respons pertumbuhan dan hasil empat varietas …digilib.unila.ac.id/31203/18/skripsi tanpa bab...

48
RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L.) Merill.) TERHADAP CARA PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK N P K (Skripsi) Oleh SITI MAYSAROH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: hoangduong

Post on 26-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT VARIETAS KEDELAI

(Glycine max (L.) Merill.) TERHADAP CARA PEMBERIAN

KOMBINASI PUPUK N P K

(Skripsi)

Oleh

SITI MAYSAROH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT VARIETAS KEDELAI

(Glycine max (L.) Merill.) TERHADAP CARA PEMBERIAN

KOMBINASI PUPUK N P K

Oleh

SITI MAYSAROH

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui respons tanaman kedelai terhadap

cara pemberian pupuk N, P, dan K dalam menghasilkan pertumbuhan dan

produksi kedelai, 2) mengetahui perbedaan keempat varietas kedelai (Anjasmoro,

Grobogan, Dena-1, dan Argomulyo) dalam menghasilkan pertumbuhan dan

produksi, 3) mengetahui apakah masing-masing varietas kedelai ditentukan oleh

perbedaan cara pemberian pupuk N, P, dan K dan sebaliknya apakah cara

pemberian yang berbeda pada masing-masing varietas akan berbeda pula dalam

menghasilkan pertumbuhan dan produksi kedelai. Perlakuan disusun secara

faktorial (2x4) dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan 3

kali ulangan. Faktor pertama adalah cara pemberian pupuk N P K yaitu satu kali

(P1) saat awal vegetatif dan dua kali (P2) yaitu pada fase vegetatif dan fase awal

berpolong. Faktor kedua adalah varietas yaitu varietas Anjasmoro (v1), Grobogan

(v2), Dena 1 (v3), dan Agromulyo (v4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Pemupukan kombinasi N, P, K satu kali menghasilkan pertumbuhan lebih tinggi

daripada dua kali dalam pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 5 MST.

Pemupukan kombinasi N, P, K dua kali, hasil kedelai lebih tinggi daripada satu

kali dalam pengukuran jumlah polong isi, bobot 100 butir, dan bobot kering biji.

Varietas Anjasmoro menghasilkan pertumbuhan dan hasil lebih tinggi daripada

varietas Grobogan, Dena-1 dan Argomulyo pada pengukuran tinggi tanaman,

bobot kering berangkasan, jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot 100 butir

dan hasil (ton/ha). Pemupukan kombinasi N, P, K satu kali atau dua kali, varietas

Anjasmoro lebih tinggi hasilnya daripada varietas yang lain. Varietas Anjasmoro

dan Grobogan hasilnya relatif lebih tinggi pada pemupukan dua kali. Sedangkan

varietas Dena-1 dan Argomulyo hasilnya tidak berbeda antara pemupukan satu

kali dan dua kali.

Kata kunci : generatif, kedelai, pemupukan, vegetatif.

Siti Maysaroh

RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT VARIETAS KEDELAI

(Glycine max (L.) Merill.) TERHADAP CARA PEMBERIAN

KOMBINASI PUPUK N P K

Oleh

SITI MAYSAROH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

htul Skripsr

N*malvlahasiswa

NomorPokok Mahasiswa

Junrsan

Fakultas

Dr.Ir. PauI B. Timotiwu,NIP 19620928198703 l00l

PERTI]MBUIIAN DAN HASILAT VARIETAS KEDELAI

Glycine mu (L) Merill.) TERIIADAP CARAKOMBINASIPUPUKNPK

S&1sqrofr

t3t4t2lt70

MEI\TYETUJTII

1. Komisi Pembimbing

Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S.NIP 196101 1 l 1987032005

Junrsan Agroteknologi

Dr.Ir. Sri Yusnaini, M.Si.19630s0819881 12001

l-TimPengsji

Krtla

Seknehis

FengrdiHrmPembimbing

'*'PillhD". Ir. Ifuan Sukri

S S,,^rySfiotruoteo31oo2

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : Maret 2018

MENGESAHKAI\I

Yayuk Nurmiaty, M.S.

Eko Pramono, M.S.

Ir. Paul B. Timotiwu, M.S.

r: illyeyang bertanda tangan

bEjrdul *BESPONS PER

IEI|ELAI (Glycine max

KOMBINASI PUP-UK N P

nenryatan hasil karya

telrhmengikuti kaidah

dikemudian hari terbutti

oleh orang lain maka saya

akademik yang berlaku.

T PER}IYATAAN

bawah ini menyatakan bahwa skripsi saya yang

DAI{ HASIL EMPAT VARIETA.S

) Merrill.) TERHADAP CARA PEMBERIAN

merupakan hasil karya sendiri dan bukan

lain- Semua hasil yang tertuang dalam skripsi ini

karya ilmiah Universitas Lampung. Bila

skripsi ini merupakan hasil salinan atau dibuat

iamenerima sanksi sesuai dengan ketentuan

Bandar Lampung, l0 April2018

iti Maysarohilt'+tztna

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muara jaya 1, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lampung

Barat, Provinsi Lampung pada 07 April 1994. Penulis merupakan anak ke enam

dari enam bersaudara pasangan Bapak Suwardi dan Ibu Poniyem. Tahun 2007

penulis menyelesaikan studi di SD Negeri 1 Muara Jaya 1. Penulis lulus dari

SMP Negeri 1 Kebun Tebu pada tahun 2010, selanjutnya menyelesaikan studi di

SMA Negeri 1 Kebun Tebu pada tahun 2013. Tahun 2013 penulis diterima di

Universitas Lampung (UNILA) melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SBMPTN) tertulis sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi,

Fakultas Pertanian.

Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Besar

Pengembangan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

(BBPPMB TPH), Depok, Jawa Barat. Tahun 2017 penulis melaksanakan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Pekon Negeri Kelumbayan, Kecamatan Kelumbayan,

Kabupaten Tanggamus. Penulis aktif di Organisasi Persatuan Mahasiswa

Agroteknologi (PERMA AGT) Fakultas Pertanian Universitas Lampung sebagai

anggota anggota bidang penelitian dan pengembangan periode 2014/2015.

Penulis pernah menjadi asiten dosen matakuliah Teknologi Benih dan Statistika

pertanian semester ganjil pada tahun 2016/2017, Produksi tanaman pangan

semester genap pada tahun 2016/2017,serta matakuliah Statistika Pertanian

semester ganjil pada tahun 2017/2018. .

Dengan penuh rasa syukur kepada AllahSWT, kupersembahkan skripsi ini untuk:

Mamak, Bapak, Mami, Papi, dan keluargaku tercinta.

Seluruh dosen Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung dan Guru-

guruku tercinta yang senantiasa ikhlas dalam memberiku ilmu hingga

sarjana.

Almamater tercinta Universitas Lampung.

“Dan di Bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur,

tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak bercabang;

disirami dengan air yang sama, tetapi kami lebihkan tanaman yang satu

dari yang lainnya dalam hal rasanya. Sungguh, pada yang demikian

itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)

bagi orang-orang yang mengerti”

(Q.S. Ar-Ra’d : 4)

SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya, nikmat

kesehatan jasmani maupun rohani, kebaikan rizki, kesabaran dan kekuatan, serta

kefahaman ilmu kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada junjungan Nabi Muhammad

SAW atas kelimpahan nikmat dan syafaatnya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh

pihak yang telah terlibat dalam membantu penulisan skripsi dan juga dalam

pelaksanaan penelitian, kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas saran dan koreksi

kepada penulis.

4. Bapak Dr.Ir. Paul Benyamin Timotiwu, M.S., selaku pembimbing utama

yang telah memberi ide penelitian, arahan, bimbingan, dan motivasi dalam

melakukan penelitian ini.

5. Ibu Ir. Yayuk Nurmiaty, M.S., selaku Dosen pembimbing kedua dan

Pembimbing Akademik yang telah memberikan kasih sayang, ide, saran,

bimbingan, serta bantuan secara moril dan materiil dalam pelaksanaan

kegiatan penelitian dan penulisan skripsi.

6. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku Dosen penguji bukan pembimbing atas

kritik, saran, dan bimbingan dalam penelitian ini.

7. Seluruh Dosen Jurusan Agroteknologi yang telah memberikan ilmu dan

membimbing penulis selama menjadi mahasiswa Agroteknologi Universitas

Lampung.

8. Bapak, Mamak, Mami, Papi, Kakak, Ayuk, dan keluarga besarku yang telah

memberikan do’a, kasih sayang, semangat, dukungan, dan perhatiannya

kepada penulis.

9. Seluruh guru SD Negeri Muara Jaya 1, SMP Negeri 1 Kebun Tebu, dan SMA

Negeri 1 Kebun Tebu yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada

penulis hingga sarjana.

10. Yosep Riando Kusuma, S.P., Robin Afia Hidayat, S.P., Siti Istiqomah, S.P,

Sari Dewi, S.P., Steffy Agustin, S.P., Siti Nur Rohmah, S.P., Tri Lestari, S.P.,

Wiwin Ervinatun, S.P., Itsna Afifaturrohmah, S.P., Umi Mahmudah, S.P.,

Rully Yosita, S.P., Vina Oktavia, S.P., Suci Amalia, S.P., Risma Rahmawati

S.P., Sofiah, S.P., dan teman-teman Agroteknologi 2013 atas kebersamaan,

semangat, do’a, dan bantuan selama pelaksanaan penelitian sampai

penyusunan skripsi.

11. Ratih Setiani, Dwi Wahyu Nugroho, Mbak Siti Roshikah, Mbak Evi

Mayuliana, sahabat-sahabat tercinta (SD, SMP, dan SMA), adik-adik jurusan

Agroteknologi, adik-adik jurusan D3 Perkebunan yang telah memberikan

do’a, semangat, dan bantuan selama pelaksanaan penelitian sampai

penyusunan skripsi.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung

dari awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis

mengucapkan terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan mereka dengan lebih baik dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Bandar Lampung, April 2018

Penulis

Siti Maysaroh

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan ......................................................................................... 4

1.3 Landasan Teori ............................................................................ 5

1.4 Kerangka Pemikiran .................................................................... 6

1.5 Hipotesis ...................................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 10

2.1 Tahapan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kedelai 10

2.2 Karakteristik varietas kedelai yang diuji .................................... 11

2.3 Peranan N, P, K pada pertumbuhan dan hasil kedelai ............... 13

2.4 Cara pemberian pupuk N, P, dan K ........................................... 15

III. BAHAN DAN METODE ................................................................ 17

3.1 Tempat dan Waktu ..................................................................... 17

3.2 Bahan dan Alat ............................................................................ 17

3.3 Rancangan Percobaan ................................................................. 17

3.4 Pelaksanaan ................................................................................ 19

3.5 Variabel yang diamati ................................................................. 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 24

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 24

4.4 Pembahasan ................................................................................ 29

V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 35

5.1 Simpulan ..................................................................................... 35

5.2 Saran ............................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 36

LAMPIRAN ............................................................................................ 40

Tabel 3-28 ................................................................................................ 41

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Stadia pertumbuhan vegetatif dan reproduktif tanaman kedelai. .... 10

2. Rekapitulasi analisis ragam respons pertumbuhan dan hasil

empat varietas kedelai terhadap cara pemberian kombinasi

pupuk N, P, K. ................................................................................. 24

3. Respons jumlah polong isi kedelai terhadap cara pemberian

kombinasi pupuk N, P, K dan varietas. ........................................... 25

4. Respons cara pemberian kombinasi pupuk N, P, K dan varietas

terhadap bobot kering biji kedelai. .................................................. 26

5. Respons pertumbuhan dan hasil kedelai terhadap cara pemberian

kombinasi pupuk N, P, K. ............................................................... 27

6. Respons pertumbuhan dan produksi kedelai terhadap perbedaan

varietas. ........................................................................................... 28

7. Deskripsi kedelai varietas Anjasmoro. ............................................ 41

8. Deskripsi kedelai varietas Grobogan. ............................................. 42

9. Deskripsi kedelai varietas Dena-1. .................................................. 43

10. Deskripsi kedelai varietas Argomulyo. ........................................... 44

11. Hasil pengujian sampel tanah sebelum tanam. ............................... 45

12. Hasil pengujian tanah setelah tanam dan aplikasi pupuk. ............... 45

13. Data respons tinggi tanaman empat varietas kedelai terhadap cara

pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K. ...................................... 46

14. Uji homogenitas tinggi tanaman empat varietas kedelai. ............... 47

15. Hasil analisis ragam tinggi tanaman empat varietas kedelai

terhadap cara pemberian kombinas pupuk N, P, dan K. ................. 47

16. Data respons jumlah daun empat varietas kedelai terhadap cara

pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K. ...................................... 47

17. Uji homogenitas jumlah daun lima varietas kedelai. ...................... 48

18. Hasil analisis ragam respons jumlah daun empat varietas kedelai

terhadap cara pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K. . ............... 48

19. Data respons bobot kering berangkasan empat varietas kedelai terhadap

cara pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K. ............................... 49

20. Uji homogenitas bobot berangkasan lima varietas kedelai. ............ 49

21. Hasil analisis ragam respons bobot kering berangkasan empat

varietas kedelai terhadap cara pemberian kombinasi pupuk N, P,

dan K. .............................................................................................. 50

22. Data respons jumlah polong total empat varietas kedelai terhadap

cara pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K. ............................... 50

23. Uji homogenitas jumlah polong total lima varietas kedelai. ........... 51

24. Hasil analisis ragam respons jumlah polong total empat varietas

kedelai terhadap cara pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K. ... 51

25. Data respons jumlah polong isi empat varietas kedelai terhadap

cara pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K. ............................... 52

26. Uji Homogenitas jumlah polong isi lima varietas kedelai. ............. 53

27. Hasil analisis ragam respons jumlah polong isi empat varietas

kedelai terhadap cara pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K. ... 53

28. Data respons bobot 100 butir empat varietas kedelai terhadap cara

pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K. ...................................... 54

29. Uji homogenitas ragam bobot 100 butir benih lima varietas kedelai. 54

30. Hasil analisis ragam respons bobot 100 butir empat varietas

kedelai terhadap cara pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K. ... 55

31. Data respons bobot kering biji (t/ha) empat varietas kedelai

terhadap cara pemberian kombinasi pupuk N, P, dan K. ................ 55

32. Uji homogenitas ragam hasil kedelai (t/ha) lima varietas kedelai. . 56

33. Hasil analisis ragam respons bobot keriing biji (t/ha) empat

varietas kedelai terhadap cara pemberian kombinasi pupuk N, P,

dan K. .............................................................................................. 56

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan kerangka pemikiran . ............................................................... 8

2. Tata letak percobaan . ........................................................................ 19

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan komoditas pertanian yang sangat

dibutuhkan di Indonesia. Kedelai dapat dikonsumsi dalam berbagai produk

makanan olahan seperti tahu, tempe, susu, dan masih banyak lagi produk olahan

yang lainnya. Selain untuk pakan ternak, kedelai juga digunakan sebagai bahan

baku industri maupun bahan penyegar. Kandungan gizi kedelai cukup tinggi

antara lain: 35 g protein, 53 g karbohirat 18 g lemak dan 8 g air dalam 100 g

bahan makanan, bahkan untuk varietas unggul tertentu, kandungan proteinnya 40-

43 g. Selain itu kedelai juga mengandung mineral-mineral seperti Ca, P, dan Fe

serta kandungan vitamin A dan B (Sudaryanto dan Swasti, 2007).

Kebutuhan kedelai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya

jumlah penduduk dan perkembangan industri yang membutuhkan bahan baku

kedelai. Namun peningkatan ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi

kedelai di Indonesia. Produksi kedelai di Indonesia dalam waktu lima tahun

terakhir berfluktuasi dan cenderung meningkat 2,49%. Produksi kedelai tahun

2015 sebesar 963.183 ton/ha atau meningkat 0,86% dari tahun 2014 yaitu sebesar

954.997 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2015). Peningkatan produksi kedelai

memerlukan berbagai upaya agronomi seperti pemupukan.

2

Menurut Permanasari (2014), penggunaan pupuk yang efektif harus memenuhi

lima tepat yaitu dosis, macam, waktu, cara pemberian, dan tepat sasaran.

Pemupukan tepat dosis dan tepat cara dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan

hasil tanaman sehingga produksi tanaman meningkat. Hasil penelitian tentang

tanggap tanaman kedelai terhadap pemupukan N, P, dan K sejauh ini belum

konsisten, baik dosis maupun waktu pemberiannya. Pemupukan N, P, dan K pada

kedelai yang umum dilakukan adalah satu kali, yaitu pada saat tanam. Dengan

cara ini produksi kedelai khususnya pada tingkat petani masih relatif rendah, rata-

rata produktivitas nasional kedelai 1,3 ton/ha dengan kisaran 0,6-2,0 ton/ha,

sedangkan di tingkat penelitian telah mencapai 1,7-3,2 ton/ha, tergantung dari

kondisi lahan dan teknologi yang diterapkan (Edison et al., 2013). Produksi

kedelai masih relatif rendah meskipun sudah diberi N, P, dan K dosis

rekomendasi.

Dalam penelitian ini, dosis pupuk yang digunakan yaitu 50 kg/ha Urea, 100 kg/ha

TSP, dan 100 kg/ha KCl dalam dua cara pemberian. Cara pemberian Urea, TSP,

KCl pertama seluruh dosis rekomendasi diberikan satu kali pada awal vegetatif

yaitu 2 minggu setelah tanam (MST); kedua dosis rekomendasi diberikan dua kali

yaitu awal vegetatif (2 MST) dan awal berpolong (5- 6 MST) . Kedua cara

tersebut akan diterapkan pada empat varietas kedelai yaitu varietas Anjasmoro,

Grobogan, Dena 1, dan Argomulyo.

Subandi dan Wijanarko (2013) menyatakan bahwa takaran pupuk N dan K

diberikan dua kali, pertama masing-masing 2/3 bagian bersamaan dengan pupuk P

pada tanaman berumur 10 hari setelah tanam, dan kedua pupuk N dan K sisa

3

masing-masing 1/3 bagian diberikan pada tanaman kedelai menjelang berbunga

atau umur 30 hari setelah tanam. Berdasarkan penelitian Bachtiar (2016),

menyatakan bahwa waktu pemupukan N pada umur tanaman 2 - 5 MST pada

tanah mineral dan 2-4 MST pada tanah bergambut dapat menghasilkan

pertumbuhan dan produksi kedelai yang tinggi. Hal ini juga sejalan dengan

penelitian Sari (2018) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk nitrogen dua

kali memberikan pertumbuhan terbaik dengan hasil 2,19 ton/ha daripada

pemberian nitrogen satu kali. Respons varietas terhadap pupuk tergantung dari

dosis rekomendasi dan cara atau waktu pemberian. Oleh karena itu perlu

dipertimbangkan untuk memilih jenis varietas yang digunakan.

Bachtiar, et al. (2016), waktu pemupukan N pada umur tanaman 2 - 5 minggu

setelah tanam (MST) pada tanah mineral dan 2-4 MST pada tanah bergambut

dapat menghasilkan pertumbuhan dan produksi kedelai yang tinggi.

Pemilihan varietas sebagai salah satu faktor genetis yang berinteraksi dengan

lingkungan berperan penting dalam memaksimalkan hasil tanaman. Gardner, et

al. (1991) menyatakan bahwa faktor internal yang ada di dalam kendali genetik

bervariasi di antara satu varietas dengan varietas lainnya sehingga suatu varietas

yang cocok pada suatu kondisi tertentu belum tentu cocok pada kondisi

agroklimat lainnya. Di samping itu, setiap varietas juga mempunyai respons yang

berbeda-beda terhadap faktor-faktor eksternal, seperti pemupukan yang diberikan

kepada tanaman. Hasil penelitian Marliah (2012) menyatakan bahwa varietas

Anjasmoro dan varietas Grobogan menghasilkan tinggi tanaman dan bobot biji

per tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Kipas Merah.

4

Penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan

sebagai berikut:

1. Apakah dari kedua cara pemberian pupuk N, P, dan K menghasilkan

pertumbuhan dan produksi kedelai yang berbeda?

2. Apakah ada perbedaan keempat varietas kedelai (Anjasmoro, Grobogan,

Dena-1, dan Argomulyo) dalam menghasilkan pertumbuhan dan produksi?

3. Apakah masing-masing varietas kedelai ditentukan oleh perbedaan cara

pemberian pupuk N, P, dan K dan sebaliknya apakah cara pemberian yang

berbeda pada masing-masing varietas akan berbeda pula dalam menghasilkan

pertumbuhan dan produksi kedelai?

1.2 Tujuan

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan

sebagai berikut:

1. Mengetahui respons tanaman kedelai terhadap cara pemberian pupuk N, P, dan

K dalam menghasilkan pertumbuhan dan produksi kedelai.

2. Mengetahui perbedaan keempat varietas kedelai (Anjasmoro, Grobogan,

Dena-1, dan Argomulyo) dalam menghasilkan pertumbuhan dan produksi.

3. Mengetahui apakah masing-masing varietas kedelai ditentukan oleh perbedaan

cara pemberian pupuk N, P, dan K dan sebaliknya apakah cara pemberian yang

berbeda pada masing-masing varietas akan berbeda pula dalam menghasilkan

pertumbuhan dan produksi kedelai.

5

1.3 Landasan Teori

Pertumbuhan tanaman kedelai dibedakan atas pertumbuhan vegetatif dan

generatif. Pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke

permukaan tanah sampai mulai berbunga sedangkan pertumbuhan generatif

dihitung sejak tanaman kedelai mulai berbunga sampai pembentukan polong,

perkembangan biji, dan pemasakan biji. Untuk memperoleh pertumbuhan yang

baik, unsur hara yang tersedia di dalam tanah harus cukup seimbang selama

pertumbuhan tanaman (Ryan, 2002).

Pada fase R3 (awal pembentukan polong ), perkembangan tanaman kedelai

membutuhkan unsur hara yang cukup untuk pengisian polong (biji). Pada fase ini

akar tanaman kedelai diduga tidak maksimal dalam menyerap unsur hara sehingga

diperlukan unsur hara tambahan untuk dapat menghasilkan produksi yang tinggi.

Menurut Suryanti, dkk. (2009), jika saat tanaman leguminase memasuki stadia

generatif maka penambatan N oleh bintil akar akan menurun akibat bintil akar

yang tua dan mati. Adisarwanto (2007) menyatakan bahwa pemberian pupuk

susulan saat R3 dapat menyediakan kebutuhan hara yang diperlukan tanaman

dalam memaksimalkan proses pembentukan polong sehingga dapat meningkatkan

proses pengisian biji. Cara pemberian pupuk N, P, K secara bertahap merupakan

upaya alternatif untuk memenuhi kebutuhan unsur hara selama fase generatif

tersebut pada tanaman kedelai.

Menurut Tabri (2010) yang meneliti pengaruh pupuk N, P, K pada pertumbuhan

dan hasil jagung hibrida (Bisi-16) dan komposit (Lamuru) menyimpulkan bahwa

pertumbuhan dan hasil biji yang tinggi diperoleh dari pemberian pupuk N, P, dan

6

K. Bobot 100 biji jagung komposit (Lamuru) tertinggi jika diberi N, P, dan K

diikuti NP (-K) dan NK (-P) dan terendah pada PK (-N). Berdasarkan hasil

tersebut pemberian N, P, dan K pada tanaman jagung merupakan komposisi unsur

hara makro yang menyumbang hasil tertinggi. Cara pemberian pupuk N, P, K

yang bertahap dalam penelitian ini yang menggunakan tanaman kedelai bertujuan

untuk menjamin ketersediaan unsur hara khususnya ketiga unsur hara tersebut.

Pemilihan jenis kedelai yang ditanam berkaitan dengan hasil yang diperoleh

karena masing-masing varietas secara genetik berbeda. Berdasarkan deskripsi

varietas kedelai dari Balitkabi (2015), varietas Anjasmoro memiliki potensi hasil

2,03-2,25 t/ha, varietas Grobogan 2,77 t/ha, varietas Dena-1 1,7 t/ha, dan varietas

Argomulyo 1,5-2,0 t/ha. Tabri (2010) bahwa pemupukan N, P, K meningkatkan

hasil biji pada hibrida (Bisi-16) dan jagung komposit Lamuru yang nilainya

masing-masing adalah 8,43 t/ha dan 7.86 t/ha. Cara pemupukan N, P, K yang

bertahap dalam hal ini merupakan faktor lingkungan, sedangkan kekempat

varietas merupakan faktor genetik. Kedua faktor tersebut berinteraksi dalam

menghasilkan pertumbuhan dan hasil kedelai.

1.4 Kerangka pemikiran

Stadia pertumbuhan tanaman kedelai dapat dibedakan atas pertumbuhan vegetatif

dan generatif. Pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kedelai dipengaruhi

oleh ketersediaan N, P, dan K di dalam media tanam. Upaya meningkatkan hasil

tanaman memerlukan cara pemupukan N, P, dan K yang efektif. Cara pemberian

N, P, K satu kali menghasilkan pertumbuhan yang berbeda dibandingkan dengan

cara dua kali.

7

Pemberian pupuk N, P, K pada awal pertumbuhan akan mempengaruhi

ketersediaan asimilat selama pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga akan

meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Tanaman legume saat memasuki fase

generatif, penambatan N semakin menurun karena bintil akar yang tua dan mati.

Sedangkan kebutuhan akan N, P, dan K tetap dibutuhkan fase pemasakan biji.

Pemberiian pupuk bertahap (dua kali) yaitu pada awal tanam dan awal

pembentukan polong dapat menjamin ketersediaan unsur hara yang di maksud.

Unsur N, P, K yang diberikan pada saat berpolong atau kedua kali akan

meningkatkan proses metabolisme sehingga produksi benih akan optimal karena

ketersediaan asimilat selama pengisian benih maksimum. Produk asimilat

disimpan dalam bentuk cadangan makanan di dalam biji sehingga jika asimilat

cukup maka akan meningkatkan jumlah polong isi dan produksi per hektar.

Pemilihan jenis kedelai yang ditanam berkaitan dengan hasil yang diperoleh

karena masing-masing varietas secara genetik berbeda khususnya dalam merespon

pemupukan. Varietas Anjasmoro dan Grobogan memiliki potensi hasil yang lebih

tinggi (2,03-2,25 dan 2,77 t/ha) daripada varietas Dena-1 dan Argomulyo (1,7 dan

1,5-2,0 t/ha). Pemberian pupuk baik satu kali maupun dua kali tergantung dari

pemilihan varietas kedelai yang digunakan. Sebaliknya penggunaan varietas

tergantung dari pemberian pupuk satu kali atau dua kali (bertahap). Pertumbuhan

kedelai dalam penelitian ini diukur berdasarkan karakter atau variabel tinggi

tanaman, jumlah daun, dan bobot kering berangkasan (g). Hasil tanaman diukur

berdasarkan variabel jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot 100 butir (g),

dan bobot kering biji (t/ha).

8

Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran.

Kedelai ( Anjasmoro, Grobogan, Dena-1, Agromulyo)

N,P,K satu

kali

N,P,K dua

kali

Pemupukan

Vegetatif

Tinggi

tanaman

Vegetatif

Jumlah

daun

Tinggi

tanaman

Hasil

kedelai

(t/ha)

Generatif

Jumlah

polong

isi

Bobot

100 butir

Jumlah

daun

Generatif

Hasil

kedelai

(t/ha)

Bobot

100 butir

Jumlah

polong

isi

Tanpa N,P, K

susulan

Pemberian

N,P, K

susulan

9

1.5 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka dapat disusun

hipotesis sebagai berikut:

1. Cara pemberian pupuk N, P, dan K tunggal satu kali pada saat awal tanam

berbeda dalam menghasilkan pertumbuhan dan hasil kedelai dibandingkan

dua kali (awal tanam dan awal pembentukan polong).

2. Keempat varietas yang berbeda menghasilkan pertumbuhan dan hasil yang

berbeda.

3. Masing-masing varietas kedelai ditentukan oleh perbedaan cara pemberian

pupuk N, P, dan K dalam menghasilkan pertumbuhan dan produksi kedelai;

sebaliknya cara pemberian pupuk N, P, dan K yang berbeda tergantung dari

varietas yang digunakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tahapan pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kedelai

Kedelai (Glycine max (L.) Merill) meiliki tahapan pertumbuhan vegetatif dan

generatif yang telah dibuat oleh Fehr dan Caviness (1979) yang dikutip Mugnisjah

dan Setiawann, (2004). Tahapan pertumbuhan vegetatif dinyatakan dengan huruf

R dan tahapan pertumbuhan generatif dinyatakan dalam huruf R. Secara garis

besar tahapan-tahapan tersebut ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Stadia pertumbuhan vegetatif dan reproduktif tanaman kedelai.

Tahapan Pertumbuhan Deskripsi Tanaman

Pertumbuhann vegetatif

VE Muncul lapang Kotiledon di atas permukaan tanah

VC Kotiledon Daun unifoliat cukup tidak tergulung sehingga

tepi daun tidak bersentuhan satu sama lain.

V1 Buku pertama Daun yang berkembang penuh pada buku

unifoliat

V2Buku kedua Daun trifoliat yang berkembang penuh pada

buku di atas buku unifoliat

V3 Buku ketiga Tiga buku pada batang dengan daun yang

berkembang penuh mulai dengan buku unifoliat

VNBuku ke-n Sejumlah n buku pada batang dengan daun yang

berkiembang penuh mulai dengan buku unifoliat

11

Pertumbuhan generatif

R1Mulai berbunga Satu kuntum bunga mekar pada buku atau di

batang utama

R2Bunga mekar penuh Satu kuntum bunga mekar pada salah satu dari

dua buku teratas batang utama dengan daun yang

telah berkembang sempurna

R3Mulai muncul polong Polong dengan panjang 5 mm pada salah satu

dari empat buku teratas batang utama dengan

daun yang telah berkembang sempurna

R4Mulai polong penuh Polong dengan panjang 2 cm pada salah satu dari

empat buku teratas batang utama dengan daun

yang telah berkembang sempurna

R5Mulai muncul benih Benih dengan panjang 3 mm pada salah satu dari

empat buku teratas batang utama dengan daun

yang telah berkembang sempurna

R6Benih penuh Polong terisi penuh dengan benih hijau pada

salah satu dari empat bukuu teratas batang utama

dengan daun yang telah berkembang sempurna

R7Mulai masak Satu buahh polong normal pada batang utama

yang telah mencapai warna polong masak

R8Masak penuh 95 % dari polong yang ada telah mencapai warna

polong masak.

Sumber : Fehr dan Caviness (1979) yang dikutip Mugnisjah dan Setiawann,

(2004).

2.2 Karakteristik varietas kedelai yang diuji

(1) Varietas Anjasmoro

Varietas Anjasmoro berasal dari seleksi massa populasi galur murni Mansuria.

Varietas ini dilepas pada 22 Oktober 2001. Varietas Anjasmoro berumur 32-93

12

hari dengan potensi hasil 2,03-2,25 t/ha. Varietas ini tahan rebah, tahan terhadap

karat daun, dan polong tidak mudah pecah (Balitkabi, 2017).

(2) Varietas Grobogan

Varietas Grobogan berasal dari pemurnian populasi Lokal Malar Grobogan.

Varietas Grobogan dilepas pada tahun 2008. Varietas ini berumur sekitar 76 hari

dengan potensi hasil 3,40 ton/ha. Varietas ini mempunyai sifat polong masak

tidak mudah pecah dan pada saat panen daun luruh 95-100%. Varietas Grobogan

beradaptasi baik di beberapa kondisi lingkungan tumuh yang berbeda cukup

besar, pada musim hujan dan daerah beririgasi baik (Balitkabi, 2017).

(3) Varietas Dena 1

Varietas Dena 1 berasal dari persilangan Argomulyo dengan IAC 100 dan dilepas

pada 5 Desember 2015. Varietas Dena 1 berumur 78 hari dengan potensi hasil

2,9 ton/ha. Tahan terhadap penyakit karat daun (Phadankopsora pachirhyzi

Syd.), rentan hamapengisap polong (Riptortus linearis) danhama ulat grayak

(Spodoptera litura F.) serta toleran hingga naungan 50% (Balitkabi, 2017).

(4) Varietas Argomulyo

Varietas Argomulyo berasal dari Thailand, oleh PT Nestle Indonesia pada tahun

1988 dengan nama asal Nakhon Sawan 1. Varietas ini dilepas pada tahun 1998.

Varietas ini berumur 80-82 hari dengan potensi hasil 1,5-2,0 ton/ha. Varietas ini

toleran karat daun dan memiliki sifat tahan rebah (Balitkabi, 2017).

13

2.3 Peranan N, P, K pada pertumbuhan dan hasil kedelai

Menurut (Nurhayati et al., 2014) unsur N, P, dan K diserap oleh tanaman dan

digunakan dalam proses metabolisme tanaman. Suplai hara yang cukup membantu

proses fotosintesis dan menghasilkan senyawa organik yang akan diubah dalam

bentuk ATP pada saat proses respirasi. ATP sebagai energi digunakan untuk

pertumbuhan tanaman. Selama pertumbuhan reproduktif akan terjadi pemacuan

pembentukan bunga, polong serta biji kedelai.

Unsur hara N termasuk unsur yang dibutuhkan dalam jumlah paling banyak

sehingga disebut unsur hara makro primer. Umumnya unsur Nitrogen menyusun

1-5% dari berat tubuh tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion

amonium (NH4+) atau ion nitrat (NO3

-). Sumber unsur N dapat diperoleh dari

bahan organik, mineral tanah, maupun penambahan dari pupuk organik. Nitrogen

berfungsi untuk menyusun asam amino (protein), asam nukleat, nukleotida, dan

klorofil pada tanaman, sehingga dengan adanya N tanaman akan lebih hijau ,

pertumbuhan tanaman lebih cepat, dan meningkatkan kandungan protein hasil

panen (Rina, 2015).

Menurut Mulyadi (2012) kelebihan unsur N menyebabkan pertumbuhan

vegetatif memanjang (lambat panen), mudah rebah, menurunkan kualitas bulir,

peka terhadap serangan hama/penyakit sedangkan bila kekurangan unsur N

menyebabkan pertumbuhannya kerdil, daun tampak kekuning-kuningan, sistem

perakaran terbatas. Kahat N, pada tanaman muda (fase vegetatif) warna daun

hijau pucat dan pada kondisi kekahatan yang parah berwarna kuning pucat,batang

lemah dan memanjang. Pada daun tua bagian bawah berwarna kuning dan

14

berguguran sebelum waktunya. Selain itu, pertumbuhan tanaman kerdil, warna

batang kemerahan, pertumbuhan polong terhambat, daun mengecil dan berdinding

tebal sehingga daun menjadi keras atau kasar dan berserat.

Unsur P juga merupakan salah satu unsur hara makro primer sehingga diperlukan

tanaman dalam jumlah banyak untuk tumbuh dan berproduksi. Tanaman

mengambil unsur P dari dalam tanah dalam bentuk ion H2PO4-. Konsentrasi unsur

P dalam tanaman berkisar 0,1-0,5% lebih rendah daripada unsur N dan K (Rina,

2015).

Keberadaan unsur P berfungsi sebagai penyimpan dan transfer energi untuk

seluruh aktivitas metabolisme tanaman, sehingga dengan adanya unsur P maka

tanaman akan:

1. memacu pertumbuhan akar dan membentuk sistem perakaran yang baik

2. menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh

tanaman

3. memacu pembentukan bunga dan pematangan buah/biji, sehingga

mempercepat masa panen

4. memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah

5. memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah

6. menyusun dan menstabilkan dinding sel, sehingga menambah daya tahan

tanaman terhadap serangan hama penyakit

Kekurangan P akan menyebabkan daun tua berubah menjadi berwarna gelap dan

berubah menjadi kuning dan gugur sebelum waktunya. Batang berubah menjadi

15

berwarna ungu, karena adanya akumulasi antosianin. Selain itu, menghambat

pembentukan bintil akar, perkembangan akar, polong dan biji (Alfandi, 2011).

Dalam proses pertumbuhan tanaman, unsur K merupakan salah satu unsur hara

makro primer yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak. Unsur K diserap

tanaman dari dalam tanah dalam bentuk ion K+. Kandungan unsur K pada

jaringan tanaman sekitar 0,5 - 6% dari berat kering.

Manfaat unsur K bagi tanaman adalah :

1. sebagai aktivator enzim dan sekitar 80 jenis enzim yang aktivasinya

memerlukan unsur K.

2. membantu penyerapan air dan unsur hara dari tanah oleh tanaman

3. membantu transportasi hasil asimilasi dari daun ke jaringan tanaman (Rina,

2015)

Tanaman yang kekurangan unsur hara Kalium akan menunjukkan gejala yang

mirip dengan kekurangan unsur N, yaitu pertumbuhan tanaman menjadi kerdil,

seluruh tanaman berwarna pucat kekuningan (klorosis). Bedanya dengan

kekurangan unsur N, gejala kekurangan unsur K dimulai dari pinggir helai daun

sehingga terlihat seperti huruf V terbalik (Taufik dan Sundari, 2012).

2.4 Cara Pemberian Pupuk N, P, dan K

Pemberian pupuk nitrogen, fospor dan kalium merupakan kunci utama dalam

usaha budidaya tanaman kedelai. Untuk berhasilnya usaha pemupukan perlu

diperhatikan mengenai dosis, cara, dan waktu pemupukan sehingga usaha

pemupukan tersebut menjadi efektif (Permanasari, 2014). Pada umumnya, cara

16

pemberian pupuk pada tanaman kedelai dilakukan dengan cara ditebar secara

merata pada lahan yang ditanami kedelai atau bisa menggunakan sistem larik,

ditugal dan sebagainya.

Menurut Suntoro (2014), hal yang paling penting dalam pemupukan adalah

penggunaan dosis dan waktu pemupukan yang tepat. Waktu pemupukan yang

tepat pada tanaman kedelai yaitu pada saat usia kedelai -3-5 hari setelah tanam,

sebaiknya dilakukan dengan sistem tugal atau meletakan pupuk di sekitar lubang

tanam dengan jarak 7-10 cm dari tanaman. Dosis pupuk yang diberikan adalah

2/3 dosis pupuk yang mengandung N dan K, sedangkan pupuk yang mengandung

unsur P diberikan seluruhnya pada waktu pemupukan dasar dan kapasitas jumlah

pupuk disesuaikan pada kesuburan tanah. Pemupukan susulan dilakukan pada

saat tanaman berumur 20-30 hari pasca tanam atau tepatnya menjelang tanaman

berbunga. Dosis pupuk yang diberikan adalah 1/3 dosis pupuk yang mengandung

unsur hara N dan K.

Pada penelitian ini dilakukan cara pemupukan yang berbeda. Pupuk yang

mengandung unsur hara N, P, K diberikan pada tanaman kedelai melalui dua cara.

Cara pemberian Urea, TSP, KCl pertama seluruh dosis rekomendasi diberikan

satu kali pada awal vegetatif yaitu 2 minggu setelah tanam (MST); kedua dosis

rekomendasi diberikan dua kali yaitu awal vegetatif (2 MST) dan awal berpolong

(5- 6 MST).

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai dengan Juni 2017 di

Laboratorium Lapang Terpadu (Kampus Gedong Meneng, Bandar Lampung) dan

Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lampung.

3.2 Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih kedelai Varietas

Anjasmoro, Grobogan, Dena 1, Agromulyo, Pupuk sesuai rekomendasi yaitu

pupuk urea 50 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha, tali rafia, kertas

merang, dan paranet. Alat yang digunakan dan penelitian ini adalah cangkul, arit,

koret, selang, gembor, kamera, meteran, oven, germinator, dan timbangan

analitik.

3.3 Rancangan Percobaan

Perlakuan disusun secara faktorial (2x4) dalam rancangan kelompok teracak

sempurna (RKTS) dengan 3 kali ulangan. Pengelompokan dilakukan berdasarkan

hari tanam yaitu selang 3 hari.

18

Faktor pertama adalah cara pemberian pupuk N, P, K yaitu pemberian satu kali

(P1) saat awal vegetatif dan pemberian dua kali (P2) yaitu pada fase vegetatif dan

fase awal berpolong. Faktor kedua adalah varietas yang terdiri dari empat varietas

kedelai , yaitu varietas Anjasmoro (v1), Grobogan (v2), Dena 1 (v3), dan

Agromulyo (v4).

Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan Uji Bartlett dan aditivitas data

diuji dengan Uji Tukey sebagai asumsi analisis ragam. Bila asumsi analisis ragam

terpenuhi, pemisahan nilai tengah perlakuan diuji dengan uji BNT pada taraf

nyata 5%.

19

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

Gambar 2. Tata Letak Percobaan.

Keterangan: P1 = Pupuk satu kali

P2 = Pupuk dua kali

V1 = Varietas Anjasmoro

V2 = Varietas Grobogan

V3 = Varietas Dena 1

V4 = Varietas Agromulyo

3.4 Pelaksanaan

1) Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan sempurna sebanyak dua kali olah tanah.

Tanahyang sudah diolah diratakan dibuat petak percobaan berukuran 1,5 x 2

p2v4

p1v4

p1v1

p1v2

p2v1

p2v4

p1v2

p2v1

p1v4

p2v3

p2v2

p2v4

p1v4

p2v3

p1v2

p2v3

p1v3

p2v2

p1v1

p2v2

p1v3 p1v1

p2v1

p1v3

20

m sebanyak 24 petak dengan jarak antarulangan 50 cm dan jarak antarpetak

30 cm.

2) Penanaman

Penanaman benih kedelai dilakukan dengan cara ditugal sedalam 3-5 cm

dengan jarak tanam 50 x 30 cm. Setiap lubang tanam ditanam 3 butir benih

kedelai. Penjarangan tanaman dilakukan setelah benih tumbuh pada saat

umur dua minggu dengan menyisakan 2 tanaman per lubang. Penyulaman

dilakukan satu minggu setelah tanam.

3) Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan.

Pemberian pupuk satu kali (p1) yaitu 50 kg/ha urea, 100 kg TSP dan 100

kg/ha KCl didiberikan seluruhnya pada saat satu minggu setelah tanam, tetapi

TSP diberikan satu minggu sebelum tanam.

Sedangkan pemberian pupuk dua kali dua kali yaitu seluruh dosis 50 kg/ha

Urea, 100 kg/ha TSP, dan 100 kg/ha KCl dibagi menjadi dua bagian.

Setengah bagian yaitu 25 kg/ha urea, 50 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCl

diberikan pada saat satu minggu setelah tanam bersamaan pemupukan satu

kali. Tetapi TSP diberikan satu minggu sebelum tanam. Setengah bagian

lagi yaitu 25 kg/ha urea, 50 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCl diberikan pada fase

awal generatif yaitu awal berpolong (R3).

21

4) Pemeliharaan

Penyiangan dilakukan secara rutin dengan melihat kondisi gulma di lapang.

Penyiraman dilakukan setiap sore hari apabila tidak turun hujan dengan

selang. Penyiramann sangat diperlukan pada saat perkecambahan, stadium

awal vegetatif, masa pembungaan, dan masa pengisian polong.

5) Panen

Panen kedelai dilakukan saat tanaman telah mencapai matang penuh yang

ditandai dengan polong berwarna kecoklatan, lebih dari 90 % batang dan

daun telah mengering. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang

kedelai kira-kira 5 cm di atas permukaan tanah. Tanaman hasil panen

dikeringkan kemudian dilakukan perontokan untuk mendapatakan benih lalu

dilakukan pembersihan benih dari kotoran yang terbawa saat panen seperti

tanah, batu, daun, potongan brangkasan, ataupun biji gulma. Pengeringan

benih kedelai dilakukan dengan cara dijemur hingga nilai kadar air benih ±

12%.

3.5 Variabel yang diamati

Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan

pengamatan pada variabel pertumbuhan tanaman dan produksi. Variabel

pertumbuhan dilakukan pada akhir masa vegetatif. Variabel produksi diamati

pada saat panen.

22

3.5.1 Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari permukaaan tanah sampai titik tumbuh batang utama

yang dilakukan setiap minggu sampai akhir masa vegetatif. Pengukuran

dilakukan dalam satuan sentimeter dimulai pada saat tanaman berumur 5 MST.

3.5.2 Jumlah daun

Jumlah daun dihitung dari daun yang yang telah membuka sempurna. Kriteria

daun sempurna pada tanaman kedelai yaitu dalam satu tangkai terdapat 3-4 helai

daun, berbentuk lancip dan berbentuk bulat atau lonjong. Pengamatan dilakukan

pada saat tanaman berumur 5 MST.

3.5.3 Bobot kering berangkasan

Bobot kering berangkasan diperoleh dengan menimbang berangkasan kering

tanman kedelai yang pada saat tanaman awal berpolong. Berangkasan kemudian

dikeringkan dalam oven dengan suhu 700 C selama 3x24 jam sampai diperoleh

bobot yang konstan.

3.5.4 Jumlah polong total

Polong pada tanaman kedelai yang hampa maupun yang berisi dihitung

keseluruhan per tanaman pada saat panen.

3.5.5 Jumlah polong isi

Jumlah polong isi dihitung berdasarkan seluruh polong bernas yang muncul dalam

satu tanaman pada saat panen. Polong isi adalah satu polong paling sedikit berisi

satu biji.

23

3.5.6 Bobot 100 butir (12%)

Bobot 100 butir benih kedelai dilakukan dengan menghitung benih

menggunakann alat penghitung benih hingga 100 butir kemudian ditimbang

menggunakan timbangan analitik.

3.5.7 Bobot biji kering per hektar (BBKPH) (t/ha)

Bobot biji kering per hektar (BBKPH) (t/ha) adalah biji kedelai yang telah

dikeringkan melalui penjemuran hingga memiliki kadar air 12%. Bobot biji

kering per hektar (BBKPH) (t/ha) dihitung dari petak panen 2 x 1,2 m pada kadar

air 12%.

Hasil kedelai (t/ha) =

35

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Pemupukan kombinasi N, P, K satu kali menghasilkan pertumbuhan lebih

tinggi daripada dua kali dalam pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 5

MST. Pemupukan kombinasi N, P, K dua kali, hasil kedelai lebih tinggi

daripada satu kali dalam pengukuran jumlah polong isi, bobot 100 butir, dan

bobot kering biji.

2. Varietas Anjasmoro menghasilkan pertumbuhan dan hasil lebih tinggi

daripada varietas Grobogan, Dena-1 dan Argomulyo pada pengukuran tinggi

tanaman, bobot kering berangkasan, jumlah polong total, jumlah polong isi,

bobot 100 butir dan hasil (ton/ha).

3. Pemupukan kombinasi N, P, K satu kali atau dua kali, varietas Anjasmoro

paling tinggi hasilnya daripada varietas yang lain. Varietas Anjasmoro atau

Grobogan hasilnya paling tinggi pada pemupukan dua kali; varietas Dena-1

atau Argomulyo hasil kedelai tidak berbeda antara pemupukan satu kali dan

dua kali.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, untuk penelitian yang sama disarankan agar

dosis P ditingkatkan tetapi dosis K diturunkan. Hal ini karena dari hasil analisis

36

tanah setelah panen, kandungan unsur hara P menurun sedangkan unsur K

meningkat di kedua cara pemupukan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2007. Budidaya Kedelai dengan pemupukam yang Efektif dan

Pengoptimalan Peran Bintil akar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Alfandi. 2011. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.

Merrill) Kultivar Anjasmoro terhadap inokulasi cendawan mikoriza

Vasikular Arbuskular (MVA) dan pemberian pupuk kalium. Jurnal

Agrotropika. 16 (1): 9-13.

Bachtiar, M. Ghulamahdi, M. Melati, D. Guntoro, dan A. Sutandi. 2016.

Kebutuhan Nitrogen Tanaman Kedelai pada Tanah Mineral dan Mineral

Bergambut dengan Budi Daya Jenuh Air. Jurnal Penelitian Pertanian

Tanaman Pangan. 35 (3): 217-228.

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Kedelai di Indonesia. http://www.bps.go.id

diakses tanggal 10 Oktober 2015 pukul 21.15 WIB.

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. 2017. Deskripsi

Varietas Kedelai. http://balitkabi.litbang. deptan.go .id/images/PDF

/deskripsi_kedelai. pdf. Diakses pada 28 januari 2017.

Edison, Denny D, danan Dewi Sri Nurchaini. 2013. Model Pengembangan

Produksi Benih Kedelai Pada Lahan Kering Di Kabupaten Tebo. Jambi.

Fehr, W. R.,C.E. Cavieness, D.T. Burmood, and J.S. pennington. 1971. Stage of

Development Description for soybean Glycine max (L.) Merril. Crop Sci. M

adison. USA. 11 p.

Gardner, F. P. R. B. Pearce dan R. L Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya

(terjemahan Herawati Susilo). Universitas Indonesia. Jakarta.

Jamili, M.J., Jurnawaty. S., dan Al Ikhsan. A. 2017. Pengaruh Jerami Padi dan

Rasio Pupuk Urea, Tsp, Kcl Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (

Glycine max (L) Merril. ). Jom Faperta. 4 (1): 1-15.

Marliah, A. 2012. Pengaruh Varietas Dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan

Kedelai [Glycine max (L.) Merrill]. Jurnal Agrista. 16 (1): 1-28.

38

Melati, M., Ai Asiah dan Dewi R. 2008. Aplikasi Pupuk Organik dan Residunya

untuk Produksi Kedelai Panen Muda. Pusat Penelitian IPB. Bogor.

Buletin Agronomi. 36(3): 204-213.

Mulyadi , A. 2012. Pengaruh Pemberian Legin, pupuk NPK (15:15:15) dan Urea

pada tanah gambut terhadap kandungan N, P Total pucuk dan bintil akar

kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Jurnal Kaunia. 8 (1) : 21-29.

Nurhayati, Razali, dan Zuraida. 2014. Peranan Berbagai Jenis Bahan Pembenah

Tanah Terhadap Status Hara P dan Perkembangan Akar kedelai Pada Tanah

Gambut Asal Ajamu Suatera Utara. Jurnal Floratek. 9 : 29 – 38.

Permanasari, I dan Irfan, M. 2014. Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai (Glycine

Max (L.) Merill) Dengan Pemberian Rhizobium Dan Pupuk Urea Pada

Media Gambut. Jurnal Agroteknologi. 5 (1): 29 – 34.

Ratnasari, D. 2015. Respons Dua Varietas Kedelai (Glycine max (L.)

Merrill.)pada Pemberian Pupuk Hayati dan NPK Majemuk. Jurnal Online

Agroekoteknologi. 3 (1) : 276 - 282 Desember 2015.

Rina, D. 2015. Manfaat unsur N, P, dan K pada tanaman. BPTP Kaltim. Badan

Litbang Pertanian.

Ryan, J. 2002. Available soil nutrients and fertilizer use in relation to crop

production in Mediterranean area. In K.R. Krishna, (Ed). Soil Fertility an

Crop Production. Science Publisher, Inc. Enfild, NH, USA. 503 pp.

Saragih, D., H. Hamim, dan Nurmauli, N. 2013. Pengaruh Dosis dan Waktu

Aplikasi Pupuk Urea dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Jagung

(Zea mays, L.) Pioneer 27. J. Agrotek Tropika. 1 (1) : 50-54.

Sari, R. 2018. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pupuk Nitrogen Terhadap

Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai(Glycine max (L.)Merill). Artikel

Ilmiah. Universitas Jambi.

Subandi, dan A. Wijanarko. 2013. Pengaruh teknik pemberian kapur terhadap

pertumbuhan dan hasil kedelai pada lahan kering masam. Jurnal Penelitian

Pertanian Tanaman Pangan. 23 (3) : 171-178.

Sudaryanto, T., dan D. K.S Swastika. 2007. Ekonomi Kedelai di Indonesia.

Kedelai Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan.

Suntoro, dan Puji. A., 2014. Pengaruh Waktu Pemberian dan Dosis Pupuk NPK

Pelangi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis Varietas Sweet

Boys (Zea Mays Saccharata Sturt). Jurnal AGRIFOR. 13 (2): 213-22.

39

Suryanti, D., N. Susanti, dan Hasanudin. 2009. Waktu Aplikasi Pupuk Nitrogen

Terbaik untuk Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Varietas Kipas Putih dan

Galur 13 ED. J. Akta Agrosia Fakultas Pertanian UNIB. 12 (2): 204-212.

Tabri, Fahdiana. 2010. Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquest Kabupaten

Barru Sulawesi Selatan. Prosiding Pekan Serealia Nasional. Balai

Penelitian Tanaman Serealia.

Taufik, A., dan T. Sundar. 2012. Respon tanaman kedelai terhadap lingkungan

tumbuh. Buletin Palawiija. 23 : 13-28.

Zahrah, S. 2011. Respons berbagai varietas kedelai (Glycine max (L.) Merril)

terhadap pemberian pupuk NPK Organik. J. Teknobiol. 2(1): 65-69.