refleksidanrekonstruksipendiidkanislam
TRANSCRIPT
![Page 1: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/1.jpg)
Refleksi Dan Rekonstruksi Pendidikan Islam:Model Pendidikan Pesantren A La
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo
==========================================================Oleh: K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.**
A. PENDAHULUAN
1926 merupakan tahun bersejarah bagi umat Islam Indonesia. Pada tahun tersebut umat Islam
Indonesia mengadakan kongres di Surabaya yang berlangsung dari tanggal 18-23 September
1926. Kongres ini dihadiri oleh tokoh-tokoh utama umat dari berbagai golongan, antara lain,
sekadar menyebut sebagai misal, H.O.S. Cokroaminoto, Kyai Mas Mansyur, H. Agus Salim, A.M.
Sangaji, dan Usman Amin. Di antara keputusan penting yang disepakati oleh Kongres Umat Islam
ini adalah mengirim seorang utusan untuk menghadiri Muktamar Islam se- Dunia yang akan
diselenggarakan dalam waktu dekat di Mekkah. Kongres menyepakati bahwa utusan yang akan
dikirim itu sekurang-kurangnya mahir berbahasa Arab dan Inggris. Di sinilah kemudian timbul
masalah tentang siapa yang akan menjadi utusan. Karena tidak seorang pun dari peserta
Kongres yang menguasai kedua bahasa tersebut dengan baik. Akhirnya dipilihlah dua orang
utusan; yang satu pandai berbahasa Inggris, yaitu H.O.S. Cokroaminoto, dan satu lagi adalah
Kyai Mas Mansyur yang mahir berbahasa Arab.
Peristiwa pemilihan utusan dengan kriteria semacam ini meninggalkan kesan sangat kuat
dalam diri K.H. Ahmad Sahal, yang menjadi peserta Kongres mewakili umat Islam di wilayah
Madiun. Sepulang dari Kongres masalah ini menjadi topik pembicaraan bersama kedua adiknya
dan merupakan masukan pemikiran yang sangat berharga bagi bentuk dan ciri lembaga
pendidikan yang akan dibina, yang meletakkan B. Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar
dalam belajar dan bahasa komunikasi harian para santri.
Dengan kata lain, peristiwa ini juga bisa dikatakan sebagai pemicu langsung bagi
kebangkitan semangat para pendiri pondok ini untuk mendirikan Pondok Gontor. Maka pada
tahun 1926 ini juga Pondok Gontor didirikan.
Momen historis lain yang patut dicatat pada tahun 1926 ini dan sekaligus sebagai hasil
dari Kongres Umat Islam di Surabaya ini adalah berdirinya sebuah organisasi masa Islam
“Nahdlatul Ulama,” salah satu organisasi Islam yang sangat besar di negeri ini.
Tulisan ini berusaha memotret secara singkat mengenai sistem pendidikan pesantren,
khususnya di Pondok Modern Darussalam Gontor.
B. PENDIDIKAN PESANTREN DI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR
Secara umum pesantren atau pondok bisa didefinisikan sebagai “lembaga pendidikan Islam
dengan sistem asrama, kyai sebagai sentral figurnya dan masjid sebagai titik pusat yang
Disampaikan dalam Seminar tentang “Refleksi dan Rekonstruksi Pendidikan Islam,” diselenggarakan oleh Yayasan al-Kautsar, 31 Oktober 2002, di Jakarta Design Center.
![Page 2: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/2.jpg)
menjiwainya.” Definisi ini menunjukkan bahwa inti dari dunia pesantren adalah pendidikannya.
Pendidikan di dunia pesantren yang berlangsung 24 jam dengan sistem asrama semacam itu
tentu saja mencakup suatu bidang yang sangat luas, meliputi aspek-aspek spiritual, intelektual,
moral-emosional, sosial, dan termasuk juga aspek pendidikan fisik.
Dalam perjalanannya yang panjang, lembaga pendidikan pesantren telah berkiprah
secara signifikan pada setiap zaman yang dilaluinya; baik sebagai lembaga pendidikan dan
pengembangan ajaran-ajaran Islam, sebagai kubu pertahanan Islam, sebagai lembaga
perjuangan dan dakwah, maupun sebagai lembaga pemberdayaan dan pengabdian masyarakat.
Karena itu, hingga kini, eksistensi pesantren tetap dipertahankan dan bahkan terus
dikembangkan agar dapat meningkat kualitas dan kuantitas peran dan kontribusinya bagi
kemajuan dan kesejahteraan bangsa, lahir-batin dan dunia-akhirat.
Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah salah satu dari sekian banyak
pondok yang telah ikut andil dalam pembangunan bangsa ini. Andil Gontor ini terlihat dari peran
para alumninya yang tersebar beragam dalam berbagai sektor kehidupan; baik dalam sekala
regional, nasional, maupun internasional. Mereka ada yang menjadi ulama atau kyai,
cendekiawan, pengusaha, pejabat sipil ataupun militer, politisi, da’i, guru, dosen, seniman,
budayawan, dll. Selain itu, kini telah banyak alumni PMDG ini yang mendirikan dan mengelola
lembaga pendidikan pesantren di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Saat ini tidak kurang dari
150 pondok pesantren besar dan kecil yang telah didirikan dan dikelola oleh alumni PMDG yang
tesebar di seluruh Indonesia, dan bahkan di luar negeri.
1. MENGAPA SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN?
Pada tahun-tahun sekitar berdirinya Pondok Gontor, terdapat dua sistem pendidikan Islam
yang menonjol yang dikembangkan oleh para pengelola lembaga pendidikan Islam di
negeri ini: lembaga pendidikan Islam tradisional yang lazim diwakili oleh dunia pesantren
dan lembaga pendidikan Islam modern yang mengadopsi sistem pendidikan Belanda yang
biasa diwakili oleh lembaga pendidikan/sekolah-sekolah Muhammadiyah. Setelah
mengamati model-model lembaga pendidikan Islam di atas dan juga berbagai sistem
pendidikan lain baik di dalam maupun di luar negeri, para pendiri Gontor akhirnya memilih
untuk mengintegrasikan dua sistem pendidikan di atas, yakni integrasi antara sistem
pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan modern. Idealisme, jiwa, dan falasafah
hidup berikut sistem asramanya tetap mengacu kepada khazanah dunia pesantren, tetapi
penyelenggaraannya dilakukan secara efektif dan efisien yang menjadi kekhasan sistem
pendidikan modern.
Lebih lanjut, alasan mengapa sistem pendidikan pesantren menjadi pilihan untuk
mewujudkan cita-cita luhur tersebut, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pesantren adalah sistem pendidikan berasrama di mana tri pusat
pendidikan menjadi satu kesatuan yang terpadu. Sekolah, keluarga, dan masyarakat
berada dalam satu lingkungan sehingga lebih memungkinkan penciptaan suasan yang
2
![Page 3: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/3.jpg)
kondusif, yang terkait dengan peran ketiga pusat pendidikan tersebut, dalam mencapai
tujuan pendidikan.
b. Pesantren adalah sebuah masyarakat mini yang terdiri dari
santri, guru, dan pengasuh/kyai. Ini adalah sebuah masyarakat kecil (a mini society) yang
sesungguhnya. Dalam tradisi pesantren para santri merupakan subjek dari proses
pendidikan, mereka mengatur kehidupan mereka sendiri (self government) melalui
berbagai aktifitas, kreatifitas, dan interaksi sosial yang sangat penting artinya bagi
pendidikan mereka.
c. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang berasal dari,
dikelola oleh, dan berkiprah untuk masyarakat, sehingga paradigma pendidikan yang
berorientasi pada Community Based Education (CBE) bagi dunia pesantren sudah bukan
lagi wacana.
d. Orientasi pendidikan pesantren adalah kemasyarakatan.
Lingkungan pesantren diciptakan untuk mendidik santri agar dapat menjadi anggota
masyarakat yang mandiri dan bermanfaat. Pendidikan ini menjadikan alumni pesantren
tidak canggung untuk terjun dan berjuang ke masyarakat, sehingga, dalam bidang
pekerjaan misalnya, dapat dikatakan tidak ada istilah nganggur (nunggu pekerjaan) bagi
tamatan pesantren.
e. Pesantren lebih mementingkan pendidikan daripada pengajaran.
Pendidikan pesantren lebih mengutamakan pembentukan mental karakter yang
didasarkan pada jiwa, falsafah hidup, dan nilai-nilai pesantren. Adapun pengetahuan
yang diajarkan adalah sebagai tambahan dan kelengkapan.
f. Hubungan antara anggota masyarakat pesantren berlangsung
dalam suasana ukhuwwah Islamiyyah yang bersumber pada tauhid dan prinsip-prinsip
akhlak karimah. Suasana ini tertanam dalam jiwa santri dan menjadi bekal berharga
untuk kehidupan di luar masyarakat pesantren.
g. Pendidikan pesantren didasarkan pada prinsip-prinsip
keikhlasan, kejuangan, pengorbanan, kesederhanaan, kemandirian, persaudaraan, dan
kebebasan berpikir, sehingga bagi pesantren tidak ada masalah apapun dengan
paradigma School Based Management (SBM).
h. Dalam masyarakat pesantren, kyai atau pimpinan pesantren
selain berfungsi sebagai central figure juga menjadi moral force bagi para santri dan
seluruh penghuni pesantren. Hal ini adalah suatu kondisi yang mesti bagi dunia
pendidikan, tetapi kenyataannya jarang didapati dalam sistem pendidikan selain
pesantren.
2. IDE TRIMURTI
Ide Trimurti adalah nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang mendasari seluruh proses pendidikan
dan pengajaran di Gontor.
3
![Page 4: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/4.jpg)
a. Visi
1) Menjadi tempat ibadah, talabul ilmi, dan tempat mencari rida Allah.
2) Menjadi sumber pengetahuan Islam, bahasa al-Qur’an/B. Arab, ilmu pengetahuan, dan
tetap berjiwa pondok.
b. Misi
1) Membentuk karakter/pribadi umat yang unggul dan berkualitas, yang berbudi tinggi,
berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat
kepada masyarakat.
2) Mempersiapkan warga negara yang berkepriba-dian Indonesia yang bertakwa kepada
Allah SWT.
c. Jiwa
Jiwa ini biasa disebut Panca Jiwa Pondok Pesantren, sebagaimana yang telah
dirumuskan dan disampaikan oleh K.H. Imam Zarkasyi pada Seminar Pondok Pesantren
seluruh Indonesia tahap pertama di Yogyakarta, 4-7 Juli 1965, yaitu:
1) Jiwa Keikhlasan
Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu itu bukan karena didorong oleh
keinginan memperoleh keuntungan tertentu. Segala pekerjaan dilakukan dengan niat
semata-mata ibadah, lillah. Kyai ikhlas dalam mendidik, santri ikhlas dididik dan
mendidik diri sendiri, dan para pembantu kyai ikhlas dalam membantu menjalankan
proses pendidikan.
2) Jiwa Kesederhanaan
Kehidupan di dalam pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak
berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam
kesederhanaan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan, dan
penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup. Di balik kesederhanaan ini
terpancar jiwa besar, berani maju, dan pantang mundur dalam segala keadaan.
3) Jiwa Berdikari
Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri ini tidak saja dalam arti bahwa santri
sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, tetapi pondok
pesantren itu sendiri—sebagai lembaga pendidikan—juga harus sanggup berdikari
sehingga tidak pernah menyandarkan kelangsungan hidupnya kepada bantuan atau
belas kasihan pihak lain.
4) Jiwa Ukhuwwah Islamiyyah
Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga
segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan keagamaan.
Ukhuwwah ini bukan saja selama mereka belajar di Pondok, tetapi juga mempengaruhi
ke arah persatuan umat dalam masyarakat sepulang para santri itu dari Pondok.
5) Jiwa Bebas
4
![Page 5: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/5.jpg)
Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam
memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar. Tentu
saja kebebasan ini adalah bebas di dalam garis-garis disiplin yang positif, dengan penuh
tanggungjawab; baik di dalam kehidupan pondok pesantren itu sendiri, maupun dalam
kehidupan masyarakat.
d. Moto
Motto pendidikan dan pengajaran di Gontor adalah berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas
e. Orientasi Pendidikan
Orientasi pendidikan di Gontor adalah kemasyarakatan, kesederhanaan, kaderisasi,
dan lebih dari itu adalah ibadah thalabul ilmi.
f. Sintesa Unsur-unsur Pendidikan di PMDG
Pada awal pembukaan Pondok Gontor, para pendirinya telah mengkaji beberapa lembaga
pendidikan terkenal dan maju saat itu. Mereka merumuskan suatu sintesa unsur-unsur
utama dari berbagai lembaga pendidikan yang diperhatikannya.
1) Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, dengan keabadian dan kepemilikan wakafnya.
2) Pondok Syanggit di Afrika, dengan kedermawanan dan keikhlasan para pengasuhnya.
3) Universitas Muslim Aligarh di India, dengan modernisasinya.
4) Shantiniketan, di India, dengan kedamaiannya.
g. Falsafah
Falsafah yang mewarnai dan mendasari gerak dan aktifitas di Gontor adalah
1) Falsafah Kelembagaan
a) Pondok Modern Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan.
b) Pondok adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan.
c) Pondok itu milik umat, bukan milik kyai.
2) Falsafah Kependidikan
b) Jadilah ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama.
c) Hidup sekali, hiduplah yang berarti.
d) Berjasalah tetapi jangan minta jasa.
e) Mau dipimpin dan siap memimpin, patah tumbuh hilang berganti.
f) Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja.
g) Apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami santri sehari-hari harus
mengandung unsur pendidikan.
h) Seluruh mata pelajaran harus mengandung pendidikan akhlak.
i) In uridu illa al-ishlah.
j) Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat untuk sesamanya.
k) Pendidikan itu by doing, bukan by lip.
l) Perjuangan itu memerlukan pengorbanan: bondo, bahu, pikir, lek perlu sak
nyawane.
m) I’malu fauqa ma ‘amilu.
5
![Page 6: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/6.jpg)
n) Hanya orang penting yang tahu kepentingan, dan hanya pejuang yang tahu arti
perjuangan.
o) Jadilah orang yang kaya iman, kaya ilmu, kaya budi, kaya jasa; biarpun
miskin/kurang harta, asal jangan miskin budi, miskin jasa, miskin hati; syukur jika
kaya harta pula.
3) Falsafah Pembelajaran
a) Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa
guru lebih penting daripada guru itu sendiri.
b) Pondok memberi kail, tidak memberi ikan.
c) Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian.
d) Ilmu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu untuk ibadah dan amal.
e) Pelajaran di Pondok: agama 100% dan umum 100%.
3. LEMBAGA PENYELENGGARA PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DI PM. GONTOR
Untuk memperlancar dan menjamin keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran, di
Gontor terdapat beberapa lembaga yang menyelenggarakan proses ini baik secara langsung
maupun tidak. Lembaga tertinggi di Gontor ialah Badan Wakaf, sebuah badan legislatif yang
bertanggungjawab secara menyeluruh atas pelaksanaan dan perkembangan pendidikan dan
pengajaran. Tugas dan kewajiban keseharian dari lembaga ini dijalankan oleh Pimpinan
Pondok sebagai mandataris Badan Wakaf yang memimpin seluruh lembaga di Gontor dan
bertanggungjawab kepada Badan Wakaf Pondok Modern Gontor. Saat ini Pondok Modern
Gontor dipimpin oleh K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., K.H. Hasan Abdullah Sahal, dan
Drs. K.H. Imam Badri. Di tingkat menengah terdapat dua lembaga yang secara langsung
menangani pendidikan dan pengajaran, yaitu Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) yang
dipimpinan oleh Direktur KMI dan lembaga Pengasuh Santri yang dipimpin oleh Pimpinan
Pondok. KMI menangani pendidikan intrakurikuler dan sebagian kegiatan ko-kurikuler,
sedangkan Pengasuh Santri menangani kegiatan ekstra kurikuler dan sebagian kegiatan ko-
kurikuler.
a. Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI)
Kulliyatu-l-Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) didirikan tanggal 19 Desember 1936, sebagai
lembaga penyelenggara pendidikan tingkat menengah dengan masa belajar 6 tahun (bagi
lulusan SD) dan 4 tahun (bagi lulusan SLTP/SLTA/PT) ini.
1) Kurikulum
Mengenai kurikulum KMI akan dibahas dalam bagian tersendiri.
2) Bahasa yang Digunakan
Bahasa pengajaran menggunakan bahasa Arab untuk bidang studi bahasa Arab dan
Dirasah Islamiyah, bahasa Inggris untuk bidang studi bahasa Inggris, dan bahasa
Indonesia untuk bidang studi IPA, IPS, dan kewarganegaraan.
3) Tenaga Pengajar
Guru-guru yang mengajar di KMI adalah tamatan dari KMI sendiri dan alumni berbagai
6
![Page 7: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/7.jpg)
perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri yang memegang gelar S1, S2, dan
S3.
4) Siswa
a) Siswa KMI memiliki latarbelakang pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi dan berasal dari seluruh pelosok
Nusantara serta dari manca negara, seperti Malaysia, Thailand, Saudi Arabia,
Australia, Singapura, dan pernah ada juga siswa yang berasal dari Suriname,
Somalia, Jepang, dan Belanda.
b.Pengasuhan Santri
Pengasuhan santri adalah lembaga yang mendidik dan membina langsung seluruh kegiatan
ekstra-kurikuler santri tingkat menengah (KMI) dan santri tingkat perguruan tinggi (ISID).
Kegiatan santri di tingkat menengah mencakup kegiatan-kegiatan yang diselengarakan oleh
Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan Organisasi Kepramukaan, sedangkan
kegiatan santri tingkat perguruan tinggi (mahasiswa) adalah kegiatan yang dikelola oleh
Dewan Mahasiswa. Selain itu beberapa kegiatan pengajaran di tingkat KMI juga ditangani
oleh Pengasuhan santri, dan begitu pula sebaliknya. Semua itu merupakan integrasi
pendidikan dan pengajaran di Gontor.
1) Kegiatan Santri
a) Kegiatan Berorganisasi
Kegiatan berorganisasi ini merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan
santri sehari-hari, sebab berorganisasi di Pondok ini berarti pendidikan untuk mengurus
diri sendiri dan tentu saja orang lain. Seluruh kehidupan santri selama berada di dalam
Pondok diatur oleh mereka sendiri dengan dibimbing oleh santri-santri senior atau guru-
guru. Kegiatan-kegiatan ini selalu didasari oleh nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang
ditanamkan dalam kehidupan santri di pesantren di bawah bimbingan dan pimpinan kyai.
Di tingkat santri tingkat menengah terdapat dua organisasi, yaitu:
(1) Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM)
Pelaksana OPPM adalah santri-santri kelas akhir yang terpilih secara demokratis.
Pemilihan Ketua dan Pengurus Organisasi ini diadakan setahun sekali. Pada setiap
bulan Ramadan atau sebelum memasuki tahun ajaran baru mereka mengadakan
Musyawarah Kerja untuk merancang Program Kerja selama satu periode masa bakti.
Pada setiap akhir masa jabatan, pengurus Organisasi ini melaporkan kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan selama setahun di depan seluruh santri dan guru-
guru serta pimpinan-pimpinan lembaga dan Pimpinan Pondok. Seusai laporan
pertanggungjawaban diadakan serah terima jabatan dari pengurus lama ke pengurus
baru terpilih.
Kegiatan- kegiatan santri di dalam Pondok diurus oleh 20 bagian dalam OPPM.
Bagian-bagian tersebut terdiri dari pengurus harian: ketua, sekretaris, bendahara, dan
keamanan, dan 16 bagian yang lain, yaitu: Bagian Pengajaran, Bagian Penerangan,
7
![Page 8: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/8.jpg)
Bagian Kesehatan, Bagian Olahraga, Bagian Kesenian, Bagian Kesenian, Bagian
Perpustakaan, Bagian Koperasi Pelajar, Bagian Penerimaan Tamu, Bagian Koperasi
Dapur, Bagian Warung Pelajar, Bagian Penggerak Bahasa, Bagian Penatu, Bagian
Fotografi, dan Bagian Bersih Lingkungan.
(2) Kegiatan Kepramukaan
Gerakan Pramuka di Pondok Modern Gontor dianggap sangat penting sebagai sarana
pendidikan yang dapat membentuk kepribadian, mental, dan akhlak mulia untuk bekal
para santri dalam hidup bermasyarakat. Sejak Gerakan Pramuka ini berdiri dengan
nama Kepanduan "Bintang Islam", para pendiri Pondok Modern Gontor telah
mewajibkan seluruh santri untuk aktif dalam kegiatan kepramukaan. Karena itu,
seluruh santri Pondok Modern adalah anggota Pramuka. Kegiatan kepramukaan ini
ditangani oleh organisasi yang disebut Koordinator Gugusdepan 15089 Pondok
Modern, di bawah pengawasan Majlis Pembimbing
Bagian-bagian dalam Koordinator Gerakan Pramuka Pondok Modern ini terdiri
dari: Ketua, Andalan Koordinator Urusan Kesekretariatan, Andalan Koordinator
Urusan Keuangan, Andalan Koordinator Urusan Latihan, Andalan Koordinator Urusan
Perpustakaan, Andalan Koordinator Urusan Kedai Pramuka, Andalan Koordinator
Urusan Perlengakapan. Kemudian ada Gugusdepan, terdiri dari 9 satuan pramuka.
2) Kegiatan Mahasiswa (Dewan Mahasiswa)
Kegiatan Dewan Mahasiswa ini berada di bawah koordinasi dan bimbingan Pengasuhan
Santri yang langsung ditangani oleh Pimpinan Pondok Modern Gontor. Dewan
Mahasiswa bertanggungjawab menganani segala kegiatan seluruh mahasiswa ISID.
Kepengurusan Dewan Mahasiswa dipilih melalui pemungutan suara. Pengurus DEMA
terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Departemen Riset dan Diskusi, Departemen
Kesenian, Departemen Olahraga, Departemen Komunikasi, Departemen Koperasi, dan
Departemen Kerohanian.
Beberapa organisasi lain di Pondok memiliki kaitan tidak langsung dengan proses
pendidikan dan pengajaran. Organisasi-organisasi tersebut adalah (a) Ikatan Keluarga
Pondok Modern (IKPM) yang menangani alumni atau eks-santri yang tersebar di seluruh
Indonesia dan di luar negeri, (b) Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok
Modern (YPPWPM) yang bertugas menyandang dana untuk memenuhi sarana dan
prasarana serta berbagai kebutuhan lain demi berlangsungnya proses pendidikan dan
pengajaran di Pondok, (c) Bagian Pembangunan Pondok yang bertanggungjawab
membangun dan memelihara prasarana pendidikan berupa gedung-gedung sekolah,
asrama, balai olah raga, perkantoran, dll., (d) Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren)
La Tansa yang mengupayakan usaha-usaha untuk mencukupi segala kebutuhan dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran melalui pendirian berbagai unit usaha
yang tergabung dalam Koperasi Pondok Pesantren ini (saat ini terdapat 20 unit usaha
yang tergabung dalam Kopontren La Tansa), dan (e) Balai Kesehatan Santri dan
8
![Page 9: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/9.jpg)
Masyarakat (BKSM) yang menangani pelayanan kesehatan untuk santri dan
masyarakat, juga melayani rawat nginap dan BKIA.
4. PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN: KURIKULUM
Kurikulum merupakan sebuah sistem yang memiliki komponen-komponen yang saling
mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan. Berikut ini akan
dibicarakan beberapa saja dari komponen kurikulum yang dimaksud sebagaimana yang
diamalkan di PMDG. Pada bagian pertama akan dibahas sisi intra-kurikuler (akademik),
sedangkan pada bagian berikutnya dibahas kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler (non-
akademik).
Di dunia pesantren, karena sistemnya yang integrated, agaknya cukup sulit
memisahkan sama sekali antara kurikululm intra dan ekstra, terkadang keduanya bisa
menjadi sifat dari satu kegiatan yang sama, sehingga dia bisa disebut dengan keduanya.
Karena itu pembagian ini hanyalah untuk memudahkan penyajiannya. Bahasan ini tidak
akan menyinggung kurikulum pendidikan tinggi Institut Studi Islam Darussalam (ISID),
hanya terbatas pada jenjang pendidikan menengah Kulliyatu-l-Mu’allimin al-Islamiyah
(KMI).
Karena PMDG mandiri dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran,
kurikulumnya pun disusun secara mandiri disesuaikan dengan program Pondok secara
keseluruhan. Materi ketrampilan, kesenian, dan olahraga tidak dimasukkan dalam
kurikulum, melainkan menjadi aktivitas ekstra-kurikuler, agar para santri dapat lebih bebas
memilih serta mengembangkan bakat sesuai dengan aktivitas yang ada.
a. Intra-Kurikuler
Sebelum membahas beberapa komponen di atas perlu dijelaskan lebih dulu mengenai
program belajar dan jam belajar di KMI. Untuk memberikan informasi tambahan mengenai
KMI, pada akhir pembahasan mengenai intra-kurikuler ini akan diuraikan secara singkat
mengenai kegiatan KMI yang diadakan secara berkala: harian, mingguan, tengah tahunan,
dan tahunan sebagai kelengkapan informasi untuk memperoleh gambaran yang agak
menyeluruh mengenai kurikulum di Gontor.
1) Program
Terdapat dua macam program yang ditempuh siswa di KMI PMDG: program reguler dan
program intensif. Program reguler untuk lulusan Sekolah Dasar atau Madrasah
Ibtida’iyah, dengan masa belajar 6 tahun. Sedangkan program intensif untuk lulusan SMP
atau MTs dan di atasnya, dengan masa belajar 4 tahun, dengan urutan kelas 1-3-5-6.
2) Jam Belajar
Jam belajar santri di KMI berlangsung dari jam 07.00WIB-12.50 WIB, dengan waktu
istirahat 2 kali: pertama jam 08.30-09.00 dan kedua jam 11.15-11.30. Waktu belajar
tersebut dibagi menjadi 7 jam pelajaran, masing-masing mendapat alokasi waktu 45 menit,
kecuali mata pelajaran pada jam ketujuh yang hanya diberi alokasi waktu 35 menit.
3) Tujuan
9
![Page 10: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/10.jpg)
Tujuan institusional umum dari kurikulum di KMI PMDG adalah mencetak santri yang
mukmin muslim, taat menjalankan dan menegakkan syari’at Islam, berbudi tinggi, berbadan
sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada bangsa dan
negara.
4) Isi
Kurikulum yang diterapkan di KMI bersifat akademik. Kurikulum tersebut dapat dibagi
menjadi beberapa bidang studi sebagai berikut:
a) Bahasa Arab (Semua disampaikan dalam Bahasa Arab): al-Imla’, al-Insya’, Tamrin al-
Lughah, al-Muthala’ah, al-Nahwu, al-Sharf, al-Balaghah, Tarikh al-Adab, dan al-Khat
al-`Arabi.
b) Dirasah Islamiyah (kelas II ke atas, seluruh materi ini menggunakan B. Arab): al-
Qur’an, al-Tajwid, al-Tauhid, al-Tafsir, al-Hadis, Mushthalah al-Hadis, al-Fiqh, Ushul al-
Fiqh, al-Fara’idl, al-Din al-Islami, Muqaranat al-Adyan, Tarikh al-Islam, al-Mantiq, dan
al-Tarjamah (Arab-Indonesia)
c) Keguruan: al-Tarbiyah wa al-Ta’lim (dengan B. Arab) dan Psikologi Pendidikan
(dengan B. Indonesia)
d) Bahasa Inggris (dengan B. Inggris): Reading and Comprehension, Grammar,
Composition, dan Dictation,
e) Ilmu Pasti: Berhitung, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Fisika, dan Biologi.
f) Ilmu Pengetahuan Sosial: Sejarah Nasional dan Internasional, Geografi, Sosiologi, dan
Psikologi Umum
g) Keindonesiaan/Kewarganegaraan: Bahasa Indonesia dan Tata Negara
Komposisi kurikulum semacam di atas ditetapkan untuk tujuan tertentu.
Pengetahuan Bahasa Arab dimaksudkan untuk membekali santri dengan kemampuan
berbahasa Arab yang menjadi kunci untuk memahami sumber-sumber Islam dan
khazanah pemikiran Islam. Sedangkan B. Inggris digunakan untuk media komunikasi
modern dan mempelajari pengetahuan umum, bahkan juga pengetahuan agama, karena
saat ini tidak sedikit karya-karya di bidang studi Islam ditulis dalam B. Inggris.
Dalam kurikulum ini terlihat keseimbangan pengetahuan agama dan umum.
Secara lebih mendasar tujuan pengajaran kedua macam ilmu tersebut adalah untuk
membekali siswa dengan dasar-dasar ilmu untuk menuju kesempurnaan menjadi ‘abid dan
khalifah.
Pelajaran-pelajaran yang diberikan selalu merujuk kepada tujuan umum
pendidikan dan pengajaran di Pondok dan mesti mengandung nilai-nilai yang hendak
ditanamkan oleh Pondok ke dalam diri santri. Misalnya ada pelajaran yang, di samping
memberikan materi pengetahuan ia juga, dimaksudkan untuk mengembangkan jiwa-
jiwa tertentu dari Panca Jiwa Pondok, misalnya jiwa kebebasan (berpikir), yang akan
menumbuhkan jiwa berpikir kritis, terbuka, open ended, komparatif, dan seterusnya.
b. Kegiatan Ekstra Kurikuler
10
![Page 11: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/11.jpg)
Kegiatan ini ditangani oleh Pengasuhan Santri melaui Organisasi Pelajar Pondok Modern
(OPPM) yang membawahi 20 bagian seperti tersebut di atas dan Gerakan Pramuka yang
membawahi 7 andalan dan 9 satuan gugusdepan. Kegiatan-kegiatan ini terbagi ke dalam
kegiatan harian, mingguan, tengah tahunan, dan tahunan.
Semua kegiatan dalam berbagai bentuknya merupakan satu kesatuan
“kurikulum” yang tak terpisahkan yang mengatur seluruh kahidupan santri guna
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang dikehendaki. Dengan kata lain semua
kegiatan yang ada memiliki nilai pendidikan dalam berbagai aspeknya, sehingga “segala
yang dilihat, didengarkan, dirasakan, dan dialami oleh santri adalah untuk pendidikan”.
5. PENANAMAN NILAI-NILAI PONDOK
Di Pondok Modern Gontor pendidikan lebih banyak ditanamkan dan ditularkan secara tidak
formal; tidak sekadar dengan ceramah, pengarahan, penataran, diskusi, pengajian, dan
sejenisnya. Justru penularannya lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan, keteladanan,
penugasan, dan pengkondisian atau penciptaan lingkungan البيئة إ يجاد ) ) yang kondusif
untuk mencapai tujuan pendidikan.
Penciptaan lingkungan semacam ini sangat dimungkinkan di dalam Pondok karena
santri dan guru bertempat tinggal di kampus yang sama. Selain beberapa guru senior dan
guru-guru yunior yang mengurusi unit-unit usaha Pondok, seluruh guru tinggal di lingkungan
asrama. Santri-santri yunior belajar mengenai kehidupan Pondok dari santri-santri senior,
santri-santri senior belajar dari santri-santri yang lebih senior, dan begitu seterusnya. Pola
kehidupan di Pondok itu diwariskan dan ditularkan dari satu generasi santri ke generasi
berikutnya secara berkelanjutan.
Berikut ini dipaparkan beberapa contoh penanaman Panca Jiwa pondok pesantren
dengan menggunakan pendekatan tidak formal sebagaimana yang dijelaskan di atas.
a. Keikhlasan
Keikhlasan adalah pangkal dari segala jiwa Pondok dan kunci dari diterimanya amal di
sisi Allah SWT. Segala sesuatu harus dilakukan dengan niat semata-mata ibadah, lillah,
ikhlash hanya untuk Allah SWT. Di Pondok diciptakan suasana di mana semua tindakan
didasarkan pada keikhlasan. Ikhlas dalam bergaul, ikhlas dalam nasehat-menasehati,
ikhlas dalam memimpin, ikhlas dipimpin, ikhlas mendidik, ikhlas didik, ikhlas mendisiplin,
ikhlas didisiplin. Ada suasana keikhlasan antara sesama santri, antara santri dengan
guru, antara santri dengan kyai, antara guru dengan guru, dst.
Pendidikan keikhlasan diwujudkan melalui keteladanan para pendiri Pondok
dengan mewakafkan Pondok seluruhnya, kecuali rumah pribadi kyai yang ditinggalinya.
Pewakafan ini terjadi pada tahun 1958. Sejak saat itu Pondok telah berubah status
menjadi milik institusi, bukan milik pribadi. Dengan pewakafan itu seluruh keturunan para
pendiri tidak berhak lagi atas harta wakaf tersebut.
Contoh lain dari penanaman jiwa keikhlasan yang sederhana adalah bahwa
dalam mendidik santri, kyai ikhlas tidak dibayar. Bahkan sampai sekarang di Gontor tidak
11
![Page 12: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/12.jpg)
ada sistem gaji kepada guru. Istilah yang digunakan ialah “kesejahteraan keluarga”.
Jumlah jam mengajar tidak terkait dengan tingkat “kesejahteraan” yang diterima.
“Kesejahteraan” guru tersebut tidak diambilkan dari iuran santri, melainkan dari unit-unit
usaha milik Pondok yang dikelola sendiri oleh para guru.
b. Kesederhanaan
Pendidikan kesederhanaan yang diajarkan antara lain kesederhanaan dalam berpakaian, ,
makan, tidur, berbicara, bersikap, dan bahkan berpikir. Contoh kesederhanaan ini dapat
dilihat dengan mudah dari kehidupan pribadi kyai; baik rumah, cara berpakaian, pola
makan, bertingkah laku, dan sikap hidup kyai. Dengan begitu, kyai mempunyai alasan
kuat untuk mendidik santri hidup sederhana. Pola hidup sederhana ini menjadikan
suasana hidup di Gontor tergolong egaliter, tidak ada kemenonjolan materi yang
ditunjukkan oleh santri. Sehingga tidak terlihat perbedan antara santri yang kaya dan
miskin. Hal ini juga membuat santri yang kurang mampu tidak minder dan santri yang
kaya tidak sombong.
c. Berdikari
Di antara ciri utama pendidikan pesantren pada umumnya adalah kemandirian.
Maksudnya, bukan sekadar masing-masing santri mampu mengurus diri sendiri, tetapi
juga pondok itu sendiri mandiri. Hal ini diajarkan dengan cara tetap menjaga
kemandirian Gontor. Pondok tidak menggantungkan kelangsungan hidupnya kepada
pihak manapun, tidak pemerintah dan tidak pula swasta. Kemandirian Pondok juga
ditunjukkan dengan tidak menjadikan Pondok bagian dari organisasi tertentu; politik,
masa, golongan, atau organisasi apapun.
Demikian pula dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran secara
rutin, Pondok tetap mandiri, tidak ada pegawai di Pondok. Santri dididik untuk
mengurus segala keperluannya secara mandiri; mengurus mini toserba, kantin,
fastfood, dapur, keuangan, kesekretarian, asrama, disiplin, olahraga, kursus-kursus,
dll., semuanya dilakukan sendiri oleh santri. Kebersihan kampus juga menjadi
tanggungjawab santri sendiri; setiap hari ada piket dari santri yang membersihkan
kamar, asrama, depan asrama, kelas, masjid, aula, kantor-kantor, dst. Untuk
pendidikan kemandirian, seringkali kalau ada pembangunan gedung baru, santri
dilibatkan untuk ikut mengecor secara bergantian. Poinnya di sini tidak sekadara pada
nilai ekonomis biaya pembangunan, tetapi penanaman jiwa kemandirian.
d. Ukhuwwah Diniyyah
Penanaman jiwa ukhuwwah ini dirangkai dengan nilai-nilai lain yang diperjuangkan
Pondok yaitu berdiri di atas dan untuk semua golongan, tidak berpartai, dan santri
perekat umat.
Pendidikan dan pengajaran di Gontor sama sekali tidak ada kaitannya dengan
golongan, ormas atau partai tertentu. Kyai, ketua-ketua lembaga, para guru tidak menjadi
anggota golongan, ormas, dan atau partai tertentu. Seringkali ada pertanyaan: Gontor itu
Muhammadiyah atau NU? Gontor itu partainya apa? Pak Kyai itu nyoblos apa dalam
12
![Page 13: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/13.jpg)
pemilu? Tentu saja pertanyaan ini tidak bisa dijawab dengan menyebut ormas dan atau
partai tertentu. Sebab PMDG bukan ormas dan bukan organisasi partai serta bukan
organisasi lain-lain, Gontor adalah lembaga pendidikan.
Jiwa ukhuwwah ditanamkan dalam kebersamaan dan tolong-menolong
mengurusi organisasi, bermain bersama di klub olahraga, menjadi piket malam bersama,
menjadi anggota kelompok latihan pidato yang sama, latihan pramuka bersama, main
drama bersama, dst.
Dalam pelantikan peremajaan pengurus Badan Wakaf Pondok Modern Gontor,
24 Desember 1977, K.H. Imam Zarkasyi menyampaikan amanat:
Andaikata, guru-gurunya (Pondok) terdiri dari orang-orang yang simpati atau
anggota Muhammadiyah, murid-muridnya terdiri dari anak keluarga Muhammadiyah,
tetapi Pondok Modern tidak boleh dijadikan Pondok Muhammadiyah.
Andaikata, guru-gurunya (Pondok) terdiri dari orang-orang yang simpati atau
anggota NU, murid-muridnya terdiri dari anak keluarga NU, tetapi Pondok Modern tidak
boleh dijadikan NU.
Demikian seterusnya.
Selanjutnya beliau mengatakan bahwa sikap ini tidak berarti bahwa semua
golongan atau golongan tertentu itu adalah musuh Pondok, tetapi semua golongan itu
tetap sebagai kawan seperjuangan, berjalan pada rel masing-masing.
Bahkan semboyan Pondok, anak didik Pondok harus menjadi perekat umat.
Artinya dapat mempersatukan yang retak atau berselisih.
Menarik untuk dicatat, banyak santri yang telah menyelesaikan pendidikannya di
PMDG menjadi pengurus ormas, partai, gerakan pemuda yang berafiliasi pada paratai
atau ormas, dll. Sebagai contoh alumni yang berkiprah di bidang ini di tingkat Nasional
antara lain: K.H. Hasyim Muzadi menjadi Ketua Umum PBNU (dulu ormas ini juga pernah
dipimpin alumni Gontor selama 25 tahun, yaitu K.H. Idham Khalid), Dr. Din Syamsuddin
menjadi salah seorang ketua PP. Muhammadiyah, Dr. M. Amin Abdullah menjadi Ketua
Majlis Tarjih PP. Muhammadiyah, Drs. Habib Chirzin dan Dr. Din Syamsuddin pernah
memimpin oraganisasi Pemuda Muhammadiyah, Dr. M. Hidayat Nur Wahid menjadi
Presiden Partai Keadilan.
13
![Page 14: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/14.jpg)
d. Jiwa Bebas
Jiwa ini terkait dengan kemandirian, karena dengan memiliki jiwa mandiri seseorang
dapat bebas menentukan pilihannya. Jiwa ini diajarkan misalnya dengan contoh
kebebasan Pondok dalam menentukan kurikulum, kalender, dan program akademik.
Pada masa Orde Baru, jiwa bebas Pondok benar-benar diuji dalam kaitannya dengan
kebijakan-kebijakan Pemerintah tentang pendidikan yang sentralistik. Konsekuesnsi dari
mempertahankan kebebasan ini, dalam waktu cukup lama Pondok Gontor diperlakukan
secara diskriminatif oleh Pemerintah. Tetapi kondisi tersebut, saat ini telah mulai berubah.
Jiwa bebas ini mengajarkan kepada santri untuk bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas
dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup.
6. PONDOK MODERN GONTOR DAN PEMBINAAN MASYARAKAT SEKITAR
Di samping mendidik dan mengajar santri di dalam kampus, Pondok juga memberikan
perhatian terhadap pembinaan masyarakat sekitar. Upaya-upaya Pondok dalam hal ini
dilakukan oleh guru-guru yunior dan senior serta para alumni yang telah berada di lingkungan
masyarakat dan tetap menjalin komunikasi aktif dengan Pondok. Kegiatan ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga:
a. Pendidikan dan Sosial-Keagamaan
1) Pendirian pesantren-pesantren ala Gontor oleh alumni Gontor (5 pesantren).
2) Pendirian sekolah-sekolah oleh guru dan atau alumni Gontor, dengan rincian 4 MTs,
2 MA, dan 1 SMP.
3) Pendirian TPA dan TPQ (148 buah).
4) Penyelenggaraan pengajian-pengajian baik untuk masyarakat umum seperti yang
diselenggarakan pada setiap Ahad pagi, jam 06.00-07.00, dengan mengundang da’i-
da’i dari daerah Ponorogo dan sekitarnya. Adapun pengajian yang khusus
diselenggarakan untuk para pekerja Pondok pada setiap Sabtu malam.
5) Penyelenggaraan peringatan hari-hari besar Islam.
6) Pendirian ratusan masjid dan musholla di sekitar Gontor.
b. Seni, Budaya, dan Olahraga
Hal ini dilakukan dengan memfasilitasi berbagai pagelaran kesenian, terutama reog dan
gajahan, dan kompetisi-kompetisi olahraga dalam berbagai kesempatan semisal pada
peringatan hari-hari besar Islam, acara-acara peringatan di Pondok, dan dalam berbagai
kegiatan sosial yang diadakan oleh masyarakat bersama Pondok. Pondok juga
melakukan pembinaan terhadap tokoh-tokoh paguyuban reog Ponorogo. Pondok juga
menyediakan fasilitas olahraga kepada masyarakat berupa lapangan sepak bola dan
Gedung Olahraga. Adapun penggunaannya telah ditetapkan berdasarkan jadwal yang
ada.
c. Ekonomi
Pemberdayaan masyarakat sekitar dalam bidang ekonomi dilakukan melalui penyerapan
tenaga kerja dalam berbagai sektor pekerjaan di Pondok atau melalui berbagai bentuk
14
![Page 15: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/15.jpg)
lainnya. Dalam bahasa Pondok upaya sedemikian ini biasa diistilahkan sebagai “berkah
Pondok untuk masyarakat sekitar”. Penyerapan tenaga kerja untuk berbagai sektor
pekerjaan di Pondok saat ini melibatkan 402 orang.
Di samping itu berkah Pondok untuk masyarakat juga berupa pelibatan
masyarakat sebagai penyetor bahan-bahan dan penyediaan jasa dan sarana kebutuhan
para santri. Mereka itu berjumlah 196 orang (80%-nya penduduk desa Gontor dan
selebihnya dari desa-desa yang bersebelahan dengan Gontor).
Upaya lain yang dilakukan Pondok untuk membina dan memberdayakan
masyarakat sekitar adalah dengan menjadi penyalur Kredit Usaha Tani (KUT) untuk para
petani di desa-desa sekitar Pondok.
Pondok juga memberi kesempatan kepada para petani di sekitar tanah-tanah
pertanian milik Pondok untuk mengelola lahan pertanian tersebut dengan sistem bagi
hasil. Di samping itu, di bidang pertanian, Pondok menyalurkan pupuk kepada para
petani. Para petani membayar pupuk tersebut pada saat panen dengan harga dasar.
Gabah hasil panen tersebut oleh para petani dijual ke Gontor.
Salah satu unit usaha Pondok yang berlokasi di desa Gontor, yaitu Usaha
Kesejahteraan Keluarga (UKK), berfungsi sebagai penjual grosiran bagi para pemilik
toko-toko di desa Gontor dan sekitarnya.
d. Kesehatan.
Di bidang kesehata Pondok mendirikan Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM).
Di samping pelayanan kesehatan, kegiatan sosial BKSM lainnya dilakukan dengan
pengobatan masal dan khitanan massal untuk masyarakat yang diadakan secara
insidentil.
7. PROGRAM PENGEMBANGAN PONDOK: PANCA JANGKA
Dalam rangka mengembangkan dan memajukan Balai Pendidikan Pondok Modern Gontor,
dirumuskanlah “Panca Jangka” yang merupakan program kerja Pondok yang senantiasa
memberikan arah dan panduan untuk mewujudkan upaya pengembangan dan pemajuan
tersebut. Adapun Panca Jangka itu meliputi bidang-bidang berikut:
a. Pendidikan dan Pengajaran
Pengembangan di bidang dilakukan dengan mempertahankan dan meningkatkan
pendidikan dan pengarajaran di Pondok Modern Gontor. Usaha ini tercatat dalam
sejarah perjalanan Pondok sebagai berikut:
1) Pendirian Tarbiyatul Athfal (Sekolah Rakyat) pada tahun 1926.
2) Pembukaan Sullamul Muta’allimin, tahun 1932.
3) Tahun 1936, didirkan Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI).
4) Pada tahun 1963 didirikanlah Perguruan Tinggi bernama Institut Pendidikan
Darussalam. Sekarang institut tersebut berganti nama menjadi Institut Studi Islam
Darussalam (ISID).
15
![Page 16: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/16.jpg)
5) Pada tahun 1990 didirikan Pesantren Putri di areal tanah milik Gontor yang teletak di
desa Sambirejo, Mantingan, Ngawi.
6) Tahun 1996, dibuka Pondok Modern Gontor II di Madusari, Siman Ponorogo.
7) Tahun 1993, dibuka Pondok Modern Gontor III, “Darul Ma’rifat”, di Sumbercangkring,
Gurah, Kediri. Berasal dari wakaf keluarga H. Ridawan (alm.).
8) Tahun 1990, mendapat wakaf dari keluarga H. Nawawi Ishaq yang kemudian dijadikan
Pondok Modern Gontor IV, “Darul Muttaqien”, di Kaligung, Rogojampi, Banyuwangi
9) Tahun 1999, dibuka Pondok Modern Gontor V, “Darul Qiyam”, di Gadingsari,
Mangunsari, Sawangan, Magelang. Berasal dari wakaf keluarga Ibu Qayyumi Kafrawi
(alm.).
10) Pondok Modern Gontor Putri II, di Sambirejo, Mantingan, Ngawi, dibuka tahun 1999.
Lokasinya tepat di sebelah barat Pondok Modern Gontor Putri I.
11) Tahun 2002 dibuka Pondok Modern Gontor VII di Podahoa, Kendari, Sulawesi
Tenggara.
12) Pada tahun ajaran baru 1423/1424 akan dibuka Pondok Gontor Putri III di
Karangbanyu, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur.
Pengembangan ini juga dilaksanakan dengan menjalin kerjasama-kerjasama
dengan berbagai lembaga pendidikan; baik di dalam maupun di luar negeri.
b. Kaderisasi
Sejarah timbul dan tenggelamnya suatu usaha, terutama hidup dan matinya pondok-
pondok di tanah air, memberikan pelajaran tentang pentingnya kaderisasi. Karena itu
Pondok Modern Gontor memberikan perhatian yang serius terhadap upaya
menyiapkan para keder yang akan melanjutkan cita-cita Pondok. Di antara usaha itu
adalah mengirimkan kader-kader Pondok untuk menambah dan memperluas ilmu dan
pengalaman baik di dalam maupun di luar negeri.
c. Pergedungan
Pengembangan di bidang ini meliputi tugas penyediaan, pemeliharaan, dan
penyediaan sarana dan prasana pendidikan dan pengajaran yang layak bagi para
santri. Bidang ini berkembang pesat dengan semakin banyaknya gedung-gedung baru
—baik untuk asrama maupun kelas—yang dibangun, di samping perbaikan gedung-
gedung lama dan pengembangannya dari tidak bertingkat menjadi ditingkat. Di
samping membangun asrama dan sekolahan Pondok juga membangun komplek-
komplek perumahan untuk para guru di lingkungan Kampus Pondok..
d. Chizanatullah (Pengadaan Sumber Dana)
Di antara syarat penting bagi sebuah lembaga pendidikan untuk dapat tetap bertahan hidup
dan berkembang adalah memiliki sumber dana sendiri. Sejak beridirinya, Pondok Modern
telah memperhatikan masalah ini dengan sungguh-sungguh. Bermacam-macam usaha
telah dilakukan untuk memenuhi maksud ini, antara lain adalah unit-unit usaha berikut ini:
16
![Page 17: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/17.jpg)
No Jenis Usaha Lokasi
1 Penggilingan Desa Gontor
2 Percetakan Darussalam Desa Gontor
3 Usaha Kesejahteraan Keluarga (UKK) Desa Gontor
4 Toko Bahan Bangunan Desa Bajang
5 Toko Buku La Tansa Ponorogo
6 Toserba Ponorogo
7 Toko Palen I Ponorogo
8 Toko Palen II Desa Bajang
9 Kedai Bakso I Ponorogo
10 Kedai Bakso II Ponorogo
11 Photokopi dan Alat Tulis Desa Bajang
12 Apotik Ponorogo
13 Wartel I Desa Gontor
14 Wartel II Desa Gontor
15 Pabrik Es Balok Desa Gontor
16 Pusat Perkulakan Desa Gontor
17 Jasa Angkutan Desa Gontor
18 Pasar Sayur Desa Gontor
19 Kredit Usaha Tani Ponorogo
20 Budidaya Ayam Potong Siman
21 Koperasi Pelajar (mini toserba) Kampus Pondok
22 Kantin Pelajar I Kampus Pondok
23 Kantin Pelajar II Kampus Pondok
24 Fastfood Kampus Pondok
25 Koperasi Warung Pelajar Kampus Pondok
26 Koperasi Dapur Kampus Pondok
27 Fotokopi Kampus Pondok
28 Fotografi Kampus Pondok
29 Kedai Pramuka Kampus Pondok
Semua unit usaha dari nomor 1-20 di atas dikelola oleh para guru. Sedangkan unit
usaha/koperasi nomor 21-29 dikelola oleh para santri. Unit-unit usaha yang dikelola
oleh santri semacam ini terdapat di semua Kampus Pondok Cabang.
e. Kesejahteraan Keluarga Pondok
Jangka ini bertujuan untuk memberdayakan kehidupan keluarga-keluarga yang
membantu dan bertanggungjawab terhadap hidup dan matinya Pondok secara langsung,
agara mereka tidak menggantungkan penghidupannya kepada Pondok. Pengertian
Keluarga Pondok, menurut kamus PMDG, adalah guru-guru senior yang telah
berkeluarga yang membantu secara langsung pendidikan dan pengajaran di Pondok.
Keluarga Pondok tidak mesti pihak yang memiliki hubungan darah dengan para pendiri
Pondok. Bahkan keluarga dari keluarga pendiri Pondok yang tidak membantu langsung
17
![Page 18: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam](https://reader038.vdocuments.net/reader038/viewer/2022100517/557211a9497959fc0b8f512f/html5/thumbnails/18.jpg)
Pondok tidak termasuk dalam kategori Keluarga Pondok, dan karena itu tidak berhak atas
kesejahteraan yang diusahakan oleh Pondok. Hubungan kekeluargaan di sini bersifat
institusional, bukan geneologikal. Pemberdayaan Keluarga Pondok ini dimaksudkan agar
meraka dapat berusaha sendiri dan bahkan beramal untuk Pondok.
III. PENUTUP
Demikianlah pemaparan sebagian potret dari pendidikan dan pengajaran yang
diselenggarakan di Pondok Modern Darussalam Gontor. Pendidikan dan Pengajaran di
Gontor dipahami sebagai upaya pembudayaan manusia melalui proses pembentukan dan
transformasi intelektual, moral, dan spiritual santri dalam sebuah masyarakat kecil
pesantren untuk kemudian diwujudkan dalam kehidupan umat yang lebih luas.
Menurut ijtihad Gontor, cara paling efektif dan efisien untuk mewujudkan proses
transformasi ini adalah melalui keteladanan ( سنةحدوة ق atau حسنة .(أسوة
Keteladanan dalam keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwwah, kejujuran,
kebebasan, kesungguhan, disiplin, kepemimpinan, pengorbanan, dll., yang dimulai dari
kyai, guru, dan pengurus yang seterusnya ditularkan kepada para santri yang hidup dalam
lingkungan Pondok. Dari sini akan tercipta dan diciptakan lingkungan yang kondusif untuk
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Karena itu lingkungan Gontor dikondisikan
agar benar-benar menjadi lingkungan pendidikan. Sehingga “segala gerak-gerik kita dan
perbuatan kita, bukan asal berbuat, asal berdiri, asal berjalan, asal maju, bukan .” Semua
itu diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebab “segala yang dilihat, didengarkan,
dirasakan, dan dialami oleh santri adalah untuk pendidikan.”
Selanjutnya dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang dikehendaki
itu, Gontor lebih mementingkan pendidikan daripada pengajaran, lebih mementingkan
mental attitude daripada job skill, dan lebih mementingkan metode daripada materi. Untuk
yang terakhir ini biasanya, dalam konteks Gontor, masih diteruskan, yakni lebih
mengutamakan guru daripada metode, sedangkan dari guru yang lebih dipentingkan
adalah ruhnya.
Wallahu a`lam bi al-shawab.
Gontor, 25 Oktober 2002
18