refrat bedah(1)

28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami pertumbuhan, yang biasanya akan mencapai perkembangan maksimal ketika mencapai usia 16-18 tahun. Dalam masa perkembangan tubuh akan terjadi beberapa perubahan pada payudara yang berhubungan dengan sistem metabolisme tubuh. Proses tumbuh kembang payudara antara lain dipengaruhi aktivitas hormon, khususnya hormon esterogen (Putri, 2009). Akan tetapi, hormon juga bisa menyebabkan gangguan abnormal pada payudara wanita. Salah satu akibat negatif dari hormon estrogen adalah dapat menimbulkan terjadinya fibroadenoma mammae yaitu tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada usia reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap esterogen sehingga kelainan ini sering digolongkan asimptomatik pada 25% wanita dan sering terjadi pada usia awal reproduktif dan puncaknya adalah antara usia 15 sampai 35 tahun (Brave jurnal, 2009). Tumor merupakan suatu kelainan yang paling penting diantara semua kelainan yang terdapat pada payudara. Sejumlah 25% dari wanita yang memeriksakan 1

Upload: siska-yunita

Post on 08-Aug-2015

285 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: refrat bedah(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami

pertumbuhan, yang biasanya akan mencapai perkembangan maksimal ketika

mencapai usia 16-18 tahun. Dalam masa perkembangan tubuh akan terjadi

beberapa perubahan pada payudara yang berhubungan dengan sistem

metabolisme tubuh. Proses tumbuh kembang payudara antara lain dipengaruhi

aktivitas hormon, khususnya hormon esterogen (Putri, 2009).

Akan tetapi, hormon juga bisa menyebabkan gangguan abnormal

pada payudara wanita. Salah satu akibat negatif dari hormon estrogen adalah

dapat menimbulkan terjadinya fibroadenoma mammae yaitu tumor jinak

payudara yang sering ditemukan pada usia reproduksi yang disebabkan oleh

beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan

terhadap esterogen sehingga kelainan ini sering digolongkan asimptomatik pada

25% wanita dan sering terjadi pada usia awal reproduktif dan puncaknya adalah

antara usia 15 sampai 35 tahun (Brave jurnal, 2009).

Tumor merupakan suatu kelainan yang paling penting diantara semua

kelainan yang terdapat pada payudara. Sejumlah 25% dari wanita yang

memeriksakan diri ke dokter atau ke rumah sakit disebabkan karena mereka

khawatir mengenai benjolan atau kelainan yang terdapat pada payudaranya.

Jaringan payudara peka terhadap siklus hormon yang berhubungan dengan

periode menstruasi, kehamilan, laktasi atau penggunaan kontrasepsi oral

(Alhadrami, 2007).

Wanita yang menderita atau pernah menderita fibroadenomma mammae

memiliki peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara. Peningkatan

risiko untuk terkena kanker payudara pada wanita dengan riwayat tumor jinak

berhubungan dengan adanya proses proliferasi yang berlebihan. Proses

proliferasi jaringan payudara yang berlebihan tanpa adanya pengendalian

kematian sel yang terprogram oleh proses apoptosis mengakibatkan timbulnya

1

Page 2: refrat bedah(1)

keganasan karena tidak adanya kemampuan untuk mendeteksi kerusakanpada

Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) (Rini Indrati jurnal, 2007).

Berdasarkan Jamaican Breast Disease Study tahun 2002 dilaporkan 15%

wanita menderita tumor payudara, yang sebagian besarnya merupakan

fibroadenoma mamae, sedangkan 80% wanita menderita keganasan payudara.

Dan laporan dari New South Wales Breats Cancer Institute, fibroadenoma

umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi

pada usia diatas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita

terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance,

fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan

lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam

hidupnya.

Di Indonesia sendiri, menurut penelitian Siti Fitria Dewi (2008), diperoleh

144 kasus fibroadenoma payudara pada wanita, paling banyak ditemukan pada

usia dibawah 30 tahun (79,90%), yaitu pada kelompok usia 21–25 tahun (41,70

%), kelompok usia 16–20 tahun (25,70 %), kelompok usia 26 – 30 tahun

(9,70%) dan kelompok usia 10–15 tahun (2,80 %). Lokasi yang tersering

terdapat pada payudara kanan (44,50%).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana gambaran distribusi pasien fibroadenoma mamae di RSUZA

yang menjalani tindakan pembedahan periode Agustus–September 2012.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran distribusi

pasien fibroadenoma mamae di RSUZA yang menjalani tindakan pembedahan

periode Agustus–September 2012.

2

Page 3: refrat bedah(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Fibroadenoma mammae merupakan jenis tumor jinak payudara yang

paling banyak ditemukan, dan merupakan tumor primer yang paling banyak

ditemukan pada kelompok umur muda (Yulianto, 2007).

Fibroadenoma adalah tumor jinak yang memperlihatkan bukti-bukti

tentang proliferasi jaringan ikat dan epitelium. Ini berasal dari lobus payudara dan

dapat dianggap sebagai suatu penyimpangan dari perkembangan lobuler normal

bukan tumor yang sesungguhnya. Asal penyakit ini menjelaskan mengapa

fibroadenoma sering terjadi pada wanita muda pada masa perkembangan lobuler,

dan mengapa ini kadang ditemukan dalam kombinasi dengan karsinoma lobuler

(Morris, 2002).

Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang biasanya timbul

pada wanita berumur 18-20 tahun, yang biasanya terasa membesar pada saat haid

(Oswari, 2003).

Fibroadenoma adalah suatu neoplasma berbatas tegas, padat, berkapsul,

dan lesi payudara terlazim dalam wanita berusia dibawah 25 tahun. Sebagian

besar (80%) tunggal (Sabiston, 2002).

Hormon juga bisa menyebabkan gangguan abnormal pada payudara

wanita. Salah satu akibat negatif dari hormon estrogen adalah dapat menimbulkan

terjadinya fibroadenoma mammae yaitu tumor jinak payudara yang sering

ditemukan pada usia reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan

yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap esterogen

sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mammary displasia. Penyakit

ini terjadi secara asimptomatik pada 25% wanita dan sering terjadi pada usia

awal reproduktif dan puncaknya adalah antara usia 15 sampai 35 tahun (Brave

jurnal, 2009).

Wanita yang menderita atau pernah menderita fibroadenomma mammae

memiliki peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara. Peningkatan

risiko untuk terkena kanker payudara pada wanita dengan riwayat tumor jinak

3

Page 4: refrat bedah(1)

berhubungan dengan adanya proses proliferasi yang berlebihan. Proses

proliferasi jaringan payudara yang berlebihan tanpa adanya pengendalian

kematian sel yang terprogram oleh proses apoptosis mengakibatkan timbulnya

keganasan karena tidak adanya kemampuan untuk mendeteksi kerusakan pada

Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) (Rini Indrati jurnal, 2007).

2.2. Anatomi Payudara

Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin. Kelenjar

ini menjadi fungsional saat pubertas untuk merespon estrogen pada perempuan

dan pada laki-laki biasanya tidak berkembang. Saat kehamilan, kelenjar mammae

mencapai perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi)

setelah melahirkan bayi.

a. Struktur

Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adipose

yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak diatas otot

pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat.

Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan

jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular aktual.

Jaringan glandular terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus

dialiri duktus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus

(ampula).

Lobus-lobus dikelilingi jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligamen

suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa). Lobus mayor bersubdivisi

menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap lobules kemudian bercabang menjadi

duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli sekretori. Putting memiliki kulit

berpigmen dan berkerut membentang keluar sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk

membentuk aerola.

b. Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara

Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang

merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang

arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan

vena supervisial yang menuju vena kava superior.

4

Page 5: refrat bedah(1)

Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan

aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari

payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong,

W., 2005).

Gambar 2.1 Anatomi dan aliran limfatik Payudara

2. Fisiologi Payudara

Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi

oleh hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa

pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron

menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus. Perubahan kedua,

sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid, payudara akan mengalami

pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara

tidak mungkin dilakukan pada saat ini. Perubahan ketiga terjadi pada masa

hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan membesar akibat proliferasi

dari epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru.

5

Page 6: refrat bedah(1)

Adanya sekresi hormon prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus

menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus

ke puting susu (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005).

3. Morfologi

Fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah

digerakkan, dan bergaris tengah 1 hingga 10cm. Walaupun jarang, tumor ini

mungkin multipel dan mungkin bergaris tengah lebih dari 10 cm (fibroadenoma

raksasa) (Robbins, 2007).

Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi

dipayudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan

jaringan glanduler (epitel) yang berada dipayudara, sehingga tumor ini disebut

sebagai tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau

oval, bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat

kita gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga

dapat mobil, sehingga sering disebut sebagai ”breast mouse”. Pada wanita muda,

tumor teraba lunak dengan permukaan potongan agak gelatinosa, akibat hilangnya

komponen jaringan ikat. Sedangkan pada umur lebih tua, cenderung lebih keras

karena jaringan ikat menjadi lebih fibrosa bahkan lebih disertai klasifikasi.

2.3 Epidemiologi

Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu

pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW

Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia

21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya

lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari

Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur

antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami

fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula

wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya

dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda.

6

Page 7: refrat bedah(1)

2.4 Etiologi dan faktor resiko

Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab

sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh

hormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae,

hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus

menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor

jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat

menjadi kanker atau tumor ganas (Morris, 2002).

Peningkatan mutlak atau nisbi aktivitas estrogen diperkirakan berperan

dalam pembentukan fibroadenoma, dan lesi serupa mungkin muncul bersama

dengan perubahan fibrokistik (fibroadenosis). Fibroadenoma biasanya terjadi pada

perempuan muda (Morris, 2002).

Fibroadenoma tergantung pada hormon dan bisa berfluktuasi dalam

diameter sebanyak 1 cm di bawah pengaruh esterogen haid normal,

kehamilan, laktasi, atau penggunaan kontrasepsi oral. Pertumbuhan cepat bisa

jelas selama kehamilan atau laktasi (Sabiston, 2002).

Menurut Laksmi (2006) berapa faktor resiko tumor payudara adalah:

1. Usia lebih dari 30 tahun

2. Tidak / belum menikah lebih dari 30 tahun

3. Tidak mempunyai anak

4. Punya anak tetapi tidak menyusui anak selama 2 tahun (ASI eksklusif)

5. Menstruasi pertama pada usia yang lebih lambat dari normal (> 12 tahun)

6. Menopause pada usia lebih awal dari normal (< 55 tahun)

7. Pernah ada riwayat memakai obat hormonal, terutama estrogen.

8. Sering mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet

9. Mempunyai keluarga yang pernah mengalami tumor payudara atau tumor

dibagian tubuh yang lain

10. Pernah operasi payudara atau tumor didaerah kandungan

11. Pernah mendapat pengobatan dengan jalan radiasi di daerah dada

7

Page 8: refrat bedah(1)

2.5 Gejala Klinis

Fibroadenoma mammae adalah struktur yang halus, kenyal, rata dan

sedikit berlobus-lobus, biasanya berdiameter kira-kira 2-3 cm. Benjolan tersebut

tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas) dan tidak menyebabkan

pengerutan kulit payudara atau retraksi puting. Fibroadenoma biasanya dapat

digeser-geser. Pada anak perempuan, istilah tikus payudara (breast mouse)

cenderung digunakan. Dengan bertambahnya umur, derajat mobilitas tersebut

berkurang disebabkan adanya efek penghambat dari involusi jaringan ikat

disekitarnya. Pada wanita lanjut usia, ini mungkin masih ada sebagai benjolan

kecil keras dan masih sangat mobile.

2.6 Diagnosis

Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan

pemeriksaan fisik, dengan mammography atau ultrasound, dan dengan Fine

Needle Aspiration Cytology (FNAC). Pada pemeriksaan fisik dokter akan

memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu

dapat diketahui apakah mobil atau tidak, kenyal atau keras, dan lain-lain.

Mammography digunakan untuk membantu diagnosis, mammography sangat

berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau 70 tahun,

sedangkan pada wanita usia muda tidak digunakan mammography, sebagai

gantinya digunakan ultrasound, hal ini karena fibroadenoma pada wanita muda

tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila menggunakan mammography.

Pada FNAC kita akan mengambil sel dari fibroadenoma dengan

menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan.

Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma,

lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa

di bawah mikroskop. Dibawah mikroskop tumpor tersebut tampak seperti berikut:

a. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan

berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus;

b. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk

bulat (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler);

8

Page 9: refrat bedah(1)

c. Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek

uniform.

Sampai dengan umur 25 tahun, diagnose klinis sudah mencukupi. Tetapi

usia diatas itu konfirmasi patologi akan diperlukan karena adanya kebutuhan

untuk memastikan adanya karsinoma mammae. Sitologi aspirasi jarum kecil

merupakan metode diagnosa yang akurat pada wanita yang lebih tua. Walaupun

sel epitel hiperplastik mungkin akan disangka sebagai neoplasia. Karena

fibroadenoma biasanya ditemukan secara klinis pada wanita usia muda, maka

mammografi tidak mempunyai tempat dalam diagnosa rutin. Pada pasien yang

lebih tua, fibroadenoma timbul sebagai lesi halus soliter dalam radiografi,

dengan densitas yang sama atau agak lebih tinggi daripada jaringan sekitarnya.

Dengan bertambahnya usia, klasifikasi yang tidak merata menjadi terlihat

(Sabiston, 2002).

Fibroadenoma biasanya tanpa ada gejala dan ditemukan secara kebetulan.

Pada 10-15% kasus, fibroadenoma bersifat majemuk. Tumornya bersifat keras,

kenyal, tak nyeri tekan, bulat, berbatas tegas dan pada palpasi terkesan

bahwa ia mudah “berlari-lari”. Diperlukan eksisi tumor, atau pemastian

diagnosa dengan aspirasi jarum halus. Resiko utama adalah bila fibroadenoma

yang tak tereksisi bertumbuh dan menimbulkan rasa nyeri, khususnya selama

(Schrock, 2002).

2.7 Diagnosis Banding

a. Tumor phyloides benigna

Neoplasma yang dicirikan dengan dua lapisan epitel yang terletak didalam

celah yang dikelilingi dengan komponen hiperseluler mesenkima. Sebagian

besar dari kasus adalah benigna.

b. Tubular Adenoma

Lesi proliferasi benigna yang terdiri dari tubulus kecil yang uniform

serta dilapisi sel epitel dan lapisan tipis dari sel mioepitel.

9

Page 10: refrat bedah(1)

c. Adenomioepitelioma

Tumor benigna yang berbatas tegas yang terdiri dari proliferasi sel mioepitel

disekeliling lapisan epitel dan merupakan massa yang dapat dipalpasi (Rosai,

2006).

2.8 Tata laksana

Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:

1. Ukuran

2. Terdapat rasa nyeri atau tidak

3. Usia pasien

4. Hasil biopsy

Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi

pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada

operasi ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya

akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan

normal secara perlahan (Alhadrami, 2007).

10

Page 11: refrat bedah(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif retrospektif, yang

bertujuan membuat gambaran atau deskripsi secara objektif dari data yang

diperoleh.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012 di kantor

Instalasi Bedah Sentral RSUZA Banda Aceh Indonesia.

Tabel 3.1 Jadwal penelitian

No. Kegiatan Agustus 2012 September 2012

1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pembuatan proposal

penelitian

2. Pengambilan data

penelitian

3. Pengolahan data penelitian

dan penyusunan laporan

penelitian

4. Presentasi laporan

penelitian

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel penelitian ini yaitu semua pasien fibroadenoma

mamae yang menjalani pembedahan di Instalasi Bedah Sentral RSUZA Banda

Aceh Indonesia dari periode Agustus sampai September 2012.

3.4 Pengumpulan Data

Data didapatkan dari kantor Instalasi Bedah Sentral RSUZA Banda Aceh

mulai periode Agustus sampai September 2012.

11

Page 12: refrat bedah(1)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel dan definisi operasional variabel pada penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Variabel dan definisi operasional variabel penelitian

No

.

Variabel Definisi operasional variable Skala ukur

1. Usia Satuan waktu yang mengukur waktu

keberadaan suatu benda atau makhluk, baik

yang hidup maupun yang mati. Usia pada

penelitian ini diklasifikasikan menjadi 6

kelompok yaitu kelompok usia <14 tahun,

15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-55

tahun, dan > 55 tahun

Nominal

2. Jenis

Kelamin

Kelas atau kelompok yang terbentuk dalam

suatu spesies sebagai sarana atau sebagai

akibat digunakannya proses reproduksi

seksual untuk mempertahankan

keberlangsungan spesies. Jenis kelamin pada

penelitian ini diklasifikasikan menjadi laki-

laki dan perempuan.

Nominal

3. Lokasi Lokasi mamae tempat terjadinya

fibroadenoma

Nominal

4. Tindakan

pembedahan

Tindakan pembedahan yang dilakukan

terhadap penderita Fibroadenoma mamae

Nominal

3.6 Analisis Data

Semua data yang didapatkan disajikan secara deskriptif dan dianalisis

dengan univariat.

12

Page 13: refrat bedah(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fibroadenoma mamae adalah suatu neoplasma berbatas tegas, padat,

berkapsul, dan lesi payudara terlazim dalam wanita berusia dibawah 25 tahun.

Sebagian besar (80%) tunggal (Sabiston, 2002).

Pada penelitian ini akan dilaporkan mengenai kejadian pembedahan

penderita fibroadenoma mamae (FAM) di RSUZA. Rincian penderita

fibroadenoma mamae pada penelitian ini yaitu meliputi usia,jenis kelamin, lokasi

anatomi fibroadenoma mamae, dan jenis tindakan pembedahan yang dilakukan

terhadap penderita.

4.1. Jenis Kelamin

Tabel 1. Distribusi jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi PersentasePerempuan 23 100%Laki-laki 0 0%Jumlah 23 100%

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa, dari 23 pasien yang menjalani operasi

FAM di RSUDZA, sebanyak 100% (23 orang) adalah berjenis kelamin

perempuan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Morris (2002) bahwa

Fibroadenoma biasanya terjadi pada perempuan hal ini bekaitan dengan peran

estrogen dalam pembentukan fibroadenoma. Kelenjar mammae (payudara)

memang dimiliki oleh kedua jenis kelamin, namun kelenjar ini menjadi

fungsional saat pubertas untuk merespon estrogen pada perempuan dan pada

laki-laki biasanya tidak berkembang.

Berikut diagram distibusi berdasarkan jenis kelamin:

13

Page 14: refrat bedah(1)

4.2. Usia

Tabel 2. Distribusi Usia

Usia (Tahun) Frekuensi Persentase<14 0 0

15-24 16 69,6 %25-34 4 17,4 %35-44 1 4,3 %45-54 2 8,6 %>55 0 0%

Jumlah 23 100%

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa, dari 23 pasien yang menjalani operasi

FAM di RSUDZA, paling banyak pada orang berusia 15-25 tahun yaitu 16 orang

(69,6%), sedangkan pada usia dibawah 14 tahun dan diatas 55 tahun angka

kejadian FAM sebanyak 0%.

Studi ini sesuai dengan defenisi bahwa fibroadenoma adalah suatu

neoplasma berbatas tegas, padat, berkapsul, dan lesi payudara terlazim dalam

wanita berusia dibawah 25 tahun. Sebagian besar (80%) tunggal (Sabiston, 2002).

Berdasarkan laporan dari New South Wales Breats Cancer Institute,

fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang

14

Page 15: refrat bedah(1)

dari 5% terjadi pada usia diatas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9%

populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast

Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15

dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami

fibroadenoma dalam hidupnya.

Menurut penelitian Siti Fitria Dewi (2008), diperoleh 144 kasus

fibroadenoma payudara pada wanita, paling banyak ditemukan pada usia dibawah

30 tahun (79,90%), yaitu pada kelompok usia 21–25 tahun (41,70 %), kelompok

usia 16–20 tahun (25,70 %), kelompok usia 26 – 30 tahun (9,70%) dan kelompok

usia 10–15 tahun (2,80 %). Lokasi yang tersering terdapat pada payudara

kanan (44,50%), dan ditemukan kasus yang jarang sekali terjadi yaitu

Fibroadenoma (tidak diketahui lokasinya 0,70%).

Berikut ini adalah diagram distribusi berdasarkan usia:

4.3 Lokasi Anatomi

Tabel 3. Distribusi Lokasi Anatomi

Lokasi anatomi Frekuensi PersentaseDextra 12 52%Sinistra 10 44%

Dextra + Sinistra 1 4%Jumlah 23 100%

15

Page 16: refrat bedah(1)

Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa sebanyak 52% (12 orang) lokasi

fibroadenoma terletak pada mamae dextra, sedangkan pada mamae sinistra tidak

memiliki perbedaan yang signifikan yaitu sebanyak 44% (10 orang).

Menurut penelitian Siti Fitria Dewi (2008) lokasi FAM yang tersering

terdapat pada payudara kanan (44,5%).

Berikut ini adalah diagram distribusi lokasi anatomi fibroadenoma mamae:

4.4 Tindakan

Tabel 4. Distribusi Tindakan

Jenis tindakan Frekuensi Persentasepengangkatan tumor 23 100%

Jumlah 23 100%

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pada semua pasien (100%) dilakukan

tindakan pengangkatan tumor.

Alhadrami (2007) menyebutkan bahwa terapi dari fibroadenoma mammae

dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor.

16

Page 17: refrat bedah(1)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan penelitian yang berjudul gambaran distribusi pasien

Fibroadenoma mamae di RSUZA yang menjalani tindakan pembedahan periode

Agustus–September 2012 yaitu: dari segi jenis kelamin, didapatkan 23 orang

(100%) penderita fibroadenoma mamae adalah perempuan. Dari segi usia, paling

banyak pada orang berusia 15-25 tahun yaitu 16 orang (69,6%), sedangkan pada

usia dibawah 14 tahun dan diatas 55 tahun angka kejadian FAM sebanyak 0%.

Dari segi lokai anatomi, sebanyak 52% (12 orang) lokasi fibroadenoma terletak

pada mamae dextra, sedangkan pada mamae sinistra tidak memiliki perbedaan

yang signifikan yaitu sebanyak 44% (10 orang), sedangkan untuk jenis tindakan

operasi, 23 orang (100%) dilakukan tindakan pengangkatan tumor.

5.2 Saran

Perlu dilakukan studi mengenai fibroadenoma mamae lebih lanjut

sehingga diharapkan didapatkan pemahaman yang lebih baik. Selain itu, perlu

disusun pencatatan penderita fibroadenoma mamae yang lebih baik di RSUZA

sehingga didapatkan data yang lebih banyak dan akurat untuk studi di masa yang

akan datang.

17

Page 18: refrat bedah(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alhadrami, Syarif. 2007. Fibroadenoma Mammae. http://www.legacy.com.

(diakses 07 Oktober 2012).

Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta:

Rineka Cipta.

Brave journal. 2009. Fibroadenoma Mammae. http://patologi.journal.com.

(diakses 07 Oktober 2012).

Dewi, Siti Fitria. 2008. Insidensi Fibroadenoma di Rumah Sakit Immanuel

Bandung Periode 2005 – 2006. Universitas Maranatha Bandung.

Karya Tulis Ilmiah.

Hurlock, Elizabeth B. 2003. Psikologi Perkembangan Anak . Jakarta: Erlangga.

Laksmi, 2006. Mamografi. http://www.legacy.com. (diakses 21 Oktober 2012).

Morris, Peter. 2002. Oxford Textbook Of Surgery. Oxford University press.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan

. Jakarta: Selemba Medika.

Oswari. 2003. Bedah Dan Perawatan . Jakarta: Gramedia

Putri, Naura. 2009. Deteksi Dini Kanker Payudara . Yogyakarta: Aura Media

Indrati, Rini. 2007. Faktor-faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Kanker Payudara Wanita. http://eprints.undip.ac.id. (diakses 07 Oktober

2012).

Robbins. 2003. Buku Ajar Patologi . Jakarta: EGC

Sabiston, David. 2002. Buku Ajar Bedah Vol. 1. Jakarta: EGC

Shorck, Theodore R. 2002. Ilmu Bedah (Handbook Of Surgery) Jakarta: EGC

Sjamsuhidajat, R. dan De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah . Jakarta: EGC

18