sengketa kepemilikan tanah di batas wilayah desa …sengketa kepemilikan tanah di batas wilayah desa...

22
1 SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) Dzia Firdausy 1 , Iwan Permadi 2 , Agus Yulianto 3 Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono Nomor 169. Malang Email: [email protected] Abstract According to the provisions of Article 19 UUPA yuncto Article 3 and Article 4 PP 24 of 1997 on Land Registration, the purpose of land registration is to provide legal certainty and legal protection for land rights holders. However, the application for registration of land by landowners based AJB 12/7/II/Kec.Sgs/ 2009 in the village of Banjararum, by the District Land Office. Malang otherwise cannot be processed further and therefore above ground objects petitioned the registration has been published SHM 731/ Desa Tunjungtirto, whereas land based AJB has never applied for the registration of land or a certificate issued previously. This study examines to what legal consequences as well as any legal action taken by the owner of the land by AJB in order to obtain their rights. The method used in this research is juridical empirical method. The results of this research note that the owner of the land by AJB lose the right to be able to carry out the registration of his property. The loss of the right to obtain a certificate as proof of entitlement. The loss of the right to obtain a guarantee of protection and legal certainty. Legal efforts have been taken by the owner of the land by AJB is to file a lawsuit to the State Administrative Court in Surabaya and still own and control the physical object has its soil. Suggestions from this study is that each participating village chief to becoming a mediator in resolving this matter amicably. District Land Office. Malang checks and reassessment of the physical data and juridical data on the object land in dispute. The government create a system that can be accessed online with regard to the boundaries of the region, in particular the territorial boundaries between villages in the county. Key words: land tenure dispute, borders, land registry, legal certainty Abstrak Menurut ketentuan Pasal 19 UUPA yuncto Pasal 3 dan Pasal 4 PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, tujuan dari pendaftaran tanah adalah untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah. Namun permohonan pendaftaran tanah oleh pemilik tanah 1 Mahasiswa, Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. 2 Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. 3 Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.

Upload: others

Post on 25-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

1

SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA

(Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang)

Dzia Firdausy1, Iwan Permadi

2, Agus Yulianto

3

Program Studi Magister Kenotariatan

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Jl. MT. Haryono Nomor 169. Malang

Email: [email protected]

Abstract

According to the provisions of Article 19 UUPA yuncto Article 3 and Article 4 PP

24 of 1997 on Land Registration, the purpose of land registration is to provide

legal certainty and legal protection for land rights holders. However, the

application for registration of land by landowners based AJB 12/7/II/Kec.Sgs/

2009 in the village of Banjararum, by the District Land Office. Malang otherwise

cannot be processed further and therefore above ground objects petitioned the

registration has been published SHM 731/ Desa Tunjungtirto, whereas land based

AJB has never applied for the registration of land or a certificate issued

previously. This study examines to what legal consequences as well as any legal

action taken by the owner of the land by AJB in order to obtain their rights. The

method used in this research is juridical empirical method. The results of this

research note that the owner of the land by AJB lose the right to be able to carry

out the registration of his property. The loss of the right to obtain a certificate as

proof of entitlement. The loss of the right to obtain a guarantee of protection and

legal certainty. Legal efforts have been taken by the owner of the land by AJB is

to file a lawsuit to the State Administrative Court in Surabaya and still own and

control the physical object has its soil. Suggestions from this study is that each

participating village chief to becoming a mediator in resolving this matter

amicably. District Land Office. Malang checks and reassessment of the physical

data and juridical data on the object land in dispute. The government create a

system that can be accessed online with regard to the boundaries of the region, in

particular the territorial boundaries between villages in the county.

Key words: land tenure dispute, borders, land registry, legal certainty

Abstrak

Menurut ketentuan Pasal 19 UUPA yuncto Pasal 3 dan Pasal 4 PP No. 24 Tahun

1997 tentang Pendaftaran Tanah, tujuan dari pendaftaran tanah adalah untuk

memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pemegang

hak atas tanah. Namun permohonan pendaftaran tanah oleh pemilik tanah

1 Mahasiswa, Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya,

Malang. 2 Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.

3 Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.

Page 2: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

2

berdasarkan AJB No.12/7/II/Kec.Sgs/2009 di Desa Banjararum, oleh Kantor

Pertanahan Kab. Malang dinyatakan tidak dapat diproses lebih lanjut dan oleh

karena atas obyek tanah yang dimohonkan pendaftaran telah terbit SHM

No.731/Desa Tunjungtirto, padahal tanah berdasarkan AJB belum pernah

dimohonkan pendaftaran tanah ataupun diterbitkan sertifikat sebelumnya.

Penelitian ini mengkaji mengenai apa akibat hukum serta apa saja upaya hukum

yang ditempuh oleh pemilik tanah berdasarkan AJB agar memperoleh haknya.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode yuridis empiris. Hasil

dari penelitian ini diketahui bahwa pemilik tanah berdasarkan AJB kehilangan hak

untuk dapat melaksanakan pendaftaran tanah miliknya. Hilangnya hak untuk

memperoleh sertifikat sebagai tanda bukti hak. Hilangnya hak untuk mendapatkan

jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil. Upaya hukum yang telah

ditempuh oleh pemilik tanah berdasarkan AJB adalah dengan mengajukan

gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara di Surabaya dan tetap memiliki dan

menguasai secara fisik atas obyek tanah yang dimilikinya. Saran dari penelitian

ini adalah, masing-masing Kepala Desa turut serta untuk mejadi mediator dalam

menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan. Kantor Pertanahan Kab. Malang

melakukan pengecekan dan pengukuran ulang terhadap data fisik dan data yuridis

atas obyek tanah yang menjadi sengketa. Pemerintah membuat sistem yang dapat

diakses secara online berkaitan dengan batas-batas wilayah, khususnya batas-

batas wilayah antar Desa di Kabupaten.

Kata kunci: sengketa kepemilikan tanah, batas wilayah, pendaftaran tanah,

kepastian hukum

Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan keberadaan orang lain

untuk kelangsungan hidupnya. Itu dapat dilihat dalam kesehariannya, manusia

senantiasa membutuhkan bantuan dari orang lain. Semakin tinggi tingkat

kebutuhan manusia, semakin banyak pula ia melibatkan orang lain dalam upaya

memenuhi taraf hidup yang dia harapkan. Pada gilirannya akan memperbanyak

perbuatan hukum yang dia lakukan dengan orang lain. Maka, semakin banyak

pula hubungan hukum yang dia lakukan dengan subyek hukum lain. Hubungan

hukum yang dimaksud dapat berupa, transaksi jual beli, sewa menyewa, hutang

piutang, dan bentuk-bentuk hubungan hukum yang lain, sesuai dengan kebutuhan

yang dikehendakinya pada saat itu.

Salah satu wujud hubungan hukum yang terjadi di antara manusia sebagai

subyek hukum adalah di bidang pertanahan. Antara lain, kegiatan pendaftaran tanah.

Salah satu pihak yang paling dominan dalam kegiatan pendaftaran tanah adalah

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), yakni pejabat umum yang diberi wewenang

untuk menjadi mitra instansi Badan Pertanahan Nasional (BPN). Hal ini ditegaskan

Page 3: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

3

dalam Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah, yaitu :

“Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu

oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan pejabat lain yang ditugaskan

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut peraturan pemerintah

ini dan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.”

Sedangkan pengertian pendaftaran tanah menurut Pasal 1 Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, antara lain

meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta

pemeliharaan data fisik dan data yuridis. Tertuang dalam bentuk peta dan daftar,

mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk

pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada

haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang

membebaninya.

Kegiatan pendaftaran tanah dilakukan oleh pemerintah dengan kegiatan dan

sistem yang sudah. Bahkan objektif pendaftaran tanah sebagaimana disebutkan

dalam Pasal 19 Undang-undang Pokok-Pokok Agraria (UUPA), semakin

disempurnakan posisinya, untuk memberikan jaminan yuridis dan jaminan teknis

dalam arti kepastian batas fisiknya.Tujuan memberikan jaminan kepastian hukum

merupakan tujuan utama dalam pendaftaran tanah sebagaimana yang ditetapkan

oleh Pasal 19 ayat (1)UUPA. Maknanya, memperoleh sertifikat bukanlah sekedar

fasilitas, tetapi merupakan hak pemegang hak atas tanah yang dijamin Undang-

undang.4

Ketentuan Pasal 19 Ayat (2) huruf c UUPA, menyatakan sertifikat tanah

yang diterbitkan berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Namun ketentuan ini

belum dapat menjaminnya karena dalam sistem publikasi negatif yang dianut

UUPA senantiasa memberikan kesempatan kepada seseorang yang merasa

mempunyai hak yang lebih kuat untuk menggugatnya ke pengadilan dengan

mengemukakan bukti-bukti hak yang dimilikinya.5 Ini berarti sertifikat tanah

4 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok

Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta : Djambatan, 2003), hlm. 74. 5Menurut A.P Parlindungan dalam Adrian Sutedi, Sertifikat Hak Atas Tanah, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2012), hlm. 7.

Page 4: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

4

yang diterbitkan bukanlah alat bukti yang mutlak, sehingga sertifikat bisa

dibatalkan.

Meskipun telah mendapat pengakuan dalam UUPA, sertifikat belum

menjamin kepastian hukum kepemilikannya, karena dalam peraturannya sendiri

memberi peluang dimana sepanjang ada pihak lain yang merasa memiliki tanah

dapat menggugat pihak yang namanya tercantum dalam sertifikat secara

keperdataan ke Peradilan Umum, atau menggugat Kepala BPN/Kepala Kantor

Pertanahan yang bersangkutan ke Pengadilan Tata Usaha Negara, atau gugatan

yang menyangkut teknis administrasi penerbitannya.6

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan atas tanah, dalam praktik

pelaksanaan pendaftaran tanah dewasa ini, ternyata banyak menimbulkan

permasalahan hukum, bahkan tidak sedikit yang berujung pada persengketaan di

pengadilan. Fakta itu telah menimbulkan kesan negatif, seolah program

pendaftaran tanah yang dilaksanakan selama ini, belum memberikan kepastian

hukum yang seutuhnya.

Salah satu contoh kasus yang akan dibahas dalam tesis ini adalah mengenai

pendaftaran tanah berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 12/7/II/Kec. Sgs/2009,

dengan obyek tanah di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten

Malang, yang terganjal proses pendaftarannya di Kantor Pertanahan Kabupaten

Malang dikarenakan telah terlebih dahulu terbit sertifikat, namun data yuridis

yang tertuang dalam sertifikat tersebut menunjuk pada obyek tanah di Desa yang

berbeda, yaitu Desa Tunjungtirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Kasus ini bermula dari keinginan pembeli yaitu Tuan Achmad Setiyono

untuk mensertifikatkan tanah miliknya yang masih berupa tanah bekas hak adat.

Tanah tersebut dibelinya dari Tuan M. Kholil Hadi selaku penjual yang

dibuktiakan dengan Akta Jual Beli No. 12/7/II/Kec. Sgs/2009, pada 12 Februari

2009, yang dibuat oleh dan di hadapan Drs. Cholik MM, selaku Pejabat Pembuat

Akta Tanah (PPAT). Jual beli tersebut dibuat atas obyek berupa tanah bekas hak

Milik Adat, yang tercatat dalam Buku C Desa No. 665, Persil 209, Kelas D.IV,

seluas 3.065 M2, terletak di wilayah administrasi Desa Banjararum, Kecamatan

Singosari, Kabupaten Malang.

6Ibid., hlm. 2-3.

Page 5: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

5

Pada tanggal 12 April 2014 Tuan Achmad Setiyono telah mengajukan

berkas permohonan pendaftaran hak milik terhadap obyek berupa tanah bekas hak

Milik Adatyang tercatat dalam Buku C Desa No. 665, Persil 209, Kelas D.IV,

seluas 3.065 M2, terletak di wilayah administrasi Desa Banjararum, Kecamatan

Singosari, Kabupaten Malang, kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten Malang, dengan kelengkapan berkas yang telah sesuai dengan

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yuncto

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3

Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun

1997 tentang Pendaftaran Tanah yuncto Peraturan Kepala Badan Pertanahan

Nasional RI No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan

Pertanahan, yakni :

1. Mengisi dan menyerahkan Surat Permohonan yang ditujukan kepada Kepala

Kantor Pertanahan Kabupaten Malang, tertanggal 12 April 2014, dan telah

diterima Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Malang pada tanggal 2 Mei

2014;

2. Mengisi blangko dan menyerahkan Surat Pernyataan Telah Memasang

Tanda Batas, tertanggal 27 Maret 2014, yang dibuat dan ditandatangani oleh

Tuan Achmad Setiyono serta ditandatangani oleh para pemilik yang

berbatasan serta diketahui dan membenarkan Kepala Desa Banjararum,

Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Bapak Za’fari.

3. Mengisi blangko dan menyerahkan Risalah Penelitian Data Yuridis dan

Penetapan Batas, tertanggal 27 Maret 2014, yang dibuat dan ditandatangani

oleh Tuan Achmad Setiyono serta disetujui dan ditandatangani oleh para

pemilik yang berbatasan serta diketahui dan membenarkan Kepala Desa

Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Bapak Za’fari.

4. Mengisi blangko dan menyerahkan Letter C Desa, tertanggal 27 Maret 2014,

yang dibuat oleh dan ditandatangani Kepala Desa Banjararum, Kecamatan

Singosari, Kabupaten Malang, Bapak Za’fari;

5. Mengisi blangko dan menyerahkan Surat Pernyataan (sebagaimana

dimaksud PER.MEN.AGR.BPN No. 3/1997 Ps. 76 ayat 2,3), tertanggal 27

Maret 2014, yang dibuat dan ditandatangani oleh Tuan Achmad Setiyono

Page 6: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

6

serta disaksikan pejabat Perangkat Desa Banjararum, Kecamatan Singosari,

Kabupaten Malang yaitu Bapak Supriadi dan Bapak Sutrisno, termasuk

diketahui Kepala Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten

Malang, Bapak Za’fari;

6. Mengisi blangko dan menyerahkan Surat Pernyataan Tanah Tidak Sengketa

(sebagaimana dimaksud Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI

No. 1 Tahun 2010), tertanggal 27 Maret 2014, yang dibuat dan

ditandatangani oleh Tuan Achmad Setiyono serta disaksikan pejabat

Perangkat Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang yaitu

Bapak Supriadi dan Bapak Sutrisno, termasuk diketahui Kepala Desa

Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Bapak Za’fari;

7. Mengisi blangko dan menyerahkan Surat Pernyataan Tanah Dikuasai Secara

Fisik (sebagaimana dimaksud Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

RI No. 1 Tahun 2010), tertanggal 27 Maret 2014, yang dibuat dan

ditandatangani oleh Tuan Achmad Setiyono serta diketahui/ dibenarkan

Kepala Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Bapak

Za’fari;

8. Mengisi blangko dan menyerahkan Surat Pernyataan, tertanggal 27 Maret

2014, yang dibuat dan ditandatangani oleh Tuan Achmad Setiyono serta

disetujui dan ditandatangani oleh para pemilik yang berbatasan serta

diketahui dan membenarkan Kepala Desa Banjararum, Kecamatan Singosari,

Kabupaten Malang, Bapak Za’fari.

Bahwa guna memperkuat dalil hukum, guna membuktikan bahwasanya

obyek berupa tanah bekas Milik Adat yang kini secara de facto dikuasai dan

dimiliki oleh Tuan Achmad Setiyono tersebut berada di dalam wilayah

administrasi Desa Banjararum Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Tuan

Achmad Setiyono tatkala mengajukan berkas permohonan pendaftaran/sertifikasi

hak milik sebagaimana dimaksud dalam perkara ini, telah menyerahkan pula

kepada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Malang kelengkapan

berkas sebagai data formil mendukung, antara lain:

Page 7: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

7

a. Surat Keterangan Tanah Bekas Milik Adat,tertanggal 27 Maret 2014, yang

dibuat oleh dan ditandatangani Kepala Desa Banjararum Kecamatan

Singosari, Kabupaten Malang, Bapak Za’fari.

b. Surat Keterangan Riwayat Tanah, tertanggal 16 Januari 2009, No.

372/421.730.006/2009, yang dibuat oleh dan ditandatangani Kepala Desa

Banjararum Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Bapak Za’fari.

c. Surat Keterangan Riwayat Tanah, tertanggal 10 Maret 2014, No.

145/421.630.006/2009, yang dibuat oleh dan ditandatangani Kepala Desa

Banjararum Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Bapak Za’fari.

d. Surat Keterangan,tertanggal 12 Agustus 2014, No.

004.1/16/421.730.007/VIII/2014, yang dibuat oleh dan ditandatangani

Kamituwo, Desa Tunjungtirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang,

Bapak Burhanudin.

Namun oleh sebab sejak tanggal 12 April 2014 sampai dengan tanggal 26

Mei 2015 idak ada kejelasan kelanjutan proses penerbitan sertifikatnya, maka

pada tanggal 26 Mei 2015, melalui surat resmi Tuan Achmad Setiyono

mempertanyakan perihal kelanjutan proses permohonan pendaftaran/sertifikasi

hak milik terhadap obyek berupa tanah bekas Milik Adat dimaksud kepada

Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Malang.

Pada tanggal 28 Mei 2015, Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten

Malang menerbitkan Surat, yang pada pokoknya menyatakan bahwasanya

permohonan Tuan Achmad Setiyono untuk melakukan pendaftaran hak milik

terhadap obyek berupa tanahbekas hak Milik Adatmiliknya yang terletak di

wilayah administrasi Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang,

tidak dapat diproses lebih lanjut dan oleh karena itu dinyatakan pula telah dicoret

dari daftar permohonan pendaftaran, dengan dasar alasan sebagai berikut:

a. Bahwa di atas tanah tersebut telah terbit sertifikat Hak Milik No. 731/Desa

Tunjungtirto seluas 4.209 meter persegi atas nama MOEHAMMAD

SOEBADJI;

b. Bahwa tanah tersebut sedang dalam sengketa batas wilayah antara Desa

Tunjungtirto dengan Desa Banjararum, yang beberapa waktu yang lalu

Page 8: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

8

telah dilakukan pengecekan lapang dan mediasi, namun hingga saat ini

belum ada kesepakatan dan titik temu;

Setelah menerima Surat dari Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten

Malang tersebut, Tuan Achmad Setiyono baru mengetahui keberadaan atau

adanya Sertifikat Hak Milik No. 731/Desa Tunjungtirto, Surat Ukur tanggal 12

Juli 2007, No. 00032/2007, Luas 4.209 meter persegi, diterbitkan tanggal 23 Juli

2007 atas nama MOEHAMMAD SOEBADJI.

Lantas apa upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pemilik tanah

berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 12/7/II/Kec.Sgs/2009 agar dapat membuktikan

bahwa dirinya adalah benar-benar pemilik atas tanah tersebut sehingga dapat

memperoleh haknya untuk mendaftarkan tanah miliknya di Kantor Pertanahan

Kabupaten Malang, dan mendapatkan jaminan kepastian dan perlindungan hukum

atas kepemilikan tanah tersebut.

Mengingat sistem pendaftaran tanah yang dianut di Negara Indonesia adalah

sistem pendaftaran tanah negatif bertendensi positif, yang artinya walaupun

terdapat bukti pemilikan hak atas tanah (sertifikat) yang mempunyai kekuatan

hukum tetapi masih dimungkinkan untuk dipersoalkan (dibatalkan) oleh pihak

lain yang mempunyai alasan hukum yang kuat melalui sistem peradilan hukum

tanah Indonesia. Karena tujuan utama dari pendaftaran tanah adalah memberikan

jaminan kepastian hukum sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 19 UUPA. Maka

memperoleh sertifikat, bukan sekedar fasilitas, tetapi merupakan hak pemegang

hak atas tanah yang dijamin Undang-undang.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, perumusan masalah sekaligus

merupakan pembahasan yang akan diteliti sebagai berikut. Bagaimanakah akibat

hukum bagi pemilik tanah berdasarkan Akta Jual Beli Nomor

12/7/II/Kec.Sgs/2009 di Desa Banjararum atas terbitnya Sertifikat Hak Milik

Nomor 731/Desa Tunjungtirto? Upaya hukum apa yang telah ditempuh oleh

pemilik tanah berdasarkanAkta Jual Beli Nomor 12/7/II/Kec. Sgs/2009agar dapat

menerima haknya untuk melaksanakan pendaftaran hak atas tanah di Kantor

Pertanahan Kabupaten Malang?

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah

yuridis-normatif. Penelitian yuridis-normatif adalah suatu prosedur ilmiah untuk

Page 9: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

9

menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan dari sisi normatifnya yang

objeknya adalah hukum itu sendiri.7 Sehubungan dengan jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian hukum yuridis normatif, maka pendekatan yang

dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan

pendekatan konseptual (conceptual approach).

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum empiris, yakni penelitian hukum yang dilakukan dengan cara

mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai

dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat.8Secara yuridis penelitian

difokuskan untuk mengkaji akibat hukum bagi pemilik tanah berdasarkan Akta

Jual Beli Nomor 12/7/II/Kec.Sgs/2009 atas terbitnya Sertifikat Hak Milik Nomor

731/Desa Tunjungtirto.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan yuridis sosiologis.

Secara yuridis penelitian memfokuskan untuk mengkaji akibat hukum bagi

pemilik tanah berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 12/7/II/Kec.Sgs/2009 atas

terbitnya Sertifikat Hak Milik Nomor 731/Desa Tunjungtirto dan upaya hukum

yang dapat ditempuh oleh pemilik tanah berdasarkan akta jual beli tersebut.

Sedangkan secara sosiologis, penelitian ini untuk mengkaji kepemilikan tanah

sertapenyebab sengketa kepemilikan atas obyek berupa tanah bekas hak Milik

Adat, yang tercatat dalam Buku C Desa No. 665, Persil 209, Kelas D.IV, seluas

3.065 M2, terletak di wilayah administrasi Desa Banjararum, Kecamatan

Singosari, Kabupaten Malang.

7 Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia,

2011), hlm. 57. 8Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Gafindo

Persada, 2004), hlm. 167.

Page 10: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

10

Pembahasan

A. Akibat Hukum Bagi Pemilik Tanah Berdasarkan Akta Jual Beli Nomor

12/7/II/Kec.Sgs/2009 di Desa Banjararum Atas Terbitnya Sertifikat Hak

Milik Nomor 731/Desa Tunjungtirto dengan Menggunakan Teori Kepastian

Hukum

Menurut Peter Mahmud Marzuki, Teori Kepastian hukum mengandung 2

(dua) pengertian yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat

individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan

kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah

karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat

mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap

individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam undang-undang

melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim

yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus yang serupa yang telah

diputuskan.9

Akibat hukum terhadap pemilik tanah berdasarkan Akta Jual Beli Nomor

12/7/II/Kec.Sgs/2009 di Desa Banjararum atas terbitnya Sertifikat Hak Milik

Nomor 731/Desa Tunjungtirto, dianalisis dengan menggunakan Teori Kepastian

Hukum dari Peter Mahmud Marzuki :

1. Aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan

apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan

Pendaftaran tanah merupakan persoalan yang sangat penting dalam

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria (UUPA), karena pendaftaran tanah merupakan awal dari proses

lahirnya sebuah bukti kepemilikan hak atas tanah.10

Pendaftaran tanah menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997, adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah

secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,

pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data

yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan

9Peter Mahmud Marzuki, loc.cit.

10Ibid.

Page 11: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

11

satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya

bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan

rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Tugas penyelenggaraan pendaftaran tanah yang berada di seluruh

wilayah Indonesia merupakan kewenangan Pemerintah Pusat, yang

ditugaskan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia sebagaimana

yang telah disebutkan di dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997, yang menyatakan : “Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh

Badan Pertanahan Nasioanal”,yuncto Pasal 3 huruf c Peraturan Presiden

Nomor 63 Tahun 2013 tentang Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia, yang menyatakan : “Dalam melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2, BPN RI menyelenggarakan fungsi: Perumusan dan

pelaksanaan kebijakan dibidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah dan

pemberdayaan masyarakat”.

Kewajiban pemegang hak untuk dapat membuktikan kepemilikan hak

atas tanahnya diatur dalam Pasal 23 dan Pasal 24 Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997 yang mengatur mengenai pembuktian hak. Pasal 23

huruf a angka 2 menyebutkan bahwa hak atas tanah baru dibuktikan dengan

asli akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh pemegang hak

milik kepada penerima hak yang bersangkutan apabila mengenai hak guna

bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik. Sedangkan dalam Pasal 24 ayat

(1) dan ayat (2) menjelaskan tentang pembuktian hak lama, yaitu apabila

(1) Untuk keperluan pendaftaran tanah, hak atas tanah yang berasal dari

konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai

adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan

atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh

Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistemik atau oleh

Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik,

dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak

pihak lain yang membenaninya.

(2) Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat

pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukuan hak

dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang

tanah yang bersangkutan selama 20 (duapuluh) tahun atau lebih

secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahulu-

pendahulunya.

Page 12: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

12

a. penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara

terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah,

serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya;

b. penguasaan tersebut sebelum maupun selama pengumuman

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahka

oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang

bersangkutan ataupun pihak lainnya.

2. Keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena

dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat

mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara

terhadap individu

Perbuatan hukum pendaftaran tanah merupakan suatu peristiwa penting

karena menyangkut segi hak keperdataan seseorang dan bukan hanya sekedar

kegiatan administratif. Hak keperdataan seseorang merupakan Hak Asasi

Manusia yang harus dijunjung tinggi dan dihormati oleh sesama manusia

lainnya dalam rangka terwujudnya kedamaian dalam ikatan hubungan

kemasyarakatan.11

Kepastian hukum berkaitan dengan supremasi hukum, karena hukumlah

yang berdaulat. Dengan landasan ini undang-undang dalam arti formal dan

Undang-Undang Dasar sendiri merupakan tumpuan dasar bagi tindakan

pemerintah. Pentingnya jaminan kepastian hukum bagi seluruh warga negara

sesuai dengan yang terdapat pada pasal 28D ayat 1 Undang–Undang Dasar

1945 bahwa “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”.

Atas dasar itu, pengaturan yang jelas mengenai jaminan kepastian

hukum kepemilikan tanah sangat penting bagi rakyat suatu bangsa,

sebagaimana perintah Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), Pasal 19 ayat

(1) yang berbunyi : “untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah

diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut

ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”.12

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka akibat

hukum bagi Tuan Achmad Setiyono selaku pemilik tanah atas obyek berupa tanah

11

Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-peraturan

Pelaksanaannya, (Bandung: Alumni, 1993), hlm. 15. 12

A.P. Parlindungan, loc. cit.

Page 13: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

13

bekas hak Milik Adat, yang tercatat dalam Buku C Desa No. 665, Persil 209,

Kelas D.IV, seluas 3.065 M2, terletak di wilayah administrasi Desa Banjararum,

Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang berdasarkan Akta Jual beli Nomor

12/7/II/Kec.Sgs/2009, atas terbitnya Sertifikat Hak Milik Nomor 731/Desa

Tunjungtirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, dengan menggunakan

Teori Kepastian Hukum menurut Peter Mahmud Marzuki, adalah :

1. Pemilik tanah berdasarkan Akta Jual beli Nomor 12/7/II/Kec.Sgs/2009,

kehilangan haknya untuk dapat melaksanakan pendaftaran tanah miliknya.

Padahal pendaftaran tanah diadakan oleh pemerintah di seluruh wilayah

Republik Indonesia dalam rangka menjamin kepastian hukum kepemilikan

tanah, sebagaimana perintah Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), Pasal

19 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

2. Menyebabkan ketidakpastian hukum terhadap kepemilikan tanah miliknya,

yaitu berkaitan dengan kepastian status hak yang didaftar, kepastian subyek

hak, kepastian obyek hak. Hal ini bertentangan dengan Pasal 3 huruf a

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

3. Bentuk dari hilangnya kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi

pemilik tanah berdasarkan Akta Jual beli Nomor 12/7/II/Kec.Sgs/2009

sebagai pemegang suatu bidang tanah adalah dengan hilangnya hak untuk

memperoleh sertifikat sebagai tanda bukti hak sebagaimana disebutkan dalam

Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah.

4. Berdasarkan hal-hal sebagaimana tersebut di atas, maka pemilik tanah

berdasarkan Akta Jual beli Nomor 12/7/II/Kec.Sgs/2009, kehilangan haknya

untuk mendapatkan jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil

sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28D ayat 1 Undang–Undang Dasar

1945.

Page 14: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

14

B. Upaya Hukum Yang Telah Ditempuh Oleh Pemilik Tanah Berdasarkan

Akta Jual Beli Nomor 12/7/II/Kec.Sgs/2009 di Desa Banjararum Agar

Memperoleh Haknya Untuk Melaksanakan Pendaftaran Tanah di

Kantor Pertanahan Kabupaten Malang

Sehubungan dengan upaya hukum yang telah ditempuh oleh pemilik tanah

berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 12/7/II/Kec/Sgs/2009 di Desa Banjararum agar

memperoleh haknya untuk melaksanakan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan

Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya bahwa pemilik tanah berdasarkan Akta Jual Beli Nomor

12/7/II/Kec/Sgs/2009 di Desa Banjararum telah kehilangan hak konstitusionalnya

sebagai warga negara yang telah melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan

tanah miliknya di Kantor Pertanahan.

Maka untuk itu diperlukan suatu upaya hukum agar pemilik tanah

berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 12/7/II/Kec/Sgs/2009 di Desa Banjararum

dapat melaksanakan haknya untuk mendaftarkan tanah miliknya di Kantor

Pertanahan Kabupaten Malang.

Definsi upaya adalah: usaha, ikhtiar untuk mencapai maksud tertentu.13

Untuk mengetahui upaya hukum apa saja yang telah ditempuh oleh pemilik tanah

berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 12/7/II/Kec/Sgs/2009, maka peneliti perlu

memperoleh data primer dengan cara mewawancarai Tuan Achmad Setiyono

selaku pemilik tanah berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 12/7/II/Kec/Sgs/2009.

Tuan Achmad Setiyono menyatakan bahwa sebelum melakukan upaya hukum di

Pengadilan, terlebih dahulu mempertanyakan perihal kejelasan proses pendaftaran

tanah miliknya kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Malang. Namun

jawaban yang diterima adalah bahwa salah satu alasan tidak berjalannya proses

pendaftaran tanah milik Tuan Achmad Setiyono adalah karena atas obyek tanah

yang saya ajukan permohonan pendaftaran tersebut telah terlebih dahulu

diterbitkan Sertifikat Hak Milik Nomor 731/Desa Tunjungtirto seluas 4.209 meter

persegi atas nama MOEHAMMAD SOEBADJI. Sertifikat tersebut diterbitkan

pada tahun 2007 dengan dasar pemecahan.”14

13

G. Setya Nugraha, et. al., Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karina, 2010), hlm. 613 14

Wawancara dengan pemilik tanah berdasarkan AJB No. 12/7/II/Kec.Sgs/2009 Tuan

Achmad Setiyono, Rumah Tuan Achmad Setiyono, 15 Maret 2016.

Page 15: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

15

Oleh sebab itu, setelah mengetahui hal tersebut beliau melakukan upaya

hukum sebagai usaha agar memperoleh haknya untuk mendaftarkan tanah yang

telah dibelinya dari Tuan M. Kholil Hadi berdasarkan Akta Jual Beli Nomor

12/7/II/Kec.Sgs/2009 di Kantor Pertanahan Kabupaten Malang. Upaya hukum

yang dilakukan oleh Tuan Achmad Setiyono adalah dengan mengajukan gugatan

ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Tuan Achmad Setiyono (atau disebut juga

Penggugat) yang telah memberikan kuasa kepada salah seorang Advokat di Kota

Malang, yaitu Bapak H.M. Kairupan, SH, M.Hum melayangkan gugatan ke

Pengadilan Tata Usaha Negara yang ditujukan kepada Kepala Kantor Badan

Pertanahan Kabupaten Malang (atau disebut juga Tergugat).

Menurut Bapak H.M. Kairupan, SH, M.Hum selaku Advokat/Kuasa Hukum

Penggugat, adapun yang menjadi sengketa Tata Usaha Negara dalam perkara ini

adalah:15

1) Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Malang, yaitu Surat

No.1510/019-35.07/V/2015, tertanggal 28 Mei 2015, Perihal: Tanggapan atas

Permohonan, yang menyatakan bahwa permohonan Penggugat untuk

melakukan pendaftaran hak milik terhadap obyek tanah bekas Milik Adat

tidak dapat diproses lebih lanjut, dan oleh karena itu dinyatakan pula telah

dicoret dari daftar permohonan pendaftaran, selanjutnya disebut KTUN Obyek

Sengketa No. 1.

2) Sertifikat Hak Milik No. 731/Desa Tunjungtirto, Surat Ukur tanggal 12 Juli

2007, No. 00032/2007, Luas 4.209 meter persegi, diterbitkan tanggal 23 Juli

2007 atas nama MOEHAMMAD SOEBADJI, selanjutnya disebut KTUN

Obyek Sengketa No. 2.

Kuasa Hukum Tuan Achmad Setiyono menjelaskan bahwa tindakan hukum

Tergugat yang telah menerbitkan KTUN Obyek Sengketa No. 1 maupun KTUN

Obyek Sengketa No. 2, merupakan obyek sengketa Tata Usaha Negara,

sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 1 angka (9)16 Undang-undang Nomor 5

15

Wawancara dengan Bapak H.M. Kairupan, SH, M.hum, Advokat/Penasehat Hukum,

Kantor Pengacara/Penasehat Hukum, 20 Maret 2016. 16

Bunyi : “Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan

oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara

yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang bersifat konkret,

individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.”

Page 16: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

16

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yuncto Undang-undang Nomor

9 Tahun 2004 Perubahan Pertama Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha

Negara yuncto Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 Perubahan Kedua Undang-

undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang merupakan tindakan hukum,

bersifat konkrit, individual dan final, serta menimbulkan akibat hukum.

Adapun yang dimaksud dengan bersifat konkrit, individual dan final, serta

menimbulkan akibat hukum jika dikaitkan dengan kasus ini adalah :

a. Kongkrit, karena objek sengketa KTUN tersebut nyata-nyata dibuat oleh

Tergugat, tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan, serta

telah menimbulkan akibat hukum yang menyebabkan kerugian Penggugat,

yakni terhalangnya hak untuk melakukan/melaksanakan pendaftaran hak

milik atas obyek berupa tanah bekas Milik Adat yang kini dikuasai dan

dimilikinya;

b. Individual, bahwa KTUN Obyek Sengketa No. 1 yang diputuskan itu tidak

ditujukan untuk umum, tetapi tertentu baik mengenai alamat maupun hal

yang secara tegas ditujukan kepada diri Penggugat, bahwasanya Tergugat

telah tidak dapat memproses lebih lanjut dan oleh karena itu menyatakan pula

telah mencoret dari daftar permohonan pendaftaran tanah milik Penggugat;

c. Final, karena KTUN Obyek Sengketa No. 1 maupun KTUN Obyek Sengketa

No. 2, yang diputuskan itu sudah berlaku definitif dan memiliki akibat hukum

bagi diri pribadi Penggugat, yang menimbulkan kerugian langsung bagi diri

Penggugat, yakni terhalangnya hak untuk melakukan/melaksanakan

pendaftaran hak milik atas tanah, yang kini dikuasai dan dimilikinya;

Upaya hukum yang dilakukan oleh Penggugat dengan mendaftarkan

gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara di Surabaya pada tanggal 26 Agustus

2015, masih dalam tenggang waktu yang diperkenankan untuk mengajukan

gugatan, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 55 Undang-undang Nomor 5

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yuncto Undang-undang Nomor

9 Tahun 2004 Perubahan Pertama Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha

Negara yuncto Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 Perubahan Kedua Undang-

undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang bunyinya:

Page 17: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

17

“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilanpuluh hari

terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara.”

Adapun yang menjadi dasar dari gugatan, menurut Tuan Achmad Setiyono

melalui Kuasa Hukumnya menjelaskan bahwa Penggugat telah memenuhi seluruh

persyaratan sesuai dengan ketentuan Perundangan-undangan yang berlaku. Selain

telah memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan Perundangan-

undangan yang berlaku, data fisik dan data yuridisnya sudah lengkap dan tidak

ada yang disengketakan, maka sesuai ketentuan Pasal 31 ayat (1)17 Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yuncto Pasal 69

ayat (1)18 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Tergugat wajib

segera menerbitkan Sertifikat Hak Milik atas nama Penggugat.

Dalam KTUN Obyek Sengketa No. 1, pernyataan Tergugat yang telah

mencoret dari daftar permohonan pendaftaran tanah atas sebidang tanah Bekas

Milik Adat yang kini dikuasai dan dimiliki oleh Penggugat, adalah tanpa dasar

yang dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis. Sedangkan berkaitan dengan

KTUN Obyek Sengketa No. 2, tujuan dari pendaftaran tanah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA adalah untuk menjamin kepastian

hukum. Maka oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia,

menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah, yakni

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Oleh

sebab itu, tindakan hukum yang wajib dilakukan sebelum menerbitkan sertifikat,

adalah dengan memperoleh data fisik yang diperlukan bagi pendaftaran tanah, dan

bidang-bidang tanah yang akan dipetakan diukur, setelah ditetapkan letaknya,

batas-batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-tanda batas di setiap

sudut bidang tanah yang bersangkutan, sebagaimana diperintahkan dalam

17

Bunyi: “Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai

dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 30 ayat (1)”. 18

Bunyi: “Untuk hak-hak atas tanah, Hak Pengeloaan dan tanah wakaf yang yang sudah

didaftar dalam buku tanah dan memenuhi syarat untuk diberikan tanda bukti haknya menurut

ketentuan dalam Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 diterbitkan sertifikat”.

Page 18: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

18

ketentuan Pasal 17, Pasal 18. Pasal 19, Pasal 24 ayat (1), Pasal 25 ayat (1) dan (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

KTUN Obyek Sengketa No. 2, adalah sertifikat atau tanda bukti hak yang

nyata-nyata menunjuk pada sebidang tanah yang berada di wilayah administrasi

Desa Tunjungtirto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, akan tetapi

dipergunakan sebagai alat bukti hak untuk menghaki (mengklaim) atas sebidang

tanah Bekas Milik Adat yang kini dikuasai dan dimiliki oleh Penggugat yang

berada di wilayah administrasi Desa Banjararum, Kecamatan Singosari,

Kabupaten Malang.

Tindakan hukum Kantor Pertanahan Kabupaten Malang tersebut merupakan

tindakan yang bertentangan dengan hukum, yakni melanggar Pasal 19 ayat (1)

UUPA, oleh sebab KTUN Obyek Sengketa No. 2 tersebut justru telah

menimbulkan ketidakpastian hukum, khususnya tentang kebenaran dan kepastian

hukum mengenai keberadaan obyek sebidang tanah yang dimaksud dalam KTUN

Obyek Sengketa No. 2, apakah berada di wilayah administrasi Desa Tunjungtirto,

Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, ataukah berada di wilayah administrasi

Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Secara de facto KTUN Obyek Sengketa No. 2, sebagaimana yang dimaksud

dalam perkara ini, tidak memiliki obyek benda/tanah yang tercatat secara

administratif legal dan sah dalam Buku Desa (Krawangan) maupun Buku Letter C

Desa, di Desa Banjararum Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, namun

sebaliknya tanah bekas Milik Adat yang saat ini dikuasai dan dimiliki Penggugat,

secara administrasi legal dan sah tercatat dalam Buku C Desa No. 665, Persil 209,

Kelas D.IV, seluas 3.065 M2 atas nama Salamoen P. Makmun, terletak di wilayah

administrasi Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Bahwa dengan demikian tindakan hukum Tergugat, yang telah menghalang-

halangi hak hukum Penggugat untuk melakukan pendaftaran hak milik terhadap

obyek berupa tanah bekas Milik Adat, dengan dalih telah diterbitkannya KTUN

Obyek Sengketa No.2, merupakan tindakan yang nyata-nyata telah menimbulkan

ketidakpastian hukum, kerugian, serta ketidakadilan bagi diri Penggugat.

Menurut Penggugat terbitnya KTUN Obyek Sengketa No.2, pada dasarnya

merupakan kesalahan yang diperbuat oleh Tergugat, yang menurut Yurisprudensi

Page 19: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

19

Mahkamah Agung R.I. maupun menurut Pasal 3 Undang-Undang No. 28 Tahun

1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme, bertentangan dengan asas ketelitian dan kecermatan, yang

sekaligus melanggar asas kepastian hukum, serta keadilan, dan sesuai asasnya

pula tidaklah patut bila kesalahan Tergugat seperti itu dibebankan atau menjadi

resiko Penggugat

Dengan demikian Penggugat berbendapat bahwa dia telah dapat

membuktikan secara yuridis bahwasanya tindakan hukum Tergugat merupakan

tindakan yang bertentangan dengan Perundangan-undangan yang berlaku,

khususnya ketentuan dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA yunctoPasal 17, Pasal 18.

Pasal 19, Pasal 24, Pasal 25 ayat (1) dan (2) serta Pasal 30 ayat (1) huruf c serta

ayat (3) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah, sebagaimana telah diuraikan di atas, oleh karena itu Penggugat

menyatakan bahwa sudah sepatutnya KTUN Obyek Sengketa No. 2, dinyatakan

batal atau tidak sah.

Demikianlah upaya hukum yang telah dilakukan oleh Penggugat yaitu Tuan

Achmad Setiyono yang merupakan pemilik tanah berdasarkan Akta Jual Beli

Nomor 12/7/II/Kec.Sgs/2009 di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari,

Kabupaten Malang. Namun sampai dengan dibuatnya tulisan ini, sengketa tanah

yang dimaksud masih belum terselesaikan. Meski demikian, Tuan Achmad

Setiyono sampai saat ini tetap memiliki dan menguasai secara fisik atas obyek

tanah miliknya yang berupa tanah bekas hak Milik Adat, yang tercatat dalam

Buku C Desa No. 665, Persil 209, Kelas D.IV, seluas 3.065 M2, di Desa

Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, walaupun dirinya tidak

dapat mendaftarkan tanahnya di Kantor Pertanahan Kabupaten Malang. Tuan

Achmad Setiyono ingin membuktikan bahwa atas obyek tanah yang dimilikinya

berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 12/7/II/Kec.Sgs/2009 yang dilakukan dengan

sah, secara nyata terletak dan tercatat dalam administrasi Desa Banjararum,

Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, dan belum pernah dimohonkan

pendaftaran tanahnya serta belum pernah diterbitkan Sertifikat oleh Kantor

Pertanahan Kabupaten Malang.

Page 20: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

20

Simpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian dalam jurnal ini, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Akibat hukum bagi pemilik tanah berdasarkan Akta Jual Beli Nomor

12/7/II/Kec.Sgs/2009 di Desa Banjararum atas terbitnya Sertifikat Hak Milik

Nomor 731/Desa Tunjungtirto. Pemilik tanah kehilangan haknya untuk dapat

melaksanakan pendaftaran tanah miliknya. Ketidakpastian hukum terhadap

kepemilikan tanah, berkaitan dengan kepastian status hak yang didaftar,

kepastian subyek hak, kepastian obyek hak. Hilangnya hak untuk

memperoleh sertifikat sebagai tanda bukti kepemilikan hak atas tanah.

Hilangnya haknya untuk mendapatkan jaminan perlindungan dan kepastian

hukum yang adil sebagaimana diamanatkan dalam Undang–Undang Dasar

1945.

2. Upaya hukum yang telah ditempuh oleh pemilik tanah berdasarkan Akta Jual

Beli Nomor 12/7/II/Kec. Sgs/2009 agar dapat menerima haknya untuk

melaksanakan pendaftaran hak atas tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten

Malang adalah dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha

Negara di Surabaya yang ditujukan kepada Kepala Kantor Badan Pertanahan

Kabupaten Malang, setelah mengetahui keberadaan dari Sertifikat Hak Milik

Nomor 731/Desa Tunjungtirto, yang digunakan oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten Malang untuk menghaki tanah yang dimilikinya berdasarkan Surat

dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Malang, No.1510/019-

35.07/V/2015, Perihal Tanggapan atas Permohonan, tertanggal 28 Mei 2015.

Surat tersebutsebagai KTUN obyek sengketa Nomor 1, dan Sertifikat Hak

Milik Nomor 731/Desa Tunjungtirto sebagai KTUN obyek sengketa Nomor

2. Tetap memiliki dan menguasai secara fisik atas obyek tanah yang

dimilikinya berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 12/7/II/Kec.Sgs/2009,

walaupun dirinya masih belum dapat mendaftarkan tanahnya di Kantor

Pertanahan Kabupaten Malang.

Page 21: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

21

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali. Achmad, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan. Jakarta:

Kencana, 2009.

Effendi. Bachtiar, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-

peraturan Pelaksanaannya. Bandung: Alumni, 1993.

Hadjon. Philiphus M., Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia.

Surabaya: Bina Ilmu, 2009.

Harsono. Boedi, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-

undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan,

2003.

J. Satrio, Hukum Pribadi Bagian I Persoon Alamiah. Bandung:Citra Aditya

Bakti,1999.

Marzuki. Peter Mahmud, Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2005.

Nugraha. G. Setya, et. al., Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Karina,

2010.

Parlindungan. A.P, Pendaftaran Tanah di Indonesia. (berdasarkan PP No.

24 Tahun 1997) dilengkapi dengan Peraturan Jabatan Pejabat

Pembuat Akta Tanah (PP No. 37 Tahun 1998). Bandung: Mandar

Maju, 2009.

Sutedi. Adrian, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta:

Sinar Grafika, 2009.

Sunggono. Bambang, Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia

Indonesia, 1998.

Wahid. Muchtar, Memaknai Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah.

Jakarta: Republika, 2008.

Peraturan perundang-undangan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

pokok Agraria.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara yuncto Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 Perubahan

Page 22: SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA …SENGKETA KEPEMILIKAN TANAH DI BATAS WILAYAH DESA (Studi di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang) ... Mengisi blangko

22

Pertama Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara

yuncto Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 Perubahan Kedua

Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1991 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Beberapa Ketentuan Dalam Undang-Undang Nomor 5

tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara .

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1998 tentang

Peraturan Jabatan Pembuat Akta Tanah.

Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013 tentang Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Agraria/Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun

1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 1 Tahun

2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.