rumah sakit khusus ibu dan anak kota bandung - laporan...
TRANSCRIPT
-
PEMERINTAH KOTA BANDUNGRUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJAINSTANSI PEMERINTAH(LKIP) TAHUN 2015
Jl. Astanaanyar No. 22 Bandung Telepon 022-5201139 Fax. (022) 5221531Bandung 40242Email : [email protected]
Website : www.rskiakotabandung.com
-
PEMERINTAH KOTA BANDUNGRUMAII SAKIT KIIUSUS IBU DAN ANAKJl. Astanaanyar Nomor. 224Tlp. (0221520ll39 Fax. (02215221531 Bandung 40242
"T[*T"TffiSffi#ililHff*
I(TPUTUSAITDIREKTTIR RI'MAII SAIIIT KIIUSUS IBU DAN AITAK KOTA BAITDUNG
IroMoR'()so ta/9ulRsvtrh It ltotlo
TENTANG
L/lFORArr KrnER.rA TNSTAIISI PEUERTNTATT (LKIplRI'}IAII SAI{IT I{HUSUS IBU DAIT ANAK KOTA BANDT'NG TAHIIil 2016
DIREKTT'R RIIUAII SAI{IT KIIUSUS IBU DAN AITAK KOTA BANDUITG
Menimbang
Mengingat
b.
bahwa dalam rangka mewujudkan pengembangan dan
penerapan suattr sistem pertanggungiawaban yangtepat, jelas, temkur dan logis, diperlukan AlmntabilitasKinerja Instansi Pemerintah;
bahwa Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahmerupakan kewajiban dalam
mempertanggungiawabkan visi dan misi rumatr sakituntuk mencapai tujuan dan sasafll yang telahditetapkan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud hunrf a dan b di atas, maka perlumenetapkan Kepuhrsan Direktur tentang LaporanKinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Rumatr SakitKhusus Ibu dan Anak Kota Bandung.
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentangKesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahr;rr 2OO9 tentang RumahSakit;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentangPemerintahan Daerah;
Perahrran Presiden Republik Indonesia Nomor 29Tahun 2Ol4 tentang Sistem Akuntabilitas KinerjaInstansi Pemerintah;
Peraturan Menteri Pendayaguna€rn Aparatur NegaraDan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi, Atau
4.
5.
-
Implementasi Suatu Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah;
Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 122/Menkes/SK/Ill2OO9 tentang PenetapanKelas Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Astanaanyar
Milik Pemerintatr Kota Bandung Sebagai Kelas B;
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor L4 Tahun2OO9 tentang Pembentukan dan Susunan OrganisasiRumatr Sakit Khusus Ibu dan tulak Kota Bandung;
Peratrrran WaliKota Bandung Nomor 76 Tahun 20lltentang rincian tugas pokok, fungsi, uraian tugas dan
tata kerja Rumatr Sakit Khusus Ibu dan Anak KotaBandung;
Keputusan Walikota Bandung Nomor 9OO/Kep.O66-
DPKAD/2O11 tanggal 27 Januari 2OLl tentangPenetapan Rumah Sakit Ktrusus Ibu dan Anak KotaBandung Untuk Menerapkan Pola PengelolaanKeuangan Badan Layartan Umum Daerah (PPK-BLUD);
MEMUTUSKAIT
Keputusan Direktur tentang Laporan Kineda InstansiPemerintah (LKIP) Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota
Bandung.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Rumatr SakitKtrusus Ibu dan Anak Kota Bandung tercantum dalamlampiran yang tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur ini.
Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dan apabiladi kemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukartperbaikan sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN DI : BandungPADA TANGGAL I Z l"n.raci 2o16
DIREKTUR IBU DAN ANAI(UNG
R, M.KesPembina Tk. I
NrP. 19660319 L99703 2 00L
6.
7.
8.
9.
Menetapkan
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
/.$/*t4lEul
-
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
RSKIA Kota Bandung merupakan lembaga teknis daerah yang
mempunyai tugas, pokok dan fungsi serta kewenangan dalam bidang
pelayanan kesehatan ibu dan anak di Kota Bandung. Sebagai SKPD
yang berada di bawah pemerintahan daerah wajib menyusun
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) yang merupakan wujud
pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja dari pelaksanaan tugas
dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah.
SKPD harus mempertanggung jawabkan tingkat keberhasilan
pelaksanaan visi dan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan secara periodik.
RSKIA Kota Bandung menyusun Indikator Kinerja Utama (IKU)
dan Renstra RSKIA Kota Bandung Tahun 2013 – 2018 hasil reviu
yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, indikator kinerja sasaran,
strategi, arah kebijakan dan program/kegiatan serta
penganggarannya. RSKIA Kota Bandung juga telah menyusun
perjanjian kinerja yang berisikan janji dari kepala SKPD kepada
Walikota Bandung sebagai Kepala Daerah mengenai capaian kinerja
yang akan dicapai dalam satu periode beserta penganggarannya,
pada tahun 2015 RSKIA Kota Bandung telah menetapkan 4 (empat)
sasaran dan 12 (dua belas) indikator kinerja. Dengan terbitnya
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor : 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah, maka dilakukan penyelarasan yang menetapkan
2 (dua) sasaran strategis dan 13 (tiga belas) indikator kinerja
sasaran.
-
ii
Setelah menetapkan IKU dan perjanjian kinerja, maka hal
selanjutnya yaitu menilai capaian kinerja beserta analisis dari
capaian tersebut. Penilaian capaian kinerja harus transparan dan
akuntabel untuk mewujudkan instansi pemerintah yang
berdayaguna dan berhasilguna. Pada tahun 2015 capaian indikator
kinerja hasil penyelarasan adalah dari 13 indikator yang diukur,
sebanyak 2 indikator (15.38%) mencapai atau melebihi target,
sebanyak 5 indikator (38.46%) mencapai sesuai target dan 4indikator
(30.77%) kurang mencapai target. Berikut diagram pencapaian
Perjanjian Kinerja RSKIA Kota Bandung Tahun 2015 :
15,38%
38,46%
30,77%
Pencapaian Keberhasilan Indikator Sasaran
RSKIA Kota Bandung
Tercapai Melebihi Target
Tercapai Sesuai Target
Tercapai Kurang/Tidak Mencapai Target
-
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji serta syukur ke
hadirat Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah (LKIP) RSKIA Kota Bandung
Tahun 2015 dapat tersusun sebagai mana mestinya.
Secara subtantiveL KIP merupakan laporan kinerja
yang transparan dan akuntabel terhadap
pelaksanaan visi, misi, sasaran, program dan kegiatan yang telah
ditetapkan dalam Renstra RSKIA Kota Bandung Tahun 2013-2018,
sehingga diharapkan dapat mencerminkan pemerintah yang Clean
Governance untuk mencapai Good Governance.
Namun demikian kami menyadari masih terdapat kekurangan
dalam penyusunan LKIP RSKIA Kota Bandung tahun 2015 ini dan
sangat membutuhkan saran serta dukungan yang nyata dari seluruh
stakeholders yang ada di lingkungan RSKIA Kota Bandung untuk
menuju ke arah yang lebih baik dalam upaya peningkatan kinerja
rumah sakit yang dapat dipertanggung jawabkan.
Demikian LKIP RSKIA Kota Bandung Tahun 2015 ini di susun
sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan, penataan dan
peningkatan kinerja pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
berkualitas.
Bandung, Januari 2016
-
iv
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GRAFIK vii
DAFTAR DIAGRAM viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum
1.2 Tugas Pokok dan Fungsi
1.3 Landasan Hukum
1.4 Issue Strategis
1.5 Sistematika
1
1
3
4
5
7
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1 Perencanaan Strategis Sebelum dan Setelah Reviu
2.1.1 Visi Misi RSKIA Kota Bandung
2.1.2 Tujuan dan Sasaran Strategis
2.1.3 Indikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung
2.1.4 Strategi RSKIA Kota Bandung
2.1.5 Kebijakan RSKIA Kota Bandung
2.1.6 Rencana Kinerja Tahunan RSKIA Kota Bandung
2.1.7 Perjanjian Kinerja RSKIA Kota Bandung
9
9
9
11
13
15
16
17
17
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama
3.2 Pengukuran, Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
3.3 Perbandingan Pencapaian Indikator Pelayanan Dengan
Rumah Sakit Sejenis Lainya
3.4 Akuntabilitas Keuangan
3.5 Prestasi / Penghargaan
20
20
25
84
88
93
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
94
94
95
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
v
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Hal
Tabel 2.1 Target SPM RSKIA Kota Bandung 13
Tabel 2.2 Indikator Kinerja Utama (IKU) RSKIA Kota
Bandung Sebelum dan Setelah Reviu 14
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja RSKIA Kota Bandung
Setelah Tahun 2015 18
Tabel 2.4
Anggaran Program dan Kegiatan Dalam
Perjanjian Kinerja Berdasarkan Sasaran
Tahun 2015
19
Tabel 3.1 Capaian lndikator Kinerja Utama RSKIA Kota
Bandung Tahun 2015 21
Tabel 3.2
Analisis Pencapaian Sasaran 1
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu
dan anak yang berhasil guna dan berdaya guna
menuju rumah sakit terstandarisasi kelas dunia
27
Tabel 3.3 Pencapaian IKM RSKIA Kota Bandung 29
Tabel 3.4 Hasil Survey IKM RSKIA Kota Bandung Tahun
2014 dan Tahun 2015 31
Tabel 3.5 Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena
Perdarahan 37
Tabel 3.6 Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Pre
Eklamsi 41
Tabel 3.7 Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Sepsis 44
Tabel 3.8 Cakupan pertolongan persalinan melalui seksio
cesaria yang direncanakan 46
Tabel 3.9 Cakupan kemampuan menangani BBLR 1000
gram-2500 gram 49
Tabel 3.10 Kematian pasien > 48 jam di Rawat Inap 53
Tabel 3.11 Cakupan Pelayanan Pasien Keluarga Miskin 56
Tabel 3.12 Jumlah Masyarakat Miskin yang dilayani RSKIA
Kota Bandung Tahun 2015 58
Tabel 3.13 Cakupan pelayanan pasien peserta JKN 60
Tabel 3.14 Jumlah Kepesertaan JKN Rawat Inap RSKIA
Kota Bandung Tahun 2015 61
Tabel 3.15 Nilai Standar Kepatuhan Pelayanan Publik Versi
Ombudsman RI di RSKIA Kota Bandung 64
Tabel 3.16
Pencapaian Nilai Kepatuhan Berdasarkan
Komponen Indikator Versi Ombudsman di
RSKIA Kota Bandung
64
Tabel 3.17 Persentase keluhan pelayanan terhadap rumah
sakit yang ditindaklanjuti 69
Tabel 3.18 Jumlah Keluhan di Unit Layanan Pengaduan
RSKIA Kota Bandung Tahun 2015 69
-
vi
Tabel 3.19 Pencapaian Indikator Sasaran 1 dibandingkan
Target Akhir Renstra RSKIA Kota Bandung 72
Tabel 3.20 Analisis Pencapaian Sasaran 2 Meningkatnya
Akuntabilitas Kinerja Rumah Sakit 74
Tabel 3.21 Perbandingan Nilai LKIP RSKIA Kota Bandung
Tahun 2015 dan Rencana Akhir Renstra 75
Tabel 3.22 Nilai LKIP RSKIA Kota Bandung 76
Tabel 3.23 Persentase Temuan BPK/Inspektorat yang
ditindaklanjuti 83
Tabel 3.24 Pencapaian Indikator Sasaran 2 Dibandingkan
Target Akhir Renstra RSKIA Kota Bandung 83
Tabel 3.25
Pencapaian Indikator Pelayanan 3 (tiga) Tahun
Terakhir RSKIA Kota Bandung Tahun 2013-
2015
84
Tabel 3.26 Perbandingan Pencapaian Indikator Pelayanan
Dengan Rumah Sakit Sejenis Lainya 85
Tabel 3.27 Perbandingan Pencapaian SPM 2014-2015
RSKIA Kota Bandung 87
Tabel 3.28 Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit. RSKIA Kota Bandung Tahun 2015 87
Tabel 3.29 Pagu dan Realisasi Anggaran RSKIA Kota
Bandung Tahun 2015 89
Tabel 3.30 Pagu dan Realisasi Anggaran RSKIA Kota
Bandung Selaku SKPD Tahun 2015 90
Tabel 3.31 Pagu dan Realisasi Program dan Kegiatan
RSKIA Kota Bandung selaku BLUD Tahun 2015 92
Tabel 3.32
Pagu dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung
RSKIA Kota Bandung Berdasarkan Sasaran
Tahun 2015
94
-
vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Keterangan Hal
Grafik 3.1 Pencapaian IKM RSKIA Kota Bandung Triwulan I
Sampai Dengan Triwulan 4 Tahun 2015 30
Grafik 3.2
Cakupan Keberhasilan dalam Menurunkan
Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena
perdarahan ≤ 0.1% (dalam persen)
38
Grafik 3.3
Perbandingan Jumlah Kasus Perdarahan Pada
Tahun 2014 dan Tahun 2015 39
Grafik 3.4
Cakupan Keberhasilan dalam Menurunkan
Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Pre
Eklamsi ≤ 0.3% (dalam persen)
41
Grafik 3.5
Perbandingan Jumlah Kasus Pre Eklamsi
dengan Jumlah Kematian Karena Pre Eklamsi di
RSKIA Kota Bandung
42
Grafik 3.6
Perbandingan Jumlah Kasus Infeksi di RSKIA
Kota Bandung 45
Grafik 3.7
Cakupan Keberhasilan dalam Pertolongan
Persalinan Sectio yang direncanakan ≤ 10 %
(dalam persen)
46
Grafik 3.8
Perbandingan Jumlah Persalinan dan Sectio
Cecaria RSKIA Kota Bandung 48
Grafik 3.9
Cakupan Keberhasilan dalam Menangani BBLR
1000 gr-2500 gr (dalam Persen) 50
Grafik 3.10
Perbandingan Jumlah Total BBLR dengan BBLR
yang Tidak Tertangani di RSKIA Kota Bandung 51
Grafik 3.11
Cakupan Keberhasilan dalam Menurunkan
Kejadian Kematian Pasian > 48 Jam ≤ 2,5 %
(dalam persen)
54
Grafik 3.12
Jumlah Masyarakat Miskin yang dilayani RSKIA
Kota Bandung Tahun 2015 58
Grafik 3.13
Perbandingan Jumlah Pelayanan JKN dan
Umum di Rawat Inap RSKIA Kota Bandung 61
Grafik 3.14
Pencapaian Nilai Kepatuhan Pelayanan di 3
Rumah Sakit Pemerintah Kota Bandung 66
Grafik 3.15
Pencapaian Nilai LAKIP di 3 Rumah Sakit
Pemerintah Kota Bandung 81
-
viii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Keterangan Hal
Diagram3.1 Pencapaian Indikator Kinerja Utama RSKIA
Kota Bandung Tahun 2015 24
Diagram3.2 Pencapaian Sasaran 1 RSKIA Kota Bandung 28
Diagram 3.3
Jumlah Keluhan Pelanggan RSKIA Kota
Bandung Tahun 2014 dan tahun 2015 70
Diagram 3.4
Pencapaian Sasaran 1 RSKIA Kota Bandung
dibandingkan dengan Target Akhir Renstra
Tahun 2018
74
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Hal
Gambar 1.1 Salah Satu Tugas Pokok dan Fungsi RSKIA
dibidang. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan ibu dan anak
3
Gambar 1.2 Struktur Organisasi RSKIA Kota Bandung 4
Gambar 1.3 Kondisi bayi baru lahir di ruang Perinatologi
RSKIA Kota Bandung 8
Gambar 1.4 Penandatanganan Perjanjian Kinerja untuk
Mewujudkan SAKIP Juara 8
Gambar 2.1
Penandatanganan Kesepakatan Bersama
Untuk mewujudkan SAKIP Juara RSKIA Kota
Bandung Tahun 2015
19
Gambar 3.1 Pelayanan Pengaduan dan Informasi RSKIA
Kota Bandung 26
Gambar 3.2 Perawatan Ibu Pasca Melahirkan 37
Gambar 3.3 Perawatan Ibu Pasca Melahirkan di Ruang ICU 40
Gambar 3.4 Konseling dan pemeriksaan ibu hamil 44
Gambar 3.5 Kegiatan Operasi seksio cesaria 45
Gambar 3.6 Perawatan BBLR 51
Gambar 3.7 Pelayanan pasien keluarga miskin 57
Gambar 3.8 Nomor kontak resmi pengaduan masyarakat 61
Gambar 3.9 Layar Anjungan Informasi RSKIA Kota
Bandung 67
Gambar 3.10 Loket Pelayanan pelayanan Informasi 70
-
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan
Lampiran 1.1 Surat Keputusan Tim Penyusun LKIP Tahun
2015
Lampiran 1.2 PerjanjIan Kinerja RSKIA Kota Bandung
Tahun 2015
Lampiran 1.3 Program dan anggaran RSKIA Kota Bandung
Tahun 2015
Lampiran 1.4 Formulasi Indikator Kinerja Utama RSKIA
Kota Bandung Setelah Reviu Tahun 2015
-
1
1.1 Gambaran Umum
Terwujudnya suatu tata
pemerintahan yang baik dan
akuntabel merupakan harapan semua
pihak. Berkenaan harapan tersebut
diperlukan pengembangan dan
penerapan sistem pertanggung
jawaban yang tepat, jelas, terukur dan
“legitimate” sehingga penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan dapat
berlangsung secara berdayaguna,
berhasilguna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Sejalan dengan pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan
negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,
maka di terbitkan Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah dan diperbaharui dengan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam Bab 3 pasal 3 (tiga)
undang-undang tersebut menyatakan bahwa azas-azas umum
penyelenggaraan negara meliputi kepastian hukum, azas tertib
penyelenggaraan negara, azas kepentingan umum, azas keterbukaan,
-
2
azas proporsionalitas dan profesionalitas serta akuntabilitas. Azas
akuntabilitas adalah kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara yang harus dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah dalam mempertanggung
jawabkan tingkat keberhasilan pelaksanaan visi dan misi organisasi
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui
alat pertanggung jawaban secara periodik. RSKIA Kota Bandung
selaku SKPD berbentuk lembaga teknis daerah, dituntut selalu
melakukan pembenahan kinerja untuk meningkatkan peran serta
dan fungsi sebagai sub-sistem dari sistem Pemerintah Daerah dalam
memenuhi aspirasi masyarakat. Dalam perencanaan pembangunan
kesehatan daerah Kota Bandung, capaian tujuan dan sasaran
pembangunan yang dilakukan tidak hanya mempertimbangkan visi
dan misi daerah, melainkan harus diselaraskan dengan tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai pada lingkup Pemerintah Provinsi,
Nasional dan Global.
Sehubungan dengan hal tersebut RSKIA Kota Bandung
diwajibkan untuk menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
(LKIP). Penyusunan LKIP RSKIA Kota Bandung Tahun 2015
dimaksudkan sebagai perwujudan akuntabilitas penyelenggaraan
kegiatan yang dicerminkan dari pencapaian visi, misi, indikator
kinerja utama, sasaran dan target yang telah ditetapkan.
-
3
1.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor : 14
Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Rumah
Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung, disebutkan bahwa RSKIA
Kota Bandung mempunyai tugas dan kewajiban membantu Walikota
dalam melaksanakan upaya kesehatan di bidang kesehatan ibu dan
anak, upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan,pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan
dan melaksanakan upaya rujukan. Dalam menyelenggarakan tugas
dan kewajiban tersebut RSKIA Kota Bandung mempunyai fungsi :
1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anak
2. Pelaksanaan tugas teknis operasional bidang pelayanan
kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan dan
penunjang medik, keperawatan serta sarana dan prasarana
3. Pelaksanaan teknis administrasi rumah sakit
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya
Gambar 1.1 Salah Satu Tugas Pokok dan Fungsi RSKIA
dibidang.Penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anak
-
4
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban RSKIA Kota
Bandung dipimpin oleh seorang Direktur, yang dalam pelaksanaan
tugasnya dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan para
Kepala Seksi yang masing-masing mengkoordinasikan instalasi
sesuai tupoksinya. Adapun struktur organisasi RSKIA Kota Bandung
adalah sebagai berikut :
Gambar 1.2 Struktur Organisasi RSKIA Kota Bandung
1.3 Landasan Hukum
LKIP RSKIA Kota Bandung ini disusun berdasarkan beberapa
landasan hukum sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
-
5
6. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
7. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 14 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung.
8. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 3 Tahun 2014 tentang
RPJMD Kota Bandung.
9. Peraturan Walikota Bandung Nomor 493 Tahun 2013 tentang
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Bandung
Tahun 2014
10. Keputusan Direktur RSKIA Kota Bandung Nomor: 050/374-
RSKIA Tahun 2014 tentang Rencana Strategis RSKIA Kota
Bandung Tahun 2013 – 2018.
1.4 Issue Strategis
RSKIA Kota Bandung dapat
mengidentifikasi issue-issue strategis yang
harus dihadapi dalam pelaksanaan
pengembangan RSKIA Kota Bandung
dalam lima tahun kedepan yang
bernuansakan terwujudnya Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu,
profesional dan terjangkau. Adapun issue-issue tersebut adalah
meliputi :
-
6
1. Pembangunan Rumah Sakit Berstandar Internasional
Dalam RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018 rumah sakit
kelas dunia merupakan salah satu janji kampanye dan
dijadikan arah kebijakan dari Walikota Bandung terpilih,
yang tercantum dalam Misi ke-3 untuk peningkatan taraf
kesehatan yang berkelanjutan. Pada saat ini bagaimana
upaya Kota Bandung dapat mewujudkan RS kelas dunia
yang berstandar internasional, sehingga pelayanan
kesehatan bagi masyarakat baik secara kualitas dan
kuantitas dapat terjamin.
2. Sumber Daya Manusia
Pemenuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia agar dapat memenuhi kualitas dan kuantitas serta
memiliki kompetensi yang direfleksikan melalui sikap,
perilaku, pola pikir serta tindakan yang didasari
intelektualitas dan spiritualitas sehingga terbentuk integritas
yang didukung oleh pola disiplin yang baik dan amanah
sehingga memenuhi persyaratan rumah sakit kelas dunia.
Pola rekruitmen sumber daya manusia sehingga memenuhi
kualitas dan kuantitas serta kualifikasi dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang paripurna
untuk masyarakat luas.
3. Implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor : 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Kesehatan (SJSN)
yang penyelenggaraannya menggunakan mekanisme
asuransi kesehatan sosial yag bersifat wajib (mandatory),
-
7
dengan tujuan memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar premi atau premi yang dibayarkan
pemerintah. RSKIA Kota Bandung telah memberikan
pelayanan kesehatan telah melakukan implementasi SJSN
sejak tertanggal 1 Januari 2014.
1.5 Sistematika
Sistematika Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LKIP) Penyelarasan RSKIA Kota Bandung Tahun 2015
adalah :
1. Pendahuluan
Dalam bab ini membahas gambaran umum, tugas dan fungsi
RSKIA Kota Bandung, issue strategis, landasan hukum dan
sistematika penyusunan.
2. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja
Pada bab ini membahas Indikator Kinerja Utama (IKU),
Renstra RSKIA Kota Bandung yang meliputi visi, misi,
tujuan, sasaran strategis, strategi arah kebijakan rencana
kinerja tahunan dan perjanjian kinerja sebelum reviu dan
setelah reviu yang merupakan penyelerasan di lingkungan
RSKIA Kota Bandung Tahun 2015.
3. Akuntabilitas Kinerja
Pada bab ini membahas capaian kinerja yang terdiri dari
capaian Indikator Kinerja Utama (IKU), pengukuran,
evaluasi, analisis capaiankinerja, akuntabilitas keuangan
-
8
dan prestasi atau penghargaan RSKIA Kota Bandung Tahun
2014.
4. Penutup
Pada bab ini menyajikan kesimpulan dan saran.
Gambar 1.3
Kondisi bayi baru lahir di ruang Perinatologi RSKIA Kota Bandung
Gambar 1.4
Penandatanganan Perjanjian Kinerja Untuk Mewujudkan SAKIP Juara
-
9
2.1 Perencanaan Strategis Sebelum Reviu dan Setelah
Reviu
Rencana Strategis RSKIA Kota Bandung adalah merupakan
dokumen yang disusun melalui proses sistematis dan berkelanjutan
serta merupakan penjabaran dari pada Visi dan Misi Kepala Daerah
terpilih dan terintegrasi. Rencana Strategis RSKIA Kota Bandung
ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur RSKIA Kota Bandung
Nomor : 050/374-RSKIA Tahun 2014 tentang Rencana Strategis
RSKIA Kota Bandung Tahun 2013-2018, yang kemudian mengalami
perubahan sebagaimana hasil reviu dengan pihak Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
2.1.1 Visi dan Misi RSKIA Kota Bandung
Rencana Strategis RSKIA Kota
Bandung merupakan dokumen yang
disusun melalui proses sistematis dan
berkelanjutan serta merupakan penjabaran
dari pada Visi dan Misi Kepala Daerah yang
terpilih dan terintegrasi dengan potensi
sumber daya alam yang dimiliki oleh
Daerah yang bersangkutan, dalam hal ini
RSKIA Kota Bandung.
-
10
Penyusunan Renstra RSKIA Kota Bandung telah melalui
tahapan-tahapan yang sistematis dengan proses penyusunan RPJMD
Kota Bandung Tahun 2013-2018 dengan melibatkan stakeholders
pada saat dilaksanakannya Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) RPJMD, Forum SKPD, sehingga Rencana Strategis
RSKIA Kota Bandung merupakan hasil kesepakatan bersama RSKIA
Kota Bandung dan stakeholders.
2.1.1.1 Visi RSKIA Kota Bandung
Visi adalah gambaran kondisi ideal yang diinginkan pada
masa mendatang oleh pimpinan dan seluruh staff RSKIA Kota
Bandung, visi juga berarti suatu pernyataan tentang gambaran
keadaan dan karakteristik yang ingin dicapai pada suatu lembaga
dimasa yang akan datang, pernyataan visi tersebut harus selalu
berlaku pada setiap kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi
sehingga suatu visi harus bersifat fleksible. Adapun visi RSKIA
Bandung Tahun 2013-2018 sebelum dan sesudah reviu adalah
sebagai berikut :
-
11
2.1.1.2 Misi RSKIA Kota Bandung
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan
oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan visi. Dalam upaya
tersebut maka RSKIA Kota Bandung menetapkan misi tahun 2013-
2018 sebelum dan sesudah reviu sebagai berikut :
2.1.2 Tujuan dan Sasaran Strategis
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan
dalam jangka waktu 1(satu) sampai 5 (lima) tahunan. Tujuan
ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta
didasarkan pada isu-isu dan analisa strategis.
Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh
instansi Pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur,
dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.
Sebagaimana Visi dan Misi yang telah ditetapkan, untuk
keberhasilan tersebut perlu ditetapkan tujuan Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung sebagai berikut:
-
12
Tabel 2.3
Tujuan RSKIA Kota Bandung
Adapun sasaran RSKIA Kota Bandung adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4
Sasaran RSKIA Kota Bandung
-
13
2.1.3 Indikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung
Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran
keberhasilan yang menggambarkan kinerja utama instansi
pemerintah sesuai dengan tugas fungsi serta mandat (core business)
yang diemban. IKU RSKIA Kota Bandung telah ditetapkan melalui
Keputusan Direktur RSKIA Kota Bandung Nomor : 050/138-RSKIA
tentang lndikator Kinerja Utama Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Kota Bandung.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit
yang terdiri darI 161 indikator. Dari 161 indikator tersebut dipilih 7
indikator yang paling penting untuk ditetapkan sebagai bagian dari
IKU RSKIA Kota Bandung. Indikator tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Target SPM RSKIA Kota Bandung
No Nama Indikator Target SPM
Kemenkes
Target RSKIA
Bandung Juara
1 Kejadian Kematian Ibu Karena
Perdarahan (Definisi Perdarahan
adalah perdarahan yang terjadi pada
saat kehamilan semua skala
persalinan dan nifas)
≤ 1% ≤ 0.1%
2 Kejadian Kematian Ibu Karena
Preeklampsi (Definisi Kematian karena
Preeklampsi adalah kematian yang
disebabkan preeklampsi dan eklampsi
yang terjadi pada saat kehamilan
semua skala persalinan dan nifas)
≤ 30 % ≤ 0.3 %
3 Kejadian Kematian Ibu Karena
Sepsis(Definisi kematian karena sepsis
adalah kematian yang ditandai dengan
adanya gejala dan tanda sepsis yang
terjadi akibat penanganan aborsi,
persalinan dan nifas yang tidak
≤ 0.2 % ≤ 0.2 %
-
14
ditangani dengan tepat oleh pasien
dan penolong
4 Cakupan pertolongan persalinan
melalui Sectio Cesarea yang
direncanakan
≤ 20 % ≤ 10 %
5 Cakupan Kemampuan Menangani
BBLR
1500 gr -
2500 gr
1000 gr -
2500 gr
6 Kematian Pasien > 48 jam di Rawat
Inap
≤ 2.5/1000 ≤ 2.5/1000
7 Cakupan Pelayanan Pasien Keluarga
Miskin
100% 100%
Berikut adalah tabel lndikator Kinerja Utama RSKIA Kota
Bandung tahun 2015 sebagai berikut:
Tabel 2.2
Indikator Kinerja Utama (IKU) RSKIA Kota Bandung
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
1. Indeks kepuasan masyarakat
2. Kejadian kematian ibu karena perdarahan ≤ 0.1%
3. Kejadian kematian ibu karena preeklamsi ≤ 0.3%
4. Kejadian kematian ibu karena sepsis ≤ 0.2%
5. Cakupan pertolongan persalinan melalui sectio
cesaria yang direncanakan ≤ 10%
6. Cakupan kemampuan menangani BBLR 1000 gram
– 2500 gram
7. Kematian pasien > 48 jam di rawat Inap ≤ 2.5/1000
8. Cakupan Pelayanan Pasien keluarga miskin
9. Cakupan Pelayanan Pasien Peserta Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)
-
15
2.1.4 Strategi RSKIA Kota Bandung
Untuk mewujudkan sasaran yang hendak dicapai harus
dipilih strategi yang tepat, agar sasaran tersebut dapat tercapai.
Strategi RSKIA Kota Bandung mencakup penentuan kebijakan,
program dan kegiatan. Kebijakan pada dasarnya merupakan
ketentuan-ketentuan yang telah disepakati pihak-pihak terkait dan
ditetapkan oleh yang berwenang untuk dijadikan pedoman, pegangan
atau petunjuk bagi setiap kegiatan agar tercapai kelancaran dan
keterpaduan dalam upaya mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Strategi jangka menengah RSKIA Kota Bandung merupakan
perumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana rumah
sakit dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
dengan efektif dan efisien. Strategi RSKIA Kota Bandung adalah
sebagai berikut :
1. Pemenuhan akreditasi rumah sakit dengan versi terbaru
secara berkesinambungan
2. Penambahan pelayanan yang bersertifikat ISO
3. Pengembangan SIMRS
4. Peningkatan sarana prasarana untuk mencapai SPM RS
5. Pengembangan program preventif dan promotif kesehatan
rumah sakit
6. Mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak
7. Pengembangan kompetensi SDM, baik internal maupunn
eksternal
-
16
2.1.5 Kebijakan RSKIA Kota Bandung
Kebijakan merupakan arahan dalam melakukan tindakan
untuk melaksanakan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam
mencapai tujuan dan sasaran, adapun kebijakan tersebut adalah :
1. Melaksanakan kegiatan akreditasi rumah sakit versi 2012
2. Melaksanakan kegiatan sertifikasi ISO
3. Mengembangkan Sistem Informasi dan Manajemen Rumah
Sakit (SIMRS)
4. Relokasi rumah sakit dengan pemindahan lahan ke lokasi
yang lebih memadai dan pemenuhan SPM rumah sakit
5. Melaksanakan promosi kesehatan rumah sakit
6. Melaksanakan kemitraan dengan berbagai pihak, baik
bidang pelayanan dan bidang pendidikan kesehatan
7. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan pegawai
Kegiatan merupakan aspek operasional/kegiatan nyata dari
suatu rencana kinerja yang berturut-turut diarahkan untuk
mencapai sasaran. Adapun penjelasan lebih rinci kebijakan dan
program untuk pencapaian sasaran adalah sebagai berikut:
1. Strategi meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak
yang berhasil guna dan berdaya guna menuju rumah sakit
terstandarisasi kelas dunia, dilaksanakan dengan 10 program.
Kebijakan :
a) Relokasi rumah sakit dengan pemindahan lahan ke lokasi
yang lebih memadai
b) Melaksanakan kegiatan akreditasi rumah sakit dengan
versi 2012
c) Melaksanakan kegiatan sertifikasi ISO
-
17
d) Melaksanakan kegiatan promosi rumah sakit
e) Melaksanakan kemitraan dengan berbagai pihak, baik dalam
bidang pelayanan dan bidang pendidikan kesehatan
2. Strategi meningkatnya akuntabilitas kinerja rumah sakit,
dilaksanakan dengan 2 program.
Kebijakannya yaitu Mengembangkan SIMRS yang terintegrasi
2.1.6 Rencana Kinerja Tahunan RSKIA Kota Bandung
Untuk merealisasikan
tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan dikembangkan cara
pencapaian tujuan dan sasaran
secara optimal. Cara pencapaian
tujuan dan sasaran dalam
aktivitas Rencana Strategis RSKIA Kota Bandung masing-masing
dikembangkan kedalam kebijakan dan program. Program dan
kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya pencapaian sasaran dan
tujuan dituangkan kedalam perencanaan dan rencana kinerja
tahunan untuk tahun 2015 (terlampir).
2.1.7 Perjanjian Kinerja RSKIA Kota Bandung
Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan
penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan
instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan
yang disertai dengan indikator kinerja.
Berikut adalah tabel perjanjian kinerja RSKIA Kota Bandung
Tahun 2015 :
-
18
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja RSKIA Kota Bandung Tahun 2015
I II III IV
Indeks Kepuasan MasyarakatNilai 82 77 78 80 82
Kejadian kematian ibu karena
perdarahan ≤ 0.1%% 100 - - - 100
Kejadian kematian ibu karena
Preeklamsi ≤ 0.3%% 100 - - - 100
Kejadian kematian ibu karena
sepsis ≤ 0.2%% 100 - - - 100
Cakupan pertolongan
persalinan melalui sectio
Cesaria yang direncanakan ≤
10%
% 100 - - - 100
Cakupan kemampuan
menangani BBLR 1000 gram -
2500 gram
% 98 - - - 98
Kematian pasien > 48 jam di rawat inap ≤ 2.5/1000 % 97 - - - 97
Cakupan pelayanan pasien
keluarga miskin% 100 100 100 100 100
Cakupan pelayanan pasien
peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
% 60 57 58 59 60
Nilai standar Kepatuhan
Pelayanan Publik versi
Ombudsman RINilai 980 - - - 980
Persentase keluhan
pelayanan terhadap rumah
sakit yang ditindaklanjuti% 100 100 100 100 100
Nilai evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP)Nilai 80 - - - 80
Persentase temuan
pemeriksaan
BPK/Inspektorat yang
ditindaklanjuti
% 100 - - - 100
Meningkatnya
akuntabilitas
kinerja rumah sakit
TARGET TRIWULAN
Meningkatnya
kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan
anak yang berhasil
guna dan berdaya
guna menuju
rumah sakit
terstandarisasi
kelas dunia
SASARAN
STRATEGISINDIKATOR KINERJA SATUAN
TARGET
TAHUN 2015
Berikut adalah tabel penganggaran berdasarkan sasaran pada
Perjanjian Kinerja RSKIA Kota Bandung Tahun 2015 :
-
19
Tabel 2.4 Anggaran Program dan Kegiatan Dalam Perjanjian Kinerja
Berdasarkan Sasaran Tahun 2015
NO SASARANJUMLAH
PROGRAMANGGARAN
1. Meningkatnya kualitas
pelayanan kesehatan ibu
dan anak yang berhasil
guna dan berdaya guna
menuju rumah sakit
terstandarisasi kelas dunia
2. Meningkatnya akuntabilitas
kinerja rumah sakit
10 Program dan
20 Kegiatan Rp 46,601,547,253.00
Gambar 2.1 Penandatanganan Kesepakatan Bersama Untuk Mewujudakan
Sakip Juara RSKIA Kota Bandung Tahun 2015
-
20
Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang
telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka
mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target
kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi
pemerintah yang disusun secara
periodik. Akuntabilitas kinerja tersebut
memberikan gambaran penilaian
tingkat pecapaian target masing-masing
indikator sasaran srategis yang
ditetapkan dalam dokumen Renstra
Tahun 2013-2018, IKU dan Perjanjian Kinerja Tahun 2015. Sesuai
dengan ketentuan tersebut, pengukuran kinerja digunakan untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan program, sasaran yang ditetapkan untuk mewujudkan misi
dan visi pemerintah.
3.1 Capaian lndikator Kinerja Utama
Dalam upaya untuk meningkatkan akuntabilitas, RSKIA
Kota Bandung melakukan reviu terhadap lndikator Kinerja Utama
dengan memperhatikan capaian kinerja, permasalahan dan isu-isu
strategis yang sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi. Hasil
-
21
pengukuran atas indikator kinerja utama RSKIAKota Bandung tahun
2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Capaian lndikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung Tahun 2015
SASARAN STRATEGIS
INDIKATORKINERJAUTAMA
SATUAN
TARGET
REALISASI
%
Meningkatnya
kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan
anak yang berhasil
guna dan berdaya
guna menuju rumah
sakit terstandarisasi
kelas dunia
IndeksKepuasan Masyarakat Nilai 82 80.80 98.54
Kejadian kematian ibu
bersalin karena perdarahan ≤
0.1%
Persentase 100 103.60 103.60
Kejadian kematian ibu
bersalin karena preeklamsi ≤
0.3%
Persentase 100 100.00 100.00
Kejadian kematian ibu
bersalin karena sepsis ≤0.2%
Persentase 100 100.00 100.00
Pertolongan persalinan melalui
seksio cesaria yang
direncanakan ≤ 10%
Persentase 100 85.23 85.23
Kemampuan menangani BBLR
1000 gr - 2500 gr
Persentase 98 93.56 95.47
Kematian pasien > 48 jam di
rawat inap ≤2.5/1000
Persentase 97 96.14 99.11
Cakupan pelayanan pasien
keluarga miskin
Persentase 100 100.00 100.00
Cakupan pelayanan pasien
peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
Persentase 60 61.67 102.78
Dari tabel tersebut terlihat bahwa tingkat pencapaian IKU
RSKIA Kota Bandung adalah sebagai berikut :
1. Indeks Kepuasan Masyarakat
RSKIA Kota Bandung melaksanakan penilaian IKM secara
mandiri dengan menggunakan beberapa metode, yaitu metode
sampling rutin setiap bulan dan metode semesteran
-
22
berdasarkan Kepmenpan Nomor : 25 Tahun 2004 tentang
Indeks Kepuasan Masyarakat. Secara umum hasil IKM pada
tahun 2015 di RSKIA Kota Bandung ada dalam kategori B
dengan rata-rata hasil 80.80% dari target 82% atau pencapaian
98.54%.
2. Kejadian kematian ibu karena perdarahan ≤ 0.1%
RSKIA Kota Bandung merupakan salah satu rumah sakit
rujukan tingkat 2, banyak kasus perdarahan yang datang
sudah pada fase terminal sehingga tidak dapat diselamatkan.
Kejadian kematian pada ibu karena perdarahan pada tahun
2015 dari 3.108 kasus perdarahan pada ibu melahirkan
terdapat 3 (tiga) kejadian kematian karena perdarahan,
sehingga pencapaian untuk indikator ini adalah sebesar
103.60%.
3. Kejadian kematian ibu karena pre eklamsi ≤ 0.3%
Selama tahun 2015 terdapat kasus pre eklamsi sebanyak
1.396 kasus dan TIDAK TERDAPAT KEJADIAN KEMATIAN
karena kasus ini, sehingga pencapaian kinerja sebesar
100.00%.
4. Kejadian kematian ibu karena sepsis ≤ 0.2%
Tidak terdapat kejadian kematian pada ibu karena sepsis pada
tahun 2015 dari 15.535 kasus yang ditangani sehingga
pencapaiannya sebesar 100.00%.
5. Cakupan pertolongan persalinan melalui seksio cesaria yang
direncanakan ≤ 10%
Cakupan pertolongan persalinan melalui seksio cesaria yang
direncanakan pada tahun 2015 adalah sebanyak 520 kasus
-
23
dari jumlah total persalinan sebanyak 4.432, sehingga
pencapaian 85.23%.
6. Cakupan kemampuan menangani BBLR 1000 gram - 2500
gram
Selama tahun 2015 terdapat kelahiran dengan kasus Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 683 bayi, dari jumlah
tersebut BBLR yang tidak berhasil ditangani sebanyak 44
bayi. Sehingga cakupan kemampuan menangani BBLR 1000
gram-2500 gram adalah sebesar 93.56% dari target 98% atau
95.47%.
7. Kematian pasien >48 jam di rawat inap ≤ 2.5/1000
Pada tahun 2015 jumlah pasien rawat inap sebanyak 11.152
pasien, dari jumlah tersebut pasien yang meninggal setelah
dirawat selama > 48 jam sebanyak 29 orang. Hasil formulasi
dari indikator ini adalah sebesar 96.14%, sehingga
pencapaianya sebesar 99.11%.
8. Cakupan pelayanan pasien keluarga miskin
Dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, khususnya pelayanan kesehatan untuk
masyarakat miskin maka RSKIA Kota Bandung berkomitmen
untuk melayani pasien dari keluarga miskin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pada
tahun 2015 semua pasien miskin yang datang ke RSKIA Kota
Bandung sebesar 7.964 pasien (Jamkesmas dan Jamkesda)
mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhannya,
sehingga pencapaian untuk indikator ini adalah 100%.
-
24
9. Cakupan pelayanan pasien peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
Tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk seluruh
masyarakat Indonesia, dengan banyaknya sosialisasi yang
dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) dan rumah sakit tentang manfaat kepesertaan JKN.
Pada tahun 2015 peserta JKN yang mendapatkan pelayanan
rawat inap sebanyak 6.877 orang dari jumlah total pasien
11.150 pasien rawat inap, sehingga cakupan pelayanan
peserta JKN yang dilayani adalah sebesar 61.67% dari target
60% atau 102.78%.
Dari 9 (sembilan) indikator yang dijadikan IKU, kinerja
yang dicapai menunjukan bahwa 2 (dua) indikator atau 22.22%
telah mencapai melebihi target, 3 (tiga) indikator atau 33.33%
mencapai sesuai target dan 4 (empat) indikator atau 44.44%
tidak/kurang mencapai target. Secara keseluruhan, RSKIA
Kota Bandung belum berhasil dalam pencapaian IKU pada
tahun 2015.
Untuk 2 (dua) IKU yang mencapai melebihi target adalah
sebagai berikut :
-
25
1. Kejadian kematian ibu karena perdarahan ≤0.1%
2. Cakupan Pelayanan Pasien Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)
Sedangkan untuk 3 (tiga) IKU yang mencapai sesuai
target adalah sebagai berikut :
1. Kejadian kematian ibu karena pre eklamsi ≤ 0.3%
2. Kejadian kematian ibu karena sepsis ≤ 0.2%
3. Cakupan pelayanan pasien keluarga miskin
Sedangkan 4(empat) IKU yang tidak mencapai sesuai
target adalah sebagai berikut :
1. Indeks Kepuasan Masyarakat
2 . Cakupan pertolongan persalinan melalui sectio cesaria
yang direncanakan ≤ 10%
3. Cakupan kemampuan menangani BBLR 1000 gram-
2500 gram
4. Kematian pasien > 48 jam di rawat inap ≤ 2.5/1000
3.2 Pengukuran, Evaluasi dan Analisis Capaian
Kinerja
Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi,
kemampuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian
misi, agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan
program/kegiatan di masa yang akan datang.
Selain itu, dalam evaluasi kinerja dilakukan pula analisis efisiensi
dengan cara membandingkan antara out put dengan input baik
untuk rencana maupun realisasi. Analisis ini menggambarkan
-
26
tingkat efisiensi yang dilakukan oleh instansi dengan memberikan
data nilai out put per unit yang dihasilkan oleh suatu input tertentu.
Gambar 3.1 Pelayanan Pengaduan Masyarakat dan Informasi
RSKIA Kota Bandung
Selanjutnya dilakukan pula pengukuran/penentuan tingkat
efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan
dengan hasil, manfaat atau dampak. Selain itu, evaluasi juga
dilakukan terhadap setiap perbedaan kinerja (performance gap) yang
terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya kesenjangan maupun
strategi pemecahan masalah yang telah dan akan dilaksanakan.
Pengukuran kinerja terhadap indikator kinerja yang telah
dicapai pada tahun 2015 dan membandingkan antara target dan
realisasi pada indikator sasaran dengan membandingkan dengan
tahun sebelumnya. Analisis pencapaian kinerja per sasaran dalam
pelaksanaan program dan kegiatan secara rinci dapat dilihat sebagai
berikut :
-
27
Tabel 3.2 Analisis Pencapaian Sasaran 1
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
berhasil guna dan berdaya guna menuju rumah sakit terstandarisasi kelas dunia
-
28
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pencapaian Sasaran 1
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan yang terstandarisasi
kelas dunia. Terdiri dari 11 (sebelas) indikator sasaran, 2 (dua)
indikator sasaran telah tercapai melebihi target (18.18%),5 (lima)
indikator sasaran tercapai sesuai target (45.45%) dan 4 (empat)
indikator sasaran tidak mencapai target (36.36%).
Adapun analisis dari capaian indikator kinerja sasaran
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Indeks Kepuasan Masyarakat
Berdasarkan Kepmenpan Nomor : 25 Tahun 2004 tentang
Indeks Kepuasan Masyarakat , merupakan salah satu kegiatan dalam
upaya meningkatkan pelayanan publik adalah dengan menyusun
Indeks Kepuasan Masyarakat sebagai tolok ukur terhadap
optimalisasi kinerja aparatur pelayanan publik terhadap masyarakat.
Berikut tabel pencapaian IKM di RSKIA Kota Bandung pada tahun
2015 :
-
29
Tabel 3.3
Pencapaian IKM RSKIA Kota Bandung
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
1. Indeks Kepuasan
Masyarakat
Nilai 76.01 82 80.80 98.54 85 95.06
SAT
TAHUN 2015
NO
INDIKATOR
KINERJA
SASARAN
RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN TAHUN
2014
Penilaian IKM pada tahun 2014 dan 2015 menggunakan
instrumen Kepmenpan Nomor 25 Tahun 2004 untuk mengukur
indeks kepuasan masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang diberikan, dengan 14 unsur diperoleh hasil rata-rata
pencapaian sebesar 80.80% atau masuk dalam kategori B.
Ada peningkatan antara hasil IKM di
lingkungan RSKIA Kota Bandung yang
dicapai pada tahun 2014 dan 2015, dengan
menggunakan metode tersebut. Tahun
2014 pencapaian IKM pada RSKIA Kota
Bandung adalah sebesar 76.01% atau naik sebesar 4.79% pada
tahun 2015 yaitu mencapai 80.80%. Adapun pencapaian IKM yang
dilaksanakan tiap triwulan pada triwulan 1 sampai dengan triwulan
4 dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut :
-
30
Terlihat pada grafik diatas fluktuatif hasil IKM RSKIA Kota
Bandung pada setiap triwulan di tahun 2015, dimana pada triwulan
1 mencapai 80.54 yang kemudian turun pada triwulan 2 sebesar 2.13
menjadi 78.41 dan kembali naik pada triwulan 3 menjadi 80.98 tetapi
kembali turun sebesar 0.18 pada triwulan 4. Bagaimana pun secara
keseluruhan ada kenaikan pada triwulan 4 apabila dibandingkan
dengan triwulan 1. Penurunan dari triwulan 1 ke triwulan 2 sangat
besar yaitu ada pada unsur “Kepastian Biaya Pelayanan” yang turun
sebesar 0.22 poin dari 3.29 ke 3.07 dan “Kepastian Jadwal
Pelayanan”, yang turun dari poin 3.23 ke 3.04 atau sebesar 0.19
poin, tetapi secara keseluruhan memang terdapat penurunan pada
seluruh unsur yang dinilai walaupun penurunan tersebut tidak
begitu signifikan. Dengan upaya memperbaiki unsur yang dinilai,
maka RSKIA Kota Bandung dapat mencapai kenaikan IKM pada
triwulan 3 dari tiwulan 2 sebesar 2.57 poin atau menjadi 80.90.
Berikut perbandingan hasil pada tahun 2014 dan 2015 :
-
31
Tabel 3.4 Hasil Survey IKM RSKIA Kota Bandung
Tahun 2014 dan Tahun 2015
No. Unsur Pelayanan
Nilai Unsur
Pelayanan (NRR) Tahun
2014
Nilai Unsur
Pelayanan (NRR) Tahun
2015
1. Prosedur pelayanan (U1) 3.03 3.20
2. Persyaratan Pelayanan (U2) 3.02 3.24
3. Kejelasan petugas pelayanan
(U3) 3.07 3.23
4. Kedisiplinan petugas Pelayanan
(U4) 3.13 3.28
5. Tanggung jawab petugas pelayanan
(U5) 3.10 3.29
6. Kemampuan Peugas pelayanan
(U6) 3.13 3.32
7. Kecepatan Pelayanan (U7) 2.97 3.28
8. Keadilan mendapatkan pelayanan
(U8) 3.05 3.28
9. Kesopanan dan keramahan petugas
(U9) 3.09 3.30
10. Kewajaran biaya pelayanan
(U10) 3.09 3.21
11. Kepastian biaya pelayanan
( U11 ) 3.07 3.21
12. Kepastian jadwal pelayanan
( U12 ) 2.99 3.20
13. Kenyamanan lingkungan ( U13 ) 2.97 3.21
14. Keamanan pelayanan ( U14 ) 3.11 3.26
Dengan jumlah responden 150 orang, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a. Nilai IKM setelah dikonversi = 80.80
b. Mutu pelayanan = A
c. Kinerja unit pelayanan adalah = BAIK
-
32
Dalam peningkatan kualitas pelayanan, diprioritaskan pada
unsur yang mempunyai nilai paling rendah, sedangkan unsur yang
mempunyai nilai cukup tinggi harus tetap dipertahankan, hal
tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut ini :
a. Nilai dalam kelompok paling rendah yang harus ditingkatkan
yaitu pada unsur “Prosedur Pelayanan dan Kepastian Jadwal
Pelayanan”. Prosedur pelayanan yang ada di RSKIA Kota
Bandung saat ini masih dianggap rumit oleh sebagain
masyarakat yang datang untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan, terutama untuk pasien baru. Tetapi hal ini tetap
harus mendapatkan perhatian dari pihak manajemen yang
dalam hal ini menjadi kewenangan pada Bagian Pelayanan
Pelanggan pada Pelayanan dan Penunjang Medik, dimana
sosialisasi tentang prosedur pelayanan rawat jalan atau rawat
inap atau pun prosesdur pelayanan untuk umum dan BPJS
harus dilaksanakan secara rutin. Kepastian jadwal pelayanan
menjadi nilai paling rendah, dikarenakan ketidakpastian jam
kedatangan dokter spesialis di Poliklinik/Rawat Jalan untuk
melaksanakan pemeriksaan. Hal ini tentunya mempengaruhi
pencapaian SPM di rawat jalan, sehingga waktu tunggu
pelayanan di rawat jalan semakin lama dan sangat merugikan
pasien yang telah lama menunggu untuk mendapatkan
pelayanan oleh dokter yang akan memeriksa. Hal ini harus
menjadi prioritas perhatian dari pihak rumah sakit untuk
melakukan berbagai upaya dalam peningkatan
indikator/unsur penilaian tersebut.
-
33
b. Nilai dalam kelompok paling tinggi yang harus tetap
dipertahankan yaitu unsur “Kemampuan Petugas pelayanan
dan Kesopanan/Keramahan Petugas”. Dengan berbagai upaya
yang telah dilakukan RSKIA Kota Bandung dalam menerapkan
kompetensi yang dimiliki pegawai di Lingkungan RSKIA Kota
Bandung telah membuahkan hasil yang sesuai dengan
mengikuti pendidikan/pelatihan/kursus dan kegiatan lainnya
tentang perkembangan ilmu pengetahuan bidang kesehatan
dan pelatihan customer service ataupun pelatihan service
exelent, hal tersebut harus tetap dipertahankan untuk
pelayanan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Faktor Pendukung :
1) Kualitas Produk (Product quality)
RSKIA Kota Bandung selalu berupaya untuk memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas kepada
masyarakat, berbagai fasilitas pelayanan yang menyangkut
kesehatan ibu dan anak dengan didukung oleh tenaga dokter
spesialis obstetri dan ginekology (SpOG), dokter spesialis
anak (SpA), dokter spesialis patologi klinik (SpPK), dokter
spesialis Anesthesi (SpAN) dan dokter spesialis Radiologi
(SpRAD) serta tenaga keperawatan/kebidanan/tenaga
fungsional lainnya yang mempunyai kompetensi dan berdaya
saing tinggi dalam upaya menghasilkan pelayanan prima dan
berkualitas kepada masyarakat.
2) Harga(Price)
Keterjangkauan biaya pelayanan kesehatan di RSKIA Kota
Bandung menjadi hal yang sangat diperhatikan, walaupun
-
34
dengan memberikan harga yang lebih terjangkau tapi tetap
mengedepankan kualitas pelayanan.
3) Kualitas pelayanan (Service quality)
Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan publik bagi
masyarakat menjadi hal yang sangat penting untuk
dilaksanakan, masyarakat akan semakin kritis terhadap
pelayanan yang diberikan sehingga kepuasan masyarakat
merupakan tujuan utama dari pemberian pelayanan
kesehatan di RSKIA Kota Bandung.
4) Faktor emosional (Emotional factor)
Dengan menerapkan motto rumah sakit Salam, Sapa,
Sayang, Sentuh, Senyum kepada pasien dan pengunjung
dapat menciptakn suasana menyenangkan di lingkungan
rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hal
tersebut dapat membantu dalam penyembuhan (recovering)
pasien yang melahirkan dan dirawat di RSKIA Kota Bandung.
5) Kemudahan
Beberapa kemudahan yang dapat diraskan oleh masyarakat
di RSKIA Kota Bandung, diantaranya adalah kemudahan
akses menuju lokasi RSKIA Kota Bandung karena dilalui
oleh berbagai trayek angkutan umum di kota Bandung,
kemudahan menyampaikan keluhan baik keluhan biaya,
pelayanan, keluhan medis dan keluhan keamanan karena
telah ada unit pengaduan masyarakat di RSKIA Kota
Bandung yang siap membantu pelanggan dalam
menindaklanjuti keluhan yang disampaikan, kemudahan
-
35
administrasi dan kemudahan mendapatkan pelayanan
kesehatan.
6) Iklan dan promosi
Pemasangan iklan sebagai salah satu upaya dalam promosi
untuk menjaring pasien sebanyak-banyaknya dengan
menyebarkan leaflet, buklet dan iklan di media elektonik
lainnya.Jenis pelayanan, dokter yang praktek, fasilitas yang
ada menjadi bahan untuk promosi kepada masyarakat
melalui media lainnya seperti website resmi RSKIA Kota
Bandung, media sosial lainnya (twitter, BBM, facebook, line),
nomor hotline resmi.
Permasalahan :
1) Fasilitas gedung yang dirasakan kurang nyaman, seperti
ruang rawat jalan/poliklinik yang kurang representatif, toilet
yang kurang bersih dan belum mencerminkan kesetaraan
gender (toilet tidak dipisahkan antara pria dan wanita)
sehingga mengurangi kenyamanan pasien dan pengunjung.
2) Ketidaktepatan waktu pelayanan dokter spesialis di poliklinik
menyebabkan ketidaknyamanan dengan waktu tunggu yang
lebih lama merupakan hal yang harus diperbaiki oleh RSKIA
Kota Bandung.
3) Prosedur pelayanan yang masih dianggap terlalu rumit
untuk sebagian masyarakat yang datang untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
Solusi
1) Dengan target akreditasi pada tahun 2015, sehingga RSKIA
Kota Bandung berupaya untuk memenuhi berbagai fasilitas
-
36
pelayanan sesuai standar akreditasi yang nyaman untuk
pasien dan pengunjung.
2) Pembinaan kinerja bagi seluruh pegawai baik tenaga medis,
non medis, pendukung medis dan lainnya merupakan upaya
pembenahan etika dan budaya kerja yang lebih baik dalam
melayani masyarakat.
3) Sosialisasi prosedur pelayanan yang ada di RSKIA Kota
Bandung menjadi tanggungjawab yang harus di emban oleh
pihak rumah sakit, dimana hal tersebut dilaksanakan oleh
bagian pengaduan masyarakat. Sosialisasi tersebut di
implementasikan melalui Website RSKIA Kota Bandung,
Hotline RSKIA Kota Bandung, Media social dan sosialisasi
yang dilaksanakan secara langsung kepada pengunjung.
2. Kejadian kematian ibu bersalin karena perdarahan ≤0.1%
Kematian ibu karena perdarahan menjadi permasalahan
dalam bidang kesehatan di Jawa Barat, maka dari itu upaya untuk
menurunkan angka kejadian kematian ibu karena perdarahan
menjadi prioritas. RSKIA Kota Bandung menetapkan indikator
tersebut karena merupakan prioritas dalam upaya mendukung
penurunan angka kejadian kematian ibu karena perdarahan.
Berikut tabel target dan realisasi kejadian kematian ibu
bersalin karena perdarahan :
-
37
Tabel 3.5
Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Perdarahan
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
2. Kejadian kematian
ibu karena
perdarahan ≤ 0.1%
% 146.00 100 103.60 103.60 100 103.60
NO
INDIKATOR
KINERJA
SASARAN
SAT
TAHUN 2015RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018TAHUN
2014
Kejadian kematian pada ibu karena perdarahan pada tahun
2014 sebanyak 1 (satu) orang dari 1.460 kasus perdarahan,
sehingga pencapaiannya sebesar 146%.Sedangkan pada tahun 2015
terdapat 3 (tiga) kasus kejadian kematian karena perdarahan dari
3.108 kasus perdarahan pada ibu melahirkan.
Terlihat dengan jelas penurunan keberhasilan penanganan
pada kematian ibu dengan kasus perdarahan, dengan kenaikan
jumlah kematian dari 1 (satu) orang menjadi 3 (tiga) orang, tetapi
apabila melihat perbandingan jumlah kasus perdarahan yang terjadi
dibandingkan dengan jumlah kematian selama tahun 2014 dan 2015
masih mencapai keberhasilan dalam penanganannya.
Gambar 3.2 Perawatan Ibu Pasca Melahirkan
-
38
146
103.6
Tahun 2014 Tahun 2015
Grafik 3.2
Cakupan Keberhasilan dalam Menurunkan Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena
Perdarahan ≤ 0.1% (dalam persen)
Kejadian kematian pada ibu karena perdarahan pada tahun
2015 mengalami kenaikan jumlah jika dibandingkan dengan tahun
2014, tetapi apabila melihat perbandingan jumlah kematian dengan
jumlah kasus perdarahan yang ditangani masih mencapai
keberhasilan. Hal ini dikarenakan sudah berjalannya pelayanan ICU,
berhasilnya proses pengadaan alat-alat kesehatan yang dibutuhkan
untuk mendeteksi dan menangani kegawatdaruratan serta
peningkatan kinerja SDM setelah mendapatkan berbagai pelatihan
ataupun inhouse training. Selain itu didukung pula oleh kebijakan
manajemen dalam bekerja sama dengan Komite Medik dan Komite
Keperawatan untuk mengevaluasi dan menetapkan alur pelayanan,
SPO, Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway.
Perbandingan jumlah kasus yang terjadi pada kejadian
kematian ibu bersalin karena perdarahan pada tahun 2014 dan
tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut ini :
-
39
Tahun 2014 Tahun 2015
1460
3108
Grafik 3.3
Perbandingan Jumlah Kasus Perdarahan Pada Tahun 2014 dan Tahun 2015
Faktor Pendukung :
1) Kemampuan SDM yang berkompetensi tinggi menjadi faktor
pendukung dalam keberhasilan menurunkan kejadian
kematian ibu bersalin karena perdarahan.
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran yang
mumpuni menjadi faktor yang menentukan.
Permasalahan :
1) Kasus perdarahan pada ibu melahirkan merupakan
permasalahan yang selalu terjadi di rumah sakit rujukan ibu
dan anak, sehingga ketersediaan sarana dan sumber daya
manusia yang kompeten sangat prioritas dalam menangani
kasus tersebut.
2) Banyaknya kasus perdarahan yang terjadi akibat persalinan
dilakukan oleh tenaga lain seperti paraji.
Solusi
1) Penyuluhan kepada ibu hamil (antenatal) tentang bahaya
perdarahan pada ibu melahirkan dapat menyebabkan
kematian.
2) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi solusi
dalam upaya menurunkan kejadian kematian ibu karena
perdarahan.
-
40
3) Pertemuan dengan jejaring pelayanan kesehatan lainnya
dalam mengimplementasikan sistem rujukan yang benar dan
diterapkan oleh semua pihak terkait.
4) Implementasi sistem rujukan di PPK 1 dan PPK II.
3. Kejadian kematian ibubersalin karena pre eklamsi ≤ 0.3%
Pre eklampsi merupakan salah satu penyebab kematian ibu
yang sulit dicegah karena etiologi dari pre eklampsi itu sendiri tidak
bisa dicegah.Kasus kejadian kematian ibu karena preeklamsi menjadi
indikator yang ditetapkan RSKIA Kota Bandung, hal ini dikarenakan
hasil reviu dengan catatan RSKIA Kota Bandung harus mengangkat
ciri atau ke khasan untuk dijadikan indikator kinerja utama.
Gambar 3.3 Perawatan Ibu Pasca Melahirkan di Ruang ICU
Berikut tabel target dan realisasi kejadian kematian ibu
bersalin karena pre eklamsi :
-
41
Tabel 3.6
Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Pre Eklamsi
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
3. Kejadian kematian
ibu karena
Preeklamsi ≤ 0.3%
% 167.40 100 100.00 100.00 100 100.00
TAHUN
2014NO
INDIKATOR
KINERJA
SASARAN
SAT
TAHUN 2015
RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN
2018
Selama tahun 2014 terdapat 1 kasus kematian karena
preeklamsi dari 558 kasus, 167.40%. Dan pada tahun 2015 TIDAK
TERJADI KEMATIAN ibu bersalin karena pre eklampsia dari 1.396
kasus, sehingga pencapaiannya 100.00%.
167.4
100
Tahun 2014 Tahun 2015
Grafik 3.4
Cakupan Keberhasilan dalam MenurunkanKejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Pre
Eklamsi ≤ 0.3% (dalam persen)
Pencapaian kinerja untuk indikator ini sudah melebihi target,
walaupun sepintas terlihat adanya penurunan pencapaian kinerja
pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014. Hal ini
disebabkan karena adanya 1 kasus kematian di tahun 2014, dan
tidak terjadi kematian pada tahun 2015 sebagai dampak dari
formulasi penghitungan pada indikator ini. Tetapi secara
keseluruhan RSKIA Kota Bandung masih berhasil dalam menangani
kejadian kematian dengan kasus pre eklamsi pada ibu bersalin.
-
42
Kematian pada preeklampsi dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya karena keterlambatan mendiagnosa, merujuk dan
menangani kasus preeklampsi sehingga pasien jatuh ke dalam
kondisi eklampsi ( kejang ). RSKIA Kota Bandung telah menyediakan
berbagai sarana dan SDM yang handal untuk menangani kasus
tersebut.Tetapi kasus kematian dapat saja terjadi karena pasien
terlambat dirujuk ke RSKIA atau karena tidak adanya respon fisik
pasien preeklampsi terhadap obat – obatan yang telah diberikan,
dimana respon fisik ini bersifat individual.
Adapun perbandingan jumlah kasus pre eklamsi pada ibu
melahirkan tahun 2014 dan 2015 sebagai berikut :
Tahun 2014 Tahun 2015
558 1396
10
Grafik 3.5
Perbandingan Jumlah Kasus Pre Eklamsi dengan Jumlah Kematian Karena Pre
Eklamsi di RSKIA Kota Bandung
Faktor Pendukung :
1) Kemampuan SDM yang berkompetensi tinggi menjadi faktor
pendukung dalam keberhasilan menurunkan kejadian
kematian ibu bersalin karena perdarahan.
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran yang
mumpuni menjadi faktor yang menentukan.
-
43
Permasalahan :
1) Kasus pre eklamsi biasanya dipengaruhi oleh keterlambatan
mendiagnosa dan merujuk sehingga ketika datang ke rumah
sakit, kondisi pasien sudah dalam keadaan kejang yang
dapat mengakibatkan kematian ibu.
2) Kasus pre eklamsi juga bisa terjadi karena obat-obatan yang
dapat menimbulkan reaksi kejang terhadap ibu yang akan
melahirkan dimana respon akan timbul secara perorangan.
Solusi
1) Penyuluhan kepada ibu hamil (antenatal) tentang tanda-
tanda pre eklamsi dan bahaya kejang pada ibu melahirkan
dapat menyebabkan kematian.
2) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi solusi
dalam upaya menurunkan kejadian kematian ibu karena pre
eklamsi.
3) Penerapan sistem rujukan yang tepat di pelayanan
kesehatan untuk mempercepat diagnosa pasien dan
penanganan yang diperlukan.
4. Kejadian kematian ibu bersalin karena sepsis ≤0.2%
Kejadian kematian ibu bersalin karena sepsis menjadi hal yang
harus menjadi perhatian utama dalam upaya menurunkan kematian
ibu melahirkan, berikut adalah tabel cakupan keberhasilan dalam
menurunkan kejadian kematian ibu bersalin karena sepsis di RSKIA
Kota Bandung :
-
44
Tabel 3.7
Kejadian Kematian Ibu Bersalin Karena Sepsis
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
4. Kejadian kematian
ibu karena sepsis ≤
0.2%
% 100.00 100 100.00 100.00 100 100.00
TAHUN
2014NO
INDIKATOR
KINERJA
SASARAN
SAT
TAHUN 2015
RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN
2018
Pada tahun 2014 dan 2015 tidak ada kejadian kematian ibu
karena sepsis dari 2.026 dan 15.535 kasus infeksi yang ditangani,
sehingga pencapaian pada indikator ini adalah 100%.
Gambar 3.4 Konseling dan pemeriksaan ibu hamil
Pada tahun 2014 dan 2015 terdapat kenaikan jumlah kasus
infeksi di RSKIA Kota Bandung Perbandingan kasus infeksi yang
ditangani RSKIA Kota Bandung dalam kurun waktu tahun 2014 dan
2015 adalah sebagai berikut :
-
45
Tahun 2014 Tahun 2015
153615535
Grafik 3.6
Perbandingan Jumlah Kasus Infeksi di RSKIA Kota Bandung
5. Cakupan pertolongan persalinan melalui seksio cesaria
yang direncanakan ≤ 10%
RSKIA Kota Bandung sebagai rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk pelayanan persalinan
melalui seksio cesaria menjadi indikator kinerja utama yang
ditetapkan sebagai ciri khas pelayanan yang ada di rumah sakit.
Gambar 3.5 Kegiatan Operasi seksio cesaria
Berikut tabel target dan realisasi cakupan pertolongan
persalinan melalui seksio cesaria yang direncanakan :
-
46
Tabel 3.8
Cakupan pertolongan persalinan melalui seksio cesaria yang
direncanakan
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
5. Cakupan
pertolongan
persalinan melalui
sectio Cesaria yang
direncanakan ≤
10%
% 130.17 100 85.99 85.99 100 85.99
NO
INDIKATOR
KINERJA
SASARAN
SAT
TAHUN 2015
RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN
2018TAHUN
2014
Cakupan pertolongan persalinan melalui Seksio Cesaria yang
direncanakan pada tahun 2014 sebanyak 355 kasus dari jumlah
seluruh persalinan sebanyak 4.621 kasus atau pencapaiannya
sebesar 130.17%, sedangkan pada tahun 2015 terdapat 520 kasus
section dari jumlah total persalinan sebesar 4.432 persalinan atau
85.99% dari target 100%. Hal ini terjadi karena pasien yang
mengalami tindakan section secaria yang direncanakan lebih banyak,
sehingga tidak tercapai sesuai target, pasien yang datang ke
Poliklinik/Rawat Jalan sebagai rujukan dari fasilitas pelayanan lain
dan harus dilakukan persalinan dengan tindakan section secaria
yang direncanakan.
130.17
85.99
Tahun 2014 Tahun 2015
Grafik 3.7
Cakupan Keberhasilan dalam Pertolongan Persalinan Sectio Yang di Rencanakan ≤
10% (dalam persen)
-
47
Angka operasi Sectio Cesarea pada tahun 2015 mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2014, sehingga
pencapaian kinerja untuk indikator tersebut mengalami peningkatan
sebanyak 44.71 %.Penurunan capaian keberhasilan ini disebabkan
karena banyaknya pasien di rawat jalan yang merupakan pasien
rujukan dari FKTP lainnya yang menjadi pasien di RSKIA Kota
Bandung dan harus melakukan tindakan operasi section cesaria yang
direncanakan sesuai dengan diagnose yang telah ditetapkan oleh
dokter. Dengan diagnose tersebut ibu hamil tidak bisa melahirkan
secara normal, tetapi dengan pengelolaan antenatal yang baik akan
menghindari ibu hamil dari beberapa factor penyulit dalam masa
kelahirannya dan operasi section cesaria yang direncanakan adalah
keputusan terbaik dalam memecahkan masalah tersebut untuk
keselamatan ibu dan bayi.
Kalaupun target dalam indikator tersebut tidak tercapai
dengan beberapa alasan yang mendukungnya, tetapi tidak
mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan tindakan operasi
tersebut dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi.
Adapun perbandingan jumlah kasus pasien dengan tindakan
sectio cecaria yang direncanakan di RSKIA Kota Bandung tahun 2014
dan 2015 adalah sebagai berikut :
-
48
Tahun 2014 Tahun 2015
4621 4432
355 520
Grafik 3.8
Perbandingan Jumlah Persalinan dan Sectio Cecaria RSKIA Kota Bandung
Faktor Pendukung :
1) Pengelolaan pemeriksaan antenatal pada ibu hamil yang
lebih baik bisa menjadi faktor pendukung agar ibu hamil
bisa melahirkan secara normal tergantung dari diagnose
akhir yang ditetapkan oleh dokter.
2) Pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dilakukan oleh
tenaga dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
3) Pemeriksaan tersebut untuk mendapatkan diagnosa yang
tepat dalam menentukan tindakan selanjutnya yang sesuai
terhadap pasien.
Permasalahan :
1) Masih banyak kasus sectio cecaria pada ibu melahirkan
dilakukan karena faktor estetik.
2) Masih banyak ibu hamil yang tidak melakukan
pemeriksaan kehamilannya ke fasilitas dengan tenaga
dokter spesialis.
3) Banyaknya pasien yang datang ke Poliklinik adalah sebagai
pasien rujukan dari fasilitas pelayanan lainnya.
-
49
Solusi
1) Pemeriksaan antenatal rutin di fasilitas kesehatan dengan
tenaga dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk
mendapatkan diagnosa kehamilan yang tepat.
6. Cakupan kemampuan menangani BBLR 1000 gram - 2500
gram
Kemampuan sumber daya manusia yang berkompeten dan
profesional menjadi hal penting dalam peningkatan kemampuan
menangani bayi baru lahir dengan berat badan rendah, sehingga
indikator tersebut ditetapkan menjadi indikator kinerja utama RSKIA
Kota Bandung.
Tabel 3.9
Cakupan kemampuan menangani BBLR 1000 gram-2500 gram
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
6. Cakupan
kemampuan
menangani BBLR
1000 gram - 2500
gram
% 100.81 98 93.24 95.14 98 95.14
NO
INDIKATOR
KINERJA
SASARAN
SAT
TAHUN 2015
RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN
2018TAHUN
2014
Selama tahun 2014 terdapat kelahiran dengan BBLR
sebanyak 685 bayi, dari jumlah tersebut BBLR yang tidak berhasil
ditangani sebanyak 29 bayi. Sehingga cakupan kemampuan
menangani BBLR 1000 gram-2500 gram sebesar 95.77% atau
100.81%. Dan pada tahun 2015 terdapat BBLR 683 bayi dengan 44
bayi yang dapat ditangani atau 95.14% dari target 98 yang telah
ditetapkan. Penurunan keberhasilan penanganan untuk BBLR ini
adalah meningkatnya kasus BBLR di RSKIA Kota Bandung sebesar
-
50
34% dari tahun sebelumnya terjadi disebabkan oleh tidak sesuainya
perbandingan jumlah ketersediaan peralatan kesehatan/kedokteran
berupa incubator dan alat penunjang di ruangan perinatology dengan
jumlah pasien BBLR yang perlu penanganan dengan berat badan
1000 gr dan adanya berbagai komplikasi yang menyertai sehingga
mengurangi keberhasilan penanganan pada BBLR. Berikut adalah
grafik perbandingan cakupan keberhasilan dalam menangani BBLR
tahun 2014 dan 2015 :
100.81
95.14
Tahun 2014 Tahun 2015
Grafik 3.9
Cakupan Keberhasilan dalam Menangani BBLR 1000 gr - 2500 gr (dalam persen)
Pencapaian kinerja untuk indikator Kemampuan Menangani
BBLR 1000 gr - 2500 gr pada tahun 2015 tidak memenuhi target.
Sedangkan pada tahun 2014 melebihi target. Hal ini dikarenakan
adanya ketidaksesuaian jumlah peralatan yang ada dengan kenaikan
jumlah BBLR dari tahun sebelumnya, penambahan sarana
kesehatan yang dibutuhkan untuk penanganan BBLR tidak
sebanding dengan banyaknya BBLR yang harus ditangani pada
tahun 2015 dengan peningkatan pasien sebesar 34.09%, peningkatan
kinerja SDM setelah mendapatkan berbagai pelatihan ataupun
inhouse training mengenai penanganan BBLR tetap menjadi prioritas
dalam kegiatan RSKIA Kota Bandung, serta dukungan pihak
manajemen dalam bekerja sama dengan Komite Medik dan Komite
-
51
Keperawatan untuk mengevaluasi dan menetapkan alur pelayanan,
SPO, Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway mengenai
penangan BBLR adalah hal-hal yang harus dipertahankan dalam
meningkatkan keberhasilan dalam penanganan BBLR di RSKIA Kota
Bandung.
Gambar 3.6 Perawatan BBLR
Adapun perbandingan jumlah total BBLR dengan jumlah
BBLR yang tidak tertangani pada tahun 2014 dan 2015 di RSKIA
Kota Bandung dapat dilihat pada grafik dibawah ini
Grafik 3.10
Perbandingan Jumlah Total BBLR dengan BBLR yang Tidak Tertangani di RSKIA Kota Bandung
Tahun 2014 Tahun 2015
685 683
29 44
Jumlah Total BBLR
Jumlah BBLR Yang Tidak Tertangani
-
52
Faktor Pendukung :
1) Kemampuan SDM yang berkompetensi tinggi menjadi faktor
pendukung dalam keberhasilan menangani BBLR.
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran untuk
perinatologi yang mumpuni menjadi faktor yang
menentukan.
3) Pendidikan dan pelatihan serta inhouse training merupakan
hal yang dapat meningkatkan kompetensi pegawai dalam
penananganan BBLR di RSKIA Kota Bandung.
Permasalahan :
1) Tidak tertanganinya kasus bayi dengan BBLR menjadi
permasalahan untuk RSKIA Kota Bandung, hal tersebut
terjadi dikarenakan banyak faktor seperti usia kehamilan
ibu yang belum cukup bulan sehingga bayi belum siap
untuk dilahirkan, faktor gizi ibu hamil dan pola hidup tidak
sehat.
2) Banyaknya BBLR dengan komplikasi dapat mempersulit
penanganan.
3) Peralatan kesehatan dan kedokteran masih tidak sebanding
dengan jumlah BBLR yang harus ditangani.
Solusi
1) Pemeriksaan antenatal rutin di fasilitas kesehatan dengan
tenaga dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk
mendapatkan diagnosa kehamilan yang tepat.
2) Melengkapi ketersediaan fasilitas ruangan, SDM, peralatan
kesehatan dan kedokteran yang dapat mendukung
keberlangsungan penanganan bayi dengan BBLR.
-
53
3) Pelayanan konsultasi gizi pada ibu hamil dalam upaya
menurunkan jumlah kelahiran BBLR.
4) Perlu adanya kajian dalam tingkat social ekonomi ibu hamil
yand dapat mempengaruhi peningkatan kelahiran BBLR.
7. Kematian pasien >48 jam di rawat inap ≤2.5/1000
Kejadian kematian pasien di rawat inap menjadi indikator yang
ditetapkan RSKIA Kota Bandung, hal ini dikarenakan merupakan
indikator dari SPM rumah sakit yang harus dicapai seluruh rumah
sakit karena menggambarkan kemampuan sumber daya manusia
dalam penanganan pasien yang membutuhkan life saving dan
merupakan pencapaian kinerja pelayanan rumah sakit. Berikut tabel
target dan realisasi kematian pasien kematian pasien > 48 jam di
rawat inap :
Tabel 3.10
Kematian pasien > 48 jam di Rawat Inap
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
7. Kematian pasien > 48 jam di rawat inap ≤
2.5/1000
% 84.65 97 93.21 96.09 100 93.21
Tahun
2014NO
INDIKATOR
KINERJA
SASARAN
SAT
TAHUN 2015RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018
Pada tahun 2014 Jumlah pasien Rawat Inap sebanyak 11.513
pasien, dari jumlah tersebut pasien yang meninggal setelah dirawat
selama >48 jam sebanyak 34 orang (2.95/1000) atau >2.5/1000,
sehingga pencapaiannya sebesar 84.65% dan jika dibandingkan
pencapaian pada tahun 2015 terdapat kenaikan sebesar 8.56%
-
54
menjadi 93.21%. Tetapi apabila dibandingkan pada target tahun
2015 sebesar 97% hanya mencapai 96.09% dalam arti tidak
mencapai target. Berikut grafik cakupan keberhasilan dalam
menurunkan kejadian kematian pasien > 48 jam :
84.65
93.21
Tahun 2014 Tahun 2015
Grafik 3.11
Cakupan Keberhasilan dalam Menurunkan
Kejadian Kematian Pasien > 48 Jam ≤ 2.5%(dalam persen)
Dari pasien yang meninggal sebanyak 34 orang ini 4
diantaranya adalah pasien ibu dan sisanya adalah pasien bayi
dengan mayoritas BBLR. Banyaknya kasus kematian ini dikarenakan
semakin kompleknya jenis penyakit yang ada dan beberapa pasien
menolak untuk dirujuk pada kasus-kasus yang tidak dapat ditangani
di RSKIA Kota Bandung. Pada tahun 2015 terdapat penurunan
jumlah kematian > 48 jam sebanyak 5 orang dari tahun sebelumnya
dari jumlah pasien 11.150 orang.
Dengan pengelolaan dan penanganan pasien yang baik
melalui profesionalisme pegawai dan didukung fasilitas peralatan
kesehatan/kedokteran yang cukup dapat membantu upaya
penurunan jumlah kematian pasien di rawat inap.
Faktor Pendukung :
1) Kemampuan SDM yang berkompetensi tinggi menjadi faktor
pendukung dalam keberhasilan menangani kasus ibu dan
anak yang membutuhkan penanganan pasien life saving.
-
55
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran yang
mumpuni menjadi faktor yang menentukan dalam
mendukung penurunan kejadian kematian ibu dan bayi.
3) Pengelolaan pada pasien rawat inap tidak lepas dari
komitmen pegawai yang tulus dan profesional dalam
memberikan pelayanan sehingga tidak terjadi lost
observation.
Permasalahan :
1) Kejadian kematian ibu dan bayi di rawat inap > dari 48 jam
dikarenakan semakin kompleknya jenis penyakit yang ada
dan beberapa pasien menolak untuk dirujuk pada kasus –
kasus yang tidak dapat ditangani di RSKIA Kota Bandung.
2) Kejadian kematian lebih banyak terjadi pada bayi dengan
kasus berat badan bayi lahir sangat rendah.
Solusi
1) Melengkapi ketersediaan fasilitas ruangan, SDM profesional
dengan mengembangkan kompetensi melalui pendidikan
dan pelatihan ter update sesuai keprofesian, peralatan
kesehatan dan kedokteran yang dapat mendukung
penurunan kejadian kematian ibu dan bayi.
2) Kerjasama dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) yang menjadi jejaring RSKIA Kota Bandung.
3) Implementasi system rujukan yang tepat dapat
menurunkan terjadinya resiko kematian pasien >48 jam.
-
56
8. Cakupan pelayanan pasien keluarga miskin
Pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin merupakan
salah satu indikator pelayanan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 129/Menkes/SK/II Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit yang harus dilaksanakan oleh seluruh rumah
sakit dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat dan
ketersediaan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau yang
pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah melalui program
Jamkesmas, Jamkesda dan SKM melalui sebuah Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS). Berikut tabel target dan
realisasi cakupan pelayanan pasien keluarga miskin yang dilayani
dan menjadi komitmen RSKIA Kota Bandung :
Tabel 3.11
Cakupan Pelayanan Pasien Keluarga Miskin
TARGET REALISASI % TARGETPENCAPAIAN
(%)
8. Cakupan pelayanan
pasien keluarga
miskin
% 100 100 100.00 100.00 100 100.00
NO
INDIKATOR
KINERJA
SASARAN
SAT
TAHUN 2015RENCANA AKHIR
RENSTRA TAHUN 2018Tahun
2014
Dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, khususnya pelayanan kesehatan untuk masyarakat
miskin maka RSKIA Kota Bandung berkomitmen untuk melayani
pasien yang datang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu
dan anak. RSKIA Kota Bandung sebagai rumah sakit Pemerintah
harus siap melayani pasien dari keluarga miskin, sehingga
pencapaian untuk indikator ini adalah 100%.
-
57
Gambar 3.7 pelayanan pasien keluarga miskin
Berikut grafik perbandingan jumlah pasien dari keluarga
miskin tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada gambar berikut ini :
6282
7964
Tahun 2014 Tahun 2015
Grafik 3.12
Perbandingan Jumlah Pelayanan Masyarakat Miskin yang Dilayani di RSKIA Kota Bandung
Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2014
sebanyak 6.282 orang yang kemudian naik sebanyak 1.682 pasien
pada tahun 2015 menjadi 7.964 pasien masyarakat miskin yang
dilayani di RSKIA Kota Bandung. Hal ini disebabkan oleh beberapa
hal dibawah ini :
a. Pada tahun 2014 merupakan tahun pertama pemberlakuan JKN
yang dikelola oleh sebuah badan yang disebut BPJS, sehingga
seluruh pembiayaan yang termasuk pada jaminan masyarakat
-
58
miskin dan bukan masyarakat miskin yang menjadi peserta
JKN, dikelola oleh badan tersebut.
b. Kebijakan yang berlaku pada tahun 2013 seperti Jaminan
Persalinan (Jampersal) yang berlaku nasional, pada tahun 2014
sudah tidak berlaku lagi.
Berikut tabel jumlah masyarakat miskin yang dilayani baik di
rawat inap, rawat jalan dan IGD dengan menggunakan jaminan
pelayanan untuk masyarakat miskin (Jamkesmas, Jamkesda) pada
tahun 2015 dari bulan Januari sampai dengan Desember :
Tabel 3.12
Jumlah Masyarakat Miskin yang dilayani RSKIA Kota Bandung
Tahun 2015
NO URAIAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEPT OKT NOV DES Jumlah
1 Rawat Inap 326 331 348 355 360 351 311 257 250 274 219 183 3565
2 Rawat Jalan 179 181 224 238 262 282 222 214 187 250 212 192 2643
3 IGD 98 106 145 153 158 145 131 134 122 121 108 65 1486
603 618 717 746 780 778 664 605 559 645 539 440 7694Total
Faktor Pendukung :
1) RSKIA Kota Bandung sebagai rumah sakit rujukan milik
Pemerintah Kota Bandung berkewajiban untuk melayani
masayarakat miskin dan memberikan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak.
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran, sumber
daya manusia yang profesional menjadi pendukung dalam
melayani masyarakat.
-
59
3) Komitmen dalam melayani masyarakat tanpa diskriminasi
dan membedakan dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang optimal.
Permasalahan :
1) Banyaknya masayarakat miskin belum mempunyai jaminan
pelayanan kesehatan sehingga belum masuk dalam data
based.
2) Masih adanya masyarakat yang mendadak miskin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis padahal
termasuk dalam kategori keluarga mampu.
3) Banyaknya FKTP yang belum memahami system rujukan
untuk masyarakat miskin sehingga terkesan asal rujuk ke
PPK II.
Solusi
1) Pelaksanaan sosialisasi secara meluas kepada masyarakat
melalui media elektonik dan cetak.
2) Koordinasi dengan pihak terkait lainnya seperti kelurahan
dan kecamatan.
3) Melakukan kerjasama dengan BPJS dalam mensosialisasikan
prosedur pelayanan untuk msyarakat miskin di rumah sakit.
4) Melakukan pertemuan rutin dengan jejaring atau FKTP dalam
pelaksanaan system rujukan yang tepat.
9. Cakupan pelayanan peserta Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
Tahun 2015 adalah tahun kedua pelaksanaan BPJS secara
nasional yang ditujukan untuk selu