sap senam dm
TRANSCRIPT
PROPOSAL ACARA PENYULUHAN KESEHATAN
“SENAM KAKI DIABETES MELLITUS” DI BANGSAL CEMPAKA
RSUD BANYUMAS
Oleh:
Kelompok 2
Arif Eko Yuniawan, S.Kep.
Danang Rezkha N., S.Kep.
Fajar Tri Purnama, S.Kep.
Tiskawati S., S.Kep.
G1D009036
G1D009016
G1D009075
G1D008023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
2013
A. Pendahuluan
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan sistem endokrin yang dikarakteristikan oleh
fluktuasi kadar gula darah yang abnormal, biasanya berhubungan dengan defect produksi
insulin dan metabolisme glukosa (Dunning, 2003). DM disebabkan oleh hiposekresi atau
hipoaktivitas dari insulin. Saat aktivitas insulin tidak ada atau berkurang (deficient), kadar
gula darah meningkat karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel jaringan (Black &
Hawk, 2005).
Diabetes merupakan penyakit yang memiliki komplikasi (menyebabkan terjadinya
penyakit lain) yang paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi
terus menerus sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal
lainnya. Penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang jika
diabetesnya tidak dikelola dengan baik (Misnadiarly, 2006).
Diabetes Mellitus telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap
tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Berarti ada 1 orang per
10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan
diabetes. Penderita DM di Indonesia sebanyak 4,5 juta pada tahun 1995, terbanyak ketujuh
di dunia. Sekarang angka ini meningkat menjadi 8,4 juta dan diperkirakan akan menjadi 12,4
juta pada tahun 2025 atau urutan kelima di dunia (Tandra, 2008).
Data dari Dinkes Jateng menunjukkan bahwa dari tahun 2007-2009, DM tipe II
menempati urutan kedua dari lima belas besar Penyakit Tidak Menular di Jawa Tengah.
Pada tahun 2007 jumlah penderita sebanyak 249.181, pada tahun 2008 sebanyak 200.295
penderita, dan pada tahun 2009 sebanyak 245.907 penderita. Di Bangsal Cempaka RSUD
Banyumas sebanyak 5 pasien memiliki kadar gula darah diatas normal.
Penderita diabetes mellitus sebaiknya melaksanakan 4 pilar pengelolaan diabetes
mellitus yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis
(American Diabetes Association, 2002). Latihan jasmani secara teratur dapat menurunkan
kadar gula darah. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali
glukosa darah (Vitahealth, 2006). Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani
yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, berenang, dan senam
diabetes (Iiyas, 2005). Utomo (2012) menyatakan bahwa senam diabetes efektif dalam
menurunkan kadar gula darah. Dari pembahasan diatas penulis tertarik untuk melakukan
eduksai terhadap pasien dan keluarga pasien dengan masalah diabetes mellitus di Bangsal
Cempaka RSUD Banyumas.
B. Konsep
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran
air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah
penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh banyak faktor,
dengan simtomaberupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein, sebagai akibat dari:
1. Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya
2. Defisiensi transporter glukosa.
3. atau keduanya.
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes mellitus, antara
lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit Huntington, kelainan
mitokondria,distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner,
sindrom Wolfram,leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme,
dan lain-lain.
DM yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk mensekresi insulin
(hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat. Akibat yang
umum adalah terjadinya hiperglikemia. DM merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal
dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam
sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari
120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula
maupun karbohidrat lainnya.
C. Tipe-Tipe DM
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus
berdasarkan perawatan dan simtoma:
1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di
dalampankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik.
Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau
defisiensimitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai
dengansindrom resistansi insulin
3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, dan menurut
tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
a. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
b. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak
cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan
hormon dari luar tubuh.
c. Not insulin requiring diabetes.
Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes,
juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi
karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil
insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak
maupun orang dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan
dengandiet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan
berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun
respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama
pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan
reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut
dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan
pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah.
Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah
penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan
koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian
gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga
dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian
masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan
pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta
dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan memengaruhi
aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan
kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk
pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l.
Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang
bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events".Angka
di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air
kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15
mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis.
Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan
kehilangan kesadaran.
Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesity-related diabetes,
non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang
terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan
kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang
mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap
insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang
menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap
insulinserta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan
sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang
merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin
yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati,
penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap
insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia
dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin
atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi
insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa
teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini,
namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap
insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dariadipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu
merusak toleransi glukosaObesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia
dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi mengeram dan
sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk
memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2
biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya
pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar
kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,,
sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito
abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan
[antidiabetic drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon insulin adalah pengobatan
pada awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap
digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan mengatur
pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan
hormon insulin sampai taraf tertentu (metformin), dan pada hakekatnya menipis pembalasan
hormon insulin (thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan
jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal.
Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak
kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.
Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru-baru ini
diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Seperti zat
penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan membuka peluang bagi
perkembangan sel tumor maupun kanker.
Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia adalah defisiensi
metabolisme oksidatif di dalam mitokondria pada otot lurik. Sebaliknya, hormon tri-
iodotironinamenginduksi biogenesis di dalam mitokondria dan meningkatkan sintesis ATP
sintase pada kompleks V, meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks IV,
menurunkan spesi oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif, sedang
hormon melatonin akan meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria serta
meningkatkan aktivitas respiratory chain, terutama pada kompleks I, III dan IV. Bersama
dengan insulin, ketiga hormon ini membentuk siklus yang mengatur fosforilasi
oksidatif mitokondria di dalam otot lurik. Di sisi lain, metalotionein yang menghambat
aktivitas GSK-3beta akan mengurangi risiko defisiensi otot jantung pada penderita diabetes.
Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis, diikuti dengan
pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal ini diketahui sebagai
akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para ahli belum dapat menentukan
apakah metoda ini dapat memberikan kesembuhan bagi NIDDM dengan
perubahan homeostasisglukosa.
Pada terapi tradisional, flavonoid yang mengandung senyawa hesperidin dan naringin,
diketahui menyebabkan
1. peningkatan mRNA glukokinase,
2. peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan
3. peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom
4. peningkatan rasio plasma hormon insulin, protein C dan leptin
5. penurunan ekspresi GLUT2 pada hati
6. penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar trigliserida pada hati
7. penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam hati, antara lain dengan menekan
3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme reductase, asil-KoA, kolesterol asiltransferase
8. penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan aktivitas karnitina palmitoil, antara lain
dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase dehidrogenase dan fosfatidat
fosfohidrolase
9. meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau menurunkan laju lintasan glukoneogenesis
10. sedang naringin sendiri, menurunkan transkripsi mRNA fosfoenolpiruvat
karboksikinasedan glukosa-6 fosfatase di dalam hati.
Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan pada buah jenis jeruk,
sedang naringin banyak ditemukan pada buah jenis anggur.
Diabetes mellitus tipe 3
Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin-resistant type
1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require injected insulin,
latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau
diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan
keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya.[29] GDM
mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita
GDM bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM
bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat
disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat
membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi
meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan
kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat
menghambat produksisurfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan.
Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah,
kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari
perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat
diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila
ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan
makrosomia, seperti distosia bahu.
D. Tanda dan gejala Diabetes Militus
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar
gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing
manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti
semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
E. Faktor penyebab Diabetes Militus
Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor pemicu,diantaranya:
1. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh
tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus. konsumsi makan yang berlebihan dan
tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat
menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan
diabetes melitus.
2. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang
lebih besar untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk
berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
3. Faktor genetis
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab
diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus.
Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat
kecil.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga
tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin.
Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi
pankreas.
5. Penyakit dan infeksi pada pancreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada
sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit
seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes
mellitus.
6. Pola hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus. Jika
orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes
mellitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam
tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab
diabetes mellitus selain disfungsi pankreas. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20
tahun ke depan. “Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi,
Vietnam, berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik
motor dibanding bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit
Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas
fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda, jalan
kaki, atau aktivitas lainnya.
7. Suka ngemil
Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan diri
dari obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua
potong camilan seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang,
dan kue-kue manis lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta
pangan yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan
glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya
mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
8. Kurang tidur.
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para ahli
dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari mengakibatkan
kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis. Artinya, risiko diabetes
meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang sejenis hormon dalam darah yang
memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur terpicu menyantap
makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.
9. Sering stress
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat stres
datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol supaya
gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas. Tubuh kita memang
dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun, kalau gula darah terus
dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh
diri pelan-pelan.
10. Kecanduan rokok
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita
menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen.
Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi
kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan dan olahraga.
11. Menggunakan pil kontrasepsi
Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan progestin,
atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah.
Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM,
kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin
dilawan, pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu
lama dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
F. Patofisiologi
Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam kelainan hormonal, seperti
hormon sekresi kelenjar adrenal, hipofisis dan tiroid merupakan studi pengamatan yang
sedang laik daun saat ini. Sebagai contoh, timbulnya IGT dan diabetes mellitus sering
disebut terkait olehakromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom Cushing.
Hipersekresi hormon GH pada akromegali dan sindrom Cushing sering berakibat pada
resistansi insulin, baik pada hati dan organ lain, dengan simtoma hiperinsulinemia
danhiperglisemia, yang berdampak pada penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian.
GH memang memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa dengan
menstimulasiglukogenesis dan lipolisis, dan meningkatkan kadar glukosa darah dan asam
lemak. Sebaliknya,insulin-like growth factor 1 (IGF-I) meningkatkan kepekaan terhadap
insulin, terutama padaotot lurik. Walaupun demikian, pada akromegali, peningkatan rasio
IGF-I tidak dapat menurunkan resistansi insulin, oleh karena berlebihnya GH.
Terapi dengan somatostatin dapat meredam kelebihan GH pada sebagian banyak orang,
tetapi karena juga menghambat sekresi insulin dari pankreas, terapi ini akan memicu
komplikasi pada toleransi glukosa.
Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada hiperkortisolisme yang menjadi
penyebabobesitas viseral, resistansi insulin, dan dislipidemia, mengarah pada hiperglisemia
dan turunnya toleransi glukosa, terjadinya resistansi insulin, stimulasi glukoneogenesis dan
glikogenolisis. Saat bersinergis dengan kofaktor hipertensi, hiperkoagulasi, dapat
meningkatkan risiko kardiovaskular.
Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid berupa tri-iodotironina
denganhipertiroidisme yang menyebabkan abnormalnya toleransi glukosa.
Pada penderita tumor neuroendokrin, terjadi perubahan toleransi glukosa yang
disebabkan oleh hiposekresi insulin, seperti yang terjadi pada pasien bedah
pankreas,feokromositoma, glukagonoma dan somatostatinoma.
Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi diabetes tipe lain, yaitu tipe 1.
Sinergi hormon berbentuk sitokina, interferon-gamma dan TNF-α, dijumpai membawa
sinyal apoptosisbagi sel beta, baik in vitro maupun in vivo. Apoptosis sel beta juga terjadi
akibat mekanismeFas-FasL, dan/atau hipersekresi molekul sitotoksik, seperti granzim dan
perforin; selain hiperaktivitas sel T CD8- dan CD4-.
G. Daftar Pustaka
American Diabetes Association. 2002. Diabetes Mellitus and Exercise. (online), Diabetes
Care, Volume 25, Supplement 1, January 2002,
(http://www.care.diabetesjournals.org). Diakses 30 September 2013.
Black & Hawk. ( 2005 ). Medical surgical nursing clinical management for positive
outcomes. 7th ed. St. Louis :Elsevier Saunders.
Dunning, T. (2003). Care of people with diabetes- A manual of nursing practice. Melbourne:
Blackwell Publishing.
Misnadiarly. 2006. Ulcer Gangren Infeksi Diabetes Mellitus Mengenali Gejala
Menanggulangi Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer
Tandra, H. 2008. Segala Sesuiatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia
Utomo, O.S., Azam, M., & Anggraini, D.N. (2012). Pengaruh senam terhadap kadar gula
darah penderita diabetes. Unnes Journal of Public Health 1 (1) (2012)
Vitahealth. 2006. Diabetes Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarganya. Jakarta:
Gramedia.
SATUAN ACARA PENYULUHAN SENAM DIABETES MELLITUS
DI BANGSAL CEMPAKA RSUD BANYUMAS
Pokok Bahasan : Diabetes Mellitus
Sub Pokok Bahasan : Senam Diabetes Mellitus
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Waktu : 09.00-09.45
Hari/ Tanggal : Rabu, 2 Oktober 2013
Tempat : Ruang Conference Bangsal Cempaka RSUD Banyumas
Penceramah : Arif Eko Yuniawan, S.Kep.
Danang Rezkha N., S.Kep.
Fajar Tri Purnama, S.Kep.
Tiskawati S., S.Kep
I. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Pasien dan keluarga pasien memahami pentingnya Senam Kaki DM untuk mengontrol
kadar gula darah.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan pasien dan
keluarga pasien dapat:
1. Menjelaskan pengertian dari senam kaki DM
2. Menyebutkan tujuan dari senam kaki DM
3. Mampu memperagakan kembali senam kaki DM\
II. Metode
Terapi ini akan dipandu oleh seorang perawat sebagai pemateri, dua perawat sebagai
fasilitator dan seorang perawat sebagai observer. Metode yang digunakan yaitu ceramah
dan demonstrasi senam kaki DM.
III. Media
Media yang digunakan yaitu Presentasi Power Point dan leaflet.
IV. Materi
Terlampir
V. Pengorganisasian
No Kegiatan Pemateri Peserta Waktu
1 Pembukaan a. Memberikan salam
terhadap pasien dan
atau keluarga pasien
b. Memperkenalkan diri
terhadap pasien atau
keluarga pasien
c. Menjelaskan tujuan
kegiatan edukasi
senam DM terhadap
pasien dan keluarga
pasien
d. Melakukan kontrak
waktu kegiatan
a. Klien menjawab
salam dan
mencoba menjalin
hubungan saling
percaya dengan
perawat
b. Klien
mendengarkan dan
memperkenalkan
diri terhadap
pembicara
c. Klien
mendengarkan
aktif penjelasan
pembicara
d. Klien
mendengarkan dan
menyutujui
kontrak waktu
yang ditetapkan
10 menit
2 Penjelasan
Materi
Dengan mempertahankan
komunikasi terbuka dan
hangat dengan klien,
perawat:
a. Menjelaskan
pengertian dan
tujuan senam kaki
DM
b. Memberikan
a. Klien
memperhatikan
materi yang
disajikan
b. Klien aktif
bertanya selama
jalannya proses
diskusi
c. Klien
25 menit
kesempatan klien
untuk bertanya.
c. Memperagakan
senam kaki DM.
d. Memberikan
penjelasan
kembali tujuan
dan
kontraindikasi
mengenai senam
kaki DM.
memperhatikan
gerakan senam
DM dan mampu
meredemonstrasi-
kan gerakan senam
DM
d. Klien
mengklarifikasi
materi yang telah
didapatkan
3 Penutup a. Menyimpulkan
bersama keluarga
tentang pentingnya
senam DM untuk
mengontrol kadar
gula darah
b. Mengevaluasi
pemahaman klien
dengan mengajukan
pertanyaan
c. Memberikan pujian
dan motivasi kepada
keluarga
d. Mengucapkan salam
penutup
a. Klien
menyebutkan
manfaat senam
DM.
b. Klien menjawab
seputar pertanyaan
pembicara
c. Klien dan keluarga
klien termotivasi
untuk
mengaplikasikan
senam DM
d. Klien dan keluarga
klien menjawab
salam
5 menit
VI. Evaluasi
1. Apa pengertian Diabetes Mellitus?
2. Apa penyebab Diabetes Mellitus?
3. Apa tanda dan gejala Diabetes Mellitus?
4. Bagaimana penatalaksanaan keluarga dengan Diabetes Mellitus?
5. Apa tujuan dilakukan senam DM?
6. Sebutkan 12 langkah senam DM?
VII. Referensi
American Diabetes Association. 2002. Diabetes Mellitus and Exercise. (online), Diabetes
Care, Volume 25, Supplement 1, January 2002,
(http://www.care.diabetesjournals.org). Diakses 30 September 2013.
Black & Hawk. ( 2005 ). Medical surgical nursing clinical management for positive
outcomes. 7th ed. St. Louis :Elsevier Saunders.
Dunning, T. (2003). Care of people with diabetes- A manual of nursing practice.
Melbourne: Blackwell Publishing.
Misnadiarly. 2006. Ulcer Gangren Infeksi Diabetes Mellitus Mengenali Gejala
Menanggulangi Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer
Tandra, H. 2008. Segala Sesuiatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia
Utomo, O.S., Azam, M., & Anggraini, D.N. (2012). Pengaruh senam terhadap kadar gula
darah penderita diabetes. Unnes Journal of Public Health 1 (1) (2012)
Vitahealth. 2006. Diabetes Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarganya. Jakarta:
Gramedia.
Lampiran Materi Senam Diabetes Mellitus
MATERI SENAM DIABETES MELITUS
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik dan
merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus (Persadia, 2000). Manfaat tersebut
didapat karena olah raga memberi pengaruh pada:
a. Jantung
Otot jantung bertambah kuat dan bilik jantung bertambah besar, sehingga
denyutan kuat dandaya tampung besar. Kedua hal ini akan meningkatkan efisiensi
kerja jantung. Dengan efisiensi kerja yang tinggi, jantung tak perlu berdenyut terlalu
sering (Strauss, 1979 dalam Kushartanti, 2007).
b. Pembuluh darah
Elastisitas pembuluh darah akan bertambah, karena berkurangnya timbunan lemak
dan penambahan kontraktilitas otot dinding pembuluh darah. Elastisitas pembuluh
darah yang tinggi akan memperlancar jalannya darah dan mencegah timbulnya
hipertensi (Sukarman,1987 dalam Kushartanti, 2007).
c. Paru-paru
Elatisitas paru-paru akan bertambah, sehingga kemampuan berkembang kempis
juga akanbertambah (McArdle, 1986 dalam Kushartanti, 2007).
d. Otot
Kekuatan, kelentukan dan daya tahan otot akan bertambah. Hal ini disebabkan
oleh bertambah brooks 1984 dalam Kushartanti, 2007).
e. Tulang
Penambahan aktivitas enzim pada tulang akan meningkatk an kekuatan, kepadatan
dan besarnya tulang, selain mencegah pengeroposan tulang (Fox, 1988 dalam
Kushartanti, 2007).
f. Ligamentum dan tendon
Ligamentum dan tendo akan bertambah kuat, demikian juga perlekatan tendo pada
tulang (Teitz, 1989 dalam Kushartanti, 2007). Besarnya serabut otot dan meningkatnya
sistem penyediaan energi di otot
PEDOMAN PROGRAM LATIHAN BAGI PENDERITA DIABETES MELITUS
Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah setiap program latihan, apapun macamnya
harus mengandung unsur pemanasan, latihan inti dan pendinginan. Pemanasan
dimaksudkan untuk mempersiapkan organ-organ tubuh beserta perangkatnya (termasuk
enzim) agar mampu melakukan gerakan-gerakan dengan baik dan terhindar dari cedera.
Lebih dari itu pemanasan juga dimaksudkan untuk mempersiapkan menghadapi latihan.
Latihan inti disesuaikan dengan kemampuan, kemauan, keharusan dan keadaan. Latihan
ini sangat spesifik, setiap kasus berbeda dan pada kasus yang sama pun satu orang
dengan orang lain akan berbeda.
Pendinginan dilakukan dengan cara mengurangi gerakan secara bertahap sebelum
berhenti sama sekali. Merupakan suatu keharusan untuk melakukan pendinginan setelah
latihan, sebab tanpa pendinginan dapat timbul rasa pusing, mual, muntah, bahkan bisa
sampai pingsan. Pendinginan juga bermanfaat untuk mempercepat hilangnya rasa capai
latihan, sebab zat pelelah (asam laktat) akan segera kembali ke peredaran darah.
Tahap-tahap senam seperti yang diungkapkan Sumarni (2008) adalah:
1. Pemanasan I
Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan keatas seluruh bahu. Kedua tangan
bertautan. Lakukan bergantian dengan posisi kedua tangan di depan tubuh.
2. Pemanasan II
Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke de pan tubuh hingga lurus bahu.
Kemudian, gerakkan kedua jari seperti hendak meremas. Lalu, buka lebar. Lakukan
secara bergantian, namun tangan diangkat ke kanan-kiri tubuh hingga lurus bahu.
3. Inti I
Posisi tegap berdiri, kaki kanan maju selangkah ke depan. Kaki kiri tetap di
tempat. Tangan kanan diangkat diangkat ke kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan
tangan kiri ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara
bergantian.
4. Inti II
Posisi berdiri tegap. Kaki kanan diangkat hingga paha dan betis bentu k sudut 90
derajat. Kaki kiri tetap ditempat. Tangan kanan diangkat kekanan tubuh selurus bahu.
Sedangkan tangan kiri di tekuk hingga telapak tagan mendekati dada. Lakukan secara
bergantian.
5. Pendinginan I
Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan ki ri lurus kedepan selurus
bahu. Tangan kanan ditekuk ke dalam. Lakukan secara bergantian.
6. Pendinginan II
Posisi kaki bentuk hurut V terbalik. Kedua tangan direntangkan ke atas dengan
membentuk huruf V.
Langkah-langkah senam kaki DM :
1. Perawat cuci tangan
2. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas bangku
dengan kaki menyentuh lantai.
3. Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas lalu
dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.
4. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada
kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas.
Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan
diulangi sebanyak 10 kali.
5. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
6. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
7. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan
kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.
8. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan
ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
9. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan kedua kaki
secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.
10. Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan pergelangan
kaki kedepan dan kebelakang.
11. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki , tuliskan
pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.
12. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan
kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula
menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja
a. Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
b. Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
c. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu
d. letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
e. Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola