referat kopi linda
DESCRIPTION
dfghjkTRANSCRIPT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
REFERAT
“ Kopi dan Kardiovaskuler ”
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
\
Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Hersa Donantya, Sp.PD
Disusun Oleh :
Linda Faradhita H2A011026
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FAKULTAS KEDOKTERAN – UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
1
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT DALAM
Presentasi Referat:
“ Kopi dan Kardiovaskuler ”
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Disusun Oleh:
Linda Faradhita H2A011026
Telah disetujui oleh Pembimbing:
Nama pembimbing Tanda Tangan
dr. Hersa Donantya, Sp. PD .............................
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kopi merupakan salah satu jenis minuman yang banyak dikonsumsi
masyarakat. Dari tahun ke tahun konsumsi kopi mengalami peningkatan baik di
Indonesia maupun di dunia. Menurut Konsultan Internasiona Coffe Organization
(ICO), memperkirakan bahwa pertumbuhan konsumsi kopi global dalam periode
2005 – 2015 meningkat 35,9 %, sedangkan konsumsi kopi di Indonesia
mengalami kenaikan rata – rata sekitar 3 % setiap tahunya. Hal ini dikarenakan
semakin banyaknya variasi kopi yang ada di pasaran. Selain itu kebiasaan
meminum kopi pada saat ini telah menjadi salah satu kebiasaan gaya hidup di
masyarakat.
Kopi mengandung lebih dari 1000 senyawa potensial aktif yang terdapat
dalam biji kopi maupun yang terbentuk dari proses pemasakan kopi. Beberapa
senyawa aktif yang diketahui yaitu kafein (stimulator yang kuat dan
bronkodilator), diterpene alcohols (dapat meningkatkan serum kolesterol), dan
chlorogenic acids (anti oksidan dan anti inflamasi).
Kopi dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler karena adanya
kandungan kafein. Terhadap sistem kardiovaskuler, kafein dapat bersifat inotropik
dan kronotropik positif dan dapat menurunkan tekanan darah karena sifatnya yang
merelaksasi otot polos perifer. Kafein juga dapat menyebabkan penurunan denyut
jantung pada perangsangan vagal reseptor dan peningkatan tekanan darah pada
perangsangan pusat vasomotor medulla.
Kafein memiliki metabolisme kompleks pada sistem sirkulasi dan efek
akhirnya sebagian besar bergantung pada kondisi pada saat pemberian, dosis yang
digunakan dan riwayat pajanan terhadap metilxantin. Melalui mekanisme kerjanya
terhadap SSP kafein dapat meningkatkan kesadaran dan mengurangi kelelahan,
oleh karena itu, masyarakat sering mengkonsumsi kopi untuk mendapatkan
khasiat tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem kardiovaskuler merupakan salah satu sistem utama yang ada
pada organisme. Sistem kardiovaskuler berfungsi untuk mempertahankan
kualitas dan kuantitas cairan yang ada di dalam tubuh agar tetap homeostatis.
Organ-organ penyusun sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung sebagai alat
pompa utama, pembuluh darah, serta darah.
A. Anatomi Jantung
1. Pengertian Jantung
Jantung merupakan organ muskular berongga yang bentuknya
mirip piramid dan terletak di dalam pericardium di mediastinum. Basis
cordis dihubungkan dengan pembuluh-pembuluh darah besar, meskipun
demikian tetap terletak bebas di dalam. Dua pertiga jantung terletak
disebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum.
Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya.1,2
Gambar 2.1 Jantung3
4
2. Permukaan Jantung
Jantung mempunyai tiga permukaan: facies sternocostalis
(anterior), facies diaphragmatica (inferior), dan basis cordis (facies
posterior). jantung juga mempunyai apex yang arahnya ke bawah,
depan, dan kiri. 3,4
Gambar 2.2 Otot jantung dilihat dari ventral
3. Batas Jantung
Batas kanan jantung dibentuk oleh atrium dextrum, batas kiri
oleh auricula sinistra dan di bawah oleh ventricuius sinister . Batas
bawah terutama dibentuk oleh ventriculus dexter tetapi juga oleh
atrium dextrum dan apex oleh ventriculus sinister. Batas-batas ini
penting pada pemeriksaan radiografi jantung. 4
4. Ruang-Ruang Jantung
Jantung dibagi oleh septa vertikal menjadi empat ruang: atrium
dextrum, atrium sinistrum, ventriculus dexter, dan ventriculus sinister.
Atrium dextrum terletak anterior terhadap atrium sinistrum dan
ventriculus dexter anterior terhadap ventriculus sinister. 4
5
Gambar 2.4 Ruang-ruang Jantung
Dinding jantung tersusun atas otot jantung, myocardium, yang
di luar terbungkus oleh pericardium serosum, yang disebut epicardium,
dan di bagian dalam diliputi oleh selapis endothel disebut
endocardium.4
5. Struktur Jantung
Dinding jantung terdiri atas lapisan tebal otot jantung,
myocardium, yang dibungkus dari luar oleh epicardium dan dibatasi di
sebelah dalam oleh endocardium. Bagian atrium jantung relatif
mempunyai dinding yang tipis dan dibagi dua oleh septum interatriale
menjadi atrium dextrum dan atrium sinistrum. Septum berjalan dari
dinding anterior jantung menuju ke belakang dan kanan. Bagian
ventrikel jantung mempunyai dinding yang tebal dan dibagi dua oleh
septum ventriculare (interventriculare) menjadi ventriculus dexter dan
ventriculus sinister. Septum terletak miring, dengan satu permukaan
menghadap ke depan dan kanan serta permukaan lainnya menghadap ke
belakang dan kiri. Posisinya diidentifikasi pada permukaan jantung
sebagai sulcus interventricularis anterior dan posterior. Bagian bawah
6
septum tebal dan dibentuk oleh otot. Bagian atas septum lebih kecil,
tipis, membranosa, dan terikat pada rangka fibrosa. 6
Gambar 2.8 Otot jantung
Yang disebut rangka jantung, terdiri atas cincin-cincin fibrosa yang
mengelilingi ostium atrioventriculare, ostium trunci pulmonalis dan
ostium aortae dan melanjutkan diri ke pars membranosa, bagian atas
septum ventriculare. Cincin fibrosa disekeliling ostium atrioventriculare
memisahkan dinding otot atrium dan ventrikel namun menyediakan
tempat perlekatan serabut-serabut otot. Cincin fibrosa menyokong basis
cuspis Valva dan mencegah valva dari peregangan dan menjadi
inkompeten.
7
6. Dinding jantung, otot jantung 6
a. Dinding jantung
Dinding jantung tersusun atas tiga lapisan, yaitu:
1) Epikardium adalah suatu lapisan tipis di bagian luar yang
membungkus jantung. Epikardium tersusun dari lapisan sel-sel
mesotelial yang berada di atas jaringan ikat.
2) Miokardium adalah suatu lapisan tengah yang terdiri dari jaringan
otot jantung yang berkontraksi untuk memompa darah dan
membentuk bagian terbesar dari dinding jantung.
3) Endokardium (dalam) tersusun dari lapisan endotelial yang terletak
di atas jaringan ikat. Lapisan ini melapisi jantung, katup, dan
menyambung dengan lapisan endotelial yang melapisi pembuluh
darah yang memasuki dan meninggalkan jantung.
8
b. Otot jantung
Masing-masing sel otot jantung saling berhubungan untuk
membentuk serat yang bercabang-cabang, dengan sel-sel yang
berdekatan disatukan ujungnya struktur khusus yang dinamai diskus
interkalaris. Di dalam lempeng ini, terdapat dua jenis taut membran,
yakni desmosom dan taut celah. Desmosom adalah suatu tipe taut erat
yang secara mekanis menyatukan sel-sel, sangat banyak terdapat di
jaringan seperti jantung yang mengalami stres mekanis besar. Pada
interval-interval tertentu di sepanjang diskus interkalaris, membran
yang saling berhadapan saling mendekat untuk membentuk taut celah,
yaitu daerah dengan resistensi listrik rendah yang memungkinkan
potensial aksi menyebar dari satu sel jantung ke sel sekitarnya.
Sebagian sel otot jantung dapat menghasilkan potensial aksi, impuls
listrik menyebar ke semua sel lain yang disatukan oleh taut celah di
massa otot sekitar sehingga mereka tereksitasi dan berkontraksi
sebagai suatu sinsitium fungsional tunggal. Atrium dan ventrikel
masing-masing membentuk sinsitium fungsional dan berkontraksi
secara terpisah. Kontraksi sinkron sel-sel otot yang membentuk
dinding masing-masing dari rongga jantung tersebut menghasilkan
gaya yang dibutuhkan untuk menyemprotkan darah yang terdapat di
dalamnya.6
9
c. Kantung perikardium
Perikardium adalah kantung berdinding ganda yang dapat
membesar dan mengecil, membungkus jantung dan pembuluh darah
besar. Kantung ini melekat pada diafragma, sternum, dan pleura yang
membungkus paru-paru.
a. Lapisan fibrosa luar pada perikardium tersusun dari serabut kolagen
yang membentuk lapisan jaringan ikat rapat untuk melindungi
jantung.
b. Lapisan serosa dalam terdiri dari dua lapisan.
1) Membran viseral (epikardium) menutup permukaan jantung.
2) Membran parietal melapisi permukaan bagian dalam fibrosa
perikardium.
Lapisan sekretorik kantung mengeluarkan cairan perikardium,
yakni cairan encer yang berfungsi sebagai pelumas untuk mencegah
gesekan antara lapisan-lapisan perikardium sewaktu lapisan-lapisan
tersebut saling bergesek setiap kali jantung berdenyut
d. Perdarahan Jantung
Terdapat dua kelompok pembuluh darah utama yang mengalirkan
darah dari dan ke jantung, yaitu pembuluh darah sistemik dan
pembuluh darah pulmonal.
Pembuluh darah pulmonal
Arteri pulmonaris –> mengangkut darah dari ventrikel
kanan ke paru-paru
10
Vena pulmonaris –> mengangkut darah dari paru-paru ke
atrium kiri
Pembuluh darah sistemik
Arteri sistemik : membawa darah “bersih” dari ventrikel kiri ke
sirkulasi sistemik melalui aorta, cabang-cabang aorta:
a. koronaria : ke jantung
a. karotis : ke leher, kepala dan otak
a. subklavia : ke lengan dan daerah dada
a. abdominalis: ke organ-organ abdomen
a. iliofemoralis: ke panggung dan tungkai
Vena sistemik : membawa darah “kotor” kembali ke atrium
kanan melalui vena kava superior dan vena kava inferior. Vena
yang bermuara ke v. kava superior:
v. jugular : dari kepala
v.subklavia dan inominatum: dari lengan dan dada
Vena yang bermuara ke v. kava inferior : v. iliofemoralis: dari
tungkai dan panggul.
Jantung mendapatkan darah dari arteria coronaria dextra dan
sinistra, yang berasal dari aorta ascendens tepat di atas valva aortae.
Arteriae coronariae dan cabang-cabang utamanya terdapat di
permukaan jantung, terletak di dalam jaringan ikat subepicardial.
11
Gambar 2.9 Pembuluh darah jantung
a. Ringkasan Seluruh Pendarahan Jantung pada Sebagian Besar Orang
Arteria coronaria dextra mendarahi semua ventriculus
dexter (kecuali sebagian kecil daerah sebelah kanan sulcus
interventricularis), bagian yang bewariasi dari facies
diaphragmatica ventriculus sinister, sepertiga posteroinferior
septum ventriculare, atrium dextrum dan sebagian atrium
sinistrum, nodus sinuatrialis, nodus atrioventricularis, dan
fasciculus atrioventricularis. Cabang berkas kiri juga menerima
darah dari cabang-cabang kecil.
Arteria coronaria sinistra mendarahi hampir semua
ventriculus sinistér, sebagian kecii ventricuius dexter sebeiah
kanan suicus interventricularis, duapertiga anterior septum
ventriculare, hampir seiuruh atrium kiri, cabang berkas kanan dan
cabang berkas kiri fasciculus atrioventricularis.
12
b. Suplai Darah untuk Sistem Konduksi
Nodus sinoatrialis biasanya diperdarahi oleh arteria
coronaria dextra tetapi kadang-kadang oleh arteria coronaria
sinistra. Nodus dan fasciculus atrioventricularis diperdarahi oleh
arteria coronaria dextra. Cabang berkas kanan fasciculus
atrioventricularis diperdarahi oleh arteria coronaria sinistra; cabang
berkas kiri fasciculus atrioventricuiaris diperdarahi oleh arteria
coronaria sinistra dan arteria coronaria dextra.
e. Pembuluh Balik Jantung
Distrubusi vena koroner sesungguhnya parallel dengan distribusi
arteri koroner. Sistem vena jantung mempunyai tiga bagian, yaitu :
Vena tabesian, merupakan sistem terkecil yang menyalurkan
sebagian darah dari miokardium atrium kanan dan ventrikel
kanan.
Vena kardiaka anterior, mempunyai fungsi yang cukup berarti,
mengosongkan sebagian besar isi vena ventrikel langsung ke
atrium kanan.
Sinus koronarius dan cabangnya, merupakan sistem vena yang
paling besar dan paling penting, berfungsi menyalurkan
pengembalian darah vena miokard ke dalam atrium kanan
melalui ostinum sinus koronaruis yang bermuara di samping
vena kava inferior
Sebagian besar darah dari dinding jantung mengalir ke atrium
kanan melalui sinus coronarius, yang tedetak pada bagian posterior
sulcus atrioventricularis dan merupakan lanjutan dari vena cardiaca
magma. Pembuluh ini bermuara ke atrium dextrum sebelah kiri vena
cava inferior. Vena cardiaca parva dan vena cardiaca media merupakan
cabang sinus coronarius. Sisanya dialirkan ke atrium dextrum melalui
vena ventriculi dextri anterior dan melalui vena-vena kecil yang
bermuara langsung ke ruang-ruang jantung.
13
f. Persarafan Jantung
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatis dan parasimpatis
susunan saraf otonom melalui plexus cardiacus yang terletak di
bawah arcus aortae. Saraf simpatis berasai dari bagian cervicale
dan thoracale bagian atas truncus symphaticus, dan persarafan
parasimpatis berasal dari nervus vagus.
B. Fisiologi Jantung1,2
Secara anatomis, jantung adalah organ tunggal yang terdiri dari sisi
kanan dan kiri yang berfungsi sebagai dua pompa terpisah. Jantung dibagi
menjadi paruh kanan dan kiri, serta memiliki empat rongga, satu rongga
atas dan satu rongga bawah di masing-masing paruh. Rongga-
rongga atas, atrium berfungsi menerima darah yang kembali ke jantun dan
memindahkannya ke rongga bawah, dan ventrikel berfungsi memompa
darahdari jantung. Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke
atrium adalah vena, dan yang membawa darah dari ventrikel ke jaringan
adalah arteri. Kedua paruh jantung dipisahkan oleh septum, yaitu suatu
partisi berotot kontinu yang mencegah percampuran darah dari kedua sisi
jantung. Pemisah ini sangat penting karena separuh kanan jantung
menerima dan memompa darah miskin O2, sementara sisi kiri jantung
menerima dan memompa darah kaya O2.1
1.Sistem Konduksi Jantung
Umumnya jantung berkontraksi secara ritmik sekitar 70 sampai 90
denyut per menit pada orang dewasa dalam keadaan istirahat. Kontraksi
ritmik berasal secara spontan dari sistem konduksi dan impulsnya
menyebar ke berbagai bagian jantung, awalnya atrium berkontraksl
bersama-sama dan kemudian diikuti oleh kontraksi kedua ventrikel
secara bersama-sama. Sedikit penundaan penghantaran impuls dari
atrium ke ventrikel memungkinkan atrium mengosongkan isinya ke
dalam ventrikel sebelum ventrikel berkontraksi. 1
14
Gambar 2.10 Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung terdiri atas otot jantung khusus yang
terdapat pada nodus sinuatrialis, nadul atrioventricularis, fasciculus
atrioventricularis beserta dengan crus dextrum dan crus sinistrumnya,
dan plexus sub-endocardial serabut Purkinje. (Serabut khusus otot
jantung yang membentuk sistem konduksi jantung dikenal sebagai
serabut Purkinje).2
2.Mekanisme Kontraksi5
Pada otot jantung, seperti halnya pada otot rangka mekanisme
kontraksi dan relaksasi terdiri dari lima tahap:2
1) Potensial aksi pada membran sel membuka saluran Ca sehingga
terjadi peningkatan arus Ca2+ masuk kedalam sitoplasma dengan
konsekuensi meningkatnya konsentrasi Ca2+
2) Terikatnya Ca2+ dengan TnC yang akan mengubah konformasi
troponin-tropomiosin kompleks dengan aktin
3) Perubahan konformasi ini menyebabkan cross-bridge sehingga
menimbulkan kontraksi
4) Bila tidak ada stimulus, Ca2+akan di re-uptake kedalam retikulum
sarkoplasma dan terjadi pemisahan antara Ca2+ dengan TnC
5) Filamen tipis akan kembali ke konfigurasi awal dimana TnI akan
menutupi bagian aktin yang akan berinteraksi dengan kepala miosin.5
3.Kerja Jantung
15
Jantung merupakan pompa muskular. Serangkaian perubahan
yang terjadi di dalam jantung pada saat pengisian darah dan
pengosongan darah disebut sebagai siklus jantung. Jantung normal
berdenyut sekitar 70 sampai 90 kali per menit pada orang dewasa yang
sedang istirahat dan sekitar 130 sampai 150 kali per menit pada anak
yang baru lahir.1
Darah secara terus menerus kembaii ke jantung, dan selama
sistolik ventrikel (kontraksi), saat valva atrioventricularis tertutup,
darah untuk sementara di tampung di dalam vena-vena besar dan
atrium. Bila ventrikel mengalami diastolik (relaksasi), valva
atrioventricularis membuka, dan darah secara pasif mengalir dari atrium
ke ventrikel. Waktu ventrikel hampir penuh, terjadi sistolik atrium dan
memaksa sisa darah dalam atrium masuk ke daiam ventrikel. Nodus
sinuatrialis memulai gelombang kon- traksi pada atrium, yang dimulai
di sekitar muara-muara vena-vena besar dan "memeras" darah ke
ventrikel. Dengan cara ini tidak terdapat refluks darah ke dalam vena. 1
Impuls jantung yang telah mencapai nodus atriaventricularis
diteruskan ke musculi papilares melalui fasciculus atrioventricularis dan
cabang-cabangnya. Musculi papiliares lalu mulai berkontraksi dan
memendekkan chordae tendineae yang kendur. Sementara itu, ventrikel
muiai berkontraksi dan valva atrioventricularis menutup. Penyebaran
impuls jantung sepanjang fasciculus atriovéntricualris dan cabang-
cabang terminalnya, termasuk serabut Purkinje, menjamin bahwa
kontraksi myocardium terjadi hampir bersamaan waktunya di seiuruh
ventrikel.1
16
Gambar 2.11 Sistem Kerja Jantung
Bila tekanan darah intraventrikular melebihi tekanan di dalam
arteri-arteri besar (aorta dan truncus pulmonalis), cuspis valvula
semilunaris terdorong ke samping dan darah dikeluarkan dari jantung.
Pada akhir sistolik ventrikel, darah mulai bergerak kembali ke ventrikel
dan dengan segera mengisi kantong-kantong valvula semilunaris.
Cuspis terletak dalam keadaan aposisi dan menutupi ostium aortae dan
pulmonalis dengan sempurna.
4.Sirkuit Lengkap Aliran Darah
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan
melalui dua vena besar, vena kava, satu mengembalikan darah dari level
di atas jantung dan yanglain dari level di bawah jantung. Tetes darah
yang masuk ke atrium kanan telah kembali dari jaringan tubuh, dimana
O2 telah diambil darinya dan CO2 ditambahkan ke dalamnya. Darah
yang terdeoksigenasi parsial ini mengalir dari atrium kanan ke
dalamventrikel kanan, yang memompanya keluar menuju arteri
pulmonalis, yang segeramembentuk dua cabang, satu berjalan ke
masing-masing dari kedua paru. Oleh karena itu, sisi kanan jantung
17
menerima darah dari sirkulasi sistemik dan memompanya kedalam
sirkulasi paru.1
Gambar 2.12 Sirkulasi Darah
Di dalam paru, tetes darah tersebut kehilangan CO2 ekstra dan
menyerap pasokan segar O2 sebelum dikembalikan ke atrium kiri
melalui vena pulmonalis yang datang dari kedua paru. Darah kaya O2
yang kembali ke atrium kiri ini selanjutnya mengalir ke dalam
ventrikel kiri, rongga pemompa yang mendorong darah ke seluruh
sistem tubuh kecuali paru; jadi sisi kiri jantung menerima darah dari
sirkulasi paru dan memompanya ke dalam sirkulasi sistemik. Satu arteri
besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta
bercabang-cabang menjadi arteri-arteri besar yang mendarahi berbagai
organ tubuh.1
Pada sirkulasi sistemik, sebagian dari darah yang dipompa oleh
ventrikel kiri mengalir ke otot, sebagian ke ginjal dan ke otak, dsb. Oleh
karena itu, keluaran ventrikel kiri terdistribusi sedemikian sehingga
setiap bagian tubuh menerima darah segar; darah arteri yang sama
tidak mengalir dari organ ke organ. Maka, tetes darah hanya mengalir
ke satu organ sistemik. Sel-sel jaringan di dalam organ tersebut
menyerap O2 dari darah dan menggunakannya untuk mengoksidasi
nutrien untuk menghasilkan energi; dalam prosesnya, sel jaringan
membentuk CO2 sebagai produk sisa yang ditambahkan ke dalam
darah. Tetesan darah, yang sekarang hilang kandungan O2 nya sebagian
dan mengalami peningkatan kandungan CO2 kembali kesisi kanan
jantung yang kembali memompanya ke paru.1
18
C. Kopi
1. Kandungan kopi
Kandungan kopi terdiri dari senyawa utama antara lain : air,
karbohidrat atau serat, protein, asam amino bebas, lipid mineral,
organic acids, chlorogenic acids, trigonellin, dan kafein.7
Dari senyawa yang terdapat dalam biji kopi tersebut, senyawa yang
aktif adalah sebagai berikut :
a. Kafein
- Definisi
Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara
alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %),
kopi (1-1,5 %), dan biji kola(2,7-3,6 %). Kafein diproduksi
secara komersial dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu
serta diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein
juga digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai
industri makanan. 8
Kafein ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich
Ferdinand Runge, pada tahun 1820. Dia menciptakan istilah
“kaffein”, suatu senyawa kimia dalam kopi, yang dalam bahasa
inggeris menjadi “caffeine”.9
- Sifat kafein
Gambar. Rumus bangun kafein
Kafein merupakan sejenis alkaloid heterosiklik dalam golongan
methylxanthine, yang menurut definisi berarti senyawa organik
yang mengandung nitrogen dengan struktur dua-cincin atau
dual-siklik. Molekul ini secara alami terjadi dalam banyak jenis
19
tanaman sebagi metabolik sekunder. Fungsinya dalam tumbuhan
adalah sebagai pestisida alami yang melumpuhkan dan
membunuh serangga yang memakan tumbuhan tersebut.
- Farmakokinetik kafein
Absorbsi kafein dari saluran pencernaan ke aliran darah adalah
sangat cepat dan mencapai 99% pada manusia yaitu sekitar 45
menit setelah diingesti. Penyerapannya tidak sempurna apabila
diambil sebagai kopi dengan 90% kafein dalam secangkir kopi
akan diabsorbsi dalam waktu 20 menit setelah diminum, dengan
efeknya bermula dalam satu jam dan bertahan selama 3 hingga 4
jam. Kafein yang diabsorbsi akan didistribusi ke seluruh tubuh.
Zat ini dapat melewati sawar otak, plasenta ke cairan amnion
dan fetus, dan ke susu ibu. Kafein juga pernah dideteksi di
dalam semen.9
Konsentrasi plasma memuncak setelah 40 hingga 60 menit
dengan waktu paruh kira-kira 6 jam ( 3 sampai 7 jam) pada
dewasa sehat. Bagaimanapun, waktu paruhnya berkurang pada
individu yang merokok dan meningkat sehingga 2 kali lipat pada
wanita hamil atau yang menggunakan kontrasepsi oral dalam
jangka waktu panjang.
Hepar adalah situs utama dalam metabolisme kafein. Zat ini
dimetabolisir secara demethylation dan oxidation. Jalur
metabolisme mayor akan menghasilkan paraxanthine (1,7-
dimethylxanthine), dan metabolit urin yang utama adalah l-
methylxanthine, 1-methyluric acid, dan aceylated uracyl
derivative. Jalur degradasi yang minor melibatkan pembentukan
dan metabolime theophylline dan theobromine. Kadar eliminasi
methylxanthine bervariasi di antara individu karena pengaruh
genetik dan lingkungan, sehingga perbedaan yang mencapai
empat kali lipat adalah tidak mengherankan. Metabolisme zat ini
juga dipengaruhi oleh agen lain atau penyakit khusus. Misalnya,
20
merokok dan kontrasepsi oral menyebabkan peningkatan yang
kecil tapi nyata terhadap eliminasi methylxanthine. Waktu paruh
theophylline dapat meningkat dengan signifikan pada penderita
sirosis hati, payah jantung, atau edema paru akut, dengan nilai
melebihi 60 jam pernah dilaporkan.
- Mekanisme Kerja Kafein 8,9
Efek fisiologis kafein yang beraneka ragam mungkin disebabkan
oleh tiga mekanisme kerjanya, (1) mobilisasi kalsium
intrasellular, (2) peningkatan akumulasi nukleotida siklik karena
hambatan phosphodiesterase., dan (3) antagonisme reseptor
adenosine. Mobilisasi kalsium intasellular dan inhibisi
phosphodiesterase khusus hanya berlaku pada konsentrasi
kafein yang sangat tinggi dan tidak fisiologis. Oleh sebab itu,
mekanisme kerja yang paling relevan adalah antagonisme
reseptor adenosine. Adenosine berfungsi untuk mengurangkan
kadar ledakan neuron selain menghambat transimisi sinaptik dan
pelepasan meurotransmiter.
Terdapat empat reseptor adenosine yang dikenal: A1, A2(A dan
B) dan A3. Reseptor A1 dan A2 merupakan subtipe utama yang
terlibat dengan efek kafein karena dapat berikatan dengan kafein
pada dosis kecil, A2B pula berikatan pada dosis yang tinggi dan
A3 tidak sensitif terhadap kafein.
Reseptor A1 banyak terdistribusi di seluruh otak dengan
densitas yang tinggi di hipokampus, korteks dan serebelum
manakala A2 banyak terdapat di striatum, nukleus akumbens,
tuberkulum olfaktorius dan amygdala serta mempunyai ekspresi
yang lemah di globus pallidus dan nukleus traktus solitarius.
Tidak seperti A1, reseptor A2 berpasangan dengan G protein
stimulatorik dan berhubungan dengan receptor D2 dopamin.
Administrasi A2 agonis akan mengurangkan afinitas ikatan
dopamin di reseptor D2 yang terletak di membran striatal.
21
Selain memberi efek terhadap tidur dan kewaspadaan melalui
aktivasi neuron kolinergik mesopontin oleh antagonisme
receptor A1 (Dixit, Vaney & Tandon, 2006), kafein juga
berinteraksi dengan sistem dopamin untuk memberikan efeknya
terhadap perilaku. Hal ini dicapai melalui penghambatan
reseptor adenosine A2 sehingga kafein dapat mempotensiasi
neurotansmisi dopamin, dengan demikian dapat memodulasi
reward system. Selain itu, konsumsi kafein, toleransi dan
ketergantungan mempunyai komponen genetika berdasarkan
beberapa penelitian yang melaporkan adanya hubungan antara
polimorfisme gen A2A dengan sensisitivitas terhadap efek
kafein. Antagonisme reseptor adenosin mungkin dapat
mempengaruhi proses kognisi antara lainnya dengan
mengaktivasi reseptor D1 dan D2. Penelitian yang dilakukan
pada monyet telah membuktikan bahwa aktivasi reseptor D1 dan
D2 dapat meningkatkan prestasi tugas yang menggunakan
memori kerja.
- Efek fisiologis kafein9
Methylxanthine memiliki efek pada sistem saraf pusat, sistem
kardiovaskuler, ginjal, dan otot-otot rangka serta otot polos.
Efek pada Sistem Saraf Pusat
Dalam dosis rendah dan moderat, methylxanthine terutama
kafein menyebabkan peningkatan kortikal dengan
meningkatkan kewaspadaan dan penundaan kelelahan.
Namun, kafein tidak langsung meningkatkan metabolisme
energi dalam tubuh , bahkan, konsumsi jangka panjang akan
menekan metabolisme energi , yang dapat menyebabkan
kelelahan adrenal. Selanjutnya, menurut “Human
Biochemistry and Disease”, dengan menangkal adenosin,
kafein juga dapat mengurangi aliran darah ke otak, yang
menyebabkan timbul keluhan sakit kepala, pusing dan
22
mengurangi koordinasi motorik halus. Namun, kafein dapat
mengurangi sakit kepala migrain yang disebabkan oleh
pelebaran pembuluh darah di otak.
Kafein yang terkandung dalam minuman -misalnya, 100 mg
dalam secangkir kopi- cukup untuk menyebabkan kegelisahan
dan insomnia pada sesetengah individu dan bronkodilatasi pada
pasien dengan asma. Setiap paparan kafein dapat menghasilkan
efek stimulan otak. Hal ini terutama berlaku di daerah-daerah
yang mengkontrol aktivitas lokomotor (misalnya, caudate
nucleus) dan struktur yang terlibat dalam siklus tidur-bangun
(misalnya, locus ceruleus, raphe nuclei, dan reticular
formation). Pada manusia, tidur merupakan fungsi fisiologis
yang paling sensitif terhadap efek kafein. Umumnya, lebih dari
200 mg kafein diperlukan untuk mempengaruhi tidur secara
signifikan. Kafein telah terbukti memperpanjang latensi tidur
dan memperpendek durasi tidur.
Bila dosis methylxanthine ditinggikan, akan menyebabkan
gugup, gelisah, insomnia, tremor, hiperestesia, kejang fokal
atau kejang umum. Menurut Chawla, 2011, penggunaan obat
yang mengandungi kafein berasosiasi dengan peningkatan
resiko strok hemoragik.
Efek pada sistem kardiovaskuler
Methylxanthine memiliki efek kronotropik dan inotropik positif
secara langsung pada jantung. Pada konsentrasi rendah, efek ini
timbul akibat daripada peningkatan pelepasan katekolamin
yang disebabkan oleh penghambatan reseptor adenosin
presinaptik. Pada konsentrasi yang lebih tinggi (> 10 mol / L),
influx kalsium ditingkatkan secara langsung melalui
peningkatan cAMP yang diakibatkan oleh penghambatan
phosphodiesterase. Pada konsentrasi yang sangat tinggi (> 100
mol / L), penyerapan kalsium oleh sarkoplasma retikulum
terganggu. Pada individu yang luar biasa sensitif, konsumsi
23
beberapa cangkir kopi dapat menyebabkan aritmia, tetapi pada
kebanyakan orang bahkan pemberian parenteral dengan dosis
methylxanthine yang lebih tinggi hanya menyebabkan
timbulnya sinus takikardia dan peningkatan curah jantung.
Kafein juga menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk
pembuluh darah koroner dan pulmonal
Efek pada ginjal
Semua xantin meningkatkan produksi urin
Efek pada otot polos
Efek terpenting xantin ialah relaksasi otot polos bronkus,
terutama bila otot bronkus dalam keadaan konstriksi secara
eksperimental akibat histamine atau secara klinis pada pasien
asma bronkial.
Efek pada otot rangka
Dalam kadar terapi, kafein ternyata dapat memperbaiki
kontraktilitas dan mengurangi kelelahan otot diafragma pada
orang normal maupun pada pasien yang menderita penyakit
paru obstruktif kronis.
Kafein sebagai kompetitif inhibitor bersifat antagonis terhadap
reseptor adenosin. Kafein memiliki struktur mirip dengan adenosin yang
akan berikatan dengan reseptor adenosin pada dinding permukaan sel
tanpa menyebabkan pengaktifan reseptor tersebut. Hal ini mengakibatkan
penurunan aktivitas adenosine sehingga terjadi peningkatan aktivitas
neurotransmitter dopamin. Peningkatan aktivitas dopamin inilah yang
menjadi dasar efek stimulasi kafein.
Adenosin menyebabkan konstriksi arteriol afferen glomerulus,
sehingga inhibisi pada reseptor adenosin akan menyebabkan vasodilatasi
arteriol tersebut. Pelebaran pembuluh darah ini menyebabkan peningkatan
Renal Blood Flow (RBF) dan Glomerulus Filtration Rate (GFR)
meningkat. Mekanisme kompetitif inhibitor ini juga menghambat jalur
yang mengatur konduksi nervus dengan menekan potensial post-synaptic
24
sehingga epinefrin dan norepinefrin atau noradrenalin dilepaskan melalui
axis hipotalamus-pituitari-adrenal.
Kafein mengurangi uptake atau metabolisme katekolamin pada
jaringan non saraf. Sedangkan pada dosis tinggi, kafein dapat mengganggu
uptake dan penyimpanan ion Calcium (Ca2+) pada sarcoplasmic
reticulum.
Kafein dapat berdifusi bebas ke dalam sel dan menyebabkan
pelepasan kalsium intraseluler dari sarcoplasmic reticulum sehingga
terjadi peningkatan kekuatan dan lama kontraksi otot skelet dan otot
jantung. Kafein juga bekerja sebagai inhibitor kompetitif enzim cAMP
fosfodiesterase (cAMP-PDE), yang mengkonversi cyclic AMP (cAMP) di
sel menjadi bentuk non siklik, sehingga cAMP akan tertimbun dalam sel.
cAMP berperan dalam aktivasi Protein Kinase A (PKA) untuk memulai
fosforilasi enzim spesifik yang digunakan untuk sintesis glukosa.
Resultan dari mekanisme kerja kafein di atas dapat menyebabkan
peningkatan kuat kontraksi jantung. Stroke volume yang meningkat
dengan denyut jantung yang tetap atau menurun sedikit menghasilkan
peningkatan cardiac output. Sedangkan resistensi perifer meningkat akibat
pengaruh epinefrin dan efek langsung kafein terhadap pusat vasomotor.
Resistensi yang meningkat dengan cardiac output yang meningkat akan
menghasilkan tekanan darah yang meningkat. Tekanan darah yang
meningkat kemudian akan merangsang bagian medulla SSP dan
mengaktifkan reflek baroreseptor (stimulasi vagal). Stimulasi vagal
menghasilkan penurunan denyut jantung.
Kafein sendiri diperkirakan dapat menstimulasi langsung vagal,
reflek baroreseptor atau langsung berefek pada Sino Artrial node (SA
node) yang diinervasi oleh parasimpatis melalui nervus vagus sehingga
pada perangsangannya akan mengakibatkan penurunan denyut jantung
Kehadiran kafein secara tidak langsung meningkatkan aktivitas
neuron dalam otak. Kafein juga memberi isyarat kepada kelenjar pituitary
untuk mengeluarkan hormon yang kemudian merangsang kelenjar adrenal
25
untuk menghasilkan hormon adrenalin. Adrenalin memberi kesan meluas
kepada sistem badan sehingga menyebabkan peningkatan kadar
metabolisme dan membuat denyut jantung menjadi lebih cepat,
memperlambat kadar alian darah ke perut dan hati mengeluarkan banyak
gula ke dalam aliran sebagai tenaga.
Kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut
jantung yang mungkin disebabkan oleh perangsangan nukleus vagus di
medulla oblongata. Sebaliknya kadar kafein yang lebih tinggi
menyebabkan takikardi, bahkan individu yang senditif mungkin
menyebabkan aritmia, misalnya kontraksi ventrikel yang prematur.
Aritmia ini dapat dialami oleh orang yang minum kafein berlebihan.
Pengaruh kopi pada hipertensi
Kopi dapat mempengaruhi tekanan darah karena adanya polifenol,
kalium, dan kafein yang terkandung di dalamnya. Polifenol dan
kalium bersifat menurunkan tekanan darah. Polifenol menghambat
terjadinya atherogenesis dan memperbaiki fungsi vaskuler. Kalium
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan
menghambat pelepasan renin sehingga terjadi peningkatan ekskresi
natrium dan air. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya
penurunan volume plasma, curah jantung, dan tekanan perifer
sehingga tekanan darah akan turun. Kafein memiliki efek
antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin. Adenosin
merupakan neuromodulator yang mempengaruhi sejumlah fungsi
pada susunan saraf pusat. Hal ini berdampak pada vasokonstriksi
dan meningkatkan total resistensi perifer, yang akan menyababkan
tekanan darah naik.
b. Kafestol dan kahweol
Kafestol dan kahweol merupakan pentalik diterpene alkohol.
Senyawa bioaktif dan turunannya sebagian besar adalah garam atau
ester dari asam lemak yang tersaturasi dan nonsaturasi, mewakili
26
20 % dari fraksi lipid kopi. Kafestol dah kahweol berpengaruh
pada peningkatan serum kolesterol dengan penurunan aktivitas
reseptor low – density lipoprotein (LDL) yang menyebabkan
akumulasi ekstraselular LDL dan merangsang aterosklerosis.12
c. Chlorogenis acids
Cholorogenic acids merupakan mayor kelas dari senyawa fenol
yang di turunkan dari esterifikasi trans – cinamic acids dengan
quinic acids. Kopi mengandung konsentrasi polifenol tertinggi
diantara jenis minuman lainnya dan chlorogenic acids mampu
mencegah kerusakan stress oksidatif pada sel epitel manusia,
menstabilkan membran dan meningkatkan status energi sel.
Chlorogenic acids ini memiliki antioksidan yang aktif secara
invitro.13
d. Mikronutrien
Beberapa mikronutrien ditemukan di dalam kopi, termasuk
magnesium, pottasium, riasin, dan vitamin E yang dapat
berkontribusi terhadap kesehatan pengkonsumsi kopi. Menurut
data USDA Nutrient di Institute of Medicine secangkir kopi dapat
mengandung 1-5% magnesium, 6-8% riasin, dan 0,1 % vitamin E.
Selain itu kopi menyediakan 1-2% pemasukan adekuat pottasium
untuk dewasa.13
27
Penelitian :
Konsumsi kopi dapat menurunkan risiko terjadinya aritmia.14,15,16,17
Konsumsi kopi beberapa cangkir kopi dalam sehari, disertai
dengan penurunan risiko aritmia. Kesimpulan ini merupakan hasil
penelitian yang dilaporkan dalam konferensi EPI|PNAM (Cardiovascular
Disease Epidemiology and Prevention and Nutrition, Physical Activity,
and Metabolism) Maret 2010.
Dr. Arthur Klatsky dari Kaiser Permanente Division of Research,
Oakland, Kalifornia, AS mengatakan bahwa banyak orang, termasuk
dokter, memiliki pandangan bahwa mengkonsumsi kopi dalam jumlah
besar dapat membuat jantung berdebar-debar. Karena pandangan tersebut,
banyak dokter menyarankan pasiennya untuk tidak mengkonsumsi kopi.
Namun apakah benar bahwa konsumsi kopi berhubungan dengan
gangguan pada jantung, dan bahkan dapat menyebabkan penyakit jantung?
Dr. Klatsky dan rekan telah melakukan berbagai penelitian yang
meneliti manfaat konsumsi kopi; hasilnya bukan saja memperlihatkan
tidak adanya hubungan antara konsumsi kopi dengan gangguan pada
jantung, sebaliknya pemberian kopi sepertinya justru melindungi jantung.
Hasil penelitian-penelitian yang dilakukannya memperlihatkan bahwa
walaupun terjadi sedikit peningkatan risiko infark miokard fatal dan
nonfatal, tidak ada pengaruh konsumsi kopi terhadap kejadian kematian
secara keseluruhan dan kejadian kematian karena kardiovaskular.
Dr. Klatsky dan rekan kembali melakukan sebuah penelitian yang
meneliti efek konsumsi kopi terhadap aritmia. Penelitian ini melibatkan
130.054 pasien dari Kaiser Permanente Health Plan. Semua peserta
penelitian diminta diminta mengisi form tanya-jawab mengenai konsumsi
kopi dan kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Setelah penyesuaian beberapa variabel, di antaranya indeks massa tubuh,
tekanan darah, kadar kolesterol total, dan pengukuran lainnya, para
peneliti menemukan bahwa konsumsi kopi berhubungan dengan risiko
lebih rendah rawat inap karena aritmia. Individu yang mengkonsumsi kopi
28
lebih dari 4 cangkir sehari memiliki risiko rawat inap lebih rendah (18%)
untuk segala jenis aritmia dan penurunan risiko ini bersifat menetap di
antara pria dan wanita, pada kelompok etnis yang berbeda dan juga pada
perokok maupun bukan perokok.
Bahan apa dalam kopi yang diperkirakan bermanfaat melindungi
jantung? Dr. Klatsky mengatakan bahwa kopi adalah substansi yang
kompleks, mengandung berbagai macam bahan dan memiliki berbagai
manfaat seperti antioksidan, yang dapat mengurangi risiko aritmia.
Analisis terhadap individu yang hanya mengkonsumsi kopi tidak
mengandung kafein (decaffeinated coffee) memperlihatkan bahwa kopi
tanpa kafein tidak memiliki manfaat proteksi sehingga peneliti
memperkirakan bahwa zat dalam kopi yang memberikan perlindungan
pada jantung adalah kafein.
Hingga kini mekanisme kafein melindungi seseorang dari serangan
aritmia belumlah jelas benar, namun diperkirakan karena kafein
berkompetisi dengan adenosin di jantunmg. Adenosin mempengaruhi
konduksi dan pemulihan otot jantung setelah depolarisasi, dan salah satu
efeknya adalah dapat memperpendek masa refrakter, yang dapat memicu
masalah ritme jantung. Dengan mengkonsumsi kafein dalam kopi, efek
samping adenosine ini dapat dikurangi.
Data penelitian ini merupakan data observasional dan perlu
dikonfirmasi dengan penelitian-penelitian lain. Para ahli juga
menyarankan agar tidakhanya melibatkan pasien aritmia yangdirawat inap,
namun juga pasien pasien aritmia namun belum perlu dirawat di rumah
sakit. Selain itu dr. Klatsky juga menganjurkan agar manfaat kopi terhadap
kardiovaskular diuji dalam penelitian acak terkontrol.
29
30
BAB III
KESIMPULAN
Kopi merupakan salah satu jenis minuman yang banyak
dikonsumsi masyarakat. Dari tahun ke tahun konsumsi kopi mengalami
peningkatan baik di Indonesia maupun di dunia. Menurut Konsultan
Internasiona Coffe Organization (ICO), memperkirakan bahwa
pertumbuhan konsumsi kopi global dalam periode 2005 – 2015 meningkat
35,9 %, sedangkan konsumsi kopi di Indonesia mengalami kenaikan rata –
rata sekitar 3 % setiap tahunya.8
Kandungan kopi terdiri dari senyawa utama antara lain : air,
karbohidrat atau serat, protein, asam amino bebas, lipid mineral, organic
acids, chlorogenic acids, trigonellin, dan kafein. Dari senyawa yang
terdapat dalam biji kopi tersebut, senyawa yang aktif adalah kafein,
kafestol, chlorogenic acids, mikronutrien.7
Kopi dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler karena
kandungan kafein yang terdapat di dalam kopi. Kadar kafein yang lebih
tinggi menyebabkan takikardi, bahkan individu yang sensitif mungkin
menyebabkan aritmia, misalnya kontraksi ventrikel yang prematur.
Aritmia ini dapat dialami oleh orang yang minum kafein berlebihan. Kadar
rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut jantung yang
mungkin disebabkan oleh perangsangan nukleus vagus di medulla
oblongata.7
Kopi juga dapat mempengaruhi tekanan darah karena adanya
polifenol, kalium, dan kafein yang terkandung di dalamnya. Polifenol dan
kalium bersifat menurunkan tekanan darah. Polifenol menghambat
terjadinya atherogenesis dan memperbaiki fungsi vaskuler. Kalium
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan menghambat
pelepasan renin sehingga terjadi peningkatan ekskresi natrium dan air. Hal
tersebut yang menyebabkan terjadinya penurunan volume plasma, curah
jantung, dan tekanan perifer sehingga tekanan darah akan turun. 9
31
Namun ada penelitian Dr. Kaltsky dan rekan bahwa kopi
mengurangi risiko terjadinya aritmia, hingga kini mekanasime kafein
melindungi seseorang dari serangan aritmia belumlah jelas benar, namun
diperkirakan karena kafein berkompetisi dengan adenosin di jantung.
Adenosin mempengaruhi konduksi dan pemulihan otot jantung setelah
depolarisasi, dan salah satu efeknya adalah dapat memperpendek masa
refrakter, yang dapat memicu masalah ritme jantung. Dengan
mengkonsumsi kafein dalam kopi, efek samping adenosine ini dapat
dikurangi.15,16
32
Daftar Pustaka
1. GuytonAC andHall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC 2007, 107-111.
2. Snell,Richard S, . 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; alih bahasa Liliana Sugiharto; Ed 6. EGC : Jakarta
3. Putz R., R. Pabst, 2007, Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2 Edisi 22, saat Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
4. Martini,FH. The Heart in Fundamentals of Anatomy and Physiology, 5th ed, New Jersey, Prentice Hall, 2001, pp 655-687.
5. Morgan, GW and Mikhail MS. 1996. Cardiovascular Physiology and Anesthesia in Clinical Anesthesiology, 2nded, Connecticut, Appleton & Lange, 1996, pp 317–340.
6. Junquiera, Luiz Carlos dan Jose Carneiro. Otot Jantung. Dr. Frans Dany. Histologi Dasar Teksdan Atlas edisi 10. Jakarta: ECG.2007.196-197.
7. Farah A, Coffe : Emerging Health and Disease Prevention (First edition), Blackwell Publishing ltd.
8. Bidel S, Hu G, Sundvall J, Kaprio J, and Tuomilehto J, Effects of coffe consumption on glucose tolerance, serum glucose and insulin levels: a cross – sectional analysis vol 38.
9. Reinhardt. Caffein Chemistry and Caffein Effects. Available from : http ://suite101.com/article/caffein-chemistry-and-caffein-effects.2009.
10. Nehlig A. Is caffein a cognitive enhancer? Journal og Alzheimer Disease 20: S85-S94.2010.
11. Bond O. How caffein affects the nervous system. Available from : http://www.livestrong.com/article/409740-how-cafein-affects-the-nervous-system.2011
33
12. Clifford MN, Chlorogenic acids and other cinnamates-Nature Occurance, Diatary Burden. Absorption and Metabolisme J, Sci. Food Agric. 2006.
13. Higdon, Jane V, Frei. Coffe and Health : A review of Recent Human Research. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 46 :101-123. 2006.
14. Hasan AS, Morton C, Armstrong MA, et al. Coffee, caffeine, and risk of hospitalization for arrhythmias. EPI|PNAM 2010; March 2-5, 2010, San Francisco, CA. Abstract P461
15. Kleemola P, Jousilahti P, Pietinen P, Vartiainen E, Tuomilehto J. Coffee Consumption and the Risk of Coronary Heart Disease and Death. Arch Intern Med. 2000;160: 3393-400.
16. Medscape Cardiology. Coffee Associated With Lower Risk of Arrhythmias. [cited 2009 February 11]. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/718217?src=mpnews&spon=2&uac=117092C G
17. Zhang WL, Lopez Garcia E, Li TY, Hu FB, van Dam RM. Coffee Consumption and Risk of Cardiovascular Diseases and All-Cause Mortality Among Men With Type 2 Diabetes.
34