referat tuba katar dan barotrauma revisi

47
REFERAT TUBA KATAR DAN BAROTRAUMA Pembimbing: dr. Renie NZ, Sp.THT Disusun oleh: Umar Syarif 030.06.263 KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT THT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH 14 MARET - 16 APRIL 2011

Upload: sherhaniz-melissa-abidin

Post on 18-Jan-2016

137 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

referat barotrauma

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

REFERAT

TUBA KATAR DAN BAROTRAUMA

Pembimbing:

dr. Renie NZ, Sp.THT

Disusun oleh:

Umar Syarif

030.06.263

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

14 MARET - 16 APRIL 2011

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN

Page 2: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Referat dengan Judul

” TUBA KATAR DAN BAROTRAUMA ”

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing,

sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit THT

di RSUD Budhi Asih periode 14 Maret – 16 April 2011

Jakarta, Juni 2012

(Dr. Renie NZ, Sp.THT)

KATA PENGANTAR

Page 3: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala nikmat

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Referat yang berjudul “TUBA KATAR DAN

BAROTRAUMA ” ini. Adapun penulisan referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah

satu tugas kepaniteraan Ilmu Penyakit THT di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih periode

14 Maret – 16 April 2011.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Renie NZ, Sp.THT

selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan referat

ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut serta membantu

penyusunan referat ini yang tidak mungkin diselesaikan tepat waktu jika tidak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak.

Demikian kata pengantar ini penulis buat. Untuk segala kekurangan dalam referat ini,

penulis memohon maaf dan juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif bagi

perbaikan referat ini. Terimakasih.

Jakarta, juni 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Page 4: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Lembar Pengesahan iKata Pengantar iiDaftar Isi iiiDaftar Tabel Dan Gambar iv

BAB I Pendahuluan 1

BAB II Tuba Katar dan Barotrauma 2

BAB III Kesimpulan 26

BAB IV Daftar Pustaka 27

DAFTAR TABEL DAN DAFTAR GAMBAR

Page 5: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Perbedaan tekanan kavum timpani di dalam dan

di luar serta gejala yang terjadi 20

2. Tabel 2. Tekanan udara berdasarkan ketinggian dari permukaan laut 21

DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1. Derajat barotrauma telinga tengah dinilai dengan otoskopi 24

Page 6: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

BAB I Pendahuluan

kata “Catarrh” berasal dari bahasa yunani “katarrhein”. katar yang berarti turun

dan rhein berarti mengalir. Dan kalau diartikan dapat berarti lapisan eksudat yang tebal

yang tediri dari mukus dan sel darah putih yang disebabkan oleh pembengkakan dari

membran mukosa dikepala yang merupakan respon dari suatu infeksi. Ini merupakan

gejala peradangan yang biasa ditemukan pada flu dan batuk, tetapi dapat pula ditemukan

pada pasien dengan infeksi dari adenoid, infeksi telinga tengah, sinusitis atau tonsilitis.

Keluhan yang sering tampak pada tuba katar adalah tersumbatnya hidung dan tuba yang

menyebabkan penderitanya dapat mendengar suaranya sendiri Dan ini sangat

mengganggu. Beberapa usaha yang terus dikembangkan oleh pendahulu kita, adalah

bagai mana mengurangi atau menghilangkan sumbatan tuba tersebut 1,2,3

Pada tahun 1704, Valsava menemukan otot yang berfungsi untuk membuka tuba

Eustachius dan menyangka bahwa otot ini aktif sebagai bagian dari proses pendengaran.

Manuver Valsava dinamakan atas namanya setelah ia menemukan cara untuk

mengeluarkan pus dari telinga tengah ke telinga luar dengan cara ditiup oleh penderita itu

sendiri. Pada tahun 1724, Guyot adalah orang pertama yang mencoba untuk membuat

kateterisasi lewat hidung, dan Wathen pada tahun 1756, setelah melanjutkan studinya, ia

menggambarkan secara detail bagaimana prosedur berjalan 1,2,3

Pada tahun 1853, Toynbee menemukan bahwa, saat beristirahat tuba Eustachius

tertutup dan terjadi suatu penyerapan udara yang konstan pada ruang telinga tengah. Tuba

tersebut dapat terbuka hanya pada saat menelan, dan udara diperbolehkan masuk. ia

percaya dengan menggunakan manuver ini, akan membuat tekanan positif pada ruang

telinga tengah 1,2,3

Banyak usaha telah dikembangkan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan

gejala ini. Tetapi pada referat ini akan dibahas apa penyebab terjadinya tuba katar dan

akan membahas lebih dalam juga tentang barotrauma yang merupakan akibat dari

ketidakseimbangan tekanan telinga tengah dan telinga luar akibat perubahan tekanan fisik 1,2,3

Page 7: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

BAB II

TUBA KATAR

Sebelum membahas tentang tuba katar lebih lanjut ada baiknya kita mengetahui

struktur dari tuba Eustachius itu sendiri. Tuba Eustachius yaitu sebuah bangunan yang

berbentuk tabung yang berjalan dari telinga tengah ke nasofaring. Tuba Eustachius telah

di kenal sejak jaman yunani kuno oleh Aristoteles, tetapi kemudian di namakai oleh

Bartolomeus Eustachius (1520 – 1574) sebagai ketua ahli anatomi di Roma dan orang

yang pertama kali mendeskripsikan anatomi tuba Eustachius. Hal ini tidak

dipublikasikan sampai 200 tahun kemudian setelah kematiannya, didapatkan suatu buku

yang berjudul “ Epistola de Auditus Organis ” 1,2,3

Fungsi tuba Eustachius adalah untuk proteksi, aerasi dan drainasi telinga tengah.

Bila terjadi oklusi dapat menyebabkan peradangan pada telinga tengah (otitis media).

tuba Eustachius juga disebut tuba otofaringeal karena menghubungkan telinga ke

faring1,2,3

Tuba Eustachius

Anatomi

Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada dua pertiga kearah nasofaring dan

sepertiganya terdiri atas tulang. Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka

apabila oksigen diperlukan masuk kedalam telinga tengah atau pada saat mengunyah,

menelan dan menguap. Otot-otot dari sistem tuba Eustachius membantu membuka dan

menutup tuba agar berfungsi sebagaimana mestinya.1,2,3

Panjang tuba pada orang dewasa sekitar 36 mm dan terbentang pada bagian

depan, bawah dan medial dari dinding anterior kavum timpani terhadap nasofaring. Aksis

tuba membentuk sudut 30º terhadap bidang horizontal dan 45º terhadap bidang sagital

median. Daerah tuba dibagi menjadi 2, yaitu bagian tulang dan kartilago. Bagian tulang

merupakan bagian posterior sepertiga tuba, di lapisi oleh mukosa, panjangnya sekitar 12

mm, berhubungan langsung dengan timpani anterior dan hampir selalu dalam keadaan

Page 8: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

terbuka, kemudian kebawah dan menyempit disebut ismus. Bagian tulang hanya

mempunyai peran sedikit atau bahkan tidak ada dalam mekanisme pembukaan tuba.

Fungsi ismus adalah membantu melindungi telinga tengah dari sekret nasofaring.

Schwartzbart (1994) mengatakan bahwa bagian tulang dari tuba disebut sebagai

protimpanum.1,2,3

Bagian kartilago merupakan bagian anterior duapertiga tuba memiliki panjang

sekitar 24 mm yang terdiri dari jaringan fibrokartilago berbentuk triangular dengan

diameter vertical 2 - 3 mm dan diameter horizontal 3 – 4 mm, pada bagian apeks akan

menyempit yang juga merupakan bagian tersempit dari tulang. Ke bawah secara langsung

menjadi membran mukosa dari bagian lateral nasofaring, umumnya bagian kartilago ini

dalam keadaan tertutup oleh tekanan jaringan tuba Eustachius.1,2,3

Tuba Eustachius dilapisi oleh mukosa yang mengandung sel-sel goblet dan

kelenjar mucus. Lapisan paling luar adalah epitel bersilia yang bergerak kearah

nasofaring. Makin dekat ke telinga tengah terlihat sel-sel goblet dan kelenjar mucus

makin berkurang dan mukosa silia juga menghilang. Jumlah sel goblet pada dasar tuba

lebih banyak dibandingkan dengan pada bagian atap, dengan konsentrasi terbanyak

berada di area tengah tuba bagian kartilago. Bagian superior tuba banyak berperan pada

fungsi ventilasi telinga tengah, sedangkan bagian inferior tuba berperan dalam fungsi

proteksi telinga tengah. Mekanisme pertahanan mukosilier tuba Eustachius menetap

segara setelah lahir.1,2,3

Pada bagian inferolateral tuba terdapat lapisan lemak yang disebut lemak

Ostmann yang ikut membantu proses menutupnya tuba. Selain itu lemak ini membantu

melindungi tuba Eustachius dan telinga tengah terhadap sekret nasofaring.1,2,3

Bagian kartilago dari tuba di tunjang oleh otot-otot yang berfungsi untuk

mengontrol patensi tuba. Otot-otot tersebut adalah tensor veli palatini, levator veli

palatini, salphingopharyngeus dan tensor tympani.1,2,3

Page 9: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Otot tensor veli palatini berasal dari dinding tulang fossa scaphoid dan dari

seluruh panjang ujung tulang rawan yang pendek yang membentuk bagian atas dinding

depan dari tuba kartilago. Otot memanjang kebawah, membentuk tendon pendek yang

membelok ditengah-tengah dan sekeliling pterygoid humulus. Tensor veli palatini

memisahkan tuba Eustachius dari ganglion optic, saraf mandibular dan cabangnya, korda

timpani dan arteri meningea media 1,2,3

Salphingopharingeus adalah otot lembut yang menyentuh pada ujung faring dari

tuba Eustachius dan bercampur dengan otot bawah palatofaringeus. Levator veli palatini

berasal dari 2 bagian, antara lain bagian bawah permukaan kartilago tuba dan bagian

bawah permukaan tulang petrosa. Pada awalnya, levator terletak dibawah tuba kemudian

menyilang ke tengah dan bergabung menjadi palatum mole 1,2,3

Persarafan berasal dari cabang faringeal ganglion sfenopalatina yang merupakan

cabang dari nervus maksilaris ( V2 ) yang mensuplai persarafan ostium. Saraf spinosus

berasal dari saraf mandibular ( V3 ) mensuplai persarafan bagian kartilago, plexus

timpani berasal dari nervus glossopharingeal mensuplai persarafan bagian tulang tuba

eustachius 1,2,3

Fungsi fisiologi dari Tuba Eustachius

Fungsi fisiologi dari tuba Eustachius adalah : 1,2,3

Ventilasi atau pengatur tekanan dari telinga tengah

Perlindungan telinga tengah dari sekresi nasofaring dan tekanan suara

Pembersihan atau penyaluran sekresi telinga tengah ke nasofaring

Ventilasi dan regulasi tekanan

Tuba Eustachius yang normal pada saat istirahat menutup, kira kira ada sedikit

tekanan udara telinga tengah negatif. Pembukaan yang berulang dari tuba Eustachius

secara aktif mengatur tekanan atmosfir agar tetap seimbang 1,2,3

Tuba Eustachius membuka pada saat menelan atau menguap dengan kontraksi otot

tensor veli palatini. Tensor veli palatini yang tidak berfungsi efektif pada palatum durum

Page 10: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

menyebabkan disfungsi Eustachius. Cara kerja dari otot levator veli palatini tidak jelas.

Kontribusi pada pembukaan tuba Eustachius masih dipertanyakan 1,2,3

Fungsi ventilasi dari tuba Eustachius anak kurang efisien pada daripada orang

dewasa. Infeksi sistem pernafasan bagian atas yang berulang-ulang dan pembesaran

adenoid pada anak-anak akan menyebabkan terjadinya penyakit telinga tengah pada

anak. Bagaimanapun pada saat anak tumbuh, fungsi tuba Eustachius membaik dan

sebagai bukti berkurangnya frekuensi terjadinya otitis media dari masa kanak-kanak

menuju dewasa 1,2,3

Normalnya, tuba Eustachius membuka berulang-ulang, secara stabil mengatur

tekanan bagian tengah antara +50 mm dan -50 mm H2O. Tekanan di atas dan dibawah

+50 mm dan -50 mm H2O, tidak mengindikasikan akan terjadi penyakit telinga tengah,

Sekitar 1 ml udara dapat diserap dari bagian tengah telinga dalam jangka waktu 24 jam.

Sel-sel sistem mastoid berfungsi sebagai penyimpanan gas bagian tengah telinga 1,2,3

Perlindungan

Tuba Eustachius menyalurkan secara normal sekresi dari telinga tengah dengan

sistem pengangkutan mukosiliari dan dengan berulangnya pembukaan atau penutupan

aktif tuba yang memperbolehkan sekresi mengalir ke nasofaring 1,2,3

Kekacauan pada sistem penutupan bagian tengah telinga, seperti perforasi membran

timpani atau setelah operasi mastoid, terkadang menyebabkan refluks dari sekresi

nasofaring ke dalam tuba menyebabkan otorhea. Demikian juga dengan mengenduskan

hidung yang kuat dapat menciptakan tekanan tinggi pada nasofaring menuju telinga

tengah 1,2,3

Sebaliknya, tekanan negatif bagian tengah telinga seperti saat berada dipesawat

atau saat penyelaman dapat menyebabkan penyumbatan tuba Eustahius. Hal ini dapat

menyebabkan stagnasi dari sekresi dan efusi berkumpul ditelinga tengah menyebabkan

barotrauma 1,2,3

Page 11: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Bagian tengah telinga juga diproteksi oleh pertahanan lokal imunologi dari epitel

respiratori dari tuba Eustachius, begitu juga pertahanan mukosiliari yang melakukan

fungsi pembersihan. Protein surfaktan imunoreaktif yang ada di paru diisolasi dari

bagian tengah telinga dari hewan dan manusia ternyata mempunyai fungsi proteksi yang

sama pada bagian tengah telinga 1,2,3

Drainase

Penyaluran sekresi dan pengeluaran benda asing dari telinga tengah dikerjakan

oleh sistem mukosiliari dari tuba Eustachius. mukosa bagian tengah telinga bekerja sama

dengan otot tuba Eustachius melakukan fungsi pembersihan dan juga membantu

mengatur tekanan permukaan didalam lumen tuba 1,2,3

Model flask yang diperkenalkan oleh Bluestone dan rekannya menjelaskan lebih

baik konfigurasi dari anatomi tuba Eustachius dalam proteksi dan drainase telinga

tengah. Pada model ini, tuba Eustachius dan sistem bagian tengah telinga menyerupai

botol dengan leher yang panjang dan sempit. Mulut dari botol mempresentasikan ujung

nasofaring, bagian sempit leher mempresentasikan isthmus, bagian tengah telinga dan

sistem sel mastoid mempresentasikan badan dari botol tersebut. 1,2,3

Cairan yang mengalir melalui leher botol tersebut tergantung dari tekanan pada

ujung botol, radius dan panjang dari leher botol serta kekentalan dari cairan. Aliran

cairan berhenti pada bagian leher yang sempit kerena diameter leher botol yang sempit,

juga karena tekanan udara positif pada ruang dari botol. Tetapi hal ini tidak menjadi

pertimbangan tugas dari otot tensor veli palatine pada pembukaan nasofaringeal

orifisium tuba Eustachius. 1,2,3

Tuba Eustachius dapat tersumbat karena beberapa alasan, penyebab yang paling

umum adalah infeksi saluran pernafasan bagian atas. Infeksi sinus atau alergi dapat juga

Page 12: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

menyebabkan pembengkakan tuba Eustachius, Sebagai akibatnya hidung yang

tersumbat dapat menyebabkan tuba Eustachius juga tersumbat. Pada Anak sangat rawan

terjadi penyumbatan tuba karena anatomi tuba pada anak lebih sempit dan lebih dekat ke

adenoid. Itulah sebabnya mengapa pada anak-anak dengan otitis media kronik sering

direkomendasikan untuk dilakukan operasi adenoid. Jarang sekali, massa atau tumor

didasar tengkorak atau nasofaring dapat menyebabkan penyumbatan tuba Eustachius. 1,3

Permasalahan tuba Eustachius dan infeksi terkait merupakan permasalahan yang

biasa dijumpai dokter. Banyak orang memiliki masalah kronis pengaturan tekanan telinga

tengah yang biasanya dijumpai disebabkan mulai dari alergi sampai tuba Eustachius yang

terlalu sempit. Pasien sering mengeluh telinga terasa penuh, telinga sepereti berbunyi klik

atau cracking, kehilangan pendengaran ringan (atenuasi suara), telinga berdengung

(tinitus), dan terkadang gangguan keseimbangan. 1,3

Perubahan ketinggian yang cepat dan tekanan udara disamakan melalui gendang

telinga dengan fungsi normal tuba Eustachius. Tuba yang sehat membuka sehingga cukup

untuk menetralkan perubahan tekanan ini. Yang mana terjadi pada saat di pesawat,

tekanan udara menjadi naik pada saat pesawat tersebut turun. 1,3

Orang dengan penyumbatan tuba Eustachius dapat menyebabkan rasa tuli yang

diakibatkan perubahan tekanan udara yang mendorong gendang telinga kedalam sehingga

dapat terisi dengan darah atau cairan. Dan mereka yang mengalami gangguan fungsi tuba

dapat pula merasakan ketika mereka berada didalam elevator, berkendara dipegunungan

atau menyelam. 1,3

Proses peradangan

Sesungguhnya tuba katar merupakan hasil dari reaksi peradangan, maka ada

baiknya kita mengenal juga beberapa jenis peradangan. Reaksi peradangan sebenarnya

merupakan suatu proses dinamik dan kontinu pada kejadian-kejadian yang terkoordinasi

dengan baik. Untuk memunculkan manifestasi suatu reaksi peradangan, sebuah jaringan

hidup harus memiliki jaringan fungsional. Pada jaringan dengan nekrosis yang luas, maka

reaksi peradangan tidak ditemukan dibagian tengah jaringan, tetapi pada bagian tepinya,

yaitu diantara jaringan mati dan jaringan hidup yang memiliki sirkulasi utuh. 4

Page 13: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Selain itu, jika terjadi cedera dan menyebabkan kematian mendadak pada

penjamu, maka tidak ada bukti reaksi peradangan karena untuk timbulnya respon

memerlukan waktu. 4

Berbagai pola peradangan dapat timbul berdasarkan atas jenis eksudat yang

terbentuk, organ atau jaringan tertentu yang terlibat dan lamanya proses peradangan. Tata

nama proses peradangan memperhitungkan masing-masing variabel ini. Berbagai tipe

eksudat diberi nama deskriptif. Lamanya respon peradangan disebut sebagai Akut selama

fase eksudat aktif; disebut kronis jika ada bukti perbaikan lanjut disertai eksudasi; dan

disebut Subakut jika bukti awal perbaikan bersama dengan eksudasi. Lokasi reaksi

peradangan dinamakan menurut nama organ atau jaringan, yang ditambahkan akhiran-

itis. Berikut dibahas beberapa jenis eksudat. 4

Eksudat Seluler

Eksudat Neutrofilik

Eksudat yang paling sering dijumpai terutama terdiri atas PMN, dalam jumlah

yang begitu banyak sehingga lebih menonjol daripada bagian cairan dan proteinosa.

Eksudat neutrofilik semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen biasanya terbentuk

sebagai respon terhadap infeksi bakteri; eksudat ini juga terdapat dalam respon terhadap

banyak cedera aseptik dan secara mencolok terjadi hampir disemua tempat pada tubuh

yang jaringannya telah menjadi nekrotik. 4

Infeksi bekteri sering menyebabkan konsentrasi PMN yang sangat tinggi yang

tertimbun didalam jaringan, dan banyak sel-sel ini mati serta membebaskan enzim-enzim

hidrolitiknya yang kuat kesekitarnya. Dalam keadaan ini, enzim-enzim PMN secara

harafiah mencerna jaringan dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi

neutrofil dan pencairan jaringan-jaringan dbawahnya ini disebut supurasi. 4

Dan dengan demikian eksudat yang terbentuk disebut eksudat supuratif, atau

lebih sering disebut pus. Jadi, pus terdiri atas PMN yang hidup, mati dan yang hancur;

Page 14: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

jaringan yang mencair dan tercerna; cairan eksudat pada proses peradangan; dan sering

bakteri-bakteri penyebabnya. 4

Perbedaan yang signifikan antara peradangan supuratif dan purulen adalah bahwa

pada peradangan supuratif terjadi nekrosis liquefaktif pada jaringan dibawahnya. 4

Eksudat Campuran

Seperti namanya, eksudat ini merupakan campuran eksudat seluler dan nonseluler

non seluler, dan dinamakan sesuai dengan campurannya. Campuran ini meluputi eksudat

fibrinopurulen, yang terdiri atas fibrin dan PMN, eksudat mukopurulen terdiri atas musin

dan PMN, eksudat serofibrinosa dan seterusnya. Eksudat-eksudat tertentu seperti eksudat

musinosa dan mukopurulen khas untuk membran mukosa. 4

Kadang-kadang, pada kerusakan membran mukosa, daerah nekrotik dapat

mengelupas, menimbulkan celah pada permukaan mukosa. Defek semacam ini disebut

ulkus. Paling sering, eksudat fibrinopurulen yang berasal dari pembuluh darah

dibawahnya membentuk permukaan dasar ulkus. Terkadang daerah membran mukosa

yang luas akan mengalami nekrotik dan sel sel yang mati dapat tertangkap didalam jala

yang dibentuk eksudat fibrinopurulen, yang melapisi permukaan mukosa. 4

Daerah seperti ini umumnya menyerupai membran mukosa yang kasar, dan oleh

karena jenis proses ini disebut sebagai peradangan pseudomembranosa. 4

Contoh klasik peradangan pseudomembranosa adalah pseudomembran pada

difteri disaluran pernafasan. Dengan demikian membran semacam ini kadang disebut

sebagai difteritik. Peradangan pseudomembranosa dapat dijumpai didalam saluran cerna,

khususnya kolon, sebagai akibat gangguan ekologi mikroba saluran cerna, biasanya

disebabkan oleh pemberian antibiotik. 4

Eksudat Non Selular

Eksudat Serosa

Page 15: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Pada beberapa radang, eksudat hampir seluruhnya terdiri atas cairan dan zat-zat

yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat non-selular yang paling

sederhana adalah eksudat serosa yang pada dasarnya terdiri atas protein yang bocor dari

pembuluh-pembuluh darah yang permeabel didaerah peradangan bersama dengan cairan

yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah cairan pada luka

lepuh. Penimbunan eksudat serosa yang serupa sering ditemukan pada rongga tubuh,

seperti rongga pleura atau rongga peritoneum dan walaupun tidak mencolok eksudat

serosa sering menyebar melewati jaringan ikat. 4

Terkadang terjadi penimbunan cairan di dalam rongga tubuh yang bukan karena

peradangan, biasanya peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan kadar protein

plasma. Pengumpulan bukan karena peradangan semacam ini disebut transudat dan

sedikit protein serta sel dibandingkan dengan eksudat. 4

Eksudat Fibrinosa

Eksudat fibrinosa terbentuk saat protein keluar dari pembuluh darah didaerah

peradangan mengandung banyak fibrinogen. Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin, berupa

jalinan yang lengket dan elastik (Mungkin dikenal sebagai bekuan darah).

Eksudat fibrinosa sering dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang seperti

pleura dan perikardium, tempat fibrin yang diendapkan mengeras menjadi lapisan atas

membran yang terkena. Jika lapisan tebal semacam ini tertimbun di atas permukaan

serosa, sering disertai dengan gejala rasa nyeri jika satu permukaan bergesekan dengan

permukaan yang lain. 4

Jadi misalkan pasien pleuritis merasa nyeri ketika bernafas dikarenakan

permukaan yang kasar itu saling bergesekan selama inspirasi. Gesekan pada permukaan-

permukaan kasar juga menimbulkan friction rub, yang dapat didengar dengan stetoskop

diatas daerah yang terkena. 4

Eksudat Musinosa

Page 16: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Eksudat Nonselular yang lain adalah eksudat musinosa atau kataral. Jenis

eksudat ini hanya terbentuk diatas permukaan membran mukosa, tempat sel-sel yang

dapat mensekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini

merupakan sekresi seluler bukannya dari sesuatu yang keluar dari aliran darah. Sekresi

musin merupakan sifat normal membran mukosa, dan eksudat musinosa tidak lebih

merupakan percepatan proses fisiologis dasar. Contoh eksudat musin yang paling dikenal

dan sederhana adalah pilek yang menyertai berbagai infeksi pernafasan bagian atas. 4

Dari beberapa bahasan diatas, kita mengetahui tuba katar disebabkan oleh

peradangan membran mukosa. Yang menyebabkan membran mukosa tersebut menjadi

hipersekresi sebagai upaya untuk mengurangi peradangan itu sendiri. Tetapi proses

peradangan tersebut tidak akan berdiri sendiri tanpa sebab. Berikut beberapa keadaan

yang dapat menyebabkan proses peradangan pada membran mukosa. 4

keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya tuba katar

1. Hipertrofi adenoid

Pembesaran adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada tuba Eustachius yang

akhirnya menjadi tuli konduktif karena adanya cairan dalam telinga tengah akibat tuba

Eustachius yang tidak bekerja efisien karena adanya sumbatan. 5

2. Celah langit

Langit-langit atau palatum merupakan atap rongga mulut yang memisahkan

rongga mulut dan hidung. Palatum terbagi dua, yaitu palatum durum di sebelah anterior

dan palatum mole di sebelah posterior. 6

Palatum durum dibentuk oleh prosessus maksila (2/3 anterior), pars horisontalis

osis palatina (1/3 posterior). Palatum mole merupakan lanjutan dari palatum durum, di

sebelah lateral melekat pada dinding faring dan sebelah posterior sebagai suatu

pinggiran bebas. 6

Celah langit-langit dapat merupakan defek kongenital karena tidak bersatunya

prosessus palatinus, penyambungan antara prosessus palatinus berjalan dari anterior ke

posterior dimana proses ini dapat berhenti tiba-tiba. 6

Page 17: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Menurut macamnya celah langit-langit dibagi dua:

Congenital cleft palate, yaitu celah langit-langit bawaan. 6

Acquired cleft palate, yaitu celah langit-langit yang didapat misalnya karena

trauma, penyakit atau kanker. 6

Menurut derajatnya celah langit-langit dibagi dua:

Complete cleft palate, yaitu celah langit-langit lengkap dimana kelainan yang

terdapat pada langit-langit juga linggir alveolar dan bibir terkena baik

unilateral maupun bilateral. 6

Incomplete cleft palate, yaitu celah langit-langit tidak lengkap. Kelainan

bentuk hanya terjadi pada palatum durum maupun palatum mole. 6

3. Tumor Nasofaring

Gangguan pendengaran merupakan salah satu gejala dini dari penyakit ini,

disamping gejala dini lain yang berupa hidung buntu atau hidung keluar darah, tetapi

gejala tersebut sering tidak terpikirkan oleh dokter pemeriksa bahwa penyebanya

adalah tumor ganas di nasofaring, sehingga baru di ketahui bila penyakit sudah dalam

keadaan lanjut. 7

Gangguan pendengaran kadang-kadang disertai juga keluhan rasa penuh di

telinga , telinga berbunyi atau rasa nyeri di telinga. Banyak penulis mengatakan, bahwa

lokasi permulaan tumbuh tumor ganas nasofaring, tersering di fosa Rosenmuller, sebab

daerah tersebut merupakan daerah peralihan epitel. Dalam penyebarannya, tumor dapat

mendesak tuba Eustachius serta mengganggu pergerakan otot Levator Palatini yang

berfungsi membuka tuba, sehingga fungsi tuba tergangu dan mengakibatkan gangguan

pendengaran berupa menurunnya pendengaran tipe konduksi yang bersifat reversibel. 7

4. Peradangan

Sering menyerang pada balita, salah satu faktor penyebabnya adalah karena

saluran penghubung antara telinga tengah dengan atap tenggorok yang berdekatan

Page 18: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

dengan lubang hidung bagian belakang (Eustachius) pada anak balita, yang masih

dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, belum sempurna. 8

Anatomis yang lebih pendek, lebih sempit dan lebih mendatar dibandingkan

orang dewasa. Akibatnya, saluran ini dengan mudah dapat tersumbat, misalnya karena

terjadinya infeksi atau alergi. Dengan adanya cairan atau pembengkakan selaput lendir

di dalam saluran Eustachius yang tersumbat itu dapat berlanjut jadi peradangan.

Penyebab peradangannya antara lain karena adanya infeksi pada cairan yang

menyumbat bagian telinga tengah ini. 8

5. Alergi

Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan

lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks  dipengaruhi

faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal. 9

Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE, mediator

sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperanan inflamasi. Gejala klinis terjadi

karena reaksi imunologik melalui pelepasan beberapa mediator tersebut dapat

mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran dan pada alergi sering terjadi

proses inflamasi kronis yang kompleks. 9

6. Barotrauma

Barotrauma adalah kerusakan di bagian dalam telinga yang disebabkan oleh tidak

samanya tekanan udara di kedua gendang pendengar. Yang selanjutnya akan dibahas

dalam bab berikutnya. 10

Terapi

Terdapat beberapa manuver yang dapat dilakukan untuk memperbaiki fungsi tuba

Eustachius. Hal yang sederhana dapat dengan menelan, sehingga mengaktifkan otot-otot

Page 19: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

dibelakang tenggorokan yang membantu membukannya tuba Eustachius. Mengunyah

permen karet, minum atau makan membantu penelanan. Menguap lebih baik kerena

mengaktifkan otot lebih kuat.11

Jika telinga terasa penuh, kita dapat memaksa untuk membuka tuba Eustachius

dengan cara mengambil nafas dalam, dan menghembuskan sembari menutup hidung dan

mulut. Jika terasa berbunyi pada telinga berarti tuba Eustachius terbuka dengan baik.

Tetapi jika permasalahan masih ada walaupun sudah dilakukan manuver harus segera

diperiksakan ke dokter. 11

Jika kita sedang terganggu fungsi tubanya seperti sedang flu, sinusitis, infeksi

telinga atau serangan alergi, disarankan untuk menunda perjalanan menggunakan pesawat

atau menyelam, karena dapat menyebabkan keadaan yang dapat membahayakan,

terutama organ pendengaran. Pada Bayi dan balita, mereka tidak dapat menyamakan

tekanan sendiri secara aktif sehingga harus diberikan minuman atau permen. Karena

dengan menelan tuba Eustachius terbuka dan fungsi menyamakan tekanan dapat terjadi.11

pengobatan untuk rhinosinusitis virus pada orang dewasa didasarkan pada

vasokonstriktor, sering dikaitkan dengan agen anti-histamin dan dengan tindakan

atropinergik. Kontribusi yang mungkin timbul dari agen atropinergik murni saat ini

sedang dalam evaluasi. Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) tampaknya tidak

memiliki pengaruh dan penggunaan preparat kortikosteroid tidaklah tepat karena tidak

memiliki indikasi. 11

pada seorang pasien yang datang dengan sumbatan pada hidung upaya yang

pertama adalah menegakan diagnosis yang benar. Karena pengobatan tidak selalu

diperlukan, dan apabila diberikan pengobatan haruslah seimbang dengan resiko

terapinya. Jika pasien memiliki masalah yang akut, seperti pilek atau sinusitis. Sebuah

dekongestan topikal mungkin merupakan pengobatan yang paling efektif, tetapi ini tidak

boleh berlangsung lebih dari beberapa hari dan pasien harus diperingatkan agar tidak

membeli obat serupa untuk dipergunakan lebih lama 12

Dalam kasus yang lebih kronis, seperti alergi atau rhinitis vasomotor, pengobatan

oral adalah yang terbaik. Simpatomimetik secara oral (pseudoefedrin atau phenylephrine)

mungkin sudah cukup, atau antihistamin saja sudah dapat membantu dalam rhinitis

Page 20: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

alergi. Kombinasi produk sering efektif tetapi haruslah diingat tentang kontraindikasi dan

pencegahan untuk masing masing bahan. 12

BAROTRAUMA

Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik yang terjadi

pada saat menyelam atau saat terbang. Hukum Boyle menyatakan bahwa suatu penurunan atau

peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu

volume gas dalam ruangan tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur gas yang lentur, maka

struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma dapat terjadi

bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup

dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal. 13

Perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau

menyelam, yang menyebabakan tuba Eustachius gagal membuka. Apabila perbedaan tekanan

melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada

keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan yang keluar di

pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah,

sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah. 14

KLASIFIKASI

BAROTRAUMA TELINGA

Page 21: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena terdapat

kantong udara yang sensitif terhadap perubahan tekanan udara. Dalam telinga, setiap orang

memiliki lapisan membran yang tipis di ujung saluran telinga yang dapat bergetar dan

mengirimkan suara ke telinga tengah. Membran ini disebut membran timpani.15

Pada keadaan normal tekanan udara di dalam dan diluar adalah sama. tuba Eustachius

yang menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring bekerja untuk menjaga keseimbangan

tekanan udara pada kedua sisi membran timpani dengan memungkinkan udara mengalir ke

dalam dan keluar membran timpani.15

Barotrauma telinga disebabkan saat tuba Eustachius ini tersumbat dan terjadi kegagalan

dalam menyeimbangkan tekanan udara di dalam dan di luar membran timpani.15

Barotrauma telinga biasanya tidak berbahaya atau menjadi berat dan mudah di

tatalaksana tetapi seringkali memicu komplikasi seperti ketulian, infeksi telinga bahkan perforasi

membran timpani.13,14

BAROTRAUMA SINUS

Sinus merupakan kantong berisi udara dalam tulang di sekitar hidung. Barotrauma sinus

terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan udara dalam sinus dan di luar sinus. Pasien dapat

merasakan nyeri di sekitar tulang pipi atau di atas mata. Pasien juga merasakan adanya sakit

kepala.15

BAROTRAUMA PULMONAL

Barotrauma pulmonal merupakan trauma disebabkan ketika tekanan udara di luar berbeda

dengan tekanan udara di dalam paru-paru. Penyelam atau Scuba diving menyelam dengan

canister udara untuk pernafasan di dalam air. Jika penyelam mengalami terlalu banyak

“compressed air” tanpa ekspirasi yang sesuai maka paru akan mengalami overinflasi. Salah satu

komplikasinya ialah paru menjadi kolaps.15

Decompression sickness merupakan komplikasi lainnya. Terjadi akibat nitrogen, bahan

kimia yang terlarut dalam darah pada tekanan tinggi akhirnya membentuk gelembung saat

tekanan menurun misalnya saat berenang menuju permukaan dengan cepat setelah menyelam.

Gelembung ini akan masuk dalam aliran darah sebagai emboli udara. Emboli udara ini sangat

berbahaya karena dapat menyumbat pembuluh darah seperti jantung, paru maupun otak.15

Page 22: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Decompression sickness diklasifikasikan sebagai tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 bila emboli

mengenai jaringan di sekitar persendian. Biasanya pada lutut, siku dan bahu. Tipe 2 lebih serius

dan dapat mengenai sistem saraf pusat, paru-paru maupun jantung.15

INSIDENS DAN FAKTOR RESIKO

Banyak orang pernah mengalami barotruma biasanya barotrauma terjadi karena

perubahan ketinggian, seperti pada saat terbang, Scuba diving, atau mengendara di pegunungan.

Bila sedang mengalami hidung tersumbat karena alergi, flu atau ISPA,barotrauma akan lebih

mudah terjadi. Obstruksi tuba Eustachius dapat juga congenital, atau karena pembengkakan di

tenggorokan.16

Sampai saat ini belum diketahui bahwa geografis suatu Negara mempengaruhi terhadap

banyaknya insidens barotrauma. Tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh status penyakit seseorang

dan perbedaan dari ventilator management dari setiap etnis atau daerah itu sendiri.16

Penelitian terbaru internasional menemukan bahwa pasien dengan acute respiratory

distress syndrome atau ARDS meningkat faktor insidens terjadinya barotrauma yaitu sekitar 8-15

%.16

Sampai saat ini belum di temukan bahwa faktor ras atau etnis dan faktor jenis kelamin

mempengaruhi faktor terjadinya barotrauma. Sedangkan faktor usia berpengaruh terhadap

compliance dari paru , dimana makin tua seseorang maka compliance parunya makin menurun

dan inilah yang meningkatkan faktor risiko terjadinya barotrauma pada pasien-pasien lanjut

usia.16

Peningkatan tekanan atmosfer untuk kecepatan 60 km/jam ialah 0,11 ATA/menit. Hal ini

setara dengan kecepatan penurunan 1 meter pada air laut per menit, yang merupakan 1/10

standar normal dan aman bagi penyelaman ( 10 msw atau 1,1 ATA/menit). Sedangkan di udara

kecepatan penerbangan saat turun hendaknya tidak melebihi 180 km/jam atau 50 m/menit (setara

dengan 0,329 ATA/menit) yang merupakan kondisi normal dan tidak memicu barotrauma.

Risiko barotrauma meningkat pada pekerja penambang yang melakukan pekerjaannya di tempat

sedalam 5000 meter di bawah permukaan air laut.17

Page 23: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

PATOFISIOLOGI

Perbedaan sebesar 90 mmHg atau 11,96 kPa (pada penurunan setinggi 1.087 m) dapat

menyebabkan nyeri atau penutupan tuba Eustachius sehingga menghambat ekualisasi. Pada

kondisi telinga tengah yang sehat, membran timpani akan mengalami ruptur bila terpajan

perbedaan tekanan 100 hingga 500 mmHg atau 13,28-66,42 kPa atau setara dengan penurunan

ketinggian/kedalaman 1200-6000 meter.17

Proses ekualisasi perbedaan tekanan ini dapat dicapai dengan mengunyah atau membuka

dagu ke bawah untuk membuka tuba Eustachius. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan catatan

tidak ada kongesti pada tuba Eustachius atau pembengkakan pada jaringan sekitar. Bila aktivitas

ini tidak memberikan manfaat maka dapat dicoba manuver Valsava untuk memaksa udara

melalui telinga tengah.17

A. Barotrauma pada telinga

Telinga tengah merupakan suatu rongga tulang dengan hanya satu penghubung ke dunia

luar, yaitu melalui tuba Eustachius. Tuba ini biasanya selalu tertutup dan hanya akan membuka

pada waktu menelan, menguap, Valsava manuver. Valsava manuver dilakukan dengan menutup

mulut dan hidung, lalu meniup dengan kuat. Dengan demikian tekanan di dalam pharynx akan

meningkat sehingga muara dapat terbuka.17

Beda tekanan

(mmHg)Gejala-gejalanya

Plus 3 – 5

Plus 10 - 15

Plus 15 – 30

Plus 30 atau lebih

Rasa penuh

Rasa penuh yang nyata, pendengaran berkurang

Rasa tidak enak dan tinnitus (suara

berdesis/meraung/letusan). Rasa sakit dan vertigo

Rasa sakit, vertigo, tinnitus meningkat

Beda tekanan

(mmHg)Gejala-gejalanya

Minus 3 – 5 Sama dengan yang di atas

Page 24: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Minus 10 – 15

Minus 15 – 30

Minus 60 Rasa sakit berat, tinnitus dan nausea

Minus 60 – 80 Rasa sakit yang hebat menjalar ke daerah temporal,

glandula parotis pipi.

Ketulian, vertigo dan tinnitus meningkat tapi tinnitus

dapat menghilang

Minus 100 – 500 Membran timpani pecah

Tabel 1. Perbedaan tekanan kavum timpani di dalam dan di luar serta gejala yang terjadi18

Secara anatomis, ujung tuba di bagian telinga tengah akan selalu terbuka, karena terdiri

dari massa yang keras/tulang. Sebaliknya ujung tuba di bagian faring akan selalu tertutup karena

terdiri dati jaringan lunak, yaitu mukosa faring yang sewaktu-waktu akan terbuka disaat

menelan. Perbedaan anatomi antara kedua ujung tuba ini mengakibatkan udara lebih mudah

mengalir keluar daripada masuk ke dalam kavum timpani. Hal inilah yang menyebabkan

kejadian barotrauma lebih banyak dialami pada saat menurun daripada saat naik penerbangan.18

Berdasarkan besarnya perbedaan tekanan, dapat terjadi gejala hanya rasa sakit (karena

teregangnya membran timpani) hingga pecahnya membran timpani.18

Disamping perbedaan tekanan, ada faktor lain yang perlu diperhatikan. Bila seseorang

awak pesawat sedang tidur, maka dia akan menelan sekali dalam 5 – 7 menit, sedangkan bila

dalam keadaan bangun, dia akan menelan beberapa kali dalam satu menit. Jadi dalam keadaan

bangun reflex menelan masih memungkinkan untuk mencapai keseimbangan tekanan daripada

sewaktu tidur.18

B. Barotrauma pada sinus paranasal

Sinus paranasal bermuara di rongga hidung. Lubang muara tersebut relatif sempit.

Dinding rongga ini dilapisi oleh mukosa dan selalu dalam keadaan basah, maka di dalam rongga

sinus itu selalu ada uap air yang jenuh. Cara terjadinya serangan pada semua sinus adalah

sama.17,18

Sewaktu di permukaan laut, tekanan udara di sinus paranasal misalnya sinus maksilaris

sama dengan di rongga hidung/di udara luar sekitar tubuh, yaitu 760 mmHg. Bila kemudian

Page 25: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

orang ini dibawa ketinggian tertentu, misalnya 5,5 km, dimana tekanan udara kira-kira ½ atm,

maka akan terjadi perbedaan tekanan di dalam rongga sinus dan di rongga hidung. Bila

kecepatan naiknya secara perlahan-lahan, perbedaan tekanan tersebut akan dapat diatasi dengan

adanya aliran udara dari rongga sinus ke rongga hidung. Tetapi bila kecepatan naik dari pesawat

demikian besar, maka mengingat sempitnya lubang muara sinus itu, aliran udara yang terjadi

tidak akan dapat mencapai keseimbangan tekanan, berarti tekanan di dalam rongga sinus lebih

tinggi daripada di rongga hidung, dengan akibat terjadinya penekanan terhadap mukosa sinus.

Inilah yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit dan inflamasi, yang disebut Barosinusitis.17,18

Ketinggian Tekanan udara

0 km

16 km

31 km

48 km

64 km

1 atm

0,1 atm

0,01 atm

0,001 atm

0,0001 atm

Tabel 2. Tekanan udara berdasarkan ketinggian dari permukaan laut18

Hal yang sebaliknya akan terjadi pada waktu pesawat menurun. Besarnya lubang muara

sinus turut menentukan proses terjadinya barosinusitis. Semakin kecil muara sinus itu, makin

besar kemungkinan terjadinya barosinusitis. Jadi pada seseorang yang menderita sakit di saluran

pernafasan bagian atas, pembengkakan/penebalan mukosa mengakibatkan penyempitan muara

sinus, sehingga akan mengalami kesulitan dalam mencapai keseimbangan tekanan.18

Mengenai presentase kejadian sewaktu naik/turun, Adler berpendapat bahwa presentase

waktu turun lebih besar daripada waktu naik. Sebenarnya hal ini tergantung pada bentuk mukosa

di muara sinus tersebut. Pada orang normal muara ini terbuka rata. Sedang pada beberapa orang

mukosa di muara sinus itu terbentuk seperti bibir, maka hal ini akan mengakibatkan aliran udara

cenderung untuk lebih mudah keluar daripada memasuki rongga sinus. Dalam kondisi seperti ini

presentase barosinusitis akan lebih besar pada waktu pesawat menurun daripada waktu naik.18

DIAGNOSIS

Gejala barotrauma meliputi “clogging” pada telinga, nyeri telinga, ketulian, berdenging,

tinnitus dan adanya perdarahan atau hemorrhagi dari telinga.17

Page 26: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Vertigo dapat terjadi selama proses menyelam akibat fenomena yang disebut alternobaric

vertigo yang disebabkan oleh perbedaan tekanan antara dua telinga tengah yang merangsang

keseimbangan (vestibular) secara asimetris sehingga memicu vertigo. Respons alternobarik ini

dapat diatasi dengan upaya menyeimbangkan tekanan telinga tengah, manuver Politzer.17

Diagnosis barotrauma ditegakkan secara klinis dan pada dasarnya pemeriksaan

penunjang seperti pencitraan tidak banyak bermanfaat.17

A. Barotrauma pada telinga tengah

Telinga dibagi atas tiga bagian, yaitu : telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Yang sering menderita akibat adanya trapped gas adalah bagian teling luar dan telinga tengah.

Presentase kejadian 7,86 %.18

Kelainan di telinga terjadi karena ketidakmampuan dalam menyesuaikan perubahan

tekanan. Hal ini dapat diperberat oleh adanya gangguan pada muara tuba Eustachius, misalnya

penyakit tractus respiratorius bagian atas. Trapped gas atau barotrauma ini dapat

mengakibatkan:18

Barotalgia : rasa sakit yang ringan pada telinga tengah.

Barotitis media : rasa sakit pada telinga tengah yang disertai adanya inflamasi.

Barotitis media ini ada yang akut dan kronis.

Barotitis externa : kelainan pada telinga luar berbentuk inflamasi dan/atau pecahnya

membran timpani.

Tuli barotrauma : ketulian karena membran timpani teregang, hingga kemampuan

bergetar/digetarkan berkurang. Ketulian ini sifatnya sementara, tetapi bila barotraumanya

sering/berulang-ulang dapat menjadi permanen.

Barotrauma ini memiliki dua gambaran klinis yaitu barotitis media dan baromiringitis.

Barotitis media ialah inflamasi mukosa telinga tengah, perdarahan dan kebocoran menuju telinga

tengah yang dipicu oleh adanya tekanan membran timpani yang relatif lebih rendah daripada

lingkungan sekitarnya. Baromiringitis ialah kerusakan struktural membran timpani dengan nyeri

hebat yang disebabkan perbedaan tekanan yang begitu besar.18

B. Barotrauma pada sinus paranasal

Barotrauma sinus terjadi dalam dua bentuk yaitu bentuk akut dan rekuren. Bentuk akut

ditandai dengan adanya serangan terbatas barotrauma sinus dan berhubungan dengan ventilasi

Page 27: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

sinus sementara yang biasanya dipicu oleh adanya infeksi saluran pernafasan atas oleh virus.

Kondisi ini biasanya memberikan respon dengan pemberian dekongestan, pembatasan aktivitas

penerbangan sementara dan antibiotik. Barotrauma sinus akut merupakan kondisi yang lebih

sering dijumpai.17,18

Barotrauma sinus rekuren ditandai dengan adanya serangan barotrauma yang memicu

rasa nyeri dan berhubungan dengan ventilasi sinus kronis seperti infeksi kronis atau penyakit

polipoid yang terdapat dalam regio ostium sinus. Penatalaksanaan konservatif dalam hal ini

sering tidak banyak membuahkan hasil. Tatalaksana bedah sinus juga belum dapat memberikan

perbaikan bermakna pada semua kasus dan seringkali memeberikan komplikasi bermasalah

terutama bila pasien adalah penerbang.17,18

Adapun diagnosis barotrauma diklasifikasikan berdasarkan beratnya gambaran klinis

yang dikenal sebagai klasifikasi Teed yang resmi digunakan oleh Angkatan Laut Amerika

Serikat, yaitu:17

Derajat 0 : gejala tanpa tanda

Derajat I : injeksi membran timpani dan sepanjang tulang maleus Teed I

Derajat II : injeksi dengan hemorrhagi ringan di antara zat dalam ruang

membran timpani Teed II

Derajat III : gross hemorrhagi di antara zat dalam ruang membran timpani

Teed III

Derajat IV : adanya darah bebas dalam telinga tengah, bluish drum dan

bulging Teed IV

Derajat V : perforasi membran timpani

Page 28: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Gambar 1. Derajat barotrauma telinga tengah dinilai dengan otoskopi 19

PENATALAKSANAAN

Tuli, pening dan suara mendenging dalam telinga yang disebabkan oleh

barotrauma telinga merupakan hal yang serius dan harus segera dikonsultasikan kepada

dokter yang berpengalaman dalam bidang ini. Dengan pemeriksaan telinga biasanya

akan diketahui penyebab dan tingkat beratnya cedera. Gendang telinga mungkin akan

terlihat berdarah dan tersumbat, dan lubang kecil atau robekan mungkin terlihat.

Istirahat, menghindarkan penyelaman, penerbangan dan melakukan manuver Valsava

harus dilaksanakan sampai pulih sama sekali. Ini mungkin memakan waktu sampai satu

minggu. Pendengaran harus diperiksa pada kasus yang berat dan mungkin harus diulang

beberapa kali. Lubang kecil dan biasanya menutup dengan sendirinya dalam waktu 4-8

minggu, tapi perlu kontrol lebih lanjut untuk memastikan bahwa pemulihan sudah cukup

sebelum melakukan penyelaman selanjutnya. 17

Page 29: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

Dokter dapat memberikan dekongestan atau antihistamin, atau keduannya, karena

obat-obat tersebut dapat mempercepat proses pemulihan. Antibiotik diperlukan pada

kasus yang berat dimana terdapat perdarahan atau perforasi gendang telinga. 12

Pencegahan

Penyelam harus dapat melakukan ekwalisasi telinga dengan mudah sebelum

memulai penyelaman. Kebanyakan penyelam dapat melakukannya dengan cara

melakukan prosedur Valsava di permukaan, yaitu dengan jalan meniup dengan mulut

dan hidung tertutup. 17

Jika diperlukan tenaga atau jika terdapat kesulitan pada tiap kedalaman waktu

menyelam, penyelam harus segera menghindarkan penyelaman lebih lanjut atau ia harus

naik pada kedalaman dimana telinga terasa enak. 17

Penyebab sumbatan tuba Eustachius antara lain kerena infeksi pada telinga bagian

tengah. Jarang sekali sumbatan mekanis atau kelainan bawaan dapat menyebabkan

tertutupnya tuba Eustachius. 17

Dalam prosedur Valsava yang tepat amat penting dan semua penyelam harus

dilatih secara teratur agar dapat melakukan prosedur ini dengan baik. Kombinasi dari

meniup dengan hidung tertutup dan menjaga agar mulut tetap rapat akan lebih berhasil

jika sekaligus menelan pada waktu yang sama. Semua faktor penyebab sumbatan yang

ada harus diatasi secara medis sebelum menyelam, dan jangan turun dengan cepat bagi

penyelam yang belum berpengalaman. Penyelam tahan nafas sering mengalami

gangguan ini kerena mereka menghemat udara dan turun dengan secepat mungkin.17

BAB III

Page 30: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

KESIMPULAN

Tuba Eustachius menghubungkan rongga tengah telinga ke belakang hidung

Pada kondisi normal, tuba Eustachius tertutup

Sumbatan tuba Eustachius sebagian atau total dapat menimbulkan gejala telinga

terasa penuh

Perubahan ketinggian dapat menyebabkan perbedaan tekanan antara telinga

tengah dan luar telinga sehingga pada seseorang yang memiliki gangguan fungsi

tuba dapat terjadi sensasi rasa penuh.

Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti hipertrofi adenoid,

celah langit, tumor nasofaring, barotraumas, peradangan, alergi ,dll.

Barotrauma adalah kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik yang

terjadi pada saat menyelam atau saat terbang

Perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat

terbang atau menyelam, yang menyebabakan tuba Eustachius gagal membuka.

Barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena

terdapat kantong udara yang sensitif terhadap perubahan tekanan udara

Barotrauma sinus terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan udara dalam sinus

dan di luar sinus

Barotrauma pulmonal merupakan trauma disebabkan ketika tekanan udara di luar

berbeda dengan tekanan udara di dalam paru-paru. Penyelam atau Scuba diving

menyelam dengan canister udara untuk pernafasan di dalam air.

Dokter dapat memberikan dekongestan atau antihistamin, atau keduannya, karena

obat-obat tersebut dapat mempercepat proses pemulihan. Antibiotik diperlukan

pada kasus yang berat dimana terdapat perdarahan atau perforasi gendang telinga.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Page 31: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

1. FKUI: Buku ajar THT; Gangguan fungsi tuba; Penerbit FKUI, edisi ke-enam;

tahun 2007

2. Boeis, Adam ; Buku ajar penyakit THT; Embriologi, Anatomi dan Fisiologi

telinga; Penerbit ECG, edisi 6; tahun 1991

3. Alpen patel, MD ; Patologyous Eustachian Tube.[online]. Diakses tanggal 8

Desember 2011. Diunduh dari: Http://www.emedicine.com/ENT/topic208.html

4. Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses penyakit.

Edisi keenam. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 2005 : 87-91

5. Johnson RW. Medical Encyclopedia. Adenoid Hypertrophy [online]. Diakses

tanggal 8 Desember 2011. Diunduh dari:

http://www.HealthAto.com.br/otor/otor.html

6. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/

penanganan_bayi_celah_bibir_dan_langit-langit.pdf

7. Soepardi EA, Iskandar N. Dalam : Karsinoma Nasofaring. Buku Ajar THT. Edisi

Kelima. Balai Penerbit FK UI. Jakarta, 2000 : 146-150

8. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/

cegah.radang.telinga.tengah/001/001/229/203/-/4

9. Tanaka A, Ohashi Y, Kakinoki Y, Washio Y, Kishimoto K, Ohno Y, Sugiura Y,

Okamoto H, Nakai Y. Influence of the allergic response on the mucociliary

system in eustachian tube. Acta Otolaryngol Suppl. 1998;538:98-101. Pubmed

PMID: 9879408.

10. Setiawan, H.W ;Pengantar Ilmu kesehatan penyelaman; Barotrauma hal.52-57;

Penerbit PT.Gramedia Jakarta; 2000

11. Stoll D. Inflamatory acute rhinosinusitis. Presse Med. 2001 Dec

22-29; 30 (39-40 pt 2) : 33-40. Review. French. Pubmed PMID : 11819910

12. Empey DW, Medder KT. Nasal decongestants. Drugs. 1981 Jun;21 (6) : 438-43.

Pubmed PMID: 6166444

13. Higler, Adams Boies. Buku Ajar Penyakit THT BOIES edisi ke-enam. EGC

Penerbit Buku Kedokteran. 1997: Jakarta. Hal 91-93

Page 32: REFERAT Tuba Katar Dan Barotrauma REVISI

14. Soepardi, Eflaty Arsyad, Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorokan Kepala Leher edisi ke-lima. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta: 2003. Hal 50.

15. Ballantyne J, Groves Disease of the Ear, Nose and Throat 4th Volume 1.

Butterworths.1997. P 220-259

16. http://www.emedicine.com/med/TOPIC209.HTM

17. Franz RM. Mining 5000m Below Surface and the risk of Barotrauma. Proceeding

of 7th International Mince Ventillation Conngress.

18. Supartono G. Trapped Gas pada Penerbangan Tinggi. Cermin Dunia Kedokteran.

Jakarta: 1981

19. http://www.scuba.net.hk/medicine/v001.jpg