simulasi kasus malaria print
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Malaria merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium dan hidup intra sel serta bersifat akut dan kronik.1 Malaria disebabkan
oleh protozoa genus Plasmodium yaitu Plasmodium malariae, Plasmodium ovale,
Plasmodium vivax, dan Plasmodium falcifarum 2
World Health Organization (WHO) mendefinisikan malaria berat jika terdapat
parasit Plasmodium falcifarum fase aseksual disertai satu atau lebih gambaran seperti:
1) Manifestasi klinis, antara lain: kelemahan, gangguan kesadaran, respiratory
distress (pernapasan asidosis), kejang berulang, syok, edema paru, perdarahan
abnormal, ikterik, dan hemoglobinuria; 2) Pemeriksaan laboratorium, antara lain:
anemia berat, hipoglikemia, asidosis, gangguan fungsi ginjal, hiperlaktatemia,
hiperparasitemia. Plasmodium falcifarum dapat menginfeksi manusia sejak dalam
konsepsi sampai dewasa.1
Berdasarkan WHO, setiap tahun terdapat 110 juta penderita malaria, 280 juta
orang sebagai karier dan 2 milyar atau 2/5 penduduk dunia selalu kontak dengan
malaria. Malaria masih merupakan penyakit rakyat yang tidak hanya mempunyai
dampak pada keadaan sosial ekonomi tetapi juga menyebabkan angka kematian
akibat adanya masalah dalam pelayanan kesehatan.3
1
Indonesia merupakan daerah endemis malaria, walaupun telah dilakukan
program pelaksanaan dan pemberantasan penyakit malaria sejak tahun 1959. Namun,
hingga kini angka kesakitan dan kematian masih cukup tinggi.3
Masih banyak Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria terjadi di beberapa daerah,
antara lain provinsi Papua, NTT, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara
Selain itu dapat pula terjadi di daerah Bangka Belitung, Sumatera Selatan,
Kalimantan Barat dan Bengkulu serta Riau.3,4
Untuk angka kesakitan malaria lima tahun terakhir menunjukkan adanya
penurunan, kawasan Jawa-Bali Annual Parasite Incidence (API) di tahun 2000 dari
0.81% menjadi 0.15 % di tahun 2004. Diperkirakan terjadi 15 juta kasus baru setiap
tahun dan hanya 20% diobati di sarana kesehatan masyarakat.3,4
Manifestasi klinis yang timbul pada penderita malaria ada bermacam-macam
dan banyak faktor yang mempengaruhinya, baik dari agen penyebab seperti infeksi
plasmodium campuran maupun dari dalam tubuh penderita sendiri seperti status
imun, status gizi, penyakit lain yang menyertai dan keadaan lain seperti
keterlambatan penanganan.4
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran malaria secara
komprehensif dengan menitikberatkan pada cara penulisan resep yang baik dan
rasional.
I.3 Definisi
2
Malaria adalah suatu penyakit akut dan dapat menjadi kronik. Penyakit ini
disebabkan protozoa yang hidup intrasel, genus plasmodium. Malaria ditandai dengan
panas, anemia dan splenomegali.7,8
I.4 Epidemiologi
Malaria merupakan penyakit yang masih endemis di Indonesia. Di Jawa dan
Bali, insiden malaria (annual parasite incidence/API) pada tahun 1997 adalah
12/100.000 penduduk dan meningkat tajam menjadi 81/100.000 pada tahun 2000. Di
luar Jawa-Bali insiden malaria klinis (annual malaria incidence/AMI) dilaporkan
lebih tinggi, sebesar 16/1000 penduduk pada tahun 1997 dan cenderung terus
meninngkat. Pada tahun 2000 meningkat menjadi 31/1000 penduduk. Kalimantan
Selatan sendiri merupakan daerah endemis malaria.9,10
Gambar 1. Peta Stratifikasi Malaria Tahun 2009
I.5 Etiologi
3
Terdapat 4 genus plasmodium yang dapat menyerang manusia, yaitu:8
1. Plasmodium vivaks (malaria tertiana)
2. Plasmodium falciparum (malaria tropika)
3. Plasmodium malariae (malaria malariae)
4. Plasmodium ovale (malaria ovale)
I.6 Patogenesis
Cara infeksi dapat melalui gigitan nyamuk atau transfusi darah. Daur hidup
speises malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk
dan fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh manusia8.
a. Fase aseksual
Pada fase jaringan, sporozoit dalam darah ke sel hati dan berkembang biak
membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut
skizogoni praeritrosit. Siklus ini berlangsung beberapa hari dan asimtomatik.
Merozoit masuk ke sel hati dan masuk dalam darah untuk memulai siklus eritrosit.
Sebagaian merozoit memulai dengan gametogoni membenruk mikrogametosit dan
makrogametosit. Siklus tersebut disebut masa tunas intrinsik.8,11
b. Fase seksual
Terjadi di dalam lambung nyamuk, mikro dan makrogametosit berkembang
menjadi mikro dan makrogamet yang akan membentuk zigot yang disebut ookinet
yang akan menembus dinding lambung nyamuk membentuk ookista yang
4
membentuk banyak sporozoit. Kemudian sporozoit akan dilepaskan dan masuk dalam
kelenjar liur nyamuk. Siklus tersebut disebut masa tunas ekstrinsik.8
Gambar 2. Siklus Hidup Malaria
I.7 Gambaran Klinis
Berikut adalah gejala atau keluhan utama pada:12
Malaria tanpa komplikasi: demam, menggigil, berkeringat dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
5
Malaria dengan komplikasi (malaria berat): gangguan kesadaran, keadaan
umum yang lemah, kejang-kejang, panas sangat tinggi, perdarahan, warna air seni
seperti teh tua dan gejala lainnya. Malaria falcifarum sering menyebabkan terjadinya
malaria dengan komplikasi (malaria berat).
Adapun gejala dan tanda selain di atas yang dapat ditemukan pada penderita
malaria adalah:11
1. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami
kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan
jaringan ikat bertambah.
2. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah
anemia karena P. Falcifarum. Hal ini disebabkan penghancuran eritrosit yang
berlebihan, eritrosit normal tidak dapat hidup lama dan gangguan pembentukan
eritrosit karena depresi eritropoesis dalam susmsum tulang.
3. Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.
Malaria falcifarum tanpa komplikasi yang digolongkan sebagai malaria ringan
adalah penyakit malaria yang disebabkan Plasmodium falcifarum dengan tanda klinis
ringan terutama sakit kepala, demam, menggigil, dan mual tanpa disertai kelainan
fungsi organ. Sedangkan malaria falcifarum dengan komplikasi umumnya
digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO di defenisikan sebagai infeksi
6
Plasmodium falcifarum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai
berikut:5
1. Malaria serebral yang ditandai dengan koma dan tidak bisa dibangunkan.
Derajat penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian berdasarkan Glasgow
coma scale (GCS) kurang dari 11 (3 respon mata, 5 respon motorik, 3 respon
bicara), atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang dan tidak disebabkan
penyakit lain
2. Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15 %)
3. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau
kurang dari 12 ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, disertai
kreatinin lebih dari 3 mg%)
4. Edema paru/ARDS (Adult respiratory distress syndrome )
5. Hipoglikemia: Gula darah < 40 mg%
6. Gagal sirkulasi atau Syok: Tekanan darah sistolik < 70 mmHg .
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, tractus digestivus, dan atau disertai
kelainan laboratorium adanya gangguan koagulasi intravaskular.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam.
9. Asidemia (PH < 7,25) atau asidosis (Plasma bikarbonat < 15 mmol/L)
10. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena
obat anti malaria pada kekurangan G6PD)
11. Diagnosa Post mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh darah kapiler otak.
7
Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai
dengan gambaran klinik daerah setempat ialah:5
1. Gangguan kesadaran ringan (GCS < 15) .
2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan) tanpa kelainan neurologik.
3. Hiperparasitemia > 5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil
malaria
4. Ikterik (Bilirubin > 3 mg%)
5. Hiperpireksia (temperatur > 40°C) pada orang dewasa atau anak
I.8 Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan parasit malaria seperti tropozoit yang
berbentuk cincin pada sediaan darah tepi, preparat darah tebal dan tipis. Sedian
sebaiknya dibuat pada waktu serangan demam.8,11
I.9 Penatalaksanaan
Obat malaria terdiri dari 5 jenis antara lain:4
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu:
proguanil dan pirimetamin.
2. Skinzontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu
primakuin.
3. Skinzontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina, klorokuin,
dan amidokuin.
8
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid
yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P. vivaks, P. malariae, P.
ovale adalah kina, klorokuin, dan amidokuin.
5. Sporontosid mencegah gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan
sporozoit dalam nyamuk Anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
Tiga jenis pengobatan malaria adalah:4,5
1. Pengobatan supresi ditujukan untuk menyingkirkan semua parasit dari
tubuh penderita dengan memberikan skizontosid darah dalam waktu
lama, lebih lama dari masa hidup parasit. Untuk P. vivaks, P.
malariae dan P. falcifarum (klorokuin dosis tunggal 1 kali, Primakuin
dosis tunggal, 1 hari, khusus daerah yang resisten klorokuin).
2. Pengobatan profilkasis digunakan skizontisid jaringan yang bekerja
pada skizon yang baru memasuki jaringan hati.
- Klorokuin seminggu sekali. Dimulai satu minggu sebelum
masuk ke daerah endemis malaria dan diteruskan sampai 4
minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.
- Di daerah resisten klorokuin. Sulfadoksin atau pirimetamin 1
minggu sekali. Klorokuin tetap diberikan untuk mencegah P.
vivaks, dan P. malaria.
3. Pengobatan radikal ditujukan untuk memusnahkan parasit dalam fase
eritrosit dan eksoeritrosit. Untuk P. vivaks, P. malariae dan P.
9
falcifarum klorokuin dosis tunggal sampai hari ke 3. Primakuin dosis
tunggal hari 1 s/d 3 untuk P. falcifarum. Untuk daerah resisten
klorokuin digunakan sulfadoksin/pirimetamin dosis tunggal 1 kali atau
kuinin 7 hari berturut-turut, primakuin dosis tunggal 1 hari.
Untuk terapi malaria dengan infeksi campuran Plasmodium Falcifarum
dengan Plasmodium vivax digunakan kombinasi antara artesunat dengan amodiakuin.
I.11 Pencegahan
- Mencegah dari gigitan nyamuk
- Pencegahan dengan membunuh jentik di sarang nyamuk dengan larvasida
- Pencegahan dengan menyemprot dinding rumah atau tenda dengan insektisida
- Pencegahan dengan minum obat profilaksis yaitu doksisiklin untung
pendatang berusia > 8 tahun (1tablet 100 mg), untuk pendatang dewasa tiap
hari 1 tablet sejak 1 minggu sebelum masuk sampai 1 bulan setelah kembali.
BAB II
10
SIMULASI KASUS
II.1 Kasus
Tn. Tony, usia 27 tahun, alamat jalan Sultan Adam RT 12 No 23 Banjarmasin,
pekerjaan tenaga field officer di sebuah LSM Internasional, datang ke poliklinik
dengan keluhan panas menggigil. Panas dirasakan sejak 5 hari yang lalu, bila malam
menggigil lalu berkeringat, tidak diingat oleh pasien setiap berapa hari dia menggigil.
Perut terasa sakit dan makan tidak berselera, karena agak mual. Kepala pusing dan
terasa berkunang-kunang. Pasien baru datang dari daerah sungai danau. Pasien sudah
makan obat panas Sanmol, tetapi badan tetap panas, Pasien juga disarankan teman
untuk minum Fansidar, tapi pasien hanya sempat makan klorokuin 2 biji. Tidak ada
kelainan pada buang air kecil.
Pemeriksaan fisik:
Tanda vital: TD = 130/80 mmHg
N = 88 x/menit
RR = 18 x/menit
T = 390C
Kepala dan leher : konjungtiva pucat
Thorax : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : Splenomegali schufner I
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
11
Pemerikksaan darah rutin : Anemia ringan (HB 10 gram%), Leukositosis
Pemeriksaan apusan darah tepi saat demam: trofozoid P. Falciparum dan plasmodium
vivax
Diagnosis : Malaria
II.2 Tujuan pengobatan
Tujuan pengobatan malaria antara lain:
• Pengobatan kausatif: mengendalikan serangan klinik dan sebagai terapi
supresi dan terapi radikal yaitu dengan pemberian antimalaria yang bersifat
skizontosid, baik di eritrosit dan eksoeritrosit darah Plasmodium falcifarum
dan Plasmodium vivax.
• Pengobatan simptomatik: mengurangi gejala demam dengan pemberian
antipiretik.
II.3 Perbandingan kelompok obat menurut khasiat, keamanan dan
kecocokannya
Kelompok jenis obat Khasiat Keamanan BSO
(efek samping)Kecocokan (Kontraindikasi BSO)
Skizontisid darah Klorokuin
Kina
Antimalaria
Antimalaria
Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, gatal-gatal, ototoksisitas, dan retinopati menetap.Sindrom Sinkonisme (mirip salisilismus):
Hati-hati pada pasien dengan penyakit hati, gangguan saluran cerna, neurologik, defisiensi G6PD, penderita psoriasis, gangguan retina.Hati-hati pada pasien yang
12
Artemisin
Artesunate
Antimalaria
Antimalaria
tinitus, sakit kepala, gangguan pendengaran, pandangan kabur, diare, dan mual.
Mual, muntah, dan diare
Sakit kepala, mual, muntah, sakit perut, gatal, demam, perdarahan abnormal, urin berwarna kemerahan.
hipersensitif dengan kina.
Tidak dianjurkan pada wanita hamil.
Reaksi hipersensitifitas, Tidak dianjurkan pada wanita hamil (trimester pertama)
Skizontozid jaringan primer Pirimetamin
Antimalaria Anemia makrositik Tidak dianjurkan pada wanita hamil.
Skizontisid jaringan sekunder Primakuin
Antimalaria Mual, nyeri epigastrik, kejang perut, anoreksia, sakit kepala (Katzung), dan anemia hemolitik akut (pasien G6PD).
Hati-hati pada pasien artritis reumatoid, lupus eritematosus, G6PD, wanita hamil, anak < 1 tahun.
Gametosid Amodiakuin Antimalaria Mual, muntah, sakit
perut, diarem dan gatal-gatal
Hati-hati pada pasien yang hipersensitif terhadap amodiakuin, penderita gangguan hepar.
Paraaminofenol Paracetamol
Analgetik-antipiretik
Jarang dapat terjadi reaksi alergi berupa eritema, urtikaria,
Penderita gangguan hati, ginjal, hipersensitif
13
demam dan lesu pada mukosa anemia hemolitik, methemoglobinemia, nefropati analgetik, toksisitas akut berupa nekrosis hati, nekrosis tubuli renalis, hipoglikemik
terhadap paracetamol
AINS Ibuprofen
Salisilat (Asetosal atau aspirin)
Pirazolon (Metampiron atau dipiron)
Analgetik-antipiretik
Analgetik-antipiretik
Analgetik-antipiretik
Gangguan saluran cerna, eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, ambliopia toksik yang reversible
Masa perdarahan memanjang, hepatotoksik, anoreksia, mual, ikterik, perdarahan lambung
Agranulositosis, anemia aplastik, trombositopenia hemolisis, oedem, tremor, mual muntah, perdarahan lambung
Tidak boleh digunakan bersaman dengan warfarin, furosemid, tiazid, beta bloker prazozin, kaptopril juga tidak dianjurkan pada wanita hamil dan menyusui
Penderita gangguan hati, protrombonemia
Hati-hati pada penderita ginjal dan hati, kelainan darah serta ada riwayat hipersensitifitas dengan obat ini
14
II.4 Pemilihan obat dan alternatif obat yang digunakan
Uraian Obat Pilihan Obat AlternatifNama Obat Artesunat + amodiakuin +
PrimakuinDihydroartemisin+Piperaquin(DHP)+ Primakuin
BSO (generik, paten, kekuatan)
Generik: Artesunat + AmodiakuinBSO: Tablet 50 mg dan 153 mg Paten: ArsuamoonBSO: Tablet 50 mg dan 150 mg Generik: Primakuin BSO: Tablet 15 mgPaten: -BSO: -
Generik: Dihydroartemisin+PiperaquinBSO: Tablet 40 mg dan 320 mg
Paten: ArterakineBSO: Tablet 40 mg dan 320 mg
Generik : Primakuin BSO : Tablet 15 mgPaten : -BSO: -
BSO yang diberikan dan alasannya
Tablet oral Lebih Praktis
Tablet oralLebih praktis
Dosis referensi
Artemisin: 4 mg/kgBB/hariAmodiakuin: 10 mg/kgBB/hariPrimakuin: 0,75 mg/kgBB
Dihydroartemisin: 2-4 mg/kgBB/hariPiperaquin: 16-32 mg/kgBB/hariPrimakuin: 0,75 mg/kgBB
Dosis kasus dan alasannya
Artemisin: 4 tablet (200mg)Amodiakuin: 4 tabletPrimakuin: 0,75 mg/kgBB
Arterakine: 4 tablet Primakuin: 0,75 mg/kgBB
Frekuensi pemberian dan alasannya
Artemisin: 4 tablet/hari selama 3 hariAmodiakuin: 4 tablet/hari selama 3 hari
Primakuin: hari I : 2 tablet, Hari ke2 sampai hari ke 14 : 1 tablet
Arterakine: 4 tablet/hari selama 3 hari
Primakuin: hari I : 2 tablet, Hari ke2 sampai hari ke 14 : 1 tablet
Cara pemberian dan alasannya
Per oral Lebih praktis, pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Per oral Lebih praktis, pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Waktu Sebelum makan Sebelum makan
15
pemberian dan alasannyaLama pemberian dan alasannya
Artemisin: 3 hariAmodiakuin: 3 hariPrimakuin: 14 hari
Arterakine: 3 hariPrimakuin: 14 hari
Analgetik-antipiretik
Uraian Obat Pilihan Obat AlternatifNama Obat Paracetamol IbuprofenBSO (Generik, Paten, Kekuatan)
Generik : ParacetamolBSO : tablet 100 mg, 500 mg, sirop 125mg/5 ml, Paten : Sanmol drops 80 mg, sirup 125 mg/ 5 ml, tablet 500 mg
Generik : IbufropenBSO : tablet 200 mg, 400 mg, 600 mgPaten : Psoris sirup 100 mg /5ml, kaptab 200 mg
BSO yang diberikan dan alasannya
Tablet karena praktis dan penderita adalah dewasa
Tablet karena praktis dan penderita adalah dewasa
Dosis 300-1000 mg/kali 5 1200-2400 mg/hari 5
Dosis kasus tersebut dan alasannya
500 mg/kali alasannya diharapkan dengan dosis tersebut mampu mengurangi gejala berupa demam.
200 mg/kali alasannya diharapkan dengan dosis tersebut mampu mengurangi gejala berupa demam.
Frekuensi pemberian
Jika panas 3 kali sehari karena demam pada malaria tidak spesifik, tidak demam terus menerus
Jika panas 3 kali sehari karena demam pada malaria tidak spesifik, tidak demam terus menerus
Cara pemberian dan alasannya
Peroral sebab pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Peroral sebab pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan
Saat pemberian dan alasannya
Sebelum makan karena absorbsi lebih baik
Sebelum makan karena dapat mengiritasi lambung
Lama pemberian
3 hari selama masih ada gejala 3 hari selama masih ada gejala
II.5 Resep yang tepat dan rasional
16
Resep pilihan:
Resep alternatif:
17
II.6 Pengendalian Obat
18
A. Artesunat
Struktur dan mekanisme kerja
Gambar 3. Struktur Artesunat14
Artemisin dan semisintetiknya merupakan derivat yang potensial dan
digunakan sebagai terapi lini pertama malaria pada berbagai negara tropis. Artesunat
(ARTS) yang memiliki rumus kimia C19H28O8 berpotensi luas. Artesunat memiliki
sifat dapat larut dalam air, obat ini dapat diberikan secara parenteral, oral, maupun
rektal. Selain sebagai terapi antimalaria obat ini ternyata dapat mengurangi produksi
telur Schistosoma haematobium sebanyak > 90%. Artesunat harus diberikan dengan
obat antimalaria yang lain seperti meflokuin atau amodiakuin untuk menghindari
resistensi.4,5
Farmakokinetik
Data farmakokinetik obat ini pada manusia sangat jarang. Setelah obat
artesunat masuk secara parenteral maka dihidrolisis secara cepat menjadi metabolit
aktif dihidroartemisin. Formulasi oral mungkin dihidrolisassi secara cepat sebelum
memasuki sirkulasi sistemik. Kadar puncak serum level muncul dalam 1 jam pada
oral artesunat dan menetap selama 4 jam. Pada artesunat intravena waktu paruh 45
19
menit telah dilaporkan. Dihydroartemisinin memiliki waktu paruh kurang dari 2 jam
yang memungkinkan berkurangnya risiko resistensi artesunat.4,5
Penggunaan
Kombinasi Artemisin terutama digunakan untuk pengobatan malaria
falciparum tanpa komplikasi yang resisten klorokuin atau resisten multidrug.
Kombinasi artesunat dan amodiakuin dipilih oleh program sejak tahun 2003 sebagai
pengganti klorokuin untuk pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi.14
Khusus untuk daerah yang mempunyai masalah dengan plasmodium vivax
yang resisten klorokuin antara lain Papua dan Lampung, kombinasi obat ini dapat
juga digunakan sebagai pengganti. Dosis kombinasi artesunat dan amodiakuin untuk
pengobatan malaria tanpa komplikasi adalah artesunat dengan dosis harian tunggal 4
mg/kgBB selama 3 hari dan amodiakuin dengan dosis harian tunggal 10 mg
basa/KgBB selama 3 hari. Untuk mencapai pengobatan radikal malaria falciparum
diberikan juga dosis tunggal primakuin 0,75 mg basa/kgBB. Untuk malaria vivax
diberikan dosis tunggal harian primakuin 0,25 mg basa/KgBB selama 14 hari.14
Pengobatan malaria berat atau dengan komplikasi diberikan loading dose
artesunat pada hari I dengan dosis 2x2,4 mg/KgBB parenteral (intravena atau
intramuscular) dengan interval waktu 12 jam. Kemudian dilanjutkan pada hari
berikutnya dengan dosis 2,4 mg/kgBB/hari (maksimal 5 hari) artesunat dan
amodiakuin.14
Efek samping dan Kontraindikasi
20
Efek samping artesunat adalah:
- Demam yang diinduksi oleh obat ini
- Kardiotoksisitas
- Kebingungan
- Gatal, rash makular
- Tinnitus
- Rambut rontok
- Kejang
- Pengurangan jumlah neutrofil
Artesunat tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipersensitivitas pada
artesunat dan derivat artemisin. Artesunat oral tidak boleh diberikan pada trimester
pertama kehamilan.4,13
Interaksi Obat
Artesunat memiliki minimal efek pada aktivitas sitokrom P450 hepar dan
tidak mempengaruhi metabolisme meflokuin. Artesunat tidak menginhibisi karboksi-
primakuin yang merupakan metabolit primakuin.4,13
Sediaan
Dikemas dalam bentuk combi pack yaitu:13,16
- Arsuamoon berisi 3 blister dimana setiap blister terdiri dari 4 tablet
artesunat yang tiap tablet mengandung 50 mg dan 4 tablet amodiakuin yang tiap
tablet mengandung 150 mg.
Penelitian-Penelitian
21
Terapi kombinasi berdasar artemisin atau Artemisinin-based combination
therapy (ACT) merupakan terapi yang direkomendasikan oleh WHO sebagai terapi
lini pertama pada malaria tanpa komplikasi karena Plasmodium falciparum. Di
Thailand telah dilakukan penelitian kombinasi artesunat dengan meflokuin dan
menunjukkan bahwa terapi tersebut dapat digunakan pada daerah yang tinggi
resistensinya terhadap terapi malaria. Satu penelitiannya menunjukkan kombinasi
artesunat dengan klindasmisin atau kombinasi artemisin dengan obat yang memiliki
waktu paruh pendek menunjukkan bahwa hilangnya gejala demam dan parasit sangat
cepat.4
B. Amodiakuin
Struktur dan Mekanisme Kerja
Gambar 4. Struktur Amodiakuin17
Amodiakuin, 4-aminokuinolon dengan mekanisme yang hampir mirip dengan
klorokuin. Amodiakuin efektif untuk melawan jenis P. falciparum yang resisten
dengan klorokuin.5
Farmakokinetik
22
Setelah obat diminum per oral, amodiakuin dengan cepat dan intensif
dimetabolisir menjadi bentuk aktif metabolit yaitu disetilamodiakuin. Senyawa ini
terdeteksi kurang dari 8 jam. Disetilamodiakuin terkonsentrasi dalam sel darah merah
dan perlahan-lahan hilang dengan waktu paruh sampai 18 hari.16
Penggunaan
Amodiakuin pernah dilaporkan menimbulkan reaksi fatal pada penggunaan
profilaksis atau pencegahan (tahun 1980). Akibatnya sejak tahun 1990 obat ini tidak
boleh digunakan sebagai profilaksis atau penggunaan alternativ terhadap kegagalan
klorokuin. Akan tetapi, karena resiko toksik, penggunaannya sebagai pencegahan dan
pengobatan ulangan tidak dianjurkan.16
Efek Samping dan Kontraindikasi
Efek samping penggunaan amodiakuin (dosis standart) untuk terapi malaria
adalah sama dengan klorokuin seperti mual, muntah, sakit perut, diare, dan gatal-
gatal. Obat ini tiddak boleh digunakan pada pasien dengan hipersensitif terhadap
amodiakuin dan penderita gangguan hepar.16
Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat amodiakuin dengan obat lain.16
Sediaan
Bentuk sediaan dari amodiakuin adalah tablet 200 mg. Regimen 10 mg
amodiakuin per hari selama 3 hari (total dosis 30 mg/kgBB) dianjurkan untuk
memudahkan pemakaian.16
Penelitian-Penelitian
23
Peneltian Dorsey menyatakan bahwa kombinasi sulfadoksin-pirimetamin
dengan amodiakuin atau artesunat dikatakan lebih efektif pada terapi awal
dibandingkan sulfadoksin-pirimetamin saja dan juga lebih efektif bila diberikan untuk
mengatasi rekurensi. Selain itu, menurut penelitian Mandei di Manado mengenai
perbandingan efikasi antara artesunat dan sulfadoksin-pirimetamin dengan artesunat
dan amodiakuin menghasilkan perbedaan yang tidak bermakna terhadap waktu bebas
demam.18
C. Primakuin
Struktur dan Mekanisme Kerja
Gambar 5. Struktur Primakuin4
Primakuin atau 8-6-metokuinolon merupakan turunan dari 8-aminokuinolon.
Adapun aktivitas sebagai antimalaria tidak banyak diketahui tentang cara kerja 8-
aminokuinolon, lebih-lebih tentang aktivitasnya yang lebih menonjol terhadap skizon
24
jaringan. Sedangkan yang menyebabkan hemolisis yang lebih kuat adalah
metabolitnya.5
Primakuin direkomendasikan sebagai lini kedua pada pencegahan serangan ke
empat jenis plasmodium malaria. Sayangnya, penggunaan primakuin dibatasi karena
kemampuannya yang dapat menyebabkan hemolisis pada pasien dengan defisiensi
glucose -6-phosphate dehydrogenase (G6PD). Primakuin merupakan obat yang
menyerang hypnozoit dari plasmodium vivax dan ovale di hati. Biasanya diberikan
pada orang yang mengunjungi daerah endemis malaria karena plasmodium vivax dan
ovale. Penggunaan primakuin sehari sekali pada 14 hari setelah berkunjung ke daerah
endemis ditujukan sebagai terapi presumtif antirelap.5
Farmakokinetik
Pemberian per oral, primakuin segera diabsorbsi, tetapi metabolismenya
berlangsung cepat sehingga hanya sebagian kecil yang diekskresikan dalam bentuk
utuh. Kadar puncak dalam plasma dicapai 1-2 jam, kemudian cepat menurun dengan
waktu paruh 3-6 jam. Metabolisme oksidatif primakuin menghasilkan 3 metabolit
turunan karboksil yang tidak berefk antimalria tetapi efek hemolitiknya lebih kuat.5
Penggunaan
Primakuin digunakan untuk:1
a. Pelengkap pengobatan radikal P.falciparum untuk mencegah terjadinya
penularan. Primakuin diberikan dengan dosis tunggal 0,75 mg basa/kgBB
(misalnya untuk orang dewassa BB 60 kg, diberikan 3 tablet primakuin).
25
b. Pelengkap anti relaps P.vivax dan P.ovale. Primakuin diberikan dengan
dosis tunggal harian 0,25 mg basa/KgBB selama 14 hari ( misalnya untuk
orang dewasa BB 60 kg, diberikan 1 tablet primakuin/hari). Pada P.vivax
Chesson strain, primakuin diberikan dengan dosis tinggi yaitu 0,5 mg
basa/KgBB/hari selama 14 hari (misalnya untuk orang dewasa BB 60 kg,
diberikan 2 tablet primakuin).
c. Khusus pada penderita dengan defisiensi G6PD derajat ringan, primakuin
sebagai pelengkap anti relaps P.vivax dan P.ovale diberikan secara
mingguan. Primakuin diberikan dengan dosis tunggal 0,75 mg basa/KgBB
(misalnya untuk orang dewasa BB 60 kg, diberikan 3 tablet primakuin)
selama 8 minggu.
Efek Samping dan Kontraindikasi
Beberapa efek samping primakuin antara lain:16
muntah, mual, dan sakit perut.
Sakit kepala
Kejang-kejang atau gangguan kesadaran
Anemia hemolitik
Efek samping yang terberat dari beberapa efek samping di atas adalah anemia
hemolitik akut pada pasien yang amgalami defisiensi enzim G6PD. Primakuin
dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit sistemik yang berat yang cenderung
mengalami granulositopenia. Wanita hamil juga tidak dianjurkan meminum obat
tersebut.5
26
Interaksi Obat
Penggunaan obat yang dapat meningkatkan risiko hemolisis atau depresi
sumsum tulang dihindari.5
Sediaan
Primakuin tersedia sebagai tablet 15 mg (sebagai fosfat). Dosis optimal untuk
pengobatan radikal malaria vivaks atau ovale 15 mg/hari untuk orang dewasa
sedangkan anak-anak0,3 mg/kgBB/hari selama 14 hari.16
Penelitian-Penelitian
Walaupun derivate artemisin telah menunjukkan pengurangan gametosit
dengan menghilangkan parasit aseksual dan imatur gametosit, hanya 8-
aminoquinolines, seperti primakuin yang bersifat letal pada gametosit matur .
Primakuin memiliki efek terhadap gametosit matur plasmodium falciparum yang
cepat diabsorbsi dengan konsentrasi puncak di plasma tercapai dalam 2 jam setelah
dikonsumsi.18
Suatu penelitian di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan kombinasi
artemeter bersama primakuin menunjukkan efikasi terapi lebih baik (92.8%)
dibanding klorokuin bersama primakuin (71 %) pada anak dengan malaria tanpa
komplikasi.18
BAB III
PENUTUP
27
Malaria merupakan masalah kesehatan dibanyak negara di seluruh dunia.
Meningkatnya insiden malaria disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya
adalah kasus malaria yang resisten terhadap obat anti malaria. Kombinasi Artesunat
dan amodiakuin ditambah dengan primakuin digunakan sebagai lini I pengobatan
malaria falciparum dengan dosis penggunaan Artesunat adalah 4 mg/KgBB/hari
selama 3 hari, sedangkan Amodiakuin 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari. Ditambah
dengan Primakuin 0,75 mg/kgBB/hari selama 14 hari. Untuk mengurangi gejala
demam diberikan obat simptomatik yaitu Parasetamol dengan dosis 3x500 mg yang
diberikan bila pasien demam.
28