referat mh-1.doc

Upload: fairuz-athiyyah

Post on 06-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    1/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen, adalah sebuah penyakit infeksi

    menular kronis yang disebabkan oleh bakteri  Mycobacterium leprae.  Mycobacterium leprae

    secara primer menyerang saraf tepi dan secara sekunder menyerang kulit serta organ-organ lain.1

    Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah

    nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di Indonesia angka prevalensinya masih

    tinggi. Penularan kusta saat ini masih belum diketahui secara pasti, hanya berdasarkan anggapan

    klasik yaitu melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat. nggapan kedua adalah

    secara inhalasi, sebab  Mycobacterium leprae dapat bertahan hidup didalam droplet beberapa

    hari. Masa tunas kusta sangat bervariasi antara !" hari sampai !" tahun, umumnya #-$ tahun.%,#

    &ebanyakan pasien terinfeksi saat masih kecil dimana penderita tinggal bersama

     penderita kusta. Penderita kusta pada anak-anak baik laki-laki atau perempuan sama besarnya,

    namun pada orang de'asa pria lebih sering terkena kusta. &ebersihan yang kurang akan

    memperbesar resiko transmisi dari  Mycobacterium leprae. &usta hanya dapat ditularkan oleh

     penderita yang fase lepromatus leprosi. %,!,$

    (ejak tahun 1)*$ penyakit kusta dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat. +ebih

    dari 1% juta penderita kusta selama %" tahun lebih. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi

    medis, tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial.

    i Indonesia, pengobatan dari pera'atan penderita kusta secara terintegrasi dengan unit

     pelayanan kesehatan Puskesmas, sudah dilakukan sejak pelita I. dapun sistem pengobatan

    yang dilakukan sampai a'al pelita III yakni tahun 1))%, pengobatan dengan kombinasi M/

    1

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    2/22

    mulai digunakan di Indonesia.  Multidrug therapy telah mampu menekan penyakit kusta secara

    dramatis. dan prevalensinya menurun hingga )"0.#,

    2bat anti kusta yang paling banyak dipakai saat ini adalah ( iaminodifenil (ulfon

    lalu &lofa3imin, dan 4ifampisin. ( mulai dipakai sejak 1)!* dan pada tahun 1)$% di

    Indonesia. &olfa3imin dipakai sejak 1)% oleh Brown dan Hoogerzeil  dan rifampisin sejak tahun

    1)5". pada tahun 1))* 6H2 menambahkan # obat antibiotika lain untuk pengobatan alternatif,

    yaitu 2fkloksasin, Minisiklin dan &lartromisin.#,,5

    &usta adalah penyakit infeksi kronis yang memiliki sejumlah obat yang tersedia untuk 

     pengobatan. 2leh karena itu, resistensi obat kemungkinan akan menimbulkan hambatan serius

     bagi kontrol. Munculnya resistensi obat merupakan penyebab keprihatinan dan merupakan

    ancaman bagi setiap program pengendalian penyakit menular. &urangnya prioritas dalam

     penelitian dan juga sumber daya, dan tidak adanya informasi tentang besarnya resistensi obat,

    tidak dapat dianggap sebagai bukti bah'a resistensi obat tidak ada dalam pengobatan kusta. Pada

    umumnya, banyak peneliti beranggapan bah'a kombinasi lebih dari % obat dengan mekanisme

    yang serta diminum secara teratur untuk jangka 'aktu yang cukup, akan mencegah munculnya

    resistensi obat.*,)

    Pengembangan resistensi rifampicin oleh  Mycobacterium leprae  dianggap sebagai

    ancaman yang sangat serius terhadap keberhasilan program M/. 2leh karena itu, rejimen M/

     baru yang diusulkan bisa menjadi dua jenis, yaitu 7 *

    - Menyederhanakan terapi dan memfasilitasi penga'asan pemberian obat untuk pasien

    rentan multi-rifampisin- Mengobati pasien dengan kusta yang resistan terhadap rifampisin atau mereka yang tidak 

     bisa mentolerir rifampisin.

    2

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    3/22

    8erdasarkan paparan singkat diatas, pembuatan referat ini bertujuan untuk menampilkan

    informasi mengenai kombinasi pengobatan Morbus Hansen terbaru untuk mencegah angka

    resistensi.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Defnisi

    Istilah kusta berasal dari bahasa Sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan

    gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga !rbus "ansen, sesuai

    dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. #erhard Armau$er "ansen pada

    tahun 1%&' sehingga penyakit ini disebut !rbus "ansen. &usta merupakan penyakit

    menahun yang menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh manusia yang dalam jangka panjang

    (

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    4/22

    mengakibatkan sebagian anggota tubuh penderita tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

    1,1"

    B. Etiologi

    Penyebab dari kusta adalah  Mycobacterium leprae. Mycobacterium leprae  merupakan

     basil tahan asam berukuran panjang ! 9 5 :m dan lebar ",# 9 ",! :m. ;enom M. leprae ada #.#

     juta pasang, dengan kurang lebih 1"" gen.

    C. Epidemiologi dan Faktor e!iko

    &elompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik 

    dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih,

    asupan gi3i yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HI< yang dapat menekan

    sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari 'anita. &usta

    menyebar luas ke seluruh dunia, dengan sebagian besar kasus terdapat di daerah tropis dan

    subtropis, tetapi dengan adanya perpindaham penduduk maka penyakit ini bisa menyerang di

    mana saja. i Indonesia, penyakit kusta merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup

     besar di Indonesia, dimana masih terdapat 1" propinsi yang angka prevalensinya lebih dari

    1=1".""" penduduk.!,11,1%

    D. Kal!i"ika!i

    &lasifikasi menurut 6H2 1)*1 dan modifikasi 6H2 1)** dalam adalah pausibasiler 

    P8 dan multibasiler M8. Pausibasiler P8 termasuk kusta tipe // tuberkuloid-tuberkuloid

    dan 8/ borderline tuberkuloid, menurut kriteria 4idley dan >opling atau tipe I indeterminate

    dan / tuberkuloid, menurut klasifikasi Madrid dengan 8/ negatif. Multibasiler M8,

    termasuk kusta tipe 88 borderline-borderline, 8+ borderline lepromatous, dan ++

    '

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    5/22

    lepromatosa-lepromatosa menurut kriteria 4idley dan >opling atau 8 borderlien dan +

    lepromatousa menurut Madrid dan semua tipe kusta dengan 8/ positif. &lasifikasi 4idley 9 

    >opling terdiri dari /uberkuloid- tuberkuloid //, borderline tuberkuloid 8/, borderline

     borderline 88, dan lepromatosa-lepromatosa ++. &lasifikasi 4idley->opling biasanya

    digunakan untuk penelitian. (edangkan klasifikasi Internasional terdiri dari Indeterminate I,

    /uberkuloid /, 8orderline 8, dan +epromatosa +.11,1%

    PB #B

    1. +esi kulit makula yang

    datar, papul yang

    meninggi,infiltrat, plak

    eritem, nodus

    %.

    &erusakan saraf

    menyebabkan hilangnya

    senasasi=kelemahan otot

    yang dipersarafi oleh

    saraf yang terkena

    ?1-$ lesi

    ? Hipopigmentasi/eritema

    ? istribusi tidak simetris

    ? Hilangnya sensasi yang

     jelas

    ? Hanya satu cabang saraf 

    ? @ $ lesi

    ? istribusi lebih simetris

    ?Hilangnya sensasi kurang

     jelas

    ? 8anyak cabang saraf 

      /abel 1. Perbedaan tipe P8 dan M8 menurut klasifikasi 6H2

    E. Patogene!i!

    eskipun  cara masuk  Mycobacterium leprae ke dalam tubuh masih belum diketahui

    dengan pasti, beberapa penelitian telah memperlihatkan bah'a tersering ialah melalui kulit yang

    lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal. Pengaruh

    )

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    6/22

     Mycobacterium leprae terhadap kulit bergantung pada faktor imunitas seseorang, kemampuan

    hidup Mycobacterium leprae pada suhu tubuh yang rendah, 'aktu regenerasi yang lama, serta

    sifat kuman yang avirulen dan nontoksis.5.1#

     Mycobacterium leprae  merupakan parasit obligat intraseluler  yang terutama terdapat

     pada sel makrofag di sekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel Schwan di jaringan

    saraf. 8ila kuman  Mycobacterium leprae masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan bereaksi

    mengeluarkan makrofag berasal dari  sel monosit darah, sel mononuklear, histiosit  untuk 

    memfagositnya.1,!

    Pada kusta tipe ++ terjadi kelumpuhan sistem imunitas selular, dengan demikian

    makrofag tidak mampu menghancurkan kuman sehingga kuman dapat bermultiplikas i  dengan

     bebas, yang kemudian dapat merusak jaringan.1!

    Pada kusta tipe  // kemampuan fungsi sistem imunitas selular tinggi, sehingga

    makrofag sanggup menghancurkan kuman. (ayangnya setelah semua kuman di  fagositosis,

    makrofag akan berubah menjadi sel epiteloid yang tidak bergerak aktif dan kadang-kadang

     bersatu membentuk sel datia langhans. 8ila infeksi ini tidak segera di atasi akan terjadi reaksi

     berlebihan dan masa epiteloid  akan menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan disekitarnya. !,1!

    Sel Schwan merupakan sel target untuk pertumbuhan Mycobacterium lepare, disamping

    itu sel (ch'an berfungsi sebagai demielinisasi dan hanya sedikit fungsinya sebagai f agositosis.

    >adi, bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalm  sel Schwan, kuman dapat bermigrasi dan

     beraktivasi. kibatnya aktivitas regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang

     progresif .1!

    F. #ani"e!ta!i Klini!

    *

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    7/22

    ;ejala klinis tersangka kusta +Suspek, yaitu anda-tanda pada kulit berupa

    bercak/kelainan kulit yang merah/putih dibagian tubuh, kulit mengkilat, bercak yang

    tidak gatal dan mengalami kebas +mati rasa, adanya bagian-bagian yang tidak

    berkeringat atau tidak berambut, lepuh tidak nyeri. anda-tanda pada syara0,

    yaitu rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada angg!ta badan. #angguan

    gerak angg!ta badan/bagian muka, yaitu Adanya cacat +de0!rmitas, uka +ulkus

    yang tidak mau sembuh.1,11,12

    #ambar 1. #ejala lepra pada kulit berupa bercak merah atau putih

    #. Diagn!sis

    Anamnesis merupakan langkah a$al yang harus dilakukan untuk

    mendiagn!sis suatu penyakitt termasuk penyakit kusta atas m!rbus "ansen. Pada

    anamnesis kita dapat memper!leh in0!rmasi secara subjekti0 dan !bjekti0.2,(,'

    Pemeriksaan fisik juga sangat membantu untuk menegakan diagnosis kusta atau morbus

    Hansen. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, dan pemeriksaan fungsi saraf. %,#,!

    - Inspeksi 7 Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik.

    2bservasi dilaksanakan dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran,

     penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi dimulai pada saat

     berinteraksi dengan penderita dan dilanjutkan dengan pemeriksaan lebih lanjut. 4uangan

    &

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    8/22

    membutuhkan cahaya yang adekuat terang diperlukan agar petugas dapat membedakan

    'arna dan bentuk tubuh.%,#,!

    - Palpasi 7 Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya dilakukan pada7 n. auricularis magnus, n.

    ulnaris, n. radialis, n. medianus, n. peroneus, dan n. tibialis posterior. Hasil pemeriksaan

    yang perlu dicatat adalah pembesaran, konsistensi, penebalan, dan adanya nyeri tekan.

    Perhatikan raut muka pasien apakah ia kesakitan atau tidak saat saraf diraba.% - Aungsi sensorik 7 ilakukan pemeriksaan fungsi saraf sensorik pada telapak tangan,

    daerah yang sisarafi oleh n.ulnaris dan medianus juga pada daerah telapak kaki untuk 

    daerah yang disarafi oleh n.tibialis posterior.%,#,!

    -  Aungsi motorik 7 B.fasialis dengan memeriksa kekuatan penutupan bola mata. B.ulnaris

    dengan memeriksa kekuatan m.abductor pollicis minimi. B.medianus, dengan memeriksa

    kekuatan m.abductor pollicis brevis. B.radialis, dengan memeriksa kekuatan fleksi dorsal

     pergelangan tangan. B.peroneous, dengan memeriksa kekuatan fleksi dorsal pergelangan

    kaki baik pada arah eversi maupun inverse. B.tibialis posterior, dengan memeriksa

    kekuatan otot truceps surae, tibialis posterior, fleCor hallucis longus dan fleCor digitorum

    longus.%,#,!

    - Aungsi 2tonom 7 Aungsi 2tonom diperiksa dengan memegang tangan atau kaki penderita

    untuk menilai kebasahan telapak tangan maupun kaki fungsi kelenjar keringat.

    Pemeiksaan bersama dengan gerak 2lah raga.%,#,!

    Pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk diagnose lepra adalah pengecetan

    8/ dengan menggunakan kerokan kulit yang terserang lepra. /anda pasti kusta adalah7 a kulit

    dengan bercak putih atau kemerahan dengan mati rasa, b penebalan pada saraf tepi disertai

    kelainan fungsinya berupa mati rasa dan kelemahan pada otot tangan , kaki, dan mata, c pada

     pemeriksaan kerokan kulit 8/ positif. &lien dikatakan menderita kusta apabila ditemukan satu

    atau lebih dari ardinal Signs &usta, pada 'aktu pemeriksaan klinis.1!

    %

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    9/22

    ". ata aksana

     erapi penyakit kusta diperlukan k!mbinasi !bat dengan mekanisme berbeda

    untuk meningkatkan angka kesembuhan dan menekan angka resistensi, maka

    dikenalah istilah ulti Drug heraphy +D.

    Program M/ dimulai pada tahun 1)*%, yaitu ketika kelompok (tudi &emoterapi 6H2

    secara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan kusta dengan rejimen M/-6H2.

    4egimen ini terdiri atas kombinasi obat-obat dapson, rifampisin, dan klofa3imin. (elain untuk 

    mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, penggunaan M/ dimaksudkan juga

    untuk mengurangi ketidaktaatan penderita dan menurunkan angka putus-obat drop-out yang

    cukup tinggi pada masa monoterapi dapson. isamping itu diharapkan juga dengan M/ dapat

    mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan.1*

    Peng!batan berdasarkan regimen D +ulti Drug herapy adalah sebagai

    berikut 11,12

    1. Pausibasiler

      + i0ampicine *33 mg/bulan, diminum di depan petugas +d!sis super4isi

      + DSS 133 mg/hari

    Peng!batan diberikan secara teratur selama * bulam dan diselesaikan dalam

    $aktu maksimal 15 bulan. Setelah selesai minum * d!sis dinyatakan 6 +elease

    6r!m reatment

    2. ultibasiler

      + i0ampicine *33 mg/bulan, d!sis super4isi.

      + amprene (33 mg/hari, d!sis super4isi.

      Ditambahkan

    5

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    10/22

      + amprene )3 mg/hari

      + DDS 133 mg/hari

    Peng!batan dilakukan secara teratur sebanyak 12 d!sis +bulan dan

    deselesaikan dalam $aktu maksimal 1% bulan. Setelah selesai 12 d!sis dinyatakan

    6, meskipun secara klinis lesinya masih akti0 dan 7A +8.11,12

    alam komite penasihat teknis tahun 1))* 6H2 merekomendasikan rejimen berikut

    untuk orang de'asa yang diduga resistensi rifampisin7 dministrasi harian $" mg clofa3imine,

     bersama-sama dengan !"" mg ofloksasin dan 1"" mg minocycline selama bulan. iikuti

     pemberian harian $" mg clofa3imine, bersama-sama dengan 1"" mg minocycline atau !"" mg

    ofloksasin, setidaknya memerlukan tambahan 'aktu terapi 1* bulan. *

    4ejimen obat baru disarankan untuk kusta pada tahun %"") oleh 6H2 dalam +aporan

    4apat Manajer DProgram (trategi Pengendalian &usta ;lobal E adalah sebagai berikut7 *,)

    - Pasien M8 rentan 4ifampisin 7 4ejimen bulanan sepenuhnya dia'asi, mencakup7

    4ifapentin )"" mg atau rifampisin "" mg, moksifloksasin !"" mg, dan klaritromisin

    1""" mg atau minocycline %"" mg selama 1% bulan.- Pasien yang resistan terhadap rifampisin, fase intensif dapat mencakup moksifloksasin

    !"" mg, $" mg clofa3imine, klaritromisin $"" mg, dan minocycline 1"" mg setiap hari

    dia'asi selama enam bulan. Aase lanjutan bisa terdiri moksifloksasin !"" mg,

    klaritromisin 1""" mg, dan minocycline %"" mg sekali setiap bulan, dia'asi untuk 

    tambahan 1* bulan.- osis tunggal 42M atau 4MM untuk semua kasus P8. &ombinasi 42M7 4ifampicin

    "" mg, ofloksasin !"" mg, dan minocycline 1"" mg selama 1% bulan. &ombinasi

    4MM7 4ifapentin "" mg, moksifloksasin !"" mg, minocycline 1"" mg selama 1%

     bulan.

    13

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    11/22

    Penderita yang telah menyelesaikan regimen pengobatan disebut 4A/ release from

    treatment . (etelah 4A/ penderita tetap dilakukan pengamatan secara pasif yaitu tipe kusta P8

    selama % tahun dan tipe kusta M8 selama $ tahun. Penderita kusta yang telah mele'ati masa

     pengamatan setelah 4A/ disebut 4AF release from control atau bebas dari pengamatan.%1

    90ek Samping :bat dan Penanganannya23

    11

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    12/22

    Terapi Pada Anak 

     osis terapi pada anak bervariasi berdasarkan umur mereka, tetapi mereka tetaG harus

    mendapatkan pengobatan dengan obat dan jangka 'aktu yang sama dengan de'asa. Itu artinya

     bulan untuk Pausibasiler dan 1% bulan untuk multibasiler. /erapi menurut I+P /he

    International Aederation nti-+eprosy ssociations pada tabel71) 

    Terapi pada

    i$% &amil

    12

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    13/22

    /ablet M/ dapat diberikan pada pasien hamil dan menyusui. 8ila pada pasien hamil

    tersebut juga mengalami tuberkulosis, terapi rifampisin disesuaikan dengan tuberkulosis.%"

    Terapi Ulk%!

    Prinsip utama tata laksana ulkus adalah menghilangkan tekanan pada lokasi ulkus,

    debridement yang agresif, serta kontrol infeksi yang adekuat. /ekanan dapat dihilangkan dengan

    mengistirahatkan dan membalut kaki, penggunaan plester gips, serta penggunaan sepatu khusus.

    Infeksi ringan diatasi dengan antibiotik oral, sedangkan infeksi berat memerlukan antibiotik 

    intravena dosis tinggi.%%

    (alah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan ulkus adalah jenis bahan pembalut

    yang dipakai. 8ahan pembalut yang ideal adalah yang dapat menyerap eksudat dengan baik,

    mempertahankan kelembaban lingkungan di permukaan luka, membantu pertukaran gas 2% dan

    F2%, mencegah masuknya kuman, mempertahankan suhu yang cocok dan stabil, tidak melekat

    dengan permukaan luka, dan tidak bersifat toksik.%%

    Terapi De"ormita!

    eformitas pada kusta merupakan konsekuensi dari kurangnya fungsi dari saraf.

    8eberapa kelainan bagian ektremitas atas, berdasarkan frekuensinya, proksimal atau dista ulnar 

    nerve palsy, distal median nerve palsy, kombinasi keduanya atau yang paling jarang adalah triple

    nerve palsy. &elainan sekuner seperi ulkus, kontraktur dan absorbsi muncul dikarenakan hasil

    dari kerusakan sarag pada kasus lepra yang tidak tertangani dan merupakan indikasi operasi bila

    dibutuhkan.%#

    /arget dari operasi rekonstruksi pada tangan adalah untuk menjaga kapabilitas untuk 

    1(

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    14/22

    kehidupan sehari-hari dan untuk mempertahankan strukur yang adekuat bagi kehidupan sosial

     penderita.%#

    (etelah dilakukan operasi, penderita juga dilakukan rehabilitasi. 4ehabilitasi didesain

    untuk memastikan bah'a tindakan operasi yang sudah dilakukan dapat membantu pasien meraih

     potensial penuh fisik mereka. /angan harus dilindungi dari segala macam cedera dan infeksi

    guna mencegah gangguan dan kelainan lanjutan.%#

    eak!i Lepra

    4eaksi lepra adalah suatu periode di mana terjadi peradangan yang dapat mengenai saraf.

    Peradangan ini disebabkan sistim kekebalan tubuh yang menyerang bakteri lepra. 4eaksi lepra

    dapat digolongkan menjadi dua kategori7 /ipe 1 dan /ipe %. Meski demikian, pengobatan yang

    segera lebih penting dibandingkan penentuan tipe reaksi yang sedang terjadi.

    eak!i Tipe '

    4eaksi /ipe 1 disebut juga reaksi reversal. 4eaksi ini disebabkan peningkatan aktifitas

    sistim kekebalan tubuh dalam mela'an basil lepra, atau bahkan sisa basil yang mati.

    Peningkatan aktifitas ini menyebabkan terjadi peradangan di mana pun terdapat basil lepra pada

    tubuh, terutama kulit dan saraf.

    eak!i Tipe (

    isebut juga reaksi erythema nodosum leprosum B+. 4eaksi ini terjadi bila basil lepra

    dalam jumlah besar terbunuh dan secara bertahap dipecah. Protein dari basil yang mati

    mencetuskan reaksi alergi. 2leh karena protein ini terdapat di aliran darah, reaksi /ipe % akan

    mengenai seluruh tubuh dan menyebabkan gejala sistemik.

    1'

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    15/22

    Pengo$atan reak!i ringan

    eaksi ringan baik jenis reaksi re4ersal atau 9; dapat di!bati di klinik l!kal

    menggunakan asam asetil salisilat +aspirin d!sis de$asa *33 mg dapat diberikan

    sampai enam kali sehari. eaksi ipe 1 biasanya berlangsung tidak lebih dari

    beberapa minggu. anda-tanda reaksi ipe 2 hilang timbul selama peri!de beberapa

    bulan pemberian !bat akan menekan tanda-tanda reaksi ipe 2 lebih cepat

    dibandingkan terhadap reaksi ipe 1, namun 9; lebih sering kambuh dibandingkan

    reaksi ipe 1.

    Pengo$atan reak!i $erat

    1)

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    16/22

    :bat utama yang digunakan untuk meng!bati reaksi berat adalah

    k!rtik!ster!id, khususnya prednis!n. Prednis!n mudah diabs!rbsi pada pemberian

    per !ral dan sudah tersedia dalam paket blister. Prinsip < prinsip umum peng!batan

    harus diperhatikan. Istirahat sangat penting pada semua k!ndisi peradangan. Dapat

    diberikan splint/bidai pada angg!ta gerak untuk mengistirahatkan sara0 dan !t!t

    yang terkena. Saat pemulihan mulai, dapat dilakukan latihan pasi0 untuk

    mempertahankan luas gerak sendi. =emudian, dapat dilakukan latihan akti0 untuk

    membantu mengembalikan kekuatan !t!t, bahkan apabila terdapat kerusakan sara0 

    permanen. Pada beberapa kasus, pembedahan dapat membantu meringankan nyeri

    sara0 kr!nis dan mengembalikan 0ungsi.21

    Pengo$atan dengan predni!on

    Prednis!n meredakan peradangan sara0. 90eknya akan mulai terlihat dalam

    beberapa hari, dimana rasa sakit pada sara0 akan berkurang dan sebagian 0ungsi

    akan kembali. Akan tetapi, untuk memper!leh man0aat maksimal dan mencegah

    kambuhnya peradangan, peng!batan prednis!n harus dilakukan penuh yaitu dua

    belas atau dua puluh empat minggu. Prednis!n sangat e0ekti0, namun dapat

    menyebabkan e0ek samping berat bahkan kematian. Penderita mungkin memiliki

    penyakit lain yang dapat menyebabkan mereka jadi lebih rentan terhadap e0ek

    samping ster!id.15

    /erapi untuk reaksi kusta ringan, dilakukan dengan pemberian prednison dengan cara pemberian7

    a. % Minggu pertama !" mg=hari 1C* tab pagi hari sesudah makan

     b. % Minggu kedua #" mg=hari 1C tab pagi hari sesudah makan

    c. % Minggu ketiga %" mg=hari 1C! tab pagi hari sesudah makan

    d. % Minggu keempat 1$ mg=hari 1C# tab pagi hari sesudah makan

    e. % Minggu kelima 1" mg=hari 1C% tab pagi hari sesudah makan

    f. % Minggu &eenam $ mg=hari 1C1 tab pagi hari sesudah makan

    1*

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    17/22

    8ila terdapat ketergantungan terhadap Prednison, dapat diberikan +ampren lepas.%"

    &iranya tidak perlu diragukan lagi bah'a timbulnya cacat pada penyakit kusta

    merupakan salah satu hal yang paling penting ditakuti. ari hasil penelitian pada bulan Maret

    1)) di 4umah (akit &usta (itanala, menunjukkan bah'a lebih dari 5#0 pasien yang datang

     berobat di poliklinik telah disertai cacat kusta. 6alaupun dengan pengobatan yang benar dan

    teratur penyakit kusta dapat disembuhkan, akan tetapi cacat yang telah timbul atau mungkin yang

    akan timbul merupakan persoalan yang cukup kompleks. 8ila hal ini tidak ditangani secara

     benar, maka akan berlanjut semakin parah serta berakhir fatal. Makin berat keadaan suatu cacat,

    maka makin cepat pula keadaan memburuk.

    !,1$,1

    iperlukan pencegahan cacat sejak dini dengan disertai pengelolaan yang baik dan benar.

    ntuk itulah diperlukan pengetahuan rehabilitasi medik secara terpadu, mulai dari pengobatan,

     psikoterapi, fisioterapi, pera'atan luka, bedah rekonstruksi dan bedah septik, pemberian alas

    kaki, protese atau alat bantu lainnya, serta terapi okupasi. Penting pula diperhatikan rehabilitasi

    selanjutnya, yaitu rehabilitasi sosial !rehabilitasi nonmedis", agar mantan pasien kusta dapat siap

    kembali ke masyarakat, kembali berkarya membangun negara, dan tidak menjadi beban

     pemerintah. &egiatan terpadu pengelolaan pasien kusta dilakukan sejak diagnosis ditegakkan.

    4ehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial merupakan satu kesatuan kegiatan yang dikenal sebagai

    rehabilitasi paripurna.!,),1$

    Menghadapi kecacatan pada pasien kusta, perlu dibuat program rehabilitasi medik yang

    terencana dan terorganisasi. okter, terapis dan pasien harus bekerjasama untuk mendapat hasil

    yang maksimal. Pengetahuan medis dasar yang perlu dikuasai adalah anatomi anggota gerak,

     prinsip dasar penyembuhan luka, pemilihan dan saat yang tepat untuk pemakaian modalitas

    terapi dan latihan. iagnosis dan terpai secara dini, disusul dengan pera'atan yang cermat, akan

    1&

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    18/22

    mencegah pengembangan terjadinya kecacatan. Pera'atan terhadap reaksi lepra mempunyai !

    tujuan, yaitu 7!,),1$,1

    a Mencegah kerusakan saraf, sehingga terhindar pula dari gangguan  sensorik,

     paralisis, dan kontraktur.

     b Hentikan kerusakan mata untuk mencegah kebutaan.

    c &ontrol nyeri.

    d Pengobatan untuk mematikan basil lepra dan mencegah perburukan keadaan

     penyakit.

    8ila kasus dini, upaya rehabilitasi medis lebih bersifat pencegahan kecacatan. 8ila kasus

    lanjut, upaya rehabilitasi difokuskan pada pencegahan handicap dan mempertahankan

    kemampuan fungsi yang tersisa. 8eberapa hal yang harus dilakukan oleh pasien adalah 7

    a Pemeliharaan kulit harian!

     b Proteksi tangan dan kaki!

    c +atihan lingkup gerak sendi 7 secara pasif meluruskan jari-jari menggunakan tangan

    yang sehat atau dengan bantuan orang lain. Pertahankan 1" detik, lakukan $ 9 1" kali

     per hari untuk mencegah kekakuan. Arekuensi dapat ditingkatkan untuk mencegah

    kontraktur. +atihan lingkup gerak sendi juga dikerjakan pada jari-jari ke seluruh arah

    gerak.!

    d Pembidaian dapat dilakukan untuk jari dan pergelangan tangan agar tidak terjadi

    deformitas. 8idai dipasang pada anggiota gerak fungsional saat timbul reaksi

     penyakit. 8idai dapat mengurangi nyeri dan mencegah kerusakan saraf. ianjurkan

    memakai bidai yang ringan yang dipakai sepanjang hari, kecuali pada 'aktu latihan

    lingkup gerak sendi.!

    1%

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    19/22

    e Program terapi okupasi merupakan program yang sangat penting untuk 

    mempertahankan dan meningkatkan kemampuan menolong diri, tetapi perlu diingat

    hal-hal yang harus diperhatikan untuk melindungi alat gerak dari bahaya pekerjaan

    rumah tangga. lat bantu khusus dapat dibuat untuk kemudahan bekerja, sesuai

    dengan deformitas pasien.!,1$

    f (enam &usta. (uatu gerakan badan yang berfokus pada olah gerak motorik saraf 

    terpenting pada penderita kusta. /ujuan 7 Membantu mendeteksi kemunduran saraf 

     pada penderita kusta itu sendiri, Membantu latihan olah gerak badan yang terganggu

    lebih lanjut, Menjadi acuan pera'atan diri untuk mencegah cacat.

    1$

    I. Komplika!i

    i dunia, lepra mungkin penyebab tersering kerusakan pada organ tangan salah

    satunya nekrosis saraf ulnaris. /rauma dan infeksi kronik sekunder dapat menyebabkan

    hilangnya jari jemari ataupun ekstremitas bagian distal. >uga sering terjadi kebutaan.

    Hilangnya hidung dapat terjadi pada kasus ++.15

    J. Progno!i!

    engan adanya obat-obat kombinasi, pengobatan mejadi lebih sederhana dan lebih

    singkat, serta prognosis menjadi bonam. >ika sudah ada kontraktur dan ulkus kronik,

     prognosis menjadi dubia et malam.5

    15

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    20/22

    BAB III

    PENUTUP

    Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan !leh  bakteri

     Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan

    mukosa dari saluran pernapasan atasJ dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar.

    8ila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-

    saraf, anggota gerak, dan mata.

    ;ejala klinis tersangka kusta +Suspek, yaitu anda-tanda pada kulit berupa

    bercak/kelainan kulit yang merah/putih dibagian tubuh, kulit mengkilat, bercak yang

    tidak gatal dan mengalami kebas +mati rasa, adanya bagian-bagian yang tidak

    berkeringat atau tidak berambut, lepuh tidak nyeri. anda-tanda pada syara0,

    yaitu rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada angg!ta badan. #angguan

    gerak angg!ta badan/bagian muka, yaitu Adanya cacat +de0!rmitas, uka +ulkus

    yang tidak mau sembuh.

     Penatalaksanaan morbus Hansen meliputi pengobatan dengan kombinasi obat 9 obatan

    farmakologi. ntuk penatalaksanaan morbus Hansen rejiimen obat terbaru di rekomendasikan

    oleh 6H2 tahun %"") untuk mencegah terjadinya resistensi serta meningkatkan efisiensi dan

    efektivitas pengobatan.

    23

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    21/22

    DAFTA PUSTAKA

    1. Amiruddin, Dali. 2333. Ilmu Penyakit =ulit. >akarta Penerbit "ip!krates.

    %. acre, >ane,&opelman,et.al. %""$. Buku saku keterampilan klinis. >akarta7 ;F.

    #. nonim. 1)).  Buku pedoman pemberantasn penyakit kusta. >akarta7 itjen PPM dan

    P+P.

    !. juanda , Ham3ah M. %""*. #lmu penyakit kulit dan kelamin. >akarta7 A& I.$. (iregar 4(.%""$. $tlas berwarna saripati penyakit kulit . >akarta7 ;F.

    . nonim. %""#. Modul pemberantasan penyakit kusta. Palembang 7 inkes Provinsi (um-

    sel.5. "alim, Paulus ?. dan ;uraini =urdi. 233(. =usta. >akarta 7alai Penerbit 6=@I

    *. P Barasimha 4ao, (uman >ain.  %ewer management options in leprosy. Indian journal of 

    ermatology %"1#J$*7-11.

    ). Malathi M, /happa M. &i'ed(duration therapy in leprosy) *imitations and 

    opportunities.Indian >ournal ermatology %"1#J$*7)#-1"".

    1". 6olff &, >ohnson 4, (uurmond . %""$. &itzpatrick+s color atlas synopsis of clinical 

    dermatology.(7 /he Mc;ra'-Hill Fompanies.

    11. http7==academia.edu=**#!*$=kustaKterbaru

    1%. http7==emedicine.medscape.com=article=%%"!$$-overvie'

    1#. itjen PPM L P+. %""".  Buku pedoman program - kusta bagi petugas puskesmas.

    >akarta 7 (ub irektorat &usta L Arambusia.

    1!. (ilatham (, 6im H

  • 8/16/2019 referat MH-1.doc

    22/22

    %". Permenkes. Panduan Praktik &linis 8agi okter di Aasilitas Pelayanan &esehatan Primer.

    %"1!.%1. itjen PPM L P+ ep. &es. 4I, 8uku Pedoman Basional Pemberantasan

    Penyakit &usta , Fetakan akarta, %"" J !-1#*.

      %%. Halim +, Menaldi (+. /atalaksana komprehensif ulkus planktara pada pasien lepra. Maj

    &edokt indon. %"1".