sejara islam asia tenggara.docx

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesultanan aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan islam yang pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Bandar Aceh Darussalam dengan sultan pertamanya adalah sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1 jumaidah awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu ( 1496- 1903), Aceh mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, berkomitmen dalam menentang imperialism bangsa Eropa, memiliki sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat- pusat pengkajian ilmu pengetahuan, dan menjalin hubungan diplomatic dengan negara lain. Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mugahayat Syah pada tahun 1496. Pada awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian mendudukan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya , Pedir, Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan kesultanan Aceh diikuti dengan Aru. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah kesultanan aceh Darussalam ditinjau dari kejayaan dan kemunduran nya ? 1 | Sejarah Islam Asia Tenggara

Upload: wahyurahmadani

Post on 10-Apr-2016

49 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejara islam asia tenggara.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesultanan aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan islam yang pernah berdiri di

provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota

Bandar Aceh Darussalam dengan sultan pertamanya adalah sultan Ali Mughayat Syah yang

dinobatkan pada Ahad, 1 jumaidah awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam

sejarahnya yang panjang itu ( 1496- 1903), Aceh mengembangkan pola dan sistem

pendidikan militer, berkomitmen dalam menentang imperialism bangsa Eropa, memiliki

sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu

pengetahuan, dan menjalin hubungan diplomatic dengan negara lain.

Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mugahayat Syah pada tahun 1496. Pada

awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian mendudukan dan

menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya , Pedir, Lidie, Nakur.

Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan

kesultanan Aceh diikuti dengan Aru.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah kesultanan aceh Darussalam ditinjau dari kejayaan dan

kemunduran nya ?

2. bagaimana sistem dan struktur pemerintahan kesultanan aceh Darussalam?

3. Apakah dasar hukum/perundang-undangan kesultanan aceh Darussalam?

4. Bagaimana studi islam pada masa kesultanan aceh abad 17 masehi?

C. Tujuan

untuk mengetahui sejarah tentang kejayaan aceh Darussalam dan sebab kemundurannya

ditinjau dari aspek ekonomi,politik dan social serta studi islam pada masa itu.

1 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 2: Sejara islam asia tenggara.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kerajaan Aceh Darussalam

Aceh dalam sejarah perkembangannya memiliki beberapa kerajaan besar. Di awali

dengan Kerjaaan Peureulak. Munculnya imperialisme dan kolonialisme menimbulkan

reaksi dari pihak-pihak yang menjadi korban. Banyak kerajaan di Nusantara yang

akhirnya berperang dengan kaum pendatang yang mengedepankan imperialisme dan

monopoli perdagangan. Salah satu kerajaan yang memerangi imperialisme dan

kolonialisme Barat adalah kerajaan Aceh Darussalam. Berdirinya kerajaan Aceh

Darussalam erat kaitannya dengan penaklukan kota Malaka oleh Bangsa Portugis pada

tahun 1511 M.1 Akibat pendudukan Malaka oleh Portugis pada tahun 1511 M sangat luas,

Portugis memegang kunci perdagangan di Selat Malaka dan Asia Tenggara umumnya.

Walaupun pendudukan ini bersifat komersil, namun motivasi agama (perang salib) tidak

pernah pudar dari ingatan mereka. Para ulama dan pedagang muslim pindah ke tempat

lain seperti Pidie dan Pasai. Portugis tidak mentolerir akhirnya mereka berusaha

menguasai Pidie pada tahun 1520 dan Pasai tahun 1521.

Maka pada saat itu Kerajaan Aceh Darussalam memperkuat kekuatannya untuk

mengusir Portugis. Dan pada tahun 1524 Kerajaan samudera Pasai menjadi bagian dari

kerajaan Aceh Darussalam, karena berhasil mengusir Portugis.

Kesultanan aceh darussalam diduga berdiri pada abad ke 15 M diatas puing-

puing kerajaan lamuri oleh sultan muzzafar syah (1465 – 1497 M). Menurut anas

machmud, dialah yang membangun kota Aceh Darussalam dan pada masa

pemerintahannya Aceh mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan karena saudagar

–saudagar muslim yang sebelumnya berdagang dengan malaka memindahkan kegiatan

mereka ke aceh , setelah malaka dikuasai portugis (1511 M). Kerajaan islam ini menjadi

kuat dan masyhur diseluruh dunia . banyak pedagang asing berlabuh dan datang keaceh

untuk berniaga yang menjadi tumpuan pedagang internasional. Sultan Ali Mughayat

mendirikan Kesultanan Aceh pada tahun 1496 yang pada mulanya kerajaan ini berdiri

atas wilayah kerajaan lamuri. Pemerintahan kesultanan Aceh kemudian menundukan dan

menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur.

1 Usman Husen, dkk, Aceh Serambi Mekkah, (Banda Aceh: Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008), hal: 42.

2 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 3: Sejara islam asia tenggara.docx

Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan

Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru.2 Aceh Darussalam menerima Islam dari Samudera

Pasai yang kemudian menjadi bagian dari wilayah kerajaan Aceh Darussalam mendekati

pertengahan abad ke 14 M.3

Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan ’Ali Mughayat Syah itu

adalah kerajaan Islam. Sultan Ali Mughayat Syah meninggal dunia pada 12 Dzulhijah

tahun 936 Hijriah atau pada 7 Agustus 1530. Ali mughayat syah digdantikan oleh anak

sulungnya salah addin (1528 – 1537). ia menyerang malaka pada tahun 1537,tetapi

mengalami kegagalan .salah ad-din digantikan oleh saudaranya ,alauddin ri’ayat syah al

kahhar (1537-1568).4

Pada masa pemerintahannya ia berhasil menaklukan aru dan johor, bahkan dengan

bantuan persenjataan dinasti ottoman ,ia menyerang portugis di malaka.5 Allaudin Ri’ayat

syah digantikan oleh sultan ali ri’ayat syah (1607-1607), dan sultan iskandar muda, gelar

mahkota alam (1607-1636). Dari kesultanan itu, islam kemudian tersebar ke berbagai

negeri-negeri melayu lainnya. pengaruh dan kekuasaan kesultanan aceh darussalam pada

saat itu sangat dirasakan dikepulauan sumatra dan semenanjung tanah melayu, terutama

ketika kesultanan itu berada dibawah pemerintahan sultan iskandar muda (1608-1637) 6seluruh serangan yang dilancarkan oleh pihak portugis dapat ditangkis oleh sultan-sultan

aceh. mereka juga telah menanamkan pengaruh islam .islampun berkembang dengan

pesat dan mendapat dukungan dari penguasa diharamayn (mekkah dan madinah), dan

memperoleh keabsahan dari sana.

Berbeda dengan daerah lainnya dinusantara, dalam sejarah dan tradisi aceh, pusat

kekuasaan didirikan dan diyakini sebagai diberi dasar oleh islam dengan kata lain

islamlah yang memberi dasar bagi adanya pusat kekuasaan itu; islam berkembang seiring

dengan berdirinya kerajaan itu. Ini berbeda dengan malaka, makasar, dan kota-kota pantai

lainnya, dimana proses islamisasi dipusat kerajaan terajaan terjadi ketika pedagang islam

2 Helmiati.sejarah islamasia tenggara. (pekanbaru: zanafa pubhlising , 2011 ) hal:.31

3 Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: Pusat Studi Wanita (PSW) IAIN Ar-Raniry, 2009),

hal: 208.

4 Denys lombard, kerajaan aceh jaman sultan iskandar muda (1607-1636), (jakarta :balai pustaka ,1986) hal:

49-50.

5 Siti maryam dkk.op.cit hal: 326

6 Hasan muarif ambary , ensiklopedi islam, jilid 5 (jakarta: pt ichtiar baru van hoeve, 1993) hal: 343.

3 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 4: Sejara islam asia tenggara.docx

yang menguasai kehidupan kota berhasil menarik “raja yang kafir” untuk masuk islam.

jika dijawa, pusat kekuasaan (keraton) dikalahkan oleh islam dari pinggiran (majapahit

dikalahkan oleh aliyansi demak-kudus), maka aceh tidak mengenal konfrontasi kekuasaan

seperti itu.

Kesultanan aceh darussalam didirikan atas dasar islam ; islamlah yan menjadi

dasar bagi adanya kekuasaan kesultanan itu. Dengan demikian penguasa kesultanan aceh

tidaklah terjerat oleh keharusan untuk melanjutkan sistem dan tradisi lama, melainkan

mendapatkan kesempatan untuk merumuskan tradisi baru yang relatif terlepas dari

keharusan doktrin dan kenyataan sosial yang ada sebelumnya. sementara defenisi

keislaman diperteguh,yang mencapai puncaknya diabad 17, pengatur sistem kekuasaan

yang relevanpun dirintis pula.

Dalam Adat Mahkota Alam, yaitu Undang-undang dasar Kerajaan Aceh

Darussalam, yang diciptakan atas arahan Sultan Iskandar Muda, misalnya, disebutkan

bahwa sumber-sumber hukum yang dipakai dalam negara ialah Al-Qur’an, Al-Hadits,

Ijmak’ Ulama Ahlussunnah dan Qiyas.7

Dari segi praktik, syari’at Islam juga ditegakkan tanpa pandang bulu. Iskandar

Muda dalam sejarah diceritakan bahwa ia pernah menjatuhkan hukuman mati (rajam)

kepada putranya sendiri Meurah Pupok, yang didapatinya salah melakukan zina dengan

istri seorang perwira muda. Beliau juga membatalkan adat-adat zalim yang dipusakai dari

zaman Hindu seperti saksi-saksi dikehendaki mencelur tangan ke dalam minyak panas

atau menjilat besi panas untuk menguji kebenaran pernyataan-pernyataan mereka.8

Selain itu, Iskandar Muda juga mengantar para mubaligh Islam ke negeri-negeri

yang bukan Islam seperti Batak yang telah ditaklukkannya. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa baginda Raja Iskandar Muda telah menggalakkan Dakwah Islamiyah,

seperti yang dituntut oleh Syara’.

Dalam bidang pendidikan pula, Pada masa kerajaan Aceh Darussalam ini telah

menggalakkan ulama-ulama dari luar, seperti tanah Arab, India dan lain-lain untuk

menetap dan mengajarkan ilmu-ilmu agama di Aceh. Para ulama tersebut diberi

perlindungan penuh oleh pemerintah kerajaan. Dari sinilah kemudian muncul ulama-

7 A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesi; Kumpulan Pra Saran

pada Seminar 17-20 Maret 1963 di Aceh, (Bandung: Al-Ma’arif, 1993), hal: 249.

8 Ibid., hal: 250.

4 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 5: Sejara islam asia tenggara.docx

ulama masyhur seperti Hamzah Fansuri, Syamsyuddin as-Sumaterani, Syekh Nuruddin

Ar-Raniry, yang berasal dari Ranir (Rander), Gujarat, India, dan Abdurrauf dari Singkil,

dan lain-lain.9

Adapun silsilah penguasa kerajaan Aceh Darussalam dapat dilihat sebagai

berikut:

1.    Sultan Ali Mughayat Syah

2.    Sultan Salahaddin

3.    Sultan Alaaddin Riayat Syah al-Qahhar

4.    Sultan Ali Riayat Syah

5.    Sultan Muda

6.    Sultan Sri Alam

7.    Sultan Zainal Abdidin

8.    Sultan Alaaddin Mansur Syah

9.    Sultan Ali Riayat Syah

10.  Sultan Alaaddin Riayat Syah Sayyid al-Mukammil

11.  Ali Riayat Syah

12.  Sultan Iskandar Muda

13.  Sultan Iskandar Tsani, Alaain Mughayat Syah

14.  Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah (1641-1676 M).

15.  Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah (1676-1678 M).

16.  Sultanah Inayat Zakiatuddin Syah (1678-1688 M).

17.  Sultanah Kamalatuddin Syah. (1688-1699 M) 10

18.  Sultan Badrul Alam Syarif Hasyim Jamaluddin (1699-1702)

19.  Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703)

20.  Sultan Jamalul Alam Badrul Munir (1703-1726)

21.  Sultan Jauharul Alam Aminuddin (1726)

22.  Sultan Syamsul Alam (1726-1727)

23.  Sultan Alauddin Ahmad Syah (1727-1725)

24.  Sultan Alauddin Johan Syah (1735-1760)

25.  Sultan Mahmud Syah (1760-1764)

26.  Sultan Badruddin Johan Syah (1764-1765)

27.  Sultan Mahmud Syah (1765-1773)

9 Ibid., hal: 250

10 Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban …, hal: 208.

5 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 6: Sejara islam asia tenggara.docx

28.  Sultan Sulaiman Syah (1773)

29.  Alauddin Muhammad Syah (1781-1785)

30.  Sultan Alauddin Jauhar al-Alam (1795-1823)

31.  Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1820)

32.  Sultan Alauddin Jauhar al-Alam (1820-1823)

33.  Sultan Muhammad Syah (1823-1838)

34.  Sultan Sulaiman Syah (1838-1857)

35.  Sultan Mansur Syah (1857-1870)

36.  Sultan Mahmud Syah (1870-1874)

37.  Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903) ia ditangkap oleh belanda dan diturunkan

tahta pada tahun 1903

Kedudukan kerajaan Aceh Darussalam di mata International ketika itu, khususnya

pada masa Sultan Iskandar Muda abad ke-16 dipandang 11sebagai suatu negeri yang

diakui kedudukannya secara istimewa di kalangan dunia Islam, disegani oleh bangsa

Eropa bahkan di akui kehebatannya oleh kesultanan Turki. Kedatangan meriam

”secupak” yang ditempatkan di halaman ”dalam” (royal enclosure) di Banda Aceh adalah

lambang pengakuan tersebut. Bahkan bukan hanya itu saja, Bendera yang berwarna

merah dengan bintang bulan yang dipakai oleh kerajaan Aceh adalah bendera yang

dipakai juga oleh kesultanan Turki pada waktu itu Dengan kekuatan senjata dan

dukungan international Aceh berusaha mengusir Portugis dari Malaka.

Selain itu Aceh memiliki keunikan tersendiri yang patut dicatat dalam sejarah

perkembangan Islam di Asia Tenggara, dimana kedudukan perempuan pada abad ke-17

telah memperlihatkan pada dunia bahwa daerah ini merupakan salah satu kerajaan Islam

yang membolehkan perempuan memimpin kerajaan. Dalam catatan sejarah kerajaan Aceh

Darussalam ada 4 ratu yang secara resmi menjadi penguasa kerajaan yaitu: Sultanah Tajul

Alam Safiatuddin Syah (1641-1676 M), Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah (1676-

1678 M), Sultanah Inayat Zakiatuddin Syah (1678-1688 M) dan Sultanah Kamalatuddin

Syah. (1688-1699 M).12

Kepemimpinan perempuan dalam sejarah Aceh tidak hanya dalam bentuk

kekuasaan eksekutif semata tapi juga legislatif dalam parlemen. Ada banyak kebijakan

dan perubahan dari periode kepemimpinan perempuan yang layak di catat seperti upaya

11 A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya…, hal: 295

12 Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban …, hal: 212

6 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 7: Sejara islam asia tenggara.docx

untuk mengedepankan sistem demokrasi yang mulai dilakukan di masa pemerintahan

Tajul Alam Safiatuddin dan ratu-ratu setelahnya melalui pemerintahan tiga sagi.13

Keberhasilan kerajaan Aceh Darussalam disebabkan oleh kekuatan politik dan pola

pendidikan yang berlangsung pada saat itu. Dari segi politik pemerintahan, setiap raja di

Aceh didampingi oleh alim ulama. Dari segi lembaga pendidikan, Aceh memiliki dayah-

dayah yang cukup populer sebagai pusat studi Islam. Keberadaan dayah sebagai pusat

pendidikan Islam masa lalu yang sudah menghasilkan sejumlah ulama dan tokoh-tokoh

yang berpengaruh dimasanya memang tidak diragukan lagi. Pemimpin-pemimpin Aceh

pada masa lalu seperti Sultan Iskandar Muda adalah juga alumni dayah. Dayah pada masa

lalu telah sukses mengintegrasikan pendidikan umum dan pendidikan agama, salah

satunya adalah out put dayah bukan hanya ulama saja tapi juga mampu menjadi seorang

politikus atau negarawan yang berpengaruh. Ini semua dikarenakan bahwa pendidikan

dayah saat itu yang tidak dikotomi.

B. Kejayaan aceh darussalam

Kesultanan aceh darussalam mencapai kejayaan pada abad ke 17 M. hal ini agaknya

sangat terpengaruh oleh kemunduran kerajaan malaka yang mengalami pendudukan

orang–orang portugis. Antara lain karena saudagar muslim yang sebelumnya berdagang

dengan malaka memindahkan kegiata mereka ke aceh, setelah malaka dikuasai portugis

(1511 M). ketika malaka jatuh sultan ali mughayat syah mulai melebarkan kekuasaan

kedaerah sekitarnya, bahkan kesultanan ini berhasil mengusir portugis dari pasai tahun

1524. Pada puncak kemegahannya hegemoni politik kesultanan ini mencapai pesisir barat

minangkabau dan mencakup pedir, pasai, perlak, dehi, johor, kedah, pahang dll.

Dalam bentuk pemerintahan negara kota abad ke 17, aceh bukan saja jauh dikenal,

tetapi menurut A.H Johns,berdasar kan semua bukti yang ada nampaknya aceh sangat

penting, aceh menjdi pusat perkembangan sebuah kerajaan maritim yang perkasa yang

sangat islami dan mandiri dalam perdagangan .kesultanan ini juga punya hubungan

internasional yang luas jangkauannya .sejauh menyangkut hubu gan dengan timur

tengah ,tidak ada negara lain dinusantara yang mempunyai hubungan politik dan

diplomatik yang begitu intens dengan kerajaan islam dimughal,persia dan turki ustmani

kecuali aceh . dengan jalinan persahabatan itu turki utsmani membantu aceh dibidang

politik militer . karena itu posisi aceh pada abad ke-16 diakui didunia islam secara

13 Ibid., hal: 214-218

7 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 8: Sejara islam asia tenggara.docx

internasional . pada masa ini aceh merupakan negri yang sangat kaya dan makmur ,selain

dikenal sebagai penghasil kapur barus dan menyan ,juga dikenal sebagai penghasil timah

dan rempah – rempah seperti lada dan kopi .aceh juga menempati letak strategis dengan

posisi nya sebagai pusat pelabuhan dagang dan jalur transportasi dengan negara negara

lain.

Kemajuan aceh dibidang agama ditandai dengan munculnya aceh sebagai kiblat

pengajaran islam ,aceh menjadi center ilmu pengetahuan diasia tenggara yang melahirkan

nama-nama para intelektual muslim seperti Hamzah fansuri (w.1600 ) ,syamsuddin al-

sumatrani (w.1630) nuruddin al-raniri (w.1657) dan abdul rauf al-sinkili

(w.1660 ) .sekitar abad ke-17/18 M .keempat tokoh tersebut mewarnai pemikiran

keagamaan kesultanan aceh . al- raniri dan sinkili adalah dua ulama dengan peranan yang

penting dalam menghadirkan pembaharuan –pembaharuan keagamaan dan dalam

membawa tradisi besar islam ke wilayah melayu indonesia dengan menghalangi

kecendrungan kuat pengaruh tradisi lokal kedalam islam .

Selain itu aceh juga berperan sebagai pintu gerbang ke tanah suci bagi para peziarah

dan pelajar jawi yang menuju ke mekkah , madinah , dan pusat pengetahuan di mesir

serta bagian-bagian lain dari pusat kesultanan turki hingga tak heran jika aceh dijuluki

sebagai serambi mekah, peran ini membuat aceh berhubungan erat dengan kota kota

pelabuhan muslim lain dinusantara. Selain itu aceh juga berperan sebagai tempat

pertemuan ulama dan intelektual muslim dari berbagai dunia melayu dan muslim dari

timur tengah, kesultanan aceh darussalam berbentuk negara islam dalam sisitem

pemerintahan terdapat jabatan kadhi malikul adil yang harus dijabat oleh ahli hukum

agama, selain itu ulama mempunya peran yang dominan dalam menentukan kebijakan-

kebijakan pemerintah karena perannya sebagai penasehat sultan . dimasa sultan iskandar

tsani,para ulama besar mulai meletakkan dasar bagi corak pengaturan sosial ,diantaranya

adalah kemitraan antara pemegang otoritas politik dan pemegang otoritas spiritual

diseluruh tingkat pemerintahan.

Dalam sistem pemerintahan , terdapat jabatan kadhi malikul adil yang harus dijabat

oleh ahli hukum agama. Selain itu kedudukan ulama – walau tidak menjadi bagian dari

struktur kekuasaan yang utama tetapi mempunyai peran yang dominan dalam menentukan

kebijakan-kebijakan pemerintahan karena perannya sebagai penasehat kadhi.

8 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 9: Sejara islam asia tenggara.docx

Dimasa sultan iskandar tsani,para ulama besar mulai meletakan dasar bagi corak

pengaturan sosial diantaranya adalah kemitraan antara pemegang otoritas spiritual

diseluruh tingkat pemerintahan. seorang sultan bukan bukan saja harus didampingi oleh

seorang kadhi malikul addil, seorang pejabat negara dalam persoalan hukum, dan seorang

ulama besar sebagai penasehat rohani; tetapi pada pemerintahan tingkat gampongpun,

seorang keucik (kepala desa) harus didampingi oleh imam meunasah, disamping apa yang

disebut Tuhapeut (para tetua desa) begitu juga pada tingkat mukim, (lurah) seorang

imeum mukim didampingi , diawasi dan dikontrol oleh “miniperlemen” yang dikenal

Dengan istilah tuhalapan jika dikampung kepala desa dianggap ayah, sementara imam

meunasah harus dianggap ibu, maka pada tingkat kesulatanan dikenal aturan ‘adat bok

potieu meureuhum; hukombok syiah kuala “-kekuasaan adat ada ditangan

sultan,ketentuan hukum atau (keagamaan) ada ditangan syiah kuala. Namun demikian

wewenang antara kedua wilayah ini tidaklah sama sekali terpisah. sering sekali sebelum

sultan atau ulibalang membuat putusan ia harus terlebih dahulu bermusyawarah dengan

para ulama dan orang – orang tua. Dengan demikian dapat dipertimbangkan apakah suatu

putusan sah atau idak menurut pandangan agama, sehingga pengaruh islam sangat besar

sekali pada adat istiadat aceh, Keduanya bahkan telah menyatu sedemikian rupa.

C. Empat Ulama Besar di Aceh

Seperti diuraikan di atas, Aceh dalam sejarahnya pernah menjadi center ilmu

pengetahuan di Asia Tenggara yang melahirkan nama- nama para intelektual Muslim atau

ulama- ulama terkenal seperti Hamzah Fansuri (w. 1600), Syamsuddin al- Sumatrani (w.

1630), Nuruddin al- Raniri (w.1657), dan Abdul Rauf al- Sinkili (w. 1660).

Hamzah Fansuri adalah seorang sufi terkemuka, sastrawan besar, pengembara dan

ahli agama. Dia dilahirkan di tanah Fansuri atau Barus, dan di perkirakan hidup antara

pertengahan abad ke-16 dan 17M. Hamzah Fansuri mempelajari tasawuf setelah menjadi

anggota tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani dan di dalam

tarekat ini pula ia dibai’at. Setelah mengembara ke berbagai pusat ilmu seperti Baghdad,

Mekah, Madinah, dan Yerussalem, dia kembali ketanah air serta mengembangkan ajaran

tasawuf sendiri. Tasawuf yang dikembangkannya banyak dipengaruhi pemikiran

Wujudiyah Ibnu Arabi.14

Ada tiga risalah tasawuf karangan al- Fansuri yang dijumpai, yaitu Syarab

al-‘Asyiqin, (Minuman orang Birahi), Asrar al-Arifin (Rahasia ahli Ma’rifat)dan al-

14 Helmiati.sejarah islamasia tenggara .(pekanbaru: zanafa pubhlising ,2011 ) hlm.45-50

9 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 10: Sejara islam asia tenggara.docx

Mutahi. Selain itu juga dijumpai tidak kurang dari 32 ikatan – ikatan atau untaian

syairyang digubahnya. Syair –syairnya dianggap sebagai ‘syair Melayu’ pertama yang

ditulis dalam bahasa Melayu. Begitu pula karyanya Syarb al- Asyiqin, oleh al- Attas

dianggap sebagai risalah keilmuan pertama yang ditulis dalam bahasa Melayu baru.

Seperti dikemukakan di atas, Hamzah Fansuri adalah pendukung keras

doktrin’wujudiyah’. Doktrin Wujudiyah ini mempunyai banyak penganut kata itu. Karena

kedudukan baik Hamzah maupun Syamsuddin, sebagai pendukung utama faham ini,

mempunyai kedudukan yang penting dalam pemerintahan. Kedudukan mereka sebagai

Syekh al- Islam di Kesultanan Aceh, memungkinkan mereka untuk menguasai kehidupan

religio-intelektual kaum Muslim kesultanan Aceh dan menyebar- luaskan faham

‘wujudiyah’ ini sebelum kedatangan ar- Raniri. Selain itu, ia adalah juga seorang penulis

produktif, yang menghasilkanbukan hanya karya- karya keagamaan tetapi juga karya-

karya prosa yang sarat dengan gagasan-gagasan mistis. Mengingat karya- karyanya, dia

dianggap sebagai salah seorang tokoh sufi awal paling penting di wilayah Melayu

Indonesia dan juga seorang oerintis terkemuka tradisi kesusasteraan Melayu.

Tentang Syamsuddin al- Sumatrani, tidak banyak informasi yang didapat

menyangkut kehidupanya. Yang jelas, ia juga memegang jabatan sebagai penasehat

agama di kesultanan Aceh. Syamsuddin termasuk dalam aliran pemikiran keagamaan

yang sama dengan Hamzah, yaitu sama- sama pendukung faham Wahdat al-wujud.

Seperti Hamzah, Syamsuddin adalah penulis produktif dan menguasai beberapa bahasa.

Dia menulis dalam bahasa Melayu dan Arab, dan sebagian besar karya- karyanya

berkaitan dengan kalam dan tasawuf.

Periode sebelum kedatangan ar- Raniri merupakan masa di mana Islam mistik,

terutama dari aliran Wujudiyah berjaya, bukan hanya di Aceh tetapi juga di banyak

bagian wilayah Nusantara. Yang berkembang saat itu adalah satu faham tasawuf yang

bersifat pantheistic dan anti dunia yang terutama dikembangkan oleh Ibn Arabi (w.1240).

Setelah kedatangan Naruddin ar- Raniri, mucul gerakan- gerakan pembaharuan tasawuf

yang hasilnya adalah muculnya suatu bentuk tasawuf yang diistilahkan dengan non-

sufisme, yaitu suatu bentuk tasafuw yang merekonsiliasi (memadukan) dan

mengharmoniskan antara syariat dan tasawuf.

Azra mensinyalir bahwa Nuruddin ar- Ranirilah yang memprakarsai gerakan awal

neo-sufisme di Nusantara. Neo sufisme adalah faham tasawuf yang merekonsiliasikan

(mendamaikan) antara pengamalan syariat dan tasawuf. Dengan posisinya sebagai Syekh

al- Islam di kesultanan Aceh, Ar- Raniri berhasil mendapatkan dukungan politik dari

10 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 11: Sejara islam asia tenggara.docx

Iskandar Tsani dan ajarannya berhasil mendominasi wilayah kesultanan melalui metode

debatyang selalu ia menangkan atas tokoh- tokoh pengikutdua sufi sebelumnya.

Menurutnya Islam di wilayah ini telah dikacaukan oleh kesalahfahaman atas doktrin sufi.

Sesuain dengan inti neo- sufisme, ar- Raniri memberikan penekanan yang lebih kuat

kepada ortodoksi (kemurnian) atau syariah di dalam pemikiran dan pengamalan tasawuf.

Ar-Raniri hidup selama tujuh tahun di Aceh sebagian seorang alim, mufti dan

penulis produktif. Menurut berbagi sumber, dia menulis tidak kurang dari 29 karya. Di

antara karyanya yang paling banyak ditelaah adalah al- shirat al- Mustaqim. Karya-

karyanya banyak membicarakan tentang tasawuf, kalam, hadis, fiqih, hadis, sejarah, dan

perbandingan agama. Ar- Raniri mencurahkan banyak tenaganya untuk mnentang faham

Wujudiyah. Dia bahkan melangkah lebih jauh dengan mengeluarkan fatwa yang

mengarah pada semacam pemburuan terdapat orang-orang sesat, membunuh orang –

orang yang menolak melepaskan keyakinan dan meninggalkan praktek sesat mereka, dan

membakar hingga menjadi abu seluruh buku-buku tokoh sufi sebelumnya.

Namun demikian, kedudukan Ar- Raniri dalam sejarah pembeharuan Islam

Indonesia tidaklah dapat dipandang remeh, setidak- tidaknya ia yang hanya beberapa

tahun menetap di Aceh berhasil menyalakan sumbu pembaharuan, yag dalam beberapa

daswarsa selanjutnya telah membakar dan merangsang dinamika pemikiran Islam bukan

hanya di kawasan Nusantara,tetapi juga di Timur Tengah, tatkala al- Singkili membawa

persoalan radikalisme pembaharuan ar- Raniri kepa gurunya, Ahmad al- Qushasi dan

Ibrahim al-Kurani di Haramayn (Mekah dan Madinah).

Ulam besar Aceh lainnya adalah Abdurrauf al- Singkili. Al- Singkili hidup dalam

enam periode kesultanan Aceh: Sultan Iskandar Muda, Iskandar Tsani, Sultanah Zakiyat

al- Din, dan Sultanah Kamala al- Din. Pada masa 4 Sultanan inilah al- Singkili sebagai

seorang alim dan mufti, (syekh Islam). Posisi al- Singkili sebagai seorang alim dan mufti

dari sebuah kesultanan yang besar seperti Aceh, yang pernah belajar di Mekah dan

Madinah, mempunyai hubungan dengan beberapa ulama dari berbagai negara, serta

menjadi khalifah terekat Syattariyah, telah membutnya bukan hanya mempunyai

legitimasi keagamaan yang otoritatif, tetapi juga legitimasi politik yang kuat. Al- Singkili

menafsirkan kembali doktrin wujudiyah secara ortodoks (murni). Ia sependapat dengan

gurunya yang menekankan pentingnya kesesuaian pengalaman tasawuf dan pengalaman

syari’ah. Menurutnya, keempurnaan bathin yang dicita-citakan seorang salik tidak akan

tercapai bila ia meninggalkan ketentuan- ketentuan syari’ah seperti kewajiban shalat,

puasa , haji, dan lain-lain.

11 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 12: Sejara islam asia tenggara.docx

Al-Singkili jelas punya pengaruh yang sangat luas, melampaui negeri asalanya

(Aceh). Hal ini karena Aceh menjadi tempat pemukiman sementara bagi para jamaah haji

maupun pelajar yangbelajar ke Haramayn ketika mereka menuju atau kembali dari Arab.

Dengan demikian mereka menjadi akrab dengan pemikiran yang berkembang di Aceh

saat itu yaitu pemikiran Islam yang menekanakan ortodoksi. Dan ini dapat menolak

pengaruh ekses- ekses liar mistisisme heterodoks (bid’ah). Dan sejak saat itu pemikiran

mistik dapat ditetapkan lebih sejajar dengan garis- garis ortodoksi.

Pengaruh al- Singkili ini diperluas oleh murid- muridnya seperti Syekh Abd al-

Muhyi yang berhasil menyebarkan semangat baru Islam ini ke daerah asalnya Jawa Barat

kemudian merembes ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Murid beliau lainnya adalah

Burhanuddin dari Minangkabau bersama 4 orang temannya. Setelah ditunjuk sebagai

khalifah tarekat Syattariyah oleh al-Singkili, Burhanuddin, yang juga terkenal sebagai

Tuanku Ulakan, segera mendidirikan suraunya. Yang terbukti menjadi salah satu sarana

yang paling efektif dalam proses transamisi gaagasan- gagasan islam baru itu. Selama

masa hidupnya, suraunya iti dianggap sebagai pemegang otoritas tunggal dalam masalah-

masalah keagamaan di Minangkabau. Dia sendiri dianggap sebagai pemimpin masyarakat

Muslim Minangkabau kala itu.

Sama dengan pendahuluanya, Al-Singkili juga seorang penulis yang produktif.

Dialah orang yang pertama menulis tafsir lengkap al- Quran dalam bahasa Melayu

dengan judul Tarjuman al-Mustafid. Dia jugalah orang pertama di wilayah Melayu-

Indonesia yang menulis mengenai fiqh Muamalah. Melalui karyanya, Mirad al- Thullab,

dia menunjukan kepada kaum Muslim Melayu bahwa doktrin-doktrin hukum islam tidak

terbatas pada ibadah saja tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan sehari- hari

mereka. Karyanya Miratut Tullab, tidak hanya membahas tentang aspek ibadah tetapi

mengemukakan aspek muamalat, termasuk kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan

keagamaan kaum Muslim. Makanya tidak mengherankan kalu dulu karyanya ini menjadi

acuan utama kitab kumpulan hukum islam yang digunakan kaum Muslim di Kesultanan

Manguindanao (Filipina), yang disebut dengan Lumaran atau Manguindanao Code of

Law.

Bila dilihat pada misi dan pemikiran ar- Raniri dan Al- Singkil, keduanya

mempunyai misi dan pemikiran yang sama, yaitu sama-sama menekankan kemurnian

ajaran Islam sesuai dengan ajaran dasarnya. Namun mereka menempuh pendekatan yang

berbeda. Al- Singkili lebih bersikap toleran terhadap pemikiran dan praktek sufisme

heterodoks yang pantheistic. Baginya tidaklah tepat, misalnya mengkafirkan sesame

12 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 13: Sejara islam asia tenggara.docx

Muslim sebagaimana yang dilakukan ar- Raniri terhadap pengikut Hamzah maupun

Syamsuddin. Di samping itu, ia lebih cendrung persuasif dan dialogis, sehigga lebih dapat

diterima oleh masyarkat secara rasional dan berdampak positif terhadap penyebaran dan

kesinambungan misi gagasan neo sufisme. Sebaliknya ar- Raniri bersikap radikal dan

menggunakan pendekatan politis dengan berpegang pada patronase (perlindungan)

penguasa, Iskandar Tsani, sehingga ia pun diterima secara emosional.

D. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan di dunia Islam Tujuannya adalah untuk mencapai

kesempurnaan bagi manusia sebab ia mencerminkan kesempurnaan agama sebagai

penyelamat ummat di dunia dan di akhirat. Penulis tidak menemukan secara langsung apa

tujuan pendidikan pada masa kerajaan Aceh Darussalam. Namun tujuan tersebut

barangkali dapat dilihat dari tujuan di dirikan dayah yaitu sebagai lembaga atau pusat

belajar pendidikan agama sekaligus sebagai benteng terhadap kekuatan melawan

penjajah.15

Jika dibaca dari makalah Fadhlullah Jamil yang berjudul Kerjaan Aceh

Darussalam dan hubungannya dengan semenanjung tanah melayu dikatakan bahwa

Iskandar Mudah pernah mengirim para da’i/ mubaligh Islam kepada negeri-negeri yang

bukan Islam seperti Batak yang telah ditaklukkannya.16 Ini berarti bahwa tujuan

pendidikan pada saat itu sebagai center atau pusat ilmu pengetahuan agama, sebagaimana

yang disampaikan oleh Hasbi Amiruddin dimana Aceh ketika itu sampai menjadi pusat

perhatian umat Islam di Asia Tenggara. Artinya jika persoalan Islam diperselisihkan di

negaranya mereka bersepakat merujuk ke Aceh untuk mendapatkan jawaban.17

E.  Sumber Daya Manusia (Guru)

Bukti lain adalah terdapat sejumlah kita-kitab yang bereputasi internasional yang

ditulis oleh sejumlah ulama Aceh. Salah satunya kitab Tarjuman al-Mustafid yang

merupakan kitab tafsir al-qur’an lengkap 30 juz dalam bahasa Melayu (sekarang telah

menjadi bahasa Indonesia) yang pertama adalah ditulis oleh ulama Aceh, yaitu Syekh

Abdurrauf as-Singkili. Jika kita bandingkan di masa lalu semua pejabat negara adalah

tamatan dayah mulai dari pejabat rendahan sampai raja, demikian juga dalam dunia

15 Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban …, hal. 218.

16 A. Hasymy, Sejarah Masuk …, hal. 249

17 M. Hasbi Amiruddin, Aceh dan Serambi Mekkah, (Banda Aceh: Penerbit Pena, 2006). 56

13 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 14: Sejara islam asia tenggara.docx

militer, mulai dari tamtama sampai panglima adalah tamatan dayah. Itu berarti lembaga

pendidikan dayah di masa lalu menyediakan berbagai mata pelajaran di dayah. Banyak

ulama-ulama pada masa lalu ahli dalam ilmu pertanian, ilmu falak bahkan ilmu

persenjataan. 18

Sejumlah ulama-ulama Aceh yang memiliki pengaruh pada abad ke-16-17 telah

menghasilkan karya-karya yang monumental di ataranya adalah:

1.   Hamzah Fansury, seorang ulama dan pujangga besar yang menganut aliran filsafat

wahdatul wujud. Diantara kitab karangannya adalah Asyrabul Asyiqin wa Zinatul

Muwahhidin, Kitab filsafat yang membahas thariqat, syari’at, hakikat dan ma’rifat.

2.   Samsuddin Sumatrany, seorang ulama dan negarawan yang menjadi qadhi Malikul Adil

pada zaman Iskandar Muda. Diantara kitab karanggnya itu adalah Mir’atul Mukminin,

Jauharul Haqaiq, Kitabatul Martabah dan lain-lain.

3.   Nuruddin Ar-Raniry adalah seorang ulama besar, politikus, negarawan, yang menjadi

Qadhi Malikul Adil masa Sultan Iskandar Muda dan Ratu Safiatuddin, 1045-1086 H

(1641-1675 M). Kitabnya berbahasa Melayu, antara lain: Ash Shiratul Mustaqim

(berisikan hukum Islam, fiqh), Darul Faraidl bi Syarhil’Aqaid (Filsafat dan Ketuhanan),

Bustanus Salatin fi Zikril wa Akhirin (Sejarah), Akhbarul Akhirah fi Awwali Yaumil

Oiyamah (bahasan Hari Kebangkitan), Havatul Habib fi Targhib wa Targhib (Filsafat

Akhlak), At-Tibyan fi ma’rifatil Adyan (hal ihwal Aliran Agama), Asrarul Insan fi

Ma’rifatir Ruhi war Rahman (Ruh dan Ketuhanan), Lahiful Asrar (Rahasia Alam),

Nubzah Fi Dakwazil Mada Shahibin (berisikan Filsafat, menolak Wihdatul Wujud),

Hilluz Zil (membahas Ketuhanan dan menolak Wihdatul Wujud), Syifaul Qulub (Filsafat

dan Akhlak), Umdatul I’tiqad (masalah Keimanan), Maul Hayati, Li Ahlil Mamati

(membahas Hidup dan Mati, Filsafat), Jawahirul Ulum fi Kasyil Ma’lum (membahas

masalah Ketuhanan), Bad – U Khalqis Samawati Wal Ardhi (membahas tentang Langit

dan Bumi), Hujjatus Shadiq Li Dafiz Zindiy (membahas kesalahan Kaum Zindiq,

Ateisme), Fathul Mubin’AIaI Mulihidin (kitab yang membantah Kaum Mulihid,

membantah Ateisme), Al – Lam’u ft Tafkiri Man Qalabil Khalqil Our’an (menolak Kaum

Mu’tazilah yang mengatakan Al-Quran itu makhluk), Tambihul Awamili fi Tahqiqil

Kalami fi Nawafil (membahas masalah Tasauf), Shawarinush Shadiq li Qath’iz Zindiq

(kitab yang menolak Kaum Zindiq, kaum sesat), Rahiqul Muhammadiyah fi Thariqish

18 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hal.. 39.

14 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 15: Sejara islam asia tenggara.docx

Shufiyah (kitab yang membahas Tasawuf berdasarkan Sunnah Nabi), Kisah Iskandar

Zulkarnain (Kitab Sejarah), Hikayat Raja Badar (karya sastra dalam puisi/syair, kisah

Perang Badar), Babun Nikah, Saqyur Rasui (Kitab yang membahas perjuangan hidup dan

sejarah Rasul), Mu’amadul I’tiqad, Hidayat Mubtadi fi Padhli Ilahi Muhdi (Kitab Ilmu

Tasauf).

4.   Abdurrauf As-Sinkily, seorang ulama besar, negarawan, filosof, yang menjadi Qadhi

Malikul Adil masa Ratu Safiatuddin dan tiga Ratu sesudahnya (1086-1109 H, 1675-1699

M). Beliau adalah ulama yang mendamaikan rakyat dan para pemimpin Aceh pada masa

itu, karena bertentangan pendapat akan Ratu wanita dan perselisihan perebutan

kekuasaan. Karena kebijaksanaannya, semua lapisan masyarakat hidup rukun dan damai,

beliau juga mengarang kitab ilmu pengetahuan dalam bahasa Melayu, antara lain:

Turjumanul Mustafid (Kitab yang berisikan Tafsir Al-Quran pertama dalam bahasa

Melayu), Mir’atul Thullab (Kitab yang berisikan Hukum Islam, melengkapi segala bidang

hukum termasuk Hukum Dagang dan Tata Negara), Umdatul Ahkam (Kitab Pengantar

Ilmu Hukum Islam), Umdatul Muhtajin Ila Suluki maslaki Mufradin (Filsafat Akhlak),

Kifayatul Muhtajin (Akhlak), Daqaiqul Huruf (Rahasia-rahasia Huruf), Hidayatul

Balaghah’Ala Jumatil Mukhasamah (Kitab Hukum Acara dalam Islam), Bayan Tajalli

(Kitab Filsafat Ketuhanan, menolak faham Wihdatul Wujud), Syair Ma’rifat (karya sastra

yang berbentuk puisi membahas tentang Ma’rifat/Ketuhanan).

5.   Jalaluddin Tursany seorang ulama, ahli hukum Islam kenamaan yang menjadi Qadhi

Malikul Adil masa Sultan Alaiddin Johan Syah, 1147-1174 H (1733-1760 M), dengan

karangannya yang terkenal Mudharaul ajla ila rutbatil A’la (kitab yang mengandung

Filsafat, membahas hubungan makhluk dengan Khaliq, Tuhan), Safinatul Hukam (kitab

Hukum Islam yang membahas Hukum Dagang, Hukum Keluarga, Hukum Tata Negara,

Hukum Perdata/Pidana dan Teori-teori Pemerintahan yang Maju, bahkan wanita menjadi

Raja).

6.  Syekh Daud Rumym yang lebih dikenal dengan julukan Teugku Chiek di Leupeu yang

bersama Syekh Abdur Rauf As-Singkily mendirikan Pusat Pendidikan Dayah Manyang

Leupeu Banda Aceh. Hasil karangannya antara lain Risalah Masail Muhtadihi ikhwanil

Mubtadi yang ditulis dalam bahasa Melayu. Kitab ini berisi pelajaran lengkap tentang

agama Islam dan digunakan di seluruh Negara Asia Tenggara. Hingga sekarang sudah

100 (seratus) kali dicetak, dipakai oleh seluruh dayah di Nusantara.

7.  Syeikh Ismail bin Abdul Muthalib Al – Asyi. beliau bermukim di Mekkah, pada abad ke-

19 telah mengumpulkan naskah karangan ulama terdahulu dan mencetaknya. Salah satu

15 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 16: Sejara islam asia tenggara.docx

kumpulan karangan itu dinamakan Jam’u Jawamil Mushasanfat dan satu kumpulan lain

bernama Tajul Muluk.

F. Materi Pendidikan Islam

Adapun materi yang diberikan pada lembaga-lembaga pendidikan di Aceh itu

berbeda-beda satu tingkat dengan tingkat lainnya. Untuk tingkat dasar, misalnya balai

pengajian (rumoh beut) diajarkan Al-qur’an, setelah selesai khatam, para santri belajar

dasar-dasar pokok ajaran agama dalam kitab Masailal Muhtadiy sebuah kitab yang

berisikan tanya jawab di dalamnya. Setelah itu murid mempelajari Bidayatul Muhtadiy,

atau kitab Bidayah dalam sebutan orang Aceh.

Kemudian untuk tingkat lanjutan pengajian diberikan sesuai dengan kapasitas dan

kemampuan guru sehingga ada guru yang mengajarkan majmu’ al-mushannafat yang

lazim dikenal dengan kitab lapan, kitab Darussamin dan lain-lain.19

Di Meunasah murid-murid diajarkan menulis dan membaca huruf Arab, membaca

Qur’an, cara beribadat, akhlak, rukun Islam, rukun iman dan lain-lain.

Kemudian di pondok-pondok sekeliling masjid yang disebut rangkang juga

diajarkan fiqh, ibadah, tauhid, tasawuf, sejarah Islam/ umum, bahasa Arab, disamping

digunakan kitab-kitab dalam bahasa melayu juga ada bahasa Arab.

Di dayah diajarkan fiqh muamalat, tauhid, tasawuf/akhlak, geografi (ilmu bumi)

sejarah/ ilmu taata negara dan bahasa Arab. Di samping Dayah umum juga adanya dayah-

dayah khusus wanita yang di dalamnya juga diajarkan ilmu pertanian, ilmu pertukangan,

ilmu perniagaan dan sebagainya.

Kemudian di dayah Teungku Chik/dayah Manyang yang masa sekarang bisa

disamakan dengan Akademi. Di sini diajarkan bahasa Arab, Fiqh Jinayat, figh

Munakahat, fiqh dauly (hukum tata negara), sejarah Islam, sejarah negara-negara, tauhid/

filsafat, tasawuf/ akhlak, ilmu falak, tafsir, hadits dan lain-lain.

Dan untuk tingkat lembaga pendidikan paling tinggi setingkat dengan universitas

ada Jami’ah Baiturrahman yang menjadi satu kesatuan dengan masjid Baiturrahman. Di

sini diajarkan ilmu tafsir/ hadits, ilmu kedokteran, Kimia, Sejarah, sosial politik, filsafat

dan lain-lain.20

19 Usman Husein, Lembaga Pendidikan Kuttab dan Rumoh Beut (Lembaga Pendidikan Islam dasar Arab di

Abad Tengah dan dalam Masyarakat Aceh Tradisional), Banda Aceh: P3KI IAIN Ar-Raniry Banda Aceh,

2011), hal: 112.

20 Munawiyah, dkk, Sejarah… hal: 221-222

16 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 17: Sejara islam asia tenggara.docx

G. Metode Pendidikan Islam

Dalam memperlajari Islam, pengenalan pertama adalah mengenai Al-Qur’an.

Dasar-dasar pelajaran yang diterima murid pada tingkat dasar ini yaitu dengan

mempelajari huruf-huruf Arab dan menghafal ayat-ayat yang terdapat dalam Al-qur’an.

Dalam mempelajari huruf-huruf Arab tersebut mengikuti metode baghdadiyah. Metode

ini adalah melafazkan huruf-huruf Arab secara alphabet yang diucapkan dalam dialeg

lidah orang Aceh seperti Aleh untuk huruf Alif, zou untuk huruf zai, keuh untuk huruf kaf

dan lain sebagainya, namun terkadang ditemui perbedaan pengucapan antara satu daerah

dengan daerah lain.

Dalam pengajaran pendidikan Islam pada dayah-dayah juga menggunakan metode

Targhib dan Tarhib. Hal ini diterapkan baik dengan cara menakut-nakuti dan mengancam

peserta didik dengan berbagai tingkatan, mulai dari Ancaman yang bersifat teoritis hingga

praktis. Juga diberikan ganjaran seperti pujian dan sejenisnya.21

Disamping itu untuk tingkat yang lebih tinggi tentunya memiliki metode-metode

pendidikan lain layaknya pendidikan umumnya seperti metode hafalan, tanya jawab,

diskusi, prakti (demonstrasi), dan lain-lain.

H. Sarana-prasarana (Institusi Pendidikan)

Pendidikan Islam di Aceh dimulai sejak masuk Islam ke Aceh, yaitu semenjak

abad I Hijriah. Sebagaimana dinyatakan oleh sejarawan bahwa Islam masuk ke Indonesia

melalui Aceh, maka lembaga pendidikan ini juga telah berjalan seiring masuknya Islam

ke Aceh.22 Semenjak itu pendidikan Islam di Aceh terus dimulai dan berkembang hingga

abad ke-3 H/ awal abad ke-10 M pendidikan Islam di Aceh sudah lengkap dari tingkat

rendah sampai ke perguruan tinggi seperti Dayah Cot kala, bertempat di Cot Kala Aceh

Timur.

Dayah Cot Kala ini merupakan pusat pendidikan tinggi yang pertama di Aceh

bahkan untuk Indoensia dan Asia Tenggara. Dari sini kemudian berdirilah dayah-dayah

lain baik dalam Kerajaan Perlak sendiri maupun di Kerajaan Pasai, termasuk kerajaan

21 Tasnim Idris, Aplikasi Targhib dan Tarhib pada Pendidikan Dayah Aceh, Banda Aceh: P3KI IAIN Ar-

Raniry Banda Aceh, 2011), hal: 57.

22 M. Hasbi Amiruddin, Jam’iyatu al-Diniyah: Pemrakarsa Lahir Madrasah di Aceh, Banda Aceh: P3KI IAIN

Ar-Raniry Banda Aceh, 2011), hal: 29. Lihat juga A. Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di

Indonesia, (Bandung: Al-Ma’arif, 1993), hal: 358.

17 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 18: Sejara islam asia tenggara.docx

Aceh Darussalam. Semenjak kerajaan Aceh dikuasai oleh Islam, seperti daerah-daerah

lainnya, juga di Pidie keadaan pendidikan Islam telah mengalami kemajuan. Dimana-

mana terdapat dayah, dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi, seperti Dayah Pante

Geulima di Meureudu, Dayah Teungku Chik di Simpang Teupin Raya, Dayah Teungku

Chik di Reubee, Dayah Teungku Chik Pante Kulu di Titie Keumala, Dayah Teungku

Chik di Tiro sampai periode Syaikh Muhammad Saman, dan Dayah Teungku Chik Dian

di Kumbang Tanjong.

Dayah-dayah tersebut smuanya merupakan dayah-dayah tingkat tinggi. Kebiasaan

dari dayah-dayah tinggi disertai tingkat menengah yaitu tingkat rangkang yang menjadi

gurunya adalah murid (santri) dari dayah tinggi tersebut. Sedangkan pendidikan agama

tingkat rendah atau tingkat dasar itu telah ada di tiap-tiap Meunasah pada tiap desa, selain

yang terdapat di rumah-rumah, kadang-kadang juga terdapat di dalam komplek Dayah

Tinggi.

Pada masa kerajaan Aceh Darussalam, dayah menawarkan tiga tingkatan

pengajaran, rangkang (junior), bale (senior) dan dayah manyang (universitas). Di

beberapa dayah hanya terdapat junior (rangkang) dan senior (bale), sedangkan ditempat

lain hanya ditemui tingkat universitas saja. Meskipun demikian, di tempat tertentu juga

terdapat tiga tingkatan sekaligus, mulai dari junior sampai universitas. Sebelum murid

belajar di dayah, mereka sudah mampu membaca al-Qur’an. Kemampuan membaca al-

Qur’an tersebut mereka dapatkan dari rumah atau seorang teungku di meunasah.23

Keadaan pendidikan Islam mengalami puncak kemajuan pada masa kerajaan Aceh

Darussalam pada masa Sultan Iskandar Muda. Namun setelah itu pada abad ke 18

tepatnya pada peperangan melawan Belanda tahun 1873 keadaan pendidikan Islam mulai

mundur. Banyak Dayah-dayah dibakar oleh Belanda. Hampir semua masyarakat Aceh

mengalihkan aktifitasnya untuk berperang melawan Belanda, termasuk para Teungku

dayah dan para santri memimpin peperangan tersebut. Dan tidak sedikit para teungku dan

santri yang syahid dalam melawan kafir Belanda. Perang ini berlangsung hingga tahun

1912.

Keadaan perang yang demikian telah menyebabkan para pemuda dan guru syahid

sebagai pahlawan. Meunasah-meunasah, rangkang-rangkang, dayah-dayah menjadi

porak-poranda. Bahkan Jami’ Baiturrahman sebagai Universitas dan pusat kegiatan Islam

Aceh ketika itu di bakar oleh tentara Belanda.24 Padahal pendidikan pada Al-Jami’ah

Mesjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh yang pada masa Iskandar Muda itu telah

23 Hasbi Amiruddin, Menatap Masa Depan Dayah di Aceh, (Banda Aceh: Pena, 2008), hal: 47.

18 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 19: Sejara islam asia tenggara.docx

memilki 44 orang guru besar yang berasal dari Arab, Turki, Persia, dan India.

Jami’ah Baiturrahman ini setingkat dengan Universitas yang didalamnya memiliki

berbagai fakultas (daar), seperti daarut tafsir (ilmu tafsir/ hadits), daarut thib wal kimia

( ilmu kedokteran, Kimia), daarut tarikh (Sejarah), Daarut siyasah (sosial politik), dan

daarut falsafah (filsafat) dan lain-lain

Aceh ketika itu sampai menjadi pusat perhatian umat Islam di Asia Tenggara.

Artinya jika persoalan Islam diperselisihkan di negaranya mereka bersepakat merujuk ke

Aceh untuk mendapatkan jawaban. Demikian juga kekuatan tauhid yang dimiliki umat

Islam di Aceh telah menjadi kekuatan besar dalam mempertahankan negeri Islam dari

penjajahan kolonialis kafir Belanda. Hal-hal tersebut menjadi beberapa faktor sehingga

Aceh diberi gelar Serambi Mekkah.

I. Masa Kemunduran Kesultanan Aceh Darussalam

Aceh mulai mengalami kemunduran setelah Sultan Iskandar Tsani berpulang ke

rahmatullah. Sebagai penggantinya, beberapa orang sultan ( pemimpin wanita)

menduduki singgasana pada tahun 1641-1699. Mereka adalah Sultanah Safiat al-din,

Sulatanah Nakiyat al- Din, dan Sultan Zakiyat al- Din,dan Sultanah Kamala al- Din.

Kepemimpinan para sultanah ini mendapat perlawanan dari kaum ulama Wujudiah yang

beujung dengan datangnya fatwa dari Mufti Besar Mekah yang menyatakan keberatannya

akan kepemimpinannya wanita. Padahal menurut satu sumber, Sultanah Safiat al-din

adalah seorang wanita yang cakap. Ia adalah puteri Sultan Iskadar Muda dan menjadi

isteri Sultan Iskandar Muda dan menjadi isteri Sultan Iskandar Tsani. Ia disebutkan

menguasai enam bahasa; Spanyol, Belanda, Aceh, Melayu, Arab dan Parsia.

Pada masa pemerintahan sultanah ini,beberapa wilayah taklukan lepas dan

kesultanan menjadi terpecah belah. Meski upaya pemulihan dilakukan, namun tidak

banyak membawa kemajuan. Menjelang abad ke-18, kesultanan Aceh merupakan

bayangan belaka dari masa silam, Aceh tidak lagi memiliki kepemimpinan yang tangguh.

Aceh mengalami kemerosotan politik dan ekonomi,selain itu wacana pemikiran islam

yang sempat berkembang pesatpun mengalami kemunduran.

Kemunduran kesultanan Aceh selain disebabkan oleh faktor internal juga sangat

dipengaruhi oleh faktor ekternal. Sejak awal abad ke-16 kesultanan Aceh terlibat

perebutan kekuasaan yang berkepanjangan, pertama dengan Portugis, lalu sejak abad ke-

24 M. Hasbi Amiruddin, Jam’iyatu al-Diniyah …, hal. 30-31. Lihat Juga A. Hasjmi, Keadaan Pendidikan Islam

di Aceh dalam Perjalan Sejarah, Sinar Darussalam Nomor 63, (tahun 1975), hal: 8.

19 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 20: Sejara islam asia tenggara.docx

18 dengan Inggris dan Belanada. Pada akhir abad ke- 18, Aceh terpaksa menyerahkan

wilayahnya di Kaedah dan Pulau Pinang di Semenanjung Melayu kepada Inggris. Melalui

Anglo-Dutch Treaty pada tahun 1824, Inggris dan Belanda menetapkan demarkasi bagi

wilayah pengaruh mereka di Aceh di kepulauan Melayu. Inggris mengklaim bahwa Aceh

adalah wilayah jajahan mereka, meskipun hal ini tidak benar. Pada tahun 1871, Inggris

membiarkan Belanda untuk menjajah Aceh. Aceh kemudian terlibat perang

berkepanjangan, namun demikian Aceh tidak pernah dapat ditaklukkan secara total oleh

Belanda. Sehingga saat Indonesia merdeka tahun 1945, Aceh masih tetap menjadi sebuah

negara yang berdaulat.25

25 Helmiati hal: 52

20 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 21: Sejara islam asia tenggara.docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aceh melewati sejarah yang panjang sebagai wilayah terbesar dan terpenting bagi

islam.Aceh pernah dikenal sebagai pusat Islam pertama di Nusantara Aceh sebagai

sebuah kerajayaan Islam yang pernah terkenal di wilayah Asia Tenggara. Aceh

mengalami kejayaan politik, ekonomi dan pendidikan pada masa Kerajaan Aceh

Darussalam khususnya pada masa Sultan Iskandar Muda.ia membangun kerajaan aceh

atas dasar keislaman ,baik ditinjau dari hukum dan perundang undangannya, Banyak

keunggulan yang sudah pernah dicapai diantaranya adalah Aceh pernah menjadi pusat

studi Islam di Asia Tenggara, para mubaligh pAceh dikirim untuk menyiarkan Islam ke

wilayah-wilayah yang berhasil ditaklukkan.

Disamping itu Aceh sendiri memiliki lembaga-lembaga pendidikan yang eksis

hingga saat ini. Di antara lembaga pendidikan yang ada pada saat itu yang memberikan

kontribusi terbesar dalam perjuangan melawan penjajah adalah Dayah, dayah dalam

perkembangannya kemudian telah mengajarkan berbagai materi, bukan hanya materi

Agama tapi juga materi pendidikan umum. Sehingga bisa dipastikan tidak adanya

dikotomi ilmu pada saat itu. Melalui lembaga pendidikan inilah kemudian islam tersebar

ke seluruh asia tenggara. Namun dibalik kejayaan adanya kemunduran aceh yang

berlangsung setelah wafatnya sultan iskandar dan posisi kepemimpinan di pegang oleh

wanita...sejak saat itu terjadi perebutan kekuasaan di aceh darussalam, ada pula faktor

eksternal dan internal yang mempengaruhi sehingga aceh mengalami kemunduran.

21 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a

Page 22: Sejara islam asia tenggara.docx

DAFTAR PUSTAKA

A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesi; Kumpulan Pra Saran

pada Seminar 17-20 Maret 1963 di Aceh, Bandung: Al-Ma’arif, 1993

Abdullah sani usman .krisis legitimasi politik dalam sejarah pemerintahan di aceh .

(Jakarta :puslitbang lektur keagamaan. 2010)

Ali. Hasjmy, Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah, Jakarta: Beuna, 1983

Bustami Usman, Dayah, Banda Aceh: Badan Pembinaan Pendidikan Dayah (BPPD), 2009.

Hasbi Amiruddin, Jam’iyatu al-Diniyah: Pemrakarsa Lahir Madrasah di Aceh, Banda Aceh:

P3KI IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2011

Hasbi Amiruddin, Menatap Masa Depan Dayah di Aceh, Banda Aceh: Pena, 2008

Helmiati.sejarah islamasia tenggara .(pekanbaru: zanafa pubhlising, 2011 )

Ismail Yakub, “Gambaran Pendidikan di Aceh Sesudah Perang Aceh-Belanda Sampai

Sekarang” dalam Ismail Sunny, Bunga Rampai Tentang Aceh, Jakarta: Bharata, 1981.

Munawiyah, dkk, Sejarah Peradaban Islam, Banda Aceh: Pusat Studi Wanita (PSW) IAIN

Ar-Raniry, 2009

Tasnim Idris, Aplikasi Targhib dan Tarhib pada Pendidikan Dayah Aceh, Banda Aceh: P3KI

IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2011

Usman Husein, Lembaga Pendidikan Kuttab dan Rumoh Beut (Lembaga Pendidikan Islam

dasar

Arab di Abad Tengah dan dalam Masyarakat Aceh Tradisional), Banda Aceh: P3KI IAIN Ar-

Raniry Banda Aceh, 2011

Usman Husen, dkk, Aceh Serambi Mekkah, Banda Aceh: Pemerintah Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam, 2008.

.

22 | S e j a r a h I s l a m A s i a T e n g g a r a