resume kel d tutorial blok 15 sk 1.doc

81
RESUME TUTORIAL BLOK 13 KELOMPOK D SKENARIO 1 PENGLIHATAN KABUR Oleh: 1. Ni Putu Ricca Tiara (072010101004) 2. Ayu Munawaroh Aziz (072010101012) 3. Rr. Okiningtyas (072010101014) 4. Diniusi Saptiari (072010101022) 5. Sakinah MZ (072010101023) 6. Sheila Soraya Ch. (072010101031) 7. Rahayu (072010101036) 8. Eka Prasetya (072010101041) 9. Titis Dia A. (072010101047) 10. Yosi Rizal (072010101051) 11. Rachman Efendi (072010101052) 12. Dito Fadilah (072010101057) 13. Mirandasari (072010101063) 14. Trias Nindya M. (062010101039)

Upload: binbinadi

Post on 19-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

TRANSCRIPT

Page 1: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

RESUME TUTORIAL BLOK 13

KELOMPOK D

SKENARIO 1

PENGLIHATAN KABUR

Oleh:

1. Ni Putu Ricca Tiara (072010101004)2. Ayu Munawaroh Aziz (072010101012)3. Rr. Okiningtyas (072010101014)4. Diniusi Saptiari (072010101022)5. Sakinah MZ (072010101023)6. Sheila Soraya Ch. (072010101031)7. Rahayu (072010101036)8. Eka Prasetya (072010101041)9. Titis Dia A. (072010101047) 10. Yosi Rizal (072010101051)11. Rachman Efendi (072010101052)12. Dito Fadilah (072010101057)13. Mirandasari (072010101063)14. Trias Nindya M. (062010101039)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

September, 2009

Page 2: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Skenario 1

Penglihatan Kabur

Seorang pensiunan pegawai mengeluh pada beberapa bulan terakhir sering merasa kurang jelas ketika melihat tulisan-tulisan di koran, setiap kali membaca koran huruf-hurufnya seolah-olah berhimpitan dan kabur sehingga koran harus didekatkan dan dijauhkan berharap mendapatkan jarak baca yang tepat. Kaca mata yang digunakan telah berulang kali diganti.ketika bertemu dengan teman sesama pensiunan ternyata juga memiliki keluhan dengan mata , terutama jika melihat terdapat bayangan hitam dan terlihat ganda. Keduanya bergumam “ya maklum sudah tua, spare part sepedapun ada ausnya”.

Permasalahan:

I. Anatomi Mata

II. Histologi Mata

III. Fisiologi Penglihatan

IV. Pemeriksaan Umum Mata

V. Kelainan Palpebra

A. Ptosis

VI. Kelainan Mata Pada Lensa

A. Katarak

B. Kelainan Refraksi

VII. Kelainan Mata Pada Retina

A. Degenerasi Makula Senilis

B. Retinopati

C. Ablasi Retina

VIII. Sensoripathways

A. Kelainan Lapang Pandang

Page 3: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Glaukoma

I. ANATOMI MATA

1. Orbita

Orbita atu lekuk mata adalah sebuah rongga berbentuk limas dalam kerangka

wajah. Alas limas ini terletak di sebelah anterior dan puncaknya di sebelah

posterior. Orbita memiliki 4 dinding dan 1 puncak yaitu :

a. dinding superior / atap terutama dibentuk oleh fasies orbitalis superior

ossis frontalis yang memisahkan rongga orbita dari fossa cranii anterior, di

dekat puncak orbita, atap ini dibentuk oleh ala minor ossis sphenoidales.

b. Dinding medial dibentuk oleh os ethmoidale dan oleh bagian-bagian

kecil os frontal, lakrimal, dan sphenoidale. Memiliki saccus lakrimalis.

c. Dinding inferior terutama dibentuk oleh os maksila dan sebagian oleh

os zygomaticum dan palatinum.

d. Dinding lateral dibentuk oleh processus frontalis ossis zygomatici dan

ala mayor ossis sphenoidale.

e. Puncak terletak pada canalis opticus, tepat medial dari fissura orbitalis

superior.

Vaskularisasi berasal dari arteri oftalmika, berjalan di bawah nervus optikus

dan melewati canalis optikus menuju ke orbita. Cabang-cabangnya :

arteri retina sentralis.

Arteri lakrimalis vaskularisasi glandula lakrimalis dan kelopak mata

atas.

Cabang muskularis ke otot-otot orbita

A. Siliaris posterior longus memperdarahi korpus siliaris dan dengan a.

Siliaris posterior membentuk sirkulus arterialis mayor iris.

A. Siliaris posterior brevis memperdarahi koroid dan nervus optikus.

A. Palpebralis media ke kedua kelopak mata.

Page 4: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

A. Supraorbitalis

A. Supratroklearis

Aliran vena orbita terutama melewati vena oftalmica superior dan inferior yang

berhubungan dengan sinus kavernosus melalui fisura orbitalis superior dan

dengan pleksus venosus pterigoideus melalui fisura orbitalis inferior.

2. Bola Mata

Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter

anteroposterior sekitar 24,5 mm.

3. Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang trnasparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan

permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan

dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel

kornea di limbus.

a. Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan

melekat pada tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva

melipat ke posterior dan membungkus jaringan episklera dan menjadi

konjungtiva bulbaris.

b. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitales di fornices dan

melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan

memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Kecuali di limbs,

konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sklera di

bawahnya.

Vaskularisasi konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.

Pembuluh limfe tersusun dalam lapisan profundus dan bersambung dengan

pembuluh limfe kelopak mata hingga terbentuk pleksus limfatikus. Konjungtiva

menerima persarafan dari cabang pertama nervus V.

4. Isi Orbita

Page 5: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Di dalam orbita terdapat bulbus oculi, n. Opticus, musculi bulbuli, fascia,

pembuluh darah, lemak, dan glandula lakrimalis serta saccus lakrimalis. Bulbus

oculi terdiri dari :

a. Lapisan Jaringan Ikat Eksternal

Berfungsi sebagai penyangga terdiri dari sklera dan kornea. Bagian 5/6

posterior lapisan eksternal tidak tembus cahaya yang dibentuk oleh sklera.

Di bagian depan sklera terlihat samar-samar lewat konjungtiva bulbi

sebagai ”putih mata”. Kornea aadalah bagian 1/6 anterior lapis luar yang

transparan.

b. Lapisan Tengah Vaskular

Terdiri dari lapisan yang vaskular dan berpigmen. Koroid, selaput yang

berwarna cokelat tua antara sklera dan retina membentuk lapis tengan

yang terluas dan menutupi sklera. Ke anterior koroid berakhir paad korpus

siliaris. Koroid melekat pada retina etapi dapat dengan mudah dilepaskan

dari sklera. Korpus silisris menghubungkan koroid dengan garis lingkar

iris. Pada permukaan dalamnya terdapat poccesus siliaris yang

memproduksi humor aquaeus. Iris yang terletak di depan lensa adalah

sebuah sekat yang dapat mengerut dengan pupilla, lubang di tengah untuk

melewatkan cahaya. Dua otot pengatur besarnya pupilla mata : m.

Sphincter pipillae menyempitkan pupil dan m. Dilator pupillae

melebarkannya.

c. Lapisan Neuran Interna (retina)

Terdiri dari lapis yaitu lapisan sel pigmen dan lapisan neural. Pada

fundus, bagian posterior retina terdapat titik bundar sirkular yang melesak

(diskus nervi optic atau papil optik) yaitu tempat n. Optikus memasuki

bulbus okuli. Pada daerah papil optik hanya terdapat serabut saraf dan

tidak ada reseptor cahaya. Sedikit lateral dari bintik buta ini terdapat bintik

yang berwarna kuning (makula lutea) yang di tengahnya terdapat fovea

yang merupakan daerah penglihatan tertajam. Retina memperoleh darah

Page 6: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

dari a. Sentralis retina. Sistem venanya bersatu membentuk vena sentralis

retina.

5. Media Pembias Mata

a. Kornea

Bersifat tembus cahaya, avaskular, dan sensitif terhadap sentuhan.

Dipersarafi oleh cabang pertama n. V dan memperoleh nutrisi dari humor

aquaeus, air mata, dan oksigen dari udara.

b. Humor aquaeus

Terdapat di camera anterior buli dan camera posterior yang dihasilkan

oleh poccesus siliaris. Aliran : camera posterior bulbi pupil camera

anterior sinus venosus sklerae (canalis Schlemm)

c. Lensa

Sifat : tembus cahaya, cembung pada kedua permukaannya dan

terselubung oleh capsula lentis. Bentuk lena diubah oleh m ciliaris.

d. Humor Vitreus

Page 7: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Bersifat tembus cahaya dan terdapat pada corpus vitreum di bagian 4/5

posterior bulbus oculi antara lensa dan retina. Berfungsi juga untuk

menahan retina pada tempatnya dan penyangga lensa.

6. Apparatus Lakrimalis

Terdiri dari glandula lakrimalis,glandula lakrimalis assesorius, kanalikuli, sakus

lakrimalis, dan duktus lakrimalis. Glandula lakrimalis terdiri dari :

a. bagian orbita : terletak di dalam fossa lakrimalis di segmen temporal atas

anterior dari orbita.

b. Bagian palpebra : terletak di atas segmen temporal dari forniks

konjungtivae superior.

Glandula lakrimalis assesorius (glandula Krause dan Wolfring) terletak di dalam

substansia propria di konjungtiva palpebra.

Air mata mengalir dari lakuna lakrimalis sakus lakrimalis duktus

nasolakrimalis meatus inferior dari rongga nasal. Kekuatan gabungan dari

isapan kapiler dalam kanalikuli, gaya berat, dan kerja memompa dari otot horner

meneruskan air mata ke bawah melalui duktus nasolakrimalis ke dalam hidung..

vaskularisasi glandula lakrimalis berasal dari a. Lakrimalis. Venanya bergabung

dengan vena ophtalmica. Drainase limfe menyatu dengan pembuluh limfa

konjungtiva untuk mengalir ke dalam limfonodulus pra auricula. Persarafannya

berasal dari n. Lakrimalis (sensoris), n. Petrosus superfisialis magna (sekretorik),

dan n. Simpatis yang menyertai arteri dan nervus lakrimalis.

Page 8: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

7. Otot-Otot Ekstraokuler

Terdiri dari 4 otot rektus dan 2 otot obliquus

a. Muskulus Rektus

Berorigo pada anulus Zinn dan dinamai sesuai dengan tempat berinsersio

yaitu pada sklera permukaan medial, lateral, inferior, dan superior. Fungsi

utamanya untuk adduksi, abduksi, menurunkan, dan mengankat bola mata.

b. Muskulus Obliquus

Muskulus obliquus superior berorigo di atas dan medial foramen optikum,

berbentuk fusiform lansing dan berjalan ke anterior berupa tendo troklea.

Sedangkan muskulus obliquus inferior berorigo pada sisi nasal dinding

orbita tepat di belakang tepian inferior orbita dan lateral duktus

nasolakrimalis. Otot ini berjalan di bawah rektus inferior kemudian di

bawah rektus lateral dan berinsersio pada sklera di dalam segmen

posterotemporal bola mata, sedikit di atas makula.

Page 9: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

8. Adneksa Mata

Page 10: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

a. Alis Mata lipatan kulit menebal yang ditutupi rambut dan ditunjang

oleh otot-otot di bawahnya. Glabela adalah prominentia tanpa rambut di

antara alis.

b. Palpebra

Merupakan modifikasi liatan kulit yang dapat menutup dan melindungi

bola mata anterior. Palpebra superior berakhir pada alis mata dan palpebra

inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri dari bidang jaringan

utama : lapis kulit, m orbikularis olkuli, jaringan areolar, tarsus, dan

konjungtiva palpebrae. Tepian palpebra :

1 ) anterior : bulu mata, glandula zeis (modifikasi kelenjar sebasea kecil

yang bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata),

Glandula Moll (modifikasi kelenjar keringat yang bermuara satu

baris dekat bulu mata).

2) Posterior : berkontak dengan bola mata dan terdapat muara-muara

kecil dari kelenjar Meibom atau Tarsal)

3) Punktum lakrimal : berfungsi mengalirkan air mata ke bawah melalui

kanalikuli ke saccus lakrimalis.

Fissura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebrae yang

terbuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Septum

orbitale adalah fascia di belakang bagian muskulus orbikularis yang

terletak di antara tepian orbita dan tarsus yang befungsi sebagai sawar

antara palpebra dan orbita. Refraktor palpebra berfungsi membuka

palpebra, bagian superior dibentuk oleh m. Levator palpebra superioris

dan bagian inferiornya dibentuk oleh muskulus rektus inferior. Persarafan

sensoris palpebra berasal dari cabang pertama dan kedua n. V.

Vaskularisasinya berasal dari a. Lakrimalis dan oftalmika melalui cabang

palpebra lateral dan medila. Sedangkan venanya mengalir ke vena

oftalmika dan vena-vena yang mengankut darah dari dahi dan temporal

yang tersusun dalam pleksus pra- dan pasca-tarsal.

Page 11: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc
Page 12: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

II. HISTOLOGI MATA

Setiap mata tediri atas 3 lapis konsentris :

1. Lapisan luar terdiri atas sklera dan kornea

2. Lapisan tengah (lapisan vascular atau traktus uveal) terdiri atas koroid, korpus

siliar, dan iris

3. Lapisan dalam (jaringan saraf) terdiri atas retina

1. LAPISAN LUAR

a. sklera

Sklera menyusn 5/6 posterior mata yang opak dan berwarna putih. Sklera terdiri

atas jaringan ikat padat yang liat, terutama terdiri atas berkas kolagen pipih yang

berjalinan namun tetap paralel terhadap organ, cukup banyak substansi dasar, dan

beberapa fibroblas. Sklera relatif avaskular.

Permukaan luar sklera (episklera) dihubungkan pleh oleh sebuah sistem longgar

serat-serat kolagen halus yang disebut simpai Tenon. Di antara sklera dan simpai

Tenon terdapat ruang Tenon, ruang longgar inilah yang memungkinkan bola mata

dapat bergerak memutar ke segala arah.

b. kornea

Seperenam bagian anterior mata tidak berwarna dan transparan. Potongan

melintang kornea menunjukkan bahwa kornea tesusun atas 5 lapisan, yaitu : epitel,

membran Bowman, stroma, membran Descement, dan endotel.

Epitel Epitel kornea berlapis pipih tanpa lapisan tanduk dan tersusun atas 5-6

lapisan sel. Pada bagian basal epitel ini banyak gambaran mitosis

yang menggambar-kan kemampuan regenerasi yang hebat dari

kornea. Masa pergantian sel-sel ini +7 hari. Sel-sel permukaan

korena menampakkan mikrovili yang terjulur ke dalam ruang

yang diisi lapisan tipis air mata pra-kornea, yaitu lapisan

pelindung yang terdiri atas lipid dan glikoprotein setebal lebih

kurang 7 µm. Kornea memiliki suplai saraf sensoris yang paling

banyak di antara jaringan mata.

Page 13: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Membran Bowman Lapisan homogen yang terletak di bawah epitel kornea.

Tebalnya 7-12 µm. Membran ini tersusun atas serat-serat

kolagen yang bersilangan secara acak dan pemadatan substansi

interselular namun tanpa sel. Membran ini sangat membantu

stabilitas dan kekuatan kornea.

Stroma Terdiri atas banyak lapisan berkas kolagen paralel yang saling

menyilang tegak lurus

Membran Descement Struktur homogen setebal 5-10 µm, terdiri atas filamen

kolagen halus yang tersusun berupa jalinan 3 dimensi.

Endotel Terdiri dari epitel selapis pipih. Sel-sel ini memiliki organel khusus

yang secara aktif mentranspor dan membuat protein untuk

sekresi, yang mungkin berhubungan dengan pembuatan dan

pemeliharaan membran Descement. Endotel dan epitel kornea

berfungsi untuk mempertahankan kejernihan kornea.

Batas korena-sklera adalah limbus, suatu peralihan dari berkas-berkas kolagen

bening (kornea) menjadi srat-serat buram putih (sklera). Daerah ini sangat

vaskular. Di daerah limbus dalam (lapisan stroma) saluran-saluran tak teratur

berlapiskan endotel (jalinan trabekula) menyatu membentuk kanalis Schlemm

yang berfungsi untuk meresorbsi aquous humor. Kanalis Schlemm ini terhubung

ke sistem vena

2. LAPISAN TENGAH

a. KOROID

Lapisan yang sangat vaskular, di antara pembuluh darahnya terdapat jaringan ikat

longgar dengan banyak fibroblas, makrofag, limfositsel sel mast, sel plasma, serat

kolagen, dan serat elastin. Juga terdapat melanosit yang memberi lapisan ini warna

hitam yang khas. Di antara lapisan koroid dan retina terdapat lapisan koriokapiler

yang banyak pembuluh darah kecil. Lapisan ini penting untuk nutrisi retina.

Page 14: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

b. KORPUS SILIARIS

Korpus siliaris merupakan perluasan koroid ke anterior setinggi lensa dan

merupakan cincin tebal yang utuh pada permukaan dalam sklera. Struktur histologis

korpus siliaris pada dasarnya adalah jaringan ikat longgar dengan banyak serat

elastin, pembuluh darah, dan melanosit, yang mengelilingi muskulus siliaris.

Pada korpus siliaris terdapat juluran-juluran mirip rabung yang disebut prosessus

siliaris. Dari prosessus siliaris ini muncul serat-serat zonula zeinn yang berfungsi

untuk memfiksasi lensa. Perbatasan antara prosessus siliaris dengan zonula zeinn

terdapat sel-sel yang berfungsi untuk memproduksi aquous humor.

c. IRIS

Iris adalah perluasan koroid yang untuk sebagian menutupi lensa, menyisakan

lubang bulat di tengah yang disebut pupil. Pupil dibentuk oleh lapisan sel pigmen

yang tidak utuh dan fibroblas. Di bawah lapisan ini terdapat jaringan ikat dengan

sedikit pembuluh darah, beberapa serat, banyak fibroblas, dan melanosit. Fungsi

melanosit adalah untuk mencegah berkas cahaya yang tidak seharusnya.

Pada iris terdapat muskulus dilator pupil dan muskulus sfingter. Muskulus

dilator pupil tersusun radier, dipengaruhi oleh saraf simpatis, dan berfungsi untuk

melebarkan pupil. Sedangkan muskulus sfingter pupil tersusun konsentris/ sirkuler,

dipengaruhi oleh saraf parasimpatis, dan berfungsi untuk menyempitkan pupil.

Page 15: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

LENSA

Merupakan struktur bikonkaf yang merupakan membran basal yang sangat tebal

dan terutama terdiri atas kolagen tupe IV dan glikoprotein amorf.

3. LAPISAN DALAM

a. RETINA

Retina merupakan lapisan terdalam bola mata. Terdiri atas bagian posterior yang

fotosensitif (disebut juga retina pars optika), dan bagian anterior yang tidak

fotosensitif.

Retina pars optika terdiri atas 3 sel utama:

lapisan luar sel-sel fotosensitif, yaitu batang (rods) dan kerucut (cones)

lapisan tengah neuron bipolar, menghubungkan batang dan kerucut dengan

sel-sel ganglion

lapisan dalam sel-sel ganglion yang berhubungan dengan sel-sel bipolar

melalui dendritnya dan mengirim akson ke SSP. Akson-akson ini berkumpul

pada papila optikus membentuk nervus optikus.

Sel batang Adalah sel halus dan langsing (50 x 3 µm), mengandung pigmen yang

disebut ungu visual atau rhodopsin yang memutih oleh cahaya yang mengawali

rangsangan visual. Retina manusai memiliki +120 juta sel batang. Mereka sangat

sensitif terhadap cahaya dan berperan sebagai reseptor pada intensitas cahaya yang

rendah seperti waktu senja atau malam hari.

Sel kerucut Merupakan neuron panjang (60 x 1,5 µm). Strukturnya mirip sel

batang. Retina manusia diperkirakan mempunyai 6 juta sel kerucut. Sekurang-

kurangnya terdapat 3 jenis sel kerucut fungsional yang masing-masing mengandung

fotopigmen iodopsin dalam jumlah yang bervariasi. Sensitivitas maksimum setiap

jenis kerucut berturut-turut terdapat pada daerah merah, hijau, atau biru pada

spektrum cahaya yang terlihat (visible spectrum). Kerucut hanya peka terhadap

cahaya dengan intensitas tinggi dan menghasilkan gambar yang lebih terang daripada

batang.

Page 16: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

STRUKTUR TAMBAHAN DARI MATA

Konjungtiva

Adalah membran mukosa tipis dan transparan yang menutupi bagian anterior

mata sampai kornea dan permukaan dalam kelopak mata. Ia berupa epitel berlapis

silindris dengan banyak sel goblet dan lamina proprianya terdiri atas jaringan ikat

longgar.

Kelopak Mata (Palpebra)

Adalah lipatan jaringan yang dapat digerakkan dan berfungsi melindungi mata.

Kulit kelopak ini longgar dan elastis.

Pada kelopak terdapat 3 jenis kelenjar:

Kelenjar Meibom : kelenjar sebasea panjang dalam lempeng tarsal. Kelenjar

Meibom menghasilkan substansi sebaseus yang membentuk lapisan

berminyak pada permukaan film air mata, membantu mencegah penguapan

secara cepat dari air mata normalnya

Kelenjar Zeis : kelenjar sebasea yang lebih kecil yang dimodifikasi dan

berhubungan dengan bulu mata

Kelenjar Moll : kelenjar keringat yang mencurahkan sekretnya ke dalam

folikel bulu mata.

Aparatus Lakrimal

Terdiri atas kelenjar lakrimal kanalikuli sakus lakrimalis dan duktus

nasolakrimalis.

Kelenjar lakrimal adalah kelenjar penghasil air mata yang terlaetak di bagian

anterior superior temporal dari orbita. Ia terdiri atas sejumlah lobus kelenjar

terpisah dengan 6-12 duktus ekskretorius yang menghubungkan kelenjar

dengan forniks konjungtiva superior. Sel mioepitel yang berkembang baik

memeluk bagian sekresi kelenjar ini. Sekret kelenjar ini mengalir menuruni

Page 17: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

konjungtiva bulbi dan palpebra, membasahi permukaan struktur-struktur ini.

Ia mengalir ke dalam kanalikuli lakrimalis melalui pungtum lakrimalis,

lubang-lubang bulat bergaris tengah 0,5 mm pada aspek medial tepian kelopak

atas dan bawah. Kanalikuli yang bergaris tengah sekitar 1 mm, panjang 8 mm

bergabung membentuk kanalikuli lakrimalis.

kanalikulis komunis tepat sebelum membuka ke dalam sakus lakrimalis.

Kanalikuli dilapisi oleh epitel selapis pipih tebal

Sakus lakrimalis adalah bagian melebar dari sistem saluran air mata yang

terletak dalam fossa lakrimalis tulang. Duktus nasolakrimalis adalah lanjutan

ke bawah dari duktus nasolakrimalis. Ia membuka ke dalam meatus nasal

inferior. Sakus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis dilapisi epitel berlapis

silindris bersilia.

Page 18: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

III. FISIOLOGI PENGELIHATAN

Rodopsin adalah pigmen yang terkandung dalam sel batang yang memiliki dua subunit.

a. Retinal : disebut juga retinen atau retinaldehid, disintesis dari vitamin A. Zat ini

ada dalam dua bentuk isomer; sebuah 11-cis-retinal bengkok dan sebual all-trans

lurus.

b. Opsin : atau skotopsin, adalah protein dalam ikatan kimia lemah dengan 11-cis-

retinal.

Pemutihan Rodopsin dari ungu menjadi merah muda terjadi saat cahaya masuk ke

retina. Cahaya,menyebabkan 11-cis-retinal yang berikatan dengan Opsin berubah bentuk

menjadi all-trans, sehinggabentuk tersebut terlepas dari opsin.

a. Pemisahan opsin dari retinal memicu potensial saraf dalam sel batang (reseptor),

yang menyebabkan stimulasi sel-sel bipolar dan ganglion retina. Stimulasi ini

ditransmisikan ke otak melalui saraf optik.

b. Tidak seperti membran sel saraf lainnya, saluran Na pada membran sel batang

akan terbuka jika tidak ada stimulasi cahaya. Dengan demikian dalam gelap,

aliran masuk Na akan menyebabkan depolarisasi dan pelepasan transmiter

inhibitorik. Neuron bipolar dan sel ganglion tidak terstimulasi.

c. Jika sel batang terstimulasi cahaya, pelepasa Ca dari dalam del batang akan

menyebabkan tertutupnya saluran Na. Karena konduksi Na menurun maka bagian

dalam sel semakin menjadi negatif atau hiperpolarisasi. Pelepasan transmiter

inhibitorik berkurang dan sel-sel bipolar berdepolarisasi.

d. Potensial aksi terjadi akibat hiperpolarisasi membran bukan akibat depolarisasi

membran

Resintesis rodopsin terjadi dalam gelap, yaitu saat semua all-trans retinal diubah

kembali menjadi 11-cis-retinal dan berikatan dengan opsin. Reaksi ini membutuhkan

energi dan enzim.

Page 19: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Sel batang berfungsi dalam intensitas cahaya rendah karenanya reaksi pemutihan

hanya membutuhkan sedikit cahaya.

Adaptasi gelap dan terang adalah penyesuaiane pengelihatan secara otomatis terhadap

intensitas cahaya yang memasuki retina saat bergerak dari tempat gelap ketempat terang

atau sebaliknya.

a. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terhadap kegelapan (kemempuan melihat

dalam cahaya redup) sebagian ditentukan dari waktu yang dibutuhkan untuk

meresintesis dan mengumpulkan cadangan rodopsin.

b. Dalam cahaya terang, semua rodopsin yang ada akan terurai dengan cepat dan

hanya tersisa sedikit untuk membentuk potensial aksi dalam sel batang; mata

disebut beradaptasi dalam terang. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terang

dari cahaya remang adalah sekitar 20 menit.

c. Sintesis rodopsin dan iodopsin (pigmen pada sel kerucut) membutuhkan vitamin

A, suatu prekurso untuk retinal.

d. Adaptasi terhadap gelap dan terang juga melibatkan refleks pupillaris, untuk

menentukan banyak sedikitnya cahaya yang memasuki bagian interior mata.

Penglihatan warna

Setiap matamengandung 6-7 juta sel kerucut bipolar yang bertanggung jawab

untuk kejelasan pandangan dan penglihatan warna. Sel kerucut mengandung iodopsin,

yaitu retinal yang terikat pada opsin yang berbeda dengan opsin pada sel batang.

Iodopsin ini bisa saja bersifat sensitif biru, merah atau hijau sehingga dapat membedakan

warna. Proses dekomposisi pigmen dalam sel batang untuk membentuk potensial aksi

juga terjadi dalam sel kerucut.

Page 20: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

IV. PEMERIKSAAN UMUM MATA

1. Pemeriksaan Dasar Mata

a. Refraksi

Refraksi adalah prosedur untuk menetapkan dan menghitung kesalahan mata.

Refraksi sering diperlukan untuk membedakan apakah pandangan kabur disebabkan oleh

kesalahan refraksi yakni optik atau oleh kelainan medis pada sistem visual.

Mata emetropi secara alami berfokus optimal bagi penglihatan jauh. Mata

ametrop (yakni mata mipoa, hiperopia, atau astigmatik) memerlukan lensa koreksi agar

terfokus dengan baik untuk jarak jauh. Gangguan optik ini disebut kesalahan refraksi.

b. Tes penglihatan sentral

Tes penglihatan sentral biasanya memakai ”kartu Snellen” yang biasa terdiri atas

deretan huruf yang tersusun mengecil untuk menguji penglihatan jarak jauh. Setiap baris

ditandai sebuah angka yang disesuaikan dengan jaraknya, dalam kaki atau meter, dan

semua huruf dalam baris itu dapat dibaca oleh mata normal.

Untuk keperluan diagnostik, ketajaman jarak adalah standar untuk perbandingan

dan selalu diuji bagi masing-masing mata secara terpisah. Ketajaman diberi skor dengan

dua angka (mis 20/40). Nilai pertama adalah jarak tes dalam kaki antara ”kartu” dan

pasien, dan nilai kedua adalah baris huruf terkecil yang dapat dibaca mata pasien dari

jarak tes. Penglihatan 20/20 adalah normal;penglihatan 20/60 berarti bahwa mata pasien

hanya dapat membaca dari jarak 20 kaki huruf yang cukup besar untk dibaca dari 60 kaki

oleh mata normal.

c. Tes ”Pinhole”

Tes pinhole (lubang jarum) digunakan untuk mentes ketajaman dengan cara

melihat kartu Snellen melalui sebuah lempengan dengan banyak lubang kecil untuk

mencegah sebagian besar berkas yang tidak terfokus memasuki mata. Kabur refraktif

(mis, miopia, hiperopia, astigmatisma) disebabkan oleh banyaknya berkas tak terfokus

yang masuk melalui pupil dan sampai ke retina. Ini mengakibatkan terbentuknya

Page 21: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

bayangan yang tidak terfokus tajam. Dengan adanya tes pinhole ini pasien bisa melihat

dengan bayangan yang terfokus tajam.

d. Tes penglihatan perifer

Tes penglihatan perifer biasanya disebut sebagai pemeriksaan lapangan pandang

atau tes konfrontasi. Pada tes ini, masing-masing mata harus diperiksa secara terpisah.

Pemeriksa memperlihatkan beberapa jarinya (biasanya satu, dua, atau empat jari)

sebentar di perifer salah satu dari empat kuadran yaitu kuadran temporal atas, bawah serta

nasal atas, bawah. Pasien diminta untuk menyebut jumlah jari yang digerakkan sesaat

tersebut sambil tetap menatap ke depan.

Pemeriksa menutup mata kanan dan pasien menutup mata kirinya serta jari-jari

pemeriksa digerakkan pada jarak yang sama antara pasien dan pemeriksa agar lapangan

pandang perifer masing-masing sama. Ini memunngkinkan pembandingan lapangan

pasien dengan lapangan pandang pemeriksa. Kesalahan yang konsisten menunjukkan

defisiensi dalam kuadran yang dites, seperti pada ablasio retina, kelainan nervus optikus,

dan cedera atau iskemia pada jalur visual intrakranial.

Selain itu, ada yang disebut sebagai tes konfrontasi simultan yaitu pemeriksa

mengangkat kedua tangannya ke samping, masing-masing satu. Pasien harus menentukan

pada sisi mana (kiri, kanan, atau keduanya) pemeriksa menggerak-gerakkan jarinya.

e. Tes penglihatan buruk

Mata yang tidak bisa mengenali satu huruf pun pada kartu ”Snellen” maka dites

kesanggupannya menghitung jari. Jika pasien tetap tidak bisa mengenali jari pemeriksa

maka harus dites kesanggupan pasien dalam membedakan adanya gerakan dan

membedakan keadaan gelap dan terang. Jika kemampuannya hanya sampai pada

membedakan adanya gerakan, maka visusnya ialah 1/300 dan jika dia hanya bisa

membedakan antara gelap dan terang maka visusnya 1/~.

Page 22: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

f. Pemeriksaan “SLITLAMP”

Slitlamp adalah sebuah mikroskop binokuler terpasang pada meja dengan sumber

cahaya khusus yang dapat diatur. Sebuah berkas linier sempit cahaya lampu dijatuhkan

pada bola mata, menyinari potongan melintang optic mata. Selama pemeriksaan, pasien

duduk dan kepala ditopang dengan penunjang dagu yang dapat diatur dan penahan dahi.

Dengan memakai slitlamp, belahan anterior bola mata dapat diamati. Rincian

tepian palpebra dan bulu mata, permukaan konjungtiva palpebra dan konjungtiva

bulbaris, lapisan air mata dan kornea, iris, dan aqueus dapat diteliti. Melalui pupil yang

dilebarkan, lensa kristalina dan bagian anterior vitreous dapat pula diamati.

Dengan pembesaran terkuat (16x) cukup untuk menampakkan adanya sel-sel

abnormal di dalam akueus, seperti sel darah merah dan sel darah putih serta granul

pigmen. Kekeruhan akueus yang disebut ”flare”, akibat dari peningkatan konsentrasi

protein, dapat dideteksi adanya radang intraokuler. Akueus normal secara optik bening,

tanpa sel atau flare.

g. tonometri

Tonometri merupakan cara pengukuran tekanan cairan intraokuler dengan

memakai alat-alat terkaliberasi yang melekukkan atau meratakan aperks kornea. Mekin

tegang mata, makin besar gaya yang diperlukan untuk mengakibatkan lekukan. Tekanan

normalnya adalah 10 dan 24 mmHg.

Ada dua jenis Tonometri, yakni cara Schiotz dan Applanasi. Tonometri Schiotz

mengukur besarnya indentasi kornea yang dihasilkan oleh beban atau gaya yang telah

disiapkan. Makin lunak mata, makin besar lekukan yang diakibatkan pada kornea.

Dengan mekin kencangnya mata, makin kurang lekukan kornea terjadi dengan gaya yang

sama.

Tonometer applanasi dapat mengubah dan mengukur beban yang diberikan. Pada

tekanan intraokuler yang lebih rendah, lebih sedikit beban tonometer yang dibutuhkan

untuk mencapai derajat standar perataan kornea, dibanding dengan tekanan intraokuler

yang lebih tinggi. Karena kedua cara ini mempergunakan alat yang menempel pada

Page 23: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

kornea pasien, diperlukan anastesi lokal dan ujung alat harus didisinfeksi sebelum

dipakai. Anastesi yang dipakai adalah proparacaine, tetracaine, dan benoxinate.

h. Oftalmoskopi Langsung

Oftalmoskopi langsung merupakan bagian standar pemeriksaan medis umum

dalam bidang oftalmologi. Pemeriksaan ini harus menggunakan ruangan yang gelap

karena bisa menyebabkan dilatasi pupil alami agar lebih mudah mengevaluasi fundus

sentral, termasuk diskus, makula, dan pendarahan retina proksimal. Pemeriksaan fundus

juga lebih optimal dengan memegang oftalmoskop sedekat mungkin ke pasien (kira-kira

1-2 inci). Untuk itu, mata dan tangan kanan pemeriksa harus memeriksa mata kanan

pasien; tangan dan mata kiri memeriksa mata kiri pasien.

Lensa-lensa pada oftalmoskop disusun berurutan dan diberi nomor sesuai

kekuatannya dalam satuan ”dioptri”. Skala menurun dengan angka hitam menunjukkan

lensa konvergen (+), sedangkan skala menaik dengan angka-angka merah adalah lensa

divergen (-).

Manfaat utama oftalmoskop langsung adalah pemeriksaan fundus. Yang diteliti

adalah bentuk, ukuran, dan warna diskus, ketajaman tepian, dan ukuran ”mangkuk

fisiologis” pucat di pusat. Rasioo ukuran mangkuk terhadap ukuran diskus penting untuk

diagnosis dalam glaukoma.

Daerah makula berjarak kira-kira dua kali ”diameter diskus” di sebelah temporal

tepian diskus. Sebuah pantulan putih kecil atau ”refleks” menandai pusat fovea. Untuk

pendarahan retina dapat dibedakan antara arteri dan vena, yaitu vena lebih gelap dan

lebih lebar daripada arterinya.

i. Oftalmoskopi Tidak Langsung

Oftalmologi tidak langsung disebut demikian karena yang dilihat adalah

”bayangan” retina yang dibentuk oleh ”lensa kondensasi” di tangan. Perbedaannya

Page 24: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

dengan oftalmoskopi langsung, bahwa pada oftalmologi tak langsung dapat memberikan

lapangan pandang yang jauh lebih lebar dengan pembesaran yang lebih lemah (kira-kira

3,5x dengan lensa kondensasi tangan standar 20-dioptri). Jadi, oftalmoskopi ini

menyajikan pandangan fundus panoramik yang lebar.

2. Pemeriksaan Khusus Mata

PERIMETRI

Perimetri digunakan untuk memeriksa lapangan pandang perifer dan sentral.

Dilakukan pada masing-masing mata untuk mengukur funsi retina, nervus optikus, dan

jalur visual intrakranial secara bersama. Sensitivitas penglihatan paling besar di pusat

lapangan bersangkutan (sesuai dengan foveanya) dan paling kecil di perifer. Perimetri

tergantung pada respon pasien secara subyektif dan hasilnya tergantung pada status

psikomotor dan status penglihatan pasien. Perimetri ada dua macam jika dilihat dari

metoda dasar penyajian sasarannya yaitu perimetri stastik dan kinetik.

Perimetri memerlukan 1) fiksasi tetap dan perhatian pasien, 2) jarak yang tetap

antara mata ke layar atau alat penguji, 3) kadar pencahayaan dan kontras latar belakang

yang seragam dan standar, 4) target uji dengan ukuran dan kecerahan yang standar, dan

5) protokol yang universal untuk pelaksaan tes oleh pemeriksa.

Page 25: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

V. KELAINAN PALPEBRA

PTOSIS

(Kelopak Mata Yang Menggantung)

Definisi

Ptosis adalah kondisi kelopak mata yang tidak dapat membuka dengan optimal

seperti mata normal ketika memandang lurus ke depan (Drooping eye lid). Secara fisik,

ukuran bukaan kelopak mata pada ptosis lebih kecil dibanding mata normal. Normalnya

kelopak mata terbuka adalah = 10 mm. Ptosis biasanya mengindikasikan lemahnya

fungsi dari otot levator palpebra superior ( otot kelopak mata atas ). Rata – rata lebar

fisura palpebra / celah kelopak mata pada posisi tengah adalah berkisar 11 mm, panjang

fisura palpebra berkisar 28 mm. Rata – rata diameter kornea secara horizontal adalah 12

mm, tetapi vertikal adalah = 11 mm. Bila tidak ada deviasi vertikal maka refleks cahaya

pada kornea berada 5,5 mm dari batas limbus atas dan bawah. Batas kelopak mata atas

biasanya menutupi 1.5 mm kornea bagian atas, sehingga batas kelopak mata atas di

posisi tengah seharusnya 4 mm diatas reflek cahaya pada kornea. Jika batas kelopak mata

atas menutupi kornea 1 atau 2 mm kebawah masih dapat dikatakan normal, termasuk

ptosis ringan, jika menutupi kornea 3 mm termasuk ptosis sedang, dan jika menutupi

kornea 4 mm termasuk ptosis berat.

Jenis / tipe ptosis

Ptosis secara garis besar dibagi menjadi 2 type:

1. Congenital Ptosis (dibawa sejak lahir).

2. Acquired Ptosis (didapat).

Ptosis kongenital ada sejak lahir dan biasanya mengenai satu mata dan hanya 25%

mengenai ke 2 mata. Ptosis terjadi karena kesalahan pembentukan (maldevelopment) otot

kelopak mata atas dan tidak adanya lipatan kelopak mata, tetapi kerusakan mendasarnya

kemungkinan timbul pada persarafan dibandingkan otot itu sendiri, karena sering

Page 26: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

ditemukan lemahnya otot rektus superior yang dipersarafi oleh Saraf / Nervus III. . Ptosis

yang terjadi pada masa perkembangan bayi dapat menyebabkan amblyopia, yang terjadi

pada satu atau kedua mata dimana kelopak mata menutupi visual axis, terutama jika

berhubungan dengan ptosis kongenital (ptosis yang didapat dari lahir). Amblyopia dari

ptosis berhubungan dengan astigmatisme tinggi. Ptosis menimbulkan tekanan pada

kelopak mata dan dengan waktu dapat merubah bentuk kornea yang menimbulkan

cylinder tinggi. Anak – anak dengan congenital ptosis dan amblyopia harus

dipertimbangkan untuk melakukan operasi ptosis, dan kelainan refraksi yang mereka

miliki harus diterapi dengan kontak lens, dan untuk amblyopianya harus dilakukan terapi

oklusi (tutup mata).

Acquired ptosis sering terlihat pada pasien berusia lanjut. Umumnya disebabkan

bertambah panjangnya (stretching) otot levator palpebra (otot yang berfungsi mengangkat

kelopak mata), trauma/pasca kecelakaan, pertambahan usia, pengguna contak lens dan

luka karena penyakit tertentu seperti stroke, diabetes, tomor otak, kanker yang

mempengaruhi saraf atau respon otot, horner sindrom dan myasthenia gravis.

Symptoms / Gejala

- Jatuhnya / menutupnya kelopak mata atas yang tidak normal.

- Kesulitan membuka mata secara normal.

- Peningkatan produksi air mata.

- Adanya gangguan penglihatan.

- Iritasi pada mata karena kornea

terus tertekan kelopak mata.

- Pada anak akan terlihat guliran

kepala ke arah belakang untuk

mengangkat kelopak mata agar

dapat melihat jelas.

Pemeriksaan

Ketika melakukan pemeriksaan, yang pertama kali diperhatikan adalah penyebab

dari ptosis itu sendiri. Dibawa sejak lahir atau disebabkan oleh penyakit tertentu atau

disebabkan oleh trauma. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan:

Page 27: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

- Tes tajam penglihatan, tes kelainan refraksi, hasil refraksi dengan sikloplegic juga

harus dicatat.

- Kelainan strabismus / mata juling.

- Produksi air mata (Schirmer test).

- Diameter pupil dan perbedaan warna iris pada kedua mata harus diperiksa pada kasus

Horner Syndrome.

- Tinggi kelopak mata atau fissure palpebra diobservasi dan diukur. Pengukuran

dilakukan dalam millimeter (mm), di ukur berapa besar mata terbuka pada saat

melihat lurus / kedepan, melihat ke atas dan kebawah.

- Foto lama dari wajah dan mata pasien dapat dijadikan dokumentasi untuk melihat

perubahan pada mata.

Treatment / pengobatan

Observasi hanya dibutuhkan pada kasus congenital ptosis sedang (mild congenital

ptosis), jika tidak terdapat tanda amblyopia, strabismus dan jika terdapat ketidaknormalan

posisi kepala.

Pasien harus dievaluasi setiap 3 atau 4 bulan untuk menangani amblyopia pada

congenital katarak. Foto luar mata dapat membantu memonitor pasien.

Guliran kepala harus diperhatikan , jika pasien sering mengangkat dagunya (chin up

posture), menandakan bertambah buruknya ptosis, disarankan untuk melakukan

operasi.

Pasien harus diperiksa akan adanya astigmatisme disebabkan tekanan dari kelopak

mata.

Operasi ptosis/ surgical care

Ptosis biasanya tidak terperbaiki dengan waktu, dan membutuhkan operasi

sebagai penyembuhan, khususnya operasi plastic dan reconstructive. Operasi ini

ditujukan untuk memperkuat otot levator palpebra.

Koreksi ptosis dengan operasi pada kasus congenital ptosis dapat dilakukan pada

berbagai usia, tergantung dari keparahan penyakitnya. Intervensi awal dibutuhkan jika

terdapat tanda – tanda amblyopia dan ocular torticollis. Beberapa kasus ocular torticollis

Page 28: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

menghambat pergerakan (mobility) pada bayi dan anak – anak disebabkan masalah

keseimbangan pada posture kepala dan dagu yang terangkat. Jika tidak terlalu

mendesak /urgent, operasi dapat ditunda hingga usia 3 atau 4 tahun.

Prognosis/ masa depan

Perbaikan congenital ptosis dengan operasi mengembalikan fungsi otot levator

palpebra yang baik dan juga dari segi kosmetik.Dengan observasi dan pengobatan

yang benar, amblyopia dapat diperbaiki dengan sukses.

Page 29: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

VI. KELAINAN MATA PADA LENSA

A. KATARAK

B. GANGGUAN REFRAKSI

1. HIPERMETROPI

Disebut juga rabun dekat, dimana ketika melihat bayangan jatuh di belakang retina.Etiologi:

Hipermetropi aksial karena bola mata pendek atau sumbu

anteroposterior pendek.

Hipermetropi kurvatur karena kelengkungan kornea atau lensa yang

kurang sehingga bayangan terfokus di belakang retina.

Hipermetropi refraktif karena indeks bias yang kurang pada sistem

optic mata.

Jenis-jenisnya: Aksial dan refraktif

Laten total, sehari-hari berakomodasi terus-menerus.

Manifest dikoreksi dengan kacamata lensa + maximal yang memberi

tajam penglihatan. Digolongkan menjadi 2 jenis:

- Absolute tidak diimbangi akomodasi

- Fakultatif diimbangi akomodasi

Gejala:

Penglihatan dekat terganggu atau kabur

Sakit kepala, silau, terkadang juling & diplopia

Mata terasa lelah dan sakit karena terus-menerus harus berakomodasi

untuk memfokuskan bayangan yang terletak di belakang macula agar

terletak tepat di macula lutea disebut “astenopia akomodatif”.

Jika berakomodasi secara terus-menerus, kedua mata sama-sama berkonvergesi sehingga sering terlihat juling ke dalam (esotropia).

Tata laksana:

Page 30: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Dengan menggunakan kacamata sferis + terkuat yang memberikan tajam penglihatan maximal. Dengan lensa sferis + ini bayangan diharapkan jatuh tepat pada macula lutea.

Penyulit yang dapat timbul:

- Esotropia karena terus-menerus akomodasi

- Glaucoma sekunder karena terus-menerus akomodasi otot siliar

hipertrofi sudut bilik mata menyempit glaucoma.

2. MIOPI

Disebut juga rabun jauh, dimana ketika melihat bayangan jatuh di depan retina.

Etiologi:

Miopi refraktif karena lensa atau kornea terlalu cembung.

Miopi aksial karena bola mata terlalu panjang, untuk lensa dan

korneanya adalah normal.

Jenis-jenisnya:

Berdasarkan derajat beratnya:

- Ringan miopi 1-3 dioptri

- Sedang miopi 3-6 dioptri

- Berat miopi > 6 dioptri

Menurut perjalanannya:

- Miopi stasioner menetap setelah dewasa.

- Miopi progresif bertambah terus pada usia dewasa karena bola

bertambah panjang.

- Miopi maligna progresif, dapat mengakibatkan ablasi retina &

kebutaan. Sama dengan miopi degenerative.

Miopi degenerative merupakan miopi > 6 dioptri ditambah kelainan fundus okuli & panjang bola mata, disertai atrofi retina.

Gejala:

- Melihat jelas jika dekat & penglihatan menjadi kabur bila melihat

jauh.

Page 31: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

- Sakit kepala, kadang juling ke dalam (esotropia), & celah kelopak

mata sempit.

- Sering mengrenyitkan mata mencegah aberasi sferis atau untuk

mendapatkan efek pinhole agar dapat melihat lebih jelas benda yang jauh.

Tata laksana:

Dengan menggunakan kacamata sferis - terkecil yang memberikan tajam penglihatan maximal. Dengan lensa sferis - ini bayangan diharapkan jatuh mencapai tepat pada macula lutea.

Penyulit yang dapat timbul:Ablasi retina & juling ke dalam (esotrofia) akibat konvergensi teru

menerus.

3. PRESBIOPI

Merupakan gangguan akomodasi pada lansia.

Etiologi:

Gangguan akomodasi terjadi akibat:

Kelemahan otot-otot akomodasi

Lensa mata tidak kenyal elastisitasnya menurun akibat sklerosis lensa

Presbiopi biasanya terjadi pada usia > 40 tahun, dengan keluhan setelah membaca mata terasa lelah, berair, dan terasa pedas.

Tata laksana:

Dengan memakai lensa positif maksimal 3 dioptri. Biasanya tergantung pada usia, dimana:

- Usia 40 th + 1 dioptri

- Usia 45 th + 1,5 dioptri

- Usia 50 th + 2 dioptri

- Usia 55 th + 2,5 dioptri

- Usia 60 th + 3 dioptri

4. ASTIGMATISM

Page 32: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Merupakan gangguan refraksi dimana berkas sinar yang masuk ke mata tidak difokuskan pada 1 titik dengan tajam pada retina melainkan pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus.Etiologi:Kelainan pada kelengkungan permukaan kornea.

Terdapat 2 bentuk astigmatism, yaitu: Regular

- Kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan secara teratur

di 1 meridian ke meridian lain (meridian ada horizontal dan ada

vertikal).

- Bayangan yang terbentuk adalah bayangan dengan bentuk teratur

(garis, lonjong, atau lingkaran).

Irregular

- Tidak mempunyai 2 meridian yang tegak lurus.

- Kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehinggan

bayangan yang terbentuk tidak teratur atau irregular.

- Dapat terjadi akibat: infeksi kornea, trauma, & distrofi atau akibat

kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.

Tata laksana:

Dengan menggunakan lensa silinder, dengan jenis:

- Kontak keras jika epitel tidak rapuh.

- Kontak lembek jika penyebabnya infeksi, trauma, maupun distrofi yang

mengakibatkan kornea memiliki permukaan irregular.

Page 33: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

VI. KELAINAN MATA PADA RETINA

A. DEGENERASI MAKULA SENIL (SMD)

Pengertian

Kelainan degenerasi yang progresif dari lapisan pigmen epitel, membrane Bruch

lapisan luar retina dan korio kapiler di daerah macula retina pada usia lanjut.

Patofisiologi

Secara teknis, SMD dibagi menjadi :

1. Bentuk non eksudatif (dry type)

Ditandai dengan beberapa derajat atrofi dan degenerasi lapisan luar retina,

epitel pigmen retina, membrane Bruch dan korio kapiler. Pada pemeriksaan

fundus okuli tampak drusen yang makin lama dapat bertambah banyak dan

besar yang saling bergabung. Dalam perkembangan penyakit bisa stabil atau

berubah menjadi bentuk eksudatif

2. Bentuk eksudatif (wet type)

Ditandai dengan adanya cairan serous atau darah di bawah epitel pigmen

dikarenakan adanya kerusakan membrane Bruch. Sebelum terjadi perdarahan

didahului dengan adanya neovaskularisasi subretinal.

Gejala

Tergantung stadium dan bentuk SMD, mulai dari kemunduran visus sampai dengan

kebutaan, metamorfopsia, skotoma sentral, dan gangguan penglihatan warna.

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan fundus okuli dengan cara pemberian obat tetes mata agar pupil

midriasis, yaitu menggunakan :

Tropicamide 0,5% atau 1% ditetesi 1 – 2 kali ditunggu 30 menit

Phenylephrine 10%

Setelah pupil midriasis, diperiksa dengan :

Page 34: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Ophtalmoscope direct. Bayangan tegak diperbesar 14 kali, tampak

gambar 1 bidang (tidak stereoskopis)

Biomikroskop dan lensa kontak 3 cermin Goldmann. Digunakan bahan

lubrikasi CMC 2% atau Methocel 2% untuk memasang lensa kontak

pada kornea.

Bayangan tegak 3 dimensi, diperbesar 10 – 16 kali

Sebelum lensa kontak dipasang, ditetesi Tetracain 0,5%

Angiografi fluoresin. Terlihat jelas gambaran neovaskularisasi koroid,

dan dapat menentukan tindakan atau pengobatan dan prognosis pasca

pengobatan.

Penatalaksanaan

Tidak ada pengobatan dan pencegahan yang baik pada SMD non eksudatif,

kecuali control teratur untuk mengetahui perubahan fungsi macula dengan pemeriksaan

Amsler Grid. Untuk pengobatan SMD eksudatif juga tidak menghasilkan visus yang baik,

kecuali jika terdapat neovaskularisasi yang masih dini dan jauh dari fovea dapat

dilakukan fotokoagulasi Argon Laser.

B. RETINOPATI

RETINOPATI DIABETIKUM

Pengertian

Kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes mellitus berupa aneurisma,

melebarnya vena, perdarahan, dan eksudat lemak.

Klasifikasi

1. Retinopati Diabetik non proliferative. Ditandai dengan adanya mikroaneurisma,

perdarahan retina, eksudat lunak, eksudat keras, dan daerah yang hipoksia atau

iskemia.

Page 35: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

2. Retinopati diabetic proliferative. Ditandai dengan adanya neovaskularisasi,

perdarahan di vitreous, perdarahan di subhyaloid jaringan ikat vitreoretinal dan

ablasi retina.

Gejala

Retinopati merupakan gejala DM utama pada mata, dimana pada retina ditemukan :

Mikroaneurisma. Penonjolan dinding kapiler, terutama di daerah vena dengan

bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama

polus posterior. Lebih jelas terlihat dengan bantuan angiografi fluoresein.

Mikroaneurisma merupakan kelainan DM dini pada mata.

Perdarahan dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat

mikroaneurisma di polus posterior. Perdarahan yang terjadi akibat gangguan

permeabilitas pada mikroaneurisma atau karena pecahnya kapiler.

Dilatasi pembuluh darah balik dengan lumen ireguler dan berkelok kelok akibat

kelainan sirkulasi dan kadang – kadang disertai kelainan endotel dan eksudasi

plasma.

Hard exudates. Infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambaran khusus ireguler dan

kekuning-kuningan. Pada permukaan eksudat pungtum membesar dan bergabung.

Eksudat dapat hilang timbul dalam beberapa minggu. Gambaran angiografi

fluoresein sebagai kebocoran fluoresein di luar pembuluh darah. Kelainan

terutama terdiri atas bahan – bahan lipid dan terutama banyak ditemukan pada

keadaan hiperlipoproteinemia.

Soft exudates atau cotton wool patches. Merupakan iskemia retina. Pada

oftalmoskop akan terlihat bercak kuning bersifat difus dan berwarna putih yang

biasanya terletak di bagian tepi daerah non irigasi dan dihubungkan dengan

iskemia retina.

Pembuluh darah baru pada retina biasanya terletak di permukaan jaringan yang

terjadi akibat proliferasi sel endotel pembuluh darah. Gambaran berupa pembuluh

Page 36: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

darah yang berkelok – kelok, dalam kelompok – kelompok, dan bentuknya

ireguler. Hal ini merupakan awal penyakit berat pada retinopati diabetic. Mula –

mula di dalam jaringan kemudian mencapai daerah preretinal dan badan kaca.

Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah macula

sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan.

Hiperlipidemia segera hilang bila diberikan pengobatan.

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan fundus okuli dengan cara pemberian obat tetes mata agar pupil

dilatasi, yaitu menggunakan :

Tropicamide 0,5% atau 1% ditetesi 1 – 2 kali ditunggu 30 menit

Phenylephrine 10%

Setelah pupil midriasis diperiksa dengan :

Oftalmoskop direct

Oftalmoskop indirect

Lensa kontak 3 cermin Goldmann

Angiografi fluoresin

Terlihat jelas adanya mikroaneurisme yang berdifusi atau tidak

berdifusi, daerah hipoksia atau iskemia adanya neovaskularisasi di

retina, papil, maupun vitreus dan melihat dengan pasti adanya edema di

macula atau di retina.

Penatalaksanaan

Regulasi kadar glukosa darah.

Fotokoagulasi Laser di daerah hipoksia dan mikroaneurisma yang berdifusi dan

adanya neovaskularisasi. Pengobatan dengan sinar laser hanya efektif bila media

optic masih jernih, oleh karena itu sebaiknya dilakukan sedini mungkin.

Page 37: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Teknik fotokoagulasi. Setelah pupil dikeluarkan maksimal dipasang lensa

kontak 3 cermin dari Goldmann sinar laser ditembakkan melalui lensa

kontak, kornea, lensa, vitreous sampai retina.

Fotokoagulasi fokal. Untuk daerah retina yang hanya mengalami hipoksia

atau mikroaneurisma yang berdifusi dan edema macula.

Fotokoagulasi pra retina. Untuk RD yang sudah ada neovaskularisasi baik

di papil retina maupun di vitreous.

Jika sudak terjadi perdarahan di vitreous dimana LASER tidak bisa menembus

sampai tidak di retina vitrektomi.

RETINOPATI HIPERTENSI

Definisi:

Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi. Kelainan

berupa retinopati hipertensi dengan arteri yang besarnya tidak teratur, eksudat

pada retina, edema retina, dan perdarahan retina.

Kelainan pembuluh darah dapat berupa penyempitan umum atau setempat,

percabangan pembuluh darah yang tajam, fenomena crossing atau sclerose

pembuluh darah.

Klasifikasi:

Menurut Keith-Wagener Baker:

1. Penyempitan ringan pembuluh darah dan sklerosis.

Dalam periode 8 tahun: 4% meninggal

Page 38: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

2. Penambahan penyempitan, copper wire arteriole, AV nicking, dan

penyempitan arteriole.Dalam periode 8 tahun: 20% meninggal

3. Stadium II ditambah perdarahan retina dan cotton wool patches. Dalam

periode 8 tahun: 80% meninggal

4. Stadium III ditambah edema papil saraf optic. Dalam periode 8 tahun:

98% meninggal

Gejala :

Pada proses akut penyempitan (spasme) pembuluh darah yang tampak sebagai:

- Pembuluh darah (terutama arteriol retina) berwarna lebih pucat

- Diameter pembuluh darah menjadi lebih kecil atau ireguler (karena

spasme lokal)

- Percabangan arteriol yang tajam

Pada proses kronis sklerosis yang tampak sebagai:

- Refleks copper wire

- Refleks silver wire

- Sheating

- Lumen pembuluh darah ireguler

- Terdapat fenomena crossing sebagai berikut:

• Elevasi : pengangkatan vena oleh arteri yang berada di

bawahnya.

• Deviasi : penggeseran posisi vena oleh arteri yang

bersilangan dengan vena tersebut dengan sudut persilangan

yang lebih kecil.

• Kompresi : penekanan yang kuat oleh arteri yang

menyebabkan bendungan vena.

Penatalaksanaan:

• Mengatasi penyebab primer hipertensi

• Informasi funduskopi/ oftalmoskopik sangat bermanfaat untuk menentukan

tindakan atau pengobatan yang tepat.

Page 39: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

• Retinopati hipertensi tidak perlu pengobatan khusus di bidang mata, kecuali

terdapat komplikasi berupa oklusi vaskuler memerlukan fundal, foto

angiografi, dan bila perlu fotokoagulasi laser.

C. ABLATIO RETINA (RETINAL DATACHMENT)

Definisi:

Pelepasan retina (lapisan dalam pembungkus saraf mata) dari koroid (lapisan

tengah pembungkus vascular mata) di belakang mata,menyebabkan suatu robekan

atau lubang retina sehingga vitrous humor (cairan) bocor dan berada pada ruang

antara retina dan koroid.

Klasifikasi:

Rhegmatogen ( Disertai Robekan / Break : Tear / Hole)

Page 40: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Disebabkan oleh:

Trauma

Degenerasi retina ( miopia, usia lanjut )

Kel Vitreous

Adanya tear/ hole menyebabkan masuknya cairan dari badan kaca ke

ruang sub retina retina terdorong lepas dari epitel pigmen.

Non Rhematogen (Tanpa Robekan Retina)

Disebabkan oleh adanya eksudasi di bawah lapisan retina, misal pada:

Hipertensi maligna

Tumor koroid

Inflamasi okuler (koroiditis)

Peny. Vaskuler okuler

Gejala :

1. Dini: Fotopsia, Floaters

2. Pengelihatan menurun tanpa rasa sakit

3. Lapang pandang terlihat tertutup seperti tirai

Faktor Resiko:

1. Miopia tinggi

2. Riwayat ablasio retina pada mata lain

3. Riwayat ablasio retina pada keluarga

4. Riwayat operasi mata ex katarak, tumor, dan penyakit mata lain.

5. Memiliki penyakit atau kelainan mata lainnya seperti retinoschisis,

uveitis,degeneratif myopia atau lattice degeneration.

6. Trauma mata

7. Kelemahan pada area perifer retina

8. Penyakit sistemik lain seperti Diabetes Mellitus dan Sickle cell disease

Pemeriksaan :

a. Dengan pemeriksaan funduskopi :

Page 41: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

- Retina lebih pucat akibat terangkatnya retina dengan pembuluh

darah diatasnya berkelok-kelok sesuai dengan gelombang retina

yang terangkat.

- Pada retina akan nampak robekan yang berwarna merah.

b. Tekanan bola mata rendah.

c. Tes ketajaman visual

d. Tes lapang pandang

e. Cek reaksi pupil

f. Slit lamp biomikroskopi

g. Pemeriksaan 3 kaca kontak

h. Pemeriksaan vitreous untuk tanda-tanda pigmentasi atau debu tembakau

→ patognomonis

Penatalaksanaan:

Penderita tirah baring sempurna

Mata yang sakit ditutup dengan bebat mata

Operasi Untuk Robekan Retina

1. Operasi laser (fotokoagulasi)

2. Pembekuan (Cryopexy)

Operasi untuk ablasio retina

1. Pneumatic Retinopexy

2. Scleral Buckling

3. Vitrektomi

Instruksi Pasca Bedah :

Tidak boleh banyak baca, bergerak, olah raga, dan menggerakkan kepala

Page 42: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

VII. VISUAL PATHWAYS

Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di depan tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum. Di depan tuber sinerium nervus optikus kanan dan kiri bergabung menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal dari masingmasing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut temporal mata yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke korpus genikulatum lateral dan kolikulus superior. Kiasma optikum terletak di tengah anterior dari sirkulus Willisi. Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jaras visual sedangkan serabut saraf yang berakhir di kolikulus superior menghantarkan impuls visual yang membangkitkan refleks opsomatik seperti refleks pupil.

Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa impuls penglihatan akan berlanjut melalui radiatio optika (optic radiation) atau traktus

genikulokalkarina ke korteks penglihatan primer di girus kalkarina. Korteks penglihatan primer tersebut mendapat vaskularisasi dari a. kalkarina yang merupakan cabang dari a. serebri posterior. Serabut yang berasal dari bagian medial korpus genikulatum lateral membawa impuls lapang pandang bawah sedangkan serabut yang berasal dari lateral membawa impuls dari lapang pandang atas

Page 43: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Pada refleks pupil, setelah serabut saraf berlanjut ke arah kolikulus superior, saraf akan berakhir pada nukleus area pretektal. Neuron interkalasi yang berhubungan dengan nucleus Eidinger-Westphal (parasimpatik) dari kedua sisi menyebabkan refleks cahaya menjadi bersifat konsensual. Saraf eferen motorik berasal dari nukleus Eidinger-Westphal dan menyertai nervus okulomotorius (N.III) ke dalam rongga orbita untuk mengkonstriksikan otot sfingter pupil

II. Pemeriksaan Sistem Visual

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada sistem visual antara lain:

a. Pemeriksaan visus

b. Pemeriksaan refleks pupil

c. Pemeriksaan lapang pandang

d. Pemeriksaan funduskopi

a. Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen pada jarak 6 meter.Masing-masing mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan pemeriksaan

Page 44: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

menggunakanpinhole untuk menyingkirkan kelainan visus akibat gangguan refraksi. Penilaian diukur daribarisan terkecil yang masih dapat dibaca oleh pasien dengan benar, dengan nilai normal visus adalah 6/6. Apabila pasien hanya bisa membedakan gerakan tangan pemeriksa maka visusnya adalah 1/300, sedangkan apabila pasien hanya dapat membedakan kesan gelap terang (cahaya) maka visusnya 1/∞.

b. Pemeriksaan refleks pupil atau refleks cahaya terdiri dari reaksi cahaya langsung dan tidak langsung (konsensual). Refleks cahya langsung maksudnya adalah mengecilnya pupil (miosis) pada mata yang disinari cahaya. Sedangkan refleks cahaya tidak langsung atau konsensual adalah mengecilnya pupil pada mata yang tidak disinari cahaya.5,6

c. Pemeriksaan lapang pandang bertujuan untuk memeriksa batas perifer penglihatan, yaitu batas dimana benda dapat dilihat bila mata difiksasi pada satu titik. Lapang pandang yang.normal mempunyai bentuk tertentu dan tidak sama ke semua jurusan, misalnya ke lateral kita dapat melihat 90 – 100o dari titik fiksasi, ke medial 60o, ke atas 50 – 60o dan ke bawah 60 – 75o.Terdapat dua jenis pemeriksaan lapang pandang yaitu pemeriksaan secara kasar (tes konfrontasi) dan pemeriksaan yang lebih teliti dengan menggunakan kampimeter atau perimeter.

d. Pemeriksaan funduskopi di bidang neurologi bertujuan untuk menilai keadaan fundus okuli terutama retina dan papil nervus optikus. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat berupa oftalmoskop. Papil normal berbentuk lonjong, warna jingga muda, di bagian temporal sedikit pucat, batas dengan sekitarnya tegas, hanya di bagian nasal agak kabur. Selain itu juga terdapat lekukan fisiologis. Pembuluh darah muncul di bagian tengah, bercabang keatas. Jalannya arteri agak lurus, sedangkan vena berkelok-kelok. Perbandingan besar vena : arteri adalah 5:4 sampai 3:2.5

Gangguan Pada Nervus Optikus

I. Kelainan pada pemeriksaan refleks pupil

• Reaksi pupil terhadap cahaya dapat menghilang atau berkurang jika terdapat lesi yang mengenai jaras penglihatan pada lintasan saraf yang berperan pada

Page 45: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

refleks pupil atau refleks cahaya tersebut. Kelainan tersebut termasuk diataranya :

o Kegagalan cahaya untuk mencapai retina, misalnya akibat katarak dan

kekeruhan cairan vitreus pada pasien diabetes melitus.

o Penyakit pada retina, seperti retinitis pigmentosa, perdarahan makula,

atau scar.

o Penyakit atau kelainan pada nervus optikus seperti neuritis optik, neuritis

retrobulbar,dan atrofi nervus optikus.

o Kelainan yang mengenai traktus optikus dan hubungannya dengan batang

otak

o Penyakit atau kelainan pada batang otak

o Penyakit atau kelainan pada nervus okulomotorius atau gangion siliare

II. Kelainan pada pemeriksaan lapang pandang

• Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik,akan menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau medan penglihatan. Lesi pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau anopsia pada mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis retina yang mendarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax.

• Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut hemianopsia bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian lateralnya akan menimbulkan hemianopsia binasal. Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral. Lesi pada radiasio optika bagian medial akan menyebabkan quadroanopsia inferior homonim kontralateral, sedangkan lesi pada serabut lateralnya akan menyebabkan quadroanopsia superior homonim kontralateral. 1,2

Page 46: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Jenis kelainan visual

I =Ipsilateral anopia

II =Bitemporal hemianopia

III =Contralateral homonym hemianopia

IV =Upper contralateral quadranopia

Page 47: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

A. DIPLOPIA

Definisi

Diplopia atau penglihatan ganda adalah suatu gangguan penglihatan yang mana obyek

terlihat dobel atau ganda. Diplopia berasal dari bahasa Yunani, diplo = dobel atau ganda,

opia = penglihatan.

Klasifikasi

• Diplopia binokular yaitu penglihatan ganda terjadi apabila si pasien melihat dengan

kedua mata dan menghilang bila salah satu mata ditutup. Kondisi ini disebabkan

antara lain oleh gangguan pergerakan otot bola mata sehingga sudut kedua mata tidak

sinkron (tahap awal seseorang yang akan menjadi juling atau strabismus). Penyebab

lainnya adalah kerusakan saraf yang melayani otot otot bola mata. Kerusakan saraf ini

disebabkan oleh stroke, cidera kepala, tumor otak dan infeksi otak. Diplopia

binokular juga bisa terjadi pada pasien diabetes, miastenia gravis, penyakit graves,

trauma atau cidera pada otot mata dan kerusakan pada tulang penyangga bola mata.

• Diplopia monokular yaitu diplopia yang hanya terjadi pada satu mata. Penglihatan

ganda muncul saat salah satu mata ditutup. Gangguan ini dapat terjadi pada pasien

dengan astigmatisma, gangguan lengkung kornea, pterigium, katarak, dislokasi lensa

mata, gangguan produksi air mata dan beberapa gangguan pada retina.Karena bukan

merupakan penyakit secara khusus atau dengan kata lain diplopia merupakan gejala

yang bisa terjadi pada beberapa penyakit yang saya sebutkan diatas maka pengobatan

diplopia terggantung dari penyakit dasar yang menyebabkan terjadinya diplopia.

B. AMBLIOPIA

Definisi

• Adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal

sesuai dengan usianya walaupun sudah dikoreksi kelainan refraksinya. Pada

ambliopia yang terjadi adalah penurunan ketajaman penglihatan unilateral atau

bilateral karena kehilangan pengenalan bentuk, interaksi binocular abnormal, atau

keduanya, dimana tidak ditemukan kausa organic pada pemeriksaan fisik mata.

Page 48: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Ambliopia dapat tanpa kelainan organic dan dapat juga dengan kelainan organic yang tidak sebanding dengan visus yang ada.

Bila ditemukan pada anak di bawah usia 6 tahun, maka masih dapat dilakukan latihan untuk perbaikan penglihatannya.

Etiologi

• Kurangnya rangsang untuk meningkatkan perkembangan penglihatan.

• Kausa ekstraneural yang menyebabkan turunnya tajam penglihatan (ex: katarak,

astigmatism, strabismus, atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi)

mekanismenya adalah memicu penurunan fungsi visual pada orang yang sensitif.

• Anisometropia, juling, oklusi, katarak, dan kekeruhan media penglihatan lainnya.

Secara umum terdapat 2 faktor yang menjadi penyebab terjadinya ambliopia, yaitu:

1. Supresi merupakan proses kortikal yang mengakibatkan terdapatnya

skotoma absolute pada penglihatan binocular (untuk mencegah terjadinya

diplopia pada mata yang juling), atau sebagai hambatan binocular

(monocular kortikal inhibisi) pada bayangan retina yang kabur.

Supresi tidak berkaitan dengan perkembangan penglihatan.

2. Nirpakai (non use) akibat tidak dipergunakannya elemen visual retino

kortikal pada saat kritis perkembangannya terutama pada usia sebelum 9

tahun.

Manifestasi klinis

Terdapat beberapa tanda pada mata dengan ambliopia, yaitu:

• Berkurangnya penglihatan 1 mata

• Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding.

• Hilangnya sensitivitas kontras

• Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik

• Adanya anisokoria

• Tidak mempengaruhi penglihatan warna

Page 49: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

• Biasanya daya akomodasi menurun

• ERG dan EEG normal tidak terdapat kelainan organic maupun korteks serebri.

Pemeriksaan Ambliopia

Pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan tajam penglihatan sejak bayi sampai usia 9 tahun mengetahui kelainan secara dini mencegah keterlambatan perawatan.

Pemeriksaan kedudukan mata dan adanya reaksi pupil selain pemeriksaan fundus.

Uji yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan ambliopia adalah:

1. Uji Crowding Phenoma

Dengan membaca huruf pada kartu Snellen yang dibuka satu persatu huruf atau dengan kata lain diisolasi, kemudian dilanjutkan dengan membaca sebaris huruf yang sama.

Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari huruf yang diisolasi ke huruf dalam satu baris fenomena crowding ambliopia +.

2. Uji Densiti Filter Netral

Prinsipnya, mata yang ambliopia secara fisiologik barada dalam keadaan beradaptasi gelap, sehingga jika pada mata ambliopia dilakukan uji penglihatan dengan intensitas sinar yang diturunkan (memakai filter densiti netral) maka tidak akan terjadi penurunan tajam penglihatan.

Hasil:

• Ambliopia fungsional paling banyak tajam penglihatan akan berkurang satu

baris atau tidak terganggu sama sekali.

• Ambliopia organic tajam penglihatan akan sangat menurun dengan pemakaian

filter tersebut.

3. Uji Worth’s Four Dot

Uji untuk melihat penglihatan binocular, adanya fusi, korespondensi retina abnormal, supresi pada satu mata, dan juling.

Penderita dipakaikan kacamata dengan filter merah di mata kanan dan filter biru di mata kiri dan melihat pada objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau, dan 1 putih.

Page 50: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Visuskop

Alat untuk menentukan letak fiksasi. Dengan melakukan visuskopi dapat ditentukan bentuk fiksasi monookular pada ambliopia.

Penanganan Ambliopia

a. Ambliopia adalah kelainan yang reversible dan akibatnya tergantung dari saat

mulai dan lama berlangsungnya. Saat rentan adalah bayi umur 6 bulan dan

ambliopia tidak akan terjadi setelah usia > 5 tahun.

b. Ambliopia jika diketahui sejak dini akan dapat dicegah agar menjadi tidak

permanen. Perbaikan adalah dengan melakukan latihan penglihatan (idealnya jika

usia masih di bawah 6 tahun) dan dapat dilakukan bila penglihatan masih dalam

perkembangannya.

c. Pengobatan dapat dengan:

d. Imunosupresi aktif untuk menyingkirkan faktor ambliopiagenik.

e. Oklusi mata yang sehat

f. Penalisasi dekat mata ambliopia dibiasakan melihat dekat dengan lensa + 2,5

D, sedangkan mata yang baik diberi atropine

g. Penalisasi jauh mata ambliopia dipaksa melihat jauh dengan memberi atropine

pada mata yang baik serta diberi lensa + 2,5 D

h. Latihan ortoptik bila juling

i. Pencegahan pada usia < 5 tahun periksa tajam penglihatan terutama bila ada

tanda-tanda juling.

Jenis- jenis Ambliopia

• Ambliopia fungsional

Dapat terjadi congenital atau didapat dan terjadi pada satu mata dengan tajam penglihatan yang kurang tanpa kelainan organic, yang tidak dapat diperbaiki dengan kacamata. Sering pada anak-anak.

Pengobatan: oklusi mata (komplit, inkomplit, konstan, maupun intermiten), penalisasi (jauh, dekat, atau keduanya), dan pleoptik.

Page 51: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

• Ambliopia strabismik

Ambliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanya juling ke dalam atau esotropia yang paling sering) pada anak sebelum penglihatan tetap. Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata tersebut untuk mencegah gangguan penglihatan. Kelainan ini disebut ambliopia strabismik dimana kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga hanya 1 mata yang diarahkan pada benda yang dilihat.

Pengobatan: menutup total mata yang sehat.

• Ambliopia refraktif

Merupakan ambliopia yang terjadi pada mata dengan kelainan refraksi yang tidak dikoreksi atau terdapatnya kelainan refraksi antara kedua mata. Penglihatan dapat membaik setelah beberapa bulan memakai kaca mata koreksi.

Pengobatan: menutup mata yang sehat setelah mata yang ambliopia mendapatkan kacamata yang sesuai.

• Ambliopia anisometropik

Terjadi akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua mata yang berbeda jauh, beda refraksi yang besar antara kedua mata tersebut menyebabkan terbetuknya bayangan kabur pada satu mata.

Pengobatan: memberikan kaca mata hasil pemeriksaan secara objektif disertai penutupan mata yang sehat.

• Ambliopia ametropik

Ambliopia ametropik, menurunnya tajam penglihatan mata dengan kelainan refraksi berat yang tidak dikoreksi (biasanya hipermetropi atau astigmatism).

Pengobatan: dengan menggunakan kaca mata hasil pemeriksaan refraksi secara objektif.

Page 52: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

• Ambliopia eksanopsia

Ambliopia akibat penglihatan terganggu pada saat perkembangan penglihatan bayi. Ambliopia eksanopsia disebabkan oleh supresi atau suatu proses aktif dari otak untuk menekan kesadaran melihat. Menurunnya penglihatan pada suatu mata akibat hilangnya kemampuan bentuk setelah fiksasi sentral.

Dapat terjadi pada mata bayi dengan katarak, ptosis, ataupun kekeruhan kornea sejak lahir atau terlambat diatasi.

Pengobatan: menutup mata yang sehat dilakukan setelah mata yang sakit dibersihkan kekeruhan media penglihatannya.

• Ambliopia hysteria

Ambliopia yang terjadi akibat adanya hysteria yang dapat mengenai satu mata maupun kedua mata (lebih sering).

Pada pemeriksaan didapat lapang pandang yang menciut konsentris & terdapat gambaran spiral selama dilakukan pemeriksaan lapang pandang.

• Ambliopia organic

Ambliopia dengan kelainan organic yang dapat menerangkan sebab tajam penglihatan berkurang (tidak memenuhi criteria ambliopia secara murni). Ambliopia terjadi akibat kerusakan fovea congenital dan bersifat tidak reversible.

C. SKOTOMA

Skotoma adalah suatu kelaiana dimana terdapat daerah penglihatan buram atau hilang

dalam lapang pandang , dikelilingi daerah penglihatan yang lebih jernih atau normal.

Klasifikasi:

Terdapat 2 jenis skotoma, yaitu:

1. Skotoma Sentralis

Etiologi:

terdapat 2 penyebab tersering skotoma sentralis, yaitu :

Degenerasi makula atrofi.

Page 53: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Eksudatif (hemoragik) yang terkait usia.

Penyebab lain dari skotoma sentralis adalah cedera makula, degenerasi makula

miopik, penyakit saraf optikus dan gangguan makula kongenital.

Gejala Klinis:

Manifestasi klinis dari skotoma sentralis adalah terkait pada stadium perjalan

penyakitnya, dimana:

Stadium awal

1. Pasien dengan skotoma sentralis sering mengeluh penglihatan sentral

kabur dan terdistorsi,tetapi penglihatan perifer jelas kecuali apabila juga

terjadi katarak.

2. Mengalami kesulitan membaca serta mengenali wajah

3. Persepsi kontras biasanya tidak terganggu

Stadium Disiformis

Tanda khusus dari stadium ini adalah terdapatnya skotoma padat

Stadium Lanjut

Walaupun telah terdapat gejala-gejala diatas, namun pada stadium lanjut ini

penderita masih mempunyai kemampuan untuk bepergian relatif normal

Pemeriksaan Penunjang:

Untuk memeriksa fungsi penglihatan, dilakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan

dengan kartu Snellen, Amsler grid dan sensitivitas kontras bila pada pemeriksaan

terdapat penurunan kontras perlu pembesaran yang lebih kuat daripada yang

diperkirakan dari pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan kartu Snellen.

Terapi:

Menggunakan posisi kepala yang eksentris tujuannya menempatkan bayangan

di daerah retina yang sehat.

Mengguanakan lensa pembesar.

Page 54: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

2. Skotoma Perifer

Walaupun penglihatan sentral penting untuk ketelitian, lapang pandang perifer juga

penting untuk menentukan lokasi diri dalam ruangan, untuk berpegian secara aman,

dan untuk kewaspadaan dari gangguan yang berasal dari arah perifer.

Etiologi:

Penyebab skotoma perifer adalah penyakit yang menyebabkan penurunan lapang

pandang perifer,yaitu :

Galukoma stadium akhir (khas)

Retinitis pigmentosa

Penyakit retina perifer lainnya

Penyakit vascular serebral

Gejala Klinis:

Terjadi penurunan lapang pandang perifer, namun pada penyakit retinitis

pigmentosa tahap lanjut pasien masih mampu membaca huruf berukuran kecil

tetapi memerlukan bantuan untuk berjalan-jalan.

Fotofobia

Terapi:

Fotofobia gunakan lensa kuning gading menahan sinar ultraviolet dan sinar

tampak yang kurang dari 527 nm.

Jika terjadi penurunan persepsi kontras akibat katarak maka kombinasi uji

sensitivitas kontras dan kilau dapat menunjukan saat yang tepat untuk bedah

katarak.

Penggunaan kaca pembesar dan closed circuit television bila lapangan pandang

sentral kurang dari 7 derajat. Penggunaannya mudah diatur sendiri oleh pasien.

Penanaman lensa intraokular di kamera anterior untuk pasien yang menjalani

ekstraksi katarak penting untuk mempertahankan ukuran bayangan normal.

Page 55: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

GLAUKOMA

Definisi

Penyakit mata dengan gangguan integritas struktur & fungsi akibat peningkatan

Tekanan Intra Okular (TIO) baik secara akut ( mendadak ) maupun kronis ( perlahan ).

Klasifikasi

1) BERDASAR ETIOLOGI

A. GLAUKOMA PRIMER

1. Glaukoma Primer sudut tertutup akut (Glaukoma Akut Primer / Glaukoma Akut

Kongestif)

2. Glaukoma Primer sudut terbuka (Glaukoma Kronik Simpel)

3. Normo Tension Glaucoma

B. GLAUKOMA SEKUNDER

1. Glaukoma Sekunder Akibat Kelainan Lensa (Lens Induced Glaucoma)

- Dislokasi Lensa

- Lensa Intumesen (Glaukoma Fakomorfik)

- Glaukoma Fakolitik

2. Glaukoma Sekunder Akibat Kelainan Uvea

•Uveitis Akut

•Seklusio Pupil

3. Glaukoma Sekunder Akibat Trauma Hifema

4. Glaukoma Sekunder Akibat Pembedahan

5. Glaukoma Sekunder Akibat Rubeosis Iridis (Glaukoma Neovaskular)

a.Central Retinal Vein Occlusion (CRVO)

b. Retinopati Diabetikum (Diabetic Retinopathy)

6. Glaukoma Sekunder Akibat penggunaan steroid jangka lama (Steroid Induced

Glaucoma)

C. GLAUKOMA KONGENITAL

1. Glaukoma Kongenital Primer

Page 56: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

2. Glaukoma Kongenital Sekunder / disertai kelainan lain (Aniridia, Sturge Weber

Syndrome, Marfan Syndrome, dll)

2) BERDASAR MEKANISME KENAIKAN TIO

A. GLAUKOMA SUDUT TERBUKA

1. Membran Pre-Trabekular

2. Kelainan Intra Trabekular

B. GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP

1. Akibat Blok Pupil/Iris Bombans

a.Glaukoma Primer Sudut Tertutup

b. Seklusio Pupil

c.Lensa Intumesen

d. Dislokasi lensa ke Anterior

e.Hifema

2. Akibat Pergeseran Lensa ke Anterior

a.Glaukoma Blok Siliar

b. CRVO (Central Retinal Vein Occlusion)

c.Skleritis Posterior

d. Pasca Bedah Ablatio Retina

3. Akibat Pendesakan Sudut (“Angle Crowding”)

a.Iris Plateau

b. Lensa Intumesen

c.Penggunaan Midriatikum untuk pemeriksaan Fundus

4. Akibat Sinekia Anterior Perifer (Peripheral Anterior Synechia)

a.Penutupan Sudut BMD yang kronis

b. Akibat BMD yang datar/dangkal

c.Akibat Iris Bombans

d. Kontraksi membran Pre-trabekular

Page 57: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

Patofisiologi

Tekanan di dalam bola mata (sekitar 10-20 mmHg) merupakan hasil

keseimbangan antara sekresi cairan di dalam badan siliar ke bilik mata depan dan aliran

keluar dari bilik melalui jaringan trabekula di sudut bilik (sudut iridokornea) kedalam

kanalis Schlemm. Peningkatan tekanan intraokuler (glaucoma tekanan tinggi) dapat

disebabkan oleh hambatan pada aliran keluar humor aquous (penyebab yang sering) atau

peningkatan prouksi humor aquous. Diantara beberapa penyebab hambatan pada aliran

keluar adalah penebalan jaringan trabekula atau penyempitan sudut bilik mata. Sudut

bilik mata sering kali menyempit jika bola mata pipih (hiperopia aksial yang nyata) atau

karena peningkatan ketebalan lensa sejalan dengan usia. Pelebaran pupil semakin

mempersempit sudut jika dasar iris melebar, seperti yang terjadi pada keadaan gelap dan

melalui perangsangan saraf simpatis.

Tekanan intraokuler yang tinggi merusak saraf optikus secara bertahap namun

bersifat ireversibel sehingga menyebabkan gangguan lapangan pandang yang dimulai di

sekitar bintik butadan di sekitar perifer nasal. Upaya untuk mengobati kelainan ini adalah

dengan menurunkan tekanan intraokuler dengan mempersempit pupil (obat

parasimpatetik) dan mengurangi produksi humor aquous. Sekresi humor aquous

memerlukan karbonat anhidrase dan dapat dikurangi dengan menghambat kerja karbonat

anhidrase. Bahkan tanpa tekanan yang meningkat, kerusakan saraf optikus yang khas

untuk glaucoma dapat terjadi (glaucoma tekanan rendah), mungkin disebabkan oleh

perfusi darah yang menurun.

Diagnosis

Gejala

Trias glukoma:

1. Optic neuropati

2. Defek lapang pandang

3. TIO meningkat

Pemeriksaan

Page 58: RESUME kel D TUTORIAL BLOK 15 sk 1.doc

1. Pemeriksaan Visus kartu Snellen

2. Pemeriksaan Segmen Anterior Senter dan Slit Lamp

3. Pemeriksaan Tekanan Intra Okular (TIO)

Digital

Tonometri : - Schiotz & Aplanasi

4. Pemeriksaan Penggaungan Papil Saraf Optik oftalmoskop

5. Pemeriksaan Lapang Pandang

Test Konfrontasi

Tangent Screen (lapang pandang sentral)

Perimeter Goldmann (lapang pandang perifer)

Computerized (Humphrey Visual Field Analyzer)

6. Pemeriksaan Sudut Bilik Mata Depan Gonioskopi

Penatalaksanaan

A. Pengobatan medis

1. Supresi pembentukan humor aquous

a. Penghambat adrenergic beta

b. Apraklonidin

c. Inhibitor karbonat anhidrase

2. Fasilitasi aliran keluar humor aquous

a. Obat parasimpatomimetik

3. Penurunan volume korpus vitreum

a. Obat-obat hiperosmotik

4. Miotik, midriatik dan sikloplegik

B. Terapi bedah dan laser

1. Iridektomi dan iridotomi perifer

2. Trabekuloplasti laser

3. Bedah drainase glukoma

4. Tindakan siklodestruktif