referat rinitis
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
RINITIS KRONIS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
ANATOMI
ANATOMI
ANATOMI
FISIOLOGI 1. Jalan nafas 2. Kondisi udara Palut lendir Konka Vibrise 3. Penyaring udara Silia Palut lendir Lysozyme 4. Indra penghidu 5. Resonansi suara 6. Proses bicara 7. Refleks nasal 8. Aestetis
DEFINISI Rhinitis kronis didefinisikan sebagai radang
pada lapisan membran hidung selama 3 bulan atau lebih
JENIS
Rinitis Kronis Simpleks Rinitis Kronis Hipertrofi Rinitis Kronis Atrofi Rinitis Kronis Sika Rinitis Kronis Kaseosa
Rinitis Kronis Simpleks ETIOLOGI :
Rhinovirus,myxovirus, dan coxsackie.
FAKTOR PREDISPOSISI: Infeksi jaringan
sekitar Iritasi kronik Obstruksi hidung Faktor metabolik
PATOLOGI Hiperemis kronis infiltrasi sel-sel radang Edema konka inferior Silia pada epitel hidung menghilang peningkatan jumlah sel Goblet.
GEJALA KLINIK Sumbatan hidung Post Nasal Drip Biasanya disertai sakit kepala
Rinitis Kronis Simpleks
DIAGNOSIS Anamnesis : riwayat serangan rekuren rinitis akut dan adanya
beberapa faktor predisposisi yang dicurigai. Pemeriksaan : konka inferior menjadi melunak dan mukosa di
bawahnya membentuk lekukan jika ditekan dan mengecil dengan pemberian larutan kokain 5%.
PENGOBATAN Umum : Hindari faktor predisposisi Lokal :
Pemberian alkalin pada hidung saat pagi dan malam hari untuk membersihkan sekret yang menempel.
Vasokonstriktor, seperti spray, oles atau tetes, biasanya 1-2 % efedrin, dapat juga ditambahkan dengan antibiotik. Terapi yang diberikan tidak ditujukan penggunaannya dalam waktu yang lama. Pemberian steroid topikal, seperti spray dan tetes, sangat membantu dalam beberapa kasus.
Rinitis Kronis Simpleks
Rinitis Kronis Hipertrofi ETIOLOGI
Penyebabnya sama dengan rinitis kronis simpleks.
PATOLOGI Infiltrasi sel-sel radang ke dalam mukosa. Epitel tampak kehilangan silia dan menunjukkan
perubahan ke arah skuamosa. Mukosa hidung berubah menjadi lebih tebal dan
bernodul Polip
GEJALA KLINIK Sama seperti rinitis kronis simpleks tetapi tidak
dapat kembali ke keadaan normal.
PENGOBATAN Terapi sama dengan pada rinitis kronis
simpleks, dengan tambahan reduksi konka inferior yang hipertrofi.
Reduksi polip dapat dilakukan dengan : Elektrokoagulasi Cryosurgical
Rinitis Kronis Hipertrofi
Rinitis Kronis Atrofi DEFINISI
Inflamasi kronis pada mukosa hidung yang disebabkan adanya fibrosis periarterial dan ujung arteri pada arteriol terminal.
ETIOLOGI Etiologinya tidak diketahui dengan pasti. Infeksi, saluran hidung yang tidak paten, gangguan
pada endokrin dan vitamin.
JENIS Rinitis Kronis Atrofi Primer Rinitis Kronis Atrofi Sekunder
Rinitis Kronis Atrofi Primer PATOLOGI
Degenerasi epitel bersilia dan kelenjar seromusin krusta yang tebal dan lengket pada hidung terinfeksi oleh saprofit.
Struktur tulang atrofi sehingga saluran napas menjadi lebih luas.
GEJALA KLINIK Gejala rinitis pada umumnya bilateral dan lebih sering menyerang
wanita. Gejalanya muncul saat pubertas. Adanya anosmia menyebabkan pasien tidak dapat mencium bau busuk sekalipun. Apabila krusta yang terbentuk lepas, bisa diikuti dengan epistaksis. Rasa hidung tersumbat dialami pasien walau saluran napas meluas. Tanda-tanda perubahan atrofi juga dapat terlihat pada faring dan laring.
PENGOBATAN Pengangkatan krusta Mencegah perlengketan krusta yang baru terbentuk dan menghambat
infeksi saprofit. Antibiotik sistemik atau lokal dapat digunakan sebagai terapi awal.
Rinitis Kronis Atrofi Sekunder
Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari : Deviasi septum Sifilis Tindakan operasi yang berlebihan,
terutama pada konka inferior
Rinitis Kronis Sika Suatu keadaan dimana terbentuknya krusta yang lebih
sering terjadi sepertiga anterior lubang hidung Menyerang orang yang bekerja di lingkungan yang
berdebu.
Fibrosis periglandular dan metaplasia pada epitel bersilia mukus yang berwarna ungu kebiruan dan stagnan sehingga krusta.
Pengobatan yang paling baik dengan memperbaiki lingkungan kerja dan dengan memberikan pelumas dengan spray, oles, atau minyak ke daerah yang terinfeksi
Rinitis Kronis Kaseosa Sekret yang berbentuk seperti keju yang masuk ke
lubang hidung dari hidung, biasanya dari antrum mastoid.
Kemungkinan merupakan akibat dari penyembuhan sinusitis yang tidak sempurna
Pengobatan adalah dengan pengangkatan debris dan jaringan granulasi, dengan drainase pada sinus yang terinfeksi. Sebaiknya dilakukan biopsi pada jaringan granulasi untuk menyingkirkan keganasan.
Daftar Pustaka Irawati N, Kasakeyan E, Rusmono N. Rinitis Alergi. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006. hal. 128 – 34
Peter H. Hidung: Anatomi dan Fisiologi Terapan. Dalam: Effendi H, editor. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT. Edisi Keenam. Philadelphia: W.B. Saunders Company. 1997. Hal 173-89.
Blumenthal N. Kelainan Alergi Pasien THT. Dalam: Effendi H, editor. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT. Edisi Keenam. Philadelphia: W.B.Saunders Company. 1997. Hal 190-99.
Settipane RA, Lieberman P. Available at http://aboutallergy.com/Articles/Non-Allergic%20Rhinitis.pdf . accessed on January 2011.
Anonymus. Available at www.dcmsonline.org/medicine/2008 journal/ chronicthinitis.pdf .accessed on January 2011.
Ballantyne J, Groves J. Chronic Rhinitis. Disease of The Ear Nose and Throat. 3 edition. London : Butterworts. 1985 ; 190-200.
Markam S, dkk. Kamus Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia. 2001.
Terima kasih