proposal ayu
DESCRIPTION
Contoh proposalTRANSCRIPT
PROPOSAL
PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MENGONTROL MOTIVASI BELAJAR
FISIKA PESERTA DIDIKKELAS XI SMAN 1 SINJAI TIMUR
NURWAHYUNI TAWIL101204003
PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013
JUDUL: PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP
HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MENGONTROL
MOTIVASI BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI
IPA SMAN 1 SINJAI TIMUR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting sebagai upaya
manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Oleh karena itu berbagai
upaya mesti dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan ini. Seiring
dengan berjalannya waktu pendidikan tak pernah lepas dari problematika-
problematika yang menyertainya. Perbaikan ini tidak hanya menyangkut
perbaikan sistem pendidikan atau kurikulum tetapi juga perbaikan subjek-subjek
pendidikan serta cara pembelajaran yang digunakan.
Tugas seorang guru maupun dosen adalah untuk memastikan agar setiap
komponen dalam pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Apabila komponen
ini telah terlaksana dengan baik, maka dapat dipastikan tujuan utama pendidikan
dapat dicapai sebagaimana mestinya. Sehubungan dengan itu, Pahan (dalam
Riduwan 2008:190) mengatakan bahwa guru sebagai salah satu unsur dalam PBM
memiliki multi peran, tidak terbatas hanya sebagai “pengajar” yang melakukan
transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pembimbing yang mendorong potensi,
mengembangkan alternatif, dan memobilisasi siswa dalam belajar. Artinya, guru
memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan
pendidikan.
2
Guru perlu mengenal berbagai pendekatan, salah satunya adalah pendekatan
kontekstual. Pendekatan ini, memungkinkan proses belajar yang tenang dan
menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta
didik dapat mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya.
Pembelajaran kontekstual juga mendorong peserta didik memahami hakikat,
makna dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin belajar.
Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Khutbah (2011), menyimpulkan bahwa
hasil belajar peserta didik SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan meningkat
setelah menggunakan pendekatan kontekstual. Selain itu penelitian yang
dilakukan oleh Irwandi (2009), menyimpulkan bahwa hasil belajar kognitif
peserta didik di SMA Negeri Kota Bengkulu yang mendapat perlakuan
pendekatan kontekstual melalui masyarakat belajar diperluas lebih baik daripada
masyarakat belajar terbatas. Bukan cuma itu, penelitian yang juga dilakukan oleh
Gley H. Antou, M. N. Tanor, dan J. J. Mamangkey (2012), menyatakan berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kontekstual dengan model
direct instruction (pembelajaran langsung).
Peneliti di sini, selain ingin melihat pengaruh pendekatan kontekstual
terhadap hasil belajar, juga ingin mengontrol motivasi belajar peserta didik.
Peneliti ingin mengetahui apakah selain pendekatan kontekstual, motivasi belajar
awal peserta didik juga akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya atau tidak.
Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan
penelitian untuk melihat “Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Hasil
3
Belajar Fisika dengan Mengontrol Motivasi Belajar Fisika Peserta Didik
Kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:
1. Seberapa besar hasil belajar Fisika yang diperoleh melalui pendekatan
konvensional bagi peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur?
2. Seberapa besar hasil belajar Fisika yang diperoleh melalui pendekatan
kontekstual bagi peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur?
3. Apakah terdapat perbedaan pengaruh pendekatan kontekstual dengan
pendekatan konvensional terhadap hasil belajar fisika yang memiliki motivasi
belajar tinggi pada peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur?
4. Apakah terdapat perbedaan pengaruh pendekatan kontekstual dengan
pendekatan konvensional terhadap hasil belajar fisika yang memiliki motivasi
belajar rendah pada peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar Fisika yang diperoleh melalui
pendekatan konvensional peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur.
2. Untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar Fisika yang diperoleh melalui
pendekatan kontekstual peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur.
4
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan kontekstual dengan
pendekatan konvensional terhadap hasil belajar fisika yang memiliki motivasi
belajar tinggi pada peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan kontekstual dengan
pendekatan konvensional terhadap hasil belajar fisika yang memiliki motivasi
belajar rendah pada peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Bagi pemerhati pendidikan, penelitian ini dapat memberikan gambaran
tentang peningkatan hasil belajar Fisika pada peserta didik kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Sinjai Timur melalui pendekatan kontekstual dengan
mengontrol motivasi peserta didik yang selanjutnya dapat digunakan sebagai
bahan perbandingan dalam memilih metode mengajar Fisika yang tepat.
2. Bagi guru, khususnya guru mata pelajaran Fisika pada SMA Negeri 1Sinjai
Timur dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan
kualitas pelaksanaan proses pembelajaran dan hasil belajar Fisika.
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan
dan pertimbangan khususnya yang berminat mengembangkan hasil
penelitian ini.
5
II. KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Teori
1) Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (qustioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian autentik (authentic
assesment) (Trianto. 2007:103-104).
Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan
menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu
dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya. Pembelajaran kontekstual
sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar
siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih
bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas
siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian,
pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting
adalah proses (Rusman. 2011:190).
Menurut Kokom Komalasari (2010:38-41), materi pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki
6
Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
Indikator
Materi dalam Pembelajaran Kontekstual
Materi dapat diaplikasikan dalam kehidupanMateri terkait
dengan materi lain dalam satu pelajaran dan materi pelajaran
lain
Materi terkait dengan lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, psikologi
Materi berupa fakta, konsep, prinsip,
prosedur, nilai dan sikap dari SK, KD,
dan Indikator
Materi memberikan pengalaman langsung
melalui inkuiri
Materi mengembangkan kemampuan kooperatif
dan kemandirian
Materi mengembangkan kemampuan reflektif
karakteristik tersendiri, dimana dalam pemilihan fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang harus dibelajarkan kepada siswa hendaknya memerhatikan
beberapa hal berikut ini:
1. Keterkaitan dengan konteks lingkungan dimana siswa berada yang meliputi
lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan budaya, lingkungan politis,
lingkungan psikologis, dan lingkungan ekonomis.
2. Keterkaitan dengan materi pelajaran lain secara terpadu.
3. Mampu diaplikasikan dalam kehidupan siswa.
4. Memberikan pengalaman langsung melalui kegiatan inquiry.
5. Mengembangkan kemampuan kooperatif sekaligus kemandirian.
6. Mengembangkan kemampuan melakukan refleksi.
Jika digambarkan maka dalam mengembangkan materi pembelajaran berbasis
pendekatan kontekstual, guru hendaknya melakukan hal sebagai berikut:
ALUR ANALISIS PENGEMBANGAN MATERI DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
7
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual
adalah konsep pembelajaran yang membantu siswa mengaitkan antara materi
pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2) Pendekatan Konvensional
Pendekatan konvensional adalah pendekatan yang disepakati digunakan di
SMAN 1 Sinjai Timur. Pendekatan tersebut adalah pendekatan ekspositori dengan
menggunakan metode ceramah, dimana guru lebih berperan aktif di dalam kelas
dibandingkan dengan peserta didiknya dan cenderung lebih berpusat kepada buku
pelajaran.
Menurut Sagala (2010), dalam pendekatan ini menunjukkan bahwa guru
berperan lebih aktif, lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan siswanya,
karena guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajaran secara tuntas,
sedangkan siswanya berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan pengolahan
bahan, karena menerima bahan ajaran yang disampaikan guru. Pendekatan
ekspositori disebut juga mengajar secara konvensional seperti metode ceramah
maupun demonstrasi. Pada pendekatan ini tidak terus menerus memberi informasi
tanpa peduli apakah siswa memahami informasi itu atau tidak. .
3) Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur,
yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil
belajar merupakan hasil yang dicapai peserta didik setelah mengalami proses
belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil
8
belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia
menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2006).
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan
kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan penilaian yang dicapai seorang
peserta didik untuk mengetahui pemahaman tentang bahan pelajaran atau materi
yang diajarkan sehingga dapat dipahami peserta didik. Untuk dapat menentukan
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil
belajar. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik dalam
menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan (Suharsimi Arikunto,
2001). Hasil belajar tampak sebagai perubahan tingkah laku pada diri peserta
didik, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap
dan keterampilan (Oemar Hamalik, 2001).
Menurut Bloom dalam Nana Sudjana (2006), ada tiga ranah (domain) hasil
belajar, yaitu: 1). Ranah afektif, merupakan aspek yang berkaitan dengan
perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek;
2). Ranah psikomotor, merupakan aspek yang berkaitan dengan kemampuan
melakukan pekerjaan yang melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan
dengan gerak fisik; 3). Ranah kognitif, merupakan aspek yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, kemampuan yang
berkaitan dengan perolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman,
konseptualisasi, penentuan dan penalaran.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini
9
merupakan penilaian yang dicapai seorang peserta didik untuk mengetahui
pemahaman tentang bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sehingga dapat
dipahami peserta didik. Dengan demikian jika pencapaian hasil belajar itu tinggi,
dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar itu berhasil.
4) Motivasi Belajar
Menurut Curzon yang dikutip oleh Sahabuddin (2007:135) motivasi berasal
dari kata motus, movere = to move yang didefinisikan oleh ahli-ahli psikologi
sebagai gejala yang meliputi dorongan dan perilaku mencari tujuan pribadi;
kecenderungan untuk melakukan kegiatan yang berawal dengan stimulus atau
dorongan yang kuat dan berakhir dengan respons penyesuaian yang tepat; yang
membangun, mengatur, dan menunjang pola perilaku.
Motivasi atau minat belajar merupakan hasrat untuk belajar dari seseorang
individu. Seorang siswa dapat belajar secara lebih efisien apabila ia berusaha
untuk belajar secara maksimal. Artinya, ia memotivasi dirinya sendiri. Motivasi
belajar dapat datang dari dalam diri siswa yang rajin membaca buku dan memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu masalah. Motivasi belajar dapat
dibangkitkan, ditingkatkan, dan dipelihara oleh kondisi-kondisi luar, seperti
penyajian pelajaran oleh guru dengan media bervariasi, metode yang tepat,
komunikasi yang dinamis, dan sebagainya (Hamdani, 2011:290).
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar
yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua
10
faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang
berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat
(Hamzah B. Uno. 2007:23).
Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi, ialah: (1)
Motivasi dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan
membantu kita menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan
kelakuan-kelakuan lain pada seseorang; (2) Kita menentukan karakter dari proses
ini dengan melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-
petunjuk dapat dipercaya, dapat dilihat kegunaannya dalam memperkirakan dan
menjelaskan tingkah laku lainnya (Oemar Hamalik. 2001:158).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010:85), motivasi belajar penting bagi
siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut :
(1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. (2)
Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan
teman sebaya. (3) Mengarahkan kegiatan belajar. (4) Membesarkan semangat
belajar. (5) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja
(disela-selanya adalah istirahat atau bermain) yang berkesinambungan. Motivasi
belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman
tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai
berikut: (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa
untuk belajar sampai berhasil. (2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar
siswa dikelas bermacam-ragam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tidak
memusatkan perhatian, ada yang bermain, di samping yang bersemangat untuk
11
belajar. (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara
bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman
diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. (4) Memberi peluang guru
untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis.
Menurut Oemar Hamalik (2001:166), guru dapat menggunakan berbagai
cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, ialah
sebagai berikut. 1) Memberi angka; 2) pujian; 3) hadiah; 4) kerja kelompok; 5)
persaingan; 6) tujuan dan level of aspiration; 7) sarkasme; 8) penilaian; 9)
karyawisata dan ekskursi; 10) film pendidikan; 11) belajar melalui radio.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk belajar sehingga dapat
menimbulkan hasil yang maksimal.
B. Kerangka pikir
Salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar
Fisika adalah penggunaan pendekatan pembelajaran. Penerapan pembelajaran
yang baik akan memungkinkan peserta didik mengikuti pelajaran dengan baik dan
mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
Pendekatan pembelajaran yang baik hendaknya diberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan (konsep) yang dipelajari.
Guru hanya berfungsi sebagai fasilitator yang mengarakkan peserta didik untuk
menemukan kembali apa yang dipelajarinya. Disamping itu, dalam proses
kegiatan belajar peserta didik diajak berpikir secara aktif dan kreatif melalui
berbagai kegiatan yang mengarah pada penyelidikan dan penemuan konsep.
12
Proses penalaran yang menitikberatkan pada kegiatan peserta didik dalam bentuk
penyelidikan dan penemuan, penalaran dan komunikasi serta pemecahan masalah
membuat peserta didik tidak hanya belajar secara deduktif, tetapi juga berpikir
secara induktif. Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan uraian ini adalah
pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan
peserta didik untuk menemukan sendiri masalah yang akan dibahas lalu
melakukan penyelidikan terhadap masalah itu, guru hanya memancing atau
menstimulus peserta didik dengan melemparkan berbagai pertanyaan yang
berkaitan dengan masalah untuk kemudian dijawab oleh peserta didik sampai
menemukan jawaban. Dari hasil jawaban tersebut peserta didik akan mendapatkan
sebuah kesimpulan. Kesimpulan itu merupakan sebuah penemuan baru bagi
peserta didik pada waktu kegiatan belajar. Oleh karena itu hasil belajar dengan
cara seperti ini lebih efektif, mudah dihafal, diingat dan mudah ditransfer dalam
memecahkan masalah. Disamping itu dapat meningkatkan penalaran peserta didik
dan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara bebas dan ilmiah.
Pendekatan kontekstual juga dapat menumbuhkan minat belajar peserta
didik karena dari hasil penemuan, peserta didik merasa puas dan terdorong
kembali untuk selalu menemukan hal-hal baru dalam belajar, dan apa yang
ditemukannya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam
pemecahan masalah. Namun setiap pendekatan pembelajaran sangat dipengaruhi
oleh motivasi belajar peserta didik. Meskipun secara teori suatu pendekatan
pembelajaran itu dikatakan baik, tetapi kalau motivasi peserta didik untuk belajar
13
kurang maka tetap akan berpengaruh terhadap ketidaktercapaian pembelajaran.
Oleh karena itu motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
hasil belajar sehingga dalam penelitian ini motivasi belajar peserta didik akan
dikontrol dalam penggunaan pendekatan sehingga variabel tersebut tidak
mempengaruhi hasil penelitian yang dilakukan.
Dengan demikian berdasarkan pemikiran di atas memungkinkan pendekatan
kontekstual dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar Fisika peserta
didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur.
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka dapat diturunkan hipotesis yaitu: “terdapat perbedaan pengaruh
pendekatan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konvensional terhadap
hasil belajar Fisika setelah mengontrol motivasi siswa kelas XI IPA SMAN 1
Sinjai Timur”.
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang terdiri dari empat
variabel yaitu: (1) Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, (2) pembelajaran
dengan pendekatan konvensional (3) hasil belajar peserta didik, (4) motivasi
belajar. Pendekatan kontekstual dan pendekatan konvensional merupakan variabel
bebas (independen). Hasil belajar peserta didik adalah variabel terikatnya
(dependen), sedangkan motivasi belajar adalah variabel kontrol (kovariabel).
14
Penelitian eksperimen ini bersifat kuantitatif, berupa data yang diperoleh dari hasil
tes hasil belajar Fisika
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai
Timur tahun ajaran 2013/2014.
3. Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Sinjai Timur kelas XI IPA semester
2 tahun ajaran 2013/2014.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari 4, yaitu hasil belajar Fisika, motivasi
belajar, dan pendekatan kentekstual dan pendekatan konvensional.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Hasil belajar Fisika
Hasil belajar Fisika merupakan skor yang dicapai oleh peserta didik
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Fisika yang diukur dengan tes hasil
belajar.
2. Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan usaha atau kondisi yang muncul dalam diri
peserta didik akibat adanya dorongan fisiologis dan psikologis untuk
melakukan aktivitas pembelajaran yang diperoleh dengan memberikan
angket motivasi.
15
3. Pendekatan pembelajaran kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
dilakukan guru dengan menekankan pada penyajian materi dengan
mengambil pendekatan dunia nyata sehingga mendorong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pendekatan pembelajaran konvensional
Pendekatan pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang
cenderung berorientasi dan berpusat pada buku pelajaran dan kurang terkait
dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai
Timur tahun ajaran 2013/2014. Kelas XI IPA pada SMA ini terdiri dari 3 (tiga)
kelas, dengan jumlah peserta didik 96 orang. Karena jumlah populasi ini cukup
besar, tidak dapat dijangkau oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti hanya
mengambil sebagaian dari populasi untuk dijadikan sampel (responden) dalam
peneliti.
Dari populasi tersebut di atas, akan diambil dua kelas dijadikan sebagai
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Melihat jumlah peserta didik cukup banyak
dan terdiri dari beberapa kelas, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah random sampling supaya kelas yang terpilih benar-benar mewakili dari 3
kelas yang ada. Metode ini dipilih berdasarkan informasi yang didapatkan dari
guru bidang studi bahwa kelas XI IPA SMAN 1 Sinjai Timur bersifat homogen.
16
E. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan desain post-test only
dengan dua kelompok perlakuan berbeda. Kelompok pertama sebagai kelompok
eksperimen dan kelompok kedua sebagai kelompok control.
Desain eksperimennya yaitu sebagai berikut :
Kelompok Treatmen (Perlakuan)
E X1 T1 Y1
K X2 T2 Y2
Keterangan :
E = Kelas eksperimen yang diajar dengan pendekatan kontekstual
K = Kelas control yang di ajar dengan pendekatan konvensional
T1 = pendekatan pembelajaran kontekstual
T2 = Pendekatan pembelajaran konvensional
X = pre-test (kovariabel) yaitu motivasi belajar peserta didik, sebelum
diberikan perlakuan.
Y = Hasil belajar Fisika (Post-test) setelah di berikan perlakuan.
(Sugiyono, 2009)
Pada kelompok eksperimen di berikan pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual sedangkan pada kelas kontrol di berikan pembelajaran dengan
pendekatan konvensional.setiap kelompok dalam perlakuan mendapatkan
materi/bahan pelajaran yang sama,tetapi pada kelompok eksperimen di berikan
materi oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kontekstual, sedangkan
pada kelompok kontrol di berikan materi oleh peneliti dengan menggunakan
17
pendekatan pembelajaran konvensioanal. Setelah pemberian perlakuan terhadap
kedua kelompok selesai, selanjutnya kedua tersebut di berikan test hasil belajar
(post-test) untuk mengetahui efek dari perlakuan yang telah di berikan.
F. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
peserta didik. Tes berbentuk uraian yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan
kisi-kisi soal. Sebelum instrument digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi
tes hasil belajar. Adapun validasi instrumen tes hasil belajar dilakukan dengan
cara validasi konstruk dan validasi isi. Penilaian akan dilakukan dengan memberi
tanda ceklist pada kolom yang sesuai dalam matriks uraian aspek yang dinilai.
Rentang penilaian yang akan digunakanyaitu: (1) tidak baik; (2) kurang baik; (3)
baik; (4) baik sekali. Instrumen tidak valid jika rata-tata penilaian = l, kurang
valid jika rata-tata penilaian = 2, valid jika rata-tata penilaian = 3 dan sangat
valid jika rata-rata penilaian = 4. Nurdin (dalam Ruslan, 2009).
Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar
peserta didik adalah kuesioner motivasi belajar yang dibuat sendiri oleh peneliti
dan divalidasi oleh pembimbing.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
memberikan angket motivasi sebelum perlakuan dan tes hasil belajar setelah
perlakuan.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk
18
mendeskripsikan variabel penelitian dalam bentuk rata-rata, median, modus,
standar deviasi, dan varians.
Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yaitu mengujia
pakah terdapat pengaruh pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar Fisika
peserta didik setelah mengontrol motivasi. Sebelum menguji hipotesis, terlebih
dahulu dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas data dengan
menggunakan ujiChi-Kuadrat untuk normalitas dan uji F untuk uji homogenitas.
19
IV. DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2001. Kurrikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara..
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia
Hamzah B. Uno. 2008. Teori Motivasi dan PengukurannyaAnalisis di
BidangPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ridwan. 2008. Belajar Mudah Penelitian Pendidikan dan Umum (bagi karyawan
dan peneliti muda). Bandung: Alfa Beta.
Ruslan. 2009. Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dan
Tipe NHT dalam Pembelajaran Aritmetika Sosial pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 3 Makassar . Tesis Pascasarjana UNM: (tidak diterbitkan)
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
20