proposal pkm

12
EKSPERIMEN EKSTRAKSI FLAVONOID DARI KULIT JENGKOL SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI Oleh: Rahayu Wulandari 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dilalui jalur khatulistiwa dan tentu beriklim tropis sehingga mempunyai ragam jenis flora dan fauna yang cukup banyak. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa negara Indonesia sumber daya alam yang melimpah, daratan yang terbentang hutan yang luas, serta laut yang terhampar lebar. Iklim tropis dan kesuburan tanah Indonesia berimplikasi kepada flora khas, yang hanya terdapat di Indonesia. Salah satu contohnya adalah jengkol, petai, kumis kucing serta tanaman lain yang endemik Indonesia. Jengkol termasuk tanaman endemik Indonesia yang banyak diolah menjadi bahan pangan yang terkenal dengan baunya yang menyengat. Dan banyak yang menganggap rendah kandungan jengkol karna tidak mengetahui kandungan zat aktif dalam jengkol, serta minimnya penelitian tentang kandungan zat aktif pada jengkol (Dulan, 2012). Jengkol menghasilkan limbah berupa kulit. Kulit jengkol termasuk limbah di pasar tradisional dan rumah tangga yang belum memberikan nilai ekonomis. Nurussakinah (2010) menyatakan ekstrak kulit jengkol mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, tannin,

Upload: tika-risyad

Post on 26-Nov-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

EKSPERIMEN EKSTRAKSI FLAVONOID DARI KULIT JENGKOL SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI

Oleh: Rahayu Wulandari 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dilalui jalur khatulistiwa dan tentu beriklim tropis sehingga mempunyai ragam jenis flora dan fauna yang cukup banyak. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa negara Indonesia sumber daya alam yang melimpah, daratan yang terbentang hutan yang luas, serta laut yang terhampar lebar. Iklim tropis dan kesuburan tanah Indonesia berimplikasi kepada flora khas, yang hanya terdapat di Indonesia. Salah satu contohnya adalah jengkol, petai, kumis kucing serta tanaman lain yang endemik Indonesia.

Jengkol termasuk tanaman endemik Indonesia yang banyak diolah menjadi bahan pangan yang terkenal dengan baunya yang menyengat. Dan banyak yang menganggap rendah kandungan jengkol karna tidak mengetahui kandungan zat aktif dalam jengkol, serta minimnya penelitian tentang kandungan zat aktif pada jengkol (Dulan, 2012).

Jengkol menghasilkan limbah berupa kulit. Kulit jengkol termasuk limbah di pasar tradisional dan rumah tangga yang belum memberikan nilai ekonomis. Nurussakinah (2010) menyatakan ekstrak kulit jengkol mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, glikosida dan steroid / triterpenoid yang diketahui berperan sebagai antibakteri, antibiotik, antiradang, dan antioksidan (Khodijah, dkk., 2012).

Melihat adanya potensi kulit jengkol sebagai antibakteri dan antioksidan alami, maka penelitian untuk menguji keberadaan flavonoid dalam kulit jengkol serta uji antioksidan terhadap flavonoid ini penting untuk dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Eksperimen Ekstraksi Flavonoid dari Kulit Jengkol sebagai Antioksidan Alami.2. Perumusan Masalah Permasalahan yang ingin diteliti berpangkal pada keberadaan kulit jengkol sebagai limbah di negara kita, yang difokuskan pada ekstraksi flavonoid. Mengingat penelitian ini terutama bertujuan untuk menguji keberadaan flavonoid yang terkandung dalam kulit jengkol, maka selanjutnya akan dilakukan eksperimen ekstraksi flavonoid dalam kaitannya untuk dimanfaatkan sebagai antioksidan alami. Permasalahan tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai fokus penelitian dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1) Bagaimana cara mengekstraksi kulit jengkol menjadi ekstrak kulit jengkol.

2) Apakah ekstrak kulit jengkol positif mengandung flavonoid atau tidak.

3) Bagaimana cara menganalisa aktifitas antioksidan yang sederhana dengan menggunakan 1,1-diphenyl-2-pircylhidrazil (DPPH) sebagai senyawa pendeteksi.

4) Apakah hasil pemekatan ekstrak kulit jengkol menunjukkan uji positif pada uji antioksidan atau tidak.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengetahui cara mengekstraksi kulit jengkol menjadi ekstrak kulit jengkol.2) Menguji keberadaan flavonoid dalam kulit jengkol.3) Mengetahui cara menganalisa aktifitas antioksidan yang sederhana dengan menggunakan 1,1-diphenyl-2-pircylhidrazil (DPPH) sebagai senyawa pendeteksi.4) Menguji antioksidan pada hasil pemekatan ekstrak kulit jengkol.

4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat:

a. Menambah wawasan tentang kandungan yang terdapat pada kulit jengkol.b. Dapat diterapkan di lingkungan peneliti sebagai tenaga pendidik dalam meningkatkan apresiasi dan kreativitas petani dalam pemanfaatan limbah kulit jengkol.c. Dapat mengembangkan potensi limbah kulit jengkol sebagai penghasil antioksidan alami yang bernilai komersil.5. Tinjauan PustakaJengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain) adalah salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai tanaman obat yang telah lama dikenal di Indonesia. Potensi produksi buah jengkol cukup banyak tersedia di Indonesia. Kulit jengkol termasuk limbah di pasar tradisional yang belum memberikan nilai ekonomis. Nurussakinah (2010) menyatakan senyawa aktif (bioaktif) yang terkandung dalam ekstrak kulit jengkol diantaranya alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, glikosida dan steroid / triterpenoid, merupakan antinutrisi yang dapat menghambat pertumbuhan. Senyawa tannin dan flavonoid merupakan golongan senyawa polifenol yang bersifat sebagai antibakteri. Yuhermita, et al. (2011) menyatakan bahwa selain sebagai antibakteri, metabolit sekunder dalam tumbuhan yang berasal dari golongan alkaloid, flavonoid, senyawa fenol, steroid dan terpenoid dapat berfungsi sebagai antioksidan alami. Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Wahju (1997) mengemukakan antioksidan dipergunakan untuk mencegah kerusakan asam-asam lemak yang tidak jenuh dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak karena proses peroksidasi (Khodijah, dkk., 2012).Flavonoid merupakan golongan polifenol sehingga memiliki sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Karena memiliki sejumlah gugus hidroksil, flavonoid merupakan senyawa polar sehingga pada umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar. Menurut Nadia (2009), senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak kulit jengkol merupakan substansi antioksidan yang sangat kuat. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektifitas vitamin C), antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik. Markham (1998) menyatakan bahwa kemampuan flavonoid untuk menjalankan fungsi antioksidan bergantung pada struktur molekulnya, posisi gugus hidroksil memiliki peranan dalam fungsi antioksidan dan aktivitas menyingkirkan radikal bebas (Khodijah, dkk., 2012).Ekstraksi dilakukan secara maserasi, yaitu proses penyarian simplisia menggunaka pelarut dengan perendaman dan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi larutan zat aktif di dalam dan di luar sel maka larutan terpekat didesak keluar. Proses ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel. Cairan penyari yang digunaka dapat berupa air, etanol, methanol, etanol-air atau pelarut lainnya. Keuntungan cara ini adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan.Kemudian dilakukan uji fitokimia terhadap flavonoid. Menurut Arnelia (2004), fitokimia berasal dari kata phytochemical. Phyto adalah tumbuhan dan chemical adalah zat kimia. Dengan demikian fitokimia merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan itu. Senyawa fitokimia tidak termasuk ke dalam zat gizi karena bukan karboohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air. Secara garis besar, fitokimia terdiri dari alkoloid, flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, kuinon, dan tannin.

Aktivitas antioksidan dapat diukur dengan metode DPPH. Menurut Miller et al. (2000) metode DPPH merupakan salah satu metode untuk menganalisa aktifitas antioksidan yang sederhana dengan menggunakan 1,1-diphenyl-2-pircylhidrazil (DPPH) sebagai senyawa pendeteksi. Simanjuntak et al (2000) mengemukakan bahwa DPPH adalah senyawa radikal yang bebas yang dapat bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal dari suatu antioksidan membentuk DPPH tereduksi.

Hatano et al. (1988) menyatakan bahwa pada metode DPPH free radical scaverging activity, DPPH digunakan sebagai model radikal bebas. Jika senyawa ini masuk ke dalam tubuh manusia dan tak terkendali dapat menyebabkan kerusakan fungsi sel. Dalam uji ini, metanol digunakan sebagai pelarut, antioksidan dalam zat ini diekstrak akan beraksi dengan DPPH dan mengubahnya menjadi 1,1-diphenyl-2-pircrylhydrazine. Perubahan serapan yang dihasilkan oleh antioksidan oleh reaksi ini menjadi ukuran kemampuan antioksidan dari bahan tersebut (). (Khodijah, dkk., 2012).6. Metode Penelitian Berdasarkan beberapa pertimbangan teknis, penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penelitian akan dilakukan dengan tahapan : menyusun tujuan penelitian, observasi dan eksplorasi bahan, identifikasi masalah, penentuan sampel, serta melakukan analisis hasil penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan berupaya untuk menganalisis flavonoid yang terkandung dalam sampel dengan melakukan uji antioksidan. Bahan baku yang dimaksud dalam hal ini adalah kulit jengkol yang dihasilkan dari limbah pasar tradisonal dan rumah tangga. Objek penelitian adalah kulit jengkol dari berbagai tempat, terutama banyak ditemukan di pasar tradisonal dan limbah rumah tangga. Hal ini tidak menyulitkan penulis untuk memperolehnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen terkendali. Peneliti mengamati dan mencatat data, prosedur penelitian ini dilakukan mulai dari kajian pustaka, observasi, verifikasi data, eksperimentasi, dan pengolahan hasil penelitian. Kajian pustaka dilakukan untuk mencermati penelitian yang pernah dilakukan peneliti lain yang meneliti tentang kandungan zat aktif dalam kulit jengkol, sebagai bahan kajian dalam penelitian yang akan dilakukan. Selain itu kajian tentang kandungan zat aktif ekstrak kulit jengkol yang telah dipublikasikan sebagai bahan rujukan. Fokus penelitian antioksidan alami yang akan dilakukan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap. Pertama, akan mengekstraksi kulit jengkol dengan cara maserasi. Untuk memperoleh jawaban penelitian, bagaimana cara mengekstraksi kulit jengkol dengan cara maserasi? Kedua, setelah diperoleh ekstraksi, akan dilakukan eksperimen meneliti tentang kandungan flavonoid yang terdapat pada ekstrak kulit jengkol. Untuk memperoleh jawaban tentang apakah ekstrak kulit jengkol positif mengandung flavonoid atau tidak. Ketiga, uji antioksidan pada hasil pemekatan ekstrak kulit jengkol. Akan diperoleh kesimpulan tentang aktifitas antioksidan pada ekstrak kulit jengkol.

7. Jadwal Waktu Pelaksanaan NoUraian12345678910

1.PersiapanV

2.Pelaksanaan / Pengumpulan DataVVVV

3.Pengelolaan DataVVVV

4.Draft LaporanV

5.Revisi dan Penggandaan Hasil PenelitianVV

6.SeminarV

8. Rincian Anggaran :No.Item PengeluaranJumlah

1. Bahan dan Peralatan Penelitian Rp. 1.200.000,-

2. Bahan Baku Eksperimen Ekstraksi, meliputi:

a. Bahan baku kulit jengkol

b. Bahan untuk proses ekstraksi

c. Alat-alat untuk proses ekstraksi

Rp. 4.100.000,-

3. Dokumentasi, meliputi: a. Biaya pemotretan / scanning b. Biaya cetak foto c. Biaya pembuatan audio visual d. Biaya editing film Rp. 3.650.000,-

4. Biaya Pengeluaran lain-lain, meliputi:

a. Biaya pembuatan laporan b. Fotokopi dan penjilidan

c. Administrasi surat-menyurat

d. Biaya pemeliharaan alat-alat

e. Biaya seminar jurusan / fakultas

Rp. 2.550.000,-

5 Honorarium Peneliti Ketua Peneliti : 1 x Rp.50.000 x 25 hari

Anggota Peneliti 1 : 1 x Rp.30.000 x 25 hari Anggota Peneliti 2 : 1 x Rp.30.000 x 25 hari Anggota Peneliti 3 : 1 x Rp.30.000 x 25 hari Rp.1.250.000,- Rp 750.000,- Rp 750.000,- Rp 750.000,-

JumlahRp.15.000.000

DAFTAR PUSTAKADulan, Gugun. 2012. Kimia Bahan Alam. Laboratorium Kimia, Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah : Jakarta.Khodijah, Erna Siti., Abun., dan Wiradimadja, Rachmat. 2012. Imbangan Efisiensi Protein Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Ekstrak Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain). Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran : Bandung.