refleksi kritis amandemen uud 1945
DESCRIPTION
Refleksi amandeman UUD 1945TRANSCRIPT
REFLEKSI KRITIS AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA 1945
PENDIDIKAN PANCASILA KELAS G
Dosen Pengampu : Dra. MD. Susilowati, M. Hum.
Oleh Kelompok 7 :
- Dienna C. S. (090903902)- Dorotea Aninditya P. A. (090903883)- Hilarius Harry Hariadhy (120904602)- Themy Prasetyo (120904614)- Christian Denny S. (120904628)
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbicara mengenai undang-undang, tentunya kita tidak bisa terlepas pada
pemikiran umum tentang arti kata undang-undang secara harafiah yang merupakan
sekumpulan peraturan yang berguna sebagai pedoman suatu bangsa untuk mencapai
tujuan bersama. Indonesia memiliki undang-undang yang disebut sebagai Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Undang-undang dasar 1945
yang dimiliki bangsa Indonesia ini dibentuk sesaat setelah proklamasi kemerdekaan
dikumandangkan oleh Ir. Soekarno dan juga Mohammad Hatta. Undang-undang dasar
menjadi sangat penting dalam usaha membangun suatu negara yang merdeka dan
bebas dari jajahan negara lainnya (membentuk negara sendiri). Atas dasar itulah,
sehari setelah dikumandangkan proklamasi kemerdekaan (18 Agustus 1945)
dibentuklah suatu sidang untuk merumuskan undang-undang dasar yang menjadi
pedoman bangsa Indonesia dalam berpikir, bersikap, dan bertindak terhadap setiap hal
maupun tantangan yang ada di dalam kehidupan.
Undang-undang memang menjadi pedoman dasar dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Namun, suatu undang-undang akan semakin hilang relevansinya seiring
berjalannya waktu. Hal ini karena sifat manusia dan lingkungan yang selalu dinamis
atau bergerak dan berubah. Sedangkan, undang-undang lebih bersifat statis atau
cenderung mengalami perubahan yang lambat dibandingkan dengan perkembangan
manusia. Maka dari itulah, perlu adanya amandemen undang-undang dasar suatu
negara. Amandemen adalah penyempurnaan atau penambahan terhadap pasal-pasal
dalam undang-undang dengan tujuan mengikuti perkembangan zaman. Suatu
amandemen biasanya dilaksanakan karena beberapa hal maupun tujuan mendasar,
seperti : untuk menyempurnakan pasal-pasal tertentu yang ada di dalam undang-
undang, menjelaskan dengan lebih baik akan suatu pasal yang memiliki multi-tafsir
(penafsiran ganda terhadap suatu pasal tertentu), menjaga relevansi antara undang-
undang yang ada dengan keadaan lingkungan atau kehidupan yang semakin
berkembang, dan lain sebagainya. Namun, bagaimanapun juga, suatu amandemen
harus dilaksanakan tanpa merubah konsep dasar proklamasi dan Pembukaan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan dengan tetap mempertahankan
sistem pemerintahan presidensiil (menetapkan presiden sebagai kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan dalam suatu negara). Selain itu, amandemen harus
bersifat addendum. Addendum merupakan sifat dalam mengamandemen pasal
undang-undang dengan menyertakan naskah atau pasal asli sebelum direvisi atau
amandemen (tanpa menghilangkan pasal asli). Suatu pihak yang ingin melakukan
amandemen terhadap undang-undang dasar Indonesia tentunya juga harus meneliti
terlebih dahulu undang-undang yang telah ada sebelumnya. Sehingga, meminimalisir
terjadinya tabrakan antara pasal-pasal yang ada antara pasal yang setelah
diamandemen dengan pasal yang sebelumnya ada.
Pada intinya, suatu amandemen sangatlah penting dilakukan. Amandemen
dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan atau menyempurnakan suatu pasal-
pasal yang ada dalam undang-undang dasar agar menjadi semakin relevan terhadap
perkembangan zaman yang terus dinamis, terlebih manusia dan lingkungannya. Agar,
suatu undang-undang dapat benar-benar menjadi pedoman masyarakat untuk berpikir,
bersikap, dan bertindak sesuai dengan yang diharapkan.
1.2. Rumusan Masalah
- Bagaimana relevansi UUD 1945 dengan zaman sekarang?
- Mengapa suatu undang-undang perlu diamandemen?
- Bagaimana refleksi kritis terhadap amandemen UUD 1945?
1.3. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui relevansi antara UUD 1945 dengan zaman sekarang.
- Untuk mengetahui tujuan dilakukannya amandemen terhadap undang-undang.
- Untuk melakukan refleksi secara kritis terhadap amandemen UUD 1945.
1.4. Landasan Teori
Pada awalnya, Jepang menyadari bahwa kedudukan mereka semakin terdesak
dan tidak dapat dihindarkan lagi bahwa tuntutan diberikannya kemerdekaan kepada
Indonesia oleh para pemimpin negara. Kemudian, untuk menepati janjinya, Perdana
Menteri Jepang pada saat itu – Koiso – membentuk BPUPKI (Badan Penyelidikan
Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia) yang kemudian diberikan janji kemerdekaan
pada September 1945. BPUPKI dibentuk tanggal 29 April 1945. BPUPKI juga
disebut Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dan diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat
dan R.P. Soeroso sebagai wakil ketuanya. Tujuannya adalah untuk memikirkan,
merancang, serta mengawasi segala sesuatu yang menyangkut mengenai persiapan
kemerdekaan Indonesia di kemudian hari. Pada masa sidang pertama yang
berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan
gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama Pancasila. Pada tanggal 22
Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9
orang untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD
1945.
Kemudian, semua rangkaian di atas berpucak pada satu tanggal yang menjadi
sangat penting dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Akhirnya, setelah
sekian lama bangsa Indonesia dijajah, Indonesia dapat memproklamasikan dan
memerdekakan dirinya dari para penjajah negara lain. Hal ini tidak lain dan tidak
bukan merupakan perjuangan dari para pahlawan dan para masyarakat Indonesia
dalam hal mengusir penjajah yang pada saat itu Indonesia masih dikuasai oleh negara
Jepang. Ir. Soekarno memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945 di Jl. Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta Pusat yang dihadiri oleh
ribuan orang yang ingin menyaksikan dan telah menunggu-nunggu kebebasan mereka
dari para penjajah. Kemudian setelah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia,
perjuangan para pembentuk bangsa belum selesai. Karena, satu hal yang penting yang
harus dimiliki oleh suatu negara yang berdiri adalah memiliki suatu undang-undang
atau aturan yang menjadi pedoman bagi masyarakatnya dalam berpikir, bersikap, serta
bertindak dalam kehidupan. Maka dari itu, pada tanggal 18 Agustus 1945, dibentuklah
sidang untuk menetapkan undang-undang dasar, memilih presiden dan wakil presiden
di gedung Pejambon, Jakarta. Sidang tersebut dipimpin oleh Ir. Soekarno sebagai
ketua dan Mohammad Hatta sebagai wakil ketua. Sehingga, pada saat itu terciptalah
undang-undang dasar negara republik Indonesia yang kini kita jadikan sebagai
pedoman dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku kita dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, mengenai bentuk negara misalnya, dianggap oleh para anggota sebagai
masalah yang sangat penting. Maka sebelum diadakan pemungutan suara antara
republik atau kerajaan, terlebih dahulu secara khidmat diadakan doa dan
mengheningkan cipta, supaya Tuhan memberikan pikiran yang suci dan murni dalam
pemilihan antara dua bentuk negara tersebut. Dengan suara mutlak, maka bentuk
negara ditetapkan sebagai negara kesatuan yang berbentuk republik. Mengenai bentuk
negara yang didirikan itu di luar sidang PPKI sempat mengundang kericuhan. Dalam
sidang yang terakhir pada tanggal 16 Juli 1945 yang berjalan secara marathon,
akhirnya sidang dapat menyetujui rancangan hukum negara Indonesia yang terdiri
atas 3 bagian, yaitu:
1. Pernyataan Indonesia Merdeka
2. Pembukaan yang memuat Pancasila secara lengkap
3. Batang Tubuh UUD yang tersusun atas pasal-pasal
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Relevansi UUD 1945 dengan Zaman Sekarang
Secara tidak sempurna atau informal, kami memaknai kata relevansi sebagai
suatu kata yang merujuk pada keterkaitan antara satu hal dengan hal yang lainnya.
Tentunya, dalam topik bahasan ini adalah relevansi atau keterkaitan antara UUD 1945
dengan perkembangan zaman yang terus berjalan dari dulu hingga detik ini.
Perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang tidak hanya
mempengaruhi kehidupan manusia dari segi ekonomi, pendidikan, budaya, dan
teknologi saja. Namun, perkembangan tersebut juga mempengaruhi efektivitas UUD
1945 yang menjadi pedoman dasar dalam berbangsa dan bernegara di negara
Indonesia. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, perlu adanya
penyesuaian kembali antara apa yang ada dalam pasal-pasal UUD 1945 dengan
perkembangan yang ada dalam kehidupan. Karena, jika tidak disesuaikan atau tidak
diamandemen, maka bisa jadi peraturan yang tercantum dalam UUD 1945 tidak
lengkap atau memiliki kekurangan dalam mengatur suatu hal. Hal tersebut
dikarenakan belum adanya aturan mengenai hal yang berkaitan dengan perkembangan
sesuatu bidang di dalam kehidupan kita. Misalnya saja perundangan yang mengatur
tentang internet. Bisa jadi, hari ini, UUD 1945 masih efektif dalam mengatur
mengenai hal yang berhubungan dengan internet (hacking, cracking, dll), namun coba
bayangkan dalam 10 tahun ke depan. Jika 10 tahun ke depan pasal-pasal di dalam
UUD 1945 tidak diamandemen, maka bisa jadi akan terjadi pelanggaran yang
menyangkut masalah perkembangan itu sendiri. Seperti dalam contoh tadi, bisa jadi
10 tahun lagi internet bisa digunakan untuk menguasai dunia. Untuk itu, perlu adanya
amandemen atau penyempurnaan pasal-pasal yang ada dalam peraturan undang-
undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 tersebut.
2.2. Tujuan Dilakukannya Amandemen Undang-Undang
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa perkembangan dalam kehidupan
akan selalu terjadi. Hal tersebut memaksa hampir di segala bidang harus mengikuti
perkembangan tersebut, khususnya UUD 1945 agar dapat relevan dengan
perkembangan zaman. Tujuan dilakukannya amandemen adalah untuk
menyempurnakan, memperbaiki, dan melengkapi, serta menjelaskan kembali setiap
poin-poin aturan yang terkandung dalam setiap pasal yang ada dalam UUD 1945. Hal
ini ditekankan untuk menambah efektif UUD 1945 sebagai pedoman hidup berbangsa
dan bernegara oleh warga Indonesia. Tentunya, suatu perilaku amandemen tidak
dilakukan tanpa alasan. Adapun beberapa alasan kenapa suatu pasal diamandemen
adalah : adanya pasal-pasal yang kurang jelas baik aturannya maupun sanksi yang
diberikan atas aturan tersebut, kemudian ada juga alasan yang hampir mirip yaitu
adanya pasal yang menimbulkan multi-tafsir (dapat ditafsirkan dalam berbagai
gambaran sekaligus memiliki ambiguitas dalam pasal tersebut) bagi orang yang
membaca peraturan tersebut. Sekaligus tujuan utama dari proses amandemen adalah
untuk merelevankan pedoman yang ada dalam UUD 1945 terhadap perkembangan
zaman yang semakin pesat di dalam kehidupan.
1.3. Refleksi Kritis Terhadap Amandemen UUD 1945
Di sini, kami ingin mencoba merefleksikan, sejauh mana amandemen UUD
1945 memiliki efektivitas serta relevansi pada perkembangan zaman. Berikut ini
beberapa pasal hasil amandemen yang coba kami amati dan pahami :
Pasal 7
Sebelum Amandemen
Presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali.
Sesudah Amandemen
Presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk 1 kali
masa jabatan. (Perubahan pertama tahun 1999 pasal 7)
Refleksi :
Ketidakjelasan terdapat pada pasal 7 sebelum amandemen. Dalam pasal ini
mengandung sifat multi-tafsir (penafsiran ganda yang disebabkan oleh ambiguitas)
yang menyatakan berarti presiden dan wakil presiden bisa menjabat seumur hidup
atau dipilih berkali-kali (lebih dari dua kali) sehingga menghasilkan kekuasaan
absolut serta otoriter dari pihak presiden dan wakil presiden itu sendiri.
Namun, sesudah di amandemen, isi dari pasal tersebut menjadi jelas yaitu
presiden yang dipilih masyarakat hanya dapat terpilih untuk dua kali masa jabatan
paling banyak. Contoh kasus terjadinya penyimpangan akibat multi-tafsir (penafsiran
ganda) dari pasal 7 sebelum di amandemen, yaitu:
1. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno menyatakan
dirinya sebagai Presiden seumur hidup.
2. Pada masa Presiden Soeharto, beliau menjabat selama 7 kali masa jabatan karena
didukung dengan sebagian besar kekuasaan di segala bidang dengan ke-
otoriteran-nya.
Pasal 33
Sebelum Amandemen
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Sesudah Amandemen
Menambah 2 ayat :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
(Perubahan keempat tahun 2002)
Refleksi:
Sebelumnya, pada pasal 33 ini masih kurang jelas dalam hal efisiensi. Pasal
sebelum amandemen pada ayat ke tiga tersebut menjelaskan bahwa bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sepintas ayat tersebut sudah jelas memiliki
tujuan yang baik karena memehatikan nasib rakyat. Namun, akankah lebih baiknya
jika ayat tersebut ditambahkan kalimat ‘secara efisien’. Mungkin dengan penambahan
tersebut, pihak negara tidak menjadi rakus dalam mempergunakan kekayaan alam
yang ada namun lebih memperhatikan bagaimana efisiensi penggunaan kekayaan
alam tersebut. Terlebih saat ini, kenyataan tidak seperti apa yang diharapkan.
Sekarang kekayaan di Indonesia bukan lagi dimiliki oleh pihak negara Indonesia,
namun juga orang asing atau perusahaan luar negeri yang membuka lahan perusahaan
di Indonesia (seperti : P.T. Freeport di Papua) yang tentunya juga mempergunakan
sumber daya dan kekayaan alam bangsa Indonesia namun bukan untuk kepentingan
bangsa Indonesia. Tapi untuk kepentingan pemilik perusahaan dan orang-orang yang
bekerja dalam perusahaan tersebut saja. Seharusnya, pemerintah juga turut berperan
penting dalam menjaga keefektifan pasal ini, begitu banyak cara yang dapat dilakukan
oleh pemerintah. Misalnya saja dengan membatasi pembuatan perusahaan di lahan
Indonesia yang menggunakan kekayaan sumber daya Indonesia. Bisa juga membuat
peraturan bahwa setiap perusahaan yang ada di Indonesia wajib untuk ikut serta
menjaga kekayaan bangsa Indonesia yang ditujukan bagi kesejahteraan warga, dan
masih banyak cara yang lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam mendukung
terciptanya relevansi dan keefektifan dari pasal ini terhadap kenyataan yang ada
dalam kehidupan.
Pasal 31
Sebelum Amandemen
1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
2. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan undang-undang.
Sesudah Amandemen
1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencedaskan kehidupan bangsa, yang diatur dalam undang-
undang.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
(Perubahan keempat tahun 2002)
Refleksi:
Pada pasal ini sebelum amandemen terlihat sekali bahwa pemerintah hanya
memberikan hak dan mengusahakan saja. Tetapi sesudah diamandemen, ayat-ayat
yang ada dalam pasal ini semakin baik adanya. Salah satunya karena dalam ayat ini,
pemerintah dihimbau untuk benar-benar berperan aktif dalam rangka membantu
rakyat tidak mampu maupun kekurangan dalam hal mendapatkan suatu keadilan,
khususnya dalam hal ini dalam bidang pendidikan. Selain itu juga, dalam amandemen
ayat pada pasal 31 ini, pemerintah lebih menjunjung tinggi nilai kepercayaan agama
dan persatuan bangsa melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut begitu
jelas memiliki manfaat yang baik bagi rakyat Indonesia, dimana agar masyarakat
Indonesia bisa mengalami kemajuan dalam kehidupannya tanpa menghilangkan nilai-
nilai akhlak moral dan kepercayaan yang ada pada dirinya. Kini, merupakan tugas
yang tidak mudah bagi pemerintah dan warga negara Indonesia dalam
mewujudkannya menjadi kenyataan, melihat di tahun-tahun sebelumnya hal ini masih
kurang maksimal mendapatkan perhatian oleh pemerintah. Namun, semoga harapan
tersebut mampu menjadi kenyataan sehingga bangsa Indonesia lebih mengarah
menuju ke arah yang lebih baik lagi di kemudian hari.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Seiring perkembangan zaman, pastinya kita akan selalu mengalami
perkembangan pula. Perkembangan tersebut akan sangat berpengaruh pada hampir
semua bidang dalam kehidupan. Dalam bidang yang berhubungan dengan peraturan
perundangan, perlu diadakannya amandemen. Amandemen merupakan salah satu
jalan untuk mencapai kesempurnaan serta keefektifan aturan yang ada dalam UUD
1945 terhadap perkembangan zaman tersebut. Namun, perlu diingat juga bahwa
sebelum melakukan amandemen, sebaiknya diadakan penelitian secara lebih cermat
terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan agar proses dalam mengamandemen tidak
menyebabkan pertentangan dengan ayat-ayat maupun pasal-pasal yang lain dalam
UUD 1945. Tentunya, amandemen sebaiknya dilakukan demi menyempurnakan,
memperbaiki, memperjelas, dan melengkapi aturan-aturan yang tadinya masih bersifat
ambigu atau kurang jelas. Sehingga, aturan yang terdapat dalam UUD 1945 dapat
secara efektif diterapkan sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Terkhusus juga agar UUD 1945 dapat menjadi sumber atau pedoman berbangsa dan
bernegara yang relevan terhadap perkembangan zaman yang semakin berkembang di
setiap detiknya.
Di samping itu semua, kita hendaknya sebagai seorang warga negara juga
turut mengawasi serta mengkritisi ayat-ayat maupun pasal-pasal yang ada baik
sebelum maupun yang sesudah diamandemen. Agar kita juga mampu membantu
pemerintah dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan dan tercantum
dalam pembukaan undang-undang dasar tahun 1945. Terlebih, tidak hanya
mengawasi dan mengkritisi, namun jauh lebih baik lagi jika kita turut berperan aktif
dalam mencapai tujuan negara berdasarkan aturan dan pedoman yang terdapat dalam
UUD 1945 tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirosoedirdjo, Soemali dkk. 1986. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945
dan Pancasila. Jakarta : Sapdodadi.
Tim Penyusun. 1983. UUD 1945. P-4. GBHN (TAP NO: II/MPR/1983). Jakarta : UIP.
Widarta. 2003. Naskah Amandemen UUD ’45 th. 2002. Yogyakarta : Pustaka Kendi.
http://carapedia.com/sistem_pemerintahan_presidensiil_info217.html (diakses pada
tanggal 23 April 2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia (diakses pada
tanggal 23 April 2013)