refrat asma bronkial
TRANSCRIPT
Referat Mini
ASMA BRONKIAL
oleh :
Wan Norazanin Bt. Kassim
Kelompok 1
05120186
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RSUP DR. M DJAMIL, PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2010
1
ASMA BRONKIAL
A. DEFINISI
1. Morfologi dan struktur bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 µm. Dinding
Mycobacterium tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi
( 60% ) . penyusun utama dinding sel Mycobacterium tuberculosis ialah asam mikolat, lilin
kompleks ( complex waves ), terhalosa dimikolat yang disebut cord factor dan mycobacterial
sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat adalah asam lemak berantai
panjang ( C60–C90 ) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan
dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding
bakteri tersebut adalah polisakarida. Stuktur dinding bakteri yng kompleks tersebut
menyebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali
diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan
asam – alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen
lipid, polisakarida dan protein.
2. Biomolekuler
Genom Mycobacterium tuberculosis mempunyai kandungan Guanin ( G ) dan
Cytosine ( C ) terbanyak.
C. EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis ( TB ) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di
dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Orgnization ( WHO ) telah mencanangkan
tuberkulosis sebagai “ Global Emergency “.
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta kasus dengan hasil BTA ( Basil Tahan Asam ) positif.
Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO
jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di
2
dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk dunia maka terdapat 182 kasus per 100.000
penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 kasus per
100.000 penduduk.
Tabel 1. Perkiraan insidens TB dan angka mortalitas, 2002
Pembagian
daerah WHO
Semua
kasus (%)
Sputum
positif
Semua
kasus (%)
Sputum
positif
Jumlah
(ribu)
Per
100.000
penduduk
Afrika 2543 (26) 1000 350 149 556 83
Amerika 370 (4) 165 43 19 53 6
Mediterania
n Timur
622 (7) 279 124 55 143 28
Eropa 472 (5) 211 54 24 73 8
Asia
Tenggara
2890 (33) 1294 182 81 625 39
Pasifik Barat 2090 (24) 939 122 55 373 22
Global 8797
(100)
2887 141 63 1823 29
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah
India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian
akibat TB. Di Indonesia Tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit
menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan
penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.
D. PATOGENESIS
Kuman Myccobacterium tuberculosis yang masuk melalui saluran nafas akan
bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
dengan sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
3
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan
peradangan saluran getah beningdi hilus ( limfadenitis regional ). Afek primer bersama-sama
dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan
mengalami nasib salah satu dari yang berikut ini :
Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus
Menyebar dengan cara :
o Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya
o Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan atau paru yang
disebelahnya atau tertelan
o Penyebaran secara hematogen dan limfogen, penyebaran ini berkaitan
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh spontan, tapin bila daya tahan tubuh menurun
penyebaran dapat menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberculosis
milier, meningitis tuberculosis. Penyebaran melalui hematogen dapat
menyebabkan tuberculosis pada organ yang diserang tersebut seperti tulang,
ginjal
Semua kejadian diatas merupakan proses tuberculosis primer. Tuberculosis post
primer muncul setelah bertahun-tahun kemudian setelah tuberculosis primer, biasanya
terjadi pada umur 15-45 tahun. Bentuk tuberculosis inilah yang akan menyerbabkan
masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan.
E. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan BTA sputum
a. Tuberkulosis paru BTA ( + ) adalah :
i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil
BTA positif
ii. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberculosis
aktif
iii. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif
dan biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
4
i. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif
ii. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
Myccobacterium tuberculosis positif
2. Berdasarkan tipe pasien ( riwayat pengobatan sebelumnya )
a. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan OAT
atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b. Kasus kambuh ( relaps ) adalah pasien TB yang sebelumnya pernah
mendapatkan pengobatan OAT dan telah dinyatakan sembuh, atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif
c. Kasus defaulted atau drop out adalah pasien yang telah menjalani
pengobatan ≥ 1 bulan dan tidak mengambil obat bulan berturut-turut atau
lebih sebelum masa pengobatannya selesai
d. Kasus gagal adalah pasien BTA positif atau kembali menjadi positif pada
akhir bulan ke-5 ( satu bulan sebelum akhir pengobatan ) atau akhir
pengobatan
e. Kasus kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik
f. Kasus bekas TB :
Hasil pemeriksaan BTA negatif ( biakan juga negatif bila ada ) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau foto
serial menunjukkkan gambaran yang tetap.
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan mendapat
pengobatan OAT 2 bulanb serta pada foto thorak ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi.
F. DIAGNOSIS
1. Gejala TB
a. Gejala Utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 ( tiga) minggu atau lebih
b. Gejala tambahan yang sering dijumpai :
Dahak bercampur darah.
5
Batuk darah
Sesak nafas dan rasa nyeri dada
Badan lemah nafsu makan menurun, berat badan turun rasa kurang enak badan
(malaise) berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan deman meriang lebih dari
sebulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain tuberkulosis .
Oleh sebab itu setiap orang yang datang dengan gejala tersebut diatas harus dianggap
sebagai seorang “ Suspek tuberkulosis “ atau tersangka penderita TBC dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
2. Penemuan Penderita Tuberkulosis ( TB )
a) Penemuan penderita tuberkulosis pada orang dewasa
Penemuan penderita TBC dilakukan secara pasif artinya penjaringan tersangka
penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan.
Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh
petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka
penderita cara ini biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case finding ( penemuan
penderita secara pasif dengan promosi yang aktif ). Selain itu semua kontak penderita TBC
Paru BTA positif dengan gejala sama harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas
kesehatan diharapkan menemukan tersangka penderita sedini mungkin, mengingat
tuberkulosis adalah penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian. Semua
tersangkas penderita harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut
yaitu sewaktu pagi sewaktu ( SPS ).
b) Penemuan penderita tuberkulosis pada anak
Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit sebagian
besar diagnosis tuberkulosis anak didasarkan atas gambar klinis gambar radiologis dan uji
tuberkulin.
3. Diagnosis TB
(a) Diagnosis tuberkulosis pada orang Dewasa
Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya
BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis hasil pemeriksaan dinyatakan positif
apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BAT hasilnya positif.
6
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto
rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TBC,
maka penderita didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak
mendukung TBC maka pemeriksaan dahak SPS diulangi dan apabila fasilitas
memungkinkan maka dilakukan pemeriksaan lain misalnya biakan.
Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif diberikan antibiotik spektrum luas
( misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin ) selama 1-2 minggu bila tida ada perubahan
namun gejala klinis tetap mencurigakan TBC ulangi pemeriksaan dahak SPS.
Kalau hasil SPS positif diagnosis sebagai penderita TBC BTA positif
Kalau hasil SPS tetap negatif lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk
mendukung diagnosis TBC
Bila hasil rontgen mendukung TBC didiagnosis sebagai penderita TBC BTA negatif
rontgen positif
Bila hasil rontgen tidak di dukung TBC penderita tersebut bukan TBC yang tidak
memiliki fasilitas rontgen penderita dapat dirujuk untuk foto rontgen dada.
G. PENGOBATAN
1. Tujuan
Menyembuhkan penderita
Mencegah kematian
Mencegah kekambuhan
Menurunkan tingkat penularan
2. Prinsip pengobatan
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister)
dapat dibunuh.Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Aapabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan
berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). untuk menjamin kepatuhan penderita
menelan obat , pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT=Direcly
Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO )
3. Jenis dan dosis OAT
7
a) Isoniasid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman
dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sanat efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang,Dosis harian yang
dianjurkan 5 mg/kk BB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 10 mg/kg BB.
b) Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi –dormant ( persister ) yang tidak
dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk mengobatan harian
maupun intermiten 3 kal seminggu.
c) Pirasinamid ( Z )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana
asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten
3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
d) Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama penderita berumur
sampai 60 tahun dasisnya 0,75 gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahun atau lebih
diberikan 0,50 gr/hari.
e) Etambulol ( E)
Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg/BB.
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan :
Tahap Intensif
Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT terutama rifampisin .
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya penderita menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu sebagian besar penderita TBC BTA
positif menjadi BTA negatif ( konversi ) pada akhir pengobatan intensif.
Tahap Lanjutan
8
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit , namum dalam
jangka waktu yang lebih lama, pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk
mencegah terjadinya kekebalan obat. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persister ( dormant ) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
4. Panduan OAT DI Indonesia
WHO dan IUATLD ( Internatioal Union Against Tuberculosis and lung Disease ) me-
rekomendasikan paduan OAT Standar
Yaitu :
Kategori 1 :
- 2HRZE / 4 H3R3
- 2HRZE / 4 HR
- 2HrZE / 6 HE
Kategori 2:
- 2HRZES / HRZE /5H3R3E3
- 2HRZES / HRZE / 5HRE
Kategori 3:
- 2HRZ / 4H3R3
- 2 HRZ / 4 HR
- 2HRZ / 6 HE
Program Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia menggunakan paduan OAT
Kategori 1 : 2 HRZE / 4H3R3
Kategori 2 : 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
Kategori 3 : 2 HRZ / 4H3R3
Disamping ketiga kategori ini disediakan paduan obat sisipan ( HRZE ). Paduan OAT
ini disediakan dalam bentuk paket kombipak dengan tujuan untuk memudahkam pemberian
obat dan menjamin kelangsungan ( kontinuitas ) pengobatan sampai selesai satu (1) paket
untuk satu ( 1) penderita dalam satu (1) masa pengobatan.
a) Kategori -1 ( 2HRZE / 4H3R3 )
9
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid ( H), Rifampisin ( R ), Pirasinamid ( Z) dan
Etambutol ( E ) Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZE ).
Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid ( H) dan
Rifampisin ( R ) diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan ( 4 H 3R3 ).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru TBC Paru BTA Positif
- Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang “ sakit berat “ dan
- Penderita TBC Ekstra Paru berat.
b) Kategori –2 ( 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3 )
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniasid
( H) , Rifampisin ( R), Pirasinamid ( Z ),dan Etambutol ( E) setiap hari . Setelah itu diteruskan
dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam
seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah pemderita
selesai menelan obat.n
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita kambuh ( relaps )
- Penderita Gagal ( failure )
- Penderita dengan Pengobatan setelah lalai ( after default )
c) Kategori –3 ( 2HRZ / 4H3R3 )
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZ ) diteruskan
dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu ( 4H3R3 ).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan
- Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe ( limfadenitis ) pleuritis
eksudativa unilateral TBC kulit , tb tulang ( kecuali tulang belakang ) sendi dan
kelenjar aderenal.
d) OAT sisipan ( HRZE )
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau
penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih
BTA positif diberikan obat sisipan ( HRZE ) setiap hari selama 1 bulan
DOT-S
10
Penggunaan obat yang benar sesuai dengan jadwal (kepatuhan) sangat penting untuk
menghindari timbulnya jenis TB yang resistan. Agar meyakinkan kepatuhan, terutama pada
fase lanjutan setelah kita merasa sembuh, WHO menerapkan strategi DOT-S (Directly
Observed Therapy-Short course atau pengobatan dengan pengawasan langsung).
Pengawasan ini dilakukan oleh pengawas menelan obat atau PMO, yang bertugas untuk
mendampingi pasien dalam menjalani pengobatan sampai tuntas. PMO dapat anggota
keluarga atau petugas kesehatan yang mudah terjangkau oleh pasien TB.
Tujuan DOT-S adalah:
✔ Mencapai angka kesembuhan yang tinggi
✔ Mencegah putus berobat
✔ Mengatasi efek samping OAT
✔ Mencegah timbulnya resistansi akibat ketidakpatuhan
Pengawasan Menelan Obat ( PMO )
Salah satu dari komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek
dengan pengawasan langsung. Untukmenjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang
PMO
a) Persyaratan PMO
Seseorang yang dikenal , dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan
maupun penderita. Selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita seseorang
yang tinggal dekat dengan penderita
Bersedia membantu penderita dengan sukarela
Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita
b) Siapa yang bisa jadi PMO
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa , Perawat ,
Pekarya Sanitarian , juru imunisasi dll . Bila tidak ada petugas kesehatan yang
memungkinkan , PMO dapat berasal dari kader Kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau
tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
c) Tugas Seorang PMO
11
Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan
Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur
Mengingatkan penderita untuk pemeriksa ulang dahak pada waktu waktu
yang telah ditentukan.
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TBC yang
mempunyai gejala-gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan diri ke
unit Pelayanan kesehatan.
d) Informasi penting yang perlu difahami PMO untuk disampaikan
1. TBC bukan penyakit keturunan atau kutukan
2. TBC dapat disembuhkan dengan berobat teratur
3. Tata laksana pengobatan penderita pada Tahap intensif dan lanjutan
4. Pentingnya berobat secara teratur karena itu pengobatan perlu diawasi
5. Efek samping obat dan tindakan yang harus dilakukan bila terjadi efek samping
tersebut.
Presentasi Kasus
NAMA : Fifi Susriyanti
Jenis Kelamin : Perempuan
12
Umur : 19 tahun
No. MR : 71.83.71
Seorang pasien perempuan berusia 19 tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 27 November 2010, dengan;
Keluhan Utama :
Batuk berdarah sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Batuk-batuk berdarah meningkat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, jumlah 1 gelas dengan frekuensi ± 10 kali. Batuk berdarah (+) sejak 6 bulan yang lalu yang sifatnya lengket di dahak.
- Sesak nafas (+) meningkat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak tidak menciut, tidak dipnegaruhi cuaca, emosi dan makanan. Sesak meningkat jika OS batuk.
- Sesak sudah dirasakan sejak ± 8 bulan yang lalu.
- Batuk (+) sejak setahun yang lalu, batuk berdahak, warna kuning kehijauan. Batuk dirasakan hilang timbul.
- Demam (-), riwayat demam sebelumnya (+), tidak tinggi dan tidak menggigil. Riwayat demam (+) sejak 1 tahun yang lalu bersifat hilang timbul.
- Keringat malam (+) sejak satu tahun yang lalu.
- Bengkak di leher (+) sejak 3 tahun yang lalu kemudian pecah 1 tahun yang lalu.
- Nyeri dada (-)
- Nafsu makan menurun sejak satu tahun belakangan.
- Penurunan berat badan (+), ± 10 Kg dalam satu tahun ini.
- BAB dan BAK biasa
- Os mendapatkan OAT sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit FDC 2 tablet/ hari dari puskesmas mato aie, OS dialkukan pemeriksaan dahak di sana.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- OS tidak pernah mendapatkan OAT sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan:
- Tidak bekerja
- Tidak merokok
Pemeriksaan Umum:
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
13
Keadaan Umum : Sedang
Tekanan darah : 100/50 mmHg Keadaan Gizi : Buruk
Nadi : 100 x/menit Edema : Tidak ada
Suhu : 37,5oC Anemis : Tidak ada
Nafas : 24 x/menit Ikterik : Tidak ada
Berat Badan : 32 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Kulit:
- Tidak ada kelainan
Kelenjar Getah Bening:
- Terdapat pemebesaran KGB pada R. Colli dextra sebanyak 3 buah dengan ukuran 1x1x1 cm, 2x1x1 cm dan 1x1x1 cm. Konsistensi kenyal, padat, NT (-), immobile, warna sama dengan kulit sekitar.
Kepala:
- Tidak ada kelainan
Rambut:
- Warna hitam, panjang.
Mata:
- Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Telinga:
- Tidak ada kelainan
Hidung :
- Tidak ada kelainan
Tenggorokan :
- Tidak ada kelainan
- T1-T1 tidak hiperemis
Gigi & Mulut:
- Tidak ada karies dentis
14
Leher :
- JVP 5 – 2 cmH2O
- Tampamk jaringan sikatrik sebanyak 5 buah pada leher kanan.
Dada :
- Paru :o Inspeksi : Normochest Simetris kiri = kanan pada statis dan dinamis
o Palpasi : Fremitus kiri = kanan
o Perkusi : Sonor kiri = kanan
o Auskultasi : Bronkovesikuler, Rhonki +/+, Wheezing -/-
- Jantung :o Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
o Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial, linea mid clavicula sinistra RIC
Vo Perkusi : Tidak dilakukan
o Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising jantung (-)
Perut :
o Inspeksi : Tidak membuncit
o Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba
o Perkusi : Tympani
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
Punggung :
o Inspeksi : Simetris kiri = kanan, statis dan dinamis
o Palpasi : Fremitus kiri = kanan
o Perkusi : Sonor, kiri = kanan
o Auskultasi : Bronkovesikuler, Rhonki +/+, Wheezing -/-
Anggota Gerak :
- Udem (-/-)
BBI = ( TB – 100 ) – 10% = 55-5.5 = 49,5Kalori Basal = 49,5 x 25
= 1237,5Koreksi :
- Aktv ringan + 10%
- BB kurang + 20%
- Jumlah = 30% = 1608, 75
BMI = BB / TB2 = 32 / 1,552 = 13,3
15
Kebutuhan Cairan
BB x 40 + 400 = 32 x 40 + 400 = 1680 cc
Diagnosis Kerja
1. TB paru dalam pengobatan dengan hemoptoe2. Infeksi sekunder ( CAP)3. Anemia4. Scrofuloderma
Rencana
Kultur & sensitivity Kuman banal
Darah dan Urin rutin
Kimia klinik
Gambaran anemia
Konsul kulit
BAJAH KGB
Laboratorium
Darah : Kimia Darah:
Hb : 9,3 mg/ dl Na : 129 Ureum : 12
Leuko : 24.100 / mm3 K : 4,0 Kreatinin : 0,7
Trombosit : 420.000 Cl : 99
GDS : 98
Ht : 28%
Tatalaksana
16
O2 2-3 L/menit
IVFD NaCl 0,9% : Panamin : Triofusin = 1 : 1 : 1 -> 12 jam/kolf.
Ceftriaxone inj 2 x 1 gr. -> skin test
Inj. Kalnex 3 x 1 amp
Inj. Vit C 3 x 1 amp
Inj. Vit K 3 x 1 amp
Guanyl guaiacolac 3 x 1
Paracetamol 500 mg 3 x 1
SF 1 x 1
OAT kat I FDC 2 tablet
Asam folat 3 x 1
FOLLOW UP
17
Rawatan hingga hari ke 9. Kesimpulan :
K.U : sedang
Kesadaran : CMC
Subjektif :
- Batuk darah (-)
- Batuk berdahak (+)
- Sesak nafas (-)
- Mual (-), muntah (-)
- Demam(-)
Objektif :
PF paru-paru = bronkovesikuler +/+, ronki +/+, wheezing -/-
Telah dilakukan pemeriksaan dan tindakan dengan hasil :
1. BTA sputum tanggal 2-12-2010Hasil I (-) neg, II (-) neg, III (-) neg
2. Gambaran anemia tanggal 29-11-2010Anisositosis hipokromLeukosistosis dg eusinofiliaKesan : jumlah cukup
3. BAJAH KGB tanggal 1-12-2010Jaringan nekrotik, debris, beberapa sel limfpsit dan fibrosis. Tampak 1-2 sel menyerupai epitel.Kemungkinan suatu proses spesifik belum dapat disingkirkan.Anjuran : BAJAH ulang
4. Rencana OAT tanggal 1-12-2010INH 32 x 5 mg = 160 mg 300 mgRifampicin 32 x 10 = 320 mg 450 mgPirazinbamid 32 x 25 = 800 mg 1000 mgEtambutol 32 x 20 mg = 640 mg 750 mg(belum terlaksana)
18
6-12-2010
Subjektif :
Sesak nafas (-)
Batuk berdahak (-), Batuk berdarah (-)
Demam (-)
Mual(-), muntah (-)
Badan masih terasa lemas
Nyeri ulu hati (+)
Objektif :
KU : sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/ menit
Nafas : 22x / menit
Suhu : Afebris
Paru : I : simetris kiri = kanan
P : Fremitus kiri = kanan
Pk : sonor kiri dan kanan
A : SN bronkovesikuler, Rhonki +/+, Wheezing -/-
Asessment :
1. TB paru dalam pengobatan2. Infeksi sekunder (CAP)3. scrofuloderma
Planning :
IVFD : NaCl 0,9% : Panamin : Triofushin = 1 : 1 : 1
Ceftriaxone inj 2 x 2 gram (hari ke 5)
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Inj kalnex, vit K, vit C 3x 1 amp
19
As. Folat 3 x 1
SF 1 x 1
GG 3 x 1
PCT 3 x 500 mg
OAT kat I / FDC 2 tablet (hari ke 8)
Vit B6 1 x 1
Catatan : bila tidak batuk darah lagi, tanggal 7-12-2010 stop anti perdarahan
7-12-2010
Subjektif :
Sesak nafas (-)
Batuk berdahak (-), Batuk berdarah (-)
Demam (-)
Mual(-), muntah (-)
Badan masih terasa lemas
Nafsu makan (+) tp masih kurang
Objektif :
KU : sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan : 110/80 mmHg
Nadi : 72x/ menit
Nafas : 24x / menit
Suhu : Afebris
Paru : I : simetris kiri = kanan
P : Fremitus kiri = kanan
Pk : sonor kiri dan kanan
A : SN bronkovesikuler, Rhonki +/+, Wheezing -/-
20
Asessment :
1. TB paru dalam pengobatan2. Infeksi sekunder (CAP)3. scrofuloderma
Planning :
IVFD : NaCl 0,9% : Panamin : Triofushin = 1 : 1 : 1 8 jam/ kolf
Ceftriaxone inj 2 x 2 gram (hari ke 6)
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
As. Folat 3 x 1
SF 1 x 1
GG 3 x 1
PCT 3 x 500 mg
OAT kat I / FDC 2 tablet (hari ke 8)
Vit B6 1 x 1
21
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien perempuan umur 19 tahun di RS Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 27 November 2010 dengan keluhan utama batuk berdarah sejak 1 hari SMRS. Dari hasil anamnesis ditemukan bahwa batuk berdarah sejak satu hari SMRS. Riwayat batuk berdarah sudah ada sejak 6 bulan yang lalu. Sesak nafas meningkat ketika batuk, demam sejak 1 tahun yang lalu, hilang timbul dan tidak terlalu tinggi, dirasakan semakin meningkat sejak 1 minggu SMRS. Ada riwayat keringat malam dan penurunan nafsu makan dan berat badan.
Dari hasil Pemeriksaan Fisik ditemukan bengkak dileher berjumlah 3 buah dengan ukuran masing-masingnya 1x1x1 cm, 2x2x1 cm, dan 1x1x1 cm dengan konsistensi kenyal, padat, imobile, warna sama dengan kulit sekitar dan tidak nyeri tekan. Dari hasil pemeriksaan paru ditemukan suara nafas bronkovesikuler, ronki ada dan wheezing tidak ditemukan.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 9,3 mg/ dl, leukosit 24.100/mm3, trombosit 420.000/mm3, Ht 28%, GDS 98%. Dari hasil pemeriksaan Kimia darah didapatkan Elektrolit Natrium 129 Kalium 4 dan Cl 99 mg/dl, ureum 12 dan kreatinin 1.0 mg/dl.
Berdasarkan Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan terhadap pasien, diagnosis kerja yang dapat dibuat adalah TB paru dalam pengobatan dengan hemoptoe , Infeksi sekunder ( CAP),Anemia suspek normositik normokrom dan Scrofuloderma.
Rencana pemeriksaan anjuran yang akan dilakukan terhadap pasien ini adalah Kultur & sensitivity Kuman banal, darah serta urin rutin ,kimia klinik, analisa sel darah tepi, konsul bagian kulit dan kelamin dan rencana dilakukan BAJAH KGB.
Terapi yang telah diberikan kepada pasien adalah pemberian O2 2-3 L/menit, pemasangan infuse NaCl 0,9% : Panamin : Triofusin = 1 : 1 : 1 -> 12 jam/kolf. Selanjutnya pasien diberikan Ceftriaxone inj 2 x 1 gr yang dilakukan skin test terlebih dahulu, Injeksi Kalnex , Vit C, Vit K yang masing-masing 3 x 1 amp, Guanyl guaiacolac 3 x 1,Paracetamol 500 mg 3 x 1 bila terdapat demam, SF 1 x 1, OAT kategori I FDC 2 tablet dan tablet Asam folat 3 x 1.
22