serotinus
DESCRIPTION
serotinus laporan kasusTRANSCRIPT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. S
2. Umur : 20 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Status : Menikah
8. Alamat : Tegalombo 9/1 Dukuhseti
9. Tanggal Masuk : 30-7-2015
10. Masuk Jam : 11.45
11. Ruang : IKB
12. Kelas : BPJS PBI
B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 30-07-2015 pukul 11.45 WIB.
1. Keluhan Utama :
Usia kehamilan lebih dari taksiran lahir
2. Riwayat Kehamilan Sekarang
Pasien wanita usia 20 tahun G1P0A0 rujukan dari puskesmas dukuhseti dengan usia
kehamilan lebih dari taksiran perkiraan lahir. Pasien tidak mengeluh perut kenceng-
kenceng, air ketuban ngepyok atau merembes (-), lendir darah (-), gerak janin masih
dirasakan aktif.
3. Riwayat Kehamilan
HPHT : 8 Oktober 2014
HPL : 15 Juli 2015
UK : 42 minggu + 1 hari
4. Riwayat ANC
ANC dilakukan rutin di bidan setelah pasien dinyatakan hamil setiap bulan.
5. Riwayat Obstetri
G1P0A0
G1: Hamil ini
6. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 12 tahun
- Siklus haid : 28 hari
- Lama haid : 7 hari
- Dismenore : (-)
7. Riwayat KB: (-)
8. Riwayat Perkawinan : pernah menikah 1 (satu) kali dengan lama pernikahan 1 tahun
9. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
10. Riwayat konsumsi jamu saat hamil: disangkal
11. Riwayat Pijat saat hamil : 4 kali
12. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Paru : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
13. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, suami pasien bekerja swasta (tukang
bangunan). Kesan ekonomi cukup, biaya pengobatan ditanggung BPJS PBI.
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit TB : 157 cm
RR : 20 x/menit BB : 55 Kg
Suhu : 36,3 0C
b. Status Internus
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemesis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
- Mamae : Simetris, benjolan abnormal (-), hiperpigmentasi areola (-),
puting menonjol (+), besar cukup
- Paru :
Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris
Palpasi : Stem fremitus dextra dan sinistra sama, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
- Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi : Suara jantung I dan II murni, reguler, suara tambahan
(-)
- Abdomen :
Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (+)
Palpasi :
- Leopold I : - TFU 30 cm, Teraba bagian janin besar dan lunak
- Leopold II : - pengembangan uterus ke lateral sesuai sumbu ibu
-Teraba tahanan memanjang sebelah kiri dan bagian-bagian kecil pada
sebelah kanan.
- Leopold III :- Teraba bagian janin bulat, besar dan keras.
- Leopold IV :- Konfigurasi tangan pemeriksa konvergen (kepala belum
masuk rongga panggul)
o Auskultasi : DJJ 151x/menit
o HIS : -
o TFU : 30 cm
o TBJ = (TFU-12) x 155= 2070 gr
Pemeriksaan dalam
Cervix pembukaan -, eff 0%, kulit ketuban utuh, preskep, kepala belum masuk
PAP, LD (-), AK (-).
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Hematologi
Darah Rutin
Hb : 11,4 g/dL
Leukosit : 10,05/uL
Trombosit : 260.000/uL
GDS : 72
Waktu Perdarahan/BT 3’00’
Waktu Pembekuan/CT 5’00’
E. DIAGNOSIS MASUK
Wanita, 20 tahun, G1P0A0, UK 42 minggu + 1 hari, janin tunggal hidup intrauterine,
preskep, puki, belum dalam persalinan, dengan hamil post-date
F. PLANNING
10 pengawasan
1. Keadaan umum
2. Tekanan darah
3. RR
4. HR
5. Suhu
6. DJJ
7. His
8. PPV
9. Bundle ring
10. Tanda kala 2
Evaluasi kemajuan persalinan per 4 jam
G. DIAGNOSIS KELUAR
Wanita, usia 20 tahun, G1P0A0, post SC dan insersi IUD a/i Gagal induksi dengan
riwayat induksi oksitosin 5 iu/RL 500 ml a/i post-date, P1A0
Kehamilan Lewat Waktu (Serotinus)
DEFINISI :
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan yang dihitung
dari HPHT, di mana usia kehamilannya melebihi 42 minggu dan belum terjadi persalinan.
INSIDEN
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 3,5-14%. Data
statistik menunjukkan, angka kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang
dalam kehamilan cukup bulan, di mana angka kematian kehamilan lewat waktu mencapai 5-
7%.
ETIOLOGI
Etiologi kehamilan lewat waktu belum jelas. Beberapa teori terjadinya kehamilan ini
diantaranya :
1. Pengaruh progesteron
yaitu kadar progesterone tidak turun walaupun kehamilan telah cukup bulan,
sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Akibat kepekaan uterus
terhadap oksitosin yang berkurang akan menyebabkan kontraksi uterus menurun
dan menyebabkan rangsangan persalinan tertunda.
2. Teori oksitosin
Pelepasan hormon oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil aterm kemudian akan
menimbulkan rangsang uterus dan akan menimbulkan proses persalinan. Sehingga
Serotinus/postterm adalah kehamilan lebih dari 42 minggu dengan berdasarkan
perhitungan kehamilan dengan HPHT dan belum terjadi persalinan
Aterm adalah kehamilan 38-42 minggu (periode persalinan normal)
Postmatur adalah penggambaran janin yang memperlihatkan adanya kelainan akibat
kehamilan yang berlangsung lebih dari yang seharusnya (serotinus).
apabila proses neuroendokrin ini berkurang dan menyebabkan pelepasan hormon
tersebut berkurang atau terlambat maka masa kehamilan akan diperpanjang dan
proses persalinan tertunda. Hal ini kemudian menjadi alasan mengapa induksi
yang dilakukan untuk merangsang proses persalinan dengan menggunakan
oksitosin seringkali berhasil dilakukan.
3. Teori Kortisol/ACTH
Peningkatan kadar kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap peningkatan prostaglandin. Prostaglandin kemudian dapat
merangsang kontraksi uterus dan merangsang proses persalinan. Pada keadaan
cacat bawaan janin, seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya
kelenjar hipofisis pada janin akan menghambat jalur kortisol janin ini dan kortisol
tidak dapat diproduksi dan akan menyebabkan kehamilan akan berlangsung lewat
bulan.
4. Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhausser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan kelainan letak bayi, tali pusat
pendek dan bagian bawah masih tinggi dapat menjadi penyebab kehamilan
postterm.
5. Herediter
bila seorang ibu mengalami kehamilan lewat waktu saat melahirkan anak
perempuannya, maka probabilitas anak perempuannya itu akan mengalami
kehamilan lewat waktu dua sampai tiga kali lipatnya.
RISIKO
Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan pertumbuhan janin, gawat janin,
sampai kematian janin dalam rahim. Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada
kehamilan aterm. Kulit janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan
sampai hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti kertas
perkamen. Rambut dan kuku memanjang dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat
kekurangan oksigen akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam
rahim yang akan mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat. Pada saat janin lahir dapat
terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang dapat menimbulkan
kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration syndrome). Keadaan ini dapat menyebabkan
kematian janin. Komplikasi yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu yang tidak
stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik. Kehamilan lewat bulan dapat juga
menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin
besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama,
kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.
MANIFESTASI KLINIS
Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara subyektif
kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali/20 menit.
Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui
dengan pemeriksaan USG.
Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
Stadium I : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
Stadium II : seperti Stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
Stadium III : seperti Stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit dan tali pusat.
Menurut Muchtar (1998), pengaruh dari serotinus adalah :
1. Terhadap Ibu :
Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir,
maka akan sering dijumpai patus lama, inersia uteri, dan perdarahan postpartum.
2. Terhadap Bayi :
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari
kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.
Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat badan janin dapat
bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu. Ada
pula yang terjadi kematian janin dalam kandungan, kesalahan letak, distosia bahu,
janin besar, moulage.
Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998), yaitu :
Biasanya lebih berat dari bayi matur (> 4000 gram)
Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
Verniks kaseosa di badan kurang
Kuku-kuku panjang
Rambut kepala agak tebal
Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
DIAGNOSIS
Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam menentukan diagnosis kehamilan
postterm karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkan umur kehamilan, bukan terhadap
kondisi kehamilan. Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai kehamilan postterm merupakan
kesalahan dalam menentukan umur kehamilan. Kasus kehamilan postterm yang tidak dapat
ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%.
Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus Naegele setelah
mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka pengukuran
tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan informasi mengenai usia
gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah air ketuban yang berkurang
dan gerakan janin yang jarang.
Dalam menentukan diagnosis kehamilan postterm di samping dari riwayat haid, sebaiknya
dilihat pula hasil pemeriksaan antenatal.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilanlewat waktu,
antara lain :
HPHT jelas.
Dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu.
Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan Doppler, dan 19-20 minggu
dengan fetoskop).
1. Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur kehamilan kurang dari atau
sama dengan 20 minggu.
2. Tes kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.
3.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Sujiyatini dkk (2009), pemeriksaan penunjang yaitu USG untuk menilai usia
kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta. KTG untuk menilai ada atau
tidaknya gawat janin.
Menurut Mochtar, pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan, seperti pemeriksaan
berat badan ibu, diikuti kapan berkurangnya berat badan, lingkaran perut dan jumlah air
ketuban. Pemeriksaan yang dilakukan seperti :
1. Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir setelah persalinan yang lalu,
dan ibu menjadi hamil maka ibu harus memeriksakan kehamilannya dengan teratur,
dapat diikuti dengan tinggi fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin
dapat membantu diagnosis.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal,
gerakan janin dan jumlah air ketuban. Bila telah dilakukan pemeriksaan USG serial
terutama sejak trimester pertama, maka hampir dapat dipastikan usia kehamilan.
Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah trimester III sukar untuk memastikan usia
kehamilan. Pemeriksaan Ultrasonografi pada kehamilan postterm tidak akurat untuk
menentukan umur kehamilan. Tetapi untuk menentukan volume cairan amnion (AFI),
ukuran janin, malformasi janin dan tingkat kematangan plasenta.
3. Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat badan setiap kali periksa,
terjadi penurunan atau kenaikan berat badan ibu.
4. Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban
menurut warnanya yaitu bila keruh dan kehitaman berarti air ketuban bercampur
mekonium dan bisa mengakibatkan gawat janin (Prawirohardjo, 2005).
Kematangan serviks tidak bisa dipakai untuk menentukan usia kehamilan.
Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan keadaan
janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan keadaan
janin dapat dilakukan :
1. Tes tanpa tekanan (non stress test).
Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan oksitosin. Bila
diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan kemungkinan besar
janin baik.
2. Gerakan janin.
Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/20 menit) atau
secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/20 menit), dapat juga
ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif dengan USG
(normal > 1 cm/bidang) memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata
oligohidramnion, maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.
3. Amnioskopi.
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih baik.
Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami resiko 33%
asfiksia.
PENATALAKSANAAN
Perlu kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi janin postterm sehingga
setiap persalinan kehamilan posterm harus dilakukan pengamatan ketat dan sebaiknya
dilaksanakan di rumah sakit dengan pelayanan operatif dan perawatan neonatal yang
memadai.
Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan pengakhiran kehamilan.
Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan kesejahteraan janin dan
penilaian skor pelvik (pelvic score).
Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain :
1. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.
2. Induksi dengan oksitosin.
3. Bedah seksio sesaria.
The American College of Obstetricians and Gynecologist mempertimbangkan bahwa
kehamilan postterm (42 minggu) adalah indikasi induksi persalinan. Penelitian menyarankan
induksi persalinan antara umur kehamilan 41-42 minggu menurunkan angka kematian janin
dan biaya monitoring janin lebih rendah.
Dalam mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi beberapa
syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul normal, tidak ada
disproporsi sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah matang (porsio teraba lunak,
mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu, pengukuran pelvik juga harus dilakukan
sebelumnya
Table 1. Skor Bishop
0 1 2 3
Pendataran serviks 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6
Penurunan kepala dari Hodge
III -3 -2 -1, 0 +1, +2
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Posterior
Searah sumbu jalan
lahir Anterior
Bila nilai pelvis (PS) > 8, maka induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.
Bila PS > 5, dapat dilakukan drip oksitosin.
Bila PS < 5, dapat dilakukan pematangan servik terlebih dahulu, kemudian lakukan
pengukuran PS lagi.
Tatalaksana yang biasa dilakukan ialah induksi dengan Oksitosin 5 IU. Sebelum dilakukan
induksi, pasien dinilai terlebih dahulu kesejahteraan janinnya dengan alat KTG, serta diukur
skor pelvisnya. Jika keadaan janin baik dan skor pelvis > 5, maka induksi persalinan dapat
dilakukan. Induksi persalinan dilakukan dengan Oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%.
Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30 menit sebanyak 4
tetes/menit hingga timbul his yang adekuat. Selama pemberian infus, kesejahteraan janin
tetap diperhatikan karena dikhawatirkan dapat timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat,
tetesan infus dipertahankan hingga persalinan. Namun, jika infus pertama habis dan his
adekuat belum muncul, dapat diberikan infus drip Oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat
yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan terminasi dengan seksio sesaria.
Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
a) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
c) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi
menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
Pada kehamilan yang telah melewati 40 minggu dan belum menunjukkan tanda-tanda inpartu,
biasanya langsung segera diterminasi agar resiko kehamilan dapat diminimalis.
KOMPLIKASI
1. Menurut Mochtar, komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu :
Plasenta
Kalsifikasi
Selaput vaskulosinsisial menebal dan jumlahnya berkurang
Degenerasi jaringan plasenta
Perubahan biokimia
2. Komplikasi pada Ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia uteri, atonia
uteri dan perdarahan postpartum.
3. Komplikasi pada Janin
Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar, tetap
atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan.
4. Menurut Prawirohardjo (2006), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus
yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti gawat janin,
gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan letak.
5. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu
komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi seperti kelainan kongenital, sindroma
aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar (makrosomia) atau
pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka panjang pada bayi.
PENATALAKSANAAN
Secara umum, tatalaksananya adalah sebagai berikut:
- Sedapat mungkin rujuk pasien ke rumah sakit
- Apabila memungkinkan, tawarkan pilihan membrane sweeping antara usia
kehamilan 38-41 minggu setelah berdiskusi mengenai risiko dan
keuntungannya.
- Tawaran induksi persalinan mulai dari usia kehamilan 41 minggu.
- Pemeriksaan antenatal untuk mengawasi kehamilan usia 41-42 minggu
sebaiknya meliputi non-stress test dan pemeriksaan volume cairan amnion.
- Bila usia kehamilan telah mencapai 42 minggu, lahirkan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Obstetri William. Gary C, Gant Norman, Leveno K, Hauth J, Edisi 21. Vol.1. EGC.
Jakarta,2005. P 809-824
2. Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI. Yogyakarta: Fitramaya.
Neil, W.R. 2001. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat.
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.
3. Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika
4. Briscoe D, Nguyen H, Mencer M, et al, Management of Pregnancy Beyond 40
Weeks’ Gestation, 2005, Texas, American Academy of Family Physicians