refer at

43
BAB I PENDAHULUAN Pasien yang akan menjalani anastesi dan pembedahan baik elektif maupun darurat harus dipersiapkan dengan baik karena keberhasilan anastesi dan pembedahan sangat dipengaruhi oleh persiapan pra anastesi. Kunjungan pra anastesi pada bedah elektif umumnya dilakukan 1-2 hari sebelumnya, sedangkan pada bedah darurat waktu yang tersedia lebih singkat. Persiapan pasien dapat dilakukan mulai di ruang perawatan (bangsal), dari rumah pasien ataupun dari ruang penerimaan pasien di kamar operasi. Bergantung dengan berat ringannya tindakan pembedahan yang akan dijalankan serta kondisi pasien. Pasien dengan operasi elektif sebaiknya telah diperiksa dan dipersiapkan oleh petugas anestesi pada 2 hari sebelum hari pelaksanaan pembedahan. Sedangkan pasien operasi darurat, persiapannya lebih singkat lagi. Mungkin beberapa jam sebelum dilaksanakan pembedahan. Pasien dianamnesa tentang penyakit yang diderita, penyakit penyerta, penyakit herediter, pengobatan yang sedang dijalani, riwayat alergi, kebiasaan hidup (olahraga, merokok, minum alkohol, dan lain- lain). Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (laboratorium dan radiologi). Perlu pula dianamnesa riwayat pembedahan, pembiusan serta komplikasi yang dialami pasien. Berapa lama dia menjalani perawatan. Misal, pasien yang pernah menjalani operasi pengangkatan nevus tapi 1

Upload: bernadette-soubiraus

Post on 01-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refer At

BAB I

PENDAHULUAN

Pasien yang akan menjalani anastesi dan pembedahan baik elektif maupun darurat harus

dipersiapkan dengan baik karena keberhasilan anastesi dan pembedahan sangat dipengaruhi oleh

persiapan pra anastesi. Kunjungan pra anastesi pada bedah elektif umumnya dilakukan 1-2 hari

sebelumnya, sedangkan pada bedah darurat waktu yang tersedia lebih singkat.

Persiapan pasien dapat dilakukan mulai di ruang perawatan (bangsal), dari rumah pasien

ataupun dari ruang penerimaan pasien di kamar operasi. Bergantung dengan berat ringannya

tindakan pembedahan yang akan dijalankan serta kondisi pasien. Pasien dengan operasi elektif

sebaiknya telah diperiksa dan dipersiapkan oleh petugas anestesi pada 2 hari sebelum hari

pelaksanaan pembedahan. Sedangkan pasien operasi darurat, persiapannya lebih singkat lagi.

Mungkin beberapa jam sebelum dilaksanakan pembedahan.

Pasien dianamnesa tentang penyakit yang diderita, penyakit penyerta, penyakit herediter,

pengobatan yang sedang dijalani, riwayat alergi, kebiasaan hidup (olahraga, merokok, minum

alkohol, dan lain- lain). Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

(laboratorium dan radiologi). Perlu pula dianamnesa riwayat pembedahan, pembiusan serta

komplikasi yang dialami pasien. Berapa lama dia menjalani perawatan. Misal, pasien yang

pernah menjalani operasi pengangkatan nevus tapi pasca operasinya dirawat di ruang rawat

intensif (ICU), maka petugas anestesi harus waspada. Pasien ini memiliki masalah yang serius.

1

Page 2: Refer At

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persiapan Pre Anastesi

1.      Mengumpulkan data

2.      Menentukan masalah yang ada pada pasien sesuai data

3.      Meramalkan kemungkinan penyulit yang akan terjadi

4.      Melakukan persiapan untuk mencegah penyulit yang akan terjadi

5.      Menentukan status fisik pasien

6.      Menentukan tindakan anestesi

2.2 Persiapan Sebelum Dilakukan Pembedahan

Secara umum, persiapan pembedahan antara lain :

1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT.

2. Pengosongan kandung kemih.

3. Informed consent (Surat izin operasi dan anestesi).

4. Pemeriksaan fisik ulang

5. Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya.

6. Premedikasi secara intramuskular ½ - 1 jam menjelang operasi atau secara intravena

jika diberikan beberapa menit sebelum operasi.

Lama puasa pada orang dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop

ASI). Pada operasi darurat, pasien tidak puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk

dekompresi lambung.

2.3 Kunjungan Pra Anastesi

Persiapan operasi harus optimal dan sempurna walaupun waktu yang tersedia amat sempit.

Keberhasilan anestesi sangat ditentukan oleh kunjungan pra anestesi.

2

Page 3: Refer At

Kunjungan (visite) pra anestesi bertujuan :

1. Mengetahui riwayat penyakit bedah dan penyakit penyerta, riwayat penyakit sekarang

dan penyakit dahulu.

2. Mengenal dan menjalin hubungan dengan pasien.

3. Menyiapkan fisik dan mental pasien secara umum (optimalisasi keadaan umum).

4. Merencanakan obat dan teknik anestesi yang sesuai.

5. Merancang perawatan pasca anestesi.

6. Memprediksi komplikasi yang mungkin terjadi.

7. Memperhitungkan bahaya dan komplikasi.

8. Menentukan status ASA pasien.

Secara umum, tujuan kunjungan pra anestesi adalah menekan mobiditas dan mortalitas.

2.4 Anamnesis

Dalam anamnesis, dilakukan :

1. Identifikasi pasien

2. Riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat, riwayat alergi.

3. Riwayat anestesi dan pembedahan yang lalu.

Ketika pasien menyatakan alergi terhadap suatu obat/zat, maka petugas anestesi perlu

mengkonfirmasi apakah kejadian tersebut betul-betul alergi ataukah hanya rasa tidak enak

setelah penggunaan obat tersebut. Alergi perlu diwaspadai karena alergi dapat menimbulkan

bahaya besar seperti syok anafilaktik dan edema angioneurotik.

Narkotika dan psikotropika (terutama sedatif) saat ini sudah sering disalahgunakan oleh

masyarakat awam. Hal ini perlu diwaspadai oleh petugas anestesi. Oleh karena itu, dalam

anamnesis, petugas harus mampu memperoleh keterangan yang jujur dari pasien. Pada pasien

dengan operasi darurat, mungkin di Instalasi Gawat Darurat dia telah mendapatkan narkotika dan

sedatif, namun petugas di IGD terlupa menuliskan di buku rekam medis pasien. Agar tidak

terjadi pemberian yang tumpang tindih, sebaiknya petugas anestesi juga menanyakan hal tersebut

kepada petugas IGD.

3

Page 4: Refer At

2.5 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik pada prinsipnya dilakukan terhadap organ dan bagian tubuh seperti :

1. Keadaan umum : berat badan, tinggi badan, tanda-tanda vital.

2. Status gizi : obesitas, kaheksia

3. Status psikis

4. Sistemik :

a. Kepala leher :

- Mulut : bentuk lidah, derajat Mallampati

- Gigi geligi : gigi palsu, gigi goyah

- Mandibula : bentuk mandibula.

- Hidung : tes patensi lubang hidung, obstruksi.

- Leher : bentuk leher (kesan : pendek / kaku), penyakit di leher (sikatrik,

struma, tumor) yang akan menyulitkan intubasi.

- Asesori : lensa kontak.

b. Thoraks (Jantung dan paru) : tanda-tanda penyakit pernapasan dan sirkulasi.

- Abdomen : sirosis, kembung

- Ekstremitas : melihat bentuk vena, tanda-tanda edema.

- Tulang belakang /vertebra : jika akan dilakukan anestesi subarakhonoid

ataupun

- epidural. Apakah ada skoliosis, athrosis, infeksi kulit di punggung ?

- Sistem persarafan.

Abdomen yang kembung bisa disebabkan oleh udara atau cairan (sirosis). Kembung pada

bayi akan berakibat fatal karena bayi akan kesulitan untuk bernapas. Sehingga perlu

penatalaksanaan pra bedah terhadap bayi yang kembung.

Jantung harus diperiksa secara teliti, apakah terdapat penyakit jantung ? Jika ada, apakah

masih dalam fase kompensasi atau dekompensasi ? Jantung yang dalam fase kompensasi, masih

relatif aman untuk dianestesi.

4

Page 5: Refer At

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang terdiri dari periksaan laboratorium dan radiologi. Pemeriksaan

laboratorium terbagi menjadi pemeriksaan rutin dan khusus. Data laboratorium yang harus

diketahui diantaranya :

- hemoglobin (minimal 8% untuk bedah elektif)

- leukosit

- hitung jenis

- golongan darah

- clotting time dan bleeding time

- Atas indikasi dilakukan skrining : HBSAg

- Jika usia > 40 tahun, perlu diperiksa elektrolit (terutama natrium dan kalium), ureum,

kreatinin.

- Urinalisis : tes reduksi, tes sedimen

Sedangkan pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lainnya yang diperlukan diantaranya

foto toraks, EKG pada pasien berusia > 40 tahun atau bila ada sangkaan penyakit jantung,

Echokardiografi (wajib pada penderita jantung), dan tes faal paru (spirometri). Jika diperlukan,

pasien dikonsulkan ke bagian lain (penyakit dalam, jantung, dll) untuk memperoleh gambaran

kondisi pasien secara lebih spesifik. Konsultasi bukan untuk meminta kesimpulan / keputusan

apakah pasien ini boleh dianestesi atau tidak. Keputusan akhir tetap berada di tangan anestetis.

Setelah kondisi pasien diketahui, anestetis kemudian dapat meramalkan prognosa pasien serta

merencakan teknik dan obat anestesi yang akan digunakan.

2.7 Persiapan Penyulit yang Akan Terjadi

Penyakit Kardiovaskular

-Resiko serius Terapi oksigen dan pemantauan EKG harus diteruskan sampai pasca

operasi.

5

Page 6: Refer At

-Zat anestesi membuat jantung sensitive terhadap kerja katekolamin yang dilepaskan.

Selanjutnya dapat terjadi kemunduran hemodinamik dan dapat terjadi aritmia,

takikardi ventricular sampai fibrilasi ventricular.

-Pada pasien dengan gagal jantung perfusi organ menjadi buruk. Ambilan gas dan uap

inhalasi terhalangi.

-Pada pasien hipertensi, terapi antihipertensi harus diteruskan sepanjang operasi. Bahaya

hipertensi balik dengan resiko gangguan kardiovaskular setelah penghentian obat jauh

lebih berat diandingkan dengan resiko karena meneruskan terapi.

Penyakit Pernafasan

-Penyakit saluran nafas dan paru-paru mempengaruhi oksigenasi, eliminasi

karbondioksida, ambilan gas-gas inhalasi dan meningkatkan insidens infeksi pasca

operasi.

-Bronkospasme berat yang mengancam jiwa kadang-kadang timbul pada pasien asma atau

pecandu nikotin.

-Penundaan operasi elektif pada pasien yang menderita infeksi saluran nafas atas karena

efek obat sedative dan atropine, dan penurunan respons imunologi yang terjadi karena

anestesi umum dapat meningkatkan resiko infeksi dada pasca operasi

Diabetes Mellitus

Hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita diabetes yang

tidak stabil seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif, kecuali jika kondisi bedah itu

sendiri merupakan penyebab ketidakstabilan tersebut.

Penyakit Hati

Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal hati. Obat-obatan

analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang karena metabolisme oleh

otak juga berubah karena penyakit hati.

Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah perdarahan

akibat kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal ginjal akibat bilirubin yang

berakumulasi pada tubulus renalis

6

Page 7: Refer At

2.8 Persiapan Sebelum Pembedahan

Secara umum, persiapan pembedahan antara lain :

- Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT. Lama puasa pada orang

dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi

darurat, pasien tidak puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi

lambung.

- Pengosongan kandung kemih.

- Informed consent (Surat izin operasi dan anestesi).

- Pemeriksaan fisik ulang

- Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya.

- Premedikasi secara intramuskular ½ - 1 jam menjelang operasi atau secara intravena

jika diberikan beberapa menit sebelum operasi.

2.9 Premedikasi

Tujuan

- pasien tenang, rasa takutnya berkurang

- Mengurangi nyeri/sakit saat anestesi dan pembedahan

- Mengurangi dosis dan efek samping anestetika

- Menambah khasiat anestetika

Cara:

- intramuskuler (1 jam sebelum anestesi dilakukan)

- intravena (5-10 menit sebelum anestesi dilakukan, dosisnya 1/3 – 1/2 dari dosis

intramuscular)

- oral misalnya, malam hari sebelum anestesi dan operasi dilakukan, pasien diberi obat

penenang (diazepam) peroral terlebih dahulu, terutama pasien dengan hipertensi.

1. hilangkan kegelisahan Tanya jawab

2. ketenangan sedative

3. ananlgesi narko analgetik

7

Page 8: Refer At

4. amnesia hiosin diazepam

5. turunkan sekresi saluran nafas atropine, hiosisn

6. meningkatkan pH kurangi cairan lambung antacid

7. cegah reaksi alergi anihistamin, kortikosteroid

8. cegah refleks vagal atropine

9. mudahkan induksi petidin, morfin

10. kurangi kebutuhan dosis anestesi narkotik hypnosis

11. cegah mual muntah droperidol, metoklorpamid

2.10 Penggolongan Obat-Obat Premedikasi

1. Golongan Narkotika

a. Analgetika sangat kuat.

b. Jenisnya : petidin dan morfin.

c. Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan.

d. Efek samping: mendepresi pusat nafas, mual-muntah, Vasodilatasi pembuluh darah

hipotensi

e. diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah,

misalnya: halotan, tiopental, propofol.

f. Pethidin diinjeksikan pelan untuk:

- mengurangi kecemasan dan ketegangan

- menekan TD dan nafas

- merangsang otot polos

g. Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah ada sebelum pembedahan

- mengurangi kecemasan dan ketegangan

- menekan TD dan nafas

- merangsang otot polos

- depresan SSP

- pulih pasca bedah lebih lama

- penyempitan bronkus

- mual muntah (+)

8

Page 9: Refer At

2. Golongan Sedativa & Transquilizer

- Golongan ini berfungsi sebagai obat penenang dan membuat pasien menjadi mengantuk.

- Contoh : luminal dan nembufal untuk golongan sedative; diazepam dan DHBF

(Dihidrobensferidol) untuk golongan transquilizer.

- Efek samping: depresi nafas, depresi sirkulasi.

- diberikan apabila pasien memiliki rasa sakit/nyeri sebelum dianestesi, pasien tampak

lebih gelisah

Barbiturat

- menimbulkan sedasi dan menghilangkan kekhawatiran sebelum operasi

- depresan lemah nafas dan silkulasi

- mual muntah jarang

Diazepam

- induksi, premedikasi, sedasi

- menghilangkan halusinasi karena ketamin

- mengendalikan kejang

- menguntungkan untuk usia tua

- jarang terjadi depresi nafas, batuk, disritmia

- premedikasi 1m 10 mg, oral 5-10 mg

3. Golongan Obat Pengering

- Bertujuan menurunkan sekresi kelenjar saliva, keringat, dan lendir di mulut serta

menurunkan efek parasimpatolitik / paravasopagolitik sehingga menurunkan risiko

timbulnya refleks vagal.

- Contoh: sulfas atropine dan skopolamin.

- Efek samping: proses pembuangan panas akan terganggu, terutama pada anak-anak

sehingga terjadi febris dan dehidrasi

- diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan efek hipersekresi, mis:

dietileter atau ketamin

9

Page 10: Refer At

2.11 Prognosa

Prognosa dibuat berdasarkan kriteria yang dikeluarkan ASA (American Society of

Anesthesiologist).

ASA 1 ; tanpa ada penyakit sistemik

ASA 2 ; kelainan sistemik ringan sampai sedang. Misalnya apendisitis akut tanpa komplikasi

ASA 3 ; kelainan sistemik berat, ketergantungan pada obat-obat, aktivitas terbatas. Misal ileus

ASA 4; kelainan sistemik berat yang mengancam nyawa, sangat tergantung dengan obat-obat,

aktivitas sangat terbatas.

ASA 5; dioperasi ataupun tidak, dalam 24 jam akan mati juga. Tanda-tandanya : nadi tidak

teraba, pasien ruptur aneurisma aorta.

Pasien usia ± 60 tahun, pasien obesitas tergolong kategori ASA 2. Teknik dan obat yang

akan digunakan, disesuaikan dengan kondisi pasien, termasuk kondisi ekonomi.

a. Apakah nanti pasien diberi anestesi umum ataukah anestesi regional ?

b. Jika memakai anestesi umum, teknik apa yang digunakan ?

c. Intravena, Inhalasi atau campuran ?

d. Apakah nanti pasien dipasang sungkup (facemask), Laryngeal Mask Airway, Intubasi

endotrakeal ?

e. Apakah nanti napasnya dikendalikan ataukan di-spontan-kan ?

Sebelum melakukan prosedur anestesia, penting sekali memberikan informasi tentang

risiko anestesi, kepada pasien atau penanggungjawab pasien.

Risiko tindakan harus disampaikan ke pihak yang bertanggung jawab atas diri pasien,

yakni pihak yang memberikan persetujuan dan menandatangani surat izin operasi / surat izin

anestesi.

2.12 Teori Anastesi

1. Teori Koloid

Obat anestesi penggumpalan sel koloid anestesi yang reversibel

10

Page 11: Refer At

Bukti : eter, halotan hambat gerak dan aliran protoplasma pada amoeba (terjadi

penggumpalan protoplasma)

2. Teori Lipid

- Ada hubungan kelarutan zat anestesi dalam lemak dan timbulnya

anestesi.

- Kelarutan anestesi makin kuat

- Daya larut makin cepat, anestesi juga cepat

- Bila obesitas, anestesi juga susah krn lemak tidak memiliki PD

3. Teori Adsorbsi dan tegangan permukaan

Hubungan potensi zat anestesi dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan

proses metabolisme dan transmisi neural terganggu menyebabkan anestesi.

4. Teori biokimia

Secara in vitro zat anestesi menghambat pengambilan O2 di otak (fosforilasi oksidatif).

5. Teori Neurofisiologi

Terjadi penurunan transmisi sinaps di ganglion cervicalis superior dan menghambat

fungsi formatio reticularis ascenden yang berfungsi mempertahankan kesadaran.

6. Teori Fisika

Anestesi terjadi oleh karena molekul yang inert (bergerak) dari zat anestesi akan

menempati ruang di dalam sel yang tidak mengandung air sehingga menyebabkan

gangguan permeabilitas membran terhadap molekul dan ion oleh karena terbentuk

mikrokristal di SSP.

Trias anastesi :

- Analgesia

- Hipnosis

- Arefleksia / relaksasi

11

Page 12: Refer At

2.13 Stadium Anastesi

Stadium 1 : Stadium analgesia atau disorientasi

- Induksi kesadaran hilang

- Nyeri () o.k bedah kecil

- Berakhir : refleks bulu mata hilang

Stadium 2 : stadium hipersekresi atau eksitasi atau delirium

- Kesadaran (-)/ refleks bulu mata (-) ----- ventilasi teratur

- Terjadi depresi pada ganglia basalis rx berlebihan bila ada rangasang

(hidung, cahaya, nyeri, rasa, raba)

Stadium 3 :

Disebut Stadium Pembedahan; ventilasi teratur ---- apneu, terbagi 4 plana :

Plana 1:- Ventilasi teratur : torako abdominal

- Pupil terfiksasi, miosis

- Refleks cahaya (+)

- Lakrimasi

- Refleks faring dan muntah (-)

- Tonus otot mulai

Plana 2 :- Ventilasi teratur : abdominaltorakal

- Volume tidal

- Frekuensi nafas

- Pupil : terfiksasi ditengah, midriasis

- Refleks cahaya

- Refleks kornea (-)

Plana 3 :- Ventilasi teratur : abdominal dgn kelumpuhan saraf interkostal

- Lakrimasi (-)

- Pupil melebar dan sentral

- Refleks laring dan peritoneum (-)

- Tonus otot

Plana 4 : - Ventilasi tidak teratur dan tidak adequat ok otot diafragma

lumpuh ( tonus otot tidak sesuai volume tidal)

12

Page 13: Refer At

- Tonus otot

- Pupil midriasis

- Refleks sfingter ani dan kelenjar lakrimalis (-)

Stadium 4 : Stadium paralisis

- Disebut juga stadium kelebihan obat.

- Terjadi henti nafas sampai henti jantung

Ventilasi normal:

- Wanita dewasa : dominan abdomen (diafragma)

- Pria dewasa : dominan torakal

Pupil

Pada pupil yang diperhatikan : - gerak

- fixasi posisi pupil

Stadium I : tidak melebar karena psikosensorik dan pengaruh emosi

Stadium II : pupil midriasis karena rangsang simpatik pada otot dilatator

Stadium III : pupil mulai midriasis lagi karena pelepasan adrenalin pada anestesi dengan

eter atau siklopropan tapi tidak terjadi pada halotan dan IV

Stadium pembedahan : pupil terfiksasi ditengah dan ventilasi teratur

Anestesi dalam (kelebihan dosis) :

- Pupil dilatasi maksimal ok paralisis N.kranialis III

- Ventilasi perut dan dangkal

Sebab lain pupil midriasis :

1. Saat induksi : o.k sudah setengah sadar (sub concious fear)

2. Premedikasi atropin tanda opiat

3. Hipoksia

4. Syok dan perdarahan

Refleks bulu mata

N : sentuhan berkedip (kontraksi)

(-) : akhir stadium I, awal stadium II

Refleks kelopak mata

N : tarik kelopak mata ada tarikan (kontraksi)

13

Page 14: Refer At

(-) : awal stadium III

Refleks cahaya :

N : Pupil miosis

(-) : Stadium 3 plana 3

14

Page 15: Refer At

2.14 Urutan Pelaksanaan Anastesi Umum

Berikut merupakan langkah pelaksanaan anestesi umum yang biasa dilakukan oleh DM untuk

kasus:

1. Setelah pasien dibaringkan di atas meja operasi. Pasang tensi, saturasi, precordial.

Nyalakan monitor. Nyalakan mesin anestesi. Atur kecepatan infuse.

2. Tunggu instruksi. Setelah lapor ke konsulen, dan operator sudah siap. Berarti anestesi

sudah boleh dilakukan.

3. Minta pasien untuk berdoa

4. Suntikkan pre medikasi: SA 0,25 mg dan Pethidin 30-50 mg

5. Suntikkan Recofol 100 mg.

6. Tunggu sampai refleks bulu mata hilang.

7. Bila refleks bulu mata telah hilang pasang masker dengan posisi benar. (Jaw thrust,

chin lift, tekan masker dengan ibu jari dan telunjuk)

8. Naikkan oksigen sampai 6-10 l

9. kurangi oksigen sampai 3 l. naikkan N2O menjadi 3l. buka isofluran/halotan

10. Tetap berada dalam posisi seperti itu. Sambil kadang-kadang lakukan pemompaan bila

diperlukan. Perhatikan infus, nadi, tensi, saturasi, pompa atau monitor mesin. Sesekali

raba nadi pasien.

11. Bila diperlukan pasien rileks maka berikan Succinil cholin atau tramus tergantung dosis

yang diperlukan.

12. Selanjutnya tinggal seni anestesinya. Kalau tensi naik dan turun, kalau nadi naik atau

turun, kalau nafas kurang spontan, lambat atau cepat. Yang kita lakukan bisa perdalam

atau kurangi obat anestesi, tambah obat tertentu, atur cairan, atur posisi pasien dan lain-

lain.

13. Bila operasi sudah hampir selesai kurangi dosis perlahan sampai kemudian tinggal

oksigen saja.

14. Operasi selesai… bawa pasien ke RR. Dan tunggu sampai pasien bangun.

15

Page 16: Refer At

2.15 Monitoring Anastesi

1. Kedalaman anestesi

2. Kardiovaskuler :

- Tekanan darah (invasif atau non invasif)

- EKG

- CVP

3. Ventilasi respirasi :

- Stetoskop

- Pulse oksimetri saturasi

- Capnometer

- Analisa gas darah

4. Suhu : tidak boleh febris ok obat anstesi menyebabkan febris

- Malignant /hyperthermia : naiknya suhu tubuh sangat cepat

- Axilla, rectal, osefagus, nasofaring

5. Produksi urin : ½ - 1 cc/kg BB/j

6. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan bila diperlukan; > 20%

perdarahan diberi transfusi “whole blood”.

7. Sirkuit anestesi

Digunakan kapnometer untuk mengukur O2 dalam darah

O2----mesin anestesi corugated-corugated masker/ ET Pasien

16

Page 17: Refer At

2.16 Obat- Obat Anastesi

DOSIS OBAT-OBATAN (Yang dicantumkan disini hanya yang biasa di RS Ulin)

Obat Dalam

sediaan

Jumlah di

sediaan

pengenceran Dalam

spuit

Dosis

(mg/kgBB)

1 cc

spuit =

Pethidin ampul 100mg/

2cc

2cc +

aquadest 8cc

10 cc 0,5-1 10 mg

Fentanyl 0,05

mg/cc

0,05mg

Recofol

(Propofol)

ampul 200mg/

20cc

10cc +

lidocain 1

ampul

10 cc 2-2,5 10 mg

Ketamin vial 100mg/cc 1cc +

aquadest 9cc

10 cc 1-2 10 mg

Succinilcholin vial 200mg/

10cc

Tanpa

pengenceran

5 cc 1-2 20 mg

Atrakurium

Besilat

(Tramus/

Tracrium)

ampul 10mg/cc Tanpa

pengenceran

5 cc Intubasi:

0,5-0,6,

relaksasi:

0,08,

maintenance

: 0,1-0,2

10 mg

Efedrin HCl ampul 50mg/cc 1cc +

aquadest 9cc

10 cc 0,2 5 mg

Sulfas Atropin ampul 0,25mg/cc Tanpa 3 cc 0,005 0,25 mg

17

Page 18: Refer At

pengenceran

Ondansentron

HCl (Narfoz)

ampul 4mg/2cc Tanpa

pengenceran

3 cc 8 mg

(dewasa)

5 mg (anak)

2 mg

Aminofilin ampul 24mg/cc Tanpa

pengenceran

10 cc 5 24 mg

Dexamethason ampul 5 mg/cc Tanpa

pengenceran

1 5 mg

Adrenalin ampul 1 mg/cc 0,25-0,3

Neostigmin

(prostigmin)

ampul 0,5mg/cc Tanpa

pengenceran

Masukkan 2

ampul

prostigmin +

1 ampul SA

0,5 mg

Midazolam

(Sedacum)

ampul 5mg/5cc Tanpa

pengenceran

0,07-0,1 1 mg

Ketorolac ampul 60 mg/2cc Tanpa

pengenceran

30 mg

Difenhidramin

HCl

ampul 5mg/cc Tanpa

pengenceran

5 mg

Onset dan Durasi yang penting

OBAT ONSET DURASI

Succinil Cholin 1-2 mnt 3-5 mnt

18

Page 19: Refer At

Tracrium (tramus) 2-3 mnt 15-35 mnt

Sulfas Atropin 1-2 mnt

Ketamin 30 dtk 15-20 mnt

Pethidin 10-15 mnt 90-120 mnt

Pentotal 30 dtk 4-7 mnt

Keterangan

A. Obat Induksi intravena

1. Ketamin/ketalar

- efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tp tidak utk nyeri visceral

- Efek hipnotik kurang

- Efek relaksasi tidak ada

- Refleks pharynx & larynx masih ckp baik batuk saat anestesi refleks vagal

- disosiasi mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi, gaduh

gelisah, tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi

- Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat diperkecil

dengan pemberian thiopental sebelumnya)

- TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat peningkatan

aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan premedikasi opiat,

hiosin.

- dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine. Baik untuk

penderita-penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia umum

yang masih ringan.

- Dosis berlebihan scr iv depresi napas

- Pd anak dpt timbulkan kejang, nistagmus

- Meningkatkan kdr glukosa darah + 15%

- Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit

- Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh melalui urin

19

Page 20: Refer At

- Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pd pusat

retikular otak

Indikasi:

- Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada koreksi jaringan

sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang sukar.

- Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).

- Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)

- Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dapat dipakai

untuk induksi pada pasien syok.

- Untuk tindakan operasi kecil.

- Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.

- Pasien asma

Kontra Indikasi

- hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg

- riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)

- Dekompensasi kordis

Harus hati-hati pada :

- Riwayat kelainan jiwa

- Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik

2. Propofol (diprifan, rekofol)

- Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih spt susu dgn bhn pelarut tdd minyak kedelai

& postasida telur yg dimurnikan.

- Kdg terasa nyeri pd penyuntikan dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm 10cc propolol

jarang pada anak karena sakit & iritasi pd saat pemberian

- Analgetik tdk kuat

- Dpt dipakai sbg obat induksi & obat maintenance

- Obat setelah diberikan didistribusi dgn cepat ke seluruh tubuh.

- Metabolisme di liver & metabolit tdk aktif dikeluarkan lwt ginjal.

20

Page 21: Refer At

- Saat dipakai utk induksi juga dapat tjd hipotensi karena vasodilatasi & apnea sejenak

Efek Samping

- bradikardi.

- nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.

- Ekstasi, nyeri lokal pd daerah suntikan

- Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan

- Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ggn jalan napas, ginjal, liver,

syok hipovolemik.

3. Thiopental

- Ultra short acting barbiturat

- Dipakai sejak lama (1934)

- Tidak larut dlm air, tp dlm bentuk natrium (sodium thiopental) mudah larut dlm air

4. Pentotal

- Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1 gr(merah) & 5 gr.

Dipakai dilarutkan dgn aquades

- Lrt pentotal bersifat alkalis, ph 10,8

- Lrt tdk begitu stabil, hanya bs dismp 1-2 hr (dlm kulkas lebih lama, efek menurun)

- Pemakaian dibuat lrt 2,5%-5%, tp dipakai 2,5% u/ menghindari overdosis, komplikasi >

kecil, hitungan pemberian lebih mudah

- Obat mengalir dlm aliran darah (aliran ke otak ↑) efek sedasi&hipnosis cepat tjd, tp

sifat analgesik sangat kurang

- TIK ↓

- Mendepresi pusat pernapasan

- Membuat saluran napas lebih sensitif thd rangsangan

- depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah hipotensi. Dpt

menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal

- tak berefek pd kontraksi uterus, dpt melewati barier plasenta

- Dpt melewati ASI

- menyebabkan relaksasi otot ringan

21

Page 22: Refer At

- reaksi. anafilaktik syok

- gula darah sedikit meningkat.

- Metabolisme di hepar

- cepat tidur, waktu tidur relatif pendek

- Dosis iv: 3-5 mg/kgBB

- Kontraindikasi

- syok berat

- Anemia berat

- Asma bronkiale menyebabkan konstriksi bronkus

- Obstruksi sal napas atas

- Penyakit jantung & liver

- kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)

B. Obat Anestetik inhalasi

1. Halothan/fluothan

- Tidak berwarna, mudah menguap

- Tidak mudah terbakar/meledak

- Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya

- Efek:

- Tidak merangsang traktus respiratorius

- Depresi nafas Þ stadium analgetik

- Menghambat salivasi

- Nadi cepat, ekskresi airmata

- Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup

- Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus

- Depresi otot jantung Þ aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)

- Depresi otot polos pembuluh darah Þ vasodilatasi Þ hipotensi

- Vasodilatasi pembuluh darah otak

- Sensitisasi jantung terhadap katekolamin

22

Page 23: Refer At

- Meningkatkan aktivitas vagal vagal refleks

- Pemberian berulang (1-3 bulan) kerusakan hepar (immune-mediated hepatitis)

- Menghambat kontraksi otot rahim

- Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh

- Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance

Keuntungan

- cepat tidur

- Tidak merangsang saluran napas

- Salivasi tidak banyak

- Bronkhodilator obat pilihan untuk asma bronkhiale

- Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)

- Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak

Kerugian

- overdosis

- Perlu obat tambahan selama anestesi

- Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi

- aritmia jantung

- Sifat analgetik ringan

- Cukup mahal

- Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan

2. Nitrogen Oksida (N2O)

- gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif tidak

larut dalam darah.

Efek:

Analgesik sangat kuat setara morfin

- Hipnotik sangat lemah

- Tidak ada sifa relaksasi sama sekali

- Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Bila murni N2O =

depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP

- jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain

seperti halotan dan sebagainya.

23

Page 24: Refer At

3. Eter

- tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang

- iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus

- margin safety sangat luas

- murah

- analgesi sangat kuat

- sedatif dan relaksasi baik

- memenuhi trias anestesi

- teknik sederhana

4. Enfluran

- isomer isofluran

- tidak mudah terbakar, namun berbau.

- Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang (pada

EEG).

- Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih

iritatif dibanding halotan.

5. Isofluran

- cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar

- menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan

sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.

- Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran

6. Sevofluran

- tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih untuk

induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa.

- tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis

C. Obat Muscle Relaxant

- Bekerja pd otot bergaris terjadi kelumpuhan otot napas & otot-otot mandibula, otot

intercostalis, otot-otot abdominalis & relaksasi otot-otot ekstremitas.

- Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata ekstremitas mandibula intercostalis

abdominal diafragma.

24

Page 25: Refer At

- Pd pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.

- Obat ini membantu pd operasi khusus spt operasi perut agar organ abdominal tdk

keluar & terjadi relaksasi

- Terbagi dua: Non depolarisasi, dan depolarisasi

Depolarisasi Non Depolarisasi

Sediaan Suksinilkolin, dekametonium Tubokurarin/kurare, Atrakurium

Besilat, vekuronium, matokurin,

alkuronium, Pankuronium

(Pavulon), galamin, fasadinium,

rekuronium,

indikasi tindakan relaksasi singkat

pemasangan pipa

endotracheal/spasme laring

tindakan relaksasi yg lama.

pada geriatri, kelainan jantung,

hati, ginjal yang berat

durasi 5-10 mnt 30 mnt – 1 jam

fasikulasi + -

Obat antagonis - + (antikolinesterase, mis:

prostigmin)

lewat barier plasenta - (aman pada SC)

Efek muskarinik < + (bradikardi, hipersekresi,

cardiac arrest)

Hiperkalemi + -

Pelepasan histamin

(hipotensi,

hipersekresi asam

+ Tubokurarin/kurare(+)

Pankuronium (-)

25

Page 26: Refer At

lambung, spasme

bronkhus)

Efek samping - Menurunnya atau

meningkatnya HR dan BP

- Myalgia post op

- Meningkat tekanan

intragaster, intraokuler dan

intrakranial

- Malignant hyperthermia

- Myoklonus

- Durasi

- Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin

- Short (10-15 menit) : mivakurium

- Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium

- Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium, pipekuronium,

doksakurium, galamin

- Efek terhadap kardiovaskuler

- tubokurarin , metokurin , mivakurium dan atrakurium : Hipotensi pelepasan

histamin dan (penghambatan ganglion)

- pankuronium : menaikkan tekanan darah

- suksinilkolin : aritmia jantung

Antikolinesterase

antagonis pelumpuh otot non depolarisasi

1. neostigmin metilsulfat (prostigmin)

2. pitidostigmin

3. edrofonium

26

Page 27: Refer At

- fungsi: efek nilotinik + muskarinik bradikardi, hiperperistaltik, hipersekresi, bronkospasme,

miosis, kontraksi vesicaurinaria

- pemberian dibarengi SA untuk menghindari bradikardi. (2:1)

MAC (Minimal Alveolar Concentration)

konsentrasi zat anestesi inhalasi dalam alveoli dimana 50% binatang tidak memberikan

respon rangsang sakit

Halotan : 0,87%

Eter : 1,92%

Enfluran : 1,68%

Isofluran : 1,15%

Sevofluran : 1,8%

Obat Darurat

Nama Berikan bila Berapa yang diberikan?

Efedrin TD menurun >20% dari TD

awal (biasanya bila TD sistol

<90 diberikan)

2 cc spuit

Sulfas atropin Bradikardi (<60) 2 cc spuit

Aminofilin bronkokonstriksi 5 mg/kgBB

Spuit 24mg/ml

Dexamethason Reaksi anafilaksis 1 mg/kgBB

Spuit 5 mg/cc

Adrenalin Cardiac arrest 0,25 – 0,3 mg/kgBB, 1 mg/cc (teori)

Prakteknya beri sampai aman

Succinil cholin Spasme laring 1 mg/kgBB (1cc spuit

27

Page 28: Refer At

2.17 Pasca Anastesi

Perawatan dan monitoring biasanya dilakukan :

- Di ruang pulih sadar pada keadaan tertentu dan khusus, dapat dilakukan di ruang

perawatan

- Dapat dilakukan dengan peralatan sederhana selama pasien di ruang pulih sadar

- Dapat dilakukan dengan cara manual maupun menggunakan peralatan elektronik

Tingkat perawatan pasca-anestesi setiap pasien tidak selalu sama, bergantung pada kondisi fisik

pasien, teknik anestesi, dan jenis operasi monitoring lebih ketat pada pasien dengan :

1. Risiko tinggi

2. Kelainan organ

3. Syok yang lama

4. Dehidrasi berat

5. Sepsis

6. Trauma multipel

7. Trauma kapitis

8. Gangguan organ penting, mis: otak

Untuk memudahkan perawatan, lakukan monitoring B6

1. Breath (nafas) sistem respirasi

Pasien belum sadar evaluasi :

- Pola nafas

- Tanda-tanda obstruksi

- Pernafasan cuping hidung

- Frekuensi nafas

- Pergerakan rongga dada simetris/tidak

- Suara nafas tambahan (-) pada obstruksi total

- Udara nafas yang keluar dari hidung

- Sianosis pada ekstremitas

- Auskultasi wheezing, ronki

- Pasien sadar tanyakan adakah keluhan pernafasan :

- (-) cukup berikan O2

28

Page 29: Refer At

- Tanda-tanda obstruksi (+) terapi sesuai kondisi (aminofilin, kortikosteroid, tindakan

triple manuver airway)

1. Blood (darah) sistem kardiovaskuler

- Tekanan darah

- Nadi

- Perfusi perifer

- Status hidrasi (hipotermi – syok)

- Kadar Hb

2. Brain (otak) sistem SSP

- Menilai kesadaran pasien

- Dinilai dengan GCS (Glasgow Coma Scale)

- Perhatikan gejala kenaikan TIK

3. Bladder (kandung kencing) sistem urogenitalis

- Periksa kualitas, kuantitas, warna, kepekatan urin mencerminkan kadar elektrolit

- Untuk menilai :

Apakah pasien masih dehidrasi

Apakah ada kerusakan ginjal saat operasi acute renal failure, transfusi hemolisis

4. Bowel (usus) sistem gastrointestinalis

Periksa :

- Dilatasi lambung

- Tanda-tanda cairan bebas

- Distensi abdomen

- Perdarahan lambung postoperasi

- Obstruksi hipoperistaltik, gangguan organ lain, mis: hepar, lien, pankreas

- Dilatasi usus halus

- Hati-hati!! Pasien operasi mayor sering mengalami kembung mengganggu pernafasan

karena ia bernafas diafragma

-

5. Bone (tulang) sistem muskuloskeletal

- Periksa :

- Tanda-tanda sianosis

29

Page 30: Refer At

- Warna kuku

- Perdarahan postoperasi

- Gangguan neurologis gerakan ekstremitas

Perawatan pasca-operasi disesuaikan dengan beratnya operasi. Untuk pasien postoperasi berat

dengan risiko berat, harus dirawat di ruang ICU terlebih dahulu

BAB III

30

Page 31: Refer At

KESIMPULAN

Persiapan operasi harus optimal dan sempurna walaupun waktu yang tersedia amat

sempit. Keberhasilan anestesi sangat ditentukan oleh kunjungan pra anestesi. Persiapan pasien

dapat dilakukan mulai di ruang perawatan (bangsal), dari rumah pasien ataupun dari ruang

penerimaan pasien di kamar operasi. Bergantung dengan berat ringannya tindakan pembedahan

yang akan dijalankan serta kondisi pasien.

Pasien dengan operasi elektif sebaiknya telah diperiksa dan dipersiapkan oleh petugas

anestesi pada 2 hari sebelum hari pelaksanaan pembedahan. Sedangkan pasien operasi darurat,

persiapannya lebih singkat lagi. Mungkin beberapa jam sebelum dilaksanakan pembedahan.

31

60c640d70f6d421f 60c640d70f6d421f