s1-2014-300505-introduction (1)

4
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merkuri atau raksa yang disimbolkan dengan Hg, memiliki nomor atom 80 dengan berat atom 200,59 g/mol. Keberadaan merkuri di alam ditemukan dalam bentuk logam dan bijih yang merupakan senyawa HgS atau yang dikenal sebagai cinnabar (Cotton, 1999). Merkuri merupakan salah satu logam yang berbentuk cair pada temperatur kamar (25 o C), memiliki titik beku paling rendah dibanding logam lainnya (-38,8 o C), bersifat volatil (mudah menguap), mudah bercampur dengan logam lain membentuk alloy (logam campuran), serta merupakan konduktor yang baik (Palar, 2008). Karena sifatnya, merkuri atau senyawanya banyak dimanfaatkan manusia dalam berbagai macam industri. Industri yang memanfaatkan logam berat merkuri adalah industri klor-alkali yang menggunakan logam berat merkuri untuk menangkap logam natrium (Na), industri pembuatan lampu neon, dan industri pembuatan baterai basah maupun kering (Alfian, 2006). Industri lain yang memanfaatkan logam berat merkuri adalah industri pembuatan alat-alat ukur seperti thermometer, serta industri pulp dan kertas yang memanfaatkan senyawa fenil merkuri asetat (FMA) sebagai bahan pemutih kertas dan mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan (Anderson, 1992). Selain dalam bidang industri, logam berat merkuri juga banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian, kesehatan, pertambangan, dan di dalam laboratorium. Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri khususnya senyawa organo-merkuri banyak dimanfaatkan dalam pembuatan fungisida untuk menghambat pertumbuhan jamur pada bibit tanaman dan juga digunakan sebagai pengawet produk pertanian. Dalam bidang kesehatan, merkuri dimanfaatkan sebagai pembersih luka dan untuk pengobatan penyakit kelamin (sifilis). Dalam bidang pertambangan, merkuri banyak dimanfaatkan dalam proses pengambilan

Upload: silvia-abas

Post on 14-Apr-2016

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bab2

TRANSCRIPT

Page 1: S1-2014-300505-Introduction (1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Merkuri atau raksa yang disimbolkan dengan Hg, memiliki nomor atom 80

dengan berat atom 200,59 g/mol. Keberadaan merkuri di alam ditemukan dalam

bentuk logam dan bijih yang merupakan senyawa HgS atau yang dikenal sebagai

cinnabar (Cotton, 1999). Merkuri merupakan salah satu logam yang berbentuk

cair pada temperatur kamar (25oC), memiliki titik beku paling rendah dibanding

logam lainnya (-38,8oC), bersifat volatil (mudah menguap), mudah bercampur

dengan logam lain membentuk alloy (logam campuran), serta merupakan

konduktor yang baik (Palar, 2008).

Karena sifatnya, merkuri atau senyawanya banyak dimanfaatkan manusia

dalam berbagai macam industri. Industri yang memanfaatkan logam berat merkuri

adalah industri klor-alkali yang menggunakan logam berat merkuri untuk

menangkap logam natrium (Na), industri pembuatan lampu neon, dan industri

pembuatan baterai basah maupun kering (Alfian, 2006). Industri lain yang

memanfaatkan logam berat merkuri adalah industri pembuatan alat-alat ukur

seperti thermometer, serta industri pulp dan kertas yang memanfaatkan senyawa

fenil merkuri asetat (FMA) sebagai bahan pemutih kertas dan mencegah

pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan

(Anderson, 1992).

Selain dalam bidang industri, logam berat merkuri juga banyak

dimanfaatkan dalam bidang pertanian, kesehatan, pertambangan, dan di dalam

laboratorium. Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri khususnya senyawa

organo-merkuri banyak dimanfaatkan dalam pembuatan fungisida untuk

menghambat pertumbuhan jamur pada bibit tanaman dan juga digunakan sebagai

pengawet produk pertanian. Dalam bidang kesehatan, merkuri dimanfaatkan

sebagai pembersih luka dan untuk pengobatan penyakit kelamin (sifilis). Dalam

bidang pertambangan, merkuri banyak dimanfaatkan dalam proses pengambilan

Page 2: S1-2014-300505-Introduction (1)

2

emas secara tradisional. Dalam laboratorium, merkuri banyak digunakan sebagai

pereaksi pada berbagai macam prosedur analisis (Palar, 2008). Salah satu contoh

pemakaian logam berat merkuri dalam laboratorium adalah untuk analisis

parameter SO2 yang menggunakan pararosanilin/tetrakloromerkurat (pereaksi

penjerap SO2) sebagai pengabsorpsi. Penggunaan logam berat merkuri di

laboratorium dengan jumlah yang besar dapat menghasilkan limbah berbahaya

dengan jumlah yang besar.

Pembuangan limbah yang mengandung merkuri ke dalam perairan, dapat

menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan yang berdampak pada kehidupan

makhluk hidup di lingkungan tersebut. Logam berat merkuri yang berada dalam

suatu perairan akan mudah terakumulasi dalam tubuh organisme perairan seperti

kerang dan ikan. Apabila kerang atau ikan yang mengandung logam berat merkuri

dikonsumsi oleh manusia, maka merkuri akan masuk ke dalam tubuh manusia dan

dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia yang dapat berujung

kematian (Daryanto, 2013).

Masuknya logam berat merkuri ke dalam tubuh manusia dapat

menghambat aktivitas enzim, sehingga akan mengganggu proses metabolisme.

Gejala umum yang ditimbulkan akibat masuknya logam berat merkuri dalam

tubuh manusia adalah terjadinya peradangan pada tekak (pharyngitis), rasa sakit

pada bagian perut, mual-mual dan mutah. Karena sifatnya yang sulit terdegradasi,

merkuri dalam tubuh manusia akan terakumulasi dan dapat menyebabkan

gangguan pada sistem saraf yang mempunyai efek pada kelainan psikiatri yang

berupa insomnia, nervus, kepala pusing, mudah lupa, tremor dan depresi

(Sudarmaji, 2006).

Keracunan merkuri anorganik sudah dikenal sejak abad ke-18 dan ke-19

yang menyebabkan gejala tremor pada orang dewasa. Apabila keracunan

berlanjut, tremor dapat merambat pada lidah yang menyebabkan susah bicara,

berjalan terlihat kaku, dan hilangnya keseimbangan. Keracunan merkuri

anorganik juga dapat menyebabkan berkurangnya daya ingat. Sedangkan

keracunan merkuri organik dapat menyebabkan gangguan mental dan cacat saraf

yang terlihat pada anak-anak (Alfian, 2006).

Page 3: S1-2014-300505-Introduction (1)

3

Karena efek berbahaya yang ditimbulkan, maka limbah cair laboratorium

sebelum dibuang ke perairan harus dilakukan analisis terlebih dahulu untuk

mengetahui kandungan logam berat merkuri. Sesuai dengan Kep.Men.LH

No.51/MENKLH/10/1995, baku mutu limbah cair laboratorium untuk kandungan

logam berat merkuri adalah sebesar 0,005 mg/L (Anonim, 1995).

Metode analisis yang telah dikenal untuk analisis logam berat merkuri

adalah spektrofotometri UV-Visible, dan Cold Vapor–Atomic Absorption

Spectrophotometry (CV-AAS). Metode analisis merkuri dengan CV-AAS

merupakan metode analisis merkuri yang sesuai dengan Standar Nasional

Indonesia (SNI). Metode CV-AAS ini memiliki beberapa keunggulan yaitu

memiliki selektivitas dan sensitivitas yang tinggi untuk analisis merkuri total

dalam sampel (Kristianingrum, 2009). Pada analisis merkuri dengan CV-AAS, ion

Hg(II) dalam sampel direduksi menggunakan larutan SnCl2 atau NaBH4 menjadi

uap Hgo. Dalam metode CV-AAS diperlukan instrumen AAS khusus yang

harganya relatif mahal, sehingga instrumen ini sangat jarang ditemukan di

Indonesia. Selain itu, metode analisis merkuri dengan CV-AAS selalu

mengemisikan uap Hgo yang berbahaya.

Sebelum berkembang analisis merkuri dengan CV-AAS, analisis merkuri

pada dasarnya telah sering dilakukan dengan menggunakan metode

spektrofotometri UV-Visible. Dalam analisis tersebut, sampel yang akan dianalisis

direaksikan dengan ditizon dalam pelarut kloroform sehingga membentuk

senyawa kompleks bewarna orange yang tidak larut dalam air. Analisis merkuri

dengan spektrofotometer UV-Visible relatif murah dan dapat diukur dengan alat

sederhana yang dimiliki oleh banyak laboratorium kimia. Selain itu, metode

analisis dengan spektrofotometer UV-Visible memiliki sensitivitas yang tinggi.

Namun setelah berkembang metode analisis logam berat merkuri dengan

CV-AAS, metode spektrofotometri UV-Visible ditinggalkan, karena dipandang

kurang praktis.

Untuk mengatasi kelemahan metode CV-AAS dan mempertimbangkan

kelebihan metode spektrofotometri UV-Visible, maka pada penelitian ini telah

dilakukan pengujian metode spektrofotometri UV-Visible untuk penentuan Hg(II)

Page 4: S1-2014-300505-Introduction (1)

4

dalam limbah cair Laboratorium Kimia Analitik FMIPA UGM dengan pereaksi

ditizon.

Di dalam limbah cair laboratorium, selain Hg(II) juga sering ditemukan

logam lain seperti Cu(II). Adanya logam Cu(II) juga dapat bereaksi dengan

ditizon sehingga akan menimbulkan gangguan dalam analisis Hg(II) secara

spektrofotometri UV-Visible. Untuk menghilangkan gangguan tersebut, dapat

dilakukan dengan penambahan zat penopeng (masking agent) seperti EDTA

(Etylene Diamin Tetra Acetic Acid). Adanya EDTA pada pH yang sesuai, dapat

membentuk senyawa kompleks yang stabil dengan ion Cu(II) yang larut dalam

air, sehingga tidak terekstrak dalam kloroform dan tidak mempengaruhi analisis

logam Hg(II) (Basset, 1994).

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh adanya ion logam Cu(II) dan penambahan

zat penopeng Na2EDTA terhadap hasil analisis Hg(II) secara

spektrofotometri UV-Visible

2. Validasi metode analisis merkuri secara spektrofotometri

UV-Visible yang meliputi : uji linearitas, sensitivitas, presisi, limit

deteksi dan uji-t

3. Menentukan konsentrasi Hg(II) yang terdapat dalam sampel

limbah cair Laboratorium Kimia Analitik FMIPA UGM dengan

metode spektrofotometri UV-Visible

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui validasi metode analisis

logam berat merkuri dengan spektrofotometer UV-Visible

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar

analisis logam berat merkuri yang relatif murah secara

spektrofotometri UV-Visible untuk berbagai sampel