proposal skripsi

Upload: rachma-sunni

Post on 22-Jul-2015

135 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL SKRIPSI A. JUDUL Hubungan Kecerdasan Emosional, Mata Diklat Instalasi WAN (Wide Area Network) , dan Fasilitas PC (Personal Computer) dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII Mata Diklat Rancang Bangun dan Analisa WAN Keahlian Teknik Komputer Jaringan di SMKN 2 BANGKALAN B. LATAR BELAKANG Selama ini kecerdasan senantiasa dikonotasikan dengan Kecerdasan Intelektual atau yang lazim dikenal sebagai IQ (Intelligence Quotient). Namun pada saat ini anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya tertumpu pada dimensi intelektual saja sudah tidak berlaku lagi. Selain IQ, manusia juga masih memiliki dimensi kecerdasan lainnya, yaitu Kecerdasan Emosional atau EQ (Emotional Quotient). Saat ini, IQ (Intelligence Quotient) sebagai satu-satunya tolok ukur kecerdasan yang juga sering dijadikan parameter keberhasilan manusia, digugurkan oleh munculnya konsep Kecerdasan Emosional atau EQ ini. Kecerdasan manusia ternyata lebih luas dari anggapan yang dianut selama ini. Kecerdasan manusia bukanlah merupakan suatu hal yang bersifat dimensi tunggal semata, yang hanya bisa diukur dari satu sisi dimensi saja (dimensi IQ) tetapi dengan beberapa jenis kecerdasan selain IQ. Menurut hasil penelitian, setidaknya 75% kesuksesan manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya (EQ) dan hanya 4% yang ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya (IQ). Pakar EQ, Goleman dalam Agustian (2001:54) berpendapat bahwa meningkatkan kualitas kecerdasan emosi sangat berbeda dengan IQ. IQ pada umumnya tidak berubah selama kita hidup. Sementara kemampuan yang murni kognitif (IQ) relatif tidak berubah maka kecakapan emosi dapat dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang itu peka atau tidak, pemalu, pemarah, atau sulit bergaul dengan orang lain sekalipun, dengan motivasi dan usaha yang benar kita dapat mempelajari dan

menguasai kecakapan emosi tersebut. Keberhasilan atau prestasi belajar ditentukan oleh interaksi berbagai faktor. Peranan faktor penentu itu tidak selalu sama dan tetap. Besarnya kontribusi salah satu faktor akan ditentukan oleh kehadiran faktor lain dan sangat bersifat situasional, yaitu tidak dapat diprediksikan dengan cermat akibat keterlibatan faktor lain yang sangat variatif. Inteligensi sebagai unsur kognitif dianggap memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadangkadang timbul anggapan yang menempatkan inteligensia pada peranan yang melebihi proporsi yang sebenarnya. Sebagian orang bahkan menganggap bahwa hasil tes IQ yang tinggi merupakan kunci kesuksesan dalam belajar. Akibatnya bila terjadi kasus kegagalan belajar pada anak yang memiliki IQ tinggi menimbulkan reaksi berlebihan berupa kehilangan kepercayaan pada institusi yang menggagalkan anak tersebut, atau kehilangan kepercayaan pada pihak yang telah memberikan diagnosa IQ-nya. Selain faktor intelegensi, kemampuan belajar apabila didukung dengan fasilitas belajar yang memadai disekolah atau dirumah berupa peralatan dan perlengkapan, maka memperoleh hasil belajar cenderung lebih baik. Fasilitas belajar di rumah merupakan salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi dewasa ini membuka peluang bagi setiap orang untuk mengakses hal tersebut ke seluruh dunia. Informasi dari dan ke segenap penjuru dunia menyebar luas dengan amat cepat, mudah diakses setiap saat dan di manapun. Kondisi itu membuat dunia ini seakan-akan tanpa batas, dan gejala ini yang disebut ciri kebudayaan global. Setiap orang berusaha menguasai jaringan informasi dan perangkat komunikasi yang semakin kompetitif. Individu yang dapat menguasai informasi untuk memperoleh pengetahuan dan ilmu akan menjadi unggul dalam budaya global. Oleh karena itu, diperlukan belajar sepanjang hayat (life long learning) secara terus-menerus dalam mengembangkan kemampuan untuk memperluas pengetahuan dan ilmu (learning to know) (Mulyasa, 2004:5).

Pada mata diklat Rancang Bangun dan Analisa WAN ini fasilitas yang mendukung adalah kepemilikan computer pribadi (Personal Computer) setiap siswa. Jika setiap siswa memiliki computer maka prestasi belajar siswa terhadap mata diklat Rancang Bangun dan Analisis WAN menjadi lebih baik. Dari factor-faktor tersebut diatas peneliti merasa tertarik untuk meneliti hal tersebut. Oleh karena itu, dalam penulisan ini penulis mengajukan judul: Hubungan Kecerdasan Emosional, Mata Diklat Instalasi WAN (Wide Area Network) , dan Fasilitas PC (Personal Computer) dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII Mata Diklat Rancang Bangun dan Analisa WAN Keahlian Teknik Komputer Jaringan di SMKN 2 BANGKALAN

C. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas XII pada mata diklat keahlian Teknik Komputer Jaringan di SMKN 2 BANGKALAN? 2. Apakah terdapat hubungan antara mata diklat Instalasi WAN dengan prestasi belajar siswa kelas XII keahlian Teknik Komputer Jaringan di SMKN 2 BANGKALAN? 3. Apakah terdapat hubungan antara fasilitas PC dengan prestasi belajar siswa kelas XII keahlian Teknik Komputer Jaringan di SMKN 2 BANGKALAN?

D. TUJUAN MASALAH 1. Mengetahui hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan prestasi belajar siswa kelas XI keahlian Teknik Komputer Jaringan di SMKN 2 BANGKALAN.

2. Mengetahui hubungan antara mata diklat Instalasi WAN dengan prestasi belajar siswa XI keahlian Teknik Komputer Jaringan di SMKN 2 BANGKALAN. 3. Mengetahui hubungan antara fasilitas pribadi dengan prestasi belajar siswa XI keahlian Teknik Komputer Jaringan di SMKN 2 BANGKALAN.

E. MANFAAT 1. Bagi Guru Untuk memberikan informasi tentang kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga membantu guru dalam menyusun strategi belajar mengajar yang sesuai dengan EQ yang dimiliki siswa. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi khususnya kepada orang tua dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa untuk menggali kecerdasan emosional yang dimilikinya. 2. Para Siswa Memberikan masukan pada siswa mengenai potensi yang dimiliki dalam mendukung upaya pencapaian prestasi belajar yang optimal. 3. Peneliti Lain Untuk bahan kajian dalam mengembangkan tema penelitian yang serupa dan memperkaya hasil penelitian yang ada serta dapat memberikan gambaran mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.

F. BATASAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Teknik Komputer Jaringan

SMKN 2 Bangkalan. 2. Objek Penelitian ini adalah Kecerdasan Emosional, Mata pelajaran , dan kepemilikan computer pribadi. 3. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa. 4. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Kecerdasan Emosional (X1), Mata pelajaran (X2), dan Fasilitas Komputer Pribadi (X3) 5. Lokasi Penelitian di SMKN 2 Bangkalan .

G. DEFINISI OPERASIONAL 1. Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain. 2. Prestasi Belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dalam mempelajari tingkat penguasaan dan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dengan alat ukur berupa evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk angka/huruf/simbol. Dalam penelitian ini prestasi belajar diperoleh dari hasil prestasi belajar siswa kelas XI Teknik Komputer Jaringan mata diklat kewirausahaan di SMK 2 Bangkalan.

H. KAJIAN PUSTAKA 1. Kecerdasan Emosional (EQ) Istilah Kecerdasan Emosional pertama kali di lontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of

New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan (Shapiro, 1997:5). Kualitas-kualitas itu antara lain adalah: a. Empati b. Mengungkapkan dan memahami perasaan c. Mengendalikan amarah d. Kemandirian e. Kemampuan menyesuaikan diri f. Disukai g. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi h. Ketekunan i. Kesetiakawanan j. Keramahan k. Sikap hormat Akar kata emosi adalah movere, kata kerja bahasa Latin yang berarti menggerakan, bergerak, ditambah awalan e untuk memberi arti bergerak menjauh, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Bahwasanya emosi memancing tindakan yang tidak rasional. a. Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap (Oxford English Dictionary, dalam Goleman, 1996:411). b. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk

bertindak (Goleman, 1996:411). Goleman dalam Mutadin (2002) mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Sementara Cooper dan Sawaf dalam Mutadin (2002) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Howes dan Herald dalam Mutadin (2002) mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial

(menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain). Daniel Goleman merupakan salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi prestasi seseorang yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ). Kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya, bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat (Sudrajad, www.wordpress.com ) EQ sebagai suatu bentuk intelegensi yang melibatkan kemampuan untuk menangkap perasaan dan emosi diri sendiri dan orang lain, untuk membedakannya dan menggunakan informasi ini dalam menuntun pikiran dan tindakan seseorang. Ada empat aspek dasar dari kecerdasan emosional yaitu mengenali emosi, memahami emosi, mengatur emosi dan menggunakan emosi. Untuk meningkatkan EQ, orang harus meningkatkan kemampuan mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, memahami emosi, mengatur emosi dan menggunakan emosi. EQ merupakan cerminan kemampuan seseorang untuk berempati dengan orang lain, menunda rasa gembira, mengendalikan dorongan hati, sadar diri, bertahan dan bergaul secara efektif dengan orang lain. Berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cenderung bersifat permanen, kecakapan emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk dipelajari dan dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk meraih sukses atau prestasi hidup. Selain itu Nadesul (dari www.duniaguru.com diakses pada 6 Januari 2008) menyebutkan bahwa anak dengan kecerdasan emosi (EQ) tinggi memiliki ciri-ciri: a. mantap secara sosial; mudah bergaul

b. tidak lekas takut atau gelisah c. mudah melibatkan diri dengan orang lain d. bersedia memikul tanggungjawab; e. kehidupan emosinya kaya; f. merasa nyaman dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia pergaulannya Tiga langkah dalam mengembangkan dan meningkatkan Kecerdasan Emosional (Jumadi, 2005 diambil dari [email protected]), yaitu: 1) Langkah 1: Membuka hati Ini adalah langkah pertama karena hati adalah simbol pusat emosi. Hati kitalah yang merasa damai saat kita berbahagia, hati kita merasa tidak nyaman ketika sakit, sedih, marah atau patah hati. Kita mulai dengan membebaskan pusat perasaan kita dari impuls dan pengaruh yang membatasi kita untuk menunjukkan cinta satu sama lain. 2) Langkah 2: Menjelajahi dataran emosi: Sekali kita telah membuka hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran emosi dalam kehidupan. Kita dapat berlatih cara mengetahui apa yang kita rasakan. Kita mengetahui emosi yang dialami orang lain. Singkatnya, kita menjadi lebih baik dan bijak menanggapi perasaan kita dan perasaan orang di sekitar kita. 3) Langkah 3: Mengambil tanggung jawab Untuk memperbaiki dan mengubah kerusakan hubungan, kita harus mengambil tanggung jawab. Kita dapat membuka hati kita dan memahami peta dataran emosional orang di sekitar kita. Sebagai pendidik yang terampil secara emosional dapat sangat membantu anak didik dengan memberi keterampilan emosional. Hasil dari beberapa survei membuktikan bahwa anak didik yang telah mendapat pendidikan EQ mempunyai sifat

sbb: a. Lebih pintar menangani emosinya dan lebih stabil emosinya b. Lebih dapat berkonsentrasi c. Lebih bertanggung jawab dan lebih tegas d. Lebih memahami orang-orang lain e. Lebih terampil dalam menyelesaikan konflik f. Berfikir dahulu sebelum bertindak g. Lebih memahami akibat-akibat dari tindak tanduk mereka Menurut Goleman dalam Sawitri (2004) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Suyadi dalam Santoso (2007:27) memberikan pengertian bahwa prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu Prestatie yang artinya adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan atau hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan. Jadi prestasi didefinisikan sebagai usaha yang setinggi-tingginya dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan. b. Pengertian Belajar Menurut Logan, dkk (1976) dalam Sia Tjundjing (2001:70) belajar dapat

diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan . Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997:193) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (Sumadi Suryabrata,1998:231) : Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu lain. Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang

c. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar Merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Marsun dan Martaniah dalam Tjundjing (2001:71) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Santoso (2007:28)

menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Prestasi atau keberhasilan belajar dinyatakan dalam berbagai indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, prediksi keberhasilan dan semacamnya. Sedangkan prestasi belajar secara umum dipandang sebagai perwujudan nilai-nilai yang diperoleh siswa melalui proses belajar mengajar. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa setelah kegiatan pembelajaran. Pengukuran hasil yang dicapai setelah proses pembelajaran adalah melalui evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang kualitasnya baik. Alat ukur tersebut adalah tes prestasi yang mengacu kepada ranah kognitif dalam bentuk tertulis. Prestasi belajar adalah cermin keberhasilan siswa dalam proses belajar di sekolah. Demikian pentingnya arti prestasi belajar, maka usaha dalam pendidikan diarahkan pada peningkatan prestasi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu : 1) Faktor dari dalam diri sendiri (internal) meliputi fisik (kondisi umum jasmani dan kondisi organ-organ khusus) dan psikis (Intelegensi/kecerdasan, motivasi, dan kesiapan mental). 2) Faktor dari luar individu (eksternal) meliputi lingkungan sosial (keluarga, teman, guru), lingkungan non sosial (rumah, sekolah, fasilitas), dan cara belajar. 3. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Sebuah laporan dari National Center for Clinical Infant Programs (1992) menyatakan bahwa keberhasilan di sekolah bukan diramalkan oleh kumpulan fakta

seorang siswa atau kemampuan dininya untuk membaca, melainkan oleh ukuranukuran emosional dan sosial : yakni pada diri sendiri dan mempunyai minat; tahu pola perilaku yang diharapkan orang lain dan bagaimana mengendalikan dorongan hati untuk berbuat nakal; mampu menunggu, mengikuti petunjuk dan mengacu pada guru untuk mencari bantuan; serta mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan saat bergaul dengan siswa lain. Hampir semua siswa yang prestasi sekolahnya buruk, menurut laporan tersebut, tidak memiliki satu atau lebih unsur-unsur kecerdasan emosional ini (tanpa memperdulikan apakah mereka juga mempunyai kesulitankesulitan kognitif seperti kertidakmampuan belajar). (Goleman, 2002:273). Suharsono dalam Santoso (2007:32) menyatakan bahwa ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh ketika seorang siswa mempunyai kecerdasan emosional secara memadai. Pertama, kecerdasan emosional mampu menjadi alat untuk pengendalian diri sehingga seorang siswa tidak terjerumus ke dalam tindakan-tindakan bodoh yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kedua, kecerdasan emosional dapat dijadikan sebagai cara yang baik untuk membangun hubungan siswa dengan orang-orang di sekitar mereka. Dengan hubungan baik yang didasari kecerdasan emosional siswa lebih mendapatkan simpati dan dukungan dari orang tua, guru, dan teman-temannya, serta kebersamaan dalam proses belajarnya. Dan akibat hubungan yang baik hasilnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa tersebut di sekolah. Gottman dalam Sawitri (2004:24) menyebutkan bahwa individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik. Keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Hal positif akan diperoleh bila anak diajarkan keterampilan dasar kecerdasan emosional, secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak

pengalaman dalam memecahkan permasalahannya sendiri, sehingga pada saat remaja akan lebih banyak sukses disekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-rekan sebaya serta akan terlindung dari resiko-resiko seperti obat-obat terlarang, kenakalan, kekerasan serta seks yang tidak aman. 4. Fasilitas Personal Computer (PC) a. Pengertian Fasilitas Belajar Sudjana (2002:37) berpendapat bahwa fasilitas belajar merupakan bagian dari sarana belajar yang termasuk dalam variabel lingkungan. Oleh karena itu, ketersediaan fasilitas belajar ini dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Kelengkapan fasilitas belajar di rumah sangat diperlukan oleh siswa untuk belajar, misalnya: sarana belajar yang meliputi meja, kursi, lemari/rak buku, ruangan alat-alat tulis dan gambar serta penerangan. Menurut Slameto (2003:76), penerangan yang dipakai dalam melakukan kegiatan belajar di rumah diperlukan penerangan yang cukup terang, tidak gelap sehingga dapat mengganggu mata. Bila siang hari penerangan dalam belajar tidak menjadi kendala karena mendapatkan penerangan dari cahaya matahari, sedangkan untuk belajar malam hari pada ruangan tertutup. Maka diperlukan penerangan yang tidak mengganggu kesehatan mata bagi siswa yang sedang belajar. Sarana belajar juga merupakan masalah yang penting dan juga sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar mengajar. Secara garis besar fasilitas belajar yang seharusnya dimiliki oleh siswa di rumah diantaranya: 1) Benda yang berhubungan dengan keperluan belajar misalnya meja belajar, ruang belajar, penerangan dalam belajar, buku-buku acuan, buku untuk mencatat, mistar, pena, kalkulator, pensil, tas, dan penghapus. 2) Benda yang dilihat dan disentuh berdasarkan kontak dengan lingkungan kehidupan siswa antara lain dengan melihat dan mendengar, merasakan benda

yang berbunyi, benda yang mengalami pemanasan dan pendinginan. Upaya orang tua untuk mendorong semangat belajar siswanya sangatlah diperlukan. Dalam hal ini orang tua kiranya dapat melengkapi sarana dan fasilitas belajar siswa, sebab akan membantu siswa dalam proses belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Dalyono (2001:241) bahwa kelengkapan fasilitas belajar akan membantu siswa dalam belajar, dan kurangnya alat-alat atau fasilitas belajar akan menghambat kemajuan belajarnya. Selain itu Slameto (2003:76) juga berpendapat, Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur. Lingkungan fisik tersebut berkaitan erat dengan penyediaan fasilitas belajar bagi siswa, misalnya ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang menganggu konsentrasi pikiran, ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata, cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya.

b. Pengertian Personal Computer (PC) Komputer, to compute (bahasa Inggris) atau computare (bahasa Latin) yang artinya menghitung, adalah sekumpulan alat logik yang dapat menerima data, mengolah data dan menyimpan data dengan menggunakan program yang terdapat pada memori sistem komputer kemudian memberikan hasil pengolahan tersebut dalam bentuk output. Atau perangkat elektronik yang terdiri dari unit input, proses dan output. Menurut buku Computer Today, komputer adalah suatu sistem elektronik untuk memanipulasi data secara cepat dan tepat serta dirancang dan diorganisasikan supaya secara otomatis dapat menerima dan menyimpan data input (masukan), memproses data tersebut dan menghasilkan output (keluaran) berdasarkan langkahlangkah perintah pada program yang tersimpan di memori. Personal komputer (PC) diciptakan untuk memenuhi kebutuhan perorangan (personal al) dengan Kemampuan memory yang dimiliki pada awalnya hanya berkisar

antara 32 hingga 64 KB (Kilo Byte). Tetapi dalam perkembangannya hingga kini memory telah mencapai 3 GB (Giga Byte). Komputer personal model Apple II merupakan pelopor dari kelahiran personal komputer yang ada pada saat sekarang. Karena harganya relatif murah, bentuknya kecil dan teknologi yang dimiliki dianggap sudah memadai, maka personal komputer menjadi begitu cepat populer. Personal komputer kini tidak hanya digunakan oleh perorangan tetapi pada akhirnya banyak digunakan oleh perusahaan untuk menyelesaikan pelbagai masalah yang ada di perusahaan. Pada umumnya personal komputer hanya mampu bekerja untuk melayani satu orang pemakai (single-user), tetapi dalam perkembangannya dengan menggunakan konsep LAN (Local Area Network) personal komputer juga dapat digunakan untuk melayani banyak pemakai dalam saat yang bersamaan (konsep multi user). Dan dewasa ini kemampuan Personal Komputer telah mampu menandingi Main Frame. Personal Komputer terdiri atas monitor, keyboard, mouse dan CPU. PC dapat berbentuk Tower (berdiri) dan desktop (tidur). Komputer selama ini mungkin masih dominan dipakai dalam perkantoran, tetapi komputer dalam dunia pendidikan juga bisa dirancang, dan dimamfaatkan sebagai media pembelajaran yang terintegrasi dengan paket-paket pembelajaran tersebut. Kemampuan komputer yang perlu diperhatikan ialah bahwa komputer bermanfaat untuk: (1) menyinpan data dalam jumlah besar, (2) menghitung dengan cepat dan tepat, (3) melakukan pekerjaan berulang-ulang kali, (4) menampilkan bentuk grafik, bagan, gambar yang dipandu dengan data numerik, atau dengan proses logika, dan sebagainya, (5) bekerja dengan komputer dapat mengakses data , pengetahuan, materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan kapan saja dan dimana saja, dan (6) berhubungan dengan dunia maya artinya kita bisa mengadakan kontak langsung dengan negara-negara lain atau siapapun di belahan dunia ini dengan bantuan komputer pada semua kepentingan, dan (7) dapat menampilkan kembali data, informasi yang telah direkam dalam waktu sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pendidik. c. Fasilitas PC