riset diare

Upload: haseo-ayatullah

Post on 15-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Univ Muhammadiyah Surabaya

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKAFaktor Penyebab Diare pada Anak Usia 6-12 Bulan Di Puskesmas Kedungmundu Semarang

A. Diare pada Anak Usia 6-12 Bulan1. PengertianDiare merupakan sindrome yang menyertai berbagai penyakittertentu atau akibat gangguan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh adanya gangguan gizi, alergi, kekurangan enzim pencernaan, gangguan mental, dan kekhawatiran. Atau secara tidak sengaja zat yang bersifat konstifasi ikut terkonsumsi. Gangguan terjadinya diare sangat beragam dapat disebabkan oleh pengaruh salah satu atau gabungan dari 3 mekanisme yang terdiri atas proses osmotis, gangguan transport air elektrolit dan perubahan mortilitas usus. Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Behrman, 2000).

2. PatofisiologiDiare dapat meningkatkan motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik. Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahanbahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal (Surasmi, 2003).

3. Jenis-jenis DiareMenurut Hidayat (2008) ada 3 jenis diare :a. Diare cair akutDiare cair akut memiliki tiga ciri utama : gejalanya dimulai secara tibatiba, tinjanya encer dan cair, pemulihan biasanya terjadi dalam waktu 3-7 hari. Kadang kala gejalanya bisa berlangsung sampai 14 hari. Lebih dari 75% orang yang terkena diare mengalami diare cair akut.b. DisentriDisentri memiliki dua ciri utama : adanya darah dalam tinja, mungkin disertai kram perut, berkurangnya nafsu makan dan penurunan berat badan yang cepat. Sekitar 10-15% anak-anak di bawah usia lima tahun (balita) mengalami disentri. c. Diare yang menetap atau persisten Diare yang menetap atau persisten memiliki tiga ciri utama : pengeluaran tinja encer disertai darah, gejala berlangsung lebih dari 14 hari dan ada penurunan berat badan. Derajat dehidrasi akibat diare menurut Widoyono (2008) dibedakan menjadi tiga, yaitu :a. Tanpa dehidrasi, biasanya anak merasa normal, tidak rewel, masih bisa bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya tidak berat, anak masih mau makan dan minum seperti biasab. Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan anak rewel atau gelisah, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali dengan cepat jika dicubitc. Dehidrasi berat, anak apatis (kesadaran berkabut), mata cekung, pada cubitan kulit turgor kembali lambat, nafas cepat, anak terlihat lemah.

4. Tanda dan GejalaMenurut Schwartz (2004), tanda dan gejala diare pada anak antara lain :a. Gejala Umum1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,apatis bahkan gelisah b. Gejala Spesifik1) Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras danberbau amis2) Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah

5. KomplikasiMenurut Sudarti (2010) komplikasi akibat diare yang berkepanjanganadalah :a. Dehidrasi (kekurangan cairan)Tergantung dari presentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dapat terjadi ringan, sedang atau berat.b. Gangguan SirkulasiPada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien dapat mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume cairan (hipovolemia).c. Gangguan asam-basa (asidosis)Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu meningkatkan pH arteri.d. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.e. Gangguan GiziGanguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

6. Pengobatan Diare pada AnakMenurut Whaley and Wong (2009) penatalaksanaan diare pada balita difokuskan pada penyebab, keseimbangan cairan dan elektrolit, serta fungsi normal perut. Prinsipnya adalah mengganti cairan yang hilang (rehidrasi), tetap memberikan makanan, tidak memberikan obat anti diare (antibiotik hanya diberikan atas indikasi), dan penyuluhan. Penderita diare kebanyakan dapat sembuh tanpa pengobatan khusus. Serangan diare yang berulang akan mendorong tanpa Serangan diare yang berulang akan mendorong penderita ke dalam keadaan malnutrisi oleh karena itu penatalaksanaan yang benar sangat dibutuhkan karena dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian, apalagi pada anak-anak. Selain itu keluarga dapat menjaga balita atau anak-anak dari diare dengan menjaga kebersihan lingkungan serta makanan. Selain itu bila sudah terkena maka keluarga dapat melakukan pertolongan dengan memberikan oralit atau campuran gula dan garam. Adapun cara membuatnya, yaitu: tuangkan air matang ke dalam gelas bersih (200 ml), ditambah 1 sendok teh munjung gula pasir dan sendok teh garam dapur, aduk sampai larut benar. Cairan rumah tangga adalah cairan yang berasal dari makanan seperti bubur encer dari tepung, sup, air tajin, air kelapa muda, dan makanan yang diencerkan. Menurut Widjaja (2004) pengobatan diare antara lain sebagai berikut : A. Pengobatan MedisPengobatan medis dilakukan setelah diketahui dengan tepat penyebab munculnya diare. Jika penyebabnya infeksi, pengobatan hanya ditujukan untuk menghilangkan infeksi tersebut. Dalam pengobatan laboratorium agar diketahui dengan pasti antibiotik yang dapat digunakan. Di samping itu, jenis antibiotik yang digunakan juga harus disesuaikan dengan umur penderita. Pengobatan medis hanya dapat dilakukan oleh dokter.B. Pengobatan DietisPengobatan dietis dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase puasa, realimentasi (pemulihan), dan fase kembali ke makan semula.a. Fase puasaPada diare ringan cukup diberi teh pahit kental ditambah garam seujung pisau untuk mengganti cairan tubuh. Lamanya pemberian air teh pahit kental ini biasanya 6-12 jam. Penderita dengan gejala diare berat harus diberi cairan oralit lengkap atau cairan intravena (infus).b. Fase Realimentasi (Pemulihan)Cara realimentasi tergantung dari umur dan berat badan penderita. Bayi berumur di bawah 1 tahun, setelah menjalani puasa minum teh, diberi ASI selama 3-5 hari, kemudian sesudah diare berhenti diberi pisang (1 hari), selanjutnya secara berturut-turut diberi bubur susu dan nasi tim dengan porsi sesuai dengan berat badannya.c. Fase Makan BiasaSetelah terapi dietis berhasil dilaksanakan, diet anak dikembalikan kepada porsi yang normal. Namun, pemberian makanan normal tetap berpegang kepada tahapan-tahapan, agar anak tidak stress atau emosional. Misalnya dengan memberikan makanan cair terlebih dahulu, baru makanan lunak, kemudian makanan biasa.C. Pemberian ASI Jika produksi susu ibu tidak memadai, harus dipikirkan cara menanggulanginya agar produksi air susu meningkat. Jika tidak, harus dicarikan alternatif pengganti ASI. Seperti sudah diketahui, diare persisten dapat disebabkan oleh intoleransi laktosa. Maka, susu pengganti ASI harus dipilih yang bebas laktosa atau rendah laktosa. Bahkan, sebagian bayi ada yang tidak tahan terhadap lemak, sehingga harus dipilihkan susu yang mengandung lemak tak jenuh. Ada juga bayi yang intoleransi gula (karbohidrat). Ia harus diberi susu yang rendah gula. Makanan bayi berupa susu formula sudah banyak diperjual-belikan, terutama di perkotaan. Berbeda dengan yang hidup di pedesaan, yang menjadikan ASI sebagai satu-satunya pilihan. Itulah sebabnya, ASI harus ditingkatkan produksinya.D. Memberi Makanan TambahanMakanan tambahan harus diberikan secara tepat. Biasanya, makanan tambahan diberikan setelah bayi berumur 6 bulan. Makanan tambahan yang diberikan terlalu cepat akan menganggu perkembangan lambung atau usus bayi. Makanan tambahan dapat berupa buahbuahan, biskuit, bubur susu, dan nasi tim. Pemberian makanan terlalu dini, selalu dapat menyebabkan gangguan lambung juga akan menyebabkan anak kekenyangan, sehingga tidak mau lagi minum ASI. Karena itu, pemberian makanan tambahan boleh diberikan setelah bayi berusia 6 bulan, setelah enzim pencernaannya terbentuk dengan sempurna. Makanan tambahan yang hendak diberikan kepada bayi hendaknya diperkenalkan sedikit demi sedikit untuk membina selera makan bayi. Pemberiannya harus dilakukan ketika bayi sedang lapar atau tidak sedang mengalami diare. Ada pun makanan tambahan yang dapat diberikan pada usia tersebut berupa biskuit, agar-agar, dan sari buah (jeruk, tomat, alpukat, apel, pepaya, atau pisang ambon).

7. PencegahanMenurut Widoyono (2008) penyakit diare dapat dicegah melaluipromosi kesehatan, antara lain :a. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah 3 tidak, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasab. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakitc. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang air besar (BAB)d. Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahune. Menggunakan jamban yang sehatf. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar

B. Epidemiologi Diare pada Anak Usia 6-12 Bulan

Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperanan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Segitiga ini merupakan interaksi antara tiga faktor yakni host (tuan rumah), agent (faktor penyebab) dan environment (lingkungan). Interaksi host, agent dan environment merupakan suatu sistem yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (equilibrium) pada seseorang (individu) yang sehat (Bustan, 2002).1. HostKuman penyebab diare biasanya menyebar melalui faecal oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.a. Faktor infeksiInfeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang sebagai berikut (Widjaja, 2004). 1) Infeksi bakteri oleh kuman E.Coli Salmonella, Vibrio cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti pseudomonas.2) Infeksi basil (disentri)3) Infeksi virus enterovirus dan adenovirus4) Infeksi parasit oleh cacing (askari)5) Infeksi jamur (candidiasis)6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronkhitis, dan radang tenggorokan7) Keracunan makananb. Faktor Malabsorbsi1) Malabsorbsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat khas asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini pertumbuhan anak akan terganggu2) Malabsorbsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare (agent)Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya diare.a. Status giziBeratnya penyakit, lama dan risiko kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi buruk. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Tujuan umum pemantauan status gizi adalah tersedianya informasi status gizi balita secara berkala dan terus-menerus, guna evaluasi perkembangan status gizi balita, penetapan kerja sama dan perencanaan jangka pendek Baku rujukan yang digunakan adalah WHO-NCHS dengan lima klasifikasi, yaitu : (Supariasa, 2002).1) Gizi lebih : > 120% median BB/U2) Gizi baik : 80% -120% median BB/U3) Gizi sedang: 70% - 79,9% median BB/U4) Gizi kurang: 60% - 69,9% median BB/U5) Gizi buruk : < 60% median BB/UPada penderita kurang gizi serangan diare terjadi lebih sering terjadi. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan berat diare yang diderita. Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka terhadap infeksi karena daya tahan tubuh yang kurang. Status gizi ini sangat dipengaruhi oleh kemiskinan, ketidak tahuan dan penyakit. Begitu pula rangkaian antara pendapatan, biaya pemeliharaan kesehatan dan penyakit, keadaan sosio ekonomi yang kurang, hygiene sanitasi yang jelek, kepadatan penduduk rumah, pendidikan tentang pengertian penyakit, cara penanggulangan penyakit serta pemeliharaan kesehatan.b. Pemberian ASI eksklusifASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu selama 6 bulan. ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik baik bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti: Shigella dan Vibrio cholerae (Roesli, 2005).c. Perilaku hidup bersih dan sehat1) Kebiasaan cuci tanganKebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan anak dan sesudah makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.2) Kebiasaan membuang tinjaMembuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara bersih dan benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Hal yang harus diperhatikan oleh keluarga dalam membuang tinja anak adalah :a) Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jambanb) Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya.c) Bila tidak ada jamban pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbund) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun3) Pemberian imunisasi campak4) Penimbangan balita5) Menggunakan air bersih yang cukup

3. Faktor lingkungan (environment)Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitumelalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.a. Sumber air minumSumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasiyang berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.b. Jenis tempat pembuangan tinjaPembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut Notoatmodjo (2007), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah :1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya3) Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya4) Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempatlalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya5) Tidak menimbulkan bau6) Pembuatannya murah7) Mudah digunakan dan dipelihara.c. Jenis lantai rumahMenurut Notoatmodjo (2007) syarat rumah yang sehat jenis lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai rumah dapat terbuat dari: ubin atau semen, kayu, dan tanah yang disiram kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan berdebu dapat menimbulkan sarang penyakit. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, paling tidak perludiplester dan akan lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan. Lantai dari tanah lebih baik tidak digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan atau penyakit pada penghuninya, oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap air (disemen, dipasang keramik, dan teraso). Lantai dinaikkan kira-kira 20 cm dari permukaan tanah untuk mencegah masuknya air ke dalam rumah (Sanropie, 2009).d. Pengelolaan sampahPengelolaan sampah berkaitan dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah akan hidup mikroorganisme penyebab penyakit dan juga binatang serangga sebagai pemindah atau penyebar penyakit (vektor). Oleh karena itu, sampah harus dikelola dengan baik agar tidak menggangu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah meliputi pengumpulan dan pengangkutan sampah, sehingga masyarakat harus membangun dan mengadakan tempat khusus pengumpulan sampah dan kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah harus diangkut ke tempat penampungan sementara sampah dan selanjutnya ke tempat penampungan akhir. Pengelolaan sampah padat dapat dilakukan dengan cara antara lain pemusnahan sampah dengan menimbun dalam tanah, membakar, atau dijadikan sebagai pupuk kompos (Notoatmodjo, 2007).

C. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tergantung pada host, agent dan environment. Ketiga faktor tersebut merupakan tritunggal yang selalu ada tetapi tidak akan selalu menimbulkan penyakit, hal itu tergantung pada kondisi masing-masing faktor serta proses interaksi antara ketiga faktor tersebut. Sakit akan terjadi bila dalam lingkungan yang memadai agent berhasil memasuki tubuh host dan mulai menimbulkan reaksi.

Bagan 2.1 Kerangka TeoriSumber : Soegijanto (2002), Bustan (2002) dan Schwartz (2004)

D. Kerangka Konsep1. Status gizi2. Pemberian ASI eksklusif3. Lingkungan4. Perilaku hidup bersih dan sehat

Diare pada anakusia 6-12bulan

Bagan 2.2 Kerangka KonsepE. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiyono, 2007). Variabel dalam penelitian ini adalah :1. Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel Independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi diare pada anak usia 6-12 bulan yaitu status gizi, pemberian ASI eksklusif, lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada anak usia 6-12 tahun.

F. Hipotesis Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2005), hipotesa penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau sementara, yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut, hipotesis dalam penelitian ini yaitu:1. Ada hubungan status gizi dengan kejadian diare pada anak usia 6-12 bulan di Puskesmas Kedungmundu Semarang.2. Ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 6-12 bulan di Puskesmas Kedungmundu Semarang. 3. Ada hubungan lingkungan dengan kejadian diare pada anak usia 6-12 bulan di Puskesmas Kedungmundu Semarang.4. Ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada anak usia 6-12 bulan di Puskesmas Kedungmundu Semarang.