seminar usul penelitian

32
A. Judul Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Model Pembelajaran Generatif (MPG) pada Pokok Bahasan Garis dan Sudut di Kelas VII SMP Oleh : Nama : Neneng Khairani NIM : 06101008013 telah disetujui untuk diseminarkan dalam mata kuliah Seminar Usul Penelitian pada tanggal Mei 2013 Indralaya, Mei 2013 Pembimbing Akademik, 1

Upload: neneng-khairani

Post on 25-Jun-2015

1.490 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Usul penelitian

A. Judul

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Model Pembelajaran Generatif (MPG) pada Pokok Bahasan Garis dan Sudut di Kelas VII SMP

Oleh :

Nama : Neneng Khairani

NIM : 06101008013

telah disetujui untuk diseminarkan dalam mata kuliah Seminar Usul Penelitian

pada tanggal Mei 2013

Indralaya, Mei 2013

Pembimbing Akademik,

Dra. Cecil Hiltrimartin, M.Si.

NIP. 196403111988032001

1

Page 2: Seminar Usul penelitian

B. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.

Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan

perguruan tinggi (minimal sebagai mata kuliah umum). Sampai saat ini

matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam daftar

mata pelajaran yang diujikan secara nasional, mulai dari tingkat SD sampai

dengan SMA. Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah

dasar untuk membekali siswa agar memiliki kemampuan berfikir logis, analitis,

sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama.

Pada SI Mata Pelajaran Matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar

dan menengah dinyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika di sekolah

adalah agar siswa mampu (Wardhani: 2008):

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaiakan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan umum pembelajaran matematika dikatakan tercapai optimal,

jikalau hasil belajar matematika siswa menunjukkan hasil yang baik. Berdasarkan

hal itu, dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai hasil belajar matematika siswa

yang baik, diperlukan pembelajaran yang tepat dan sejalan dengan KTSP sehingga

dapat mencapai tujuan umum pembelajaran matematika secara optimal. Namun,

pada kenyataannya masih banyak sekolah yang menggunakan pembelajaran

konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan masih didominasi

oleh guru serta pemberian informasi mengenai pengetahuan matematika masih

dilakukan guru atau disebut teacher centered. Hal ini mengakibatkan siswa

menjadi pasif dan hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru.

2

Page 3: Seminar Usul penelitian

Menurut Ratumanan (Trisna (2006); dalam Lusiana (2009)) bahwa

“Pembelajaran yang mendominasi kelas-kelas matematika di Indonesia umumnya

berbasis behaviorisme dengan penekanan pada transfer pengetahuan dan latihan”.

Guru mendominasi kelas dan berfungsi sebagai sumber belajar utama. Guru

menyajikan pengetahuan matematika kepada siswa, siswa memperhatikan

penjelasan dan contoh yang diberikan oleh guru. Pembelajaran semacam ini

kurang memperhatikan aktivitas, interaksi dan pengkonstruksian pengetahuan

oleh siswa.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu cara yang ditempuh

oleh guru dan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yaitu perlu variasi

model pembelajaran yang digunakan, seperti PMRI, CTL yang memungkinkan

siswa lebih aktif sehingga ketuntasan belajar siswa lebih tinggi. Diantara alternatif

model pembelajaran matematika yang dapat mendukung tercapainya tujuan mata

pelajaran matematika adalah model pembelajaran yang berlandaskan pada paham

konstruktivisme, salah satunya Model Pembelajaran Generatif (MPG). Menurut

Astuti (2005) (dalam Lusiana 2009) model pembelajaran yang berlandaskan

konstruktivis salah satunya adalah MPG yang di usulkan oleh Osborne &

Wittrock (1985). Menurut Tytler (Fahinu (2007); Lusiana (2009)) bahwa model

pembelajaran generatif merupakan salah satu model yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran matematika.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusiana (2009) terlihat

bahwa keefektifan penerapan model pembelajaran generatif MPG untuk pelajaran

matematika kelas X di SMA Negeri 8 Palembang mencapai 76.32% , dengan

kategori “Efektif”, yang ditinjau dari keaktifan, ketuntasan belajar dan sikap siswa

dengan rincian sebagai berikut:

1. Aktivitas siswa selama diterapkan model pembelajaran generatif tergolong

sangat tinggi dengan rata-rata persentase skor aktivitas 81.8%.

2. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 76.32%

3. Sikap siswa terhadap penerapan MPG untuk pelajaran matematika tergolong

positif dengan rata-rata persentase skor 76.5 %.

3

Page 4: Seminar Usul penelitian

Selain itu, untuk mewujudkan suatu pembelajaran matematika yang

berpusat pada siswa serta meningkatkan aktivitas siswa dalam memahami

matematika, guru harus mampu mempersiapkan, merancang dan mengembangkan

pembelajaran matematika. Salah satu perangkat pembelajaran yang sangat

berperan untuk meningkatkan aktiitas dan kegiatan siswa untuk memahami

konsep adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang dibuat oleh guru harus

dapat membuat siswa menjadi aktif, tertarik, dan yang terpenting siswa dapat

menguasai materi yang diajarkan sehingga indikator pembelajaran dapat tercapai.

Setelah dilakukan observasi dan tanya jawab dengan beberapa orang guru

matematika, kebanyakan LKS yang digunakan selama ini adalah jenis LKS yang

berisi ringkasan materi, contoh soal, serta soal-soal tanpa disertai dengan perintah

atau langkah-langkah yang membuat siswa aktif dan kreatif dalam mencapai

pemahaman konsep.

Selain itu terungkap pula bahwa pemahaman siswa pada pokok bahasan

garis dan sudut masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat pada ketuntasan

belajar dan rata-rata nilai yang diperoleh siswa yang belum dapat mencapai

standar ketuntasan. Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi

bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Pentingnya

pemahaman pada materi ini dikarenakan konsep pada materi garis dan sudut akan

digunakan siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika lainnya yang ada

kaitan dengan konsep garis dan sudut.

Untuk itu, alternatif penyelesaian masalah tersebut adalah melakukan

penyediaan dan penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran yang

memungkinkan siswa lebih dominan dan aktif membangun pengetahuannya

sendiri dalam lingkungan belajar yang sesuai, yakni mengembangkan bahan ajar

berbasis konstruktivistik, salah satunya metode pembelajaran generatif. Oleh

karena itu, berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menggunakan Model Pembelajaran Generatif (MPG) pada Pokok Bahasan

Garis dan Sudut di Kelas VII SMP.”

4

Page 5: Seminar Usul penelitian

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah mengembangkan LKS pada pokok bahasan garis dan sudut

dengan model pembelajaran generatif yang valid dan praktis ?

2. Bagaimanakah efek potensial LKS pada pokok bahasan garis dan sudut

dengan model pembelajaran generatif terhadap hasil belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah

1. Menghasilkan LKS pada pokok bahasan garis dan sudut dengan model

pembelajaran generatif yang valid dan praktis.

2. Mengetahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan garis dan sudut

dengan model pembelajaran generatif.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, siswa

dan peneliti lainnya.

1. Bagi guru :

a. Sebagai variasi dan inovasi model pembelajaran matematika yang

dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika

tingkat SMP.

b. Sebagai acuan untuk mengembangkan LKS pada sub pokok bahasan

lainnya.

2. Bagi siswa :

5

Page 6: Seminar Usul penelitian

Sebagai motivasi untuk lebih aktif di kelas dan lebih peduli untuk

membangun pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya pada

pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti lain :

Dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan perangkat pembelajaran

matematika SMP pada materi-materi lain dengan menggunakan model

pembelajaran generatif (MPG) sehingga dapat secara luas dipakai oleh

guru-guru matematika lainnya.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya membelajarkan pembelajar

(anak, siswa, peserta didik), Degeng (dalam Asyhar, 2012: 7). Sedangkan menurut

Setyosari dan Sulton (dalam Asyhar, 2012: 7) pembelajaran adalah upaya yang

dilakukan pebelajar (guru, instruktur) dengan tujuan untuk membantu siswa agar

bisa belajar dengan mudah. Lain halnya menurut Asyhar (2012), pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan yang

berlangsung antar pendidik dan peserta didik.

Kata matematika berasal dari bahasa latin, manthanein atau mathema yang

berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut

wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri

utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau

pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga

kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

Kemahiran matematika yang perlu dikuasai siswa adalah yang berkaitan dengan

penalaran, komunikasi, pemecahan masalah, dan keterkaitan antarpokok bahasan,

sehingga siswa dapat menggunakan matematika secara maksimal (dalam Standar

Kompetensi Matematika, 2003).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu

peserta didik agar bisa belajar dengan mudah dalam memahami suatu konsep yang

6

Page 7: Seminar Usul penelitian

berkaitan dengan penalaran, komunikasi, pemecahan masalah, dan keterkaitan

antarpokok bahasan, sehingga terbentuk pola berpikir yang logis, sebagai dasar

terbentuknya matematika.

2. Media Pembelajaran

Gagne (dalam Asyhar, 2012: 7) mendefinisikan bahwa media

pembelajaran adalah berbagai komponen dalam lingkungan belajar yang

membantu pembelajar untuk belajar. Menurut Briggs media pembelajaran

merupakan sarana fisik yang digunakan untuk mengirim pesan kepada peserta

didik sehingga merangsang mereka untuk belajar (Asyhar, 2012: 7). Sedangkan

menurut Asyhar (2012:8), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana,

sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat

melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu

peserta didik dalam menerima informasi sehingga merangsang mereka untuk

melakukan proses belajar secara efisien dan efektif, juga sebaliknya guru dapat

dengan mudah mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa melalui media

pembelajaran tersebut. Menurut Asyhar (2012:44), ada empat jenis media

pembelajaran, yaitu media visual, media audio, media audio-visual dan

multimedia.

1) Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera

penglihatan semata-mata dari peserta didik, sehingga pengalaman belajar yang

dialami peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya.

Beberapa media visual antara lain: (a) media cetak seperti buku, modul, jurnal,

peta, gambar, dan poster, (b) model dan prototype seperti globe bumi, dan (c)

media realitas alam sekitar dan sebagainya.

2) Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran

dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman

belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan indera

7

Page 8: Seminar Usul penelitian

kemampuan pendengaran. Contoh media audio yang umum digunakan adalah

tape recorder, radio, dan CD player

3) Media audio-visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus

dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan

melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang

mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran. Beberapa contoh media

audio-visual adalah film, video, program TV dan lain-lain.

4) Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan

secara integrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran yang

melibatkan indera penglihatan dan pendengaran melalui media teks, visual

diam, visual gerak, dan audio serta media interaktif berbasis komputer dan

informasi. Contoh multimedia adalah TV, Powerpoint berupa teks, gambar

bersuara.

Berdasarkan penjelasan tersebut, media pembelajaran dalam penelitian ini

tergolong ke dalam media visual, yaitu Lembar Kerja Siswa yang mengacu pada

model pembelajaran generatif.

3. LKS (Lembar Kerja Siswa)

Depdiknas (dalam Darusman, 2008:17) menyatakan bahwa LKS adalah

lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang

terprogram. Sedangkan Shadiq (dalam Andayani, 2005:9) mendefinisikan LKS

sebagai lembaran duplikat yang dibagikan guru kepada siswa di suatu kelas untuk

melakukan kegiatan atau aktivitas belajar mengajar. Lembaran ini berisi petunjuk,

tuntunan pertanyaan dan pengertian agar siswa dapat mempeluas serta

memperdalam pemahamannya terhadap materi yang dipelajari.

Dengan menggunakan LKS, diharapkan dapat membantu siswa dalam

memahami materi yang ada sehingga indikator pembelajaran yang sudah

ditetapkan dapat dicapai dengan baik. Di dalam LKS, terdapat kegiatan yang

berupa petunjuk dan langkah-langkah dalam menyelesaikan tugas. Sehingga dapat

dikatakan bahwa LKS merupakan salah satu sumber belajar yang berbentuk

8

Page 9: Seminar Usul penelitian

lembaran yang berisikan materi secara singkat, tujuan pembelajaran, petunjuk

mengerjakan pertanyan-pertanyaan dan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab

siswa.

Untuk membuat atau menentukan sebuah LKS buatan guru yang baik, ada

beberapa petunjuk yang harus diperhatikan. Jones (dalam Andayani, 2005:9)

menyatakan LKS yang baik untuk diberikan kepada peserta didik, haruslah:

1) Dapat menampung keragaman kemampuan siswa di kelas

2) Bahasanya cukup dimengerti (Tidak terlalu sulit)

3) Format dan gambar harus jelas (mudah dipahami)

4) Mempunyai tujuan yang jelas

5) Memiliki isian yang memerlukan pemikiran dan pemprosesan infromasi

6) Tetap memiliki gambaran umum (global disamping gambaran detail)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, jika LKS disusun dengan baik seperti

langkah-langkah diatas maka dalam penggunaannya LKS dapat membuat

pembelajaran yang dilakukan berhasil karena LKS dapat mengarahkan siswa

untuk menemukan dan mengembangkan konsep sendiri dengan atau tanpa

bantuan guru dan juga membangkitkan minat belajar siswa.

4. Model Pembelajaran Generatif

Menurut Siswono (dalam Ullya, 2012: 44) model pembelajaran

mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi, metode dan

pendekatan yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya,

tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan

agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar

yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai. Model pembelajaran

meliputi strategi, pendekatan, metode dan teknik, dengan kata lain model

pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan

menyeluruh.

Menurut William (dalam Purnamasari, 2012:8) mengemukakan pengertian

dari model pembelajaran generatif, yaitu

9

Page 10: Seminar Usul penelitian

Generative learning is the process of actively integrating your existing knowledge about a subject with a new information about it. The result is an improved personal understanding of that topic and as significance to your situation.

Bahwa pembelajaran generatif adalah proses aktif dalam mengaitkan dan

membangkitkan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya yang menghasilkan suatu pemahaman individu dengan topik tertentu

yang sesuai dengan situasi yang dimiliki.

Dalam pelaksanaan MPG menurut Erlendsson (2006) (dalam Lusiana,

2009), ada empat strategi yang dapat digunakan yaitu Recall, Integration,

Organization dan Elaboration. Recall merupakan strategi yang melibatkan siswa

menarik informasi dari ingatan jangka panjang, dengan tujuan untuk mempelajari

fakta dasar informasi. Integration merupakan strategi yang melibatkan siswa

untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada,

dengan tujuan untuk mengubah informasi menjadi bentuk yang lebih mudah untuk

diingat. Organization merupakan strategi yang melibatkan siswa menghubungkan

pengetahuan yang telah ada dengan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan cara

yang bermakna. Elaboration merupakan strategi yang melibatkan siswa

menghubungkan antara materi baru dengan informasi atau ide yang sudah ada

dalam pikiran siswa, dengan tujuan untuk menambah ide menjadi informasi baru.

Model pembelajaran generatif yang mengutamakan peran aktif siswa

sejalan dengan prinsip dasar konstruktivisme. Hal ini berdasarkan pandangan dari

berbagai ahli, salah satunya menurut Trianto (2011: 113), dalam pandangan

konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa

banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru

adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: 1) menjadikan pengetahuan

bermakna dan relevan bagi siswa; 2) memberi kesempatan siswa menemukan dan

menerapkan idenya sendiri; dan 3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi

mereka sendiri dalam belajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran generatif

memiliki landasan teoritik yang berakar pada teori-teori belajar konstruktivisme.

10

Page 11: Seminar Usul penelitian

Model pembelajaran generatif merupakan suatu pembelajaran yang dapat

membimbing dan mengarahkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri

dengan cara menggunakan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dan pada

akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman baru yang sesuai dengan

situasi/topik tertentu.

5. Pengembangan LKS Model Pembelajaran Generatif

Menurut Tytler (dalam Fahinu, 2007; Lusiana, 2009) bahwa model

pembelajaran generatif terdiri dari empat fase pembelajaran, yaitu tahap

persiapan, tahap pemfokusan, tahap tantangan, dan tahap aplikasi. LKS yang

menggunkan model pembelajaran generatif artinya LKS yang memuat empat

tahapan terebut.

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, guru membimbing dan memberikan kesempatan pada

siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide/gagasan atau

konsepsi awal yang diperoleh siswa dari pengalaman sehari-hari atau dari

pembelajaran pada tingkat kelas sebelumnya. Hal ini akan merangsang siswa

untuk berfikir kritis, mengkaji data, gejala serta memusatkan pikiran terhadap

permasalahan yang akan dipecahkan sehingga dapat menumbuhkan rasa ingin

tahu pada diri siswa.

b. Tahap Pemfokusan

Pada tahap ini, guru mengarahkan siswa untuk mengkosntruksi konsep

yang sesuai dengan konsep ilmiah yang akan dipelajari. Pada LKS dengan model

generatif dibuatlah berbagai pertanyaan-pertanyaan yang menggiring siswa untuk

menuju fakta atau konsepsi yang akan dipelajari. Selanjutnya siswa

mengembangkan contoh-contoh dengan multipresentais seperti bahasa verbal,

simbolik, diagram, tabel atau grafik agar pemahaman terhadap konsep tersebut

menjadi luas. Selanjutnya konsep-konsep yang telah dipahami dapat digunakan

untuk memecahkan masalah.

11

Page 12: Seminar Usul penelitian

c. Tahap Tantangan

Pada tahap ini, siswa diminta untuk mempresentasikan temuannya

melalui diskusi kelas sehingga akan terjadi proses tukar pengalaman, ide/gagasan

diantara siswa. Di dalam mengerjakan LKS, siswa melakukan diskusi dalam

menjawab permasalahan yang ada. Guru berperan sebagai moderator agar

jalannya diskusi dapat terarah, sehingga pada akhir diskusi, siswa memperoleh

kesimpulan dan pemantapan konsep yang benar.

d. Tahap Aplikasi

Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menggunakan pemahaman konseptual yang baru diperolehnya kedalam konteks

lain. Pada tahap ini juga siswa menguji keabsahan konsep yang diaplikasikandan

dimodifikasi kembali bila diperlukan. Dalam pengerjaan LKS siswa diberi

kesempatan untuk memecahkan masalah atau soal-soal yang lebih kompleks,

kemudian menguj ide alternatif yang mereka konstruksi untuk menyelesaikan soal

yang bervariasi dengan menerapkan konsep yang telah dipelajari. Dengan

demikian, siswa diharapkan mampu mempertimbangkan dan mengevaluasi

keunggulan gagasan baru yang dikembangkannya.

6. Analisis Materi Garis dan Sudut

Garis dan sudut merupakan materi yang dipelajari siswa Sekolah

Menengah Pertama di kelas VII semester genap. Materi garis dan sudut ini sesuai

dengan KTSP, yaitu termasuk Standar Kompetensi ke-5 yaitu memahami

hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta

menentukan ukurannya. Standar kompetensi ini dijabarkan lagi kedalam empat

Kompetensi Dasar (KD). Untuk lebih jelasnya, Standar kompetensi dan

Kompetensi Dasar mengenai materi garis dan sudut dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

12

Page 13: Seminar Usul penelitian

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Garis dan Sudut

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami hubungan garis dengan

garis, garis dengan sudut, sudut

dengan sudut, serta menentukan

ukurannya.

a. Menentukan hubungan antara dua

garis, serta besar dan jenis sudut.

b. Memahami sifat-sifat sudut yang

terbentuk jika dua garis

berpotongan atau dua garis sejajar

berpotongan dengan garis lain.

c. Melukis sudut.

d. Membagi sudut.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil kompetensi dasar ke-2. Hal-hal

yang akan dibahas adalah siswa dapat memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk

jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain

melalui LKS model generatif.

7. Kriteria Produk

a) Validitas

Untuk mendapatkan status valid, sebuah alat ukur/produk perlu melalui

proses validasi. Validasi adalah suatu proses pengujicobaan dan revisi suatu paket

pengajaran yang telah dikembangkan, sebelum dipergunakan/diuji coba di

lapangan (Harjanto, 2008 : 295).

Validasi terhadap suatu alat ukur/produk adalah bagian yang terpenting

dalam penelitian pengembangan. Dalam hal ini, proses validasi dilakukan untuk

mengetahui gambaran mengenai kevalidan materi pembelajaran yang telah

didesain dan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan atau

tidak.

Berdasarkan definisi diatas, validitas merupakan kesesuaian antara produk

yang dihasilkan dengan yang dikehendaki/tepat sesuai dengan yang diinginkan.

Dalam hal ini, alat ukur/produk yang dimaksud adalah LKS matematika yang

berbasis model pembelajaran generatif yang isinya sesuai dengan materi tentang

13

Page 14: Seminar Usul penelitian

garis dan sudut yang dikehendaki untuk dipelajari di kelas VII SMP yang

tercantum dalam kurikulum.

b) Kepraktisan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), praktis berarti mudah,

wajar, enak dipakai. Menurut Indaryanti (2008:35) kepraktisan adalah dapat

terpakainya suatu instrumen pembelajaran yang dalam penelitian ini adalah LKS

dengan Model Pembelajaran Generatif oleh siswa yang dinyatakan oleh pakar dan

pada saat pelaksanaannya. Dalam penelitian ini, akan dilihat keterpakaian LKS

dengan Model Pembelajaran Generatif pada pembelajaran matematika terutama

pada subpokok bahasan garis dan sudut.

8. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan dasar-dasar untuk menentukan tingkat

keberhasilan siswa memahami suatu materi pelajaran. Menurut Hamalik (dalam

Purnamasari (2012:18)) bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya

perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari dari tidak tahu menjadi

tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berdasarkan teori taksonomi bloom (Dimyati (2008); Purnamasari

(2012:18)) mengenai hasil belajar terjadi melalui tiga ranah, yakni ranah kognitif,

ranah afektif dan ranah psikomotorik, yang dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni:

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan

gerakan ekspersif dan interpretatif.

14

Page 15: Seminar Usul penelitian

G. Metode Penelitian

1. Jenis PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk

menghasilkan LKS garis dan sudut yang valid dan praktis serta efek potensial

hasil belajar menggunakan Model Pembelajaran Generatif.

2. Subjek PenelitianSubjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 27

Palembang.

3. Prosedur PenelitianPenelitian ini dilakukan dua tahap yaitu tahap preliminary yang meliputi

persiapan dan desain, dan tahap formative evaluation (Tessmer, 1993; Zulkardi,

2002) terdiri dari self evaluation, expert reviews, one to one, small group dan field

test. Tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Preliminary, yaitu :

a. Persiapan : Tahap ini meliputi analisis materi kurikulum matematika

berdasarkan KTSP SMP pada materi garis dan sudut di kelas VII SMP.

b. Pendesainan materi (prototipe) : Tahap ini meliputi pendesainan LKS garis

dan sudut untuk SMP. Pada tahap ini prototipe difokuskan pada tiga

karakteristik yaitu : isi, konstruk, dan bahasa.

15

Page 16: Seminar Usul penelitian

Tabel 2. Karakteristik yang menjadi fokus prototipe

IsiIsi LKS sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar

dan indikator pembelajaran.

Konstruk

LKS yang dibuat sesuai dengan tahapan pada Model

Pembelajaran Generatif, yaitu persiapan, pemfokusan,

tantangan, dan aplikasi.

Bahasa

Kalimat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar, serta sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.

Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda

atau salah pengertian.

2. Formative evaluation, yaitu :

a. Self evaluation : Pada tahap ini dilakukan penilaian oleh diri sendiri

terhadap hasil desain materi ajar yang dibuat oleh peneliti.

b. Expert reviews (Uji pakar) : Pada tahap ini peneliti mengkonsultasikan LKS

prototipe pertama kepada dosen pendidikan matematika dan guru

matematika. Pada tahap ini evaluasi LKS prototipe pertama difokuskan pada

tahap-tahap dalam Model Pembelajaran Generatif, yaitu persiapan,

pemfokusan, tantangan, dan aplikasi. Pendapat dari dosen pendidikan

matematika dan guru matematika dijadikan bahan untuk merevisi materi

ajar.

c. One-to-one : Pada tahap ini peneliti memberi LKS prototipe pertama kepada

salah seorang siswa sebagai tester. LKS yang telah dibuat diujicobakan pada

dua orang siswa, sehingga diperoleh tanggapan tentang materi yang

disajikan.

d. Revise : Berdasarkan komentar-komentar dari validator, komentar siswa dan

hasil observasi peneliti pada uji coba one-to-one, maka LKS prototipe

pertama ini direvisi guna memperoleh LKS prototipe kedua.

e. Small group : Pada tahap ini LKS prototipe kedua diujicobakan kepada 5

orang siswa yang bukan subjek penelitian. Pada tahap ini peneliti berperan

sebagai guru pembimbing sekaligus sebagai observer. Hasil pekerjaan siswa

16

Page 17: Seminar Usul penelitian

diperiksa dan dianalisis. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada soal-

soal yang perlu direvisi.

f. Revise : Berdasarkan komentar siswa dan hasil observasi peneliti terhadap

pekerjaan siswa pada uji coba small group, maka LKS prototipe kedua ini

direvisi guna menghasilkan LKS prototipe ketiga.

g. Field test : Pada tahap ini LKS ptototipr ketiga yang dinyatakan valid dan

praktis, kemudian dujicobakan kepada subjek penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang akan dipakai dalam penelitian ini

adalah :

1. Walk Through

Peneliti memberikan LKS kepada pakar kemudian para pakar mengamati

tentang kevalidan meliputi validitas isi, validitas konstruk dan validitas

bahasa. Kemudian peneliti mencatat setiap komentar dan saran yang

diberikan para pakar.

2. Analisis Dokumen

Hasil pekerjaan siswa pada LKS dianalisis dengan jalan membandingkan

variasi yang dipakai siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui letak

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal.

3. Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis diguakan untuk melihat kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal pada LKS.

17

Page 18: Seminar Usul penelitian

5. Teknik Analisis Data

a. Analisis Walk ThroughData yang diperoleh berupa saran dari para ahli, guru dan siswa yang

dijadikan sebagai bahan untuk merevisi LKS sehingga menghasilkan LKS

yang baik.

b. Analisis DokumenPada analisis dokumen ini dilihat dari jawaban soal-soal yang ada pada

LKS. Jawaban siswa dikoreksi dan diperiksa untuk melihat letak kesulitan

siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada masing-masing kelompok.

Dengan menganalisis dokumen ini akan terlihat kelompok mana yang

menggunakan strategi atau cara yang paling efesien dan tepat.

Tujuan dari menganalisis dokumen ini adalah sebagai berikut.

1. Merevisi LKS.

2. Melihat letak kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal pada LKS.

c. Analisis Penilaian TertulisData hasil tes yang diperoleh pada tahap field test merupakan alat ukur hasil

belajar siswa dalam domain kognitif. Hasil belajar tersebut dianalisis

sehingga dapat dilihat efek potensial dari media pembelajaran matematika

yang digunakan dalam pembelajaran.

G. Daftar Pustaka

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Pembelajaran Matematika SMA dan MA. Jakarta. Diakses pada tanggal

Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.Indaryanti. 2008. ”Pengembangan Modul Pembelajaran Individual dalam Mata

Pelajaran Matematika di Kelas XI SMA Negeri 1 Palembang.” Thesis. Palembang: PPs Universitas Sriwijaya. (http://eprints.unsri.ac.id/1456/1/Artikel_JPM_2008.pdf). Diakses pada tanggal 30 Mei 2013.

Lusiana. 2009. “Penerapan Model Pembelajaran Generatif (MPG) untuk Pelajaran

Matematika di Kelas X SMA Negeri 8 Palembang.” JURNAL

18

Page 19: Seminar Usul penelitian

PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3. NO. 2 DESEMBER 2009 dalam

http://eprints.unsri.ac.id/821/1/3_Lusiana_29-47.pdf. Diakses pada tanggal 3

Maret 2013.

Purnamasari, Desty Rina. 2012. Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Generatif di Kelas VIII SMPN 1 Inderalaya Utara. Skripsi. Indralaya. FKIP Unsri.

Trianto. 2011. Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya : Kencana Prenada Media Group.

Ullya. 2012. Buletin LPMP Sumatera Selatan Edukasi. “Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai Alternatif Penerapan Teori Konstruktivisme bagi Guru Sekolah Menengah Pertama.”

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTS untuk Optimalisasi Pencapaian Tujuan. Yogyakarta : PPPPTK. Dalam http://p4tkmatematika.org/file/PRODUK/PAKET%20FASILITASI/SMP/Analisis%20SI%20dan%20SKL%20Matematika%20SMP.pdf. Diakses pada 13 Mei 2013.

Zulkardi. 2002. Formative Evaluation: What, Why, When, and How. Thesis. Dalam http://www.oocities.org/zulkardi/books.html. Diakses pada tanggal 9 Mei 2013.

19

Page 20: Seminar Usul penelitian

http://cs.upi.edu/uploads/paper_skripsi_dik/EFEKTIVITAS%20PENERAPAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20GENERATIF%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20PEMAHAMAN%20SISWA%20DALAM%20MATA%20PELAJARAN%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DAN%20KOMUNIKASI%28Neneng%20Nuraeni%29.pdf

20

Page 21: Seminar Usul penelitian

Cari!Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pendekatan Pembelajaran Matematika.

Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/permendiknas-no-22-tahun-2006.pdf diakses pada 13 Mei 2013 .

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Dalam http://www.dikti.go.id/files/atur/Permen20-2007StandarPenilaian.pdf diakses pada 13 Mei 2013 .

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Dirjen Dikti, Jakarta.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian Pendekatan, Stratrgi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran

tujuan umum pembelajaran matematika

21