata-rata skor motivasi belajar siswa.
50
∑i=1
n
M i= Jumlah skor motivasi belajar siswa.
n = Banyak siswa.
Rata-rata skor motivasi belajar siswa yang diperoleh dicocokkan dengan
kriteria penggolongan berikut.
Tabel 1.13 Kriteria Penggolongan Motivasi Belajar Siswa
(Ratumanan dalam Ari Septiana 2010)
Kriteria Kategori
M≥MI+1,5 . SDI Sangat tinggi
MI+0,5 . SDI≤M <MI+1,5 . SDI Tinggi
MI−0,5. SDI≤M <MI+0,5 . SDI Cukup
MI−1,5 .SDI≤M <MI−0,5. SDI Rendah
M <MI−1,5 . SDI Sangat Rendah
8. RESPON SISWA
Respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran ARIAS
dikumpulkan dengan menggunakan angket tanggapan siswa. Angket yang
digunakan adalah skala Likert dengan 5 pilihan, yaitu
a. Sangat Setuju (SS)
b. Setuju (S)
c. Kurang setuju (KS)
d. Tidak Setuju (TS)
e. Sangat Tidak Setuju (STS)
Sedangkan untuk acuan respon negatif dilakukan dengan pemberian skor
terbalik dengan item positif.
Tabel 1.14 Kriteria Pemberian Skor Respon Siswa
Analisis Jawaban Nilai Item
51
Positif (+) Negatif (-)
SS 5 1
S 4 2
KS 3 3
TS 2 4
STS 1 5
Untuk mencari skor rata-rata atau mean (X ) dapat dilakukan dengan membagi
jumlah semua skor (åXI) dengan jumlah siswa (N) (Masidjo, 1995).
X =
∑ X
N...........................................................................................(xi)
Keterangan :
X = Skor rata – rata respon siswa
∑ X
= Jumlah skor respon siswa
N = Banyaknya siswa
Untuk mencari mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI) dapat dilakukan
dengan rumus sebagai berikut.
MI =
12 (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)
SDI =
16 (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)
Respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran ARIAS yang
diterapkan dapat diketahui berdasarkan tabel di bawah ini.
Tabel 1.15 Kategori Respon Siswa
Masidjo (1992)
Rentangan Skor Kategori
MI + 1,5 SDI ¿ X Sangat Positif
MI + 0,5 SDI ¿ X ¿ MI + 1,5 SDI Positif
52
MI - 0,5 SDI ¿ X ¿ MI + 0,5 SDI Cukup Positif
MI - 1,5 SDI ¿ X ¿ MI - 0,5 SDI Kurang Positif
X ¿ MI - 1,5 SDI Sangat Kurang
53
No KegiatanJanuari 2011 Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Orientasi dan observasi awal
2 Pembuat proposal
3 Merancang instrumen penelitian dan
RPP
4 Ujian proposal
5 Uji coba instrumen penelitian
6 Analisis butir soal
7 Mengimplementasikan Model
Pembelajaran
8 Analisis data dan pengujian hipotesis
9 Pembuatan laporan
10 Ujian Skripsi
5453
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1988. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Kiranawati. 2007. Penerapan Pembelajaran ARIAS.Artikel. Tersedia pada http://gurupkn.wordpress.com. Didownload tanggal 04 Februari 2011.
Keller, J. M. 2006. ARCS-Motivation teory. Artikel. Tersedia pada http//ide.ed.psu.edu. Didownload tanggal 04 Februari 2011.
Keller, J. M. 2006. The Arcs Model of Motivation Design. Artikel. Tersedia pada http://www.googlebooks.com/Arcsmodel. Didownload tanggal 25 Februari 2011.
Keller, J. M. & Suzuki, K 2004. Learner motivation and e-learning design: A multinationally validated process. Journal of Education Media, 29 (3), 175-189. Tersedia pada http//www.arcsmodel.com. Didownload tanggal 25 Februari 2011.
Mariana, Anah. 2007. Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Konsep Pengelolaan Lingkungan Dengan Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Model Conceptual Change. Jurusan Biologi, UNNES Semarang.
Nurkancana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Parsa, I Nyoman. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Arias Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas Viii Smp Negeri 5 Singaraja Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika, UNDIKSHA Singaraja.
Rumiati, 2007. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak. Tersedia pada http://rumiati.wordpress.com. Didownload tanggal 28 Februari 2011.
Sa’adah. 2010. Penerapan Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment And Satisfaction) Dalam Pembelajaran TIK. Kumpulan Skripsi Pendidikan Ilkom UPI.
Sardiman, A. M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.
Sri Suwateriningsih, Ketut. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Arias Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Viib Smp Negeri 2 Singaraja Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika, UNDIKSHA Singaraja.
55
Yuni, Ni Wayan. 2010. Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Tik Siswa Kelas Xi Bahasa1 Sma Negeri 3 Singaraja Tahun Ajaran 2009/2010. Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, UNDIKSHA Singaraja.
56