sifatsifatmanusia
DESCRIPTION
Psikologi pendidikanTRANSCRIPT
BAB I
SIFAT – SIFAT UMUM AKTIVITAS MANUSIA
Sifat-sifat yang umum aktivitas manusia, ditinjau secara psikologis. Para anak
didik beraktivitas dalam cara-cara yang seperti dilakukan oleh manusia-manusia lain
pada umumnya. Mereka memperhatikan, mengerti, mengamati, mengingat, berkhayal,
berpikir, dan sebagainya seperti manusia-manusia lain pada umumnya. Hukum-hukum
psikologis yang mendasari aktivitas yang demikian adalah hukum-hukum psikologis
yang bersifat umum. Untuk dapat memahami para anak didik itu pendidikan harus
mempunyai bekal pengetahuan psikologis yang bersifat umum, yaitu pengetahuan
mengenai hukum-hukum psikologis yang mendasari aktivitas manusia pada umumnya.
1. Perhatian
Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses, prestasinya
lebih tinggi. Alangkah baiknya kalau tiap-tiap pelajaran dapat diterima oleh
murid-murid dengan perhatian yang cukup intensif.
2. Pengamatan
Manusia mengenal dunia wadag dan dunia riil, baik dirinya sendiri maupun
dunia sekitar tempatnya berada dengan melihat, mendengar, membau atau
mencecap. Cara mengenal obyek demikian itu disebut mengamati.
3. Tanggapan dan Variasinya
Tanggapan memainkan peranan penting dalam belajarnya atau
perkembangannya anak didik. Karena seyogyanyalah tanggapan tersebut
dikembangkan. Sebagai fungsi yang bahannyadi asalkan dari fungsi lain maka
macam tanggapan sering pula digolong-golongkan menurut fungsi yang
mendasarinya. Berhubungan dengan itu maka manusia digolongkan kedalam
tipe-tipe :
a. Visual
b. Auditif
c. Taktil
d. Gustatif dan
e. Olfaktoris
4. Fantasi
Mengingat kesannya faedah fantasi bagi kehidupan manusia sehari-hari, maka
haruslah fantasi di perkembangkan. Di sekolah, pada tiap pelajaran terkandung
kemungkinan yang cukup luas untuk mengembangkan fantasi itu, terutama mata
pelajaran ekspresi.
5. Ingatan
Penyelidikan psikologis tentang ingatan telah cukup banyak dilakukan oleh para
ahli dan hasilnya banyak yang langsung bersangkut paut dengan soal belajar
dalam membimbing perkembangan anak didik seyogyanya hasil-hasil yang telah
dikemukakan dipergunakan sebaik-baiknya. Pada waktu menghafal hendaklah
kondisi-kondisi diatur sedemikian rupa sehingga dapat dicapai hasil yang
maksimal seperti menyuarakan, pembagian waktu yang tepat, pemilian teknik-
teknik yang tepat dan sebagainya.
6. Berfikir
Jauh dari pada sikap ingin mengagung-agungkan akal/fikir, kiranya dapat
diterima bahwa fikiran mempunyai kedudukan yang boleh dikata menentukan.
Karena itulah kewajiban kita para pendidik di samping mengembangkan aspek-
aspek lain dari pada anak didik kita untuk memberikan bimbingan sebaik-
baiknya bagi pengembangan fikir itu.
7. Perasaan
Perasaan melatar belakangi dan mendasari aktivitas-aktivitas manusia. Karena
itu dalam memberikan pendidikan seharusnya diusahakan adanya perasaan yang
dapat membantu pelaksanaan usaha yang dilakukan itu. Umumnya diketahui,
bahwa kegembiraan bersifat menggiatkan, kekecewaan melembekkan. Karena
itu alangkah baiknya kalau pendidik dan pengajaran yang kita berikan dapat
diterima oleh anak-anak didika kita dalam suasana gembira.
8. Motif-motif
Aktivitas yang didorong oleh motif-motif intrinsik ternyata lebih sukses dari
pada yang didorong oleh motif ekstrinsik, karena itu alangkah baiknya kalau
dapat ditimbulkan seluas mungkin motif intrinsik itu pada anak didik kita.
BAB II
SIFAT – SIFAT KHAS KEPRIBADIAN MANUSIA
Di samping aktivitas-aktivitas yang bersifat umum, pada para anak didik
didapatkan sifat-sifat individual yang khas. Misalnya ada anak yang sudah cukup
diisyarati saja untuk menghentikan perbuatannya yang kurang layak, ada yang perlu di
tegur, bahkan ada pula yang tidak cukup dengan tegur dan membodohkan tindakan lain
yang lebih keras ( misalnya dipindahkan tempat duduknya di dekat guru ). Ada anak
yang mudah bergaul sebaliknya ada yang sukar sekali mendapatkan teman, ada anak
yang sangat setia kepada teman-temannya, ada anak yang suka membeo, ada yang suka
berpedoman kepada pendapat sendiri, ada anak yang suka kepada soal-soal politik, ada
yang suka kepada soal-soal kesenian, yang lain lagi lebih suka kepada soal-soal
kemasyarakatan dan keagamaan dan sebagainya. Pendek kata kepribadian anak didik itu
berlainan satu sama lain dan demi suksesnya usaha pendidik hal ini harus di kenal oleh
pendidik. Pendidik perlu mengenal bagaimana struktur kepribadian anak didiknya
bagaimana dinamikanya, dan bagaimana kepribadian yang demikian itu terbentuk.
Disamping itu pengetahuan mengenai tipe-tipe kepribadian anak didik adalah sangatlah
berguna dipandang dari segi praktis.
Satu hal lagi yang kiranya sangat penting untuk dikemukakan, terutama dilihat
dari sudut pandangan, operasional, adalah mengenai bagaimana caranya kita
mengungkap kepribadian manusia itu. Cara umum dapat dikatakan bahwa semua
metode psikologis dapat digunakan. Allport, seorang ahli dalam lapangan psikologi
kepribadian yang kenamaan. Macam-macam metode itu dalam 13 kelompok :
a. Studies of Cultural Setting
b. Physical Records
c. Social Records
d. Personal Records
e. Expressive Movement
f. Rattings
g. Standardized Tests
h. Miniatur Life Situations
i. Statistical Analysis
j. Laboratory Experiment
k. Depth Analysis
l. Ideal Types
m. Synthetic Methods
BAB III
SIFAT – SIFAT INDIVIDU YANG LAIN :
MASALAH INTELIGENSI
Selain ditemukan perbedaan antara individu yang satu dan individu yang lain
dalam hal kepribadian mereka masih ditemukan adanya sifat-sifat individual yang lain
yang khas. Salah satu sifat yang besar peranannya dalam proses pendidikan adalah sifat
yang khas yang berasal dari inteligensi. Misalnya ada anak yang cepat menangkap inti
persoalan yang di hadapi, ada yang tidak, ada yang dapat mengingat banyak sekali hal,
ada yang tidak. Perbedaan dalam inteligensi mengakibatkan adalanya perbedaan antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya. Perlu sekali para pendidik memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai hal ini, dan mengamalkannya sejauh mungkin.
Apa lagi telah terbukti terutama ketika anak-anak masih sangat muda, intelegensi yang
dapat dipakai salah satu petunjuk yang penting untuk meramalkan bagaimanakah
kiranya hasil study mereka kemudian.
BAB IV
PERBEDAAN-PERBEDAAN DALAM BAKAT
Masih ada satu sifat khas lagi pada individu yang besar peranannya terutama
pendidikan di atas tingkat pendidikan dasar dan juga pada pendidikan kejuruan dan
pendidikan orang dewasa. Telah diakui bahwa antara individu yang satu dengan
individu yang lain terdapat perbedaan dalam bakat. Suatu hal yang dianggap self-evident
adalah bahwa anak didik akan lebih berhasil belajar kalau mereka belajar dalam
lapangan yang sesuai dengan bakat mereka. Dan selanjutnya juga orang akan lebih
berhasil dalam bekerja kalau orang tersebut bekerjanya pada lapangan yang sesuai
dengan bakatnya. Adalah satu hal yang sangat ideal kalau kita dapat memberikan
pendidikan yang sesuai dengan bakat para anak didik. Dari penalaran ini nyata bahwa
adalah suatu keharusan kalau pendidik mengenal bakat para anak didiknya.
BAB V
PERKEMBANGAN INDIVIDU
Dalam menghadapi anak yang sedang mengalami masa Trotz ini sikap yang
paling bijaksana adalah jalan setengah, artinya bukan sikap yang ekstrim, baik ekstrim
menekan maupun ekstrim memanjakan.
Jika sekiranya pendidik memaksakan pendiriannya sendiri dengan memakai
kekerasan dan kekuasaan oleh sebab dia lebih kuat, maka anak itu akan mengalah dan
tunduk kepada pendapat orang dewasa, sedang kemauannya sendiri lenyap tak
berkembang. Anak yang demikian itu nantinya tak akan punya inisiatif, tanpa
kemampuan.
Sebaliknya jika anak itu diturut saja apa kehendaknya, atau dibiarkan saja
berbuat sekehendaknya, dengan maksud untuk menghindarkan persengketaan antara dia
dan orang dewasa, maka ini hanya merupakan pengunduran saja dari pada sengketa itu,
yang kelak akan timbul lagi dengan lebih hebat. Sebab bagaimanapun juga anak harus
belajar menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku, dia harus belajar
memberi, tidak hanya menerima saja, sebab dalam kehidupan bersama itulah yang
terjadi yaitu take and give.
Dipandang dari segi pendidikan masa negatif adalah masa yang sukar karena :
a. Dengan meninggalkan dunia serta pedoman-pedoman yang lama, sedangkan belum
mendapatkan pedoman-pedoman baru akan menyebabkan anak mudah terkena
pengaruh yang tidak baik.
b. Dengan sikap sosialnya yang negatif maka si remaja itu sukar didekati.
BAB VI
PERUBAHAN INDIVIDU KARENA BELAJAR
Pada permulaan tulisan ini telah dikemukakan, bahwa masalah mendidik
adalah masalah setiap orang, karena setiap orang sejak dahulu hingga sekarang,
berusaha mendidik anak-anaknya dan atau anak-anak lain yang diserahkan kepadanya
untuk dididik. Demikian pula masalah belajar dan mengajar yang dapat dikatakan
sebagai tindak pelaksanaan usaha pendidikan, adalah masalah setiap orang. Tiap orang
boleh dikatakan selalu belajar dan juga dalam arti tertentu mengajar, misalnya guru
mengajar murid-muridnya, pelatih mengajar para olahragawan, ibu rumah tangga
mengajar pembantu rumah tangga dan sebagainya.
Proses belajar dipengaruhi oleh banyak sekali faktor-faktor. Pendidik harus
mengatur faktor-faktor tersebut supaya berpengaruh menguntungkan bagi belajarnya
anak didik, motif boleh dikata merupakan faktor yang menentukan dalam belajar,
menentukan berhasil atau tidaknya usaha belajar. Karena itu pendidik harus berusaha
mempergunakan faktor ini sebaik-baiknya. Karena taraf aspirasi para anak didik itu
bermacam-macam, maka seberapa mungkin pendidik harus mengenal taraf aspirasi
mereka ini, dan bertindak sesuai dengan pengetahuan tersebut. Dimana perlu anak didik
perlu dibuatkan tujuan sementara yang dekat untuk memberi arah kepada usaha mereka
dalam belajar. Berdasar atas pendirian eklektik hendaklah digunakan hukum-hukum
belajar setepat mungkin supaya usaha belajar lebih efektif.
BAB VII
PENILAIAN HASIL-HASIL PENDIDIKAN
Sejak manusia melakukan usaha mendidik anak-anaknya pastilah mereka telah
pula melakukan usaha menilai hasil-hasil usaha mereka dalam mendidik anak-anak
mereka itu, kendati pun dalam bentuk dan cara yang sangat sederhana sekali. Memang
tindakan tersebut adalah wajar dan tidak dapat, tidak pasti dijalankan, karena
sebenarnya penilaian hasil-hasil pendidikan itu tak dapat dipisahkan dari usaha
pendidikan itu sendiri, penilaian merupakan salah satu aspek yang hakiki dari pada
usaha itu sendiri.
Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung
jawab membimbing anak-anak didik ke kedewasaan. Sebagai sesuatu usaha yang
mempunyai tujuan atau cita-cita tertentu sudah sewarjarnya bila secara implisit telah
mengandung masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. Sebab tiap-tiap kali orang
butuh mengetahui sampai sejauh manakah tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai itu
terwujud atau terlaksana dalam usaha-usaha yang telah dijalankan.
Adapun caranya orang melakukan penilaian tersebut bermacam-macam sekali,
ada yang dengan jalan testing, ada yang dengan jalan menyuruh melakukan suatu tugas
tertentu, ada yang dengan jalan menanyakan berbagai hal, ada yang dengan jalan
menyuruh membuat karangan, ada yang dengan jalan menyuruh memproduksikan hal-
hal yang telah diterima sebagai pelajaran. Akan tetapi cara yang paling umum ialah
dengan jalan menguji anak didik atau calan tersebut. Berbagai cara yang telah
disebutkan di atas itu pada hakekatnya adalah bentuk-bentuk khusus ujian itu.
Selanjutnya berdasarkan atas hasil-hasil ujian tersebut si penilai berusaha
menentukan sampai sejauh manakah kiranya anak didik itu maju ke arah tujuan yang
harus dicapainya dan berdasarkan hal ini selanjutnya penilai menentukan apakah anak
didik tersebut cukup memenuhi syarat-syarat tertentu untuk dimasukkan ke dalam
kategori tertentu.