skripsi - metrouniv.ac.id · 2020. 2. 20. · dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
STRATEGI PENGELOLAAN SAWAH WAKAF DI DESA
BUMIHARJO BATANGHARI LAMPUNG TIMUR
OLEH:
HENI PRATIWI
NPM. 14118354
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H/ 2018 M
STRATEGI PENGELOLAAN SAWAH WAKAF DI DESA BUMIHARJO
BATANGHARI LAMPUNG TIMUR
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Sebagai Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
OLEH:
HENI PRATIWI
14118354
Pembimbing I : Hermanita, MM
Pembimbing II : Elfa Murdiana, M.Hum
Jurusan : Ekonomi Syariah (ESy)
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1440 H/ 2018 M
ABSTRAK
OLEH:
HENI PRATIWI
Wakaf merupakan salah satu tuntutan ajaran Islam yang menyangkut
kehidupan bermasyarakat dalam ibadah sosial. Wakaf bertujuan untuk
memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuannya, maka harta benda
wakaf harus dikelola secara efektif dan efisien. Dalam pengelolaan harta wakaf oleh
seorang nadzir setidaknya mempunyai kemampuan untuk memberdayakan harta
wakaf, memiliki komitmen dalam pengembangan wakaf, serta memiliki strategi
dan manajemen pengelolaan yang baik. Praktik yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat belum berjalan tertib dan efisien. Pengelolaan wakaf masih banyak
yang bersifat tradisional dan lebih menekankan pada aspek konsumtif. Jarang sekali
harta wakaf yang dikelola untuk tujuan produktif dalam bentuk modal usaha yang
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kaum-kaum yang membutuhkan, terutama fakir
miskin. Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur memiliki aset wakaf berupa
tanah pertanian, yang berupa sawah dengan luas 3.600 m2 yang dikelola pada tahun
2014. Wakaf berupa sawah merupakan jenis wakaf produktif, yang apabila dikelola
dengan baik akan memberikan manfaat yang lebih luas untuk kesejahteraan umat.
Oleh karena itu, seorang nadzir atau pengelola wakaf di sini bertanggungjawab
untuk mengelola dan mengembangkan harta wakaf sesuai dengan tujuan wakaf.
Dalam penelitian ini terdapat rumusan masalah yaitu Bagaimana Strategi
Pengelolaan Sawah Wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur? Jenis
penelitian ini yaitu penelitian lapangan (Field Research) dengan sifat penelitian
deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan terbagi menjadi sumber data
primer dan sumber data sekunder dengan teknik pengumpulan data berupa
wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode
berpikir induktif yang berangkat dari fakta-fakta khusus ke umum.
Dari analisis yang peneliti lakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
penelitian ini adalah Strategi Pengelolaan Sawah Wakaf di Desa Bumiharjo
Batanghari Lampung Timur termasuk dalam strategi pengelolaan wakaf secara
profesional yang hasilnya disalurkan untuk kepentingan masjid. Namun, hasilnya
lebih banyak digunakan untuk kebutuhan konsumtif masyarakat seperti dipinjam
untuk dana hajatan, biaya sekolah dan lain-lain. Sistem pinjamannya pun tidak
diberikan batas waktu sehingga ketika masjid membutuhkan dana untuk perbaikan
atau perawatan dana tidak tersedia. Dalam hal ini, adanya wakaf sudah mampu
membantu masyarakat sekitar namun sebagai kategori pengelolaan wakaf secara
profesional, wakaf di Desa Bumiharjo belum memenuhi sistem manajemen
pengelolaan wakaf dan prinsip manajemen pengelolaan harta benda wakaf.
MOTTO
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah
kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu
mendapat kemenangan.” (Q.S Al-Hajj: 77)
PERSEMBAHAN
Tiada kata yang pantas diucapkan selain bersyukur kepada Allah SWT yang
telah memberikan begitu banyak berkah dalam hidup peneliti. Peneliti
persembahkan skripsi ini sebagai ungkapan rasa hormat dan cinta kasih yang tulus
kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda (Misdi) dan Ibunda (Suparmi) yang
senantiasa mendorong, memotivasi dan mendoakan untuk keberhasilan
peneliti dalam menyelesaikan studi.
2. Kakak-kakakku (Titis Istiana dan Doni Prasetyo) yang selalu mendukung
dan memberikan semangat kepada peneliti.
3. Pembimbing terbaikku Ibu Hermanita, MM selaku Pembimbing I dan Ibu
Elfa Murdiana M.Hum selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Teman-teman seperjuangan khususnya mahasiswa Jurusan Ekonomi
Syariah angkatan 2014 yang telah memberikan dukungan serta bantuan
yang tidak ternilai harganya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini.
5. Almamater tercinta IAIN Metro.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas taufiq dan
hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang
berjudul : Strategi Pengelolaan Sawah Wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari
Lampung Timur”. Sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan Strata I (SI) Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, IAIN Metro guna memperoleh gelar SE.
Dalam upaya penyelesaian penyusunan skripsi ini, peneliti telah banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karenanya peneliti
menghaturkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro.
2. Ibu Rina El Maza selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah IAIN Metro.
3. Ibu Hermanita, MM selaku Pembimbing I dan Ibu Elfa Murdiana M.Hum
selaku Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan
sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas peyusunan skripsi ini.
4. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan dan akan
diterima sebagai bagian untuk menghasilkan penelitian yang lebih baik, pada
akhirinya peneliti berharap semoga hasil penelitian yang telah dilakukan kiranya
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang Ekonomi Syariah.
Metro, 05 September 2018
Peneliti,
Heni Pratiwi
NPM. 14118354
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................................................... i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN .......................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... viii
HALAMAN KATA PENGANTAR ........................................................... ix
DAFTRA ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 6
D. Peneltian Relevan ............................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi Pengelolaan Wakaf ............................................................... 9
1. Sistem Manajemen Pengelolaan Wakaf ..................................... 11
2. Prinsip Manajemen Pengelolaan Harta Benda Wakaf ............... 13
B. Wakaf ............................................................................................... 15
1. Dasar Hukum Wakaf .................................................................. 17
2. Rukun dan Syarat Wakaf ........................................................... 19
3. Macam-macam Wakaf ............................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ................................................................. 26
B. Sumber Data ..................................................................................... 27
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 28
D. Teknik Analisis Data ........................................................................ 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur .... 32
B. Strategi Pengelolaan Sawah Wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari
Lampung Timur ............................................................................... 38
C. Analisis ............................................................................................. 44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 48
B. Saran ................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel. 1.1 Bedeng-Bedeng atau Dusun-dusun Desa Bumiharjo ............................ 33
Tabel. 1.2 Nama-Nama Kepala Desa Sesudah Berdirinya Desa Bumiharjo ......... 33
Tabel. 2.1 Jumlah Penduduk Desa Bumiharjo ....................................................... 35
Tabel. 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Desa Bumiharjo ..................... 36
Tabel. 2.3 Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Bumiharjo ....................................... 36
Tabel. 2.4 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Bumiharjo ............................... 37
Tabel. 3.1 Perolehan Hasil Zakat Untuk Pengelolaaan Sawah Wakaf .................. 39
Tabel. 3.2 Biaya Pengelolaan Sawah Wakaf ......................................................... 39
Tabel. 3.3 Perolehan Hasil Pengelolaan Sawah ..................................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SK
Lampiran 2 Surat Izin Prasurvey
Lampiran 3 Surat Izin Research
Lampiran 4 Surat Tugas Research
Lampiran 5 Surat Balasan Izin Research
Lampiran 6 Alat Pengumpul Data
Lampiran 7 Outline
Lampiran 8 Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 9 Kartu Konsultasi dan Bimbingan Skripsi
Lampiran 10 Dokumentasi
Lampiran 11 Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wakaf merupakan salah satu tuntutan ajaran Islam yang menyangkut
kehidupan bermasyarakat dalam ibadah sosial. Wakaf telah dilaksanakan oleh
umat Islam dari periode awal di masa Rasulullah. Rasulullah SAW
menganjurkan agar para sahabat yang memiliki harta dapat mewakafkan
sebagian hartanya di jalan Allah SWT. Di mana, wakaf dapat menjadi nilai
tambah yang lebih yakni sebagai investasi amalan akhirat yang pahalanya tidak
akan terputus. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, sebagai berikut:
ة يا ,اة, امعلم د اذا ما ت ابن ادم انقطع عمله الا من ثلاثة, ص
.انتفع به ام ملد صا لح ادعمله
Artinya:”Apabila anak Adam (manusia) meninggal, maka terputuslah amalnya
kecuali tiga perkara shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan
anak shalih yang mendoakan orang tuanya”. (HR. Imam Muslim).1
Hadis tersebut ditulis dalam bab wakaf, para ahli tafsir dan hadist
menafsirkan shadaqoh jariyah sama dengan wakaf. Dengan demikian, pahala
wakaf tidak akan terputus sepanjang pokok harta tetap ada. Kesimpulan di
kalangan ulama, bahwa harta wakaf harus kekal, sehingga yang boleh
diwakafkan hanyalah benda tidak bergerak seperti tanah dan bangunan.2
1Al Hafizh Ibn Hajar Al Asqalani, Terjemahan Bulughul Maram, diterjemahkan oleh Moh.
Machfuddin Aladip, (Semarang: CV. Toha Putera, 2007), h. 104. 2Iifi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi, (Malang: UIN-Maliki Press, 2008), h. 104.
Wakaf dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf,
dalam pasal 1 ayat 1 :”wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk
memisahkan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepantingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut
syariah.3
Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk beribadah kepada Allah
SWT dan untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya. Di mana, harta
benda wakaf dapat bermanfaat untuk keperluan ibadah maupun kesejahteraan
umum. Dalam pasal 215 ayat 4 Kompilasi Hukum Islam (KHI), menyatakan
bahwa benda wakaf adalah segala benda baik benda bergerak atau tidak
bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai
menurut ajaran Islam.4
Aset wakaf berupa benda tidak bergerak dan benda bergerak. Salah satu
contoh dari wakaf benda tidak bergerak adalah tanah. Harta benda wakaf
berupa tanah dapat dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan, perikanan dan
lain-lain. Perwakafan seperti ini disebut dengan wakaf produktif yang
manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari keuntungan
bersih hasil pengembangan wakaf yang diolah untuk dapat menghasilkan
barang atau jasa kemudian dijual dan hasilnya dipergunakan sesuai dengan
tujuan wakaf. 5
3Departeman Agama, Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004, (Jakarta: Directorat Jendral
Masyarakat Islam, 2007), h. 3. 4Kompilasi Hukum Islam (KHI), h. 102. 5Suhairi, Wakaf Produktif Membangunkan Reksasa Tidur, (Metro: STAIN Jurai Siwo
Metro Lampung, 2014), h. 13.
Dalam mencapai tujuan wakaf, harta benda wakaf dapat diperuntukkan
bagi, diantaranya yaitu: Pertama, sarana ibadah. Kedua, kemajuan dan
peningkatan ekonomi umat. Ketiga, Kemajuan dan kesejahteraan umum
lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-
undangan.6
Wakaf bertujuan untuk memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan
tujuannya. Untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda,
maka harta benda wakaf harus dikelola secara efektif dan efisien. Dalam
pengelolaan tersebut dapat meningkatkan produktifitas harta wakaf.
Pengelolaan adalah seni atau proses menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan
pencapaian tujuan. Dalam menyelesaikan akan sesuatu tersebut, terdapat
beberapa faktor yang terlibat yakni adanya pengguna sumber daya organisasi,
baik sumber daya manusia maupun faktor-faktor produksi lainnya.7
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa sesungguhnya
pengelolaan wakaf terkait dengan masalah sumber daya manusia (SDM)
sebagai subjek pemanfaat. Diantara permasalahan yang terpenting saat ini
adalah perawatan, pengembangan, pelestarian, pengelolaan, pemanfaatan,
pemerataan, dan pengaturan lainnya. Dalam pengelolaan harta wakaf oleh
seorang nadzir harus mempunyai kemampuan untuk memberdayakan harta
6Mardani, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 362. 7Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana
Perdana Media Group, 2009), h. 6.
wakaf, memiliki komitmen dalam pengembangan wakaf, serta memiliki
manajemen pengelolaan yang baik dan tertata.
Dalam manajeman pengelolaan yang baik dan tertata, nadzir harus
memiliki strategi. Di mana, istilah strategi mengandung arti sebagai memilih
cara yang paling efektif untuk menggunakan sumber-sumber perusahaan guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi direncanakan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan di luar perusahaan. Artinya strategi
menunjukkan faktor-faktor mana yang harus mendapatkan perhatian utama
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.8
Saat ini, praktik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat belum
berjalan tertib dan efisien. Di mana, pengelolaan wakaf masih banyak yang
bersifat tradisional dan lebih menekankan pada aspek konsumtif seperti untuk
pembangunan masjid, mushola, sekolah, ponpes dan kuburan, masih jarang
sekali harta wakaf yang dikelola untuk tujuan produktif dalam bentuk modal
usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kaum-kaum yang
membutuhkan, terutama fakir miskin.
Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur memiliki aset wakaf
berupa tanah pertanian. Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan peneliti
terhadap Nadzir di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur yang
mengelola harta wakaf, diketahui bahwasanya ada dua orang wakif yaitu Mbah
Karsi dan Mbah Musilah dengan jumlah tanah pertanian yang berupa sawah
8George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h.58.
seluas 3.600 m2 yang dikelola pada tahun 2014. Pengelolaan sawah wakaf
dilakukan dengan cara bersama atau berjama’ah dengan masyarakat desa
Bumiharjo. Di mana biaya pengelolaan berasal dari 1/8 dari zakat dan diperoleh
dari amal masyarakat.9 Dari jumlah tanah wakaf yang ada di Desa Bumiharjo
Batanghari Lampung Timur diberikan kepada masjid sebagai asset
kesejahteraan masjid. Wakaf berupa sawah merupakan jenis wakaf produktif,
yang apabila dikelola dengan baik akan memberikan manfaat yang lebih luas
untuk tujuan wakaf. Oleh karena itu, seorang nadzir atau pengelola wakaf di
sini bertanggungjawab untuk mengelola dan mengembangkan harta wakaf
sesuai dengan tujuan wakaf.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang bagaimana strategi pengelolaan sawah wakaf yang diterapkan
oleh Nadzir di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur. Maka, peneliti
terdorong untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai,”Strategi Pengelolaan
Sawah Wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka selanjutnya peneliti
mengajukan rumusan masalah, yaitu bagaimana strategi pengelolaan sawah
wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur?.
9Martoyin, Nadzir wakaf Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung
Timur, wawancara, pada tanggal 12 Juli 2017.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi
pengelolaan sawah wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur.
2. Manfaat penelitian
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat
mengembangkan khasanah keilmuan tentang salah satu filantropi Islam
yaitu wakaf.
b. Secara praktis, diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukkan
(pengetahuan) bagi nadzir untuk menambah literatur tentang strategi
perwakafan.
D. Penelitian Relevan
Penelitian relevan memuat uraian secara sistematis mengenai hasil
penelitian terdahulu tentang persoalan yang akan dikaji. Peneliti akan
mengemukakan dan manunjukkan dengan tegas bahwa masalah yang akan
dibahas belum penah diteliti atau berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Berdasarkan penelusuran yang peneliti lakukan penelitian-penelitian
yang berkaitan adalah: penelitian skripsi yang berjudul “Pendayagunaan harta
wakaf dalam prespektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di Desa Bumi Mulyo
Kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur)” oleh Dianing Tyas. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa hata wakaf di Desa Bumi Mulyo
diperuntukkan agar didirikan sebuah masjid yakni seluas 3,750 m persegi, yang
diberi nama Masjid Nashrullah. Terkait pendayagunaan hara wakaf di Masjid
Nashrullah jika dilihat dari sisi nilai ibadah, sosial, dan ekonomi belum
sepenuhnya didapatkan, mengingat ada harta wakaf yang belum
didayagunkakan.10
Penelitian skripsi yang berjudul “Penglolaan Wakaf dan Hubunganya
Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Umat” oleh Purnama Wulan. Hasil
Penelitian ini adalah bahwa secara umum pengelolaan wakaf yang dilakukan
oleh nadzir desa Rukti Harjo Kec. Seputih Raman sesuai dengan syariah dan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu undang-undang No 41 tahun 2004
terkait dengan wakaf. Nadzir di desa Rukti Harjo telah menjalankan tugasnya
yaitu mengelola harta wakaf, tetapi belum dapat mendayagunakan wakaf untuk
pemberdayaan ekonomi umat di sekitarnya. Pemberdayaan harta wakaf hanya
dikelola untuk tempat ibadah saja.11
Penelitian skripsi yang berjudul “Produktivias pengelolaan harta wakaf
(Studi Kasus di Kelurahan Yosomulyo Metro Pusat Tahun 2010)” oleh
Mohamad Hasan Basri. Hasil penelitian ini meyatakan bahwa harta wakaf di
Kelurahan Yosomulyo Metro Pusat belum dikelola dengan baik sehingga tanah
wakaf di Yosomulyo masih ada yang tidak produktif.12
Dari hasil penelitian yang dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memiliki persamaan dan
10Diyaning Tyas, Pendayagunaan Harta Wakaf Dalam Prespektif Ekonomi Islam (Studi
Kasus di Desa Bumi Mulyo Kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur), (Metro: STAIN Jurai
Siwo Metro, 2015), h. 72. 11Purnama Wulan, Pengelolaan Wakaf Dan Hubungannya Terhadap Pemberdayaan
Ekonomi Umat, (Metro: STAIN Jurai Siwo Metro, 2012), h. 49. 12Mohammad Hasan Basri, Produktivitas Pengelolaan Harta Wakaf (Studi Kasus di
Kelurahan Yosomulyo Matro Pusat, (Metro: STAIN Jurai Siwo Metro, 2012), h. 50.
perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaannya yaitu sama-sama
membahas tentang pengelolaan harta wakaf, namun juga terdapat perbedaan
dengan penelitian-penelitian terdahulu terletak dalam spesifikasi pembahasan
yaitu peneliti berfokus pada strategi pengelolaan sawah wakaf untuk di Desa
Bumiharjo Batanghari Lampung Timur. Hal ini menegaskan penelitian dengan
judul:”Strategi Pengelolaan Sawah Wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari
Lampung Timur” belum pernah diteliti sebelumnya di Institut Agama Islam
Negeri Metro Lampung.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Pengelolaan Wakaf
Strategi merupakan kata turunan dari kata strategos dalam bahasa Yunani yang
berarti rencana. Jadi strategi adalah sebuah perencanaan perang yang berkaitan
dengan persaingan, perebutan sumber daya, pencapaian tujuan, mendapatkan
keuntungan, mempertahankan kuntinuitas usaha dan lain-lain.13 Terkait dengan
pengelolaan wakaf, dalam pengelolaanya harus memiliki strategi agar tujuan
wakaf dapat tercapai. Dengan demikian, strategi pengelolaan wakaf dibagi
menjadi tiga sebagai berikut:
a. Periode tradisional, yaitu wakaf masih ditempatkan sebagai ajaran yang
murni dimasukkan dalam ketegori ibadah mahdhah (pokok). Ciri-ciri
periode tradisional adalah:
1) Kepemimpinan, pada corak ini dalam kelembagaan kenadziran masih
otoriter dan tidak ada sistem kontrol yang memadai.
2) Rekuitmen SDM nadzir, banyak nadzir yang didasarkan pada
penokohan seperti, ulama, kiyai dan ustad bukan aspek keprofesionalan
atau kemampuan pengelolaan.
3) Operasionalisasi pemberdayaan. Pola yang digunakan lebih kepada
sistem yang tidak jelas (tidak memiliki standar operasional) karena
lemahnya SDM.
4) Sistem kontrol dan pertanggungjawaban sangat lemah.
13Etika Sabariah, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 94.
b. Periode semi profesional, yaitu Periode semi propesional merupakan pola
pengelolaan wakaf yang kondisinya relatif sama dengan periode tradisional,
namun pada masa ini sudah mulai dikembangkan pola pemberdayaan wakaf
secara produktif, meskipun belum maksimal. Sebagai contoh adalah
pembangunan masjid-masjid yang letaknya strategis dengan menambah
bangunan gedung untuk pertemuan, pernikahan, seminar dan acara lainnya.
Masa di mana pola pengelolaan wakaf yang kondisinya relatif sama dengan
periode tradisional, namun pada masa ini sudah mulai dikembangkan pola
pemberdayaan wakaf secara produktif, meskipun belum maksimal.
c. Periode profesional, yaitu sebuah kondisi di mana daya tarik wakaf sudah
mulai dilirik untuk diberdayakan secara propesional-produktif.
Kepropesionalan yang dilakukan meliputi aspek: manajemen, SDM
kenadziran, pola kemitraan usaha, bentuk benda wakaf yang tidak hanya
berupa harta tidak bergerak seperti uang, saham, dan surat berharga lainnya,
dukungan political will pemerintah secara penuh.14
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa: a) Pada periode
tradisional kebanyakan benda-benda wakaf diperuntukkan untuk
pembangunan fisik, seperti mushola, masjid, pesantren, kuburan, yayasan, dan
sebagainya. Pada periode ini kepemimpinan (nadzir) masih otoriter dan belum
mampu mengelola wakaf secara baik, serta masih mengalami lemahnya SDM,
pola pemanfaatan hasil masih konsumtif sehingga kurang dirasakan oleh
14Achmad Djunaidi, Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, (Jakarta: Mumtadz
Publishing, 2005), h. 5.
masyarakat. b) Pada periode semi profesional, dalam pengelolaan wakaf mulai
dikembangkan pemberdayaan wakaf agar lebih produktif namun masih belum
maksimal, contohnya pembangunan masjid yang letaknya strategis dengan
menambah bangunan gedung untuk pertemuan, pernikahan, seminar dan acara
lainnya. c) Pada periode profesional sudah ditandai dengan pemberdayaan
potensi masyarakat secara produktif. Keprofesionalan yang dilakukan meliputi
aspek manajemen, SDM kenadziran, pola kemitraan usaha, bentuk banda
wakaf bergerak seperti uang, saham dan surat berharga lainnya serta didukung
oleh pemerintahan secara penuh salah satunya dengan lahirnya undang-undang
wakaf.
1. Sistem Manajemen Pengelolaan Wakaf
Sistem Pengelolaan wakaf merupakan salah satu aspek penting untuk
meningkatkan dan mengembangkan aspek kemanfaatnnya, tentu yang
sangat berperan sentral adalah sistem pengelolaan yang diterapkan. Sistem
pengelolaan wakaf agar lebih maksimal dapat dilihat dari aspek-aspek
sebagai berikut:
a. Kelembagaan, untuk mengelola benda-benda wakaf agar lebih
produktif yang pertama harus dilakukan adalah membentuk suatu
badan atau lembaga yang khusus mengelola wakaf dan bersifat
nasional, dalam hal ini Indonesia telah memilikinya dengan nama
Badan Wakaf Indonesia (BWI).
b. Pengelolaan operasional yaitu batasan atau garis kebijakan dalam
mengelola wakaf agar menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat
bagi kepentingan masyarakat banyak.
c. Kehumasan, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengelola
harta wakaf untuk mengetahui keprofesionalan nadzir dalam
mengembangkan harta wakaf dan hasilnya untuk kesejahteraan umat
serta mampu menarik wakif baru untuk mewakafkan hartanya untuk
kesejahteraan masyarakat.
d. Sistem keuangan, seorang nadzir harus mampu membuat laporan
tersendiri dari akuntansi dan audit untuk menambah olaan wakaf untuk
kesejahteraan umat.
a. Regulasi perwakafan.
b. Pembentukan kemitraan usaha.15
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa dalam
mengelola harta wakaf agar dapat mensejahteraakan masyarakat banyak
maka seorang nadzir harus profesional dalam mengembangkan potensi
wakaf dengan cara mempunyai manajemen yang baik dan bertujuan khusus
untuk yang membutuhkan (fakir miskin), mampu menarik minat wakif
untuk mewakafkan sebagian hartanya, transparan dalam sistem keuangan,
seorang nadzir harus mempunyai laporan setiap bulannya dalam bentuk
15Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf, (Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Wakaf Dirjen BIMAS Islam Depag RI, 2006), h. 102.
akuntansi dan mengaudit segala keperluan dan pendapatan dalam mengelola
wakaf agar lebih berpotensi.
2. Prinsip Manajemen Pengelolaan Harta Benda Wakaf
Pengelolaan harta benda wakaf dalam rangka untuk mewujudkan
suatu kesejahteraan umum maka nadzir juga harus berpedoman kepada
prinsip-prinsip pengelolaan harta benda wakaf yang antara lain meliputi:
a. Prinsip Partisipasi
Dalam hai ini, meskipun nadzir memiliki kewenangan penuh dalam
mengelola harta benda wakaf, dalam pengambilan kebijakan-kebijakan
yang mendasar sebaiknya dilibatkan partisipasi masyarakat.
b. Prinsip Penegak Hukum
Penagak hukum merupakan landasan yang tidak dapat dikesampingkan
dalam pengelolaan harta benda wakaf. Pada hakikatnya mencakup
tentang kewenangan untuk membuat aturan-aturan hukum guna
mengatur kepentingan kehidupan masyarakat.
c. Prinsip Transparansi
Seorang nadzir yang secara formal diberikan tugas dan kewenangan
penuh untuk mengelola harta benda wakaf harus bersifat transparan
atau terbuka tentang segala usaha dan tindakan yang dilakukan oleh
nadzir dalam rangka pengelolaan harta benda wakaf.
d. Prinsip Responsive
Nadzir dalam menjalankan tugas dan kewenangan mengelola harta
benda wakaf harus bersikap responsif dalam arti nadzir harus cepat
tanggap terhadap peluang-peluang pengelolaan yang bersifat produktif,
berbagai langkah-langkah yang perlu dilakukan yang hasilnya guna
membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat.
e. Prinsip Orientasi Kesepakatan
Dalam pengambilan keputusan harus didasarkan atas musyawarah dari
berbagai pihak yang terkait dengan pengelolaan harta benda wakaf.
f. Prinsip Keadilan
Pemanfaatan harta benda wakaf harus dilakukan secara adil, siapa yang
berhak atas hasil pengelolaan dari harta benda wakaf tersebut.
g. Prinsip Efektif dan Efisien
Efektif dalam arti pengelolaan harta benda wakaf dapat dipergunakan
untuk memenuhi kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan
lapisan sosial. Efisiensi dalam arti pemanfaatan hasil pengelolaan harta
benda wakaf dilakukan dengan jalan yang sebaik mungkin jangan
sampai terjadi pemborosan.
h. Prinsip Akuntabilitas
Tugas dan kewenangan nadzir dalam mengelola harta benda wakaf
harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab dan dapat dikontrol,
sehingga dapat menghindari kemungkinan adanya tindakan-tindakan
penyimpangan.
i. Prinsip Visi Strategis
Dalam pengelolaan harta benda wakaf nadzir harus memiliki rencana
kedepan yang lebih jelas, sehingga harta benda wakaf yang dikelolanya
itu dapat berkembang.16
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
prinsip manajemen pengelolaan harta benda wakaf terkait erat dengan
tanggungjawab nadzir dalam menjalankan tugas dan wewenangnya guna
tercapainya tujuan wakaf untuk kesejahteraan umum.
B. Wakaf
Kata wakaf berasal dari bahasa Arab yakni “waqafa” yang berarti menahan atau
berhenti atau diam di tempat atau tetap berdiri.17 Wakaf adalah menahan barang
pokok dan mengalirkan manfaatnya. Maksud barang pokok di sini adalah
sesuatu yang bisa diambil manfaatnya, dengan tetap utuhnya sesuatu tersebut.
Adapun yang dimaksud dengan manfaat adalah keuntungan yang timbul dari
barang pokok tersebut.18 Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat
mengenai definisi wakaf yaitu sebagai berikut:
a. Abu Hanifah. Mengemukakan definisi dari wakaf adalah menahan suatu
benda menurut hukum, tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan
manfaatnya untuk kebajikan.
16Suhirman,”Prinsip-prinsip Pengelolaan Pemanfaatan Tanah Wakaf Guna Untuk Kesejahteraan
Masyarakat”, Vol.4, No 2, 252-262, (Denpasar: Jurnal Magister Hukum Udayana, 2015), h. 260-
261. 17Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,
2007), h. 1. 18Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 531.
b. Mazhab Maliki. Berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang
diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif
melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta
tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan
manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya.
c. Mazhab Syafi’i dan Ahmad Hambal. Berpendapat bahwa wakaf adalah
melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah
sempurna prosedur perwakafan.
d. Mazhab Lain. Pendapat mazhab lain sama pendapatnya dengan mazhab ke
tiga, namun berbeda dari segi kepemilikannya atas benda yang diwakafkan
yaitu menjadi milik mauquf alaih (yang diberi wakaf), meskipun mauquf
alaih tidak berhak melakukan suatu tindakan atas benda wakaf tersebut,
baik menjual atau menghibahkannya.19
Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) wakaf adalah perbuatan hukum
seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian
harta benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna
kepentingan ibadah dan keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.
Sedangkan menurut UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Wakaf adalah
perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian
harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
19Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf., h. 2-4.
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau
kesejahtaraan umum menurut syari’ah.20
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat
dijelaskan bahwa wakaf merupakan menahan harta yang diambil manfaatnya
tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah, serta dimaksudkan
untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Pada hakikatnya benda wakaf dapat
memberikan manfaat bagi orang lain dan yang terpenting adalah bagaimana
penerapan wakaf tersebut dengan baik dan benar.
1. Dasar Hukum Wakaf
a. Firman Allah
1) QS. Al-Imran ayat 92
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta
yang kamu cintai dan apa saja yang kamu nafkahkan
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (QS. Al-
Imron: 92).21
20Departmen Agama, Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004, (Jakarta: Direktorat Jendaral
Masyarakat Islam, 2007), h. 3. 21Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Sygma Examedia Arkanleema,
2009), h. 62.
2) QS Al-Baqarah ayat 261
Artinya:“Perumpamaan orang yang meninfakkan hartanya di jalan
Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh
tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah
melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki,
dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 261).22
Penafsiran dari firman Allah tersebut di atas adalah Allah
melipatgandakan yang demikian itu dengan tidak ada batasan
meksimalnya kepada siapa yang dikehendakinya, yaitu dengan cara
mengeluarkan harta di jalan Allah baik yang bersifat wajib atau sunnah
untuk soal-soal kebajikan memerangi kebodohan, kemiskinan dan
penyakit, menyebarkan agama, dan menunjukkan ilmu pengetahuan
merupakan hal yang dituntut oleh agama dan harus digerakkan.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa Allah
senantiasa menyeru kepada umatanya agar menafkahkan sebagian
hartanya di jalan Allah salah satunya adalah dengan berwakaf dan Allah
akan melipatgandakan pahala kepada umatnya yang mau menafkahkan
harta di jalan-Nya.
22Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah., h. 44
b. Al-Hadits
ة يا ,اة, اذا ما ت ابن ادم انقطع عمله الا من ثلاثة, صد
.امعلم انتفع به ام ملد صا لح ادعمله
Artinya:”Apabila anak Adam (manusia) meninggal, maka terputuslah
amalnya kecuali tiga perkara shadaqoh jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan korang
tuanya”. (HR. Imam Muslim).23
Seluruh amal perbuatan seorang muslim akan putus ketika ia meninggal
dunia, sehingga tidak bisa lagi mendapatkan pahala. Namun, ada tiga
hal yang pahalanya terus mengalir walau pelakunya sudah meninggal
dunia, yaitu sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan doa
anak yang shaleh.
2. Rukun dan Syarat Wakaf
Adapun menyangkut rukun dan syarat dari wakaf dikemukakan sebagai
berikut:
a. Orang yang berwakaf (wakif)
Wakif adalah orang yang mewakafkan harta benda miliknya. Wakif
meliputi perorangan, organisasi dan badan hukum. Syarat wakif
perseorangan yaitu dewasa, berakal sehat, tidak terhalang melakukan
perbuatan hukum, dan pemilik sah harta benda wakaf.24
b. Harta yang diwakafkan (mauquf bih)
23Ma’mar Daud, Terjemahan Hadis Shahih Muslim, Jilid III, (Jakarta: Widjaya, 1983), h. 209. No.
1614. 24Mardani, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 358.
Menurut Peraturan Pemerintah, yang dapat dijadikan banda wakaf atau
mauquf bih adalah tanah hak milikyang bebas dari segala perbebanan,
ikaan, sitaan dan perkara. Ketentuan ini berdasarkan pada pertimbangan
bahwa wakaf adalah suatu yang bersifat suci dan abadi.25
c. Tujuan wakaf (mauquf alaih)
Wakaf bertujuan memanfaatkan benda wakaf sesuai dengan
fungsinya, dan wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat
ekonomis harta benda wakaf untuk kepantingan ibadah dan untuk
memajukan kesejahteraan umum.26
Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, di mana
fungsi wakaf disebutkan dalam ketentuan pasal 216 Kompilasi Hukum
Islam, bahwa fungsi wakaf adalah mengekalkan manfaat benda wakaf
sesuai dengan tujuan wakaf.27 Dengan demikian, fungsi wakaf di sini
bukannya mengekalkan objek wakaf, malainkan mengekalkan manfaat
banda milik yang telah diwakafkan sesuai dengan peruntukkan wakaf
yang bersangkutan.28 Dengan demikian, harta benda wakaf hanya dapat
diperuntukkan bagi:
1) Sarana ibadah.
2) Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan.
3) Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa.
25Siah Khosyi’ah, Wakaf dan Hibah Perspektif Ulama Fiqh dan Perkembangannya di Indonesia,
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 51. 26Mardani, Fiqh Muamalah., h. 357. 27Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (KHI), h. 100. 28Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 66.
4) Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat.
5) Kemajuan dan kesejahteraan umum lainnya yang tidak
bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.29
Tujuan wakaf atau sasaran wakaf terdapat dua sasaran wakaf
sebagai berikut:
1) Wakaf untuk mencari keridhaan Allah. Contohya adalah berwakaf
untuk kepentingan rumah ibadah kaum muslimin.
2) Wakaf untuk meringankan atau untuk membantu seseorang atau
orang-orang tertentu atau masyarakat bukan karena motivasi
agama. Contohnya adalah berwakaf untuk fakir miskin atau
berwakaf untuk keluarga.30
Pemaparan di atas dapat dijelaskan bahwa tujuan wakaf
sesungguhnya adalah untuk mandapatkan keridhaan Allah SWT, dalam
rangka beribadah kepada-Nya. Ibadah tersebut dapat berupa wakaf
yang diperuntukkan untuk sosial, seperti pembagunan masjid, sekolah,
rumah sakit, dan pesantren. Bahkan dalam hal ini harta wakaf dapat
dikelola secara produktif hingga hasilnya dapat diberikan kepada fakir
miskin, orang-orang terlantar dan lain sebagainya.
d. Pernyataan wakaf (sighat)
Pernyataan wakaf yakni berupa ucapan atau pernyataan wakif
sebagai kehendak mewakafkan hartanya. Sighat yang dipakai adalah
29Mardani, Fiqh Muamalah., h 362. 30Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 1993), h. 110.
kata-kata yang menunjukkan adanya wakaf walaupun tidak harus
dengan redaksi “wakaf”. Ikrar wakaf dilaksanakan oleh wakif kepada
Nadzir dihadapan PPAIW (Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf) dengan
disksikan oleh dua orang saksi, ikrar tersebut dinyatakan secara lisan
atau tertulis. 31
e. Nadzir
Nadzir adalah kelompok orang atau badan hukum yang diserahi
tugas pemeliharaan dan pengurusan benda wakaf.32 Menurut Eri
Sudewo, mantan CEO Dompet Dhuafa Republika, dari segi persyaratan
minimal seorang atau lembaga nadzir dalam pandangan fikih tersebut
bisa dijabarkan sebagai berikut :
1) Syarat moral
a) Paham tentang hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan
syari’ah maupun perundang-undangan negara RI.
b) Jujur, amanah, adil dan ihsan sehingga dapat dipercaya dalam
proses pengelolaan wakaf.
c) Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha.
d) Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan.
e) Punya kecerdasan, baik emosional maupun spiritual.
2) Syarat manajemen
31Ibid., h. 110. 32Siah Khosyi’ah, Wakaf dan Hibah., h. 53.
a) Mempunyai kapasitas dan kepabilitas yang baik dalam
leadership
b) Visioner
c) Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual, sosial dan
pemberdayaan
d) Propesional dalam bidang pengelolaan harta.33
Sebagai pelaksana hukum, tugas-tugas nadzir menurut undang-
undang adalah:
a) Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf
b) Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai
dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya.
c) Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.
d) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf
Indonesia.34
Adapun dalam Pasal 220 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Kewajiban dan hak nadzir yaitu nadzir berkewajban untuk mengurus
dan bertanggung jawab atas kekayaan wakaf serta hasilnya, dan
pelaksanaan perwakafan sesuai dengan tujuan menurut ketentuan yang
diatur oleh Menteri Agama.35
Berkaitan dengan rukun dan syarat wakaf tersebut di atas maka
dapat dijelaskan bahwasannya di dalam wakaf, rukun dan syarat harus
33Ibid., h. 42. 34Bwikotamalang.com/syarat-nadzir 35Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (KHI), h. 105.
benar-benar dipenuhi terutama yang berkaitan dengan Nadzir. Nadzir
menempati peran sentral dalam wakaf, yakni tangungjawab dan
memiliki kewajiban memelihara, manjaga, dan mengembangkan wakaf
serta menyalurkan hasil atau manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf.
3. Macam-macam Wakaf
Adapun menurut Para Ulama secara umum wakaf dibagi menjadi dua
bagian sebagai berikut:
a. Wakaf Khusus (ahli), yaitu wakaf yang ditunjukkan kepada orang-
orang tertentu, seseorang atau lebih, keluarga wakif atau bukan.
b. Wakaf Umum (khairi), yaitu wakaf yang secara tegas untuk
kepantingan keagamaan atau kemasyarakatan. Seperti wakaf yang
diserahkan untuk kepentingan pembangunan masjid, sekolah,
jembatan, rumah sakit, panti asuhan, dan lain sebagainya.36
Secara subtansinya, wakaf inilah yang merupakan salah satu segi dari cara
membelanjakan (memanfaatkan) harta di jalam Allah SWT. Dalam tinjauan
pengunaannya, wakaf jenis ini jauh lebih banyak manfaatnya dibandingkan
dengan jenis wakaf ahli, karena tidak terbatasnya pihak-pihak yang ingin
mengambil manfaat.Wakaf khairi inilah yang benar-benar sejalan dengan
amalan wakaf yang amat digembirakan dalam ajaran islam, yang dinyatakan
pahalanya akan terus mengalir hingga wakif meninggal dunia, selama harta
masih dapat diambil manfaatnya.37
36Departeman Agama RI, Fiqih Wakaf., h. 16-17. 37Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), h. 245.
Berdasarkan subtansi ekonominya, wakaf dibagi manjadi dua macam,
sebagai berikut:
a. Wakaf langsung, yaitu wakaf untuk memberi pelayanan langsung
kepada orang-orang yang berhak, seperti wakaf masjid yang
disediakan sebagai tempat shalat, wakaf sekolah yang disediakan
untuk tempat belajar dan wakaf rumah sakit untuk mengobati orang
sakit secara cuma-cuma.
b. Wakaf produktif, yaitu wakaf harta yang digunakan untuk
kepentingan produksi, baik di bidang pertanian, perindustrian,
perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda wakaf
secara langsung, tetapi dari keuntungan bersih hasil pengembangan
wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang berhak sesuai
dengan tujuan wakaf. Dalam hal ini, wakaf produktif diolah untuk
dapat menghasilkan barang atau jasa kemudian dijual dan hasilnya
dipergunakan sesuai dengan tujuan wakaf. 38
Berkaitan dengan macam-macam wakaf di atas maka dapat dijelaskan
bahwasannya apapun bentuk dari benda atau harta yang diwakafkan baik
benda bergerak maupun banda tidak bergerak hal terpenting adalah tujuan
dari adanya benda atau harta yang diwakafkan. Di mana benda atau harta
tersebut manfaatnya dapat disalurkan dan dinikmati oleh masyarakat luas.
38Suhairi, Wakaf Produktif Membangunkan Reksasa Tidur, (Metro: STAIN Jurai Siwo Metro
Lampung, 2014), h. 13.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research).
Penelitian lapangan adalah penelitian yang bertujuan mempelajari secara
intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi sosial,
individu, kelompok, lembaga dan masyarakat.39Pada penelitian ini, peneliti
mengadakan penelitian lapangan untuk mengetahui lebih dalam tentang
strategi pengelolaan sawah wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung
Timur.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu yang berupa
keterangan-keterangan dan bukan berupa perhitungan dan angka.40 Sumardi
Suryabrata menyatakan bahwa:”Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yanng dilakukan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai situasi-situasi atau kejadian”.41
Berdasarkan keterangan tersebut bahwa deskriptif merupakan
penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang
39Husein Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), h. 24. 40Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Cet Ke VI, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h.8. 41Ibid., h. 18.
digambarkan dengan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang
dapat diamati untuk memperoleh kesimpulan.
Dalam hal ini peneliti ingin melaporkan sesuatu yang aktual
mengenai strategi pengelolaan sawah wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari
Lampung Timur.
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data
diperoleh.42 Sumber data merupakan subjek yang memberi data atau informasi
penelitian yang dibutuhkan. Sumber data bisa berupa manusia, benda, keadaan,
dokumen, atau institusi.43 Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah
sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Data primer adalah adalah sumber pertama dari data primer yang
dibutuhkan dalam penelitian. Suryabrata mendefinisikan data primer
merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai
sumber pertama.44 Data tersebut diperoleh atau bersumber dari keterangan
orang-orang yang berhubungan dengan penelitian. Sumber data primer
dalam penelitian ini adalah pengurus Masjid Nurul Hidayah yaitu Bapak
Martoyin, Bapak Khalil, dan Bapak Sudadi, selaku Nadzir di Desa
42Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Bina Aksara,
1983), h. 129. 43Suraya Murcitaningrum, Pengantar Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Yogyakarta:
Prudent Media, 2013), h. 19. 44Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian., h. 39.
Bumiharjo Batanghari Lampung Timur, Kepala Desa Bumiharjo yaitu
Bapak Mahfud Sidiq, dan masyarakat Desa Bumiharjo yaitu Ibu Tini dan
Bapak Sukamto.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan
kepustakaan.45 Adapun yang menjadi sumber data sekunder dapat berupa
dokumen, hasil penelitian dan buku-buku yang ada relevansinya dengan
penelitian. Buku yang ada relevansinya dengan penelitian ini yaitu buku
yang berjudul Fiqih Wakaf dari Departemen Agama RI, buku yang berjudul
Fiqh Muamalah karangan Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah karangan
Mardani dan dokumen yang berisi tentang informasi terkait dengan
penelitian pada strategi pengelolaan sawah wakaf di Desa Bumiharjo
Batanghari Lampung Timur.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses pengadaan data untuk keperluan
penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik wawancara dan dokumentasi.46
1. Wawancara (Interview)
Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, yaitu
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
45Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Renika Cipta,
2006), h. 88. 46Gulo, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h. 115.
tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.47
Dengan demikian metode wawancara merupakan suatu proses
interaksi dan komunikasi dengan tujuan mendapatkan informasi penting
yang diinginkan. Dalam kegiatan wawancara terjadi hubungan antara dua
orang atau lebih, di mana keduanya berperilaku sesuai dengan status dan
peranan mereka masing-masing.
Interview dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Interview berstruktur, dan
b. Interview tak berstruktur
Adapun metode yang peneliti gunakan adalah interview tak
berstruktur yaitu peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan tidak
diajukan dalam urutan yang sama, bahkan pertanyaannya tak selalu sama.
Namun ada baiknya bila pewawancara mencatat pokok-pokok penting
yang akan dibicarakan sesuai dengan tujuan wawancara. Responden boleh
menjawab secara bebas menurut isi hati atau pikirannya. Lama interview
juga tidak ditentukan dan diakhiri menurut keinginan pewawancara.48
Adapun pihak-pihak yang diwawancarai adalah pengurus Masjid
Nurul Hidayah yaitu Bapak Martoyin, Bapak Khalil, dan Bapak Sudadi,
selaku Nadzir di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur, Kepala
47Ibid., h. 384. 48Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 119.
Desa Bumiharjo yaitu Bapak Mahfud Sidiq, dan masyarakat desa
Bumiharjo yaitu Ibu Tini dan Bapak Sukamto.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.49 Metode ini juga
dipergunakan untuk mengetahui sejarah, serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan pengelola sawah wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung
Timur.
D. Teknis Analisis Data
Teknik analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan cara
bekerja dengan data, menemukan pola, memilih-milihnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan menemukan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.50
Data yang peneliti peroleh dari Nadzir di Desa Bumiharjo Batanghari
Lampung Timur merupakan data kualitatif. Teknik analisis data yang peneliti
gunakan pun merupakan teknik analisis kualitatif dengan menggunakan
metode berfikir induktif.
49Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,, h. 206. 50Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013),
h. 248.
Menurut Sutrisno Hadi, berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang
khusus, pristiwa-pristiwa yang kongrit, kemudian dari fakta-fakta atau
peristiwa-peristiwa yang khusus kongkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi
yang mempunyai sifat umum.51 Tujuannya untuk menyederhanakan data yang
telah terkumpul dan menyajikan dalam susunan yang baik sehingga dapat lebih
mudah dipahami.
51Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
UGM, 1984), cet 16, h. 42.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur
Desa Bumiharjo di buka tanggal 1 Januari 1939 dengan jumlah penduduk 276
Kepala Keluarga (KK). Penduduk tersebut merupakan kolonisasi yang
didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang meliputi daerah
Yogyakarta. Kepala Desa waktu itu bernama Harjo Sudarmo yang dibantu oleh
perangkat desanya sampai tahun 1942.52
Sebelumnya penduduk desa berkurang karena banyak yang meninggal dunia
atau pulang ke asalnya (Jawa). Selain itu banyak pula penduduk yang
diberangkatkan untuk kerja rodi dan banyak pula kepala keluarga yang
merantau mencari nafkah ke daerah lain menetap di daerah tersebut. Banyak
penduduk yang tidak kembali lagi ke Desa Bumiharjo sehingga jumlah
penduduk pada tahun 1942 itu berkurang manjadi 200 Kepala Keluarga (KK).
Dengan semakin teraturnya Negara Republik Indonesia maka Desa Bumiharjo
ikut berbenah diri dan pengatur penduduk yang semakin banyak berdatangan
atau yang sengaja didatangkan oleh familinya yang ada di Desa Bumiharjo
untuk mengisi kekurangan penduduk.
52 Dokumentasi, Sejarah Berdiri Desa Bumiharjo Baranghari Lampung Timur, Tahun 2017.
Untuk mengatur wilayah dan penduduk Desa Bumiharjo maka dibentuklah
bedeng-bedeng atau dusun-dusun menjadi 6 kelompok yaitu:
Tabel.1.1 Bedeng-Bedeng atau Dusun-dusun Desa Bumiharjo
No. Nama Bedeng Jumlah KK
1. Bedeng 39 A 50
2. Bedeng 39 B1 B2 66
3. Bedeng 39C 40
4. Bedeng 39D 60
5. Bedeng 39 Polos 60
Jumlah 276
Data Tahun 1941
Tabel.1.2 Nama-Nama Lurah/Kepala Desa Sesudah Berdirinya Desa
Bumiharjo
No. Periode Nama Kepala Desa
1. 1939-1942 Harjo Sudarmo
2. 1942-1949 Sastro Diharjo
3. 1949-1966 Mad Lani
4. 1966-1967 Admo Sanjoyo
5. 1967-1968 Kusen
6. 1968-1978 H. Abd Rahman
7. 1978-1988 H. Abd Rahman
8. 1988-1998 H. Abd Rahman
9. 1998-2008 Husin Jamil
10. 2008-2013 Mulyadi
11. 2013-sekarang Mahfud Sidiq
1. Letak Geografis Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur
Secara geografis, Desa Bumiharjo berbatasan dengan wilayah-wilayah
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sidodadi Kecamatan
Pekalongan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sumberejo
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Banjarrejo
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Balerejo
Luas wilayah Desa Bumiharjo 705 ha yang terdapat 6 dusun yaitu
Dusun BumiRahayu, Dusun Bumi Arum, Dusun Bumi Agung, Dusun Bumi
Makmur, Dusun Bumi Asri dan Dusun Bumi Asih. Keadaan topografi Desa
Bumiharjo yaitu dengan luas kemiringan lahan datar 158,566 Ha yang
secara umum Desa Bumiharjo terletak pada ketinggian 50 m di atas
permukaan laut. Keadaan topografi yangdemikian menyebabkan lahan
sangat cocok untuk dijadikan persawahan dengan tanaman utamanya yaitu
padi.
Ketinggian wilayah Desa Bumiharjo dengan curah hujan 2000/3000
mm, serta kondisi suhu tubuh di desa ini kisaran27-32°C. Di mana dengan
suhu tersebut di Desa Bumiharjo banyak terdapat tanaman budidaya
pertanian seperti padi, jagung, kelapa, kopi dan lain-lain.Mayoritas
penduduknya bekerja pada bidang pertanian yaitu petani sawah. Di mana
luas lahan pertanian sawah irigasi 453,34 Ha dan luas lahan pemukiman
151,84 Ha. Penduduk di desa ini lebih sering menanam jenis komoditi padi.
Masyarakat desa pun masih memiliki jiwa gotong royong karena setiap
bulan sekali masyarakat khususnya petani padi bersama-sama
membersihkan tempat irigasi atau saluran air.
1. Kondisi Sosial Budaya Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur
Jumlah penduduk desa bumiharjo batanghari lampung timur adalah 5226
jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 1479. Untuk selangkapnya
keadaan penduduk Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur peneliti
jelaskan dalam beberapa tabel sebagai berikut:
Tabel. 2.1 Jumlah Penduduk Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur
No. Jenis kelamin Jumlah
1. Laki-laki 2552
2. Perempuan 2674
Jumlah 5226
Tabel.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Desa Bumiharjo Batanghari
Lampung Timur
No. Agama Jumlah
1. Islam 5214
2. Kristen 12
3. Katolik -
4. Hindu -
5. Budha -
Jumlah 5226
Tabel.2.3 Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Bumiharjo Batanghari
Lampung Timur
No. Pekerjaan Jumlah
1. Buruh tani 373
2. Petani 787
3. Penjahit 101
4. PNS 98
5. Pensiunan 21
6. TNI/Porli 14
7. Perangkat Desa 8
8. Pengrajin 10
9. Lain-lain 15
Jumlah 1.427
Tabel.2.4 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Bumiharjo Lampung
Timur
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Tidak tamat SD 563
2. SD 1680
3. SLTP 1680
4. SLTA 934
5. Diploma/Sarjana 117
Jumlah 4.974
2. Visi dan Misi Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur
a. Visi : Terwujudnya masyarakat yang makmur dengan peningkatan SDM
untuk menuju desa agribisnis (Tahun 2018)
b. Misi desa :
1) Meningkatkan SDM melalui pendidikan formal maupun informal
untuk memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana yang
dibutuhkan.
2) Meningkatkan dan menambah kerja sama dengan dinas terikat
khususnya pertanian untuk pengetahuan dan produksi pertanian.
3) Meningkatkan dan menggali serta pemanfaatan usaha pertanian.
4) Meningkatkan dan mengelola pendapatan asli desa.
5) Melaksanakan spesifikasi wilayah untuk produk unggulan.
6) Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih melalui
pelaksanaan otonomi desa.
B. Strategi Pengelolaan Sawah Wakaf Di Desa Bumiharjo Batanghari
Lampung Timur
Wakaf adalah suatu proses pemberian asset dari seseorang kepada umat
untuk diambil manfaatnya dengan melestarikan subtansinya yang disebut
dengan shadaqah jariyah, yang mana wakaf dapat menjadi nilai tambah yang
lebih sebagai investasi amalan akhirat yang pahalanya tidak akan terputus dan
bagi umat merupakan sumber dana abadi yang berkembang secara komulatif
untuk kepentingan umum.
Persoalan wakaf di Indonesia sangat kompleks, dari mulai masalah regulasi,
hingga masalah ketidakprofesionalan nadzir dalam mengelola wakaf. Adanya
nadzir merupakan syarat agar harta wakaf dapat dikelola dengan baik. Dalam
mengelola harta wakaf agar mencapai tujuan perlu adanya strategi yang
diterapkan oleh nadzir, yang mana nadzir harus memenuhi syarat moral dan
syarat menajemen agar pengelolaan harta wakaf dapat tepat sasaran dan
berkembang.
Di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur terdapat wakaf berupa
sawah, wakaf jenis sawah merupakan jenis wakaf produktif yang apabila
dikelola dengan baik akan memberikan manfaat yang lebih luas dari pada
konsumtif. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Bapak
Martoyin selaku nadzir di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur. Bapak
Martoyin mengatakan bahwa wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung
Timur dikelola oleh pengurus Masjid Nurul Hidayah. Wakaf yang berupa
sawah diwakafkan oleh Mbah Karsi dan Mbah Musilah seluas 3.600 m2. Sistem
pengelolaan sawah wakaf dengan cara bersama atau berjama’ah dengan
masyarakat desa Bumiharjo. Di mana, biaya pengelolaan berasal dari 1/8 zakat,
dana zakat tersebut disalurkan untuk pengelolaan sawah wakaf.53
Tabel. 3. 1 Perolehan Hasil Zakat Untuk Pengelolaaan Sawah Wakaf
No. Tahun Perolehan Zakat Mal 1/8 dari Zakat Mal
1. 2013 Rp. 6.633.000 Rp. 830.000
2. 2014 Rp. 13.140.000 Rp. 1.650.000
3. 2015 Rp. 8.360.000 Rp. 1.045.000
4. 2016 Rp. 6.800.000 Rp. 850.000
5. 2017 Rp. 17.020.000 Rp. 2.127.500
6. 2018 Rp. 16.670.000 Rp. 2.083.750
Total Rp. 8.586.250
Keterangan :
1. 1/8 zakat diambil pada tahun 2013 dipergunakan untuk pengelolaan sawah
wakaf pada tahun 2014, dan seterusnya.
Tabel. 3. 2 Biaya Pengelolaan Sawah Wakaf
No. Tahun 1/8 dari Zakat Mal Biaya Pengelolaan
1. 2014 Rp. 830.000 Rp. 865.000
2. 2015 Rp. 1.650.000 Rp. 1.467.000
53Martoyin selaku nadzir di Desa Bumiharjo, wawancara, tanggal 2 Juli 2018.
3. 2016 Rp. 1.045.000 Rp. 1.730.000
4. 2017 Rp. 850.000 Rp. 1.048.000
5. 2018 Rp. 2.127.500 Rp. 957.000
Rp. 6.502.500 (Rp. 6.067.000)
Sisa Rp. 435.500
Selain dari dana zakat, masyarakat pun berkontribusi dalam bentuk
bibit, pupuk juga berupa tenaga seperti membantu menanam dan merawat
sawah wakaf. Dalam pengelolaan kendala yang dihadapi yaitu hama, konsisi
alam, dan perairan yang sulit karena lokasi sawah yang kurang strategis. Sawah
wakaf mulai pertama kali ditanami pada tahun 2014. Sudah tujuh kali tanam
dengan panen enam kali, sekali pernah terjadi gagal penen. Sejauh ini, sawah
wakaf hanya ditanami padi, dari hasil panen sawah wakaf tersebut dijual
langsung ke agen padi dengan ketentuan harga jual yang berbeda-beda. Hasil
perolehannya dialokasikan ke masjid Nurul Hidayah yang digunakan untuk
kepentingan masjid.54
Tabel. 3.3 Perolehan Hasil Pengelolaan Sawah
No. Tahun Panen Bersih Harga Jumlah 1/8 Zakat
(Hutang)
1. 2014 1.290 Kg Rp. 4.050 Rp. 5.224.500 Rp. 830.000
2. 2015 1.313 Kg Rp. 4.050 Rp. 5.317.650 Rp. 1.650.000
796 Kg Rp. 4.000 Rp. 3.184.000
54Martoyin selaku nadzir di Desa Bumiharjo, wawancara, tanggal 2 Juli 2018.
3. 2016 1.119 Kg Rp. 3.650 Rp. 4.084.350 Rp. 1.045.000
4. 2017 1.164 Kg Rp. 4.000 Rp. 4.656.000 Rp. 850.000
5. 2018 1.562 Kg Rp. 4.000 Rp. 6.248.000 Rp. 2.127.500
Rp. 28.714.500 (Rp. 6.502.500)
Total Rp. 22.212.000
Keterangan :
1. Pada tahun 2015 panen sawah wakaf di jual ke agen yang berbeda
sehingga harga jualnya pun berbeda.
2. Pada tahun 2015 panen dua kali pada rendeng dan gadu.
3. Pada tahun 2016 terjadi gagal panen gadu.
Selain Bapak Martoyin, peneliti juga mewawancarai pengurus masjid
yang juga sebagai nadzir wakaf yaitu Bapak Khalil mengatakan bahwa wakif
mengamanahkan sawah wakaf tersebut kepada Bapak Martoyin yang mana
hasil pengelolaan sawah wakaf dialokasikan ke Masjid Nurul Hidayah. Sawah
wakaf di Desa Bumiharjo sendiri belum bersertifikat. Nadzir atau pengelola
wakaf selama ini belum pernah mengikuti sosialisasi dari instansi terkait
perwakafan. Sejauh yang diketahui bahwa hasil pengelolaan wakaf hanya
dipergunakan untuk kepentingan masjid.55
Hasil wawancara kepada Kepala Desa di Desa Bumiharjo Batanghari
Lampung Timur yaitu Bapak Mahfud Sidiq menuturkan bahwa tanah wakaf
termasuk dibebaskan akan pajak, namun sejauh ini masih disepelekan oleh
55Khalil selaku nadzir di Desa Bumiharjo, wawancara, tanggal 2 Juli 2018.
nadzir, di mana kebanyakan wakif hanya mewakafkan hartanya kepada
pengurus masjid yang umumnya terjadi di Desa Bumiharjo. Namun, nadzir
atau pengurus masjid sebagai pengelola wakaf tidak memberikan laporan atau
pemberitahuan adanya wakaf dari masyarakat, sehingganya Kepala Desa
kurang berperan terkait dengan permasalahan wakaf di masyarakat. Wakaf
yang ada di Desa Bumiharjo belum produktif, karena masih dikelola secara
tradisional. Di mana, wakaf yang ada diserahkan kepada pengurus masjid yang
secara otomatis alokasinya pun untuk masjid.56
Hasil wawancara kepada Bapak Sudadi yang juga selaku nadzir wakaf
mengatakan bahwa tidak ada sistem bagi hasil dalam pengelolaan sawah wakaf
di Desa Bumiharjo, yang ada adalah pembagian upah menuai padi yang
berdasarkan banyak sedikitnya padi yang dipanen atau disebut dengan bawon.
Wakaf yang ada di Desa Bumiharjo sudah sesuai menurut agama Islam karena
hasilnya dialokasikan untuk masjid, di mana masjid merupakan sarana ibadah
umat Islam sebagai tempat silaturrahmi yang akan mempererat tali
persudaraan.57
Menurut Bapak Sudadi hasil pengelolaan sawah wakaf yang cukup
banyak tidak jarang masyarakat di Desa Bumiharjo meminjam hasilnya untuk
kepentingan pribadi seperti meminjam karena kekurangan dana acara keluarga,
untuk dana hajatan, biaya sekolah dan lain-lain. Hal tersebut yang sekarang ini
56Mahfud Sidiq selaku Kepala Desa di Desa Bumiharo Batanghari Lampung Timur,
wawancara, tanggal 2 Juli 2018. 57Sudadi selaku nadzir di Desa Bumiharjo, wawancara, tanggal 2 Juli 2018.
menjadi permasalahan karena kesadaran masyarakat yang meminjam untuk
mengembalikannya kurang, sehingga ketika dana tersebut dibutuhkan untuk
kepentingan masjid tidak tersedia.58
Hasil pengelolaan sawah wakaf di Desa Bumiharjo yang digunakan
untuk kepentingan pribadi, di mana hasilnya dipinjam oleh masyarakat
sehingga tujuan wakaf untuk kepentingan masjid kurang tersampaikan.
Sebagian besar masyarakat pun kurang setuju bila hasil dari pengelolaan
sawah wakaf dipinjamkan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Tini, ia ikut
berkontribusi dalam menanami sawah wakaf. Menurutnya hasil pengelolaan
wakaf yang dipinjamkan menyimpang dari tujuan awal yang mana hasilnya
disalurkan untuk masjid yang seharusnya juga dipergunakan untuk masjid tidak
untuk dikonsumsi pribadi maupun untuk yang lain. Terlebih orang yang
dipinjami kurang kesadaran untuk mengembalikannya, akibatnya ketika masjid
membutuhkan dana untuk perbaikan atau perawatan dana tidak ada.59
Selain Ibu Tini yang kurang setuju atas hasil pengelolaan sawah wakaf
yang dipinjam oleh masyarakat, begitu juga dengan Bapak Sukamto yang
pernah berkontribusi dalam pengelolaan sawah wakaf berupa pupuk dan obat-
obat pertanian, mengatakan bahwa awal dari adanya pinjaman atas hasil
pengelolaan sawah wakaf karena pengelola wakaf atau nadzir sendiri pernah
meminjam hasil pengelolaan sawah wakaf tersebut. Sehingga, hal tersebut
dijadikan masyarakat sebagai bahan untuk meminjam karena nadzir merasa
58Sudadi selaku nadzir di Desa Bumiharjo, wawancara, tanggal 2 Juli 2018. 59Tini selaku masyarakat Desa Bumiharjo, wawancara, tanggal 2 Juli 2018.
pernah meminjam, maka nadzir pun meminjamkan kepada masyarakat yang
membutuhkan dana untuk keperluan pribadi.60
Strategi pengelolaan sawah wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari
Lampung Timur menggunakan strategi pengelolaan wakaf yang sudah
profesional. Di mana, hasil pengelolaan sawah wakaf disalurkan untuk masjid,
juga adanya wakaf ini dapat membantu masyarakat seperti dipinjam untuk ada
hajatan, biaya sekolah dan lain-lain. Namun, sawah wakaf yang hanya
dipergunakan pada aspek konsumtif ini dana lebih banyak tersimpan di
masyarakat ketimbang disalurkan untuk masjid karena tidak adanya batas
waktu pinjaman. Wakaf berupa sawah ini merupakan jenis wakaf produktif
yang apabila dapat dikelola dalam bentuk modal usaha, manfaatnya akan lebih
banyak, tidak hanya dipergunakan untuk sarana ibadah, akan tetapi juga dapat
mencapai tujuan wakaf secara luas.
C. Analisis
Wakaf merupakan memelihara suatu barang atau benda dengan jalan
menahannya agar tidak menjadi milik pihak ketiga. Barang yang ditahan itu
haruslah benda yang tetap dzatnya yang dilepaskan oleh miliknya dari
kekuasaannya sendiri dengan cara dan syarat tertentu, tetapi dapat dipetik
hasilnya dan dipergunakan untuk keperluan amal kebajikan yang ditetapkan
oleh ajaran Islam. Adapun unsur-unsur perwakafan yang paling utama rukun
dan syarat wakaf harus terpenuhi yaitu orang yang berwakaf (wakif), harta yang
diwakafkan (mauquf bih), tujuan wakaf (mauquf alaih), pernyataan wakaf
60Sukamto selaku masyarakat desa Bumiharjo, wawancara, tanggal 2 Juli 2018.
(sighat) dan nadzir.61 Dalam hal ini, nadzir memiliki peran sentral untuk
bertanggung jawab mengurus dan mengembangkan harta benda wakaf,
sehingga berkembang tidaknya harta wakaf ada di tangan nadzir.
Wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur merupakan wakaf
umum. Di mana, hasil dari pengelolaannya disalurkan untuk kepentingan
masjid Nurul Hidayah. Wakaf Umum (khairi) yaitu wakaf yang secara tegas
untuk kepentingan keagamaan atau kemasyarakatan. Seperti wakaf yang
diserahkan untuk kepentingan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah
sakit, panti asuhan, dan lain sebagainya.62 Dalam pengelolaan harta wakaf
seharusnya dapat dipergunakan untuk tujuan wakaf secara luas sehingga
seorang wakif yang sudah mewakafkan tanah melalui nadzir yang dianggapnya
mampu mengelola tanah wakaf menjadi produktif. Tujuan wakaf secara luas
dalam teori, selain digunakan untuk sarana ibadah, juga dipergunakan untuk
sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan, bantuan kepada fakir miskin,
anak terlantar, yatim piatu, beasiswa, kemajuan dan peningkatan ekonomi
umat, serta untuk kemajuan dan kesejahteraan umum lainnya yang tidak
bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.63 Namun,
wakaf yang ada di Desa Bumiharjo hanya diperuntukkan untuk sarana ibadah
saja sehingga tujuan wakaf secara luas belum tercapai.
Wakaf berupa sawah di Desa Bumiharjo merupakan jenis wakaf yang produktif
dalam ketegori pengelolaan wakaf secara profesional yang apabila hasilnya
61Mardani, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 358. 62Departeman Agama RI, Fiqih Wakaf, h. 16-17. 63Mardani, Fiqh Muamalah., h 362.
dikelola secara maksimal seperti diproduktifkan dalam bentuk modal usaha,
manfaatnya akan lebih banyak dan bisa mencapai tujuan wakaf secara luas.
Wakaf produktif yaitu wakaf harta yang digunakan untuk kepentingan
produksi, baik di bidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa yang
manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari keuntungan
bersih hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang
berhak sesuai dengan tujuan wakaf.64 Akan tetapi, wakaf di Desa Bumiharjo
belum dikelola dalam bentuk modal usaha, di mana lebih banyak digunakan
untuk kebutuhan konsumtif masyarakat seperti dipinjam untuk biaya hajatan,
biaya sekolah dan lain-lain.
Dalam pengelolaan wakaf secara profesional-produktif aspek-aspek yang
harus dipenuhi yaitu :
1) Kelembagaan, untuk mengelola benda-benda wakaf agar lebih
produktif yang pertama harus dilakukan adalah membentuk suatu
badan atau lembaga yang khusus mengelola wakaf dan bersifat
nasional, dalam hal ini Indonesia telah memilikinya dengan nama
Badan Wakaf Indonesia (BWI)
2) Pengelolaan operasional yaitu batasan atau garis kebijakan dalam
mengelola wakaf agar menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat
bagi kepentingan masyarakat banyak.
3) Kehumasan, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengelola
harta wakaf untuk mengetahui keprofesionalan nadzir dalam
mengembangkan harta wakaf dan hasilnya untuk kesejahteraan umat
serta mampu menarik wakif baru untuk mewakafkan hartanya untuk
kesejahteraan masyarakat.
4) Sistem keuangan, seorang nadzir harus mampu membuat laporan
tersendiri dari akuntansi dan audit untuk menambah olaan wakaf untuk
kesejahteraan umat.
5) Regulasi perwakafan
6) Pembentukan kemitraan usaha.65
64Suhairi, Wakaf Produktif Membangunkan Reksasa Tidur, (Metro: STAIN Jurai Siwo
Metro Lampung, 2014), h. 13. 65Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf, (Jakarta:
Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjen BIMAS Islam Depag RI, 2006), h. 102.
Wakaf yang ada di Desa Bumiharjo sudah termasuk dalam pengelolaan
profesional-produktif, di mana hasil pengelolaan disalurkan untuk sarana
ibadah, juga dapat membantu masyarakat sekitar seperti hasilnya dipinjam
untuk dan hajatan, biaya sekolah dan lain-lain. Namun, aspek pengelolaan
profesional-produktifnya belum terpenuhi sehingga sistem menajemen
pengalolaan harta wakaf belum maksimal. Dalam hal ini prinsip manajemen
pengelolaan harta benda wakaf perlu diterapkan untuk mencapai
pengelolaan secara profesional-produktif, di mana prinsip-prinsipnya yaitu
prinsip pertisipasi, prinsip penegak hukum, prinsip transparan, prinsip
responsiv, prinsip orientasi kesepakatan, prinsip keadilan, prinsip efektif
dan efisien, prinsip akuntabilitas, dan prinsip visi strategis.66 Prinsip
manajemen pengelolaan harta benda wakaf terkait erat dengan
tanggungjawab nadzir dalam menjalankan tugas dan wewenangnya guna
tercapainya tujuan wakaf untuk kesejahteraan umum. Adapun dalam Pasal
220 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam (KHI) Kewajiban dan hak nadzir yaitu
nadzir berkewajban untuk mengurus dan bertanggung jawab atas kekayaan
wakaf serta hasilnya, dan pelaksanaan perwakafan sesuai dengan tujuan
menurut ketentuan yang diatur oleh Menteri Agama.67
66Suhirman,”Prinsip-prinsip Pengelolaan Pemanfaatan Tanah Wakaf Guna Untuk
Kesejahteraan Masyarakat”, Vol.4, No 2, 252-262, (Denpasar: Jurnal Magister Hukum Udayana,
2015), h. 260-261. 67Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (KHI), h. 105.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah peneliti gambarkan dalam pembahasan sebelumnya,
maka peneliti simpulkan bahwa Strategi Pengelolaan Sawah Wakaf di Desa
Bumiharjo Batanghari Lampung Timur termasuk dalam strategi pengelolaan wakaf
secara profesional, di mana hasil pengelolaan wakaf disalurkan untuk kepentingan
masjid. Wakaf berupa sawah merupakan jenis wakaf produktif yang apabila
hasilnya dikelola dalam bentuk modal usaha, manfaatnya akan lebih banyak selain
untuk sarana ibadah, juga bisa mencapai tujuan wakaf secara luas. Namun,
pengelolaan dalam bentuk modal usaha belum diterapkan pada hasil wakaf di Desa
Bumiharjo, di mana hasil wakafnya lebih banyak digunakan untuk kebutuhan
konsumtif masyarakat seperti dipinjam untuk dana hajatan, biaya sekolah dan lain-
lain. Sistem pinjamannya pun tidak diberikan batas waktu sehingga ketika masjid
membutuhkan dana untuk perbaikan atau perawatan dana tidak tersedia. Dalam hal
ini, adanya wakaf sudah mampu membantu masyarakat sekitar namun sebagai
kategori pengelolaan wakaf secara profesional, wakaf di Desa Bumiharjo belum
memenuhi sistem manajemen pengelolaan wakaf dan prinsip manajemen
pengelolaan harta benda wakaf.
B. Saran
Setelah menyimpulkan hasil penelitian di atas maka peneliti ingin memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Strategi Pengelolaan Sawah Wakaf di Desa Bumiharjo Batanghari
Lampung Timur harus lebih produktif seperti diproduktifkan dalam
bentuk modal usaha hasilnya guna untuk kemaslahatan umat khususnya
masyarakat di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur. Para nadzir
harus berupaya untuk lebih memaksimalkan lagi pengelolaan untuk
membenahi aspek manajemen dan keuangan agar hasil pemanfaatan
sawah wakaf juga dapat terlihat baik.
2. Wakaf berupa sawah di Desa Bumiharjo Batanghari Lampung Timur
termasuk dalam ketegori pengelolaan wakaf secara profesional, di mana
hasilnya di salurkan untuk sarana ibadah. Adanya wakaf juga dapat
membantu masyarakat dalam bentuk pinjaman. Namun, lebih baiknya
masyarakat yang meminjam dari hasil wakaf diberikan batas wakat agar
peminjam lebih amanah untuk mengembalikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djunaidi, Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, Jakarta:
Mumtadz Publishing, 2005.
Al Hafizh Ibn Hajar Al Asqalani, Terjemahan Bulughul Maram, diterjemahkan
oleh Moh. Machfuddin Aladip, Semarang: CV. Toha Putera, 2007.
Departmen Agama, Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004, Jakarta: Direktorat
Jendaral Masyarakat Islam, 2007.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Bandung: Sygma Examedia
Arkanleema, 2009.
-------, Fiqih Wakaf, Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam,
2007.
-------, Pedoman Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf, Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Wakaf Dirjen BIMAS Islam Depag RI, 2006.
Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Jakarta:
Kencana Perdana Media Group, 2009.
Etika Sabariah, Manajemen Strategis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
Gulo, Metodelogi Penelitian, Jakarta: PT. Grasindo, 2002.
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 1993.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010.
Husein Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:
Bumi Aksara, 2003.
Iifi Nur Diana, Hadis-hadis Ekonomi, Malang: UIN-Maliki Press, 2008.
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, Jakarta: PT Renika
Cipta, 2006.
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (KHI).
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013.
Mardani, Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana, 2012.
Ma’mar Daud, Terjemahan Hadis Shahih Muslim, Jilid III, Jakarta: Widjaya, 1983.
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
Siah Khosyi’ah, Wakaf dan Hibah Perspektif Ulama Fiqh dan Perkembangannya
di Indonesia, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010.
Suhairi, Wakaf Produktif Membangunkan Reksasa Tidur, Metro: STAIN Jurai Siwo
Metro Lampung, 2014.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Bina
Aksara, 1983.
Suhirman,”Prinsip-prinsip Pengelolaan Pemanfaatan Tanah Wakaf Guna Untuk
Kesejahteraan Masyarakat”, Vol.4, No 2, 252-262, Denpasar: Jurnal Magister
Hukum Udayana, 2015.
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Cet Ke VI, Jakarta: Rajawali Press,
1991.
Suraya Murcitaningrum, Pengantar Metodologi Penelitian Ekonomi Islam,
Yogyakarta: Prudent Media, 2013.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM, 1984.
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Bwikotamalang.com/syarat-nadzir
RIWAYAT HIDUP
Heni Pratiwi dilahirkan di Desa Bumiharjo
Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada
tanggal 17 Mei 1996, anak ke tiga dari pasangan Bapak Misdi
dan Ibu Suparmi. Memiliki dua saudara perempuan dan laki-
laki bernama Titis Istiana dan Doni Prasetyo.
Pendidikan dasar peneliti ditempuh di SD N 3 Bumiharjo selesai pada tahun
2008, kemudian melanjutkan di SMP N 3 Batanghari selesai pada tahun 2011 dan
dilanjutkan kejenjang selanjutnya di MAN 1 Metro Lampung Timur yang pada
tahun 2015 alih status menjadi MAN 1 Lampung Timur selesai pada tahun 2014.
Lalu melanjutkan pendidikan di STAIN Jurai Siwo Metro yang pada tahun 2017
alih status menjadi IAIN METRO. Peneliti mengambil jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam pada semester 1 TA 2014/2015, kemudian
menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro tahun
2018.