sap thypoid.docx

31
SATUAN ACARA PENYULUHAN DEMAM THYPOID Pada Anak Di Ruang Asoka RSUD Dr Murdjani Sampit Tugas Kelompok Praktek Klinik Anak Program Diploma III Keperawatan Disusun Oleh : Haris Munandar Irma Susanti Karlina Indri Rahmawati Huratul Lisan Ari Jaka Saputra Fajriyanor Faisal Reza Edwin Zulverdi M. Abror Y. P. Fitriana Ningsih Lisa Kumala Sari Irma Aida Febrianti Florentiana M. Fikri Maulana

Upload: haris-munandar

Post on 26-Oct-2015

485 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

perawat

TRANSCRIPT

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DEMAM THYPOID

Pada Anak Di Ruang Asoka RSUD Dr Murdjani Sampit

Tugas Kelompok Praktek Klinik Anak

Program Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

Haris Munandar

Irma Susanti

Karlina

Indri Rahmawati

Huratul Lisan

Ari Jaka Saputra

Fajriyanor

Faisal Reza

Edwin Zulverdi

M. Abror Y. P.

Fitriana Ningsih

Lisa Kumala Sari

Irma Aida

Febrianti Florentiana

M. Fikri Maulana

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

SAMPIT

2013/2014

BAB I

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DEMAM THYPOID

1.1 Latar Belakang

Angka kejadian demam Thypoid (typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada negara

yang sedang berkembang di daerah tropis, sehingga tak heran jika demam

Thypoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan di negara kita. Di Indonesia

sendiri, demam Thypoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi

masalah kesehatan yang serius. Demam Thypoid erat kaitannya dengan higiene

perorangan dan sanitasi lingkungan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam Thypoid di

seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya.

Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada

anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam

Thypoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir

semua daerah endemik, insidensi demam Thypoid banyak terjadi pada anak usia

5-19 tahun.

Perbedaan antara demam Thypoid pada anak dan dewasa adalah mortalitas

(kematian) demam Thypoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan dengan

dewasa. Risiko terjadinya komplikasi fatal terutama dijumpai pada anak besar

dengan gejala klinis berat, yang menyerupai kasus dewasa. Demam Thypoid pada

anak terbanyak terjadi pada umur 5 tahun atau lebih dan mempunyai gejala klinis

ringan.

Hasil survei yang di lakukan di ruang asoka, dari 68 pasien rawat inap di peroleh

10 pasien dengan diagnosa demam thypoid. Rata-rata usia pasien yang menderita

demam thypoid adalah di bawah usia lima (5) tahun.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1 kali pertemuan ini diharapkan

orangtua mengetahui dan memahami tentang penyakit Thypoid dan

mengetahui hal yang harus dilakukan jika terkena Thypoid serta cara

mengatasi masalah tersebut.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 kali pertemuan, orangtua

dapat menjelaskan kembali tentang :

a. Menyebutkan pengertian Demam Thypoid

b. Menyebutkan penyebab Demam Thypoid

c. Menyebutkan tanda Demam Thypoid

d. Menyebutkan cara pencegahan Demam Thypoid

e. Menjelaskan perawatan dan pengobatan Demam Thypoid

BAB II

SATUAN ACARA PENGAJARAN

2.1 Pokok Bahasan

2.1.1 Pengertian Demam Thypoid

Demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas

berkepanjangan,ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur

endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke

dalam sel fagosit mononuklear dari limpa,kelenjar limfe usus dan Peyer’s

patch. Terjadinya penularan salmonella typhi sebagian besar melalui

makanan / minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita

atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama-sama dengan tinja (melalui

rute oral fekal = jalur oro-fekal). 

2.1.2 Tanda dan Gejala

Biasanya secara timbul secara bertahap dalam waktu 8-14 hari setelah

terinfeksi.

Gejala bisa berupa :

a. Demam

b. Sakit Kepala

c. Lemah dan lelah

d. Diare( terutama anak-anak ) konstipasi /sembelit tetutama (orang-orang

dewasa)

e. Penurunan nafsu makan

f. Nyeri perut

g. Kadang terjadi perdarahan dari hidung

h. Jika pengobatan tidak dimulai,maka suhu tubuh secara perlahan akan

meningkat dalam waktu 2-3 hari,yaitu mencapai 39-40 C selama 10-14

hari.

2.1.3 Penyebab

Penyebab adalah bakteri salmonella Typhi. Bakteri Salmonella Typhi

ditemukan didalam tinja dan air kemih peenderita.

2.1.4 Pengobatan

a. Pemberian antibiotik yang tepat.

Antibiotik yang banyak digunakan adalah kloaramfnikol.

b. Istirahat yang cukup bahkan bila perlu tirah baring ( tidur terlentang )

selama beberapa hari sampai demam mereda.

c. Intake/pemasukan cairan untuk mencegah dehidrasi ( kekurangan

cairan ) akibat demam tinggi.

d. Pengaturan makan tinggi kalori berupa nasi,agak lembek. Daging,telur

ikan,ayam,tahu,tempe,sedikit sayur dan buah boleh dikonsumsi.hindari

makanan yang pedas yang pedas dan keras.

2.1.5 Pencegahan

a. Food / makanan

Biasakan mengkonsumsi makanan yang terjamin bersihnya.

b. Fluid / cairan

Sediakan air minum yang memenuhi syarat,yaitu memasak air hingga

mendidih ( 100 C )

c. Finger / kebersihan tangan dan kuku

Biasakan selalu mencuci tangan mencuci tangan setelah buang air

besar mau pun sebelum dan sesudah makan.

d. Feses / tinja

Tidak boleh buang air besar di sembarang tempat,harus di toilet.

e. Fly / lalat

Bila di rumah banyak lalat,basmi hingga tuntas ( lalat bisa menjadi

perantara perpindahan kuman ke makanan

2.2 Sasaran

Orangtua pasien di ruang asoka RSUD Dr Murdjani Sampit, dimana:

a. orang tua pasien yang anaknya terkena demam thypoid

b. orangtua pasien lain yang anaknya tidak terkena demam thypoid

2.3 Metode

a. Ceramah

b. Diskusi

c. Tanya jawab

2.4 Pengorganisasian

Moderator :

Irma Susanti

Penyaji :

Haris Munandar

Faisal Reza

M. Abror Y. P.

Observer :

Lisa Kumala Sari

Fasilitator :

- Indri Rahmawati

- Febrianti Florentiana

- Edwin Zulverdi

- Karlina

- Huratul Lisan

- Fitriana Ningsih

- Ari Jaka Saputra

2.5 Waktu dan Tempat Penyuluhan

Hari / Tanggal : Selasa / 29 Oktober2013

Pukul : 09:00 WIB

Tempat : Ruang Asoka RSUD Dr Murdjani Sampit

2.6 Media Penyuluhan

a. Leaflet

b. Flipchart

2.7 Kegiatan Penyuluhan

No. Kegiatan penyuluh Kegiatan pesertaWaktu(menit)

1. Pembukaan:a. Memberi salamb. Memperkenalkan diric. Menyebutkan tujuan

penyuluhan

Menjawab salamMendengarkanMendengarkan dan memperhatikan

5

2. Kegiatan inti:a. Menjelaskan

pengertian demam thypoid

b. Menjelaskan tanda dan gejala demam thypoid

c. Menjelaskan pencegahan dan perawatan demam thypoid

Memperhatikan danmendengarkan

Memperhatikan dan mendengarkan

Memperhatikan dan mendengarkan.

15

3. Penutup:a. Memberikan

kesempatan kepada Ibu untuk bertanya

b. Menyimpulkan materi bersama ibu

c. Melaksanakan evaluasi

Mengajukan pertanyaan

Menyimpulkan materi

Menjawab pertanyaan

12

4. Salam penutup:Mengucapkan salam Menjawab salam 3

2.8 Setting Tempat

2.9 Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi struktur

- Menyiapkan SAP

- Menyiapkan materi dan media

- Kontrak waktu dengan sasaran

- Menyiapkan tempat

- Menyiapkan pertanyaan

b. Evaluasi proses

- Sasaran 90% memperhatikan dan mendengarkan selama penkes

berlangsung

- Sasaran 90% aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti

- Sasaran 90% memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi

- Sasaran 90% tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung

c. Evaluasi hasil

- Penkes dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan

80 % lebih dengan benar

- Penkes dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila sasaran mampu

menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan benar

- Penkes dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila sasaran hanya

mampu menjawab kurang dari 50 % dengan benar.

Panitia

Peserta

BAB III

LAMPIRAN MATERI DEMAM THYPOID

3.1 Pengertian Demam Thypoid

Demam Thypoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas

berkepanjangan,ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial

atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit

mononuklear dari limpa,kelenjar limfe usus dan Peyer’s patch. Terjadinya

penularan salmonella typhi sebagian besar melalui makanan / minuman yang

tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa kuman, biasanya

keluar bersama-sama dengan tinja (melalui rute oral fekal = jalur oro-fekal). 

3.2 Tanda dan Gejala

Gejala klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan dan lebih bervariasi bila

dibandingkan dengan penderita dewasa. Bila hanya berpegang pada gejala atau

tanda klinis, akan lebih sulit untuk menegakkan diagnosis demam Thypoid pada

anak, terutama pada penderita yang lebih muda, seperti pada Thypoid kongenital

ataupun Thypoid pada bayi. Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7 – 20 hari,

dengan masa inkubasi terpendek 3 hari dan terpanjang 60 hari. Dikatakan bahwa

masa inkubasi mempunyai korelasi dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan

umum/status gizi serta status imunologis penderita. Walaupun gejala demam

Thypoid pada anak lebih bervariasi, secara garis besar gejala-gejala yang timbul

dapat dikelompokkan :

a. Demam satu minggu atau lebih.  

b. Gangguan saluran pencernaan   

c. Gangguan kesadaran

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada

umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare,konstipasi.

Pada pemeriksaan fisik, hanya didapatkan suhu badan yang meningkat. Setelah

minggu kedua, gejala/ tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten,

lidah Thypoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung mungkin disertai

gangguan kesadaran dari yang ringan sampai berat.

Demam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal seperti pada orang

dewasa, kadang-kadang mempunyai gambaran klasik berupa stepladder fever

pattern, dapat pula mendadak tinggi dan remiten (39 – 41oC) serta dapat pula

bersifat ireguler terutama pada bayi yang Thypoid kongenital. Lidah Thypoid

biasanya terjadi beberapa hari setelah panas meningkat dengan tanda-tanda antara

lain, lidah tampak kering, dilapisi selaput tebal, di bagian belakang tampak lebih

pucat, di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan.Bila penyakit makin progresif,

akan terjadi deskuamasi epitel sehingga papilla lebih prominen. Roseola lebih

sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal minggu kedua. Merupakan

suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter 2 – 4 mm, berwarna merah

pucat serta hilang pada penekanan. Roseola ini merupakan emboli kuman yang

didalamnya mengandung kuman salmonella, dan terutama didapatkan di daerah

perut, dada, kadang-kadang di bokong, ataupun bagian fleksor lengan atas.

Limpa umumnya membesar dan sering ditemukan pada akhir minggu pertama dan

harus dibedakan dengan pembesaran karena malaria. Pembesaran limpa pada

demam Thypoid tidak progresif dengan konsistensi lebih lunak. Rose spot, suatu

ruam makulopapular yang berwarna merah dengan ukuran 1 – 5 mm, sering kali

dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung pada orang

kulit putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak Indonesia. Ruam ini

muncul pada hari ke 7 – 10 dan bertahan selama 2 -3 hari.

3.3 Diagnosis Demam Typhoid?

Demam Thypoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan

bahkan asimtomatik. Walaupun gejala klinis sangat bervariasi namun gejala yang

timbul setelah inkubasi dapat dibagi dalam demam, gangguan saluran pencernaan,

dan gangguan kesadaran.

Timbulnya gejala klinis biasanya bertahap dengan manifestasi demam dan gejala

konstitusional seperti nyeri kepala, malaise, anoreksia, letargi, nyeri dan kekakuan

abdomen, pembesaran hati dan limpa, serta gangguan status mental. Sembelit

dapat merupakan gangguan gastrointestinal awal dan kemudian pada minggu

kedua timbul diare. Diare hanya terjadi pada setengah dari anak yang terinfeksi,

sedangkan sembelit lebih jarang terjadi. Dalam waktu seminggu panas dapat

meningkat. Lemah, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri abdomen dan

diare,menjadi berat. Dapat dijumpai depresi mental dan delirium. Keadaan suhu

tubuh tinggi dengan bradikardia lebih sering terjadi pada anak dibandingkan

dewasa. Rose spots (bercak makulopapular) ukuran 1-6 mm, dapat timbul pada

kulit dada dan abdomen, ditemukan pada 40-80% penderita dan berlangsung

singkat (2-3hari). Jika tidak ada komplikasi dalam 2-4 minggu, gejala dan tanda

klinis menghilang namun malaise dan letargi menetap sampai 1-2 bulan.

Gambaran klinis lidah Thypoid pada anak tidak khas karena tanda dan gejala

klinisnya ringan bahkan asimtomatik.

Sering terjadi kesulitan dalam menegakkan diagnosis bila hanya berdasarkan

gejala klinis. Oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis demam Thypoid perlu

ditunjang pemeriksaan laboratorium yang diandalkan. Pemeriksaan laboratorium

untuk membantu menegakkan diagnosis demam Thypoid meliputi pemeriksaan

darah tepi, bakteriologis, dan serologis.

Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis demam Thypoid dibagi

dalam tiga kelompok, yaitu :

a. solasi kuman penyebab demam Thypoid melalui biakan kuman dari spesimen

penderita, seperti darah, sumsum tulang, urin, tinja, cairan duodenum dan rose

spot. Berkaitan dengan patogenesis, maka kuman lebih mudah ditemukan

didalam darah dan sumsum tulang di awal penyakit, sedangkan pada stadium

berikutnya didalam urin dan tinja. Hasil biakan yang positif memastikan

demam Thypoid, namun hasil negatif tidak menyingkirkan demam Thypoid,

karena hasilnya tergantung dari beberapa faktor.

b. Uji serologi untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen S.typhi dan

menentukan adanya antigen spesifik dari Salmonella typhi. Uji serologi

standar yang rutin digunakan untuk mendeteksi antibody terhadap kuman

S.typhi yaitu uji Widal. Prinsip uji Widal adalah serum penderita dengan

pengenceran yang berbeda ditambah dengan antigen dalam jumlah yang sama.

Jika pada serum terdapat antibodi maka akan terjadi aglutinasi. Di Indonesia

pengambilan angka titer O aglutinin ≥ 1/40 dengan memakai uji widal slide

aglutination (prosedur pemeriksaan membutuhkan waktu 45 menit)

menunjukkan nilai ramal positif 96%. Artinya apabila hasil tes positif, 96%

kasus benar sakit demam Thypoid, akan tetapi apabila negatif tidak

menyingkirkan. Banyak referensi yang mengemukakan apabila titer O

agglutinin sekali periksa ≥ 1/200 atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4

kali maka diagnosis demam Thypoid dapat ditegakkan. Aglutinin H banyak

dikaitkan dengan pasca imunisasi atau infeksi masa lampau, sedang Vi

aglutinin dipakai pada deteksi pembawa kuman S. typhi (karier).

3.4 Komplikasi Demam Typhoid

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit ini yaitu:

a. Perforasi usus halus dilaporkan dapat terjadi pada 0,5 – 3%, sedangkan

perdarahan usus pada 1 – 10% kasus dema Thypoid anak. Penyulit ini biasanya

terjadi pada minggu ke-3 sakit, walau pernah dilaporkan terjadi pada minggu

pertama. Komplikasi di dahului dengan penurunan suhu, tekanan darah dan

peningkatan frekuensi nadi. Pada perforasi usus halus ditandai oleh nyeri

abdomen lokal pada kuadran kanan bawah akan tetapi dilaporkan juga nyeri

yang menyelubung. Kemudian akan diikuti muntah, nyeri pada perabaan

abdomen, defance muskulare, hilangnya keredupan hepar dan tanda-tanda

peritonitis yang lain. Beberapa kasus perforasi usus halus mempunyai

manifestasi klinis yang tidak jelas.

b. Komplikasi pada neuropsikiatri. Sebagian besar  bermanifestasi gangguan

kesadaran, disorientasi, delirium, obtundasi, stupor  bahkan koma. Beberapa

penulis mengaitkan manifestasi klinis neuropsikiatri dengan prognosis buruk.

Penyakit neurologi lain adalah rombosis sereberal, afasia, ataksia sereberal

akut, tuli, mielitis tranversal, neuritis perifer maupun kranial, meningitis,

ensefalomielitis, sindrom Guillain-Barre. Dari berbagai penyakit neurologik

yang terjadi, jarang dilaporkan gejala sisa yang permanen (sekuele).

c. Miokarditis.  Dapat timbul dengan manifestasi klinis berupa aritmia, perubahan

ST-T pada EKG, syok kardiogenik, infiltrasi lemak maupun nekrosis pada

jantung.

d. Hepatitis tifosa asimtomatik juga dapat dijumpai pada kasus demam Thypoid

ditandai peningkatan kadar transaminase yang tidak mencolok.

e. Ikterus dengan atau tanpa disertai kenaikan kadar transaminase, maupun

kolesistitis akut juga dapat dijumpai, sedang kolesistitis kronik yang terjadi

pada penderita setelah mengalami demam Thypoid dapat dikaitkan dengan

adanya batu empedu dan fenomena pembawa kuman (karier).

f.Sistitis bahkan pielonefritis dapat juga merupakan penyulit demam Thypoid.

g. Proteinuria transien sering dijumpai, sedangkan glomerulonefritis yang dapat

bermanifestasi sebagai gagal ginjal maupun sindrom nefrotik mempunyai

prognosis buruk.

h. Pneumonia sebagai komplikasi sering dijumpai pada demam Thypoid. Keadaan

ini dapat ditimbulkan oleh kuman Salmonella typhi, namun sering kali sebagai

akibat infeksi sekunder oleh kuman lain.

i.Penyulit lain yang dapat dijumpai adalah trombositopenia, koagulasi intrvaskular

diseminata, Hemolytic Uremic Syndrome (HUS), fokal infeksi di beberapa

lokasi sebagai akibat bakteremia misalnya infeksi pada tulang,otak, hati, limpa,

otot, kelenjar ludah dan persendian.

3.5 Cara mengobati Demam Typhoid

Sebagian besar pasien demam Thypoid dapat diobati di rumah dengan tirah

baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta

pemberian antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat dirumah

sakitagar pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping observasi

kemungkinan timbul penyulit dapat dilakukan dengan seksama.

Pengobatanantibiotik merupakan pengobatan utama karena pada dasarnya

patogenesis infeksi Salmonella typhi berhubungan dengan keadaan

bakteriemia.Obat-obat antimikroba yang sering digunakan antara lain :

a. Kloramfenikol

Dosis yang dianjurkan ialah 50 – 100 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14 hari.

Untuk neonatus, penggunaan obat ini sebaiknya dihindari, dan bila terpaksa,

dosis tidak  boleh melebihi 25 mg/kgBB/hari, selama 10 hari.

b. Tiamfenikol

Komplikasi hematologi pada penggunaan Tiamfenikol jarang dilaporkan.

Dosis oral dianjurkan 50 – 100 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14 hari.

c. Kotrimoksasol

Dapat digunakan untuk kasus yang resisten terhadap kloamfenikol,

penyerapan di usus cukup baik, dan kemungkinan timbulnya kakambuhan

pengobatan pengobatan lebih kecil dibandingkan kloramfenikol.

Kelemahannya ialah dapat terjadi skin rash (1 – 15%), sindrom Steven

Johnson, agranulositosis, trombositopenia, anemia megaloblastik, hemolisis

eritrosit terutama pada penderita G6PD,Dosis oral yang dianjurkan adalah 30

– 40 mg/kgBB/hari. Sulfametoksazoldan 6 – 8 mg/kgBB/hari untuk

Trimetoprim, diberikan dalam 2 kali pemberian,selama 10 – 14 hari.

d. Ampisilin dan Amoksisilin

Dapat digunakan pada kasus yang resisten terhadap Kloramfenikol.

Kelemahannya dapat terjadi skin rash (3 – 18%), dan diare (11%). Ampisilin

mempunyai daya anti bakteri yang sama dengan Ampisilin, terapi penyerapan

peroral lebih baik sehingga kadar oabat yang tercapai 2 kalilebih tinggi, dan

lebih sedikit timbulnya kekambuhan (2 – 5%) dan karier (0 – 5%).Dosis yang

dianjurkan adalah : Ampisilin 100 – 200 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14 hari.

Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, selama 10 – 14 hari. Pengobatan demam

Thypoid yang menggunakan obat kombinasi tidak memberikan keuntungan

yang lebih baik bila diberikan obat tunggal.

e. Seftriakson

Dosis yang dianjurkan adalah 50 – 100 mg/kgBB/hari, tunggal atau dalam2

dosis iv.

f. Sefotaksim

Dosis yang dianjurkan adalah 150 – 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3- 4dosis

iv.

g. Siprofloksasin

Dosis yang dianjurkan adalah 2 x 200 – 400 mg oral pada anak berumur lebih

dari 10 tahun.

3.6 Pencegahan Demam Thypoid

Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat

tidak tertular oleh bakteri Salmonella. Ada 3 pilar strategis yang menjadi

program pencegahan yakni:

a. Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam Thypoid.

b. Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan.

c. Perlindungan dini agar tidak tertular.

Demam Thypoid dapat dicegah dengan kebersihan pribadi dan kebersihan

lingkungan. “Orang Indonesia itu umumnya cuci tangan setelah makan, padahal

harusnya sebelum makan. Setelah makan, tangannya kotor, baru dicuci. Tapi

kalau sebelum makan dia lupa. Padahal tangan itu paling kotor, kena segala

macam. Lewat tangan kita bisa memindahkan kuman.

Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran demam Thypoid:

a. Cuci tangan.

Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan

demam Thypoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air

(diutamakan air mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau

mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan toilet. Bawalah

pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air.

b. Hindari minum air yang tidak dimasak.

Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik

Thypoid. Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh

bagian luar botol atau kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa

menambahkan es di dalamnya. Gunakan air minum kemasan untuk menyikat

gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi.

c. Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.

Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak

daripada yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan

hal-hal sebagai berikut. Untuk menghindari makanan mentah yang tercemar,

cucilah buah dan sayuran tersebut dengan air yang mengalir. Perhatikan

apakah buah dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah dan sayuran

mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak mungkin

mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat dikupas.

d. Pilih makanan yang masih panas.

Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang.

Yang terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada

jaminan makanan yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli

makanan dari penjual di jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi.

Jika anda adalah pasien demam Thypoid atau baru saja sembuh dari demam

Thypoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:

- Sering cuci tangan anda.

Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari

penyebaran infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir)

dan sabun, kemudian gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama

sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.

- Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.

Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali

sehari.

- Hindari memegang makanan.

Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata

bahwa anda tidak menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan

atau fasilitas kesehatan, anda tidak boleh kembali bekerja sampai hasil

tes memperlihatkan anda tidak lagi menyebarkan bakteri Salmonella.

- Gunakan barang pribadi yang terpisah.

Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan

cuci dengan menggunakan air dan sabun.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika.

Hidayat, Aziz Alimul A. 2007. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta:

Salemba Medika.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC

Aru W, Sudoyo, dkk ; editor ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid III, edisi

IV;Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta : 2007

Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Thypoid. Dalam Pediatrics

Update. Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003

Rampengan. T H : Penyakit infeksi Tropis pada Anak ; edisi 2. Jakarta : EGC 2007

KAMUS ISTILAH

Multiplikasi : tindakan atau proses memperbanyak; perkalian

Higiene : tindakan-tindakan pemeliharaan kesehatan

Sel endotelial : sejenis sel yang membentuk suatu jaringan yang disebut endotelium,

yang memisahkan pembuluh darah dan sistem limfatik pada seluruh

bagian tubuh

Endokardial : membran serosa tipis yang melapisi bagian dalam jantung.

Mononuclear : kelompok darah putih yang menjadi bagian dari sistem kekebalan

Peyer's patches : sekelompok kelenjar limfe yang terdapat disaluran pencernaan

terutama ilium dan jejunum

sel fagosit : pengolongan dari sel darah putih yang berperan dalam sistem

kekebalan dengan cara fagositosis/menelan patogen

Antibiotika : segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai

efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di

dalam organisme, khususnya dalam prosesinfeksi oleh bakteri

kongenital : cacat bawaan

inkubasi : waktu antara terpajan infeksi dan menunjukkan gejala awal

Tipikal : khas

Korelasi : hubungan timbal balik atau sebab akibat

Deskuamasi : pelepasan elemen epitel, terutama kulit, dl bentuk sisik atau lembaran

halus

Prominen : menonjol

Stepladder Fever Pattern : Demam pola tangga, yaitu demam yang semakin lama

semakin tinggi atau berkepanjangan (lebih dari 1 minggu). 

Roseola : bercak-bercak kemerahan di kulit seperti bunga mawar 

Nodul : jerawat iritasi yang berukuran besar dan terasa keras kalau disentuh.

Mereka berkembang di permukaan kulit dan kadang terasa nyeri.

Emboli : adalah koleksi bekuan darah atau materi partikulat (seperti kolesterol)

Fleksor : sebuah otot yang menyebabkan tungkai atau bagian lain menekuk;

mengurangi sudut bagian dalam sendi. Sebagai contoh: bisep adalah

fleksor sendi siku.

Ruam makulopapular : bintik-bintik dan benjolan kecil kemerahan pada kulit

Letargi : penurunan kesadaran dan pemusatan perhatian serta kesiagaan

Malaise : perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu (“tidak enak

badan”)

Perforasi Saluran Cerna : suatu kondisi medis yang ditandai dengan terbentuknya

suatu lubang pada dinding lambung, usus halus atau

usus besar, yang menyebabkan kebocoran isi usus

kedalam rongga perut.

Ikterus : suatu kondisi medis yang ditandai dengan menguningnya kulit dan

sklera (bagian putih pada bola mata)

Sistitis : inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh

menyebarnya infeksi dari uretra