respons pakchoi (brassica rapa l.) akibat pemberian
TRANSCRIPT
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 17 (1): 9—20, Juni 2021 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X
Volume 17 (1): 9—20, Juni 2021 9
RESPONS PAKCHOI (Brassica rapa L.) AKIBAT PEMBERIAN
BEBERAPA FORMULA NUTRISI HIDROPONIK DAN PENGGUNAAN
ROCKWOOL DENGAN UKURAN BERBEDA
Response of Pakchoi (Brassica rapa L.) Due to the Use of Several Hydroponic
Nutrition Formulas and the Use of Different Sizes of Rockwool
Rizka Novi Sesanti dan Hilman Hidayat
Politeknik Negeri Lampung
Jl. Soekarno Hatta Raja Basa, Bandar Lampung
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Research on the response of pakchoi (Brassica rapa L.) due to the use of several
hydroponic nutrition formulas and the use of different sizes of rockwool aims to (1)
compare the growth of pakchoi in four hydroponic nutrient formulas and four rockwool
sizes and. (2) compare the results of pakchoi to four hydroponic nutrient formulas and
four rockwool sizes. The study used four nutritional formula and four rockwool sizes.
Rockwool size used was 2cm3 (r1), 4cm3 (r2), 8cm3 (r3), and 12cm3 (r4), while the
nutritional formula used was n1, n2, n3, and n4. Each treatment was applied to the
experimental unit according to the split plot design (4x4) with 2 replications. The data
obtained will be tested by F test (analysis of variance), and continued with LSD test at α
5% level.The results showed that the use of nutrient 2 (N2) in Pak choi cultivation
showed the highest value of plants, the number of leaves, and the best leaf width,
respectively 16.55 cm, 8.64 strands, and 114 cm. The use of nutrients 1 (n1) and 2 (n2) in
pakchoi cultivation showed wet weight (21.60 g and 23.68 g) and dry weight (5.15 g and
6.58 g) better than n3 and n4. The use of rockwool size 8 cm3 (3) and 12 cm3 (r4) in pak
choi cultivation showed the best value on all observation variables except leaf width.
Keywords: hydroponic, nutrient formula, rockwool size
PENDAHULUAN
Hidroponik berasal dari kata hydro (air) dan ponics (kerja), yang artinya
bekerja dengan menggunakan air. Istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan
cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah (Irawan, 2003). Budidaya
tanaman dengan sistem hidroponik memungkinkan pemberian air dan nutrisi
dilaksanakan secara bersamaan. Pengaturan dalam pemberian nutrisi dapat
bersamaan dengan pemberian air, biasanya disebut fertigasi. Budidaya sistem
hidroponik fokus pada cara pemberian air dan hara yang optimal, sesuai dengan
kebutuhan tanaman, umur tanaman, dan kondisi lingkungan sehingga tercapai
hasil yang maksimum (Prihmantoro dan Indriani, 2001).
http://ojs.stiperdharmawacana.ac.id
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 17 (1): 9—20, Juni 2021 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X
10 R. N. Sesanti dan H. Hidayat
Komoditas yang banyak dibudidayakan dengan sistem hidroponik adalah
sayuran buah dan sayuran daun, salah satunya adalah pakchoi (Brasicca rapa L.).
Pakchoi hidroponik memiliki prospek untuk dikembangkan karena permintaan
pasar yang tinggi dan rasanya lebih disukai masyarakat dibandingkan caisin.
Dalam budidaya pakchoi dengan sistem hidroponik, unsur hara atau nutrisi
diberikan ke tanaman dengan cara dilarutkan dalam air, kemudian disirkulasikan
ke akar tanaman secara berkala atau pun terus menerus tergantung dari jenis
sistem hidroponik yang dipakai (Lingga, 2000).
Nutrisi yang digunakan dalam budidaya dengan sistem hidroponik adalah
nutrisi AB mix. Nutrisi AB Mix mengandung 16 unsur hara esensial yang
diperlukan tanaman, 6 diantaranya diperlukan dalam jumlah banyak (makro) yaitu
N, P, K, Ca, Mg, S, dan 10 unsur diperlukan dalam jumlah sedikit (mikro) yaitu
Fe, Mn, Bo, Cu, Zn, Mo, Cl, Si, Na, Co (Agustina, 2004). Munawar (2011)
menyatakan ada tiga kriteria suatu unsur hara dikatakan essensial, yaitu; (1) tidak
adanya unsur tersebut mengakibatkan pertumbuhan tidak normal, tanaman gagal
menyelesaikan daur hidupnya, atau kematian prematur; (2) fungsi unsur tersebut
spesifik dan tidak dapat digantikan dengan unsur lainnya; dan (3) unsur tersebut
mempengaruhi langsung pertumbuhan dan metabolisme.
Kendala yang dihadapi masyarakat untuk memulai usaha hidroponik saat ini
adalah nutrisi AB mix masih jarang dijumpai di pasaran, biasanya nutrisi AB mix
diproduksi sendiri oleh perusahaan atau farm yang bergerak dibidang pertanian
hidroponik. Kalaupun ada di pasaran, harga yang ditawarkan relatif mahal
dibandingkan pupuk kimia untuk pertanian konvensional.
Formulasi nutrisi dapat dilakukan menggunakan pupuk kimia yang tersedia
di toko pertanian, dengan cara mengkombinasikan beberapa pupuk kimia yang
tersedia sehingga diperoleh kandungan nutrisi yang lengkap tetapi harga relatif
murah dan mudah didapat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kusumawardhani
dan Widodo (2003) yang menjelaskan bahwa larutan nutrisi untuk budidaya
hidroponik dapat diramu sendiri dari berbagai bahan kimia, namun memerlukan
ketelitian dan keterampilan yang tinggi. Permasalahannya adalah formula nutrisi
yang paling tepat dalam pembuatan nutrisi hidroponik menggunakan pupuk kimia
pertanian konvensional yang banyak tersedia di pasaran belum diketahui,
sehingga perlu dilakukan penelitian.
Selain formula nutrisi, dalam budidaya hidroponik diperlukan juga media
sebagai penyangga tegaknya tanaman yaitu rockwool. Rockwool adalah bahan
non-organik yang dibuat dengan cara meniupkan udara atau uap ke dalam batuan
yang dilelehkan. Hasilnya adalah sejenis fiber yang memiliki rongga-rongga
dengan diameter umumnya antara 6—10 mikromoter. Bentuknya seperti spons
namun mudah ditembus akar, tidak hancur, dan menyerap banyak air, sehingga
akar tanaman selalu dalam kondisi lembab. Rockwool yang ada di Indonesia
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 17 (1): 9—20, Juni 2021 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X
Volume 17 (1): 9—20, Juni 2021 11
kebanyakan adalah produk impor, sehingga harganya mahal, untuk itu perlu
diketahui ukuran rockwool yang paling tepat sehingga dapat menghemat biaya
namun tetap dapat menopang tegaknya dan menjaga kelembaban akar tanaman.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian tentang formulasi
nutrisi hidroponik dan ukuran rockwool yang bertujuan untuk: (1)
membandingkan pertumbuhan pakchoi pada empat formula nutrisi hidroponik dan
empat ukuran rockwool, dan (2) membandingkan hasil pakchoi pada empat
formula nutrisi hidroponik dan empat ukuran rockwool.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di rumah kaca hidroponik Politeknik Negeri
Lampung mulai bulan Juni sampai November 2016. Bahan yang digunakan
adalah rangkaian hidroponik sistem NFT, pompa air, ember, benih pakchoi,
rockwool, Ca(NO3)2, KNO3, KH2PO4, (NH4)2SO4, MgSO4, dan Librel BMX.
Peralatan yang digunakan timbangan analitik, EC meter, pH meter, dan pena,
buku catatan, mistar, dan spidol.
Penelitian ini menggunakan perlakuan empat formula nutrisi dan empat
ukuran rockwool. Ukuran rockwool yang digunakan adalah 2cm3 (r1), 4cm3 (r2),
8cm3 (r3), dan 12cm3 (r4), sedangkan formula nutrisi yang digunakan adalah n1, n2,
n3, dan n4 (Tabel 2).
Tabel 1. Formula nutrisi hidroponik yang digunakan sebagai perlakuan
Kandungan Formula (mg kg-1)
n1 n2 n3 n4
N Total (NO3+NH4) 150 175 200 225
P 60 70 80 90
K 240 280 320 360
Ca 135 158 180 203
Mg 52,5 61,25 70 78,75
S 92 107 123 138
Pupuk Mikro (librel BMX ®) 40 g 40 g 40 g 40 g
Data yang diperoleh diuji F (analisis ragam), dan dilanjutkan dengan uji
pemisahan nilai tengah dengan Uji BNT pada taraf α 1 % dan 5 %. Electrical
Conductivity (EC) nutrisi diatur seragam yaitu 2,8 mS/cm. Nilai EC
menggambarkan seberapa banyak larutan nutrisi yang terlarut di dalam air dengan
indikator penghantaran listrik oleh ion-ion unsur hara. Nilai EC untuk tanaman
sayuran yang biasa dipakai adalah 2,8 mS/cm (Sutiyoso, 2004) atau jika
dikonversi ke ppm ±1200 ppm (Ferguson et al., 2014).
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 17 (1): 9—20, Juni 2021 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X
12 R. N. Sesanti dan H. Hidayat
Persiapan rangkaian NFT
Penelitian ini menggunakan sistem hidroponik Nutrient Film Technique
(NFT). Ketinggian nutrisi yang mengalir pada sistem NFT hanya 2-3 mm (berupa
lapisan tipis film).Berdasarkan hasil penelitian Sesanti dan Sismanto (2014),
budidaya pakchoi secara hidroponik sangat cocok menggunakan sistem NFT.
Penyemaian
Penyemaian pakchoi untuk sistem NFT dilakukan dengan menggunakan
rockwool. Rockwool dipotong memanjang dengan lebar menyesuaikan talang,
kemudian dibuat lubang tanam menggunakan lidi. Selanjutnya rockwool diberi air
hingga basah. Benih diletakan dalam lubang tanam, masing-masing lubang tanam
1 buah benih. Semaian diletakan di rangkaian NFT agar mendapatkan aliran air,
sehingga benih tumbuh baik. Setelah berumur 7 hari setelah semai (hss),
diberikan larutan nutrisi dari 4 formula nutrisi yang dicobakan dengan EC 1
mS/cm. Bibit semai dipindah tanam setelah umur 14 hari, selanjutnya EC
dinaikan menjadi 2,8 mS/cm.
Pindah Tanam
Kegiatan pindah tanam pada sistem hidroponik NFT dilakukan dengan
cara memotong rockwool yang berisi bibit pakchoi dengan ukuran sesuai
perlakuan, selanjutnya masing masing kubus rockwool diletakan dalam rangkaian
NFT dengan jarak tanam 20 cm.
Pemeliharaan
Pemberian Nutrisi dilakukan dengan cara melarutkan nutrisi ke dalam air
hingga nilai EC menjadi 2,8 mS/cm. Pengukuran nilai EC menggunakan alat EC
meter. Selanjutnya, larutan nutrisi disirkulasikan ke rangkaian NFT. Setiap dua
hari sekali larutan nutrisi dicek nilai EC dan pH nya. Jika nilai EC turun maka
ditambahkan nutrisi dalam larutan, sebaliknya jika nilai EC tinggi, ditambahkan
air ke dalam larutan. Derajat keasaman air (pH) yang digunakan adalah 6,5—7.
Nilai pH diukur dengan menggunakan pH meter. Saat nilai pH turun dtambahkan
KOH pada larutan, dan saat nilai pH naik ditambahkan HCl hingga pH menjadi
6,5—7.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual, dengan cara
mengambil hama yang menyerang tanaman pakchoi. Sedangkan panen dilakukan
pada umur 30 hari setelah tanam, dengan cara mencabut tanaman.
Pengamatan
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah: Tinggi tanaman (cm), yaitu
dengan mengukur tinggi tanaman pakchoi dari pangkal batang sampai daun
tertinggi menggunakan penggaris. Jumlah daun (helai) dengan cara menghitung
jumlah daun yang sudah membuka sempurna. Lebar daun (cm) dilakukan dengan
mengukur lebar daun terlebar disetiap tanaman dengan menggunakan penggaris.
Bobot tanaman saat panen (g) dilakukan dengan cara menimbang tanaman saat
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 17 (1): 9—20, Juni 2021 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X
Volume 17 (1): 9—20, Juni 2021 13
panen. Dan bobot kering berangkasan (g) dilakukan dengan menghitung
berangkasan kering tanaman pakchoi yang telah di oven pada suhu 105 oC selama
24 jam.
HASIL PENELITIAN
Hasil analisis ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa pemberian perlakuan
berbagai jenis nutrisi dan berbagai ukuran rockwool berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman pakchoi pada variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah
daun, lebar daun, berat basah brangkasan, dan berat kering brangkasan saat 30
hari setelah tanam (hst). Namun demikian, interaksi antara jenis nutrisi dan
ukuran rockwool tidak berpengaruh nyata.
Tabel 2. Rekapitulasi hasil analisi ragam pemberian perlakuan berbagai jenis
nutrisi dan beragai ukuran rockwool terhadap pertumbuhan tanaman
pakchoi
Perlakuan Tinggi
Tanaman
Jumlah
daun
Lebar
daun
Berat
basah
Berat
Kering
Nutrisi (B)
Rockwool (C)
B x C
**
**
tn
**
**
tn
*
**
tn
**
**
tn
*
**
tn
** = berbeda nyata pada taraf 1%
* = berbeda nyata pada taraf 5%
tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Tinggi tanaman
Hasil pemisahan nilai tengah dengan menggunakan BNT 0,05 pada
variabel tinggi tanaman disajikan pada Gambar 1. Pemberian perlakuan berbagai
jenis nutrisi dan berbagai ukuran rockwool memberikan pengaruh yang beragam
terhadap tinggi tanaman pakchoi hingga 30 hst. Pemberian perlakuan n2
menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi mencapai 23,7 cm, tidak berbeda nyata
dengan pemberian perlakuan nutrisi n1 mencapai 21,6 cm. pemberian perlakuan
n3 dan n4 merupakan yang terendah yaitu 18,5 cm dan 20,8 cm, namun pemberian
perlakuan n4 tidak berbeda nyata dengan perlakuan n1.
Pemberian perlakuan berbagai ukuran rockwool pada tinggi tanaman
pakchoi memberikan pengaruh yang beragam. Perlakuan yang menghasilkan
tinggi tanaman paling tinggi adalah pada ukuran rockwool r4 dengan tinggi
tanaman mencapai 24,1 cm yang diikuti dengan perlakuan r3 22,1 cm. Perlakuan
r2 menghasilkan tinggi tanaman 20,6 cm, tidak berbeda nyata dengan perlakuan r3.
Tinggi tanaman terendah dihasilkan dari tanaman pakchoi yang ditanam pada
ukuran rockwool r1 yang hanya mencapai 17,8 cm.
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 17 (1): 9—20, Juni 2021 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X
14 R. N. Sesanti dan H. Hidayat
Gambar 1 memperlihatkan bahwa pemberian berbagai jenis nutrisi
menghasilkan tinggi tanaman packcoy paling tinggi adalah n1 dan n2, sedangkan
tinggi tanaman paling tinggi yang ditanam pada berbagai ukuran rockwool
tertinggi pada perlakuan ukuran rokwool r4 dan r3. Semakin kecil ukuran
rockwool maka akan semakin efisien dan menghemat input, mengingat rockwool
yang sulit diperoleh dan harganya tinggi. Dengan demikian untuk tinggi tanaman
pak choi perlakuan terbaik adalah nutrisi n1 dan n2 dengan ukuran rokwool r3
(8cm3).
Gambar 1. Pengaruh pemberian berbagai jenis nutrisi dan berbagai ukuran
rockwool terhadap tinggi tanaman pakchoi umur 30 hst. Nilai
tengah yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT 5%. Nilai BNT 0,05= 2,6
Jumlah daun
Pemberian perlakuan berbagai jenis nutrisi dan berbagai ukuran rockwool
memberikan pengaruh yang beragam terhadap jumlah daun pakchoi hingga 30
hst. Gambar 2.menunjukkan bahwa perlakuan nutrisi n2 menghasilkan jumlah
daun paling banyak pada tanaman pak choi hingga umur 30 hst yaitu 16,5 helai,
paling banyak diantara perlakuan nutrisi lainnya. Jumlah daun terbanyak
selanjutnya dihasilkan dari perlakuan n1 sebanyak 15,1 helai yang diikuti dengan
perlakuan n4 sebanyak 14,1 helai. Jumlah daun paling sedikit dihasilkan akibat
pemberian perlakuan n3 sebanyak 13,5 helai.
Ukuran rockwool r4 menghasilkan jumlah daun paling banyak pada
tanaman pak choi hingga umur 30 hst yaitu 16,4 helai, nnmaun jumlah daun yang
dihasilkan akibat perlakuan r4 tidak berbeda dengan jumlah daun yang dihasilkan
dari perlakuan r3 sebanyak 16,3 helai. Jumlah daun yang lebih sedikit dari r4 dan
r3 dihasilkan oleh perlakuan r2 sebanyak 14 helai daun. Perlakuan ukuran
rockwool yang menghasilkan jumlah daun paling sedikit adalah perlakuan r1
sebanyak 12,6 helai
21,6 ab23,7 a
18,5 c20,8 bc
17,8 c
20,6 b22,1 ab
24,1 a
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4
Tin
ggi
tanam
an (
cm)
Perlakuan
Nutrisi
Rockwool
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 17 (1): 9—20, Juni 2021 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X
Volume 17 (1): 9—20, Juni 2021 15
Jumlah daun tertinggi dihasilkan dari perlakuan nutrisi r2 dan perlakuan
ukuran rokwool r3 dan r4.Ukuran rockwool r3 dan r4 menghasilkan jumlah daun
yang tidak berbeda. Rockwool yang digunakan untuk penanaman dalam
hidroponik terutama pada sistem NFT semakin kecil ukuran rockwool yang
digunakan akan lebih efisien karena akan menghemat biaya input dalam budidaya
tanaman hidroponik sistem NFT. Dengan demikian perlakuan yanng baik untuk
menghasilkan julah daun yang banyak pada tanaman pakchoi yang ditanam secara
hidroponik sistem NFT adalah dengan menggunakan nutrisi jenis n2 dan ukuran
rockwool ukuran n3.
Gambar 2. Pengaruh pemberian berbagai jenis nutrisi dan berbagai ukuran
rockwool terhadap jumlah daun pakchoi umur 30 hst. Nilai tengah
yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
BNT 5%. Nilai BNT 0,05= 1,2343
Lebar daun
Hasil pemisahan nilai tengah dengan menggunakan BNT 0,05 pada
variabel lebar daun disajikan pada Gambar 3. Pemberian perlakuan berbagai jenis
nutrisi dan berbagai ukuran rockwool memberikan pengaruh yang beragam
terhadap lebar daun pakchoi hingga 30 hsthari setelah tanam. Gambar 3
menunjukkan bahwa pemberian perlakuan nutrisi yang menghasilkan lebar daun
paling tinggi dihasilkan dari pemberian perlakuan nutrisi n2 dan n1 yaitu 8,6 cm
dan 8,2 cm, namun lebar daun tersebut tidak berbeda nyata dengan lebar daun
yang dihasilkan dari perlakuan n4 sebanyak 7,6 cm. Lebar daun paling kecil pada
tanaman pak choi hingga umur 30 hari setelah tanam dihasilkan dari penggunaan
perlakuan jenis nutrisi n3 sebanyak 6,7 cm.
15,1 b
16,5 a
13,5 c14,1 bc
12,6 c
14 b
16,3 a 16,4 a
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4
Jum
lah d
aun (
hel
ai)
Perlakuan
Nutrisi
Rockwool
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 17 (1): 9—20, Juni 2021 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X
16 R. N. Sesanti dan H. Hidayat
Gambar 3 menunjukkan bahwa penggunaan berbagai ukuran rockwool
untuk budidaya tanaman pakchoi secara hidroponik sistem NFT hingga umur 30
hst yang menghasilkan lebar daun paling besar adalah perlakuan n4 sebanyak 8,8
cm, tidak berbeda dengan perlakuan r3 dengan lebar daun 8,2 cm. Perlakuan
ukuran rockwool r2 menghasilkan lebar daun 7,6 cm, tidak berbeda dengan
perlakuan r3. Daun paling kecil pada tanaman pak choi yang ditanam dengan
menggunakan ukuran rockwool r1 dengan lebar daun 6,5 cm.
Perlakuan nutrisi yang menghasilkan lebar daun paling tinggi adalah
pemberian nutrisi n2, n1, dan n4. Sedangkan perlakuan ukuran rockwool yang
menghasilkan lebar daun paling tinggi adalah ukuran rockwool r4 dan r3 yang
tidak berbeda, dengan demikian lebih baik menggunakan ukuran rockwool r3
karena ukurannya lebih kecil. Ukuran rockwool yang lebih kecil lebih efisien
karena dapat menghemat rockwool dan dapat mengurangi input dalam budidaya
tanaman pakchoi secara hidroponik sistem NFT.
Gambar 3. Pengaruh pemberian berbagai jenis nutrisi dan berbagai ukuran
rockwool terhadap lebar daun pakchoi umur 30 hst. Nilai tengah
yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
BNT 5%. Nilai BNT 0,05= 1,0885
Berat basah
Hasil pemisahan nilai tengah dengan menggunakan BNT 0,05 pada
variabel berat basah disajikan pada Gambar 4. Pemberian berbagai jenis nutrisi
dan berbagai ukuran rockwool memberikan pengaruh yang beragam terhadap
berat basah brangkasan pakchoi hingga 30 hst. Gambar 4 menunjukkan bahwa
perlakuan yang menghasilkan berat basah brangkasan paling tinggi adalah pada
8,2 a8,6 a
6,7 c
7,6 ab
6,5 c
7,6 b8,2 ab
8,8 a
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4
Leb
ar d
aun (
cm2)
Perlakuan
Nutrisi
Rockwool
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 17 (1): 9—20, Juni 2021 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X
Volume 17 (1): 9—20, Juni 2021 17
perlakuan nutrisi n2 dengan berat 114 g per tanaman. Perlakuan n1, n3, dan n4
menghasilkan berat basah brangkasan yang tidak berbeda satu sama lain, yaitu
78,6 g, 57,1 g, dan 75,1 g.
Perlakuan ukuran rockwool yang menghasilkan berat basah brangkasan
paling tinggi adalah ukuran rockwool r4 dengan berat basah 118,5 g. Perlakuan
ukuran rockwool r3 dan r2 menghasilkan berat basah brangkasan tanaman pakchoi
yang tidak berbeda nyata, yaitu 90,4 g dan 65,3 g. Berat basah brangkasan paling
rendah dihasilkan dari perlakuan r1 yaitu 50,7 g, namun tidak berbeda dengan
perlakuan ukuran rockwool r2.
Perlakuan nutrisi yang menghasilkan berat basah paling tinggi
dibandingkan dengan perlakuan jenis nutrisi lainnya adalah perlakuan jenis nutrisi
n2. Sedangkan perlakuan ukuran rockwool yang menghasilkan berat basah paling
tinggi adalah ukuran rockwool r4. Ukuran rockwool semakin besar akan
menghasilkan pertumbuhan tanaman pakchoi yang lebih baik.
Gambar 4. Pengaruh pemberian berbagai jenis nutrisi dan berbagai ukuran
rockwool terhadap berat basah pakchoi umur 30 hst. Nilai tengah
yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
BNT 5%. Nilai BNT 0,05= 25,648
Berat kering
Hasil pemisahan nilai tengah dengan menggunakan BNT 0,05 pada
variabel berat kering disajikan pada Gambar 5. Pemberian perlakuan berbagai
jenis nutrisi dan berbagai ukuran rockwool memberikan pengaruh yang beragam
terhadap berat kering brangkasan pakchoi hingga 30 hst. Gambar 5. menunjukkan
bahwa berat kering tanaman pakchoi yang ditanam dengan hidroponik sistem
NFT dihasilkan dari jenis nutrisi n2 dengan berat 6,6 g, tidak berbeda nyata
78,6 b
114 a
57,1 b
75,1 b
50,7 c
65,3 bc
90,4 b
118,5 a
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4
Ber
at b
asah
(g)
Perlakuan
Nutrisi
Rockwool
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 17 (1): 9—20, Juni 2021 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X
18 R. N. Sesanti dan H. Hidayat
dengan berat kering yang dihasilkan dari perlakuan jenis nutrisi n1 5,2 g. Namun
demikian berat kering yang dihasilkan akibat pemberian jenis nutrisi n1 tidak
berbeda nyata dengan berat kering yang dihasilkan dari perlakuan n3 dan n4,
berturut-turut 3,8 g dan 4,6 g.
Penggunaan berbagai ukuran rockwool menghasilkan berat kering yang
beragam pada tanaman pakchoi yang ditanam secara hidroponik sistem NFT.
Berat kering tertinggi dihasilkan dari perlakuan ukuran rockwool r4 dengan berat
kering 7,2 g, namun tidak berbeda dengan ukuran rockwool r3 5,9 g. Pak choi
yang berat keringnya paling ringan adalah pakchoi yang ditanam pada ukuran
rockwool r2 dan r1, berturut-turut 3,6 g dan 3,3 g.
Jenis nutrisi yang menghasilkan berat kering paling tinggi adalah
perlakuan jenis nutrisi n2 dan n1. Sedangkan ukuran rockwool yang menghasilkan
berat kering paling tinggi adalah ukuran rockwool r4 dan r3. Berat kering yang
dihasilkan dari perlakuan r4 dan r3 tidak berbeda nyata. Dengan demikian
penggunaan ukuran rockwool r3 yang lebih kecil dari r4 lebih efisien karena akan
lebih hemat.
Gambar 5. Pengaruh pemberian berbagai jenis nutrisi dan berbagai ukuran
rockwool terhadap berat kering pakchoi umur 30 hst. Nilai tengah
yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
BNT 5%. Nilai BNT 0,05= 1,5967
Berdasarkan hasil pemisahan nilai tengah yang disajikan pada Gambar 1,
2, 3, 4, dan 5 terlihat bahwa nutrisi n1 menghasilkan jumlah daun, berat basah, dan
berat kering tertinggi. Sedangkan nutrisi n2 menghasilkan tinggi tanaman, jumlah
daun, lebar daun, berat basah, dan berat kering. Konsentrasi N pada nutrisi n1 dan
n2 sebesar 150 ppm dan 175 ppm, sedangkan konsentrasi N pada nutrisi n3 dan n4
5,2 ab
6,6 a
3,8 b
4,6 b
3,3 b3,6 b
5,9 a
7,2 a
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4
Ber
at k
erin
g (
g)
Perlakuan
Nutrisi
Rockwool
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 17 (1): 9—20, Juni 2021 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X
Volume 17 (1): 9—20, Juni 2021 19
adalah 200 ppm dan 225 ppm. Peningkatan konsentrasi N dari 150 ppm dan 175
ppm ke 200 ppm dan 225 ppm pada formula nutrisi hidroponik yang dicobakan
tidak serta merta dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil pakchoi. Namun
demikian, Warganegara et. al. (2015) menyatakan bahwa penggunaan konsentrasi
nitrogen 200—300 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil selada.
Perbedaan hasil ini diduga bahwa peningkatan konsentrasi N pada formula nutrisi
hidroponik dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jika diikuti
dengan ketepatan kombinasi konsentrasi unsur hara lainnya yang terkandung
dalam formula nutrisi AB mix yang dibuat.
Selanjutnya, pada perlakuan ukuran rockwool, terlihat bahwa ukuran
rockwool r3 menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, dan berat
kering tertinggi. Sedangkan ukuran rockwool r4 menghasilkan nilai tengah paling
tinggi pada variabel tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, berat basah, dan
berat kering. Perlakuan ukuran rockwool r4 menghasilkan nilai tengah yang tinggi
pada semua variabel. Namun demikian, penggunaan rockwool r3 lebih efisien
dibandingkan r4.
KESIMPULAN
Penggunaan formula nutrisi n2 (175 ppm NO3+NO4, 60 ppm P, 280 ppm K,
158 ppm Ca, 61,25 ppm Mg, 107 ppm S, dan 40 gram pupuk mikro librel BMX
®) dan ukuran rockwool 12 cm3 (r4) baik digunakan untuk budidaya pak choi
secara hidroponik
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih diucapkan kepada Politeknik Negeri Lampung yang telah
membiayai penelitian ini sesuai dengan surat perjanjian pelaksanaan Penelitian
Tahun Anggaran 2016 Nomor : 055.010/PL15.8/LT/2016, tanggal 12 Mei 2016
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta: Rineka Cipta.
Ferguson, S.D., R.P. Saliga, and S.T. Omaye. 2014. Investigating the Effect of
Hydoponic Media on Quality of Greenhouse Grown Leafly Greens.
International Journal Of Agricultural Extension 02(03):227-234.
Warganegara, G.R., Y.C. Ginting, dan Kushendarto. 2015. Pengaruh Konsentrasi
Nitrogen dan Plant Catalyst terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Selada (Lectuca sativa L.) secara Hidroponik. Jurnal Pertanian Terapan 15
(2): 100-106
Jurnal Wacana Pertanian Vol. 17 (1): 9—20, Juni 2021 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X
20 R. N. Sesanti dan H. Hidayat
Irawan.2003. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Media Tanah.Penerbit M2S.
Bandung.
Kusumawardhani, A. dan W.D. Widodo.2003. Pemanfaatan Pupuk Majemuk
sebagai Sumber Hara Tomat secara Hidroponik. Buletin Agron 31(1): 15-
20.
Lingga, P. 2000. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Munawar, A. 2011.Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor: Penerbit IPB.
Poerwanto dan Susila. 2014. Teknologi Hortikultura. Bogor: Penerbit IPB.
Sesanti, R.N. dan Sismanto. 2014. Pertumbuhan dan Hasil Pakchoi (Brasicca
rapa L.) pada Dua Sistem Hidroponik dan Empat Jenis Nutrisi. Jurnal
Kelitbangan Inovasi dan Pembangunan, 04 (01): 1—9.
Susilo, F.X.2014. Aplikasi Statistika untuk Analisis Data Riset Proteksi
Tanaman.Anugrah Utama Raharja Printing dan Publising. Bandar Lampung
Sutiyoso, Y. 2004. Meramu Pupuk Hidroponik. Jakarta: Penebar Swadaya.