refrat bedah(1)
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami
pertumbuhan, yang biasanya akan mencapai perkembangan maksimal ketika
mencapai usia 16-18 tahun. Dalam masa perkembangan tubuh akan terjadi
beberapa perubahan pada payudara yang berhubungan dengan sistem
metabolisme tubuh. Proses tumbuh kembang payudara antara lain dipengaruhi
aktivitas hormon, khususnya hormon esterogen (Putri, 2009).
Akan tetapi, hormon juga bisa menyebabkan gangguan abnormal
pada payudara wanita. Salah satu akibat negatif dari hormon estrogen adalah
dapat menimbulkan terjadinya fibroadenoma mammae yaitu tumor jinak
payudara yang sering ditemukan pada usia reproduksi yang disebabkan oleh
beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan
terhadap esterogen sehingga kelainan ini sering digolongkan asimptomatik pada
25% wanita dan sering terjadi pada usia awal reproduktif dan puncaknya adalah
antara usia 15 sampai 35 tahun (Brave jurnal, 2009).
Tumor merupakan suatu kelainan yang paling penting diantara semua
kelainan yang terdapat pada payudara. Sejumlah 25% dari wanita yang
memeriksakan diri ke dokter atau ke rumah sakit disebabkan karena mereka
khawatir mengenai benjolan atau kelainan yang terdapat pada payudaranya.
Jaringan payudara peka terhadap siklus hormon yang berhubungan dengan
periode menstruasi, kehamilan, laktasi atau penggunaan kontrasepsi oral
(Alhadrami, 2007).
Wanita yang menderita atau pernah menderita fibroadenomma mammae
memiliki peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara. Peningkatan
risiko untuk terkena kanker payudara pada wanita dengan riwayat tumor jinak
berhubungan dengan adanya proses proliferasi yang berlebihan. Proses
proliferasi jaringan payudara yang berlebihan tanpa adanya pengendalian
kematian sel yang terprogram oleh proses apoptosis mengakibatkan timbulnya
1
keganasan karena tidak adanya kemampuan untuk mendeteksi kerusakanpada
Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) (Rini Indrati jurnal, 2007).
Berdasarkan Jamaican Breast Disease Study tahun 2002 dilaporkan 15%
wanita menderita tumor payudara, yang sebagian besarnya merupakan
fibroadenoma mamae, sedangkan 80% wanita menderita keganasan payudara.
Dan laporan dari New South Wales Breats Cancer Institute, fibroadenoma
umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi
pada usia diatas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita
terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance,
fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan
lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam
hidupnya.
Di Indonesia sendiri, menurut penelitian Siti Fitria Dewi (2008), diperoleh
144 kasus fibroadenoma payudara pada wanita, paling banyak ditemukan pada
usia dibawah 30 tahun (79,90%), yaitu pada kelompok usia 21–25 tahun (41,70
%), kelompok usia 16–20 tahun (25,70 %), kelompok usia 26 – 30 tahun
(9,70%) dan kelompok usia 10–15 tahun (2,80 %). Lokasi yang tersering
terdapat pada payudara kanan (44,50%).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana gambaran distribusi pasien fibroadenoma mamae di RSUZA
yang menjalani tindakan pembedahan periode Agustus–September 2012.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran distribusi
pasien fibroadenoma mamae di RSUZA yang menjalani tindakan pembedahan
periode Agustus–September 2012.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Fibroadenoma mammae merupakan jenis tumor jinak payudara yang
paling banyak ditemukan, dan merupakan tumor primer yang paling banyak
ditemukan pada kelompok umur muda (Yulianto, 2007).
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang memperlihatkan bukti-bukti
tentang proliferasi jaringan ikat dan epitelium. Ini berasal dari lobus payudara dan
dapat dianggap sebagai suatu penyimpangan dari perkembangan lobuler normal
bukan tumor yang sesungguhnya. Asal penyakit ini menjelaskan mengapa
fibroadenoma sering terjadi pada wanita muda pada masa perkembangan lobuler,
dan mengapa ini kadang ditemukan dalam kombinasi dengan karsinoma lobuler
(Morris, 2002).
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang biasanya timbul
pada wanita berumur 18-20 tahun, yang biasanya terasa membesar pada saat haid
(Oswari, 2003).
Fibroadenoma adalah suatu neoplasma berbatas tegas, padat, berkapsul,
dan lesi payudara terlazim dalam wanita berusia dibawah 25 tahun. Sebagian
besar (80%) tunggal (Sabiston, 2002).
Hormon juga bisa menyebabkan gangguan abnormal pada payudara
wanita. Salah satu akibat negatif dari hormon estrogen adalah dapat menimbulkan
terjadinya fibroadenoma mammae yaitu tumor jinak payudara yang sering
ditemukan pada usia reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan
yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap esterogen
sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mammary displasia. Penyakit
ini terjadi secara asimptomatik pada 25% wanita dan sering terjadi pada usia
awal reproduktif dan puncaknya adalah antara usia 15 sampai 35 tahun (Brave
jurnal, 2009).
Wanita yang menderita atau pernah menderita fibroadenomma mammae
memiliki peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara. Peningkatan
risiko untuk terkena kanker payudara pada wanita dengan riwayat tumor jinak
3
berhubungan dengan adanya proses proliferasi yang berlebihan. Proses
proliferasi jaringan payudara yang berlebihan tanpa adanya pengendalian
kematian sel yang terprogram oleh proses apoptosis mengakibatkan timbulnya
keganasan karena tidak adanya kemampuan untuk mendeteksi kerusakan pada
Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) (Rini Indrati jurnal, 2007).
2.2. Anatomi Payudara
Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar
ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespon estrogen pada perempuan
dan pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar mammae
mencapai perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi)
setelah melahirkan bayi.
a. Struktur
Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose
yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot
pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat.
Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan
jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular aktual.
Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus
dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus
(ampula).
Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligamen
suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa). Lobus mayor bersubdivisi
menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobules kemudian bercabang menjadi
duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori. Putting memiliki kulit
berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk
membentuk aerola.
b. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara
Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang
merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang
arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan
vena supervisial yang menuju vena kava superior.
4
Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan
aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari
payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong,
W., 2005).
Gambar 2.1 Anatomi dan aliran limfatik Payudara
2. Fisiologi Payudara
Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi
oleh hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua,
sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan mengalami
pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara
tidak mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan ketiga terjadi pada masa
hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat proliferasi
dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru.
5
Adanya sekresi hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus
menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus
ke puting susu (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005).
3. Morfologi
Fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah
digerakkan, dan bergaris tengah 1 hingga 10cm. Walaupun jarang, tumor ini
mungkin multipel dan mungkin bergaris tengah lebih dari 10 cm (fibroadenoma
raksasa) (Robbins, 2007).
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi
dipayudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan
jaringan glanduler (epitel) yang berada dipayudara, sehingga tumor ini disebut
sebagai tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau
oval, bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat
kita gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga
dapat mobil, sehingga sering disebut sebagai ”breast mouse”. Pada wanita muda,
tumor teraba lunak dengan permukaan potongan agak gelatinosa, akibat hilangnya
komponen jaringan ikat. Sedangkan pada umur lebih tua, cenderung lebih keras
karena jaringan ikat menjadi lebih fibrosa bahkan lebih disertai klasifikasi.
2.3 Epidemiologi
Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu
pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW
Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia
21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya
lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari
Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur
antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami
fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula
wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya
dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda.
6
2.4 Etiologi dan faktor resiko
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab
sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh
hormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae,
hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus
menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor
jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat
menjadi kanker atau tumor ganas (Morris, 2002).
Peningkatan mutlak atau nisbi aktivitas estrogen diperkirakan berperan
dalam pembentukan fibroadenoma, dan lesi serupa mungkin muncul bersama
dengan perubahan fibrokistik (fibroadenosis). Fibroadenoma biasanya terjadi pada
perempuan muda (Morris, 2002).
Fibroadenoma tergantung pada hormon dan bisa berfluktuasi dalam
diameter sebanyak 1 cm di bawah pengaruh esterogen haid normal,
kehamilan, laktasi, atau penggunaan kontrasepsi oral. Pertumbuhan cepat bisa
jelas selama kehamilan atau laktasi (Sabiston, 2002).
Menurut Laksmi (2006) berapa faktor resiko tumor payudara adalah:
1. Usia lebih dari 30 tahun
2. Tidak / belum menikah lebih dari 30 tahun
3. Tidak mempunyai anak
4. Punya anak tetapi tidak menyusui anak selama 2 tahun (ASI eksklusif)
5. Menstruasi pertama pada usia yang lebih lambat dari normal (> 12 tahun)
6. Menopause pada usia lebih awal dari normal (< 55 tahun)
7. Pernah ada riwayat memakai obat hormonal, terutama estrogen.
8. Sering mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet
9. Mempunyai keluarga yang pernah mengalami tumor payudara atau tumor
dibagian tubuh yang lain
10. Pernah operasi payudara atau tumor didaerah kandungan
11. Pernah mendapat pengobatan dengan jalan radiasi di daerah dada
7
2.5 Gejala Klinis
Fibroadenoma mammae adalah struktur yang halus, kenyal, rata dan
sedikit berlobus-lobus, biasanya berdiameter kira-kira 2-3 cm. Benjolan tersebut
tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas) dan tidak menyebabkan
pengerutan kulit payudara atau retraksi puting. Fibroadenoma biasanya dapat
digeser-geser. Pada anak perempuan, istilah tikus payudara (breast mouse)
cenderung digunakan. Dengan bertambahnya umur, derajat mobilitas tersebut
berkurang disebabkan adanya efek penghambat dari involusi jaringan ikat
disekitarnya. Pada wanita lanjut usia, ini mungkin masih ada sebagai benjolan
kecil keras dan masih sangat mobile.
2.6 Diagnosis
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan
pemeriksaan fisik, dengan mammography atau ultrasound, dan dengan Fine
Needle Aspiration Cytology (FNAC). Pada pemeriksaan fisik dokter akan
memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu
dapat diketahui apakah mobil atau tidak, kenyal atau keras, dan lain-lain.
Mammography digunakan untuk membantu diagnosis, mammography sangat
berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau 70 tahun,
sedangkan pada wanita usia muda tidak digunakan mammography, sebagai
gantinya digunakan ultrasound, hal ini karena fibroadenoma pada wanita muda
tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila menggunakan mammography.
Pada FNAC kita akan mengambil sel dari fibroadenoma dengan
menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan.
Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma,
lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa
di bawah mikroskop. Dibawah mikroskop tumpor tersebut tampak seperti berikut:
a. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan
berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus;
b. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk
bulat (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler);
8
c. Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek
uniform.
Sampai dengan umur 25 tahun, diagnose klinis sudah mencukupi. Tetapi
usia diatas itu konfirmasi patologi akan diperlukan karena adanya kebutuhan
untuk memastikan adanya karsinoma mammae. Sitologi aspirasi jarum kecil
merupakan metode diagnosa yang akurat pada wanita yang lebih tua. Walaupun
sel epitel hiperplastik mungkin akan disangka sebagai neoplasia. Karena
fibroadenoma biasanya ditemukan secara klinis pada wanita usia muda, maka
mammografi tidak mempunyai tempat dalam diagnosa rutin. Pada pasien yang
lebih tua, fibroadenoma timbul sebagai lesi halus soliter dalam radiografi,
dengan densitas yang sama atau agak lebih tinggi daripada jaringan sekitarnya.
Dengan bertambahnya usia, klasifikasi yang tidak merata menjadi terlihat
(Sabiston, 2002).
Fibroadenoma biasanya tanpa ada gejala dan ditemukan secara kebetulan.
Pada 10-15% kasus, fibroadenoma bersifat majemuk. Tumornya bersifat keras,
kenyal, tak nyeri tekan, bulat, berbatas tegas dan pada palpasi terkesan
bahwa ia mudah “berlari-lari”. Diperlukan eksisi tumor, atau pemastian
diagnosa dengan aspirasi jarum halus. Resiko utama adalah bila fibroadenoma
yang tak tereksisi bertumbuh dan menimbulkan rasa nyeri, khususnya selama
(Schrock, 2002).
2.7 Diagnosis Banding
a. Tumor phyloides benigna
Neoplasma yang dicirikan dengan dua lapisan epitel yang terletak didalam
celah yang dikelilingi dengan komponen hiperseluler mesenkima. Sebagian
besar dari kasus adalah benigna.
b. Tubular Adenoma
Lesi proliferasi benigna yang terdiri dari tubulus kecil yang uniform
serta dilapisi sel epitel dan lapisan tipis dari sel mioepitel.
9
c. Adenomioepitelioma
Tumor benigna yang berbatas tegas yang terdiri dari proliferasi sel mioepitel
disekeliling lapisan epitel dan merupakan massa yang dapat dipalpasi (Rosai,
2006).
2.8 Tata laksana
Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:
1. Ukuran
2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
3. Usia pasien
4. Hasil biopsy
Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi
pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada
operasi ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya
akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan
normal secara perlahan (Alhadrami, 2007).
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif retrospektif, yang
bertujuan membuat gambaran atau deskripsi secara objektif dari data yang
diperoleh.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012 di kantor
Instalasi Bedah Sentral RSUZA Banda Aceh Indonesia.
Tabel 3.1 Jadwal penelitian
No. Kegiatan Agustus 2012 September 2012
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan proposal
penelitian
2. Pengambilan data
penelitian
3. Pengolahan data penelitian
dan penyusunan laporan
penelitian
4. Presentasi laporan
penelitian
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan sampel penelitian ini yaitu semua pasien fibroadenoma
mamae yang menjalani pembedahan di Instalasi Bedah Sentral RSUZA Banda
Aceh Indonesia dari periode Agustus sampai September 2012.
3.4 Pengumpulan Data
Data didapatkan dari kantor Instalasi Bedah Sentral RSUZA Banda Aceh
mulai periode Agustus sampai September 2012.
11
3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel dan definisi operasional variabel pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Variabel dan definisi operasional variabel penelitian
No
.
Variabel Definisi operasional variable Skala ukur
1. Usia Satuan waktu yang mengukur waktu
keberadaan suatu benda atau makhluk, baik
yang hidup maupun yang mati. Usia pada
penelitian ini diklasifikasikan menjadi 6
kelompok yaitu kelompok usia <14 tahun,
15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-55
tahun, dan > 55 tahun
Nominal
2. Jenis
Kelamin
Kelas atau kelompok yang terbentuk dalam
suatu spesies sebagai sarana atau sebagai
akibat digunakannya proses reproduksi
seksual untuk mempertahankan
keberlangsungan spesies. Jenis kelamin pada
penelitian ini diklasifikasikan menjadi laki-
laki dan perempuan.
Nominal
3. Lokasi Lokasi mamae tempat terjadinya
fibroadenoma
Nominal
4. Tindakan
pembedahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan
terhadap penderita Fibroadenoma mamae
Nominal
3.6 Analisis Data
Semua data yang didapatkan disajikan secara deskriptif dan dianalisis
dengan univariat.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fibroadenoma mamae adalah suatu neoplasma berbatas tegas, padat,
berkapsul, dan lesi payudara terlazim dalam wanita berusia dibawah 25 tahun.
Sebagian besar (80%) tunggal (Sabiston, 2002).
Pada penelitian ini akan dilaporkan mengenai kejadian pembedahan
penderita fibroadenoma mamae (FAM) di RSUZA. Rincian penderita
fibroadenoma mamae pada penelitian ini yaitu meliputi usia,jenis kelamin, lokasi
anatomi fibroadenoma mamae, dan jenis tindakan pembedahan yang dilakukan
terhadap penderita.
4.1. Jenis Kelamin
Tabel 1. Distribusi jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi PersentasePerempuan 23 100%Laki-laki 0 0%Jumlah 23 100%
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa, dari 23 pasien yang menjalani operasi
FAM di RSUDZA, sebanyak 100% (23 orang) adalah berjenis kelamin
perempuan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Morris (2002) bahwa
Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan hal ini bekaitan dengan peran
estrogen dalam pembentukan fibroadenoma. Kelenjar mammae (payudara)
memang dimiliki oleh kedua jenis kelamin, namun kelenjar ini menjadi
fungsional saat pubertas untuk merespon estrogen pada perempuan dan pada
laki-laki biasanya tidak berkembang.
Berikut diagram distibusi berdasarkan jenis kelamin:
13
4.2. Usia
Tabel 2. Distribusi Usia
Usia (Tahun) Frekuensi Persentase<14 0 0
15-24 16 69,6 %25-34 4 17,4 %35-44 1 4,3 %45-54 2 8,6 %>55 0 0%
Jumlah 23 100%
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa, dari 23 pasien yang menjalani operasi
FAM di RSUDZA, paling banyak pada orang berusia 15-25 tahun yaitu 16 orang
(69,6%), sedangkan pada usia dibawah 14 tahun dan diatas 55 tahun angka
kejadian FAM sebanyak 0%.
Studi ini sesuai dengan defenisi bahwa fibroadenoma adalah suatu
neoplasma berbatas tegas, padat, berkapsul, dan lesi payudara terlazim dalam
wanita berusia dibawah 25 tahun. Sebagian besar (80%) tunggal (Sabiston, 2002).
Berdasarkan laporan dari New South Wales Breats Cancer Institute,
fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang
14
dari 5% terjadi pada usia diatas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9%
populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast
Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15
dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami
fibroadenoma dalam hidupnya.
Menurut penelitian Siti Fitria Dewi (2008), diperoleh 144 kasus
fibroadenoma payudara pada wanita, paling banyak ditemukan pada usia dibawah
30 tahun (79,90%), yaitu pada kelompok usia 21–25 tahun (41,70 %), kelompok
usia 16–20 tahun (25,70 %), kelompok usia 26 – 30 tahun (9,70%) dan kelompok
usia 10–15 tahun (2,80 %). Lokasi yang tersering terdapat pada payudara
kanan (44,50%), dan ditemukan kasus yang jarang sekali terjadi yaitu
Fibroadenoma (tidak diketahui lokasinya 0,70%).
Berikut ini adalah diagram distribusi berdasarkan usia:
4.3 Lokasi Anatomi
Tabel 3. Distribusi Lokasi Anatomi
Lokasi anatomi Frekuensi PersentaseDextra 12 52%Sinistra 10 44%
Dextra + Sinistra 1 4%Jumlah 23 100%
15
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa sebanyak 52% (12 orang) lokasi
fibroadenoma terletak pada mamae dextra, sedangkan pada mamae sinistra tidak
memiliki perbedaan yang signifikan yaitu sebanyak 44% (10 orang).
Menurut penelitian Siti Fitria Dewi (2008) lokasi FAM yang tersering
terdapat pada payudara kanan (44,5%).
Berikut ini adalah diagram distribusi lokasi anatomi fibroadenoma mamae:
4.4 Tindakan
Tabel 4. Distribusi Tindakan
Jenis tindakan Frekuensi Persentasepengangkatan tumor 23 100%
Jumlah 23 100%
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pada semua pasien (100%) dilakukan
tindakan pengangkatan tumor.
Alhadrami (2007) menyebutkan bahwa terapi dari fibroadenoma mammae
dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan penelitian yang berjudul gambaran distribusi pasien
Fibroadenoma mamae di RSUZA yang menjalani tindakan pembedahan periode
Agustus–September 2012 yaitu: dari segi jenis kelamin, didapatkan 23 orang
(100%) penderita fibroadenoma mamae adalah perempuan. Dari segi usia, paling
banyak pada orang berusia 15-25 tahun yaitu 16 orang (69,6%), sedangkan pada
usia dibawah 14 tahun dan diatas 55 tahun angka kejadian FAM sebanyak 0%.
Dari segi lokai anatomi, sebanyak 52% (12 orang) lokasi fibroadenoma terletak
pada mamae dextra, sedangkan pada mamae sinistra tidak memiliki perbedaan
yang signifikan yaitu sebanyak 44% (10 orang), sedangkan untuk jenis tindakan
operasi, 23 orang (100%) dilakukan tindakan pengangkatan tumor.
5.2 Saran
Perlu dilakukan studi mengenai fibroadenoma mamae lebih lanjut
sehingga diharapkan didapatkan pemahaman yang lebih baik. Selain itu, perlu
disusun pencatatan penderita fibroadenoma mamae yang lebih baik di RSUZA
sehingga didapatkan data yang lebih banyak dan akurat untuk studi di masa yang
akan datang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alhadrami, Syarif. 2007. Fibroadenoma Mammae. http://www.legacy.com.
(diakses 07 Oktober 2012).
Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta:
Rineka Cipta.
Brave journal. 2009. Fibroadenoma Mammae. http://patologi.journal.com.
(diakses 07 Oktober 2012).
Dewi, Siti Fitria. 2008. Insidensi Fibroadenoma di Rumah Sakit Immanuel
Bandung Periode 2005 – 2006. Universitas Maranatha Bandung.
Karya Tulis Ilmiah.
Hurlock, Elizabeth B. 2003. Psikologi Perkembangan Anak . Jakarta: Erlangga.
Laksmi, 2006. Mamografi. http://www.legacy.com. (diakses 21 Oktober 2012).
Morris, Peter. 2002. Oxford Textbook Of Surgery. Oxford University press.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan
. Jakarta: Selemba Medika.
Oswari. 2003. Bedah Dan Perawatan . Jakarta: Gramedia
Putri, Naura. 2009. Deteksi Dini Kanker Payudara . Yogyakarta: Aura Media
Indrati, Rini. 2007. Faktor-faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Kanker Payudara Wanita. http://eprints.undip.ac.id. (diakses 07 Oktober
2012).
Robbins. 2003. Buku Ajar Patologi . Jakarta: EGC
Sabiston, David. 2002. Buku Ajar Bedah Vol. 1. Jakarta: EGC
Shorck, Theodore R. 2002. Ilmu Bedah (Handbook Of Surgery) Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah . Jakarta: EGC
18