proposal cpd.docx

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal merupakan masalah dalam bidang obstetrik karena dianggap masih cukup tinggi. Kematian ibu adalah kematian perempuan selama masa kehamilan, persalinan dan dalam 42 hari setiap persalinan dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh kehamilan atau penanganannya. ( Maryuni, 2009 ). Angka kematian ibu (AKI) di indonesia adalah 266 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Penyebab utamanya tingginya angka kematian ibu di indonesia adalah perdarahan (53,2 %), eklampia (27,4 %), infeksi (11,3%), dan lain-lain (8,1%). Dari hasil suatu penelitian di 12 RS mengenai sebab-sebab kematian ibu bersalin di kerahui bahwa 94,4 % kematian merupakan akbat dari kehamilan, persalinan dan nifas. Infeksi pada kehamilan dan persalinan dapat disebabkan beberapa sebab antara lain infeksi karena kuman seperti malaria, tetanus atau virus, hanya 5,6% disebabkan karena penyakit lain yang memburuk akibat kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2009).

Upload: rhara

Post on 21-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: proposal cpd.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal merupakan masalah dalam

bidang obstetrik karena dianggap masih cukup tinggi. Kematian ibu adalah

kematian perempuan selama masa kehamilan, persalinan dan dalam 42 hari setiap

persalinan dari setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperburuk oleh

kehamilan atau penanganannya. ( Maryuni, 2009 ).

Angka kematian ibu (AKI) di indonesia adalah 266 per 100.000 kelahiran

hidup (SDKI, 2007). Penyebab utamanya tingginya angka kematian ibu di

indonesia adalah perdarahan (53,2 %), eklampia (27,4 %), infeksi (11,3%), dan

lain-lain (8,1%). Dari hasil suatu penelitian di 12 RS mengenai sebab-sebab

kematian ibu bersalin di kerahui bahwa 94,4 % kematian merupakan akbat dari

kehamilan, persalinan dan nifas. Infeksi pada kehamilan dan persalinan dapat

disebabkan beberapa sebab antara lain infeksi karena kuman seperti malaria,

tetanus atau virus, hanya 5,6% disebabkan karena penyakit lain yang memburuk

akibat kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan hasil SDKI 2007 derajat kesehatan ibu dan anak di indonesia

masih perlu di tingkatkan, di tandai dengan kehamilan ibu (AKI) yaitu

226/100.000 kelahiran hidup (KH), dan ditahun 2008, 4.692 jiwa ibu melayang di

masa kehamilan,persalinan dan nifas. Sedangkan Angka Kematian bayi (AKB)

34/100.000 Kelahiran Hidup, terjadi stagnasi bila di bandingkan dengan SDKI

2003 yaitu35/1000 Kelahiran Hidup (Depkes, 2012 ).

Saat ini Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan angka Kematian Neonatal (AKN) di

Sulawesi Tenggara masih sangat tinggi dengan penurunan sangat lambat. Angka

Kematian Ibu sebesar 302 per 100.000 Kelahiran Hidup sedangkan kelahiran bayi

35/1000 kelahiran hidup (BPS Sultra,2007).

Jumlah kematian ibu di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012 mencapai 97

per 100.00 kematian hidup, dimana terdapat 27 kasus kematian ibu hamil, 55

Page 2: proposal cpd.docx

kematian kasus ibu bersalin dan 18 kasus kematian ibu nifas. Penyebab yang

utama adalah keracunan kehamilan dan infeksi, kondisi ini diperparah oleh

keadaan status gizi buruk, faktor persalinan yang terlalu muda, paritas tinggi,

anemia saat hamil, ibu hamil terlambat mendapatkan pertolongan persalinan di

fasilitas kesehatan dan masih dijumpai ibu melahirkan yang ditolong oleh dukun

tidak terlatih (Profil Kesehatan Prov. Sulawesi Tenggara,2011).

Di kota kendari, kematian ibu pada tahun 2012 mengalami peningkatan. Pada

tahun 2010 kematian ibu berjumlah 2 kasus (36 per 100.000 kelahiran hidup),

sedangkan pada tahun 2011 berjumlah 8 kasus (183 per 100.00 kelahiran hidup).

Bila dibandingkan dengan Target Milenium Development Goals (MDGs) dimana

angka kematian ibu dari 226 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup sampai

tahun 2015, maka angka kematian ibu di Kota Kendari belum mencapai target,

penyebab kematian ibu disebabkan antara lain akibat perdarahan, hipertensi

daneklampsia (rofil Kesehatan Kota Kendari,2011)

Menurut kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, beberapa

faktor lain yang diperkirakan menjadi penyebab kematian ibu selain akibat

penyakit atau komplikasi adalah kualitas pelayanan oleh tenaga kesehatan yang

tidak adekuat dan buruk berdampak pada kematian ibu setiap tahun, keterbastasan

akses pertolongan persalinan oleh tenaga keterampilan dan sistem rujukan yang

tidak memadai mengakibatkan 40 % wanita melahirkan tanpa pertolongan tenaga

terampil dan 70 % tidak mendapatkan pelayanan pasca persalinan dalam waktu 6

minggu setelah persalianan (Depkes, 2009)

Seekitar 60% persalinan di indonesia berlangsung di rumah. Dalam kasus

seperti ini para ibu memerlukan bantuan seorang tenagapersalinan terlatih. Data

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyatakan bahwa presentase

persalinan yang ditolng oleh tenaga kesehatan yang terlatih meningkatkan dari

66,7% pada tahun 2002 menjadi 82,3% pada tahun 2010.

Gangguan atau kelainan kehamilan dan persalinan meningkatkan kejadian

komplikasi seperti kesulitan dalam persalianan yang meningkatkan yang dapat

Page 3: proposal cpd.docx

menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal, misalnya

persalianan prematur, berat badan lahir rendah meningkat, pertumbuhan janin

terlambat, tali pusat menumbung , plasenta previa, anomali janin (Hidrosevalus

dan anensefalus), anomali uterus ataupun tumor uterus (mioma uteri), kehamilan

ganda, panggul sempit, multiparitas dan hidramnion atau oligohidramnion.

Panggul sempitatau cepalopelvik disproportion dan kegagalan kemajuan

sering digunakan untuk menjelaskan persalinan yang tidak efektif dan disparitas

(ketidak sesuaian) antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu sehingga janin

tidak dapat keluar melalui vagina, panggul sempit (pelvik tontaction) merupakan

salah satu kelainan jalan lahir yang akan menghambat kemajuan persalinan

karena ketidaksesuaian antara unkuran kepala janin dengan panggul ibu. Saat ini

panggul sempit sudah jaranng dijumpai, dan sebagian disproportion lebih banyak

disebabkan oleh mal posisi kepala janin atau akibat kontraksi yang tidak efektif

(Aprilia, 2012).

Diagnosis CPD (Cephalopelvik Disproportion ) adalah keadaan dimana

kepala bayi dianggap terlalu besar untuk melewati panggul wanita itu. CPD

( Cephalopelvik Disproportion ) ini disebabkan oleh panggul sempit, janin yang

besar ataupun kombinasi keduanya . pada abad 18, 19 , kekurangan gizi, rakhitis

dan penyakit seperti polio penyebab anomali panggul, yang mengakibatkan

kematian saat melahirkan . pada awalnya CPD (cephalopelvik disproportion)

adalah alasan umum tidak melaksanakan operasi caesar. Di zaman modern saat

ini, bagaimanapun juga CPD jarang terjadi, karena standar umum hidup kita

sangat jauh lebih tinggi dibanding abad 18,19 yang lalu dan kejadian CPD lebih

mungkin disebabkan oleh fraktur tulang panggul akibat keccelakan lalu lintas

jalan atau kelainan bawaan. (Aprilia,2012

Sering kalai CPD tersirat didiagnosis. Dalam kasus dimana proses persalinan

telah gagal untuk maju atau bayi menjadi tertekan, staf medisnya umumnya

menganggap bahwa ini disebabkan ketidakmampuan fisik pada ibu daripada

melihat kearah keadaan perawatan ibu. Masalah ini sering terjadi ketika CPD

Page 4: proposal cpd.docx

tidak diduga dan ada penyebab lainnya seperti ketakutan, kesulitan menyusuaikan

diri dengan lingkungan medis, kurangnya dukungan emosional dan non-

kontinuitas petugas kesehhatan (Aprilia,2012).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dalam pengambilan data awal pada

tanggal 12 november 2012 di Rumah sakit Dewi sartika Kendari, berdasarkan

Buku Register Ruang Bersalin didapatkan data bahwa pada tahun 2010 jumlah

persalinan CPD sebanyak 5 kasus, tahun 2011 sebanyak 47 kasus dan tahun 2012

sebanyak 89 kasus (Bersumber dari buku Register Dewi Sartika 2012).

Data diats menunjukkan bahwa kejadian ibu bersalin dengan panggul sempit

selama tiga tahun terakhir di RS dewi sartika Kendar cenderung meningkat dan

cukup tinggi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menjadikan masalah ini

sebagai dasar dan bahan penelitian dengan judul “ Identifikasi Ibu Bersalin Yang

Mengalami Cephalo Pelvic disproportion (CPD) di Rumah sakit Dewi Sartika

Kota Kendari”.

1.2 Rumusan Masalah

Brdasarkan uraian data diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana identifikasi ibu bersalin yang megalami cephalo pelvic

disproportion (CPD) di Rumah SakitDewi Sartika Kendari.

1.3 Tujun penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi ibu bersalin yangmengalami cephalo pelvic

disproportion di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.

1.3.2 Tujuan Khusus.

1. Untuk mengidentifikasi umur ibu bersalin yang mengalami cephalo pelvic

disproportion

Page 5: proposal cpd.docx

2. Untuk mengidentifikasi berat bayi bersalin yang mengalami cephalo pelvic

disproportion.

3. Untuk mengidentifikasi paritas ibu bersalin yang mengalami cephalo pelveic

disproportion.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 sebagai slaah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademik

kebidanan PelitaIbu Kendari.

1.4.2 Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam memperluas

wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai penanganan persalinan

dengan cephalo pelvic disproportion.

1.4.3 Menambah kajian baru bagi masyarakat dalam bidang kesehatan khususnya

kejadian persalinan dengan cephalo pelvic disproportion.

1.4.4 Bagi institusi merupakan sumbangan informasi khususnya kejadian persalinan

dengan cephalo pelvic disproportion.

1.4.5 Hasil penelitian ini diharapak dapat memberikan sumbangan pengetahuan

sebgai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.

Page 6: proposal cpd.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Cephalo Pelvic Disproportion

2.1.1 Pengertian CPD

Panggul sempit ( disproporsi fetopelvik ) adalah ketidakmampuan janin untuk

melewati paggul. Disproporsi dapat absolute atau relative. Absolute apabila janin

sama sekali tidak akan dengan selamat dapat melewati jalan lahir. Disproporsi

relative terjadi apabila factor-faktor lain berpengaruh. Panggul yang sedikit sempit

dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, kelonggaran jaringan lunak, letak

atau presentasi dan kedudukan janin untuk mengadakan moulage (Hakimi,2010)

Panggul sempit merupakan salah satu kelainan jalan lahir yang menghambat

kemajuan persalinan karena ketidaksesuaian ukuran kepala janin denggal panggul

ibu. Dalam obstetric yang terpenting bukan panggul sempit secara fungsional artinya

pengabdian antara kepala dan panggul. Diagnosis CPD (cephalopelpiv disproportion)

adalah keadaan dimana kepala bayi dianggap terlalu besar untuk melewati panggul

wanita itu. CPD ini disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun

kombinasi keduanya (Aprilia,2012)

Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :

1. Kesempitan pintu atas panggul.

2. Kesempitan bidang bawah panggul.

3. Kesempitan pintu bawah panggul.

4. Kombinasi kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah dan pintu bawah

panggul.

Pintu atas panggul dianggap sem[pit kalau congugata vera kuramng dari 10 cm

atau kalau diameter tranversa kurang dari 12 cm. congugata vera dilalui oleh

Page 7: proposal cpd.docx

diameter biparietalis ± 9½ cm kandang-kandang mencapai 10 cm, maka sudah

jelas bahwa congugata vera yang kurang dari 10 cm dapat menimbulkan

kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara

posterior maupun diameter transversa sempit.

Kesempitan bidang tengah panggul yaitu bidang tengah panggul terbentang antar

pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischi dan memotong sacrum kira-kira

pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5. Ukuran yang terpenting adalah :

1. Diameter transversa (diameter antar spina) 10 ½ cm.

2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah symphysis ke pertemuan ruas

sacral ke 4 dan ke 5 = 11½ cm.

3. Diameter sagitalis posterior dan pertengahan garis antar spina ke pertemuan

sacral ke 4 dan 5 = 5 cm.

4. Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit apabila jumlah diameter

transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 atau kurang (normal 10,5cm +

5 cm = 15,5cm), diameter antara spina < 9 cm.

5. Ukuran – ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis,

harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat menduga kesempitan

bidang tengah panggul kalau spinae ischiadicae sangat menonjol dan kalau

diameter antar tuber ischii 8 ½ cm atau kurang.

6. Kesempitan bidang tengah panggul menimbulkan gangguan putaran paksi.

Kalau diameter antar spinae 9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan SC.

7. Kalau persalinan terbukti karena kesempiytan bidang tengah panggul maka

bainya dipergunakan ekstraktor vacuum, karena ekstraksi dengan forceps

memperkecil ruangan jalan lahir.

Menurut yeyeh dan yulianti (2010), distosia karena kelaian kesempitan panggul

dibagi menjadi 3 yaitu:

Page 8: proposal cpd.docx

1. Distosi karena kelainan kesempitan pintu ats panggul (PAP), yaitu distosia

karena kelainan jalan lahir yang disebabkan adanya kelainan pada jarinag

keras/tulang panggul karena kelainan pada jarimgan lunak panggul.

2. Distosia karena kelainan kesempitan bidang tengah pelvis (BTP), yaitu

kelainan bidang obstetric di panggul bagian tengah membentang dari batas

inferior simpisis pubis melalui spina ischiadika dan membentuk sacrum dekat

pertemuan dan diameter sagitalis antara vertebra ke empat dan ke lima.

Kelainan pada bidang ini disebabkan oleh penyakit seperti rachitis, penyakit

yang menyerang pada salah satu kaki, tumor pada tulang panggul, dan trauma

akibat kecelakaan pada tulang panggul.

3. Kesempitan pintu bawah panggul (PBP), yaitu jika diameter transversa dan

diameter sagitalis posterior kuran dari 15 cm, maka sudut arkus pubis

mengecil (<80º) sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran

biasa.

2.1.2 Etiologi

Sebab-sebab yang dapat menimvulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai

berikut:

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan

a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil.

b. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukiran melitang biasa.

c. Panggul smepit picak : semua ukuran kecil tapi terlebih ukuran muka

belakang.

d. Panggul corong : pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit.

e. Panggul belah : symphyse sempit.

2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atu sendi-sendinya

a. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruh panggul sempit

picak dan lain-lain.

Page 9: proposal cpd.docx

b. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang.

c. Radang articulatio sarcoilliaca : panggul sempit miring.

3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulan belakang

a. Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan tpanggul corong.

b. Sciliose didaerah tulang punggung menyebabkan panggul sempit miring.

c. Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah coxitis, luxatio,

atrofia.

d. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.

e. Disamping itu pula ada exostase atau fraktura dari tulamg panggul yang

menjadi penyebab kelainan panggul (Aprilia, 2012)

2.1.3 Pengaruh Panggul Sempit Pada Kehamilan dan Persalinan.

1. Pengaruh pada kehamilan

a. Dapat menimbulakb retrafexio uteri gravid incarcerate.

b. Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida

fundus atau gangguan peredaran darah.

c. Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung.

d. Perut yang menggantung pada seorang primi gravid merupakan tanda

panggul sempit (tanda belum pasti).

e. Kepala tidak turun ke panggul pada bulan terakhir walaupun

sebenarnya ini juga bukan merupakan patokan karena kadang kepala

bias saja turun saat proses persalinan.

f. Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang.

g. Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pda

ukuran bayi pukul rata.

2. Pengaruh pada persalinan

a. Persalinan lebih lama dri biasa.

b. Karena gangguan pembukaan.

c. Karena banyak waktu dipregunakan untuk moulage kepala anak

Page 10: proposal cpd.docx

d. Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum

waktunya, karena bagian depn kurang menutup pintu tas panggul

selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix

karena tertahan pada pintu asal panggul.

3. Pengaruh pada anak

a. Prolapsus foenicullu dapat menimbulkan kematian pada anak.

b. Partus lama misalnya : yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih

dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban

pecahsebelum waktunya.

c. Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak. Terutama

kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari ½ cm. selain itu

mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada

bagian yang melalui promontorium (os parietal) ma;lhan dapat terjadi

fraktur impresi.

2.1.4 Persangkaan Panggul Sempit

Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau :

1. Primipara kepala anak belum turun setelah minggu 36.

2. Pada primipara ada perut menggantung

3. Pada multipara persalinan yang dulu-dulu sulit.

4. Kelainan letak pada hamil tua.

5. Kelainan bentuk badan ( Cebol, scoliose, pincang dan lain-lin)

6. Osborn positif (Aprilia, 2012).

2.1.5 Prognosa

Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor

sebagai berikut :

1. Bentuk panggul.

Page 11: proposal cpd.docx

2. Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan.

3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.

4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.

5. Presentasi dan posisi kepala.

6. His (Aprilia, 2012).

2.1.7 Faktor-faktor yang menjadi dasar untuk meramalkan persalinan.

Diantara factor-faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan

sebelum prsalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul karena itu ukuran-

ukurn tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan.

1. Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir

dengan selamat per vaginam kalau konjugata vera kurang dari 8 ½ cm.

2. Sebaliknya kalau konjugata vera 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam

dapat diharapkan berlangsung selamat.

3. Karena kalau konjugata vera <8 ½ cm dilakukan secsio Caesar primer

(panggul demikian disebut sempit absolute).

Sebaliknya pada konjugata vera antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung

pada banyak factor :

1. Riwayat persalinan yang lampau.

2. Besarnya presentasi dan posisi anak.

3. Pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa.

4. His

5. Lancarnya pembukaan

6. Infeksi intra partum.

7. Bentuk panggul dan derajat kesempitan.

8. Karena banyak factor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul

dengan konjugata vera antara 8 ½ - 10 cm (sering disebut panggul sempit

Page 12: proposal cpd.docx

relative) maka panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan

(Aprilia, 2012).

2.1.8 Penatalaksaan Persalinan Persalinan

Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan pr vaginan

pada wanita wanita panggul yang relatif sempit. Persalinan percobaan dilakukan

hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak

dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya. Persalinan percobaan dimulai pada

permukaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa

persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per

vaginam. Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam

secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vakum) dan anak

serta ibu dalam keadaan baik.

Menghentikan persalinan percobaan kalau:

1. Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.

2. Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik.

3. Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis.

4. Setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban, kepala dalam 2 jam tidak

mau masuk kedalam rongga panggul walaupun his cukup kuat.

5. Forcepe gagal (Aprilia, 2012).

2.2 Tinjauan tentang ibu bersalin dengan Cephalo Pelvic Disproportion.

2.2.1 Umur ibu

Pengaruh umur ibu terhadap gangguan kehamilan dan persalinan

berkaitan dengan perkembangan biologis dan psikologis ibu. Pada umur 20-30 tahun

seorang wanita secara fisioanatomis telah siap untuk hamil, sehingga uaya untuk

memelihara kehamilannya lebih baik dan adanya resiko bayi yang akan dilahirkan

Page 13: proposal cpd.docx

dapat dikurangi. Ibu yang melahirkan pada umur kurang dari 20 tahun, perkembangan

alat reproduksinya belum optimal, jiwanya masih labil sehingga pada kehamilannya

sering terjadi komplikasi (Manuaba, 2009).

Keadaan ini disebabkan oleh karena usia dibawah 20 tahun seorang

ibu belum cukup dewasa untuk menjadi ibu dan keadaan fisiologis rahim belum

cukup matang untuk menerima dan mendukung perkembangan janin. Sedangkan usia

35 tahun, elastis otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat reproduksi pada umumnya

mulai mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan. Resiko

kehamilan dibawah umur 20 tahun antara lain persalinan macet karena panggul

sempit untuk melahirkan (Emmy, 2008).

2.2.2 Berat janin

Berat bayi adalah ukuran berat badan bayi dalam gram atau kilogram saat

lahir. Ukuran berat badan bayi ini dapat menentukan kapasitas bayi secara fisik atau

biologis dalam pertumbuhannya selama dalam kandungan atau rahim. Ukuran berat

badan bayi yang normal adalah 2500-3500 gram. Apabila berat badan melebihi nilai

atau ukuran normal maka dapat menimbulkan resiko kesulitan persalinan yang di

indikasikan dengan panggul sempit karena ukuran janin dengan panggul tidak sesuai.

Makrosomia atau istilah lain dikenal dengan bayi besar atau giant baby (bayi

raksasa) adalah bayi dengan berat badan diatas 3800 gram. Kejadian ini sangat

bervariasi antara 8-10% total kelahiran. Makrosomia disebabkan oleh beberapa factor

diantaranya adalah ibu penyakit diabetes mellitus, keturunan(orng tua besar) dimana

ibu hamil yang gemuk beresiko 4-12 kali untuk melahirkan bayi besar dan

multiparias dengan riwayat makrosomia sebelumnya arena pada umumnya berat

badan seorang bayi yang akan lahir berikutnya bertambah sekitar 80-120 gram

(Rukiyah, 2010)

2.2.3 Paritas

Page 14: proposal cpd.docx

Paritas berarti jumlah anak yang dimiliki yang masih hidup. Paritas terdiri

dari 2-3 merupakan jumlah yang paling aman ditinjau dari segi kesehatan

(Manuaba,2008). Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan anak yang

hidup. Primipara adalah wanita yang melahirkan anak pertama kali sedangkan

multipara wanita yang beberapa kali mengalami persalinan. Ibu yang telah

melahirkan ≥ IV kali, fungsi organ-organ reproduksinya telah mengalami

kemunduran yang diakibatkan semakin rendahnya fungsi hormone-hormon yang ada

dalam tubuh (Wiknjosastro,2007).

Berdasaran parias,institut of medicine menyatakan dengan ibu-ibu dengan

paritas tinggi (Melahirkan lebih dari 3 kali) cenderung mengalami komplikasi dalam

kehamilan yang akhirnya berpengaruh pada hasil persalina terutama juga nullipara

yang berumur belasan tahun. Salah atu komplikasi kehamilan yang sering terjadi

akibat kondisi tersebut diatas adalah dapat mengakibatkan panggul sempit. Paritas

adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidupatau mati, bukan jumlah

janin yang dilahirkan.

1. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.

2. Primipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viable satu kali.

3. Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viable sebanyak

dua kali atau lebih.

4. Grande multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viable

lebih dari aau sama dengan 4 kali.

Page 15: proposal cpd.docx

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

2.4 Keterangan gambar :

Umur ibu

Paritas

Berat bayi / janinPersalinan dengan

CPD

Page 16: proposal cpd.docx

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang dimaksudkan untuk

mengidentifikasi kejadian persalinan letak sungsang di Rumah Sakit Umum Dewi

Sartika Kota Kendari

2.2 Waktu dan Tempat Penelitian

2.2.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota

Kendari periode januari – agustus tahun 2014

2.2.4 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum

Dewi Sartika Kota Kendari periode januari – agustus tahun 2014

2.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin dengan letak sungsang

di Rumah Sakit Dewi Sartika Kota Kendari tahun 2013-2014.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin dengan letak sungsang

2013-2014. Teknik Pengambilan sampel mengunakan Total Sampling.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Page 17: proposal cpd.docx

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.

3.4.2 Sumber data

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari

buku register di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari.

3.5 Pengolahan dan Penyajian Data

3.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan secara sederhana dengan cara manual dengan

mengunakan kalkulator. Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi

disertai dengan penjelasan.

3.5.2 Penyajian Data

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan variable penelitian

dengan mengunakan rumus :

X= fN

x K (100 % )

Ket :

X : persentase dari variabel yang diteliti

f : Jumlah responden berdasarkan variabel yang diteliti

N : jumlah sampel yang diteliti

K : konstanta (100%)

3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Letak sungsang adalah kelainan letak dimana janin terletak memnjang dengan

kepala di fundus uteri dan bokong berada di kavum uteri (hanifa,2011 : 239)

Page 18: proposal cpd.docx

2. Gemelli adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih (hanifa, 2011 : 72-73)

3. Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih

banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 liter (hanifa, 2011 : 73)

4. Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah kesempitan panggul artinya

ketidaksesuaian perbandingan antara kepala janin dan panggul ibu bersalin

dengan letak sungsang (hanifa,2011:241)