skripsi hubungan stres kerja, kinerja dan …

136
SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN MOTIVASI KERJA DENGAN STATUS KERJA PERAWAT PELAKSANA DI MAKASSAR 2013 SITTI GUSTINA C12109012 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

SKRIPSI

HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN MOTIVASI

KERJA DENGAN STATUS KERJA PERAWAT PELAKSANA

DI MAKASSAR 2013

SITTI GUSTINA

C12109012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

SKRIPSI

HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN MOTIVASI KERJA DENGAN

STATUS KERJA PERAWAT PELAKSANA DI MAKASSAR 2013

Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh

ujian akhir dan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep)

Oleh :

SITTI GUSTINA

C12109012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERISITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : SITTI GUSTINA

NIM : C 121 09 012

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau

pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, saya bersedia

menerima sanksi yang seberat-beratnya atas tindakan tidak terpuji tersebut.

Makassar, 25 Maret 2013

Yang membuat pernyataan

(Sitti Gustina)

Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’alamin. Tidak henti-hentinya penulis mengucap syukur

agar segala nikmat yang ALLAH berikan. Salam dan salawat tercurah kepada

Rasulullah Muhammad , juga kepada istri-istri Beliau, para sahabat serta orang-

orang yang istiqamah di atas manhaj yang Beliau bawa sampai akhir zaman kelak.

Selama penyusunan skripsi ini penulis menerima banyak bantuan dan

dukungan, baik moril maupun materil yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak.

Ucapan syukur alhamdulillah karena ALLAH menitipkan penulis kepada La ode

Wau, S. Pd dan Wa ode Sahida yang tiada hentinya memberikan segala do’a dan

kasih sayangnya kepada penulis, hanya ALLAH yang mampu membalas semua

jerih payah kalian membuat penulis seperti sekarang ini. Untuk kakakku Laode Abd.

Wahiddin, SH, serta adik-adikku Waode Israwati, Waode Indrawati, Laode Abd.

Tandobhone, Waode Fajarina, LM. Sumua Rezki, LM. Kurniawan, LM. Naim

Ramadhan, LM. Ashar, LM. Faisal, LM. Subuhana dan LM. Akhirzulzaman, terima

kasih sudah membuat kakak selalu semangat. Selain itu, pada kesempatan ini juga

penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi selaku Rektor Universitas Hasanuddin.

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

2. dr. Irawan Yusuf, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin Makassar dan Dra. Werna Nontji, S. Kp, M. Kep, selaku Ketua

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar.

3. Nurmaulid, S.Kp., Ns., M.Kep. selaku pembimbing I dan Takdir Tahir,

S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing II, atas waktu, tenaga, pikiran dan

ilmunya dalam membimbing dan mengarahkan penulis menyelesaikan skripsi

ini.

4. Erfina, S. Kep., Ns., M.Kep dan Andriani, S. Kep. Ns, M. Kes selaku tim

penguji, terima kasih atas masukan-masukannya.

5. Andina S.Kep. Ns, M. Kep selaku penasehat akademik. Seluruh dosen dan

staf akademik yang telah membantu penulis selama menempuh masa kuliah

sampai terselesaikannya skripsi ini.

6. Saudariku di SC. Ash-Shihah dan FSUA serta yang lain yang tidak bisa

penulis cantumkan satu persatu, atas do’a, dukungan dan ukhuwah yang

memberikan warna dan semangat baru di perjalanan hidup penulis.

7. Terkhusus untuk keluarga besarku, Wa ode Adi, S.pd, Wa ode Sitti

Sanawiyah S.pd, Wa ode taibha, La ode Ito S. Pd, Wa Beeno, Wa Sari, La

Dadang, Wa Popi, La Alan, La Deri, La Alim, La Fajar, Wa Ete, La Bino, Wa

Ama, Wa Rora, La Adul, La Guntur, wa Rere, La Ali, terima kasih atas

nasehat-nasehatnya. do’a, dukungan, dan semangatnya selama ini, syukran for

all!!! Keluarga keduaku; Nirwana Crew, Asal Mula, Wisma Halimah Putri

dan Sakan), uhibukifillah!!!!!

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

8. Buat Teman-Teman di Kampung, Wa Hiji, Wa Meli, Wa Yana, Wa Ani, Wa

Linda, Hariana, Fitri dan Lia, terimah kasih atas do’anya.

9. Teman-teman Fideliti ’09 (spesial buat marnia) yang telah berbagi suka dan

duka serta mengajarkan penulis menjadi pribadi yang lebih dewasa.

10. Para Perawat yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga

segala bantuan dan amal ibadah dari semua pihak yang telah membantu penulis baik

yang sempat disebutkan maupun tidak, mendapat pahala dari Allah serta

senantaias melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua dan mudah-

mudahan skripsi ini memberi manfaat kepada berbagai pihak, khususnya dalam

rangka pengembangan pengetahuan. Aamiin.

Wassalam

Makassar, 25 Maret 2013

Penulis

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

ABSTRAK SITTI GUSTINA, C12109012. HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN MOTIVASI KERJA DENGAN STATUS KERJA PERAWAT PELAKSANA DI MAKASSAR. Dibimbing oleh Nurmaulid dan Takdir Tahir (viii +77 halaman + 11tabel + 6 lampiran) Latar Belakang : Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan yang disebabkan oleh stressor dari lingkungan kerja seperti faktor lingkungan fisik, sistem organisasi dan individu. 74% perawat mengalami stres, yang mana sumber utamanya adalah lingkungan kerja yang menuntut kekuatan fisik dan keterampilan. Kinerja perawat adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral atau etika. Motivasi kerja adalah keingan yang terdapat pada diri perawat yang mendorongnya untuk melaksanakan pekerjaan. Status kerja perawat adalah perawat yang bekerja di dua rumah sakit ( double Job) atau perawat yang pekerjaannya lebih dari satu yang dimiliki oleh individu atau peran yang muncul antara harapan dari dua peran yang sama dan perawat yang bekerja non double job atau perawat yang pekerjaannya hanya satu tempat atau satu rumah sakit saja dan tidak ada pekerjaan sampingan lainnya Tujuan : Untuk mengetahui Hubungan Stres Kerja,Kinerja Dan Motivasi Kerja Perawat Dengan Status KerjaPerawat Pelaksana Di Rumah Sakit Di Makassar Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah perawat pelaksana yang double job dan non double job menggunakan snowball Sampling dan sampel yang didapat sebanyak 46 sampel dari semua perawat yang bertugas diruangan tersebut sebagai dasar untuk dapat melihat Hubungan Stres Kerja,Kinerja Dan Motivasi Kerja Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makassar. Kemudian peneliti melakukan wawancara dan pembagian kuesioner pada responden. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 46 (100%) responden. Responden denganp status kerja perawat pelaksana double job yang paling banyak mengalami stres kerja sedang yaitu sebanyak 12 (40,0%) sedangkan status kerja perawat yang non double job yaitu sebanyak 18 (60,0%), responden dengan kategori perawat yang double job mengalami stress kerja berat yaitu sebanyak 9 (75,0%) responden, perawat non double job yaitu sebanyak 3 (25,0%) responden. Sedangkan responden stress ringan dengan status kerja perawat non double job yaitu sebanyak 2 (50,0%) reponden sama dan status kerja perawat non double job yaitu sebanyak 2 (50,0%) responden. hasil penelitian tentang hubungan Kinerja Perawat dengan status kerja perawat pelaksana di Makassar terdapat 46 (100 %) responden. Responden dengan status kerja perawat pelaksana double job yang paling banyak mengalami tingkat kinerja ringan yaitu sebanyak 17 (94,4%) responden, perawat yang non double job yaitu sebanyak 1 (5,6%) responden, Responden dengan status kerja perawat pelaksana double job yang mengalami tingkat kinerja sedang yaitu sebanyak 6 (40%) responden, perawat non double job yaitu sebanyak 20 (60,0%) responden. Sedangkan responden kinerja tinggi dengan status kerja perawat double job yaitu sebanyak 0 (0%) reponden sedangkan perawat non double job yaitu sebanyak 2 (100%) responden. Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan motivasi kerja dengan status kerja perawat pelaksan di Makassar Terdapat 46 (100%) responden. Responden dengan status kerja perawat pelaksana yang double job paling banyak memiliki motivasi kerja tinggi yaitu sebanyak 10 (41,7%) responden, perawat yang non double job yaitu sebanyak 14 (58,3%) responden, Responden dengan status perawat perawat double job yang mengalami tingkat kinerja sedang yaitu sebanyak 13 (59,1%) responden, sedangkan status perawat non double job yaitu sebanyak 9 (49,9%) responden Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara stress kerja dengan status kerja perawat pelaksan di Makassar, ada hubungan antara kinerja dengan status kerja perawat pelaksan di Makassar dan tidak ada hubungan antara motivasi dengan status kerja perawat pelaksana di rumah sakit di Makassar Daftar Pustaka : 31 (1992 – 2012) Kata Kunci : Stres Kerja- Kinerja –Motivasi –Status Kerja Perawat Pelaksana

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN. ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iii

KATA PENGANTAR iv

ABSTRAK vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR BAGAN xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Motivasi Kerja 10

E. Tinjauan Umum Kinerja Perawat……………………………………. 18

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

B. Tinajuan Umum Tentang Stres 29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep 39

B. Hipotesis 40

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian 41

B. Tempat dan Waktu Penelitian 41

C. Responden 41

D. Alur Penelitian 44

E. Variabel Penelitian .45

F. Instrumen Penelitian 47

G. Pengolahan Data Dan Analisis Data 47

H. Etika Penelitian .49

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil 51

B. Pembahasan 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 75

B. Saran 75

C. Keterbatasan penelitian 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Berdasarkan Tempat Bekerja, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Pendidikan Lanjutan, Lama kerja, Pelatihan yang pernah diikuti, Status Pekerjaan, dan Jumlah penghasilan sebulan perawat pelaksana di rumah sakit Makassar…………………………………………………………….......54

Tabel 5.2 Distribusi Status Kerja Perawat Berdasrkan Tempat Kerja Di Makassar……………..………………………………………………….54

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Kerja Perawat dengan Stres Kerja Di Makassar………………………………………………...55

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kinerja Perawat Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makassar…………………………...56

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Dengan Kategori PerawatPelaksana Di Rumah Sakit Di Ibnu Sina Dan Sayang Rakyat Di Makassa…………………………………………………..……………..57

Tabel 5.6 Hubungan Stres Kerja Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makassar………………………………………………………...………59

Tabel 5.7 Hubungan Kinerja Perawat Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makassar………………………………………………………………...60

Tabel 5.8 Hubungan Motivasi Kerja Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makassar…………………………………………………………….…..61

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Stres Kerja, Kinerja, Dan Motivasi Kerja

Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makasssar

2013………………………………………………………………….39

Bagan 4.1 Alur Penelitian Hubungan Motivasi Kerja Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makassar 2013……………………………………………..44

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan penelitian

Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi partisipan

Lampiran 3 Lembar data demorgrafi partisipan

Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Surat izin/rekomendasi penelitian dari Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Sulawesi Selatan

Lampiran 6 Surat izin penelitian rumah sakit dari kota Makassar

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak

dibidang pelayanan kesehatan dimana salah satu upaya yang dilakukan adalah

mendukung rujukan dari pelayanan tingkat dasar, seperti puskesmas. Untuk itu,

sebagai pusat rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat dasar, maka pelayanan

Rumah Sakit perlu menjaga kualitas pelayanannya terhadap masyarakat yang

membutuhkan (Indriyani, 2009).

Perawat merupakan tenaga profesional yang perannya tidak dapat

dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan rumah sakit. Peran ini disebabkan

karena tugas perawat mengharuskan kontak paling lama dengan pasien selama 24

jam (Indriyani, 2009).

Salah satu penyebab seseorang stress adalah faktor keuangan yang kurang

atau penghasilan rendah dan setiap manusia tidak ada yang bisa mengetahui

kelangsungan suatau pekerjaannya, bisa saja sewaktu-waktu kehilangan

pekerjaan karena berbagai alasan. Salah satu cara yang banyak dilakukan orang

untuk mengantisipasi hal tersebut adalah melakukan pekerjaan ganda (double

job).

Hennessy (2005), menjelaskan bahwa perawat yang bekerja di dua

rumah sakit (double job) adalah pekerjaan lebih dari satu yang dimiliki oleh

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

perawat. Seseorang yang memiliki pekerjaan double job berarti orang tersebut

telah mengorbankan waktunya kurang lebih selama 24 jam hanya untuk bekerja.

Perawat yang seharian bekerja di dua rumah sakit akan mudah merasa lelah, dan

hal itu membuatnya sulit untuk duduk dengan nyaman menyelesaikan tugas-

tugas seperti asuhan keperawatan. Ketegangan peran ini bisa termasuk stress,

tekanan darah meningkat, kecemasan, cepat marah dan sakit kepala.

Paden dan Buchler (1985) dalam Simon (2002), menyatakan bahwa

perawat yang bekerja di dua rumah sakit (double job) juga dapat menimbulkan

konflik atau masalah karena pengharapan prilaku dari sebuah rumah sakit yang

satu, sama dengan pengharapan prilaku di rumah sakit lainnya. Dimana kedua

rumah sakit tempat dia kerja menginginkan setiap karyawannya bekerja dengan

teliti dan profesional.

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara salah seorang perawat yang

bekerja double job di rumah sakit yang ada di Makasssar. Perawat tersebut

mengatakan bahwa perawat yang bekerja double job mengalami stress yang berat

karena memilki beban kerja yang banyak dibandingkan dengan perawat yang non

double job.

Perawat yang bekerja non double job adalah perawat yang pekerjaannya

hanya pada satu tempat saja. Perawat ini tidak memiliki banyak masalah atau

beban kerja karena ketika selesai dinas, banyak waktu yang digunakan untuk

istirahat dan mencari kesenangan misalnya, berkumpul dengan teman-teman

sejawatnya dan pergi ke moll untuk berhura-hura serta melakukan aktivitas yang

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

lain. Perawat yang non double job memiliki motivasi dan semangat kerja lebih

tinggi sehingga pekerjaan mereka lebih baik dalam memberikan pelayanan dan

membuat asuhan keperawatan.

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dari salah seorang perawat yang

bekerja di rumah sakit yang ada di Makassar, menyatakan bahwa perawat

tersebut lebih banyak menggunakan waktunya di luar rumah sakit untuk istirahat

atau refresing sehingga tidak mudah lelah dan stress.

Strers yang dihadapi perawat didalam bekerja akan sangat mempengaruhi

kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Stres yang

berkelanjutan dan individu yang tidak dapat beradaptasi dengan baik akan

menjadi stres yang dapat menyebabkan gangguan fisik, mental, sosial, dan

spiritual (Carpenito dalam Utama, 2009). Menurut Rini (2000) dalam Hanjari

(2009), beberapa dampak yang dapat ditimbulkan oleh perawat yang bekerja di

dua rumah sakit (double job) dan stres kerja berupa: terjadinya kekacauan dan

hambatan baik dalam menajemen maupun operasional kerja, mengganggu

kenormalan aktivitas kerja, menurunkan tingkat produktivitas dan menurunkan

pemasukan dan keuntungan rumah sakit.

Perawat mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stres,

hal tersebut tergantung jenis, lama, dan frekuensi stres yang dialami oleh perawat

(Dantzer & Kelley, 1989). Makin kuat stresor, makin lama dan sering terjadi,

sangat berpotensi menurunkan daya tahan tubuh dan mudah menimbulkan

penyakit (Widyastuti,1999).

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Anarogo (1992), mengemukakan bahwa efek atau pengaruh yang terjadi

ketika menjalani dua peran sekaligus adalah rendahnya kinerja karyawan secara

keseluruhan yang akan mempengaruhi produktifitas rumah sakit. Perawat yang

bekerja di dua rumah sakit (double job) dapat pula berakibat langsung pada diri

karyawan apalagi pasien mempunyai masalah penyakit yang berbeda-beda.

Contoh, perawat yang shift pagi sampai sore di rumah sakit pemerintah dan pada

malam hari shift dirumah sakit swasta, pada kondisi ini perawat harus

merencanakan proses perawatan ketika merawat pasien. Kedua rumah sakit

mengharapkan karyawannya memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien.

Perawat yang shift malam mengalami penurunan kinerja diakibatkan oleh efek

fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan

kemampuan mental menurun, yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan

pekerjaan seperti pemantauan pada pasien yang dirawat. Dalam keadaan ini

perawat mengalami tekanan kerja sehingga perawat mengalami tekanan jiwa atau

stress.

Penelitian yang dilakukan oleh Schultz (1994) dan Selye (1996) dalam

National Institute for occupational safety and health (NIOSH), menetapkan

perawat sebagai profesi yang sangat beresiko terhadap stres karena perawat

memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap keselamatan nyawa manusia. Selain

itu, penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa pekerjaan perawat

mempunyai karakteristik yang dapat menciptakan tuntutan kerja yang tinggi dan

menekan. Karakteristik tersebut adalah otoritas bertingkat ganda, heterogenitas,

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

personalia, ketergantungan dalam pekerjaan dan spesialisasi, budaya dan jadwal

kerja yang ketat dan harus siap kerja setiap saat, serta tekanan-tekanan dari teman

sejawat.

Data yang tercatat dalam WHO (World Health Organization), melaporkan

bahwa sekarang ada lebih dari 9 juta perawat dan bidan di 141 negara (Sri,

2007). Peran perawat dalam pemeliharaan kesehatan sangat vital, perawat harus

sanggup mengatasi stres yang dialaminya dalam dunia keperawatan karena

perawat tidak boleh melakukan kekeliruan sedikitpun. Untuk itu diperlukan

perhatian khusus dalam pelayanan keperawatan. Perawat dituntut dapat menjadi

figur yang dibutuhkan oleh pasiennya, dapat bersimpati kepada pasien, selalu

menjaga perhatiannya, fokus, dan hangat kepada pasien (Parker & Kulik dalam

Taylor, 1999). Di samping itu, perawat juga harus dapat melaksanakan

pekerjaannya walaupun dengan keterbatasan rekan sekerja tanpa mengorbankan

mutu. 74% perawat mengalami stres, yang mana sumber utamanya adalah

lingkungan kerja yang menuntut kekuatan fisik dan keterampilan (Frasser, 1997).

Jumlah seluruh perawat yang yang ada di Sulawesi Selatan tahun 2012

adalah 1.200 orang dan jumlah pasien di rumah sakit semakin hari semakin

meningkat. Dengan adanya berbagai faktor tersebut banyak pasien yang masuk

rumah sakit setiap bulan khususnya di rumah sakit Makassar, dengan keluhan

yang berbeda-beda. Rasio jumlah perawat dan pasien belum berimbang sehingga

jumlah perawatan yang dibutuhkan di rumah sakit cukup banyak dan beban kerja

perawat yang tinggi (DINKES, 2012). Ketidakseimbangan antara jumlah perawat

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

atau tenaga medis di rumah sakit dengan jumlah paisen, maka akan

mempengaruhi kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang

berkualitas dan hal ini tergantung pada motivasi kerja setiap individu.

Motivasi kerja adalah suatu dorongan jiwa yang membuat seseorang

tergerak untuk melakukan tindakan yang produktif, baik yang berorientasi kerja

menghasilkan uang maupun yang tidak. Motivasi kerja yang dimiliki seorang

pekerja berbeda-beda tentunya, dan juga berfluktuasi. Ada pekerja yang selalu

terlihat semangat bekerja karena menginginkan kenaikan gaji atau promosi

jabatan, hal tersebut tentunya wajar-wajar saja. Motivasi kerja pun bisa naik-

turun. Tidak selamanya kegairahan dalam bekerja bisa terus berada pada titik

maksimal. Kadangkala, seorang pekerja dapat mengalami penurunan kinerja

karena kejenuhan dalam bekerja, atau bisa saja karena perbagai permasalahan

yang dihadapinya (Purwanto, 2006).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk

mengkaji lebih jauh tentang hubungan stres kerja, kinerja dan motivasi kerja

dengan status kerja perawat pelaksana di Makassar.

B. Rumusan Masalah

Meneliti hubungan stress kerja, kinerja dan motivasi dengan status perawat

pelaksana sangat penting karena perawat yang memainkan dua peran sekaligus

dengan memberikan pelayanan yang professional dapat menimbulkan stress

dimana kedua tugas tersebut menghabiskan waktu kurang lebih 24 jam hanya

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

untuk bekerja. Stres dapat menyerang siapa saja, stres timbul mana kala tugas

terlalu banyak tapi tidak sebanding dengan kemampuan pegawai untuk

melaksanakannya.

Perawat menghadapi berbagai aspek dalam lingkungan kerja antara lain

lingkungan fisik dan lingkungan psikososial. Lingkungan fisik berupa

terdapatnya berbagai jenis pasien dan penyakit, area kerja yang luas menjadikan

beban kerja meningkat, tuntutan yang tinggi dari pasien, pembuatan keputusan

yang cepat dan tepat untuk menolong sehingga menimbulkan kinerja yang buruk

atau tidak baik dibandingkan dengan perawat yang non double job.

Uraian singkat dalam latar belakang masalah diatas memberi dasar bagi

peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian. Bagaimana hubungan antara

stress kerja, kinerja dan motivasi kerja dengan status perawat pelaksana di

Makassar tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah

diungkapkan sebelumnya, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara stress kerja, kinerja perawat dan

motivasi kerja dengan status kerja perawat pelaksana di Makassar tahun

2013.

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

2. Tujuan Khusus.

a. Diketahuinya hubungan stres kerja perawat dengan status kerja

perawat pelaksana di Makassar tahun 2013.

b. Diketahuinya hubungan kinerja perawat dengan status kerja

perawat pelaksana di Makassar tahun 2013.

c. Diketahuinya hubungan motivasi kerja perawat dengan status

kerja perawat pelaksana di Makassar tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Manfaat bagi Institut Rumah Sakit

Sebagai masukan atau pertimbangan bagi pengelola rumah sakit, hasil

penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi

para perawat pelaksana yang bekerja di dua rumah sakit atau klinik

(double job) dan perawat yang non double job pentingnya

pengetahuan tentang stres dan kecerdasan emosi dalam menekan

munculnya stres kerja, serta untuk mencegah terjadinya kesalahan atau

kecelakaan pada saat kerja.

2. Profesi keperawatan

Meningkatkan profesioinalisme perawat dalam mencegah stres kerja,

kinerja dan motivasi kerja perawat pelaksana yang bekerja di dua

rumah sakit atau klinik (double job) dan perawat yang non double job

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

di rumah sakit, agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang

maksimal.

3. Manfaat bagi pendidikan

Sebagai bahan masukkan yang di harapkan dapat memperkaya ilmu

pengetahuan bagi peneliti serta dapat menjadi bahan refferensi untuk

penelitian selanjutnya.

4. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti untuk menambah

wawasan, pengetahuan serta untuk pengembangan diri, khususnya

dalam bidang penelitian.

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi

Ilmu Keperawatan Unhas.

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Motivasi Kerja

1. Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi berasal dari motive atau dengan prakata bahasa latinnya,

yaitu movere, yang berarti “mengerahkan”. Motivasi merupakan kegiatan

untuk mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku manusia.

Motivasi kerja adalah suatu dorongan jiwa yang membuat seseorang

tergerak untuk melakukan tindakan yang produktif, baik yang berorientasi

kerja menghasilkan uang maupun yang tidak (Purwanto, 2006)

2. Teori-Teori Motivasi Kerja

a. Teori Motivasi

Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan ke dalam tiga

kelompok yaitu teori motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan

(content theory), teori motivasi dengan pendekatan proses (process

theory) dan teori motivasi dengan pendekatan penguat (reinforcement

theory).

b. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau

pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan dorongan

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi

maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa.

Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan

memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa

puasnya. Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku

pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti

kebutuhannya.

Teori Hirarki Kebutuhan (Need Hirarchi) dari Abraham Maslow

dalam (Mangkunegara, 2005) yang menyatakan bahwa motivasi kerja

ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan kerja baik secara

biologis maupun psikologis, baik yang berupa materi maupun non-materi.

Secara garis besar tersebut teori jenjang kebutuhan dari Maslow dari yang

rendah ke yang paling tinggi yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah

merasa puas, karena kepuasannya bersifat sangat relatif maka disusunlah

hirarki kebutuhan seperti hasrat menyususn dari yang teruraikan sebagai

berikut:

1) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum,

perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan

kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan

yang paling dasar.

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

2) Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari

ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

3) Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk

diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan

untuk mencintai serta dicintai.

4) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan

dihargai oleh orang lain.

5) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk

menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk

berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik

terhadap sesuatu.

c. Teori Keadilan

Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat

kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak adil terhadap setiap

karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku karyawan harus

dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan seseorang dengan

orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil atau kontribusi

masing-masing karyawan (Robbins, 2007).

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

d. Teori X dan Y

Douglas McGregor mengemukakan pandangan nyata mengenai

manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori X, dan

yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).

McGregor menyimpulkan bahwa pandangan manajer mengenai sifat

manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa

mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan

berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.

e. Teori dua Faktor Herzberg

Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan asumsi bahwa

hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah mendasar dan bahwa

sikap individu terhadap pekerjaan bisa sangat baik menentukan

keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007). Herzberg memandang bahwa

kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan bawa

ketidakpuasan kerja berasal dari ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik.

Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi : (1) Upah, (2)

Kondisi kerja, (3) Keamanan kerja, (4) Status, (5) Prosedur perusahaan, (6)

Mutu penyeliaan, (7) Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan

kerja, atasan, dan bawahan. Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap

kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi mereka.

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Ketidakberadaannya menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan,

karena mereka perlu mempertahankan setidaknya suatu tingkat ”tidak ada

kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut ketidakpuasan, atau faktor hygiene.

Faktor Intrinsik meliputi : (1) Pencapaian prestasi, (2) Pengakuan, (3)

Tanggung Jawab, (4) Kemajuan, (5) Pekerjaan itu sendiri, (6) Kemungkinan

berkembang. Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan

kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi yang

kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu, faktor

ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.

f. Teori Kebutuhan McClelland

Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David McClelland

dan kawan-kawannya (Robbins, 2007). Teori ini berfokus pada tiga

kebutuhan, yaitu:

1) Kebutuhan pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk

berprestasi dan mengungguli, mencapai standar-standar, dan berusaha

keras untuk berhasil.

2) Kebutuhan akan kekuatan (need for pewer) : kebutuhan untuk

membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka

tidak akan berperilaku sebaliknya.

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

3) Kebutuhan hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan

antar pribadi yang ramah dan akrab.

Beberapa teori-teori motivasi menurut Gitosudarmo dan Mulyono

(1999) yaitu sebagai berikut :

a. Motivasi finansial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan

imbalan finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut

insentif.

b. Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam

bentuk finansial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian,

penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Ravianto (1986), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi motivasi kinerja, yaitu : Atasan, rekan, sarana fisik,

kebijaksanaan, peraturan dan imbalan jasa, uang jenis pekerjaan. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental

yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan

memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi

kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan. Campell (1970)

menyatakan bahwa teori motivasi dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

teori kepuasan (content theory) dan teori proses (process theory). Teori ini

dikenal dengan nama konsep higiene, yang mana cakupannya adalah:

a. Isi Pekerjaan

Hal ini berkaitan langsung dengan sifat-sifat dari suatu pekerjaan yang

dimiliki oleh tenaga kerja yang isinya meliputi : Prestasi, upaya dari

pekerjaan atau karyawan sebagai aset jangka panjang dalam menghasilkan

sesuatu yang positif di dalam pekerjaannya, pengakuan, pekerjaan itu

sendiri, tanggung jawab dan pengembangan potensi individu.

b. Faktor Higienis

Suatu motivasi yang dapat diwujudkan seperti halnya : gaji dan upah,

kondisi kerja, kebijakan dan administrasi perusahaan, hubungan antara

pribadi, kualitas supervisi. Pada teori tersebut bahwa perencanaan pekerjaan

bagi karyawan haruslah menunjukkan keseimbangan antara dua faktor..

4. Model Pengukuran Motivasi

Model-model pengukuran motivasi kerja telah banyak dikembangkan,

diantaranya oleh McClelland dalam (Mangkunegara, 2005) mengemukakan 6

(enam) karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu :

a. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi

b. Berani mengambil dan memikul resiko

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

c. Memiliki tujuan realistis

d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan

tujuan

e. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang

dilakukan

f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

Edward Murray dalam (Mangkunegara, 2005) berpendapat bahwa

karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah sebagai

berikut :

a. Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya

b. Melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan

c. Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan

d. Berkeinginan menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu

e. Melakukan hal yang sukar dengan hasil yang memuaskan

f. Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti

g. Melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain

B. Tinjauan Umum Tentang Kinerja Perawat

1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil karya personal baik kuantitas dalam

suatu organisasi. Kinerja dapat berupa penampilan individu dan kelompok.

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Jadi kinerja merupakan hasil karya individu atau kelompok dan tidak terbatas

hanya kepada keseluruhan jajaran yang ada dalam suatu oraganisasi (Ilyas,

2010).

Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil kerja personel dalam

suatu organisasi melalui instrumen penilaian kerja. Penilaian kerja merupakan

suatu evaluasi terhadap penampilan kerja. Penilaian kinerja ini membantu

dalam pengambilan keputusan menajer dalam membuat umpan balik kepada

personel tentang pelaksanaan pekerjaannya. Melalui penilaian ini kita akan

mengetahui apakah pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan uaraian

tugas yang telah disususn sebelumnya (Nursalam, 2002)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja perawat

Pretasi kerja atau pencapaian kinerja yang kurang baik dapat terjadi

karena kurangnya pengetahuan, kurangnya keterampilan, dan kurangnya

motivasi (Nursalam, 2002). Selain itu terdapat beberapa faktor lain yang juga

mempengaruhi perkembangan perawat secara profesional yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah pendidikan formal di sekolah-sekolah ataupun kursus.

Selama bekerja faktor pendidikan sering menjadi syarat paling pokok

untuk fungsi-fungsi tertentu sehingga dapat tercapainya kesuksesan dalam

bekerja, dengan demikian pada pekerjaan tertentu dan pekerjaan lainnya

menuntut jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga jenjang

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

pendidikan seseorang harus sesuai dengan jabatan yang dipegang (As’ad,

2000).

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktifitas atau kinerja

perawat adalah pendidikan formal perawat. Pendidikan memberikan

pengetahuan bukan saja yang langsung dengan pelaksanaan tugas, tetapi

juga landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan

memanfaatkan semua sarana yang ada di sekitar perawat untuk kelancaran

tugas. Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi kinerja perawat (Afrida

dalam Jenny 2010).

b. Pelatihan

Latihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk

memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan

pengetahuan dari para karyawan sesuai dengan keinginan dari perusahaan

yang bersangkutan (Nitisemito, 2000).

Penelitian Marwoto, Kusnanto, dan Handono (2007), menyatakan bahwa

anilisis kinerja perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial di

Instalasi Rawat Inap di RSUP dr. Sardjito, setelah perawat diberikan

pelatihan/pemahaman tentang pengendalian infeksi nosokomial, ternyata

terdapat peningktan kinerja SDM Perawat dalam pengendalian infeksi di

rumah sakit tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Muzakir

(2009) yang juga menyatakan bahwa pelatihan merupakan faktor yang

sangat berpengaruh pada kinerja perawat.

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

c. Motivasi

Motivasi menurut Purwanto (2006) dalam Nursalam (2002) adalah segala

sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Seseorang

memilih suatu pekerjaan didasarkan pada kemampuan dan keterampilan

yang dimiliki. Motivasi akan menjadi masalah apabila kemampuan yang

dimiliki tidak dimanfaatkan dan dikembangkan dalam melaksanakan

tugasnya. Motivasi seseorang akan timbul bila mereka diberi kesempatan

untuk mencoba dan mendapat umpan balik dari hasil yang diberikan.

d. Masa Kerja

Seorang karyawan dapat mengembangkan prestasi, kemampuan

memimpin, rancangan kerja dan aviliasi kelompok kerja melalui

pengalaman selama bekerja di suatu institusi. Pengalaman selama bekerja

memberikan petunjuk bagi karyawan dalam meningkatkan kinerja,

loyalitas, dan komitmen terhadap pekerjaannya (Gibson dalam Aminah,

2006).

Penilitian Faizin (2006), menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara

lama kerja perawat terhadap kinerja perawat di RSDU Pandan Arang

Boyolali. Semakin lama seseorang bekerja dalam suatu institusi, maka

semakin banyak pengalaman dan keterampilan yang dimiliki untuk

melaksanakan tugas-tugasnya.

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

e. Jenis kelamin

Jenis kelamin pria dan wanita adalah sama dalam hal kemampuan belajar,

daya ingat, kemampuan penalaran, kretivitas dan kecerdasan. Namun

masih banyak pertentangan dalam perbedaan antara pria dan wanita

mengenai prestasi dalam pekerjaan, absensi, dan tingkat pergantian.

Wanita mempunyai tingkat absensi lebih tinggi dari pada pria disebabkan

karena adanya peran sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga mulai dari

mengasuh anak, merawat orang tua, dan melayani suami (Gibson dalam

Jenny, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Rice (n.d) dalam Jacinta (2002),

menyatakan bahwa wanita yang bekerja mengalami stres lebih tinggi

dibandingkan dengan pria. Hal ini dikarenakan wanita yang bekerja

menghadapi konflik peran. Pada suatu pihak wanita berperan sebagai ibu

rumah tangga yang harus terlebih dahulu mengatasi urusan keluarga,

suami, anak, dan hal ini yang menyangkut rumah tangga, tetapi di pihak

lain wanita sebagai pekerja yang harus menyelesaikan pekerjaannya di

tempat kerja. Tuntutan ini sangat berpotensi menyebabkan wanita bekerja

mengalami stres kerja.

f. Pola Shift

Tayari and Smith (1997), menjelaskan bahwa shift kerja adalah sebagai

periode waktu 24 jam yang satu atau kelompok orang dijadwalkan atau

diatur untuk bekerja di tempat kerja. Artinya karyawan yang bersangkutan

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

akan menghadapi berbagai gejala negativ yang pada gilirannya

berpengaruh pada prestasi kerja.

g. Jumlah Pasien

Jumlah pasien di rumah sakit, semakin hari semakin meningkat, ini

disebabkan karena seiring dengan perkembangan zaman, makanan yang

serba instan dan kecanggihan tekhnologi sehingga setiap bulannya banyak

pasien masuk rumah sakit dengan keluhan yang berbeda-beda sedangkan

tenaga medis tidak sesuai dengan jumlah pasien yang harus derawat di

rumah sakit. Ketidakseimbangan antara jumlah perawat medis dengan

jumlah rata-rata perbulan pasien hal ini akan mempengaruhi kinerja

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada

pasien.

h. Ruangan Perawatan

Rumah sakit mempunyai banyak ruangan yang harus ditempati oleh

perawat dan ruang perawatan memiliki tempat kerja yang berbeda-beda

serta harus dikerjakan secara cepat dan tepat. Contoh, ruangan perawatan

ICU dan UGD pada kondidi ini perawat harus bertindak dengan cepat

karena ruangan perawatan ICU adalah sebuah layanan kesehatan

paripurna, di instansi rumah sakit yang dilengkapi dengan ruangan yang

diperuntukkan bagi pasien dengan kondisi kritis, begitu juga dengan

ruangan UGD dan masih banyak lagi ruangan perawatan yang

mengharuskan perawat bekerja lebih baik. Perbedaan ruangan tersebut

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

menimbulkan karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai

gejala negativ.

3. Komponen-Komponen Kinerja

Penilaian terhadap kinerja perawat dapat dilakukan mencakup; kualitas

pekerjaan, tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan, inisiatif, serta

ketepatan dalam bekerja, kecepatan dalam bekerja, tingkat kemandirian,

perilaku selama bekerja, kehadiran,hubungan dengan staf lain, dan

keterampilan dalam bekerja (Arwani dalam Supriyanto, 2006).

4. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (Performance appraisal) telah lama disusun sebagai

alat manajemen kunci untuk mengevaluasi produktivitas pekerja. Penilaian

kinerja menunjukan filosofi menang-kalah. Filosofi menang-kalag

menekankan kerjasama, partisispasi, dan kepemimpinan yang mengarahkan

pada perbaikan kontinu terhadap kualitas. Tujuan tradisioanal dari penilaian

kinerja mencangkup kompensasi, konseling, pelatihan dan pengembangan,

promosi, perencanaan staf, pencerapan, pengeluaran, Validasi teknik pilihan,

motivasi melalui umpan balik, dan dokumentasi untuk perlidungan legal

(Swansburg, 2001).

Swansburg (2001), menyatakan bahwa dampak negatif dari penilaian

kinerja yang diuraikan, antara lain:

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

a. Ini biasanya tidak efektif untuk karyawan dengan isu pengembangan bila

karyawan tersebut mengetahui peningkatan gaji tergantung pada evaluasi

yang baik. Kekurangan disalahkan pada faktor lain.

b. Terlalu sering penilaian kinerja digunakan untuk mengontrol karyawan

c. Tidak ada catatan produksi yang baik tersedia untuk banyak pekerjaan. Ini

adalah keperawatan yang sejati.

d. Penilaian kinerja kekurangan validitas

e. Penilaian kinerja akhiranya diprogramkan

f. Penilaian kinerja mengutamakan hasil bukan proses

g. Penilaian kinerja mendorong status quo dan menghindari autonomi,

inovasi, dan kreativitas.

h. Individu yang merasa melakuakan pekerjaannya meskipun penilaian

mereka tidak sesuai dengan perasaan tidak adil.

i. Penilaian kinerja dapat bersifat tidak manusiawi, bermusuhan, bertindak

agresif yang menyakiti atau merusak individu.

5. Tujuan Penilaian Kinerja

Swansburg (2001), menyatakan penilaian kinerja mempunyai beberapa

tujuan antara lain:

a. mengetahui keadaan keterampilan dan kemampuan setiap karyawan

secara rutin.

b. Digunakan sebagai dasar perencanaan bidang personalia khususnya

penyemprnaan kondisi kerja, mutu, dan hasil kerja.

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

c. Digunakan sebagai pengembangan dan pendayagunaan personalia

seoptimal mungkin

d. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan

dan bawahan.

e. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang personalia

f. Hasil penilaian kunerja dapat dimanfaat bagi penelitian dan

pengembangan dibidang personalia.

6. Manfaat Penilaian Kinerja

Swansburg (2001), meyatakan bahwa penilaian kinerja dapat

memberikan manfaat bagi perawat dan rumah sakit, antara lain:

a. Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok

dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memenuhi

kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan

rumah sakit

b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorang pada

gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong SDM secara keseluruhan.

c. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan

meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan

balik kepada mereka tentang prestasi.

d. Membantu RS untuk menyusun pengembangan dan pelatihan staf yang

lebih tepat guna.

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

e. Menyediakan alat dan sarana untuk membandungkan prestasi kerja

dengan meningkatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.

f. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan

perasaannya tentang pekerjaan atau hal lain yang ada kaitannya melalui

jalur komunikasi dan dialog sehingga dapat mempererat hubungan antara

atasan dan bawahan’

7. Standar Instrumen Penilaian Kinerja Perawat Dalam Melaksanakan

Asuhan Keperawatan

Penilaian kinerja pelayanan keperawatan kepada pasien digunakan

standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan. Standar asuhan keperawatan yang

dijelaskan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang meliputi;

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

(Nursalam, 2002).

Beberapa kriteria-kriteria bagi perawat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan:

a. Standar 1: pengkajian keperwatan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan

dikumpulkan secara terus menerus. Data kesehatan harus bermanfaat bagi

semua anggota tim kesehatan.

Komponen pengkajian keperawatan meliputi:

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

1) Pengumpulan data, kriterianya: menggunakan format yang baku,

sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual/terbaru dan

absah/valid.

2) Pengelompokan data meliputi: data biologis, data sosial, dan data

spiritual

b. Standar II : Diognasa keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan

pasien, dianalisis, dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan

pasien. Kriteria diagnosa keperawatan adalah diagnosa keperawatan

dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan

pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, komponennya terdiri

dari masalah, dan penyebab dan gejala/tanda (PES) atau terdiri dari

masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan

pasien kemungkinan besar terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.

c. Standar III: Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan dan

kompenannya meliputi: prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan

harus spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistis, dan ada batas waktunya

serta memuat rencana tindakan.

d. Standar IV : Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharan,

serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga.

e. Standar V : Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana

untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria evaluasi meliputi: setiap

tindakan keperawatan dilakukan evaluasi, evaluasi akhir menggunakan

indikator yang ada pada rumusan tujuan, hasil evaluasi harus dicatat dan

dikomunikasikan, evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan

lain dan dilakukan sesuai standar.

f. Standar VI : catatan asuhan keperwatan

Cacatan asuhan keperwatan dilakukan secara individual. Kriteria catatan

asuhan keperwatan adalah: dilakukan selama pasien dirawat, dapat

digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan

segera setelah tindakan dilakukan, penulisan harus jelas dan ringkas,

sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, menggunakan formulir

yang baku dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan

keperawatan menjadi lebih terarah (Hidayat, 2002).

Melalui standar asuhan keperawatan tersebut, pelayanan keperawatan

dapat menjadi lebih terarah kerena standar adalah pernyataan yang

menjelaskan mengenai tingkat kualitas penampilan yang diinginkan.

Kualitas penampilan terdiri atas kualitas struktur, proses, atau hasil yang

dapat dinilai (Nursalam, 2002).

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

C. Tinjauan Umum Tentang Stres Kerja

1. Pengertian Stress

Siagian (2009), menyatakan bahwa stres merupakan kondisi

ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik

seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya akan berakibat pada

ketidak mampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya,

baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun diluarnya. Artinya karyawan

yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif yang pada

gilirannya berpengaruh pada prestasi kerja.

Suliswati dkk. (2005), mengemukakan defenisi stres antar lain:

a. Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap tuntutan

beban atasanaya

b. Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh

perubahan dan tuntutan kehidupan

c. Stres adalah suatu kondisi dinamik

d. Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu

dengan lingkunagan yang menimbulkan persepsi jarak antara tntutan yang

berasal dari situasi dan sumbar daya sistem biologis, psikologis, dan sosial

dari seseorang.

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa stress adalah segala

sesuatu yang menggangu pikiran manusia sehingga orang yang mengalami

stress tersebut mengalami gangguan psikologi. Setiap orang akan mengalami

stres dari waktu ke waktu, dan normalnya setiap orang mempunyai

kemampuan untuk beradaptasi baik dalam jangka waktu yang lama maupun

pendek. Dalam dunia yang berubah ini, manusia harus mempunyai

kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, baik

lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan ataupun lingkungan pekerjaan

agar tidak mengalami stress situasi.

2. Pengertian Stres Kerja

Luthans (2000), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan

dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan

proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau

peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik

seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul

karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam

menghadapinya dapat berbeda.

Stres kerja menurut Houtman (2007) dalam medis online (2010)

adalah pola reaksi yang timbul pada pekerja bila kebutuhan kerja tidak sesuai

dengan pengetahuan dan keterampilannya, yang semuanya membutuhkan

kemampuan mekanisme koping. Ketidakmampuan koping tersebut ditandai

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

dengan reaksi yang tampak pada individu berupa reaksi fisiologi, reaksi

emosional, reaksi kognitif, dan reaksi prilaku.

3. Penyebab Stres

Christian (2005), menyatakan bahwa penyebab stres kerja yaitu :

a. Hubungan antara atasan dan bawahan

Hubungan antara atasan dan bawahan sering terjadi konflik/pertentangan

peran di antara keduanya.

b. Hubungan antar rekan kerja

Konflik antara karyawan merupakan hal yang sering terjadi dimana-mana.

Ada beberapa faktor umum yang menjadi penyebab, seperti kompetisi

antar individu, kompetisi antar divisi, perbedaan kepribadian maupun

kepentingan.

c. Hubungan dengan pelanggan

Kerja sama dengan konsumen perlu dilakukan karena keberhasilan dalam

penjualan adalah kemampuan penjual menangani keluhan pelanggan,

namun terkadang pelanggan bisa membuat penjual stress. Masalah di

tempat kerja bermacam-macam dan efek yang ditimbulkannya juga

bermacam-macam. Tekanan serta ketidakpastian dalam bekerja dapat

terjadi hampir semua tingkat kerja. Situasi ini akan menimbulkan stres dan

depresi.

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Robbins (2001), menyatakan bahwa ada 3 kategori yang menyebabkan

stres yaitu :

a. Faktor lingkungan

Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi struktur suatu organisasi,

ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres dikalangan karyawan

dalam organisasi tersebut. Di sini meliputi ketidakpastian ekonomis,

ketidakpastian politis dan ketidakpastian teknologis.

b. Faktor Organisasional

Banyak sekali faktor di organisasi yang dapat menimbulkan stres.

Tekanan untuk menghindari kekeliruan dalam menyelesaikan tugas pada

kurun waktu yang terbatas, beban kerja yang berlebihan, pemimpin yang

tidak peka dan banyak menuntut, serta rekan sekerja yang tidak

menyenangkan.

c. Faktor Individual

Masalah keluarga, masalah ekonomi dan kepribadian menjadi penyebab

stres tersendiri. Stres muncul dalam sejumlah cara, misalnya seorang

individu yang mengalami tingkat stres yang tinggi dapat menderita

tekanan darah tinggi, mudah marah dan lain-lain.

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

4. Gejala Stres

Beehr (1987), mengidentifikasikan bahwa gejala stres dibagi menjadi

tiga gejala yakni: gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku.

Tabel 2.1 Gejala stres berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku.

Gejala Psikologi Gejala Fisik Gejela Prilaku

Kecemasan, Ketegangan Meningkatnya nadi dan

tekanan darah

Menunda, Menghindari

pekerjaan

Bingung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi

Adrenalin

Produktivitas menurun

Memendam perasaan Gangguan lambung Minuman Keras

Komunikasi tidak efektif Mudah terluka Prilaku Sabotase

Mengurung diri

Depresi Kematian Banyak/Kurang makan

Merasa terasang

Kebosanan Gangguan Pernafasan Tindakan Resiko tinggi

Ketidakpuasan kerja Sering berkeringat Kriminalitas

Leleh mental Gangguan Kulit Interpersonal tidak baik

Menurunnya intelektual Kepala Pusing Cenderung Bunuh Diri

Hilangnya Daya

Kosentrasi

Kanker

Hilang kreatifitas Ketegangan otot

Hilang semangat hidup Sulit Tidur

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

5. Tahapan Stress

Dadang (2001), mengemukakan bahwa tahapan stres ada lima sebagai

berikut:

a. Stres tahap pertama (paling ringan) yaitu, stres yang disertai perasaan nafsu

bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa

memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

b. Stres tahap kedua (sedang) yaitu, stres yang disertai keluhan, seperti

bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore,

lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak

nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar dan otot kaku. Hal tersebut

karena cadangan tenaga tidak memadai.

c. Stres tahap ketiga (berat) yaitu, tahapan stres yang ditandai dengan

kelelahan fisik dan mental (physical and psyhological exhaustion),

ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,

gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, binggung,

dan panik.

d. Stres tahap keempat (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda,

seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan

banyak keluar keringat, loyo, seperti pingsan atau collaps dengan usaha

penyesuaian dengan lingkungan stres proses fisik dan perilaku.

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

5. Jenis-Jenis Stres Kerja

Quick dan Quick (1984), mengkategorikan jenis stres menjadi

dua, yaitu:

a. Eustress adalah akibat positif yang ditimbulkan oleh stres yang berupa

timbulnya rasa gembira, perasaan bangga, menerima sebagai tantangan,

merasa cakap dan mampu, meningkatnya motivasi untuk berprestasi,

semangat kerja tinggi, produktivitas tinggi, timbul harapan untuk dapat

memenuhi tuntutan pekerjaan, serta meningkatnya kreativitas dalam

situasi kompetitif.

b. Distress adalah akibat negatif yang merugikan dari stres, misalnya

perasaan bosan, frustrasi, kecewa, kelelahan fisik, gangguan tidur,

mudah marah, sering melakukan kesalahan dalam pekerjaan, timbul

sikap keragu-raguan, menurunnya motivasi, meningkatnya absensi, serta

timbulnya sikap apatis.

6. Stressor Kerja

Berry (1993), mengatakan bahwa stressor kerja itu antara lain:

a. Beban kerja

Dengan beban kerja yang berat atau ringan bisa membuat seseorang merasa

kelelahan dalam bekerja sehingga akan membuat karyawan tersebut

menjadi stres/tertekan.

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

b. Kondisi tempat kerja

Tempat kerja yang tidak nyaman akan membuat karyawan merasa tidak

senang dalam bekerja, akibatnya mereka akan bekerja semaunya.

c. Hubungan antar rekan kerja (interpersonal)

Apabila ada permasalahan dengan rekan kerja, maka dalam kelompok

kerja tersebut suasana kerjanya tidak kondusif atau akan saling

menghindar, sehingga menyebabkan karyawan tersebut stress dalam

bekerja.

d. Peran manajerial yang kurang

Seorang manajer sangat dibutuhkan dalam mengelola karyawannya dalam

bekerja. Apabila manajer tidak mengerti tentang apa yang terjadi di

lingkungan karyawan, maka akan terjadi stres pada karyawan tersbut.

7. Dampak Stres Kerja Terhadap Pekerjaan

Anoraga (2009), menyatakan bahwa ada 3 (tiga) kategori umum akibat stres

kerja antara lain:

a. Gejala badan: sakit kepala (cekot-cekot, pusing separoh, vertigo), nafsu

makan menurun, mual muntah, keringta dingingangguan pola tidur.

b. Gejala emosional: pelupa mudah marah, cemas, was was, kawatir, mimpi

buruk, mudah menangis, pandangan putus asa, dan lain sebagainya.

c. Gejala sosial: makin banyak merokok, menarik diri dari pergaulan sosial,

mudah bertengkar, dan lain sebagainya.

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Handoko (2008), menyatakan bahwa stres yang terlalu berlebihan

dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Stres dapat sangat membantu atau

fungsional, tetapi dapat juga salah (dysfunctional) atau merusak prestasi kerja.

Secara sederhana hal ini berarti bahwa stres mempunyai potensi untuk

mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar

tingkat stres.bila tidak ada stres, tantangan-tantangan kerja juga tidak ada, dan

prestasi kerja cenderung rendah. Meningkatnya stres, prestasi kerja cenderung

naik, karena stres membantu karyawan untuk mengerahkan segala sumber

daya dalam memenuhi barbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan.

Hasibuan (2009), menyatakan bahwa prestasi kerja karyawan yang

mengalami stres pada umumnya akan menurun karena mengalami ketegangan

pikiran dan berperilaku yang aneh, pemarah, dan suka menyendiri Sehingga

stres harus diatasi sedini mungkin.

Siagian (2009), menyatakan bahwa stres yang tidak teratasi pasti

berpengaruh terhadap prestasi kerja. Ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, yaitu bahwa kemampuan mengatasi sendiri stres yang dihadapi

tidak sama pada semua orang. Orang yang memiliki daya tahan yang tinggi

menghadapi stres, oleh karenanya mampu mengatasi sendiri stres tersebut.

Sebaliknya tidak sedikit orang yang daya tahan dan kemampuannya

menghadapi stres rendah. Stres yang tidak teratasi dapat berakibat pada apa

yang dikenal dengan burnout, suatu kondisi mental dan emosional serta

kelelahan fisik karena stres yang berlanjut dan tidak teratasi.

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Sastroasmoro dan Ismael (2008) merumuskan bahwa kerangka konsep

menunjukkan jenis serta hubungan antar variabel yang diteliti dan variabel

lainnya yang terkait serta dibuat dalam bentuk diagram. Diagram kerangka

konsep harus disusun dengan baik dan dapat memeberikan informasi yang

jelas untuk mempermudah pemilihan desain penelitian.

Hubungan stress kerja, kinerja dan motivasi dengan status perawat

pelaksana di kota Makassar talah di uraikan pada bab sebelumnya yang

merupakan rumusan masalah yang diangkat sebagai judul penelitian ini.

Berdasarkan landasan teoritis yang dikemukakan pada tinjauan pustaka maka

peneliti membuat kerangka penelitian sebagai berikut :

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

A. Kerangka Konsep

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Stres Kerja

Motivasi Kerja

Kinerja Perawat

Double Job

Non Double Job

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

B. Hipotesis

1. Ada hubungan antara stress kerja dengan status perawat pelaksana di

Makassar tahun 2013

2. Ada hubungan antara kinerja dengan status perawat pelaksana di Makassar

tahun 2013

3. Ada hubungan antara motivasi kerja dengan status perawat pelaksana di

Makassar tahun 2013

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, dimana peneliti ingin menunjukkan hubungan

stress kerja, kinerja dan motivasi dengan status perawat pelaksana di Makassar,

maka desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu

jenis penelitian menekankan waktu pengukuran atau observasi data variable

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat.

B. Waktu Dan Tempat

1. Waktu

Perencanaan dan penyelesaian penelitian berlangsung selama tiga pekan pada

tanggal 5 sampai tanggal 25 bulan Februari 2013.

2. Tempat

Penelitian ini dilakukan di RSUD Ibnu Sina dan RSUD Sayang Rakyat di

Makassar.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian adalah sekelompok subyek atau data (Arikunto,

2008). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyon, 2008).

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan populasi adalah

keseluruhan subyek penelitian yang memiliki ciri-ciri yang akan diteliti.

Populasi target dalam penelitian ini yaitu seluruh karyawan perawat pelaksana

yang double job dan non double job di Makassar.

2. Sampel

Sampel adalah subset (bagian) populasi yang diteliti dan dipilih dengan cara

tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Arikunto, 2008).

Sampel penelitian ini adalah perawat yang berkerja double job di ruang

perawatan yang terdiri dari ruangan ICU, Endoskopi dan ruangan Asyifa

sedangkan perawat non double job terdiri dari ruangan Aminah, Aisyah,

asyifa di Makassar, dimana subyek di ambil dari populasi dan tidak

berdasarkan adanya peluang yang sama.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Snowball

sampling. Estimasi sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 30

sampel, 15 orang perawat yang bekerja di dua rumah sakit (double job) dan

15 orang perawat yang non double job. Pada hasil penelitian didapatkan

sampel sebanyak 23 orang double job dan 23 orang non double job jadi total

seluruh sampel yaitu 46 orang. Sesuai dengan kriteria – kriteria seleksi.

Adapun krteria seleksi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

a. Kriteria inklusi

1) Responden yang bertugas sebagai perawat pelaksana

b. Kriteria ekslusi

1) Responden yang mengundurkan diri pada saat pengisian kuesioner

2) Responden yang sedang cuti atau sakit pada saat pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner

dan observasi. Pengukuran variabel menggunakan Skala Likert, dimana

responden hanya memberikan tanda (x) pada kolom angka pada masing-masing

butir pertanyaan yang dianggap sesuai dengan responden

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

D. Alur Penelitian

Gambar 4.1 Alur Penelitian

Populasi Perawat pelaksana di rumah sakit di RSUD Sayang

Rakyat dan RSUD Ibnu Sina di Makassar

Menggunakan teknik Snowball Sampling untuk seleksi sampel perawat

pelaksana yang kerja di dua rumah sakit (double job) dan perawat yang non double job di Makassar

Variable penelitian adalah stress kerja, kinerja dan motivasi kerja dengan

status kerja perawat pelaksana di Makassar

Menggunakan kuesioner untuk menilai stress kerja dan motivasi serta lembar observasi terstruktur untuk menilai kinerja perawat peleksana

dengan skala likert

Pengolahan data dengan editing, koding, dan tabulasi

Analisis data menggunkan uii Analisis statistic chi squere dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 menggunakan program computer

SPSS 16

Pembahasan Hasil Penelitian

Kesimpulan dan Saran

Izin penelitian dari rumah sakit

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

E. . Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah stress kerja, kinerja dan motivasi

kerja perawat pelaksana di Makassar.

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status perawat pelaksana di

Makassar.

2. Defenisi Operasioanal Dan Kriteria Objektif

a. Stres Kerja

Stres kerja adalah perasaan atau persepsi yang menekan atau merasa

tertekan yang dialami perawat dalam menghadapi pekerjaan. Dalam

mengukur stress kerja peneliti menggunakan kuesioner dari The Workplace

Stress Scale dengan skala liqert dengan skor tertinggi = 31-40 (20%), skor

tinggi = 26-30 (9%), skor sedang = 21-25 (21%) 3, skor rendah = 16-20

(35%), dan normal = 15 (33%). Intrumen ini pertama kali di gunakan oleh

The Marlin Company, North Haven, CT, and American Institute of Stress,

Yonkers, NY yang berisi 8 pertanyaan Untuk mendapatkan angka penilaian,

tambahkan semua angka yang terjawab pada 8 pertanyaan dengan kriteria:

Kriteria objektif :

1) Stres berat sekali : bila jumlah scoring 31-40

2) Stres berat : bila jumlah scoring 26-30

3) Stres sedang : bila jumlah scoring 21-25

4) Stres ringan : bila jumlah scoring 16-20

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

5) Normal : bila jumlah scoring 15

b. Kinerja perawat adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan

organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral atau etika. Kinerja perawat yang bekerja double job di ukur

menggunakan lembar observasi dengan skala liqert, yang terdiri atas 18 item

pertanyaan multiple choice. Skor jawaban: bila dilaksanakan sepenuhnya = 2,

bila tidak di kerjakan sama sekali = 1.

Kriteria Objektif :

1) Kinerja Tinggi : bila hasil observasi dengan skor 78-116

2) Kinerja Sedang : bila observasi dengan skor 39-77

3) Kinerja rendah : bila observasi dengan skor 0-38

c. Motivasi kerja

Motivasi kerja adalah keingan yang terdapat pada diri perawat yang

mendorongnya untuk melaksanakan pekerjaan. Motivasi kerja dinilai dengan

menggunakan kuesioner sesuai dengan skala liqert diantaranya 4 = sangat

setuju, 3 = setuju, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju.

Kriteri objektif :

1) Tinggi : Jika jawaban responden memilik skor >68

2) Sedang : Jika jawaban responden memiliki skor 45- 67

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

3) Kurang : jika jawaban responden memiliki skor <_44

d. Status Kerja Perawat adalah status kerja yang dilakoni oleh perawat dalam

bekerja di rumah sakit. Status kerja perawat ini dibagi menjadi dua yaitu

perawat yang double job dan non double job.

Kriteria objektif :

1) Double Job : Perawat pelaksana yang bekerja di dua rumah sakit yaitu

antara rumah sakit dengan rumah sakit dan rumah sakit dengan klinik.

2) Non Double Job :Perawat pelaksana yang bekerja hanya pada satu sempat

saja

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner dan lembar observasi. Untuk menilai

variabel stress kerja, peneliti menggunakan kuesioner stress kerja yang diadopsi

dari The Workplace Stress Scale yang berjumlah 8 pertanyaan dalam bentuk

multiple choice, sedangkan untuk menilai kinerja perawat, peneliti menggunakan

lembar observasi yang juga diabdosi dari Nursalam dan Pariani (2003) yang

berjumlah 18 pertanyaan dalam bentuk multiple choice question yang diisi oleh

tim perawat sebagai observer, dan pengukuran motivasi kerja menggunakan

kuisioner yang diadopsi dari Nursalam (2002) yang berjumlah 22 pertanyaan

dalam bentuk multiple choise question.

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

G. Pengolahan Data Dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Hidayat (2003), menyatakan bahawa setelah data hasil penelitian terkumpul

selanjutnya data diolah mulai dari editing, koding, dan tabulasi sebagai berikut:

a. Editing

Setelah lembar wawancara diisi kemudian dikumpulkan dalam bentuk data,

dilakukan pengecekan dengan memeriksa kelengkapan, kesinambungan, dan

keseragaman data.

b. Koding

Untuk mempermudah pengolahan data semua jawaban perlu disederhanakan

dengan cara memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban.

c. Tabulasi

Pengelompokan data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki

kemudian data dianalisa secara statistik.

2. Analisis Data

Notoadmodjo (2005), menyatakan bahwa dalam penelitian ini digunakan

dua macam teknik analisis yaitu :

a. Analisis Univariat

Pada tahap ini dilakukan analisis sebaran persentase variabel tunggal

yang termasuk karakteristik umum responden berupa usia, jenis

kelamin, lama kerja, pendidikan, status pekerjaan, pelatihan dan jumlah

penghasilan dengan menggunakan ukuran statistik, tabel dan grafik.

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

b. Analisis Bivariat

Analisis bivarat dilakukan untuk mengetahui variabel independen yaitu

dan variabel dependen dalam bentuk tabulasi silang (crosstab) dengan

menggunakan sistem komputarisasi program SPSS for Windows Versi

16.0 dengan menggunakan uji statistik Chi-Square untuk mengetahui

hubungan stress kerja, kinerja dan motivasi dengan status perawat

pelaksana di Makassar.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian banyak hal yang perlu diperhatikan terutama

masalah etika. Dalam pelakukan penelitian, peneliti mengajukan permihonan izin

pada kepala ruangan rumah sakit kemudian peneliti mengambil membagikan

kuesioner dengan menekankan pada masalah etik dalam arti hak responden dan

yang lainnya dilindungi. Diberikan lember persetujuan kepada setiap responden

yang menjadi subyek penelitian dengan menjelasan tentang maksud dan

tujuan`dari penelitian. responden yang bersedia maka harus mendatanganani

lembar persetujuan sebagai tanda bersedia, sedangkan responden yang tidak

bersedia maka peneliti tetap menghormati hak-hak responden.

1. Respect Of Humanity

a. Anonym (tanpa nama)

Nama responden tidak dicantumkan dalam lembar pengumpulan data dan

hasil penelitian, untuk mengetahui keikutsertaannya peneliti hanya

menggunakan kode dalam bentuk nomor pada masing-masing lembar

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

pengumpulan data tapi ada sebagian responden yang mencantumkan

namanya.

b. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin

kerahasiaannya. Hanya pada kelompok tertentu saja informasi tersebut

peneliti sajikan, utamanya dilampirkan pada hasil riset.

2. Juctice

Peneliti berlaku adil terhadap semua responden. Tidak ada responden yang

diperlakukan secara tidak adil.

3. Benefisence

Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi responden yang

dilakukan penelitian karena hasil peneltian diharapkan kepada responden

agar tidak mealakukan pekerjaan ganda demi kesealamatan kerja dan

kenyamanan masyarakat atau pasien.

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang perawat pelaksana yaitu ruang

Aisyah, Asyifa, Aminah, dan ICU RSUD Sayang Rakyat dan RSUD Ibnu Sina

mulai tanggal 5-23 februari 2013. Metode penelitian yang digunakan yaitu

snowball sampling dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data

dilakukan dengan kuesioner untuk mengukur stress kerja menggunakan The

Workplace Stress Scale dan lembar observasi untuk menilai kinerja perawat

menggunakan keusioner dari Nursalam serta pengukuran motivasi kerja

menggunakan kuesioner dari Nursalam. Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang hubungan stress kerja, kinerja

dan motivasi dengan kategori perawat pelaksana di rumah sakit Ibnu Sina dan

rumah Sayang Rakyat.

Selama penelitian berlangsung diperoleh 46 responden yang sesuai

dengan kriteria sampel. Setelah data terkumpul dilakukan pemeriksaan

kelengkapan kemudian dilakukan pengolahan data. Hasil penelitian

dideskriptifkan dalam bentuk analisis data univariat dengan distribusi frekuensi

dan presentase masing-masing variable, analisis bivariat untuk mengetahui

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

hubungan dari variable bebas dan variable terikat menggunakan uji statistic chi

square dengan tingkat kemaknaan p<0.05.

1. Analisis Univariat

a. Deskriptif Karakteristik Responden Status Kerja Perawat Pelaksana

Di Makkasar

Gambaran karakteristik perawat pelaksana yang double job dan non

double job di RSUD Ibnu Sina dan Sayang Rakyat di Makkasar. Penelitian

ini dilakukan selama tiga pekan yaitu mulai tanggal 5-23 Februari 2013.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 46 responden terdapat 33 (

71,7%) responden yang bekerja di ruang RSUD Ibnu Sina dan 13 orang

(28,3 %) responden di RSUD Sayang Rakyat. Distribusi responden

berdasrakan mayoritas dari kelompok umur berada pada kelompok umur

21-30 tahun, yaitu 39 (84,7%) responden dan minoritasnya yaitu kelompok

umur 31-39 tahun yaitu sebanyak 7 (15,3) responden. Distribusi responden

berdasarkan jenis kelamin mayoritas perempuan yaitu sebanyak 35 (76,1%)

responden dan minoritas laki-laki yaitu sebanyak 11 (23,10%) responden.

Perawat yang didapatkan sebagai sampel berdasarkan kategori perawat

yaitu 23 orang (50%) dari perawatan double job dan 23 orang (50%) lagi

dari perawat yang non double job. Distribusi responden dari perawat

double job terdapat 10 (43,5%) responden yang kerja antara rumah sakit

dengan rumah sakit dan 13 (46,5%) responden yang kerja antara rumah

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

sakit dengan klinik. Latar belakang pendidikan mayoritas masih berasal

dari D3 yaitu sebanyak 35 (76,1%) responden dan minorotas dari SI yaitu

11 (23,10%) responden. Berdasarkan pendidikan lanjutan mayoritas tidak

lanjut dari 46 yaitu sebanyak 40 (86,95% ) responden dan minoritas lanjut

SI yaitu sebanyak 6 (13,1%) responden. Berdasarkan riwayat pekerjaan

atau lama bekerja responden yaitu mayoritas pada kelompok 1-6 tahun

sebanyak 39 (84,7%) responden, sedangkan minoritas terdapat pada

kelompok 7-9 tahun sebanyak 7 (15,3%) responden.

Berdasarkan pelatihan yang pernah diikuti mayoritas yaitu sebanyak

23 (50%) responden dan minoritas yaitu sebanyak 23 (50%) responden.

Dari kelompok status pekerjaan mayoritas sebagai honorer yaitu

sebanyak 44 (95,6) responden, sedangkan minoritas sebagai pegawai tetap

yaitu sebanyak 2 (4,3%) responden. Dari kelompok gaji atau upah yang

diterimanya setiap bulan mayoritas 1,5-1,6 juta yaitu sebanyak 31 (67%)

responden, sedangkan minoritas 2,5 yaitu sebanyak 15 (32,6% )

responden.

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Berdasarkan Tempat Bekerja, Umur, Jenis Kelamin, ,Pendidikan

Terakhir, Pendidikan Lanjutan, Lama kerja, Pelatihan yang pernah diikuti, Status Pekerjaan, dan Jumlah penghasilan sebulan.

Karakteristik

Kategori

N

Presentase (%)

Tempat Bekerja

RSUD Ibnu Sina RSUD Sayang rakyat

35 11

76 24

Umur

21-24 Tahun 25-29 Tahun 30-34 Tahun 35-38 Tahun

14 24 6 2

30,4 52,1 13,0 4.3

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

11 35

24 76

Pendidikan Terakhir

D3 SI

35 11

76 24

Lama Kerja 1-4 Tahun 5-9 Tahun

24 22

52,1 47,9

Status Pekerjaan Honor Pegawai Tetap

44 2

95,6 4,4

Jumlah Penghasilan 1,5 Juta 1,6 Juta 2,5 Juta

28 3 15

60,8 6,5 32,6

Total 100 % Sumber : Data Primer 2013

Tabel 5.2

Distribusi Status Kerja Perawat Berdasrkan Tempat Kerja Di Makassar tahun 2013

Status Perawat Tempat Kerja N Presentase (%)

Double Job

RS-RS RS-Kinik

10 13

43,5 46,5

Non Double Job 23 50 Total 46 100 % Sumber : Data Primer 2013

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

b. Distribusi Frekuensi Stres Kerja Perawat Dengan Status Kerja

Perawat Pelaksana Di Makassar

Berdasarkan hasil pengolahan data, diketahui bahwa dari 46

responden. pada perawat pelaksana double job terdapat mayoritas

responden mengalami stress kerja sedang yaitu sebanyak 11 (47,8%)

responden, dan responden yang mengalami stress kerja berat yaitu

sebanyak 9 (39,1%) responden, serta responden yang mengalami

stress kerja paling ringan yaitu sebanyak 2 (8,7%) responden. Pada

perawat yang non double job terdapat mayoritas responden mengalami

stress sedang 18 (78,2) responden, dan minoritas responden yang

mengalami stress kerja berat yaitu sebanyak 2 (8,7%), serta responden

yang memiliki stress paling ringan yaitu sebanyak 3 (13%).

Tabel 5. 3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Kerja Perawat dengan Stres Kerja Di Makassar

Status Kerja Perawat

Stres Kerja Perawat Double Job Perawat Non Double Job

N % N % Ringan

Sedang Berat

2 (8,6 %) 2 (8,6%) 12 (47,8%) 18 (78,3%) 9 (39,1%) 3 (13,1%)

Total

23 50 % 25 100%

Sumber : Data 2013

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

c. Distribui Frekuensi Kinerja Perawat Status Kerja Perawat Pelaksana

Di Makassar

Berdasarkan hasil observasi terhadap kinerja responden dalam

melaksanakan standar asuhan keperawatan deketahui bahwa dari 46

responden. Pada perawat pelaksana double job mayoritas responden

memiliki tingkat kinerja yang rendah yaitu sebanyak 17 (74%) responden,

dan minoritas responden memiliki tingkat kinerja yang sedang yaitu

sebanyak 6 (26,1%) responden dan tidak ada responden yang memiliki

tingkat kinerja yang tinggi. Pada perawat yang non double job mayoritas

responden memiliki tingkat kinerja sedang yaitu sebanyak 20 (87%)

responden dan minoritas responden memiliki tingkat kinerja ringan yaitu

sebanyak 1 (4,3%) responden serta responden dengan yang memiliki

tingkat kinerja yang tinggi yaitu sebanyak 2 (8,7%) responden. Dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. 4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kinerja Perawat Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makassar.

Kinerja Perawat

Status Kerja Perawat

Perawat Double Job Perawat Non Double Job N % N %

Rendah Sedang Tinggi

17 (73,1%) 1 (4,3%) 6 (26,1%) 20 (86,9%) 0 (0%) 2 (8,7%)

Total

23 100% 23 100%

Sumber : Data 2013

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Kerja Dengan

Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makassar

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 46 responden. Pada

perawat pelaksana double job terdapat 10 (43,5%) responden yang

memiliki motivasi tinggi, 13 (56,5%) responden yang memiliki motivasi

sedang dan tidak ad responden yang meiliki motivasi kurang yaitu (0

responden) sedangkan pada perawat pelaksana non double job terdapat 9

(39,1) responden yang memiliki motivasi kerj yang tinggi, 14 (60,9%),

serta responden yang mimiliki motivasi kerja sedang dan tidak ada

responden yang memilki motivasi kurang yaitu (0 responden). Dapat

dilihat pada tabel berikuti ini.

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Dengan Kategori PerawatPelaksana Di Rumah

Sakit Di Ibnu Sina Dan Sayang Rakyat Di Makassar.

Kategori Perawat Motivasi Perawat Double Job Perawat Non Double Job N % N % Kurang Sedang Tinggi

0 (0 %) 0 (0 %) 13 (56,5% 14 (60,9 %) 10 (43,5%) 9 (39,1 %)

Total 23 100% 23 100%

Sumber : Data Primer 2013

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Stres Kerja Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di

Makassar

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan stres kerja dengan

status kerja perawat pelaksana di Makassar terdapat 46 (100%) responden.

Responden denganp status kerja perawat pelaksana double job yang paling

banyak mengalami stres kerja sedang yaitu sebanyak 12 (40,0%)

sedangkan status kerja perawat yang non double job yaitu sebanyak 18

(60,0%), responden dengan kategori perawat yang double job mengalami

stress kerja berat yaitu sebanyak 9 (75,0%) responden, perawat non double

job yaitu sebanyak 3 (25,0%) responden. Sedangkan responden stress

ringan dengan status kerja perawat non double job yaitu sebanyak 2

(50,0%) reponden sama dan status kerja perawat non double job yaitu

sebanyak 2 (50,0%) responden. Pada penelitian ini terdapat 10 orang yang

kerja antara rumah sakit dengan rumah sakit dan 13 orang yang kerja antara

rumah sakit dan klinik. Dari 9 orang yang mengalami stress kerja pada

perawat yang double job, terdapat 6 orang yang mengalami stress berat

pada perawat yang bekerja anata rumah sakit dengan rumah sakit dan

hanya dua orang yang mengalami stress kerja pada perawat yang bekerja

antara rumah sakit dengan klinik. Pada penelitian ini Dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Tabel 5.6 Hubungan Stres Kerja Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makassar.

Status Kerja Perawat Perawat Double Job Perawat Non Double Job Total P

N % N %

Stres Kerja Ringan Sedang Berat

2 (50,0%) 2 (50,0%) 12 (40,0%) 18 (60.0%) 9 (75,0%) 3 (25.0%)

0.122

Total 23 23 46

Berdasarkan hasil analisis dengan uji chiscuare diperoleh nilai p = 0,122. Hal

ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara stress kerja dengan status

kerja perawat pelaksana di Makassar.

b. Hubungan Kinerja Perawat Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di

Makassar

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan Kinerja Perawat

dengan status kerja perawat pelaksana di Makassar terdapat 46 (100 %)

responden. Responden dengan status kerja perawat pelaksana double job yang

paling banyak mengalami tingkat kinerja ringan yaitu sebanyak 17 (94,4%)

responden, perawat yang non double job yaitu sebanyak 1 (5,6%) responden,

Responden dengan status kerja perawat pelaksana double job yang

mengalami tingkat kinerja sedang yaitu sebanyak 6 (40%) responden,

perawat non double job yaitu sebanyak 20 (60,0%) responden. Sedangkan

responden kinerja tinggi dengan status kerja perawat double job yaitu

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

sebanyak 0 (0%) reponden sedangkan perawat non double job yaitu sebanyak

2 (100%) responden. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.7 Hubungan Kinerja Perawat Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makassar

Berdasarkan hasil analisis dengan uji chiscuare diperoleh nilai p = 0,000. Hal ini

menunjukan bahwa ada hubungan antara kinerja dengan status kerja perawat

pelaksana di Makassar.

c. Hubungan Motivasi Kerja Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di

Makassar

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan motivasi kerja dengan

status kerja perawat pelaksan di Makassar Terdapat 46 (100%) responden.

Responden dengan status kerja perawat pelaksana yang double job paling

banyak memiliki motivasi kerja tinggi yaitu sebanyak 10 (41,7%)

responden, perawat yang non double job yaitu sebanyak 14 (58,3%)

responden, Responden dengan status perawat perawat double job yang

mengalami tingkat kinerja sedang yaitu sebanyak 13 (59,1%) responden,

Status Kerja Perawat Perawat Double Job Perawat Perawat Non Double Job Total P

N % N %

Kinerja Perawat Rendah Sedang Tinggi

17 (94,4%) 1 (5.6%) 6 (23,1,%) 20 (76,9%) 0 (0%) 2 (100%)

0.000

Total 23 23 46

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

sedangkan status perawat non double job yaitu sebanyak 9 (49,9%)

responden. Dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 5.8 Hubungan Motivasi Kerja Dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makassar

Status keraj Perawat Perawat Double Job Perawat Non Double Job Total P

Motivasi Kerja N % N 100%

Sedang Tinggi

10 (47,8%) 14 (47,8%) 13 (52,2%) 9 (52,2%)

0,238

Total 23 46

Berdasarkan hasil analisis dengan uji chiscuare diperoleh nilai p = 0,238. Hal

ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi kerja dengan

status kerja perawat pelaksan di Makassar.

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

B. Pembahasan

1. Hubungan Stres Kerja dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di

Makassar

Hasil analisa pada tabel 5.5 penelitian ini menunjukan bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara stress kerja dengan status perawat

pelaksana di Makassar dengan p = 0,122>0,05. Stres merupakan suatu

fenomena yang sangat kompleks dan unik sehingga banyak pakar berbeda

pendapat dalam memberikan defenisi tentang stres, walaupun pada

dasarnya antara satu defenisi dengan defenisi lainnya terdapat inti

persamaanya. Stres itu sangat bersifat personal, setiap orang memiliki

tingkatan toleransi tertentu pada tekanan di setiap waktunya, yaitu

kemampuan kita untuk mengatasi atau tidak mengatasinya (Saragih,

2008).

Wiliams, et al (2004) menyatakan bahwa stress pada karyawan

bukanlah suatu hal yang selalu berakibat buruk pada karyawan.

melainkan stress juga dapat memberikan motivasi bagi karyawan untuk

memupuk rasa semangat dalam menjalankan setiap pekerjaannya untuk

mencapai suatu prestasi kerja yang baik buat karier karyawan dan untuk

kemajuan dan keberhasilan instansi. Price dalam Indryani (2009) pun

mengatakan bahwa stres dapat menciptakan keunggulan kompetitif bagi

instansi dengan manajemen yang baik. Stress juga memberikan dampak

Page 76: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

positif yang lain seperti adanya batasan waktu perusahaan dapat menjadi

lebih efisien. Stres tidak selalu membuahkan hasil yang buruk dalam

kehidupan manusia.

Selya dalam Asmadi (2008) membedakan stress menjadi dua, yaitu

distress dan eustres yang merupakan kekuatan positif. Semakin tinggi

dorongan untuk berprestasi, makin tinggi juga produktivitas dan

efisiensinya. Demikian pula sebaliknya stress kerja dapat menimbulkan

efek yang negative. Stress dapat berkembang menjadikan tenaga kerja

sakit, baik fisik maupun mental sehingga tidak dapat bekerja lagi secara

optimal.

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh sinulingga

tentang hubungan stress kerja dengan kinerja karyawan bagian

departemen produksi PT. Lasallefood Indonesia menunjukan adanya

hubungan yang sangat lemah antara stress kerja dengan kinerja karyawan.

Adapun penelitian yang bertolak belakang dengan hasil penelitian ini

adalah penelitian oleh Retnaningtyas (2005) yang meneliti hubungan

stress kerja dengan produktivitas kerja di bagian linting rokok PT.

Genting Gotri Semarang dengan hasil penelitian ada hubungan antara

stres kerja dengan produktivitas tenaga kerja wanita di bagian linting

rokok PT. Genting Gotri Semarang. Hasil yang sama juga ditunjukkan

Indriyani (2009) dalam penelitiannya tentang konflik peran ganda dan

stress kerja dengan kinerja perawat wanita di rumah sakit dengan hasil

Page 77: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

penelitian terhadap kinerja perawat wanita di rumah sakit dengan hasil

penelitian terdapat hubungan positif antara stress kerja dengan kinerja

perawat (p = 0.008 <0,05), yaitu semakin tinggi stress kerja maka

semakin tinggi pula kinerja perawat.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian Adi (2000) yang meneliti

tentang pengaruh stress terhadap kinerja pada pengusaha industry kecil,

dengan hasil yang diperoleh adalah jika tingkat stresnya tinggi maka

kinerja yang dihasilkan adalah rendah, namun bila stress yang dimiliki

rendah, maka kinerja yang dihasilkan akan cenderung tinggi. Beberapa

penelitian penelitian sebelumnya yang telah ada juga menunjukan

hubungan yang signifikan antara stress kerja dengan dengan kinerja

perawat.

Sementara itu, menurut analisis peneliti, tidak adanya hubungan

yang signifikan dalam penelitian ini terjadi karena responden hanya ada 4

orang yang mengalami stress kerja ringan dan berdasarkan status kerja

perawat pelaksana yaitu dua orang yang double job dan dua orang yang

non double job. Peneliti berasumsi bahwa hal ini dapat disebabkan karena

terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi stress kerja perawat pada

status kerja perawat sehingga hanya 4 orang yang mengalami stress

ringan dari status kerja perawat. Faktor-faktor tersebut adalah pendidikan,

pelatihan, motivasi kerja, lama kerja di dua tempat dan jenis kelamin.

Page 78: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Sebanyak 30 responden dengan stress kerja sedang menunjukkan

bahwa status kerja perawat pelaksana yang double job yaitu 12 orang dan

non double job 18 orang. Menurut analisis peneliti, hal ini dapat terjadi

pada perawat yang lama bekerja di dua rumah sakit sehingga pengalaman

kerja yang dimiliki kurang dibandingkan dengan perawat yang banyak

pengalamannya. Kondisi ini dapat menimbulkan stress kerja bagi perawat

tetapi tidak sampai menyebabkan timbulnya stress kerja yang berat. Hal

ini dapat dibuktikan dengan jumlah perawat dengan masa kerja 5-9 tahun

sebanyak 22 responden. 8 orang perawat yang double job dan 14 orang

yang non double job. Selain itu juga, hal ini dapat terjadi karena

responden memiliki mekanisme koping yang baik terhadap stress kerja

yang dialaminya sehingga tidak berpengaruh pada status kerjanya. Stress

kerja yang dialami oleh tenaga kerja/perawat pelaksana dapat

berkembang kaerah positif yaitu stress dapat menjadi kekuatan positif

bagi tenaga kerja.

Berdasarkan analisa data, terdapat 12 orang yang mengalami stress

kerja berat dimana terdapat 9 orang perawat yang double job dan 3 orang

yang non double job. Dari 9 orang yang mengalami stress kerja pada

perawat yang double job, terdapat 6 orang yang mengalami stress berat

pada perawat yang bekerja anata rumah sakit dengan rumah sakit dan

hanya dua orang yang mengalami stress kerja pada perawat yang bekerja

Page 79: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

antara rumah sakit dengan klinik. Hal ini dapat disebabkan beratnya

tantangan kerja pada perawat yang double job yang kerja antara rumah

sakit dengan rumah sakit dan kurangnya tantangan kerja pada perawat

yang kerja antara rumah sakit dengan klinik serta perawat yang bekerja

yang non double job.

Seorang perawat yang telah lama bekerja di dua tempat dan satu

tempat saja tanpa ada rolling antar ruangan perawatan akan menyebabkan

perawat tersebut merasa bosan dan jenuh. Dari 6 orang yang kinerjanya

sedang pada perawat yang double job terdapat 4 orang yang kinerja

sedang pada perawat yang bekerja antara rumah sakit dengan rumah sakit

dan 2 orang yang kinerjanya rendah pada perawat yang bekerja antara

rumah sakit dengan klinik. Dari 12 orang yang stres sedang pada perawat

yang double job, terdapat 2 orang yang stress sedang pada perawat yang

bekerja antara rumah sakit dengan rumah sakit dan 10 orang yang stress

sedang pada perawat yang bekerja antara rumah sakit dengan klinik. Pada

penelitian ini terdapat 2 orang yang memiliki stress ringan pada perawat

yang double job, terdapat 1 orang yang stress ringan pada perawat yang

bekerja antara rumah sakit dengan rumah sakit dan 1 orang yang stress

sedang pada perawat yang bekerja antara rumah sakit dengan klinik

Page 80: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Perawat menghadapi pekerjaan yang hampir sama setiap harinya.

Pekerjaan tersebut tidak dapat lagi merangsang daya kreaktifitas perawat

sehingga menimbulkan stress kerja. Hal ini dapat dilihat pada analisis

data, pada status kerja perawat mayoritas pendidikan terakhir masih pada

jenjang pendidikan D3 yaitu sebanyak 35 orang dan hanya 11 orang dari

SI. Ditandai dengan masih sedikitnya responden yang menjadi pegawai

tetap yaitu hanya sebanyak 2 orang dari 46 responden. Selain itu juga hal

ini disebabkan karena perawat telah lama bekerja di dua rumah sakit

sehingga memilki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang

pekerjannya. Perawat ini juga mempunyai banyak kesempatan untuk

mengikuti pelatihan. Jadi walaupun perawat telah lama bekerja di dua

rumah sakit, perawat tetap dapat mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki.

2. Hubungan Kinerja Perawat dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di

Makassar

Hasil analisa pada tabel 5.6 penelitian ini menunjukan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara kinerja dengan status kerja perawat

pelaksana di Makassar dengan p = 0,000. Hubungan signifikan

menunjukkan bahwa status kerja perawat mempunyai pengaruh dalam

meningkatkan kinerja perawat. Ditinjau dari hasil penelitian tabel 6

menunjukkan bahwa kinerja perawat dengan status perawat sebagian besar

Page 81: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

mempunyai tingkat kinerja sedang. Kinerja perawat dengan status kerja

perawat yang double job menghasilkan kinerja rendah sebanyak 17 orang,

perawat non double job sebanyak 1 orang. Kinerja perawat dengan status

kerja perawat pelaksana yang double job memiliki tingkat kinerja sedang

yaitu sebanyak 6 orang dan perawat yang non double job sebanyak 20

orang serta kinerja perawat dengan perawat double job tidak ada dan

kinerja dengan status perawat memiliki tingkat kinerja hanya 2 orang.

Pada penelitian ini terdapat 17 orang yang kinerja rendah pada

perawat yang double job, terdapat 6 orang yang kinerja rendah pada

perawat yang bekerja antara rumah sakit dengan rumah sakit dan 11 orang

yang kinerjanya rendah pada perawat yang bekerja antara rumah sakit

dengan klinik. Dari 6 orang yang kinerjanya sedang pada perawat yang

double job, terdapat 4 orang yang kinerja sedang pada perawat yang

bekerja antara rumah sakit dengan rumah sakit dan 2 orang yang

kinerjanya rendah pada perawat yang bekerja antara rumah sakit dengan

klinik. Dari 6 orang yang kinerjanya sedang pada perawat yang double

job, terdapat 4 orang yang kinerja sedang pada perawat yang bekerja

antara rumah sakit dengan rumah sakit dan 2 orang yang kinerjanya

rendah pada perawat yang bekerja antara rumah sakit dengan klinik. Pada

penelitian ini tidak ada perawat yang memiliki kinerja tinggi baik dari

Page 82: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

perawat yang kerja antara rumah sakit dengan rumah sakit dan antara

rumah sakit dengan klinik.

Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa kinerja pada

dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan.

Kinerja karyawan memengaruhi seberapa banyak mereka memberi

kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu

maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan

kinerja organisasi. Demikian juga dengan pendapat Ilyas (2002), yang

menyatakan bahwa kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang

kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi, kinerja

merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun

kualitas dan kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun

kelompok.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyadi

(2007) tentang hubungan antara karakteristik individu dengan kinerja

perawat. hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang signifikan

antara umur perawat dengan kinerja perawat dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada setiap klien (P= 0.006 < 0.05). Hubungan

tersebut terjadi setelah dilakukan pembatasan pada usia diatas 25 tahun

dengan pengalaman kerja diatas 15 tahun. Hal ini dapat diartikan bahwa

Page 83: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

semakin dewasa/tua usia seseorang perawat maka semakin tinggi kinerja

keperawatannya.

Hal ini bertolak belakang dengan penelitian oleh Riyadi (2007)

yang meneliti tentang hubungan antara karakteristik individu dengan

kinerja perawat. di RSD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Madura, hasil

penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin

perawat dengan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan (P= 0.867 > 0.05). Tidak ada hubungan antara status

kepegawaian perawat dengan kinerja perawat dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada klien (P= 0.393 > 0.05). Tidak ada hubungan

antara tingkat pendidikan perawat dengan kinerja perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan pada klien (P= 0.308 > 0.05). Tidak

ada hubungan antara pengalaman kerja perawat dengan kinerja perawat

dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien (P= 0.470 > 0.05).

Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena sebagian besar

status kerja perawat pelaksana mayoritas berada pada tingkat usia 25-29

tahun yaitu sebanyak 24 (52,1%) responden. Dimana para responden

memiliki kekuatan fisik yang kuat meskipun mereka mempunyai dua

pekerjaan yang dilakukan secara bergantian. Selain itu, riwayat atau lama

pekerjaan 5-9 tahun yaitu sebanyak 22 (47,9%) responden merupakan

waktu yang tidak sebentar untuk membantu para perawat untuk

Page 84: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

beradaptasi dengan baik pada pekerjaan sehingga meskipun mereka kerja

di dua tempat tetapi masalah yang mereka alami dapat dikendalikan dan

menjadikannya motivasi positif terhadap kinerja mereka.

3. Hubungan Motivasi dengan Status Kerja Perawat Pelaksana Di Makassar

Hasil analisa pada table 5.7 penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan status kerja

perawat pelaksana di Makassar dengan p = 0,238>0,05. Dimana dapat

dilihat dari motivasi kerja dengan status kerja perawat pelaksana sebagian

besar memiliki motivasi tinggi. Motivasi kerja dengan status kerja

perawat yang double job memiliki motivasi sedang yaitu sebanyak 13

orang dan perawat yang non double job yaitu sebanyak 9 orang.

Sedangakan perawat yang non double job memiliki motivasi tinggi yaitu

sebanyak 10 orang dan perawat yang non double job yaitu sebanyak 14

orang. Dari kedua status kerja perawat ini tidak ada yang memiliki

motivasi kurang yaitu sebanyak (0 responden).

Terdapat 10 orang yang memiliki motivasi tinggi pada perawat yang

double job, terdapat 3 orang yang memiliki motivasi tinggi pada perawat

yang bekerja antara rumah sakit dengan rumah sakit dan 7 orang yang

memiliki motivasi tinggi pada perawat yang bekerja antara rumah sakit

dengan klinik. Dari 13 orang yang memiliki motivasi sedang pada perawat

yang double job, terdapat 6 orang yang memiliki motivasi sedang pada

Page 85: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

perawat yang bekerja antara rumah sakit dengan rumah sakit dan 7 orang

yang memiliki motivasi sedang pada perawat yang bekerja antara rumah

sakit dengan klinik. Pada penelitian ini tidak ada perawat yang memiliki

motivasi kurang baik dari perawat yang kerja antara rumah sakit dengan

rumah sakit dan antara rumah sakit dengan klinik.

Indriyon dan Sudita (1997), menyatakan bahwa proses timbulnya

motivasi seseorang merupakan gabungan dari konsep kebutuhan,

dorongan, tujuan dan imbalan. Motivasi merupakan rangsangan, dorongan

dan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang ataupun

sekelompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara

optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyadi (2007)

yang meneliti tentang Motivasi Kerja dan Karakteristik Individu Perawat

di RSD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Madura. Dari hasil analisis

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi kerja perawat

dengan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada

klien (P= 0.114 > 0.05). Tidak adanya hubungan ini disebabkan karena

motivasi kerja perawat yang bekerja di RSD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep

sudah tinggi dan didapat kinerja yang 99% baik. Hal ini dapat diartikan

bahwa semakin tinggi motivasi kerja seorang perawat maka diharapkan

Page 86: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

semakin tinggi pula kinerja perawat tersebut dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada klien.

Peneltian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh

Irwandi (2012) yang meneliti tentang hubungan pengetahuan, motivasi

dan supervisi dengan kinerja perawat dalam melaksanakan patient safety

di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo tahun 2012 bahwa terdapat hubungan

antara variabel motivasi dengan kinerja perawat dalam melaksanakan

patient safety di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo tahun 2012.

Sementara itu, menurut analisis peneliti, tidak adanya hubungan yang

signifikan dalam penelitian ini terjadi karena tidak ada responden yang

memilki motivasi kurang berdasarkan status kerja perawat pelaksana,

mayoritas perawat memilki motivasi kerja sedang yaitu sebanyak 24 orang

dimana terdapat 10 orang yang double job dan 14 orang non double job.

Peneliti berasumsi bahwa hal ini dapat disebabkan karena terdapat faktor-

faktor lain yang mempengaruhi motivasi kerja perawat pada status kerja

perawat sehingga tidak ada yang memiliki motivasi yang kurang. Faktor-

faktor tersebut adalah pendidikan, pelatihan, lama kerja di dua tempat,

jenis kelamin dan jumlah penghasilan.

Sebanyak 10 responden dengan stress kerja sedang menunjukkan

bahwa status kerja perawat pelaksana yang double job yaitu 10 orang dan

non double job 14 orang. Peneliti berasumsi bahwa motivasi kerja yang

sedang salah satunya disebabkan karena rendahnya pemberian insentif

Page 87: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

atau bonus dan kurangnya promosi kenaikan pangkat dan jabatan kepada

petugas yang melaksanakan tugas dengan baik dan tepat waktu. Setiap

orang yang memasuki suatu lingkungan kerja memiliki tujuan tertentu,

dan tujuan inilah yang mendorong atau memotivasi dirinya untuk terlibat

dalam suatu lingkungan kerja. . Hal ini searah dengan pandangan Kohar

(2001), yang mengemukakan bahwa tujuan orang bekerja untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, terlepas dari apa dan bagaimana jenis

kebutuhan yang ingin dipenuhi tersebut.

Berdasarkan analisa data, terdapat 22 orang yang mengalami motivasi

kerja tinggi dimana terdapat 13 orang perawat yang double job dan 9

orang yang non double job. Peneliti berasumsi bahwa perawat yang

double job dan non double job memiliki motivasi yang tinggi, motivasi ini

timbul karena adanya dukungan faktor eksternal berupa situasi lingkungan

kerja yang kondisif, kebijakan manajamen rumah sakit serta adanya

system penggajian yang memadai. Motivasi yang cukup tinggi dari status

kerja perawat pelaksana di Makassar sangatlah mendorong sebagian besar

mereka tetap melakukan pencapaian mutu yang optimal.

Suatu rumah sakit memiliki visi dan misi serta tujuan tersendiri. Hal

inilah yang tentunya akan dicapai oleh para petugas kesehatan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terlepas dari hal itu tentunya

ada penggerak untuk mencapai tujuan. Penggerak tersebut adalah para

petugas rumah sakit itu sendiri dengan segala daya dan kemampuan

Page 88: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

meningkatkan kinerja dan kinerja tenaga perawatnya. Dalam peningkatan

kinerja tenaga perawat perlu adanya dorongan atau motivasi baik dari diri

sendiri maupun dari luar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana

motivasi kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja tenaga perawat

petugas dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Penelitian ini didadaptkan fakta bahwa, ada motivasi kerja tinggi,

namun kinerja rendah yaitu sebanyak 18 orang. Hal ini dapat terjadi

karena tenaga keperawatn tersebut kurang cakap dalam bekerja. Kurang

cakap dalam hal ini berarti bahwa keteledoran yang dimiliki oleh tenaga

keperawatan tersebut sangat tinggi seperti kadang melupakan mencuci

handscoen setiap kali selesai dipakai, atau kadang melupakan mencuci

alat-alat steril dan atau tidak mensterilkan lagi setelah dicuci.

Motivasi kerja dapat menumbuhkan semangat dan ketekunan dalam

bekerja bagi para petugas untuk selalu meningkatkan kinerja tenaga

perawat yang sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, pimpinan sebagai

pengambil keputusan dalam instansi haruslah bisa menyesuaikan antara

kepentingan dan kebutuhan organisasi dengan kepentingan dan kebutuhan

petugas sehingga secara tidak langsung para petugas dapat selalu

meningkatkan kinerja tenaga perawatnya.

Kesimpulannya, karena motivasi hanya satu dari beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi status kerja perawat pelaksana, maka motivasi yang

tinggi tidak selalu menghasilkan status kerja perawat yang tinggi.

Page 89: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Sebaliknya, status kerja yang tinggi tidak menunjukkan bahwa motivasi

tinggi, karyawan yang memiliki motivasi rendah dapat menunjukkan

status kerja yang tinggi jika mereka memiliki kemampuan yang tinggi

pula.

Page 90: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Hubungan Stres Kerja, Kinerja

Dan Motivasi Kerja Dengan Status Kerja Perawat Di Makassar 2013” maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan antara stress kerja dengan status kerja perawat

pelaksana di Makassar.

2. Ada hubungan antara kinerja perawat dengan status kerja perawat pelaksana

di Makassar.

3. Tidak ada hubungan antara motivasi dengan status kerja perawat pelaksana

di Makassar.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Manajeman rumah sakit dapat mencegah kemungkinan terjadinya stress

kerja pada perawat yang double job dan non double job agar dapat

meningkatakan kualiatas pelayanan rumah sakit yang optimal.

Page 91: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

2. Bagi Profesi

Perawat hendaknya dapat mengenal faktor-faktor yang dapat menimbulkan

stress kerja dan dapat meminimalkan beban kerja, serta beradaptasi terhadap

kondisi kerja, sehingga semua perawat dapat mencapai kinerja yang

maksimal terhadap profesinya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan stress kerja , kinerja dan motivasi kerja dengan status

kerja perawat pelaksana di seluruh rumah sakit di Makassar

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari sejumlah keterbatasan dan kekurangan antara

lain:

1. Sulit dan kurangnya menemukan responden karena subyek dalam

penelitian ini adalah perawat pelaksana yang double job yang kurang

diketahui oleh kebanyakan orang dan non double job sehingga hasil

penelitian ini kurang memuaskan.

2. Pengumpulan data dengan kuesioner kemungkinan responden menjawab

pertanyaan tidak jujur atau tidak mengerti sehingga hasil kurang

maksimal.

Page 92: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

3. Kuantitas kinerja perawat dengan status kerja perawat pelaksana di

Makassar sangat tinggi sehingga memberi pengaruh tersendiri terhadap

lamanya pengisian kuesioner.

Page 93: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

DAFTAR PUSTAKA

Aa, Sriati. (2007). Tinjauan Tentang Stres. Di akses tanggal 30 November 2012 <http://resources.unpad.ac.id/?s=tinjauan+tentang+stres>

Aminah, S. (2006). Hubungan kinerja perawat dengan pendokumentasian Asuhan keperwatan di RS Syeh Yusuf Makassar. Skripsi tidak di terbitkan. PSIK FK Unhas. Makassar

Anorogo, P. (1992). Psikologi Kerja, Penerbit Rineka Cipta: Jakarta

As’ad. (2002). Psikologi Industri -Yogyakarta : PT liberty Yogyakarta

Beehr TA, & Newman JE. (1987). Penelitian Stres Kerja, E-PSikologi.Com, Team EPsikologi, Informasi Online: Jakarta

Charles Abraham & Eamon Stanley, Social Psychology For Nurses, First

Dadang, H. (2001). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, Gaya Baru: Jakarta

Dwi, RS. Diah, A (2006). Stres dan Koping Perawat Kepribadia Tipe A dan Kepribadian Tipe B di Ruang Rawat Inap RSU DR. Pringadii Medan. Di akses tanggal 28 Juni 2012 <http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21159/1/ruf-mei2006-2%20(1).pdf>

Faizin, A. (2006). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja dengan Kinerja

perawat di RSU Padan Arang Banyolali, di akses 10 Mei 2012 < http://ect. eprints. Ums. Ac.id//1104/1/39.pdf>

Gibson, dkk. (1996). Organisasi Editor. Lyndon Saputra. Jakarta: Binasupa Aksara

Handoko, T.H. (1993). Manajemen personalia dan sumber daya manusia (edisi kedua) BPFE: Yogyakarta.

Hidayat, A. A. (2002). Dokumentasi proses keperawatan: Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. (2003). Riset keperawatan dan teknik penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika

Ilyas, Y. (2002). Manajemen Tim kerja : Kiat sukses. Jakarta : P.T. Gramedia

Page 94: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Indriyani, A. (2009). Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat RS Roemani Muhamadiyah Semarang, Universitas Diponegoro. Di akses tanggal 2 Desember 2010 <http//eprints.undip.ac.id/16657/1/AZAZAH_INDRIYANI.pdf >

Latief, J. (2010). Hubungan stress kerja dengan kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Unit Gawat Darurat RSUD Daya dan Labuang Baji. Makassar

Luthans, F. (2000). Organizational Behaviour, 8th edition, McGraw Hill

Medis online. (2010). Stres Kerja. Di akses tanggal 5 September 2012 < http:// www. Medisonline. Net/ antude-journal/41-article/75-stres-kerja>

Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Penerbit Universitas Indonesia (41-press) : Jakarta

Muzakir, A. (2009). Pengaruh penerapan merit sistem terhadap kinerja perawat di RS Nanggroe Aceh Darussalam. Di akses tanggal 5 September 2012 < http:// respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6878/10E00580.pdf>

National Institute For Occupation Safety and Health (NIOSH). ( 1995). Research On Work Related Stres. Di akses tanggal 5 September 2012 < http:// www. edc. Gov/niosh/ homepage,html>

Nitisemito. (2002). Kapita Selekta kewirausahaan, seri Ekonomi, Penerbit Yapemdo : Universitas Michiga

Nursalam. (2002). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan professional. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam & Pariani (2000), Metodologi Riset Keperawatan. Sagung Seto.

Notoatmodjo. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta

Wibowo, F. (2009). Hubungan antara motivasi dengan kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan di puskesmas sumber lawang dan puskesmas 1 Tanon Stragen, Di akses 17 September 2012 <http://ect. Eprints.ums.ac.id/6430/J210050078.pdf>

Widyastuti. (1999). Manajemen Stres, National Safety Councli. Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Page 95: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2008) Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, ed.3.

EGC: Jakarta

Saragih, H. (2008). Pengaruh Karakteristik Organisasional Dan Individual Terhadap

Stress Kerja Perawat Di RUang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah

Porsea, di akses tanggal 25 Agustus 2008, dari

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6834

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian.Edisi 18.Alfabeta: Bandung

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Swansburg, R. C. (2001). Pengembangan Staf Keperawatan: Suatu komponen

penyebangan sumber daya manusia. EGC : Jakarta

Page 96: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya bersedia berpartisipasi dengan suka

rela dalam kegiatan penelitian dengan judul “Hubungan Stress Kerja Dengan

Kinerja Perawat Pelaksana Di Kota Makassar” yang dilakukan oleh Sitti Gustina,

mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawtan, Fakultas Kedokteran, Universitas

Hasanuddin. Saya sudah membaca dan memahami surat tentang penjelasan penelitian

dan sudah mendapatkan semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terkait kegiatan

ini.

Saya sangat memahami bahwa keikutsertaan saya menjadi partisipan pada penelitian

ini akan memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit.

Dengan menandatangani surat persetujuan ini, berarti saya telah menyatakan untuk

berpartisipasi dengan ikhlas dan sunggu-sungguh dalam penelitian ini. Demikian

pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan dengan penuh kesadaran/

tanpa paksaan dari siapapun.

Makassar, Februari 2013

Responden

(……………………….)

Lampiran I

Page 97: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Lembar Kuesioner Stres Kerja

A. Identitas Responden

No. Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Lama Kerja :

Status Pekerjaan :

Pelatihan :

Jumlah Penghasilan :

B. Stres Kerja Perawat

Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada kolom yang ada disebelah kanan

pada masing-masing butir pertanyaan dengan pilihan sesuai yang anda alami

ada lima alternative jawaban yaitu :

SS : Sangat Sering

S : Sering

KD : Kadang-Kadang

J : Jarang

TP : Tidak Pernah

Lampiran 1I

Page 98: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

No. Pernyataan Tidak

Pernah Jarang Kadang-Kadang Sering

Sangat Sering

1. Kondisi kerja tidak

menyenangkan atau

Kadang-kadang tidak aman

2. Saya merasa bahwa pekerjaan

saya memberi pengaruh negativ

secara fisik atau kestabilan

emosional

3. Terlalu banyak pekerjaan yang

harus saya selesaikan/terlalu

banyak deadline yang tidak

masuk akal

4. Saya merasa sulit

mengungkapkan

pendapatdan perasaan tentang

pekerjaan saya kepada atasan

saya

5. Saya merasa bahwa tekanan

pekerjaan mengganggu waktu

dengan keluarga atau kehidupan

pribadi saya

Page 99: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

No. Pernyataan Tidak Pernah

Jarang Kadang-Kadang

Sering Sangat Sering

6. Saya bisa mengontrol dengan

baik atau masukan tentang

pengalihan tugas pekerjaan saya

7. Saya menerima pengakuan dan

penghargaan untuk kinerja yang

memuaskan

8. Saya dapat memanfaatkan

keterampilan dan bakat saya

untuk mengoptimalkan Kinerja

KETERANGAN :

SS : Sangat Sering J : Jarang

S : Sering TP : Tidak Pernah

KD : Kadang-Kadang

Page 100: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Menurut anda penyebab Utama Sres Kerja Kerja di Rumah Sakit adalah : (Bisa lebih

Dari 1 jawaban)

: Beban kerja berlebihan

: Konflik rekan kerja

: Keterampilan pada perawat penyakit kritis

: Fasilitas perawatan yang terbatas

: Double shift ( kerja pada dua rumah sakit dalam sehari)

: Shift kerja yang memanjang

: Resiko penularan penyakit

: Penghasilan/ Insentif

: Konflik dengan pasien

: Konflik dengan atasan

Page 101: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Lembar Observasi Kinerja Perawat

A. Identitas Responden

No. Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Lama Kerja :

Status Pekerjaan :

Pelatihan :

Jumlah Penghasilan :

B. Kinerja Perawat

Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada kolom yang ada disebelah kanan

pada masing-masing butir pertanyaan dengan pilihan sesuai yang anda alami

ada lima alternative jawaban yaitu

4 : Bila dilakukan sepenuhnya dengan tapat

3 : Bila dilakukan sepenuhnya tapi tidak sesuai

2 : Bila dilakukannya hanya sebagian

1 : Bila hanya sedikit yang dilakukan

0 : Bila tidak dikerjakan sama sekali

Lampiran IV

Page 102: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

NO Hal-hal yang dinilai S C O R E 0 1 2 3 4 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14 15. 16. 17. 18

PENGKAJIAN Melaksanakan Pengkajian pada klien masuk rumah sakit sesuai dengan pedoman pengkajian. Melengkapi format catatan pengkajian pasien dengan tapat. Data dikelompokan secara (bio psiko social dan spiritual) Menilai kebutuhan akan pasien Memberi prioritas masalah DIAGNOSA Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan Merumuskan diagnosa keperawatan actual/resiko PERENCANAAN Membuat rencana perawatan berdasrkan kebutuhan pasien Bekerja sama dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam merencanakan keperawatan Membuat jadwal dalam melaksanakan rencana perawatan IMPLEMENTASI Memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya Memberikan tindakan keperawatan mengacu pada rencana tindakan keperawatan Mengobservasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan Bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan Mencatat semua tindakan yang dilaksanakan dengan ringkas dan jelas EVALUASI Mengevaluasi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien Mengevaluasi praktik keperawatan dibandingkan dengan standar asuhan keperawatan Evaluasi dilakukan secara terus menerus

Page 103: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 104: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Kuesioner Motivasi Kerja

A. Identitas Responden

Nama Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Lama Kerja :

Status Pekerjaan :

Pelatihan :

Jumlah Penghasilan :

B. Motivasi Kerja Perawat

Petunjuk Pengisian

Isilah daftar pertanyaan ini secara jujur menurut pendapat saudara. Bubuhkan

tanda cek (X) pada baris dan kolom yang saurada (i) pilih yaitu:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Lampiran V

Page 105: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

No Pernyataan SS S TS STS

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

1 Setiap satu tahun sekali dapat seragam baru

2 Diberi uang transpor untuk dinas ke RS

3 Dapat uang makan yang dinas ()pagi, siang dan malam

4 Mendapatkan bingkisan setiap hari besar keagamaan

5 Uang intensif dinaikan

KESEMPATAN UNTUK BERKEMBANG

6 Mengikuti seminar, pelatihan atau praktek-praktek

yang berkelanjutan

7 Mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh rumah sakit

8 Mengikuti pelatihan-pelatihan tiga bulan sekali

9 Meningkatkan kemampuan dengan meningkatkan

jenjang pendidikan dan mengadakan penelitian

10 Diberikan kepercayaan untuk melakukan pekerjaan

MENDAPATKAN PENGHARGAAN

11 Prestasi karyawan harus dinilai dengan teliti dan benar

12 pemberian penghargaan bagi aryawan yang berprestasi

13 Bagi karyawan yang sudah lama bekerja diberi

penghargaan (piala, pagam, dll)

Page 106: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

No Pernyataan SS S TD STD

MENDAPATAN PERLINDUNGAN KERJA

14 Tersedia perlengkapan untuk keselamatan kerja

15 Bagi yang belum mempunyai akses diberi fasilitas

pengobatan gratis dari RS

16 Diizinkan istirahat bila sakit dan tidak ada potongan

gaji

17 Bekerja di rumah sait ini membuat saya bangga

18 Bekerja di rumah sait ini membuat saya berguna dalam

kehidupan bermasyarakat

19 Saya ingin rekan kerja menghargai keberadaan saya

melakukan hubungan sosial

20 Menjalin hubungan baik dengan pasien dan keluarga

karena sangat penting

21 Menjalin hubungan dengan teman sejawat sangat

penting

22 Menjalin hubungan baik dengan mitra kerja sangat

penting

KETERANGAN : SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Page 107: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Frequency Table Double Job

Umur Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21-24 11 47.8 47.8 47.8

25-29 10 43.5 43.5 91.3

30-34 1 4.3 4.3 95.7

35-38 1 4.3 4.3 100.0

Total 23 100.0 100.0

Jenis Kelamin Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 11 47.8 47.8 47.8

Perempuan 12 52.2 52.2 100.0

Total 23 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid D3 21 91.3 91.3 91.3

S1 2 8.7 8.7 100.0

Total 23 100.0 100.0

Pendidikan Lanjutan Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 20 87.0 87.0 87.0

tiadk ada 3 13.0 13.0 100.0

Total 23 100.0 100.0

Page 108: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Lama Kerja Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-4 tahun 16 69.6 69.6 69.6

5-9 tahun 7 30.4 30.4 100.0

Total 23 100.0 100.0

Pelatihan Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak mengikuti 16 69.6 69.6 69.6

mengikuti 7 30.4 30.4 100.0

Total 23 100.0 100.0

Status Pekerjaan Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Honor 23 100.0 100.0 100.0

Jumlah Penghasilan double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1,5 12 52.2 52.2 52.2

1,6 3 13.0 13.0 65.2

2,5 8 34.8 34.8 100.0

Total 23 100.0 100.0

Stres Kerja Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Stres Berat 9 39.1 39.1 39.1

Stres Sedang 12 52.2 52.2 91.3

Stres Ringan 2 8.7 8.7 100.0

Total 23 100.0 100.0

Page 109: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Kinerja Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kinerja Sedang 6 26.1 26.1 26.1

Kinerja Rendah 17 73.9 73.9 100.0

Total 23 100.0 100.0

Motivasi Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 10 43.5 43.5 43.5

Sedang 13 56.5 56.5 100.0

Total 23 100.0 100.0

Frequency Table Double Job

Umur Non Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21-24 9 39.1 39.1 39.1

25-29 11 47.8 47.8 87.0

30-34 2 8.7 8.7 95.7

35-38 1 4.3 4.3 100.0

Total 23 100.0 100.0

Jenis Kelamin Non Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 23 100.0 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir Non Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid D3 16 69.6 69.6 69.6

S1 7 30.4 30.4 100.0

Total 23 100.0 100.0

Page 110: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Pendidikan Lanjutan Non Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Ada 20 87.0 87.0 87.0

ada 3 13.0 13.0 100.0

Total 23 100.0 100.0

Lama Kerja Non Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-4 tahun 9 39.1 39.1 39.1

5-9 tahun 14 60.9 60.9 100.0

Total 23 100.0 100.0

Status Pekerjaan Non Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Honor 22 95.7 95.7 95.7

Pegawai Tetap 1 4.3 4.3 100.0

Total 23 100.0 100.0

Pelatihan Non Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak mengikuti 8 34.8 34.8 34.8

mengikuti 15 65.2 65.2 100.0

Total 23 100.0 100.0

Jumlah Penghasilan Non Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1,5 16 69.6 69.6 69.6

1,6 3 13.0 13.0 82.6

2,5 4 17.4 17.4 100.0

Total 23 100.0 100.0

Page 111: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Stres Kerja Non Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Stres Berat 3 13.0 13.0 13.0

Stres Sedang 18 78.3 78.3 91.3

Stres Ringan 2 8.7 8.7 100.0

Total 23 100.0 100.0

Kinerja Non Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kinerja Tinggi 2 8.7 8.7 8.7

Kinerja Sedang 20 87.0 87.0 95.7

Kinerja Rendah 1 4.3 4.3 100.0

Total 23 100.0 100.0

Motivasi Non Double Job

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tinggi 14 60.9 60.9 60.9

Sedang 9 39.1 39.1 100.0

Total 23 100.0 100.0

Page 112: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Bar Chart Double Job

Page 113: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 114: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 115: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Frequency TableNon Double Job

Page 116: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 117: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 118: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 119: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 120: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Stres Kerja * Status Kerja Perawat

46 100.0% 0 .0% 46 100.0%

Stres Kerja * Status Kerja Perawat Crosstabulation

Status Kerja Perawat

Total Double Job Non Double Job

stres berat Count 9 3 12

% within Stres Kerja 75.0% 25.0% 100.0%

% within Status Kerja Perawat

39.1% 13.0% 26.1%

% of Total 19.6% 6.5% 26.1%

Stres Sedang Count 12 18 30

% within Stres Kerja 40.0% 60.0% 100.0%

% within Status Kerja Perawat

52.2% 78.3% 65.2%

% of Total 26.1% 39.1% 65.2%

Stres Ringan Count 2 2 4

% within Stres Kerja 50.0% 50.0% 100.0%

% within Status Kerja Perawat

8.7% 8.7% 8.7%

% of Total 4.3% 4.3% 8.7%

Total Count 23 23 46

% within Stres Kerja 50.0% 50.0% 100.0%

% within Status Kerja Perawat

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Page 121: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.200a 2 .122

Likelihood Ratio 4.348 2 .114

Linear-by-Linear Association

2.411 1 .121

N of Valid Cases 46

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.00.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kinerja Perawat * Status Kerja Perawat

46 100.0% 0 .0% 46 100.0%

Page 122: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Kinerja Perawat * Status Kerja Perawat Crosstabulation

Status Kerja Perawat

Total Double Job Non Double Job

Kinerja Perawat Kinerja Tinggi Count 0 2 2

% within Kinerja Perawat .0% 100.0% 100.0%

% within Status Kerja Perawat

.0% 8.7% 4.3%

% of Total .0% 4.3% 4.3%

Kinerja Sedang Count 6 20 26

% within Kinerja Perawat 23.1% 76.9% 100.0%

% within Status Kerja Perawat

26.1% 87.0% 56.5%

% of Total 13.0% 43.5% 56.5%

Kinerja Rendah Count 17 1 18

% within Kinerja Perawat 94.4% 5.6% 100.0%

% within Status Kerja Perawat

73.9% 4.3% 39.1%

% of Total 37.0% 2.2% 39.1%

Total Count 23 23 46

% within Kinerja Perawat 50.0% 50.0% 100.0%

% within Status Kerja Perawat

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Page 123: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 23.761a 2 .000

Likelihood Ratio 27.955 2 .000

Linear-by-Linear Association

21.958 1 .000

N of Valid Cases 46

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Motivasi Kerja * Status Kerja

Perawat 46 100.0% 0 .0% 46 100.0%

Page 124: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Motivasi Kerja * Status Kerja Perawat Crosstabulation

Status Kerja Perawat

Total Double Job Non Double Job

Motivasi Kerja Tinggi Count 10 14 24

% within Motivasi Kerja 41.7% 58.3% 100.0%

% within Status Kerja

Perawat 43.5% 60.9% 52.2%

% of Total 21.7% 30.4% 52.2%

Sedang Count 13 9 22

% within Motivasi Kerja 59.1% 40.9% 100.0%

% within Status Kerja

Perawat 56.5% 39.1% 47.8%

% of Total 28.3% 19.6% 47.8%

Total Count 23 23 46

% within Motivasi Kerja 50.0% 50.0% 100.0%

% within Status Kerja

Perawat 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.394a 1 .238

Continuity Correctionb .784 1 .376

Likelihood Ratio 1.401 1 .237

Fisher's Exact Test .376 .188

Linear-by-Linear Association

1.364 1 .243

N of Valid Casesb 46

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 125: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Master tabel

Double Job Stress Kerja

N0 Umur JK PDT PDL LK SP PLTH JP P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Jmh Skor Kategori

1 28 P D3 SI 3 HNR 1 1,5 4 3 4 3 3 4 4 4 29 2 Stres Berat

2 24 P D3 2 HNR 1 1,5 2 2 3 3 3 3 1 3 20 4 Stres Ringan

3 24 L D3 2 HNR 0 1,6 2 3 3 3 2 2 2 3 20 4 Stres Ringan

4 22 L D3 SI 2 HNR 0 1,5 2 3 2 4 3 2 3 2 22 3 stres sedang

5 26 L D3 5 HNR 0 1,6 2 3 3 3 3 3 3 4 25 3 stres sedang

6 23 L D3 3 HNR 0 2,5 2 3 2 3 3 3 3 4 23 3 stres sedang

7 21 L D3 1 HNR 0 1,5 3 3 3 3 3 2 3 3 23 3 stres sedang

8 24 L D3 2 HNR 0 1,5 4 3 2 4 4 4 3 4 28 2 stres berat

9 23 L D3 2 HNR 0 1,5 4 3 4 4 3 4 3 4 29 2 stres berat

10 27 L SI 4 HNR 0 2,5 2 3 2 4 4 3 4 4 26 2 stres berat

11 25 L D3 3 HNR 1 2,5 2 3 3 3 2 3 4 4 24 3 stres sedang

12 27 L D3 3 HNR 0 1,5 3 2 3 3 3 3 3 3 23 3 stres sedang

13 24 L D3 3 HNR 0 1,5 3 1 3 3 1 3 4 4 22 3 stres sedang

14 26 P D3 2 HNR 0 2,5 4 3 3 3 4 4 3 4 28 2 stres berat

15 29 P SI 6 HNR 0 2,5 4 3 3 3 3 3 3 4 26 2 stres berat

16 28 P D3 7 HNR 2 1,5 3 4 4 3 4 4 4 4 30 2 stres berat

17 31 P S1 7 HNR 0 2,5 1 1 1 1 1 2 4 5 16 3 stres ringan

18 36 P SI 7 HNR 1 1,6 3 1 2 1 1 4 3 4 19 3 stres sedang

19 34 P D3 9 HNR 1 2,5 4 4 2 3 3 2 4 4 26 2 stres berat

20 24 P D3 2 HNR 0 1,5 2 3 3 4 3 4 4 4 27 2 stres berat

21 25 P D3 3 HNR 0 1,5 2 3 3 2 3 3 1 4 21 3 stres sedang

22 27 P D3 3 HNR 0 1,5 2 2 3 2 1 5 3 5 23 3 stres sedang

23 30 P D3 SI 6 HNR 2 2,5 2 3 3 2 3 3 1 4 21 3 stres sedang

Page 126: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Non Double Job

24 27 P D3 6 HNR 1 1,5 2 4 2 1 4 4 1 5 23 3 stres sedang

25 24 P D3 1 HNR 1 1,5 3 2 2 1 4 4 1 5 22 3 stres sedang

26 30 P SI 6 HNR 0 1,5 4 2 4 3 3 3 3 3 25 3 stres sedang

27 28 P SI 6 HNR 3 2,5 3 1 1 1 1 5 5 5 22 3 stres sedang

28 31 P SI 5 HNR 0 2,5 3 4 1 3 3 1 2 4 21 3 stres sedang

29 28 P D3 SI 6 HNR 0 2,5 3 1 3 2 4 3 2 3 21 3 stres sedang

30 25 P D3 1 HNR 0 1,5 3 3 3 3 3 3 2 4 24 3 stres sedang

31 28 P D3 4 HNR 1 1,5 3 2 4 3 3 2 3 4 24 3 stres sedang

32 25 P D3 SI 6 HNR 1 1,5 3 2 4 3 3 2 3 4 24 3 stres sedang

33 25 P D3 6 HNR 1 1,5 3 2 4 3 3 5 2 5 27 4 stres ringan

34 26 P D3 3 HNR 2 1,5 4 2 4 3 3 3 3 4 26 2 stres berat

35 29 P S1 7 HNR 3 2,5 4 3 4 4 4 2 2 2 25 3 stres sedang

36 30 P SI 9 PNS 3 2,5 3 1 3 2 2 4 3 4 22 3 stres sedang

37 26 P D3 3 HNR 1,5 2 1 3 2 1 3 3 4 19 4 stres ringan

38 31 P D3 6 HNR 2 2,5 4 3 2 3 1 4 2 5 24 3 stres sedang

39 26 P D3 2 HNR 2 1,5 4 3 3 2 2 4 2 4 24 3 stres sedang

40 24 P D3 6 HNR 1 1,5 2 4 2 1 4 4 1 5 23 3 stres sedang

41 24 P D3 6 HNR 0 1,5 3 1 1 2 1 4 1 4 17 2 stres berat

42 38 P D3 SI 9 PNS 2,5 4 3 3 3 3 3 3 3 25 3 stres sedang

43 25 P D3 3 HNR 2 1,5 2 3 3 3 2 2 3 3 21 3 stres sedang

44 22 P D3 6 HNR 1 1,5 3 3 2 2 3 3 2 4 22 3 stres sedang

45 23 P SI 6 HNR 0 1,5 3 3 4 3 3 3 2 4 25 3 stres sedang

46 26 P SI 3 HNR 1 1,5 4 3 3 3 4 4 3 4 28 2 stres berat

Page 127: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 128: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Master tabel

Motivasi Kerja

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 Jmlh Skor Kategori

2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 1 3 3 1 1 3 3 3 4 4 4 62 2 Sedang

2 3 3 4 3 3 3 2 2 4 3 2 2 3 2 2 4 4 4 4 4 4 67 2 Sedang

2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 58 2 Sedang

2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 58 2 Sedang

2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 66 2 Sedang

2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 59 2 Sedang

2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 59 2 Sedang

2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 58 2 Sedang

2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 3 4 65 2 Sedang

3 2 2 3 1 1 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 4 4 4 3 59 2 Sedang

3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 54 2 Sedang

2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 57 2 Sedang

4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 80 1 Tinggi

3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 81 1 Tinggi

3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 58 2 Sedang

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 69 1 Tinggi

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 87 1 Tinggi

4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 82 1 Tinggi

4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 82 1 Tinggi

4 4 4 4 4 3 3 3 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 81 1 Tinggi

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 66 2 Sedang

4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 83 1 Tinggi

4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 87 1 Tinggi

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 1 Tinggi

Page 129: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 1 Tinggi

4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 75 1 Tinggi

4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 75 1 Tinggi

2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 4 4 67 2 Sedang

2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 2 1 2 2 2 3 4 4 4 4 4 65 2 Sedang

4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 3 3 1 4 2 4 2 1 2 2 2 2 64 2 Sedang

4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 73 1 Tinggi

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 61 2 Sedang

3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 1 2 3 1 1 3 3 3 4 4 4 63 2 Sedang

3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 3 3 3 4 4 63 2 Sedang

2 3 3 3 2 3 3 2 1 4 3 2 1 3 1 1 4 4 4 4 4 4 61 2 Sedang

2 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 4 4 4 67 2 Sedang

3 3 3 4 4 4 4 4 2 2 3 2 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 72 1 Tinggi

3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 71 1 Tinggi

3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 69 2 Sedang

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 1 Tinggi

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 1 Tinggi

4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 75 1 Tinggi

4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 82 1 Tinggi

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 87 1 Tinggi

1 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 80 1 Tinggi

1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 84 1 Tinggi

1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 1 2 3 4 75 1 Tinggi

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 1 2 3 4 78 1 Tinggi

Page 130: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

Master Tabel

Kinerja Perawat

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P 11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 Jmlh Skor Kategori

4 4 2 0 0 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 0 2 2 37 3 Rendah

4 4 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 30 3 Rendah

4 4 3 2 3 4 2 4 2 0 0 2 2 2 0 0 2 0 36 3 Sedang

4 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 0 38 3 Rendah

4 4 3 3 3 4 3 3 2 2 0 2 0 2 2 0 2 0 39 2 Sedang

4 4 2 2 2 4 2 2 2 2 0 2 2 2 3 0 2 0 37 3 Rendah

3 4 2 2 2 4 0 2 0 2 0 2 2 2 2 0 2 4 35 3 Rendah

3 4 2 2 2 4 2 2 2 2 0 2 2 2 3 0 0 4 38 3 Rendah

4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 0 2 0 0 3 0 2 4 43 2 Sedang

4 4 2 2 2 4 2 2 2 2 0 2 2 2 3 0 2 4 41 2 Sedang

4 4 2 2 2 4 2 2 4 4 2 2 0 2 3 0 4 4 47 2 Sedang

4 4 2 4 2 4 2 2 2 2 0 2 2 2 3 0 4 4 45 2 Sedang

4 4 2 2 0 2 2 2 1 2 0 2 2 2 3 0 2 0 32 3 Rendah

4 4 0 2 0 0 0 2 2 2 0 2 2 2 2 0 4 4 32 3 Rendah

4 4 2 3 0 2 2 2 2 2 0 2 2 0 2 0 4 2 35 3 Rendah

4 4 2 3 0 2 0 2 0 0 0 2 0 0 2 1 4 4 30 3 Rendah

4 4 2 3 1 2 2 2 2 2 0 4 2 2 4 1 4 0 41 2 sedang

4 4 2 3 2 0 1 0 0 0 2 0 2 4 4 0 4 4 36 3 Rendah

4 4 2 2 2 0 0 0 1 0 2 4 2 4 4 0 4 2 37 3 Rendah

4 4 2 2 2 0 0 0 0 0 2 4 2 4 4 0 4 4 38 3 Rendah

3 4 1 2 2 0 0 0 0 0 3 0 0 4 4 0 4 0 27 3 Rendah

4 1 2 1 2 2 4 0 0 0 0 4 4 4 4 0 1 0 33 3 Rendah

3 4 2 2 2 2 0 1 0 0 0 4 4 4 4 0 1 0 33 3 Rendah

Page 131: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …

3 4 2 2 2 2 0 1 0 0 0 4 4 4 4 0 1 0 33 3 Rendah

4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 3 3 4 3 0 59 2 Sedang

4 4 4 3 3 4 2 3 2 2 4 4 4 4 2 4 3 0 56 2 Sedang

4 4 4 3 2 4 2 2 4 2 3 4 4 2 2 4 3 0 53 2 Sedang

4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 2 4 4 4 2 4 3 0 60 2 Sedang

4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 2 0 60 2 Sedang

4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 62 2 Sedang

4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 64 2 Sedang

4 4 4 4 3 3 2 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 62 2 Sedang

4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 2 4 66 2 Sedang

4 4 4 4 2 1 1 1 4 2 2 4 3 4 0 0 0 4 44 2 Sedang

4 4 2 4 3 4 4 3 4 2 4 2 3 4 2 2 2 3 56 2 Sedang

4 4 4 4 2 4 4 4 3 0 2 3 4 4 4 3 4 3 60 2 Sedang

4 4 4 0 0 0 4 4 3 4 4 3 4 4 0 3 4 3 52 2 Sedang

4 4 4 4 4 4 4 4 3 0 2 3 4 0 2 3 4 1 54 2 Sedang

4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4

65 2 Sedang

4 4 3 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 3 3 4 0 61 2 Sedang

4 4 4 4 4 3 3 4 2 1 4 4 4 4 3 2 4 0 58 2 Sedang

4 4 3 4 4 2 1 2 2 2 0 0 0 1 3 2 0 0 34 3 Rendah

4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 3 3 1 3 3 4 1 54 1 Tinggi

4 4 3 4 4 4 4 0 4 4 4 3 4 1 3 3 4 4 61 2 Sedang

4 4 4 4 4 4 4 0 4 4 2 2 4 2 0 3 4 3 56 2 Sedang

4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2 3 2 3 3 4 3 61 1 Sedang

4 4 2 4 4 4 3 4 1 4 2 4 4 4 3 3 4 4 62 2 Sedang

Page 132: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 133: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 134: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 135: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …
Page 136: SKRIPSI HUBUNGAN STRES KERJA, KINERJA DAN …