refleksi kasus

7
REFLEKSI KASUS I. RANGKUMAN KASUS Pasien perempuan, 59 tahun, datang sendiri ke Poli Kebidanan RSUD Temanggung rujukan dari Poli Dalam. P4A0, anak terakhir usia 30 tahun. Pasien mengeluh ada  benjolan di perut diras akan sejak kurang lebih 1 tahun SMRS, semakin membesar. Ji ka  berjalan dirasakan berat. BAK dirasakan normal dan tidak nyeri. Tidak keluar darah maupun lendir dari jalan lahir. Riwayat penyakit keluarga yang sama dengan pasien disangkal. Riwayat penyakit dahulu seperti sekarang disangkal. II. PERASAAN TERHADAP PENGALAMAN Pasien dalam kasus ini menarik. Tekanan darah pre operasi pasien ini tinggi tetapi tidak diterapi. Anastesi yang digunakan pada pasien ini adalah anastesi spinal yang ternyata menurunkan tekanan darah pasien. Hal ini memacu saya untuk lebih mengetahui tentang anastesi spinal. III. EVALUASI A. Identitas Pasien  Nama : Ny. R Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 59 tahun Status Perkawinan : Menikah Alamat : Sambon RT 03 RW 04 Pagergunung Pringsurat Agama : Islam

Upload: hafida-auliarista

Post on 18-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

REFLEKSI KASUS tht

TRANSCRIPT

REFLEKSI KASUS

I. RANGKUMAN KASUSPasien perempuan, 59 tahun, datang sendiri ke Poli Kebidanan RSUD Temanggung rujukan dari Poli Dalam. P4A0, anak terakhir usia 30 tahun. Pasien mengeluh ada benjolan di perut dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun SMRS, semakin membesar. Jika berjalan dirasakan berat. BAK dirasakan normal dan tidak nyeri. Tidak keluar darah maupun lendir dari jalan lahir. Riwayat penyakit keluarga yang sama dengan pasien disangkal. Riwayat penyakit dahulu seperti sekarang disangkal.

II. PERASAAN TERHADAP PENGALAMANPasien dalam kasus ini menarik. Tekanan darah pre operasi pasien ini tinggi tetapi tidak diterapi. Anastesi yang digunakan pada pasien ini adalah anastesi spinal yang ternyata menurunkan tekanan darah pasien. Hal ini memacu saya untuk lebih mengetahui tentang anastesi spinal.

III. EVALUASIA. Identitas PasienNama: Ny. RJenis Kelamin: PerempuanUsia: 59 tahunStatus Perkawinan: MenikahAlamat: Sambon RT 03 RW 04 Pagergunung PringsuratAgama: IslamPekerjaan: Ibu rumah tanggaTanggal Pemeriksaan: 24 Februari 2014B. Pemeriksaan FisikKeadaan umum : baikKesadaran :compos mentisVital sign pre operasi Tekanan darah: 140/90 mmHgNadi 68 x/menitRespirasi 20 x/menitSuhu 36.9 oC. Pemeriksaan kepala-leher :Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,hidung, mulut, mandibula tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan thorak, abdomen, dan ekstremitas tidak didapatkan kelainan. Status Lokalis pada tampak benjolan di daerah abdomen bawah, konsistensi lunak, nyeri (-), permukaan licin.C. Pemeriksaan PenunjangDarah LengkapHemoglobin 12.5 g/dLHematokrit 38 %Jumlah leukosit 8.3x10^3/ ulJumlah eritrosit 4.20x10^6/ uLJumlah trombosit 429x10^3/ ulMCV 90.2 fLMCH 29.8 pgMCHC 33.0 g/dLGolongan darah 0D. Diagnosis Kistoma OvariumE. TerapiInfus RL 20 tpmCaptopril 2x25mgOperasi F. Tekanan dan Nadi Setiap 5 menit mulai preoperasi sampai selesai operasiTekanan Darah (mmHg)Nadi (x/menit)

157/ 100116

105/50119

110/59119

121/64136

130/67117

135/64115

122/70116

130/63116

119/70121

114/72118

IV. ANALISIS KRITISKista merupakan penyakit yang super halus, rumit dan unik, sebab keberadaannya mirip dengan kehamilan, di mana semua wanita mempunyai resiko akan hadirnya penyakit ini. Setiap wanita mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri yang ukuran normalnya sebesar biji kenari. Setiap indung telur tersebut berisi ribuan telur yang masih muda atau follicle yang setiap bulannya akan membesar dan satu diantaranya membesar sangat cepat sehingga menjadi telur yang matang. Pada peristiwa ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim melalui saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, follicle akan mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun, jika terjadi gangguan pada proses siklus ini, maka kista pun akan terjadi. Penanganan kasus kista ovarium dengan pengangkatan ovarium disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi).Sub-arachnoid block (SAB) atau anestesi spinal merupakan salah satu tehnik anestesi yang aman, ekonomis dan dapat dipercaya serta sering digunakan pada tindakan anestesi sehari-hari. Tehnik ini telah digunakan secara luas untuk memberikan anestesia, terutama untuk operasi pada daerah di bawah umbilicus. Kelebihan utama tehnik ini adalah kemudahan dalam tindakan, peralatan yang minimal, efek samping yang minimal pada biokimia darah, menjaga level optimal dari analisa gas darah, pasien tetap sadar selama operasi dan menjaga jalan nafas, serta membutuhkan penanganan post operatif dan analgesia yang minimal. Komplikasi yang paling umum ditemui dengan anestesi spinal adalah hipotensi, yang disebabkan blokade sistem saraf simpatik. Akibatnya, penurunan resistensi vaskuler sistemik dan perifer terjadi penurunan cardiac output. Dalam beberapa kasus, efek kardiovaskular dapat bermanifestasi sebagai hipotensi mendalam & bradikardia. Hipotensi merupakan masalah yang serius yang terjadi dalam spinal anestesi pada operasi seksio sesaria, dengan insiden yang dilaporkan dari literatur hampir di atas 83%. Selama 25 tahun, pergeseran uterus ke kiri dengan manipulasi mengganjal panggul dan pengisian cairan sebelum dilakukannya spinal anestesi merupakan beberapa cara untuk mencegah terjadinya hipotensi.Pasien perempuan, 59 tahun, datang sendiri ke Poli Kebidanan RSUD Temanggung rujukan dari Poli Dalam. P4A0, anak terakhir usia 30 tahun. Pasien mengeluh ada benjolan di perut dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun SMRS, semakin membesar. Jika berjalan dirasakan berat. BAK dirasakan normal dan tidak nyeri. Tidak keluar darah maupun lendir dari jalan lahir. Riwayat penyakit keluarga yang sama dengan pasien Pasien di diagnosis P4A0 dengan kista ovarium dengan status ASA kelas II. Pada pasien ini direncanakan dilakukan pengangkatan ovarium. Jenis anestesi yang digunakan adalah regional anestesi dengan teknik SAB (Sub Arachnoid Block) pada lumbal III-IV. Pemilihan teknik anestesi berdasarkan pada faktor-faktor seperti usia (bayi, anak- anak, dewasa muda, geriatri), status fisik, jenis dan lokasi operasi (kecil, sedang, besar), keterampilan ahli bedah, keterampilan ahli anestesi. Teknik sub arachnoid block ini dipilih sesuai indikasi yaitu bedah abdomen bawah (bawah umbilikal), serta tidak ada kontraindikasi baik absolut maupun relatif. Pada pasien ini usia 59 tahun status ASA II (terdapat peningkatan tekanan darah). Premedikasi merupakan tindakan pemberian obat-obatan pendahuluan sebelum dilakukan induksi anestesi dengan tujuan untuk menimbulkan rasa nyaman pada pasien, mengurangi sekresi kelenjar, serta memperlancar induksi. Pada kasus ini tidak diberikan premedikasi karena pasien tidak mengeluh apapun. Ondansetron HCl diberikan dengan tujuan mencegah mual dan muntah paska operasi agar tidak terjadi aspirasi dan rasa tidak nyaman. Untuk pencegahan mual dan muntah, dosis ondansetron HCl untuk dewasa adalah 4-8 mg yang dapat diberikan secara i.v ataupun drip.Induksi anestesi pada kasus ini menggunakan Bupivacain 15 mg yang diinjeksikan ke dalam ruang subaraknoid kanalis spinalis region antara lumbal 3-4. Bupivacaine HCl anhydrous merupakan anastesi lokal yang long-acting yang sering digunakan untuk blok saraf, persalinan, anestesi epidural dan anastesi subdural. Bupivakain (Rinn) adalah obat bius lokal milik kelompok amino amida. Bupivakain adalah anestesi lokal yang menghambat generasi dan konduksi impuls saraf. Hal ini umumnya digunakan untuk analgesia oleh infiltrasi sayatan bedah. Bupivakain diindikasikan untuk anestesi lokal termasuk infiltrasi, blok saraf, epidural, dan intratekal anestesi. Bupivakain sering diberikan melalui suntikan epidural sebelum artroplasti pinggul Obat tersebut juga biasa digunakan untuk luka bekas operasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan efek obat mencapai 20 jam setelah operasi. Bupivacaine dapat diberikan bersamaan dengan obat lain untuk memperpanjangdurasi efek obat seperti misalnya epinefrin, glukosa, dan fentanil untuk analgesia epiduralKontraindikasi bupivacaine pada pasien dengan alergi terhadap obat golongan amino-amida dan anestesi regional IV (IVRA) karena potensi risiko untuk kegagalan tourniket dan adanya absorpsi sistemik dari obat tersebut,hati-hati terhadap pasien dengan gangguan hati, jantung, ginjal, hipovolemik hipotensi,dan pasien usia lanjutAnestesi lokal seperti bupivakain memblok generasi dan konduksi impuls saraf, mungkin dengan meningkatkan ambang eksitasi untuk listrik pada saraf, dengan memperlambat penyebaran impuls saraf, dan dengan mengurangi laju kenaikan dari potensial aksi. Bupivakain mengikat bagian saluran intraseluler natrium dan memblok masuknya natrium ke dalam sel saraf, sehingga mencegah depolarisasi. Lama kerja bupivacaine 6-8 jam Durasi tindakan dipengaruhi oleh konsentrasi volume suntikan bupivacaine yang diggunakan.. Pada anestesi spinal, onset