sepsis puerperalis

3
SEPSIS PUERPERALIS Meningkatkan kesehatan ibu yang diukur dengan penurunan tiga perempat angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) adalah target ke 5 dari 8 target dalam Millenium Development Goal (MDGs) yang hendak dicapai pada tahun 2015. Target ini telah disetujui oleh 189 anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di New York pada September tahun 2000 lalu. Penelitian selama ini berkesimpulan bahwa penyebab kematian ibu melahirkan (Maternal Mortality) terbesar adalah perdarahan, pre eklamsia/eklamsia, serta infeksi. Sepsis puerperalis didefinisikan oleh WHO sebagai infeksi pada traktus genitalia dengan onset dalam waktu antara rupturnya membran saat akan melahirkan hingga 42 hari postpartum yang disertai gejala panas dan salah satu dari gejala berikut, yaitu nyeri pinggul, sekret vagina yang abnormal, bau yang abnormal dari sekret vagina, ataupun kemunduran reduksi ukuran uterus'. Didefinisikan pula oleh ICD-10 sebagai kenaikan suhu badan di atas 38° C yang menetap lebih dari 24 jam atau muncul kembali atara hari pertama sampai hari ke 10 dari kelahiran ataupun aborsi. Sepsis dapat disebabkan oleh bakteri endogen ataupun eksogen, bakteri endogen adalah bakteri yang secara normal ada di vagina ataupun rektum tanpa menyebabkan bahaya, bagian cavum uteri biasanya steril dari bakteri sampai saat ketuban pecah. Bakteri endogen ini dapat masuk ke uterus melalui transmisi lewat tangan/handscoen penolong persalinan ataupun lewat alat bantu yang dipakai. Bisa juga bakteri ini masuk ke

Upload: syifa-nurul-asma

Post on 20-Jul-2016

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Maternal health

TRANSCRIPT

SEPSIS PUERPERALIS

Meningkatkan kesehatan ibu yang diukur dengan penurunan tiga perempat angka

Kematian Ibu Melahirkan (AKI) adalah target ke 5 dari 8 target dalam Millenium

Development Goal (MDGs) yang hendak dicapai pada tahun 2015. Target ini telah disetujui

oleh 189 anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) dalam Konferensi Tingkat Tinggi

(KTT) di New York pada September tahun 2000 lalu.

Penelitian selama ini berkesimpulan bahwa penyebab kematian ibu melahirkan

(Maternal Mortality) terbesar adalah perdarahan, pre eklamsia/eklamsia, serta infeksi. Sepsis

puerperalis didefinisikan oleh WHO sebagai infeksi pada traktus genitalia dengan onset

dalam waktu antara rupturnya membran saat akan melahirkan hingga 42 hari postpartum

yang disertai gejala panas dan salah satu dari gejala berikut, yaitu nyeri pinggul, sekret vagina

yang abnormal, bau yang abnormal dari sekret vagina, ataupun kemunduran reduksi ukuran

uterus'. Didefinisikan pula oleh ICD-10 sebagai kenaikan suhu badan di atas 38° C yang

menetap lebih dari 24 jam atau muncul kembali atara hari pertama sampai hari ke 10 dari

kelahiran ataupun aborsi.

Sepsis dapat disebabkan oleh bakteri endogen ataupun eksogen, bakteri endogen

adalah bakteri yang secara normal ada di vagina ataupun rektum tanpa menyebabkan bahaya,

bagian cavum uteri biasanya steril dari bakteri sampai saat ketuban pecah. Bakteri endogen

ini dapat masuk ke uterus melalui transmisi lewat tangan/handscoen penolong persalinan

ataupun lewat alat bantu yang dipakai. Bisa juga bakteri ini masuk ke uteri karena pecah

ketuban yang terlalu lama, atau luka pada jalan lahir karena persalinan yang macet. Bakteri

eksogen adalah bakteri yang berasal dari luar organ genital wanita. Mikroorganisme

penyebab sepsis tersebut yang teridentifikasi adalah b-haemolytic group A streptococci

(GAS), Escherichia coli, b-haemolytic streptococci groupB, Streptococci

oralis,Staphylococcus aureus, Citrobacter dan Fusobacterium.

Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui faktor risiko terjadinya sepsis puerperium

yaitu tempat kelahiran yang tidak higinis, status sosio-ekonomi yang rendah, kekurangan

nutrisi, anemia, ketuban pecah terlalu lama, persalinan yang lama (lebih dari 12 jam),

pemeriksaan vagina dalam kelahiran, operasi caesar, kehamilan ganda, kelebihan berat, serta

stimulasi abortus. Penyebab tersering adalah operasi caesar yang menyebabkan kemungkinan

terjadinya sepsis lebih tinggi dikarenakan nekrosis jaringan, pengumpulan cairan postoperasi

serta adanya bakteri di bagian tubuh yang dibedah sehingga menyebabkan endometritis.

Dahulu pada abad 18 insidensi kematian maternal karena infeksi sangat tinggi, tetapi

kemudian menurun drastis setelah pengenalan cara mencuci tangan yang baik,

berkembangnya sosial-ekonomi lingkungan serta pengenalan penggunaan antibiotik.

Beberapa dekade terakhir ini telah dilaporkan peningkatan secara drastis infeksi b-haemolytic

group A streptococci (GAS ) yang merupakan bakteri yang sering menyebabkan sepsis.

GAS menyebabkan berbagai penyakit termasuk impetigo, demam scarlet, demam

reumatik, dan yang paling berbahaya adalah GAS invasif yang menyebabkan necrotizing

fasciitis dan sindrom syok toksik streptococcus yang fulminant. Eksotoksin yang dikeluarkan

GAS menyebabkan beresponnya sistem imun tubuh dengan menghasilkan sitokin-sitokin, hal

ini berdampak pada ketidakstabilan sirkulasi hemodinamik sehingga dapat terjadi hipoksia

jaringan dan hiperkoagulasi yang berpotensi membahayakan kehidupan.

Sepsis diawali dengan bakteriemia atau yang biasa disebut Systemic Inflamation

Respon Syndrom ( SIRS) , yaitu apabila hasil pemeriksaan pada pasien memenuhi minimal 2

dari kriteria berikut:

1. Suhu >38C atau <36 C

2. Denyut jantung >90 x permenit

3. Respirasi lebih dari 20 /menit atau PaCO2 < 32mmHg

4. Hitung leukosit >12.000/mm2 atau <4000/mm2 atau 10% sel imatur (band)

Selanjutnya apabila telah terjadi infeksi, maka disebut sepsis, dan apabila lebih parah dapat

berkembang menjadi severe sepsis ataupun syok sepsis.