seakeeping print

Upload: iswahyudi-aprilyastono

Post on 06-Jul-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    1/20

    TINJAUAN ASPEK SEAKEEPING

    DALAM PERANCANGAN KAPAL

    Oleh:

    Ir. Arifin, MT.

    Unit Pelakasana Teknis

    Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika

    Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    2/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   1

    1. PENDAHULUANEfektifitas pengoperasian suatu sistem terapung di laut, baik 

    kapal atau anjungan minyak lepas pantai, pada dasarnya sangat

    dipengaruhi oleh kelayaklautan ( seaworthiness) dari sistem tersebut.

    Dengan demikian, seaworthiness, yang selanjutnya merupakan indikasikeselamatan di laut, akan menjadi salah satu kriteria utama yang harus

    dipenuhi oleh sistem yang dirancang. Keselamatan di laut, dalam hal ini,

    meliputi keselamatan crew, barang-barang angkutan, penumpang,

    peralatan dan sistem itu sendiri. Dari gambaran ini, seaworthiness dapat

    dikatakan sebagai istilah umum yang menunjukkan kemampuan sistem

    untuk tetap selamat pada segala bahaya di laut seperti tubrukan, kandas,

    tenggelam dan pengaruh lain yang berkaitan dengan cuaca buruk.

    Kalau seaworthiness pada umumnya dijadikan sebagai indikasi

    keselamatan pada kondisi ekstrem, maka ada istilah   seakindlinesssebagai indikasi karakteristik respons sistem terapung terhadap kondisi

    lingkungan laut yang tidak terlalu buruk. Kriteria seperti pengoperasian

    yang ekonomis dalam kaitannya dengan kemampuan menjaga

    kecepatan, menjaga kinerja peralatan, memperkecil kemungkinan

    kerusakan komponen sistem dan barang yang diangkat, serta

    kenyamanan bagi penumpang dan crew, adalah merupakan faktor yang

    termasuk dalam kategori seakindliness. Untuk kapal perang,

    seakindliness meliputi juga kemampuan operasi yang efektif dariperalatan-peralatan elektronik, mekanis dan persenjataan di atas

    geladak.

    Kedua kriteria umum untuk sistem terapung sebagaimana

    dijelaskan di atas, yaitu seaworthiness dan seakindliness pada dasarnya

    dapat dipenuhi dengan mempertimbangkan unjuk kerja sistem, atau

    diistilahkan dengan   Seakeeping. Seakeeping, sebagai indikasi teknis

    pengoperasian adalah merupakan suatu subyek yang cukup luas, yang

    meliputi gerakan sistem terapung (amplitudo, percepatan, phase),kebasahan geladak (deck wetness), hempasan gelombang (slamming),

    beban-beban hidrodinamis (tekanan, gaya, momen) dan sebagainya.

    Karena kualitas sekaeeping banyak dipengaruhi oleh beban

    lingkungan, maka karakteristik gelombang laut, sebagai faktor beban

    luar yang paling dominan, harus dipelajari secara mendasar dan sebagai

    bagian yang terpadu dari keseluruhan proses evaluasi seakeeping. Pada

    evaluasi seakeeping nantinya, keganasan (severity) lautan tentu saja

    tidak dapat didefinisikan secara absolut. Hal ini terutama karena untuk 

    tiap-tiap sistem ukuran intensitas kondisi laut (sea state) hanya dapat

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    3/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   2

    ditentukan dengan mengacu pada besarnya respons dari sistem secara

    individu. Dengan demikian, batas keganasan gelombang akan berlaku

    berbeda-beda untuk tiap-tiap sistem. Sebagai contoh, kondisi laut 4 (sea

    state 4) mungkin sudah sangat ekstrim untuk pengoperasian kapal-kapal

    patroli kecil, namun untuk kapal kontainer besar atau semi-submersiblekondisi laut yang demikian masih dianggap cukup aman dalam

    pengoperasiannya. Dari pertimbangan ini maka perlulah dipakai suatu

    parameter standar yang terukur untuk diterapkan dalam menguji kualitas

    seakeeping secara absolut, yaitu yang dikenal sebagai kriteria

    seakeeping.

    2. TEORI GERAK DAN PERKEMBANGANNYA

    Peneliti yang dapat dianggap pionir dalam memberikan dasar-dasarteori gerak kapal atau Bangunan Laut Terapung (BLT) adalah Froude,

    yaitu pada tahun 1861 telah menunjukkan metode analisa rolling untuk 

    kapal terapung di atas gelombang dari samping kapal [1]. Pada tahun

    1896 Krylov, seorang angkatan laut dari Rusia telah menambahkan

    referensi gerak kapal dengan analisanya untuk gerakan pitching dan

    heaving akibat gelombang [2]. Kemudian peneliti ini juga memberikan

    teori gerak kapal dalam mode enam derajad kebebasan (6 dof).

    Dalam analisanya, Froude dan Krylov menerapkan asumsi bahwakeberadaan kapal tidak mempengaruhi perubahan medan tekanan dari

    gelombang induksi. Dengan demikian gaya-gaya gelombang yang

    bekerja pada kapal dapat diperoleh dengan mengintegrasikan distribusi

    tekanan gelombang pada benda yang diam. Analisa yang demikian

    selanjutnya dikenal sebagai hipotesis Froude-Krylov.

    Pada awal abad ke-20, kemajuan dalam teori gerak kapal telah

    banyak dicapai, utamanya dalam metode perhitungan koefisien-

    koefisien massa tambah (added mass) dan redaman hidrodinamis(damping) untuk benda-benda 2 dimensi maupun 3 dimensi yang

    terapung. Kemajuan teori ini telah disumbangkan oleh sejumlah peneliti

    antara lain Lewis [3] dan Haskind [4].

    Perkembangan teori gerak kapal selanjutnya adalah seperti yang

    disajikan oleh Korvin-Kroukovsky pada tahun 1950 an. Para peneliti ini

    menerapkan konsep gerakan relatif dalam memecahkan masalah difraksi

    (refleksi gelombang insiden akibat keberadaan benda). Dalam hal ini

    gerakan osilasi dari tiap-tiap strip 2-dimensi dalam kasus radiasi secara

    sederhana digantikan dengan gerakan relatif antara benda yang tidak 

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    4/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   3

    bergerak dan keadaan permukaan gelombang pada setiap waktu, untuk 

    kemudian diperoleh gaya difraksi.

    Perkembangan teori seperti di atas, semuanya masih terbatas pada

    kondisi ideal, dalam artian bahwa kapal mengalami gerakaakibat

    gelombang beraturan (sinusoidal). Pada kenyataannya, kapal yangbergerak di laut akan mengalami eksitasi yang bersifat acak (random),

    sesuai dengan sifat alami dari gelombang laut. Berkenaan dengan hal

    ini, suatu loncatan dalam pemecahan permasalahan gerak kapal di laut

    telah dilakukan oleh Pierson & St. Denis pada tahun 1953 [5]. Kedua

    peneliti ini menunjukkan bahwa gelombang laut yang acak dapat

    diuraikan menjadi komponen-komponen gelombang sinusoidal, atau

    dikenal sebagai spektra gelombang. Selanjutnya gerak kapal pada

    kondisi riil dapat dianalisis dengan memadukan antara teori gerak 

    umum, yang diturunkan secara matematis, dengan model stokastik darimedan gelombang lautan.

    Berikut ini akan diuraikan mengenai formulasi dasar gerakan kapal

    akibat eksitasi gelombang beraturan, yang juga berlaku untuk BLT

    lainnya. Definisi gerakan dalam enam derajad kebebasan dapat

    dijelaskan dengan Gbr 1. Dengan memakai konvensi sumbu tangan

    kanan, tiga gerakan translasi pada arah sumbu x, y dan z adalah masing-

    masing surge, sway dan heave, sedangkan untuk gerakan rotasi terhadap

    ketiga sumbu adalah roll, pitch dan yaw.

    Gambar 1. Mode Gerakan Kapal

    Dengan asumsi bahwa gerakan-gerakan osilasi tersebut adalah linear

    dan harmonik, maka enam persamaan differensial gerakan kopel dapat

    dituliskan sebagai berikut:

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    5/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   4

    ∑   +   ̈   +   ̇   + = , = 1. .6(1)

    dimana M jk  adalah komponen matriks massa BLT, A jk  dan B jk  adalah

    matriks untuk koefisien-koefisien massa tambah dan redaman, C jk 

    adalah koefisien gaya hidrostatik pengembali, dan F j adalah amplitudogaya eksitasi dalam besaran kompleks. F1, F2, dan F3 adalah amplitudo

    gaya yang mengakibatkan surge, sway dan heave, sedangkan, F4, F5, dan

    F6 adalah amplitudo momen eksitasi untuk roll, pitch dn yaw. Tanda

    titik menunjukkan turunan terhadap waktu.

    Setelah menjelaskan dengan seksama tentang teori gerak kapal,

    pada akhirnya hasil yang diperlukan oleh perancang adalah informasi

    karakteristik gerakan tersebut. Informasi ini pada umumnya disajikan

    dalam bentuk grafik, dimana perbandingangerakan pada mode tertentu

    z j dengan parameter tinggi (atau amplitudo gelombang, ζa) diberikan

    sebagai fungsi frekuensi encounter ωedari sumber eksitasi. Di sampingitu besarnya gaya yang bekerja juga dapat disajikan dalam bentuk yang

    sama, bilamana diperlukan. Informasi gerakan yang demikian

    dinamakan Response Amplitude Operator (RAO), seperti dicontohkan

    dalam Gbr. 2 berikut.

    Gambar 2. Contoh RAO Gerakan Roll dan Pitch

    Perlu juga disampaikan bahwa pemecahan masalah gerak BTP

    sekarang ini telah banyak didukung dengan penelitian berdasarkan

    metode ekperimental. Peranan laboratorium hidrodinamika sangat besar

    dalam hal ini. Data-data gerak BLT sampai dengan tahun 70-an masih

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    6/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   5

    banyak diperoleh dari pengukuran model fisik. Data-data ini kemudian

    dipakai dalam pengujian validitas hasil-hasil dari model matematis.

    Hingga saat ini, meskipun masalah gerak kapal yang sangat kompleks

    tersebut sudah dapat diselesaikan secara akurat dengan model

    matematis, namun data-data model fisik masih tetap terpakai dalamberbagai perancangan praktis.

    3. SPEKTRA GELOMBANG DAN RESPONS GERAKAN BLT

    Analisa seakeeping tidak akan mempunyai manfaat praktis tanpa

    informasi karakteristik gelombang dimana BLT akan dioperasikan.

    Dalam bab ini perlu dijelaskan karakteristik gelombang laut dengan

    konsep spektra gelombang. Dengan pemaduan antara spektragelombang dan perilaku gerak kapal di atas gelombang beraturan akan

    didefinisikan gerakan BLT di atas gelombang riil.

    3.1. Karakteristik Gelombang Acak

    Bilamana seseorang mengamati permukaan laut terutama saat

    terjadi angin, maka akan terlihat perubahan-perubahan puncak 

    gelombang dan gerakan gelombang dengan arah yang tidak beraturan.

    Sifat gelombang laut yang kacau seperti ini telah menjadi kendalakemajuan penelitian perilaku bangunan laut. Meskipun begitu, akhir-

    akhir ini telah dicapai kemajuan-kemajuan melalui penerapan metode

    statistik untuk mendapatkan kuantifikasi sifat-sifat gelombang. Metode

    ini diterapkan pertama kali oleh Pierson dan St. Denis [5], kemudian

    terbukti menjadi dasar pengetahuan untuk mengidentifikasi perilaku

    bangunan terapung di laut.

    Gambar 3 berikut ini menunjukkan contoh time history elevasi

    gelombang. Time history tersebut menunjukkan patron gelombang acak,

    yang tentunya tidak dapat dikenal patronnya yang spesifik. Dengan

    demikian parameter gelombang akan lebih tepat bila didefinisikan

    dengan memakai besaran-besaran statistik sebagai berikut:ζa harga rata-rata (mean) berbagai pengukuran amplitudo gelombangHa harga rata-rata dari berbagai pengukuran tinggi gelombang

    Tp harga rata-rata dari berbagai periode puncak gelombang

    TZ harga rata-rata dari berbagai periode silang gelombang

    ζ1/3 harga rata-rata dari 1/3 jumlah keseluruhan ζa yang tertinggiH1/3 harga rata-rata dari 1/3 jumlah keseluruhan Ha yang tertinggi

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    7/20

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    8/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   7

    komponen gelombang sinusoidal dengan amplitudo ζn0 dan frekuensi ωn,yang dapat digambarkan sebagaimana Gbr 4 berikut.

    Gambar 4. Gelombang Sinusoidal sebagai Komponen Gelombang Acak 

    3.2. Spektrum Energi Gelombang

    Ukuran intensitas dari komponen-komponen gelombang sinusoidalyang membentuk gelombang acak pada umumnya dinyatakan dalam

    bentuk spektrum kepadatan amplitudo energi gelombang (disingkat

    spektrum energi gelombang). Dalam hal ini, besarnya energi per satu

    meter persegi permukaan gelombang, untuk komponen gelombang

    sinusoidal ke-n adalah:

    =

    (7)

    Spektrum energi gelombang kemudian didefinisikan, sehingga luasanyang dibatasi oleh rentang frekuensi tertentu adalah proporsional dengan

    energi total (per m2

    permukaan laut) dari semua komponen gelombang

    dalam rentang frekuensi tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan

    bahwa luasan total yang dibatasi oleh spektrum adalah proporsional

    dengan energi total per m2

    dari keseluruhan sistem gelombang.

    Berdasarkan analisa matematis dapat diketahui bahwa varian elemen

    depresi gelombang acak adalah sama dengan luasan di bawah kurva

    energi gelombang yang dapat dituliskan sebagai persamaan berikut:

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    9/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   8

    = ∑ ( )   = ∫   ( )∞∞ (m

    2)

    (8)

    Demikian halnya dengan kecepatan dan percepatan permukaan

    gelombang dapat dianalisis dengan cara yang sama sehingga diperoleh:

    = ∫   ( )∞

    (m2 /det

    2) (9)

    = ∫   ( )∞

    (m2 /det

    4) (10)

    Ochi & Bolton [6] menunjukkan bahwa periode puncak rata-rata dari

    gelombang acak adalah

    = 2⁄

    (det)

    (11)

    = 2⁄

    (det)

    (12)

    Perlu diketahui disini tentang hubungan antara Tp dan Tz dalam

    kaitannya dengan profil gelombang acak dan spektrumnya. Bila rasio

    Tp2 /Tz

    2mendekati atau sama dengan 1,0 maka profil gelombang akan

    menunjukkan elevasi yang berubah secara cepat melewati datum.

    Sebaliknya bila rasio cukup kecil maka perubahan tersebut lebih lambat.Kasus yang pertama disebut sebagai gelombang interval sempit (narrow

    band ), dan yang kedua disebut gelombang interval lebar (wide band ).

    Ukuran lebar atau sempitnya elevasi disebut dengan bandwidth

    parameter.

    Cartwright & Longuet-Higgins [7] menunjukkan bahwa tinggi

    gelombang (ataupun amplitudo) signifikan dapat mempunyai korelasi

    dengan luasan di bawah spektrum, sebagai berikut:

    ⁄   = 4,0 1 − (m)

    (13)

      ̅ ⁄   = 2,0 1 − (m)

    (14)

    Dengan demikian, untuk spektrum lebar (ϵ=1) maka:

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    10/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   9

    ⁄   = 2,83(15)

    Dan untuk spektrum sempit (ϵ=0):

    ⁄   = 4,00(16)

    3.3. Formula Spektrum Gelombang

    Dalam perancangan struktur bangunan apung, idealnya informasi

    karakteristik (spektra) gelombang untuk lingkungan dimana struktur

    akan dioperasikan harus tersedia lengkap. Meskipun demikian, belum

    semua wilayah lautan di dunia ini telah dilakukan obeservasikarakteristik gelombangnya. Untuk kebutuhan perancangan, maka

    spektra gelombang dari lokasi lain dengan kondisi yang mirip biasanya

    bisa diambil. Bila informasi inipun tidak tersedia maka dapat dipakai

    formula spektra gelombang yang dapat diperoleh dari berbagai institusi.

    Dewasa ini sudah banyak dipublikasikan informasi spektra

    dalam bentuk perumusan empiris. Untuk dunia kelautan, formula-

    formula yang banyak dikenal antara lain diberikan oleh Pierson &

    Moskowitz, Bretschneider, Ochi & Hubble, JONSWAP dan lain-lain.

    Bretschneider:

    (17)

    JONSWAP:

    (18)

    3.4. Gerak BLT di atas Gelombang Acak

    Gerakan BLT di atas gelombang acak dapat dianalisis dengan

    mentransformasikan spektrum gelombang menjadi spektrum gerakan.

    Hal ini dapat dilakukan dengan mengalikan harga kuadrad ResponseAmplitude Operator (RAO) dari mode gerakan tertentu dengan ordinat

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    11/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   10

    spektrum gelombang, pada frekuensi yang sama. Pendekatan yang

    diusulkan oleh ST. Denis & Pierson ini valid bila harga RAO adalah

    merupakan normalisasi amplitudo gerakan dengan amplitudo

    gelombang.

    Perlu digarisbawahi, bahwa untuk benda/kapal yang bergerak,frekuensi gelombang yang dialami akan berbeda dari frekuensi

    gelombang datang yang sebenarnya. Fenomena ini terjadi karena adanya

    gerakan relatif dari kapal yang mempunyai kecepatan dengan progresi

    gelombang. Frekuensi relatif ini diistilahkan dengan frekuensi papasan

    (encounter frequency, ωe). Hubungan antara ωe, kecepatan BLT, U,

    frekuensi gelombang insiden ω, dan arah relatif gelombang, µ, adalah:

    = 1 − cos (rad/det)

    (19)Seperti telah dijelaskan sebelumnya, spektrum gerak BLT merupakan

    hasil perkalian antara RAO dengan spektrum gelombang. Untuk 

    kapal/BLT yang berkecepatan U, maka persamaan spektrum gerakannya

    (contoh heave) adalah

    =   ( )

    (20)

    Dalam analisa gerakan BLT di atas gelombang acak, setelahspektrum gerakan diperoleh dengan prosedur di atas, maka besaran-

    besaran seperti amplitudo signifikan gerakan, kecepatan dan percepatan

    dapat ditentukan dengan menghitung momen-momen spektrum seperti

    telah dijelaskan dalam bab sebelumnya.

    Untuk BLT yang berada di atas gelombang dengan karakteristik 

    tertentu, maka gerakan terbesar yang mungkin terjadi dapat dirumuskan

    sebagai berikut:

      ̅   = 2⁄

    (21)

    4. PENGARUH-PENGARUH GERAKAN KAPAL

    Secara alami, disamping mengalami gerakan pada saat menerima

    beban eksitasi gelombang, pada BLT akan timbul juga fenomena lain

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    12/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   11

    yang dapat secara langsung merupakan efek gerakan itu sendiri. Efek-

    efek yang timbul tersebut tidak hanya berpengaruh pada kenyamanan ,

    tetapi lebih jauh lagi berakibat pada penurunan kekuatan struktur dan

    kinerja peralatan. Disamping itu, untuk kapal, dampak lain yang timbul

    adalah peningkatan kebutuhan tenaga atau penurunan kecepatan. Keduahal ini jelas akan berpengaruh pada segi ekonomi pengoperasian kapal.

    Berikut ini akan diuraikan 3 (tiga) aspek perilaku BLT yang diakibatkan

    oleh gerakan di atas gelombang, yakni beban gelombang primer,

    hempasan gelombang (slamming) dan tahanan tambah (added

    resistance).

    4.1. Beban Gelombang PrimerMetode klasik yang telah banyak dipakai dalam penentuan beban

    gelombang untuk perancangan struktur utama kapal adalah seperti yangdiperkenalkan oleh King[7]. Dalam metode pendekatan ini, beban

    (momen bending memanjang) untuk perancangan diperoleh dengan

    mengasumsikan kapal berada pada kondisi keseimbangan di atas

    gelombang trochoidal dengan ketinggian H=L/20. Dua kondisi untuk 

    mengevaluasi beban gelombang dilakukan, yaitu gelombang dengan

    puncak di tengah kapal (hogging) dan puncak pada ujung-ujung kapal

    (sagging).

    Hasil perhitungan beban gelombang dengan metoda-metoda di atasbiasanya cukup aman untuk kapal-kapal standard. Namun dengan

    berkembangnya jenis dan ukuran kapal modern, keabsahan metoda

    tersebut cukup diragukan. Untuk perancangan struktur supertanker,

    sebagai contohnya, analisa respons gelombang berupa momen bending

    memanjang saja belum cukup, karena struktur yang demikian juga

    rawan terhadap momen torsi, momen melintang serta gaya-gaya geser

    pada tiga arah sumbu.

    Prosedur analisa beban dinamis pada kapal yang bergerak di atas

    gelombang acak adalah sama dengan gerakan kapal. Hasil utama yang

    dieprlukan dalam perancangan struktur adalah beban ekstrim, dengan

    tingkat keyakinan sesuai pilihan perancang. Beban ini kemudian

    digunakan dalam analisa kekuatan maksimum (ultimate strength) dari

    struktur.

    Disamping untuk perhitungan ultimate strength, hasil perhitungan dalam

    bentuk domain frekuensi ini akan dapat digunakan dalam penentuan

    distribusi beban siklis.

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    13/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   12

    4.2. Hempasan Gelombang

    Bila kapal bergerak di atas gelombang yang secara gradual

    intensitasnya (tinggi gelombang) meningkat, maka pada saat tertentu

    bagian haluan kapal akan timbul/keluar di atas gelombang. Haluan yang

    timbul pada saat kembali ke bawah akan mengalami hempasan di ataspermukaan gelombang. Fenomena demikian disebut slamming.

    Intensitas slamming sangat tergantung pada tinggi gelombang, dan

    magnifikasi gerakan akibat resonansi. Sampai dengan level tertentu

    slamming ini menguat dan mengakibatkan getaran pada badan kapal,

    yang selanjutnya akan menyebabkan degradasi kenyamanan personil di

    atas kapal. Getaran besar ini pada kapal-kapal yang cukup lentur

    mempunyai karakteristik mirip lecutan atau disebut hull-whipping.

    Getaran akibat slamming yang terjadi, sedikit banyak akan berpengaruh

    pada kenaikan beban dinamis, yang dinamakan beban transien.Jadi cukup jelas bahwa gerakan BLT yang cukup ekstrim akan

    memperbesar kemungkinan kerusakan konstruksi. Kerusakan yang

    dominan akan terjadi di bagian dasar kapal atau BLT yang terhempas

    gelombang (kerusakan lokal). Lebih jauh lagi, beban transien akan akan

    memberikan kontribusi pada kemungkinan kerusakan pada struktur

    utama karena adanya superposisi dengan beban primer. Akibat lain yang

    bersangkutan dengan slamming pada kapal adalah terjadinya penurunan

    kecepatan.Dari berbagai penelitian tentang slamming, pada umumnya

    besarnya tekanan hempasan, Ps , dirumuskan sebagai fungsi suatu

    konstanta dan kecepatan hempasan, sebagai berikut:

    =   ( )

    (22)

    dimana:

    : massa jenis air

    k() : koefisien tekanan maksimumVR : kecepatan vertikal relatif badan kapal dan permukaan

    gelombang

    : sudut hempasan.

    Koefisien tekanan maksimum oleh sebagian besar peneliti diperoleh

    dengan metode eksperimen.

    Dalam model matematik gerakan BLT, kecepatan relatif VR dapat

    diturunkan dari gerakan vertikal relatif, ζR. karena BLT berada di atas

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    14/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   13

    gelombang regular, gerakan akan mempunyai bentuk sinusoidal, maka

    ζR dapat dituliskan menjadi:

    =   (   +   )(23)

    Selanjutnya, kecepatan vertikal relatif, VR, yang merupakan turunan

    terhadap waktu dari ζR dapat dituliskan sebagai berikut:

    =   ̇   =   (   +   )(24)

    4.3. Hempasan Gelombang

    Kapal atau BLT yang bergerak di laut bergelombang akan

    menerima tahanan tambah (added resistance) terhadap besarnya tahanan

    di air tenang. Tahanan tambahan ini pada dasarnya diakibatkan olehintensitas gerakan dan gaya gelombang. Akibat nyata dari tahanan

    tambah adalah penurunan kecepatan.

    Karena Response Amplitude Operator (RAO) untuk massa tambah:

    =

    (25)

    Maka analisa massa tambah di atas gelombang acak dapat diperoleh dariformulasi berikut:

    = ∫   ( )∞

    (26)

    4.4. Pengaruh Gerakan Kapal Terhadap Penumpang Kapal

    Gerakan kapal mempunyai 2 pengaruh yang tidak diharapkan

    terhadap penumpang di kapal. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa

    menyebabkan mabuk laut dan juga mempersulit seseorang dalam

    mengendalikan diri saat beraktifitas di kapal sehingga akan menurunkan

    kinerjanya selama berada di kapal.

    Organ keseimbangan manusia yang terletak di dalam telinga, dapat

    mendeteksi perubahan besaran dan arah percepatan gravitasi yang

    terjadi baik ke arah lateral maupun rotasional. Stimulasi yang berlebihan

    terhadap organ tersebut terutama pada kebanyakan orang akan

    mengakibatkan mabuk laut. Kondisi ini bisa menjadi lebih ringan

    dengan adanya signal visual dari mata yang memandang ke area yang

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    15/20

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    16/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   15

    Gambar 5. Motion Sickness Incidence vs frekuensi encounter.

    Dari gambar terlihat bahwa nilai MSI meningkat seiring dengan

    perbesaran percepatan dan terbesar pada harga frekuensi encounter

    sekitar 1.07 rad/det.

    4.4.2. Subjective Motion

    Seorang Anak Buah Kapal (ABK) yang telah berpengalaman dan

    terlatih sudah barang tentu tidak akan mengalami mabuk laut akibat

    terjadinya gerakan vertikal. Akan tetapi, pengaruh gerakan-gerakan

    tersebut akan menghalangi ABK dapat bekerja secara efektif. Belum ada

    metode yang tepat untuk memperkirakan besarnya pengaruh tersebut,namun Shoenberger [12] memberikan satu teknik berdasarkan hasil

    pengujian untuk tujuan tersebut.

    Dia menggunakan objek pilot yang duduk dikursi yang mampu

    membuat gerakan sinusoidal dengan amplitudo ± 1.5 m. Dari

    pengujiannya diperoleh suatu hubungan harga percepatan vertikal

    terhadap Subjective motion sebagaimana berikut:

    =  ̈   .

    (29)

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    17/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   16

    Selain itu diperoleh juga grafik hubungan percepatan vertikal dan

    Subjective Motion untuk menilai tingkat keseriusan gangguan respon

    gerakan yang terjadi terhadap efektifitas kerja ABK, sebagaimana

    ditunjukkan oleh Gambar 6 berikut.

    Gambar 6. Subjective Motion vs Percepatan Vertikal

    5. EFEKTIFITAS PENGOPERASIAN BLTDalam prakteknya seluruh analisa seakeeping diharapkan untuk 

    mampu memberikan petunjuk praktis tentang perilaku BLT yang

    beroperasi, baik dalam kurun waktu pendek  (short term) atapun waktu

    panjang (long term). Dari analisa perilaku berdasarkan kurun waktutersebut, maka dapat disimpulkan tingkat efektifitas pengoperasian

    BLT.

    5.1. Analisa Kurun Waktu Pendek

    Pada prinsipnya, analisis kurun waktu pendek ini diarahkan pada

    observasi kemampuan BLT untuk tetap bekerja dengan baik di atas

    gelombang yang karakteristiknya tidak berubah. Istilah gelombang yang

    karakteristiknya tidak berubah maksudnya adalah mempunyai tinggi

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    18/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   17

    gelombang signifikan, H1/3 yang tetap. Ochi [8] menunjukkan perkiraan

    kurun waktu gelombang konstan sebagai fungsi perubahan H1/3.

    Perkiraan yang diambil dari data statistik, memberikan indikasi bahwa

    kurun waktu, T, dimana gelombang mempunyai karakteristik konstan,

    akan lebih pendek dengan kenaikan harga H1/3. Sebagai contoh, kurunwaktu gelombang yang mempunyai tinggi signifikan H1/315m akan

    berkisar antara 3 s/d 6 jam, dan untuk H1/33,5m akan berkisar antara 40s/d 45 jam.

    Dalam melakukan evaluasi kemampuan kapal untuk beroperasi

    dengan efektif pada kondisi gelombang tertentu, biasanya dipakai acuan

    standard yang disebut kriteria seakeeping. Bagi perancang, ada

    sejumlah kriteria seakeeping yang dapat dipakai, yang telah

    dipublikasikan oleh beberapa institut maupun para peneliti secara

    individual. Kriteria-kriteria tersebut pada umumnya disusun berdasarkan

    informasi pengalaman operator kapal, antara lain meliputi gerakan kapal

    yang melampaui kemampuan ketahanan tubuh crew, tingkatan mabuk 

    laut penumpang, bahaya kerusakan struktur akibat hempasan, dan

    faktor-faktor keselamatan lainnya. Contoh kriteria seakeeping yang

    biasa dipakai untuk kapal, cukup bervariasi antara satu sumber dengan

    sumber yang lain seperti tabel berikut [9].

    Tabel 1. Kriteria Seakeeping untuk KapalUmum:

    1. Amplitudo roll rata-rata, maksimum 120.

    2. Amplitudo pitch rata-rata, maksimum 30.

    3. Maksimum 3 kali slamming untuk 100 siklus gerakan.

    4. Air naik ke geladak, maksimum tiap 2 menit.

    5. Gerakan relatif haluan untuk rata-rata 1/10 tertinggi,

    maksimum 10m.

    6. Gerakan relatif signifikan pada propeller maksimum 4m.

    Helikopter:

    7. Harga dua kali amplitudo roll signifikan, maksimum 12,80.

    8. Harga dua kali amplitudo gerakan vertikal pada landasan

    helikopter, maksimum 2,75m.

    9. Kecepatan vertikal signifikan pada landasan helikopter,

    maksimum 2 m/det.

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    19/20

    Workshop Kelaikan Laut Militer_Seakeeping   18

    Dalam bab terdahulu telah dijelaskan tentang prosedur perhitungan

    harga-harga karakteristik (signifikan, rata-rata). Harga-harga

    karakteristik ini kemudian dihitung untuk tiap-tiap tinggi gelombang

    signifikan dengan periode tertentu, sesuai dengan perumusan spektrum.

    Harga yang didapat kemudian dikorelasikan dengan batasan-batasanyang ada dalam kriteria. Bila harga dari perhitungan lebih besar dari

    harga maksimum dari kriteria, berarti unjuk kerja BLT pda tinggi

    gelombang signifikan dan periode tertentu, tidak lagi dapat ditolerir. Hal

    ini berarti tinggi gelombang signifikan tersebut menjadi batasan

    maksimum BLT agar dapat beroperasi dengan baik.

    5.2. Analisa Kurun Waktu Panjang

    Dalam analisa kurun waktu panjang, informasi seakeeping yangakan diperoleh adalah jumlah prosentase kapal akan tetap beroperasi

    untuk periode waktu yang lama. Misalnya dalam satu tahun atau seumur

    kapal (sekitar 20 tahun). Untuk melakukan perhitungan, diperlukan

    data-data mode operasi, yaitu kecepatan, tinggi gelombang signifikan

    dan arah datangnya gelombang (wave heading). Semua data operasi ini

    dicatat probabilitas kejadiannya dalam periode waktu pengoperasian

    kapal tersebut.

    Dari analisa spektrum sebagaimana dijelaskan dalam babsebelumnya, untuk tiap-tiap interval mode operasi, dapatlah dihitung

     jumlah respons per satuan waktu (n0), yaitu:

    =

    (30)

    Dengan mempertambahkan semua jumlah respons per satuan waktu dari

    tiap-tiap mode operasi yang telah diperkalikan dengan probabilitas

    kejadian masing-masing komponen mode dan kemudian mengalikannyadengan jangka waktu operasi, TL, maka dapat diperoleh jumlah respons

    total:

    =   ∑ ∑ ∑ ∑ xTL(31)

    dimana

    pi : Probabilitas kecepatan

    p j : Probabilitas sudut gelombang

    pk  : Probabilitas gabungan dari H1/3 dan periode tertentu

    pl : Probabilitas sudut probabilitas spektrum

  • 8/18/2019 Seakeeping Print

    20/20