skripsi lengkap, sri setiyo rahayu
TRANSCRIPT
BUBBLE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SAINS SEDERHANA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK
USIA 4-5 TAHUN DI AREA SAINS DI TK PERTIWI 49 SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Sri Setiyo Rahayu
NIM. 1601408029
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Lita Latiana, M.H. Edi Waluyo, M.Pd.
NIP. 19630417 199903 2001 NIP. 19790425 200501 1001
Mengetahui,
Ketua Jurusan PG PAUD FIP UNNES
Edi Waluyo, M.Pd.
NIP. 19790425 200501 1001
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri
Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian Skripsi,
Ketua, Sekretaris,
Drs. Budiono, M.S. Edi Waluyo, M.Pd.
NIP. 19631209 198703 1002 NIP. 19790425 200501 1 001
Penguji I,
Dr. Sri Sularti Dewanti Handayani, M.Pd.
NIP.19570611 198403 2 001
Penguji II, Penguji III,
Dra. Lita Latiana, M.H. Edi Waluyo, M.Pd.
NIP. 19630417 199903 2 001 NIP. 19790425 200501 1 001
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Lengkap : Sri Setiyo Rahayu
NIM : 1601408029
Jurusan : PG PAUD
Fakultas : Ilmu Pendidikan
Universitas : Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri bukan jiplakan dari karya
orang lain. Pendapat atau temuan dalam skripsi ini dikutip berdasarkan kode etik
ilmiah.
Demikian pernyataan ini untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 2013
Yang menyatakan,
Sri Setiyo Rahayu
NIM. 1601408029
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. “Media pembelajaran sains sederhana sebagai tolok ukur keberhasilan
anak dalam kemampuan berpikir kritis dan kreatif.”
2. ”Pengalaman di waktu kecil akan selalu diingat anak hingga dewasa, maka
kenalkan anak dengan pembelajaran sains sederhana sedini mungkin
sebagai bekal pengetahuannya di hari esok.”
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur
Alhamdulillah kepada Allah SWT, skripsi
ini aku persembahkan untuk :
1. Ibu dan Ayah tercinta yang telah
memberikan doa, cinta, kasih sayang,
semangat dan motivasi.
2. Kakak serta adik-adikku tersayang.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah
memberi semangat dan motivasi.
vi
ABSTRAK
Setiyo Rahayu, Sri. 2013. “Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains Sederhana
untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun di Area Sains
di TK Pertiwi 49 Semarang.” Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing :
I Dra. Lita Latiana, S.H., M.H.,Pembimbing II: Edi Waluyo, M.Pd.
Kata Kunci: Pembelajaran sains, media bubble, kemampuan kognitif
Pembelajaran sains di TK tetap ada dan terpadu dengan bidang lainnya
dalam setiap tema. Pengenalan dan pembelajaran sains yang dilaksanakan di TK
bersifat integrated learning/pembelajaran terintegrasi, sehingga pembelajaran
sains terintegrasi dengan pengembangan lainnya. Pengembangan pembelajaran
sains pada anak termasuk bidang pengembangan lainnya memiliki peran yang
sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan
sumber daya manusia yang diharapkan. Berbagai gejala alam seperti hujan, angin,
petir, kebakaran, hewan yang beranak, tumbuhan yang berbuah juga menarik
perhatian anak. Objek-objek tersebut dipelajari melalui metode ilmiah yang bagi
anak TK perlu disederhanakan. Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi
sederhana dapat dilakukan anak. Anak dapat melakukan proses sains lainnya
seperti melakukan pencampuran warna dasar, pengukuran, melakukan klasifikasi,
dan sebagainya. Produk sains untuk anak TK lebih dominan berupa pengetahuan
tentang fakta-fakta dan gejala peristiwa tentang benda-benda alam.
Adapun tujuan penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui cara dan hasil
penggunaan media bubble dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-
5 tahun di TK Pertiwi 49 Semarang. Penelitian ini dilakukan di TK Pertiwi 49
Semarang, dengan mengambil sampel seluruh jumlah anak didik 24 anak
kelompok A. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan antara lain penelitian pra
penelitian, terjun ke lapangan, dan tahap analisis data. Metode pengumpulan data
yang digunakan observasi dan dokumentasi.
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu cara
penggunaan dari media bubble dengan bahan dasar deterjen (rinso), sabun colek
Krim Ekonomi, Lifebouy Handwash, sabun bayi batang merk Cussons sabun bayi
cair merk Sweetzal dan sampo Sunsilk adalah dengan mencampur warna kuning,
merah, atau biru dapat menciptakan warna lain seperti orange, hijau, dan ungu.
Dalam permainan bubble, di dalamnya terdapat unsur kegiatan pencampuran
warna dasar/primer sehingga dapat menghasilkan warna baru, pengukuran
(menakar) deterjen, pengenalan karakteristik zat (cair, padat, dan gas). Proses
pembelajaran dengan menggunakan media Bubble pada anak usia 4-5 tahun di
Taman Kanak-kanak Pertiwi 49 Semarang dapat meningkatkan kemampuan
kognitif baik dalam konsep pengetahuan dan sains maupun konsep bentuk, warna,
ukuran dan pola. Peningkatan kemampuan kognitif anak juga meningkat dari
69,37 % menjadi 78,19 %.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,
hidayah serta inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains Sederhana untuk
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun di Area Sains di TK
Pertiwi 49 Semarang”. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tak langsung.
Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Drs. Harjono, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang, yang telah memberikan izin untuk penelitian.
2. Edi Waluyo, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini, FIP Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan berbagai
kemudahan dalam penelitian ini.
3. Dra. Lita Latiana, M.H., selaku Dosen Pembimbing I dan Edi Waluyo, M.Pd.,
selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh Dosen PG PAUD UNNES yang telah banyak membantu dalam studi
hingga selesainya skripsi ini.
5. Kepala TK Pertiwi 49 Semarang yang telah memberikan izin dalam kegiatan
penelitian.
viii
6. Dewan Guru TK Pertiwi 49 Semarang yang ikut membantu dalam kegiatan
penelitian.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan
dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan dunia pendidikan pada
umumnya, dan dunia pendidikan anak usia dini pada khususnya.
Semarang, 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .............................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
1.5 Sistematika Skripsi ..................................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 12
2.1 Media Pendidikan....................................................................................... 12
2.1.1. Pengertian Media Pembelajaran ............................................................. 12
x
2.1.2. Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran ................................................. 15
2.1.3 Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran ................................. 18
2.1.4 Kriteria Pemilihan Media ........................................................................ 24
2.2. Pengertian Sains ........................................................................................ 26
2.3. Pendekatan Pembelajaran Sains di TK ..................................................... 28
2.4. Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains di TK .................................... 30
2.5. Hakikat Anak Usia Dini ............................................................................ 35
2.5.1 Karakteristik Anak Usia Dini .................................................................. 38
2.5.2 Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun ..................................................... 40
2.5.3 Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ................................................ 43
2.6. Model Pembelajaran Area di TK .............................................................. 61
2.7. Kerangka Berfikir...................................................................................... 63
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN ....................................................... 64
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................... 64
3.2. Desain Penelitian ....................................................................................... 61
3.3. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 65
3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................... 65
3.5 Populasi ...................................................................................................... 66
3.6 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 66
3.7 Metode Analisis Data ................................................................................. 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 69
4.1. HASIL PENELITIAN ............................................................................... 69
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian..................................................................... 69
xi
4.1.2 Cara Penggunaan Media Bubble sebagai Media
Pembelajaran Sains Sederhana ............................................................. 70
4.1.3 Kesimpulan Kumulatif dari Proses Pembelajaran dengan Bubble sebagai
Media Pembelajaran Sains Sederhana .................................................. 97
4.1.4 Hasil Pengamatan Menggunakan Ceklist................................................ 98
4.1.4.1. Minggu Pertama .................................................................................. 99
4.1.4.2 Minggu Kedua ..................................................................................... 104
4.1.5 Hasil Penggunaan Media Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains
Sederhana di TK ..................................................................................... 109
4.1.6 Hasil Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun Di Area Sains ......... 114
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 119
5.1 Simpulan .................................................................................................... 119
5.2 Saran ........................................................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 123
LAMPIRAN ..................................................................................................... 126
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Interval Skor .................................................................................. 68
Tabel 4.1 Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan
Pola Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media
Bubble) .......................................................................................... 99
Tabel. 4.2 Distribusi Frekuensi pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan
Pola Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media
Bubble) .......................................................................................... 100
Tabel 4.3 Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan
Pola Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media Bubble)
....................................................................................................... 102
Tabel. 4.4 Distribusi Frekuensi pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan
Pola kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media Bubble)
....................................................................................................... 103
Tabel 4.5 Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan
Pola Kelompok Pretest (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)
....................................................................................................... 104
xiii
Tabel. 4.6 Distribusi Frekuensi Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan
Pola Kelompok Pretest (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)
....................................................................................................... 106
Tabel 4.7 Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan
Pola Dimensi Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola Kelompok
Pretest (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)................ 107
Tabel. 4.8 Distribusi Frekuensi Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan
Pola Dimensi Konsep Bentuk, Warna, Ukuran Dan Pola Kelompok
Pretest (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)................ 108
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perbandingan Perolehan Skor Kemampuan Kognitif Siswa
Kelompok Posttest dan Kelompok Pretest Minggu Pertama ........ 115
Grafik 4.2 Perbandingan Perolehan Skor Kemampuan Kognitif Siswa
Kelompok Posttest dan Kelompok Pretest Minggu Kedua ........... 117
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Guru memberi penjelasan kepada anak tentang warna dasar (merah,
kuning dan biru) .......................................................................... 72
Gambar 4.2 Anak menuang warna dasar (merah, kuning dan biru) ke dalam gelas
aqua ............................................................................................. 73
Gambar 4.3 Anak menakar deterjen Rinso ..................................................... 73
Gambar 4.4 Anak meniup air deterjen Rinso sehinnga tercipta gelembung .. 74
Gambar 4.5 Lomba membawa piring di atas kepala ...................................... 78
Gambar 4.6 Anak meniup gelembung dengan warna merah dan hijau .......... 85
Gambar 4.7 Anak mencampur warna merah dan kuning ............................... 88
Gambar 4.8 Anak membuat sate buah dengan pola tertentu ............................ 88
Gambar 4.9 Anak meniup air sampo Sunsilk sehingga tercipta bubble .......... 91
Gambar 4.10 Anak menutup gelas aqua dengan kertas HVS .......................... 92
Gambar 4.11 Hasil lukisan bubble dengan warna ungu, hijau dan orange ...... 92
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ....................................................... 126
Lampiran 2 Pedoman Observasi ..................................................................... 127
Lampiran 3 Format Penugasan dan Eksperimen ............................................ 130
Lampiran 4 Format Kegiatan Percakapan ...................................................... 137
Lampiran 5 Format Kegiatan Hasil Karya ...................................................... 141
Lampiran 6 Daftar Nama Anak ..................................................................... 142
Lampiran 7 Jadwal Kegiatan Pembelajaran Kelompok A .............................. 143
Lampiran 8 Rencana Kegiatan Mingguan........................................................ 149
Lampiran 9 Lembar Hasil Evaluasi Minggu Pertama ...................................... 153
Lampiran 10 Lembar Hasil Evaluasi Minggu Kedua ...................................... 156
Lampiran 11 Rencana Kegiatan Harian ........................................................... 158
Lampiran 12 Lembar Pengamatan Data ........................................................... 182
Lampiran 13 Hasil Dokumentasi ..................................................................... 203
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa kanak-kanak merupakan suatu periode pada saat individu mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Banyak ahli menyebut periode ini sebagai
golden age (masa emas) dalam kehidupan seseorang. Pada masa ini, semua aspek
kecerdasan anak dapat dikembangkan dengan baik dan dapat dengan mudah
menerima apa yang disampaikan orang lain. Pada masa ini pula terjadi
pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Mengingat betapa pentingnya periode
kanak-kanak bagi kehidupan seseorang inilah, stimulasi yang tepat sangat
diperlukan. Stimulasi yang tepat ini akan membantu anak-anak tumbuh,
berkembang dan belajar secara maksimal. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap
anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.
Anak usia dini atau anak yang berada pada usia antara 0-8 tahun
merupakan anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk
mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik
maupun psikis yang meliputi perkembangan intelektual, bahasa, motorik, dan
sosio emosional. Usia itu sebagai usia penting bagi pengembangan intelegensi
permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi.
Perkembangan kecerdasan pada masa ini, mengalami peningkatan dari 50%
2
menjadi 80%. Para peneliti menemukan pula bahwa kemampuan belajar manusia
50% ditentukan dalam empat tahun pertama, 30% kemampuan yang lain dicapai
sebelum usia delapan tahun.
Menurut Piaget bahwa siswa Taman Kanak-Kanak berada pada masa pra
operasional. Pada fase ini anak mulai menyadari bahwa pemahaman tentang
benda-benda di sekitarnya yang dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat
simbolik. Fase ini memberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif
anak.
Pendidikan anak TK pada hakikatnya adalah pendidikan untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada pengembangan seluruh dimensi perkembangan anak yang
meliputi kognitif, sosial, emosi, fisik dan motorik.
Secara psikologis anak berkembang secara holistik atau menyeluruh,
artinya terdapat kaitan yang sangat erat antara aspek perkembangan yang satu
dengan aspek perkembangan yang lainnya.
Mata pelajaran sains memang tidak tercantum di dalam kurikulum TK,
tetapi hal ini bukan berarti bahwa sains tidak ada di TK. Sains di TK tetap ada dan
terpadu dengan bidang lainnya dalam setiap tema. Pengenalan sains untuk anak
Pembelajaran sains yang dilaksanakan di TK bersifat integrated
learning/pembelajaran terintegrasi, sehingga pembelajaran sains terintegrasi
dengan pengembangan lainnya. Pengembangan pembelajaran sains pada anak
termasuk bidang pengembangan lainnya memiliki peran yang sangat penting
3
dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya
manusia yang diharapkan.
Berbagai gejala alam seperti hujan, angin, petir, kebakaran, hewan yang
beranak, tumbuhan yang berbuah juga menarik bagi anak. Objek-objek tersebut
dipelajari melalui metode ilmiah yang bagi anak TK perlu disederhanakan.
Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi sederhana dapat dilakukan anak. Anak
dapat melakukan proses sains lainnya seperti melakukan pencampuran warna
dasar, pengukuran, melakukan klasifikasi, dan sebagainya. Produk sains untuk
anak TK lebih dominan berupa pengetahuan tentang fakta-fakta dan gejala
peristiwa tentang benda-benda alam. (diunduh dari http ://www.pengenalan sains
untuk anak TK/Journal.pdf.30 Mei 2012).
Kegiatan pembelajaran sains yang terpenting bagi anak adalah anak
mengerti proses sains, dari proses sains melahirkan pengalaman belajar dan
pembentukan sikap secara simultan dan terpadu. Kegiatan pembelajaran sains
yang cocok untuk pengembangan pembelajaran sains adalah dengan penerapan
keterampilan proses pada setiap tahapnya.
Keterampilan proses sains perlu dimiliki anak agar dapat mengembangkan
pengetahuannya. Tentunya dengan mengenalkan sains pada anak sejak dini sesuai
dengan tahap perkembangan, karena usia dini merupakan usia fundamental bagi
perkembangna individu dan sering disebut golden age/usia emas. Artinya pada
masa kanak-kanak, semua aspek perkembangan anak berlangsung sangat cepat
sehingga pengalaman-pengalaman yang dijalani anak membentuk pengalaman
yang akan dibawa seumur hidup.
4
Berhasil tidaknya proses dan hasil suatu bidang pengembangan (terutama
sains) bagi anak usia dini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antara faktor yang
fundamental yang turut berpengaruh adalah para pengajar dan pendidik sains.
Agar pembelajaran sains pada anak berjalan secara optimal, hendaknya orang-
orang yang terlibat dalam pendidikan sains betul-betul memahami hakekat sains
secara benar, dan memahami hakekat anak secara benar. Pengembangan
pembelajaran sains pada anak usia dini, memiliki peranan yang sangat penting
dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukkan sumber daya
menusia yang diharapkan. Kesadaran pentingnya pembekalan sains pada anak
akan semakin tinggi apabila menyadari bahwa kita hidup dalam dunia yang
dinamis, berkembang dan berubah secara terus-menerus bahkan makin menuju
masa depan, semakin memerlukan sains.
Hakekat sains perlu dikaji, dipelajari dan ditekuni, anak-anak sebagai
generasi yang dipersiapkan untuk mengisi masa depan yang diduga akan semakin
rumit, berat dan banyak problemanya perlu dibekali penguasaan sains yang
memadai, tepat, bermakna dan fungsional. Secara umum pembelajaran sains di
taman kanak-kanak bertujuan agar anak mampu secara aktif mencari informasi
mengenai apa yang ada di sekelilingnya. Selain itu melalui eksprlorasi dibidang
sains anak mencoba memahami dunianya melalui pengamatan, penyelidikan dan
percobaan untuk memenuhi rasa keingintahuannya. Dalam pembelajaran sains
bagi anak bermanfaat untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dan akan
menimbulkan imajinasi-imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat menambah
pengetahuan anak secara alamiah. Apalagi dengan tantangan kehidupan masa
5
depan yang sangat menantang, menuntut semakin strategis bahwa pembekalan
sains bagi anak usia dini menjadi mutlak, sehingga sains pada diri anak muncul
sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran dalam kehidupannya kelak.
(http://www.altaf.blogspot.com/2009/1.artikel. Pengembangan Pembelajaran
Sains Anak Usia TK-B Melalui Seni Rupa.html.)
Menurut Yulianti (2010:18) sains adalah produk. Sebagai produk, sains
adalah sebatang tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik mengenai dunia
fisik alami. Sebagai proses, sains yang mencakup menelusuri, mengamati, dan
melakukan percobaan, sangatlah penting agar anak dapat berpartisipasi ke dalam
proses ilmiah, karena keterampilan yang mereka dapatkan dapat dibawa ke
perkembangan lainnya dan akan bermanfaat selama hidupnya.
Permasalahan yang ada di lapangan dari hasil observasi awal di TK
Pertiwi 49 Semarang adalah bahwa pembelajaran sains dengan keterampilan
proses masih rendah, terutama pada proses dan hasil belajar anak. Kesulitan pada
keterampilan proses sains ini salah satu bersumber dari guru, masih kurang
memanfaatkan media yang ada dalam pembelajaran sains, guru kurang
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan ide atau gagasannya
secara variatif dan original, sehingga jawaban yang dihasilkan anak cenderung
sama, kondisi lain dalam pelaksanaan pembelajaran sains berpusat pada guru
(teacher centered), sehingga pembelajaran monoton dan pada akhirnya anak
merasa bosan.
Untuk menarik minat anak dalam mempelajari sains maka guru harus
mengemas pembelajaran dengan media yang menarik. Proses pembelajaran akan
6
berjalan dengan baik dan produktif apabila guru memiliki kemampuan dalam
menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan. Guru harus memiliki
kemampuan dalam berkomunikasi dalam menyampaikan bahan ajar/tema dengan
menggunakan media dan sumber belajar secara terprogram sejalan dengan
kompetensi pembelajarannya
Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang baik, sarana di TK memegang
peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar pada
dasarnya merupakan proses yang sistematis dan terdiri dari berbagai komponen,
seperti bahan kegiatan, prosedur didaktik (penggunaan metode), pengelompokan
anak didik, dan media pengajaran yang berupa sarana/alat peraga yang digunakan.
Oleh sebab itu TK tanpa sarana yang memadai tidak berfungsi sebagai
lembaga pendidikan yang baik, karena kegiatan belajar mengajari TK dilakukan
melalui prinsip “bermain sambil belajar” atau belajar seraya bermain. Bermain
merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran anak usia
dini. Upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan
dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan strategi, metode, materi/bahan,
media yang menarik, serta mudah diikuti oleh anak. Bermain disesuaikan dengan
perkembangan anak dimulai dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih
besar) ke belajar sambil bermain (unsur belajar lebih besar). Dengan demikian
anak didik diharapkan dapat melakukan berbagai kegiatan yang merangsang dan
mendorong perkembangan kepribadiannya, baik yang mencakup aspek
keterampilan, kognitif, bahasa, emosi maupun sosialnya.
7
Disadari bahwa guru merupakan garda terdepan pendidikan yang langsung
berhubungan dengan anak didik. Sebagai mediator seorang guru dituntut memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan sebagai alat
komunikasi dalam proses pembelajaran. Guru harus terampil memilih,
menggunakan dan mengusahakan media pendidikan serta mampu menjadi
perantara atau (media) dalam hubungan antara siswa dalam proses bermain sambil
belajar sains. Sebagai mediator seorang guru hendaknya mampu mengusahakan/
membuat sumber belajar yang yang berguna dan dapat menunjang tercapainya
tujuan dan proses belajar sains.
Pembelajaran sains di TK perlu didukung dengan dengan berbagai alat
atau media pembelajaran yang kaya, apakah itu berupa alat peraga, alat bermain,
buku atau berupa media pembelajaran lainya. Dewasa ini, alat dan media
pembelajaran yang dapat digunakan semakin kaya dan bervariasi, tidak saja
terbatas pada alat-alat atau benda-benda langsung, tapi juga bisa berupa program
mainan yang ada dikomputer atau berupa film. Disamping dapat memilih dan
memanfaatkan alat-alat atau media-media yang sudah tersedia atau diproduksi
oleh para pelaku bisnis, guru sebenarnya dapat membuat dan menciptakan sendiri
alat-alat yang diperlukan dengan menggunakan bahan-bahan yang murah atau
bahkan barang-barang bekas.
Tidak hanya itu saja, guru TK juga dituntut untuk dapat memilih media
yang sesuai dengan materi maupun dengan kompetensi yang akan dicapai.
Pemilihan media yang tepat juga akan meningkatkan gairah anak TK dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, sehingga tercipta suasana belajara
8
yang kondusif dan menyenangkan sesuai dengan karakteristik anak TK yang pada
dasarnya masih senang bermain.
Penggunaan media yang baik tentu saja tidak lepas dari kemampuan dan
keahlian guru dalam mendesain, membuat dan mengembangkan media
pembelajran. Guru TK dituntut untuk berkreativitas untuk mengatasi hambatan
yang dihadapi dalam proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan
penyampaian pesan yang sulit dimengerti oleh peserta didik jika di terangkan
dengan penjelasan verbal semata.
Salah satu langkah strategis untuk dapat membekali anak secara optimal,
harus didahului dengan memahami karakteristik dan tujuan pendidikan dan
pembelajaran yang akan diterapkan pada anak usia dini termasuk dalam bidang
pengembangan sains untuk anak usia dini. Dengan memahami lingkup dan tujuan
pendidikan sains tersebut akan membantu para pengajar atau orang dewasa
lainnya dalam penguasaan program-program pembelajaran sains untuk anak usia
dini yang dianggap tepat. Untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran sains
yang tepat dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor yang sangat fundamental
adalah para pengajar dan pendidik sains. Untuk mewujudkan pembelajaran sains
pada anak usia dini secara optimal, hendaklah para pengajar/pendidik tersebut
betul-betul memahami hakekat sains secara benar, lebih-lebih yang dikaitkan
dengan karakteristik anak usia dini sebagai sasarannya.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka perlu melakukan penelitian dengan
judul “Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains Sederhana untuk
9
Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun di Area Sains di
TK Pertiwi 49 Semarang.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka masalah yang timbul adalah :
1.2.1. Bagaimana cara pembuatan Bubble sebagai media pembelajaran sains
sederhana untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun
di area sains di TK Pertiwi 49 Semarang?
1.2.2. Apa saja hasil penggunaan Bubble sebagai media pembelajaran sains
sederhana untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun
di area sains di TK Pertiwi 49 Semarang?
1.3. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian yang hendak dilakukan pasti mempunyai tujuan sasaran
yang ingin dicapai. Bertitik tolak dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas
maka penelitian ini mempunyai tujuan :
1.3.1 Untuk mengetahui cara pembuatan Bubble sebagai media pembelajaran
sains sederhana untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-5
tahun di area sains di TK Pertiwi 49 Semarang.
1.3.2 Untuk mengetahui hasil penggunaan Bubble sebagai media pembelajaran
sains sederhana untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-5
tahun di area sains di TK Pertiwi 49 Semarang.
10
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1.4.1 Manfaat atau Kegunaan Teoritis
Diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan dapat
dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam mengkaji aspek-aspek yang terkait
dengan penelitian Studi Eksperimen Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains
Sederhana untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun di
Area Sains di TK Pertiwi 49 Semarang.
1.4.2 Manfaat atau Kegunaan Praktis
1.4.2.1 Bagi Penulis
Dapat mengetahui penggunaan media bubble sebagai media pembelajaran
sains pada TK Pertiwi 49 Semarang.
1.4.2.2 Bagi dunia pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bentuk kontribusi dan upaya untuk
memacu guru/pendidik dalam pelaksanaa pembelajaran terutama dalam
penggunaan media bubble dalam meningkatkan kemampuan dasar kognitif anak.
1.5. Sistematika Skripsi
Secara garis besar penelitian ini diterdiri atas lima bab yaitu Bab I
Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV Hasil
dan Pembahasan, Bab V Penutup. Bab I mencakup latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika skripsi. Bab II
kajian pustaka mengungkapkan teori-teori dan fakta yang dijadikan alasan untuk
berfikir secara ilmiah dalam melakukan kegiatan. Bab III mengulas langkah dan
11
strategi ilmiah yang digunakan untuk mengungkapkan permasalahan penelitian
sehingga hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Bab IV
membahas hasil penelitian untuk membuktikan permasalahan yang dirumuskan
dan merupakan jawaban terhadap permasalahan yang dirumuskan, terdiri atas
hasil dan pembahasan penelitian. Bab V mencakup simpulan dan saran. Simpulan
merupakan pernyataan singkat yang memberikan jawaban atas permasalahan yang
diangkat kedalam penelitian berguna untuk memudahkan pembaca dalam
mengetahui hasil penelitian dan masukan bagi pihak terkait sejalan dengan
temuan yang diperoleh dalam penelitian serta memungkinkan untuk dilaksanakan
oleh pihak-pihak tertentu.
12
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Media Pembelajaran
2.1.1. Pengertian Media Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan guru memang bukan satu-satunya sumber belajar,
walaupun tugas, peranan dan fungsinya dalam proses belajar mengajar sangat
penting. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan
perkembangan masyarakat serta budaya pada umumnya, berkembang pula tugas
dan peranan guru, seiring dengan berkembangnya jumlah anak yang memerlukan
pendidikan. Sumber belajar yang dapat dilihat dalam lingkungan pendidikan
selain guru misalnya buku, radio, majalah, film, bingkai, video, dengan atau tanpa
bantuan alat-alat seperti proyektor dan pesawat radio/video. Bahan dan alat yang
dikenal dengan istilah software dan hardware ini adalah media pendidikan.
Menurut Arief S. Sadiman (2008:11) bahwa proses belajar mengajar pada
hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari
sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber
pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses
komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan
yang ada dalam kurikulum. Dalam proses komunikasi tersebut, guru bertindak
sebagai komunikator (communicator) yang bertugas menyampaikan pesan
pembelajaran (message) kepada penerima pesan (communican), yaitu siswa/anak.
Agar pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dengan
12
13
baik oleh anak maka dalam proses komunikasi pembelajaran tersebut diperlukan
wahan penyalur pesan yang disebut media pembelajaran. Untuk lebih
memperjelas pemahaman mengenai pembelajaran sebagai proses komunikasi,
dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Komunikator Pesan Bahan Ajar
Guru
Media Pembelajaran Komunikan Anak
Gambar 1. Proses Komunikasi Pembelajaran
Peran media dalam komunikasi pembelajaran di Taman Kanak-kanak
semakin penting artinya mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada
masa konkret. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah
kekonkretan, artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara
nyata. Prinsip kekonkritan tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media
sebagai penyampai pesan dari guru kepada anak didik agar pesan/informasi
tersebut dapat diterima atau diserap anak dengan baik.
Dariyanto dalam Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001
kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat
didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi,
yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Berdasarkan
definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses
komunikasi.
14
Menurut Arief S. Sadiman (2008:6), kata media berasal dari bahasa Latin
dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah perantara atau
pengantar. Jadi, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkann pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi.
Dalam situasi pembelajaran di TK terdapat pesan-pesan yang harus
dikomunikasikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari tema atau topik
pembelajaran. Pesan-pesan tersebut disampaikan oleh guru kepada anak melalui
suatu media dengan menggunakan prosedur pembelajaran tertentu yang disebut
metode.
Menurut Oemar Hamalik (1994:12) dalam Edi Waluyo media pendidikan
adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pendidikan
dan pengajaran di sekolah.
Setelah mencermati beberapa pengertian di atas, bahwa media
pembelajaran itu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau
perangkat keras (hardware) dan unsur pesan dibawanya (message/software).
Unsur pesan (software) adalah informasi atau bahan ajar dalam tema/topik
tertentu yang akan disampaikan atau dipelajari anak, sedangkan unsur perangkat
keras (hardware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan
pesan tersebut. Dengan demikian, sesuatu bisa dikatakan media pembelajaran jika
sudah memenuhi dua unsur tersebut.
15
Dari uraian tersebut di atas mengenai definisi media pembelajaran dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Media merupakan peralatan yang digunakan dalam peristiwa komunikasi
dengan tujuan membuat komunikasi lebih efektif.
2. Media pembelajaran merupakan peralatan pembawa pesan atau wahana dari
pesan yang oleh pemberi pesan (guru) untuk diteruskan kepada penerima
pesan (anak didik). Pesan yang disampaikan adalah isi pembelajaran dalam
bentuk tema/topik pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan atau disediakan
oleh guru dimana penggunaannya diintegrasikan ke dalam tujuan dan isi
pembelajaran sehingga dapat membantu dalam meningkatkan kualitas kegiatan
pembelajaran serta mencapai kompetensi pembelajarannya.
Adapun media pembelajaran yang digunakan guru TK untuk
menyampaikan maksud dari tema yang dipelajari pada waktu itu. Dengan
penggunaan media dalam proses pembelajaran di TK, anak-anak akan lebih
tertarik dalam mengikuti kegiatan belajar melalui bermain.
2.1.2. Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran
Masih banyak guru saat ini yang menganggap bahwa peran media dalam
proses pembelajaran hanya sebatas sebagai alat bantu semata dan boleh diabaikan
manakala media itu tidak tersedia di sekolah. Sebagai guru TK yang profesional
harus memiliki pandangan sebaliknya, yaitu bahwa media itu merupakan bagian
integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan
salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri, tetapi salung berhunbungan
16
dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang
diharapkan. Tanpa media maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan
efektif.
Keefektifan proses pembelajaran akan terjadi apabila ada komunikasi
antara sumber pesan (dalam hal ini guru TK) dengan penerima pesan (dalam hal
ini anak). Komunikasi tersebut efektif ditandai dengan adanya area of experience
atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dengan penerima pesan.
Menurut Arief S. Sadiman (2008:17) bahwa media pembelajaran memiliki
nilai-nilai dalam mengoptimalkan pencapaian hasil belajar di TK. Nilai-nilai
media pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut ini :
1. Mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak.
Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit
dijelaskan secara langsung kepada anak bisa dikonkretkan atau
disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran. Misalnya untuk
menjelaskan tentang sistem peredaran darah manusia, arus listrik,
berhembusnya angin, dan sebagainya bisa menggunakan media gambar atau
bagan sederhana. Contoh pemanfaatan nilai media di TK adalah untuk
mengenal gajah, guru menggunakan media gambar jadi tidak harus membawa
gajah ke ruang kelas.
2. Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke
dalam lingkungan belajar. Misalnya guru menjelaskan dengan menggunakan
gambar atau program televisi tentang binatang-binatang buas, seperti harimau.
17
Beruang, gajah, jerapah, atau bahkan hewan-hewan yang sudah punah seperti
dinosaurus, dan sebagainya.
3. Menampilkan objek yang terlalu besar. Melalui media, guru dapat
menyampaikan gambaran mengenai sebuah kapal laut, pesawat udara, pasar,
candi, dan sebagainya di depan kelas. Atau menampilkan objek-objek yang
terlalu kecil, seperti bakteri, virus, semut, nyamuk, dan sebagainya. Contoh,
guru menggunakan miniatur pesawat, kapal dan kereta api untuk mengenalkan
macam-macam kendaraan kepada anak.
4. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat. Dengan menggunakan media film
(slow motion) guru bisa memperlihatkan lintasan peluru, melesatnya anak
panah, atau memperlihatkan proses suatu ledakan. Demikian juga gerakan-
gerakan yang terlalu lambat. Contoh, guru menggunakan media kecambah
yang ditaruh diatas kertas basah untuk mengetahui proses pertumbuhan
kecambah sehingga dapat dapat diamati dalam waktu singkat.
Selain keempat nilai media pembelajaran di atas, masih terdapat nilai-nilai
yang lainnya dari pemanfaatan media pembelajaran, yaitu sebagai berikut ini :
1. Memungkinkan anak berinteraksi secara langsung dengan lingkungannnya.
2. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada
masing-masing anak.
3. Membangkitkan motivasi belajar anak.
4. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpan menurut kebutuhan.
5. Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak bagi seluruh anak.
18
Manfaat dari media juga diungkapkan oleh Nana Sudjana (2010:2), ia
mengungkapkan manfaat media dalam proses belajar siswa antara lain :
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran
yang lebih baik.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengakan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
2.1.3. Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran
Dalam pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber
belajar merupakan komponen dari sistem instruksional di samping pesan, orang,
teknik latar dan peralatan. Pengertian media masih sering diartikan peralatan.
Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam khazanah pendidikan seperti ilmu
cetak-mencetak, tingkah laku (behaviorisme), komunikasi, dan laju perkembangan
teknoligi elektronik, media dalam perkembangannya tampil dalam berbagai jenis
dan format (modul cetak, film, televisi, film bingkai, film rangkai, program radio,
komputer, dan seterusnya) masing-masing dengan ciri-ciri dan kemampuannya
19
sendiri. Dari sini usaha-usaha penataan timbul, yaitu pengelompokan atau
klasifikasi menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya.
Menurut Arief S. Sadiman (2008:27) bahwa media pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu media visual, audio, dan audiovisual.
Berikut ini secara singkat diuraikan dari masing-masing jenis dan karakteristik
media pembelajaran :
a. Media Visual
Media visual adalah media yang menyampaikan pesan melalui penglihatan
pemirsa atau media yang hanya dapat dilihat. Jenis media visual ini nampaknya
yang paling sering digunakan oleg guru TK untuk membantu menyampaikan isi
dari tema pembelajaran yang sedang dipelajari. Media visual terdiri atas media
yang dapat diproyeksikan dan media yang tidak dapat diproyeksikan.
Media visual yang diproyeksikan pada dasarnya merupakan media yang
menggunakan alat proyeksi yang disebut proyektor, gunanya untuk menayangkan
gambar atau tulisan yang akan nampak pada layar (screen). Media proyeksi ini
bisa berbentuk media proyeksi diam, misalnya gambar diam (still picture) dan
proyeksi gerak, misalnya gambar bergerak (motion picture). Alat proyeksi
tersebut membutuhkan aliran listrik dan membutuhkan ruangan tertentu yang
cukup memadai, baik dari segi ukuran maupun intensitas cahaya.
Media visual yang tidak diproyeksikan terdiri atas media gambar
diam/mati, media grafis, media model, dan media realita. Beberapa karakteristik
dari masing-masing media tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
20
1. Gambar Diam atau Gambar Mati
Gambar diam atau gambar mati adalah gambar-gambar yang disajikan secara
fotografik atau seperti fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang,
tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan/isi tema yang
diajarkan. Gambar diam ini ada yang sifatnya tunggal ada juga yang berseri, yaitu
berupa sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
Keuntungan yang bisa diperoleh dari media gambar diam ini, diantaranya adalah:
a. Media ini dapat menerjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi
lebih konkret.
b. Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar, kalender, dan
sebagainya.
c. Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain.
d. Tidak mahal, bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya untuk
pengadaannya.
e. Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua tema.
Ada beberapa kelemahan dari media ini, yaitu terkadang ukuran gambar
terlalu kecil jika digunakan pada kelas besar. Gambar diam juga merupakan media
dua dimensi dan tidak bisa menimbulkan gerak. Contoh media diam di TK adalah
gambar binatang, sayur dan buah-buahan, alfabet, angka, dan gambar pahlawan
nasional.
2. Media Grafis
Media grafis adalah media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang
dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan-pesan pembelajaran.
21
Unsur-unsur yang terdapat dalam media grafis ini adalah gambar dan tulisan.
Media ini dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui
penggunaan kata-kata, angka serta bentuk simbol (lambang). Bila akan
menggunakan media grafis ini harus memahami dan mengerti arti simbol-
simbolnya sehingga media ini akan lebih efektif untuk menyajikan isi tema
kepada anak. Karakteristik media ini, sederhana, dapat menarik perhatian, murah,
dan mudah disimpan dan dibawa. Jenis-jenis media grafis ini diantaranya adalah
grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik. Contoh media grafis di TK
adalah gambar anak membuang sampah dengan tulisan “Buanglah sampah pada
tempatnya” dan gambar rambu-rambu lalu lintas dengan tulisannya.
3. Media Model
Media model adalah media tiga dimensi yang sering digunakan dalam
pembelajaran di TK, media ini merupakan tiruan dari beberapa objek nyata,
seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil,
objek yang terlalu mahal, objek yang jarang ditemukan, atau objek yang terlalu
rumit untuk dibawa ke dalam kelas dan sulit dipelajari wujud aslinya. Jenis-jenis
media model diantaranya adalah model padat (solid model), model penampang
(cutaway model), model susun (build-up model), model kerja (working model),
mock-up dan diaroma. Masing-masing jenis model tersebut ukurannya mungkin
persis sama, mungkin juga lebih kecil atau lebih besar dari objek sesungguhnya.
Contoh media model di TK adalah miniatur binatang, pesawat, mobil, dan truk.
22
4. Media Realita
Media realita merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang
berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada anak.
Realita ini merupakan benda, yang sesungguhnya contoh penggunaan media
realita di TK seperti mata uang, tumbuhan, binatang, yang tidak berbahaya dan
sebagainya.
b. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan anak untuk mempelajari isi tema. Contoh media audio, adalah program
kaset suara dan program radio. Penggunaan media audio dalam kegiatan
pembelajaran di TK pada umumnya untuk melatih keterampilan yang
berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang
auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara
memanfaatkan media lainnya. Contoh media audio di TK adalah tape recorder
dan radio.
Terdapat beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
menggunakan media audio di TK yaitu sebagai berikut :
a. Media ini hanya mampu melayani secara baik mereka yang sudah memiliki
kemampuan dalam berpikir abstrak, sedangkan kita mengetahui bahwa anak
TK masih dalam proses berpikir konkret kepada berpikir abstrak. Oleh karena
itu, media audio untuk anak TK, kita perlu melakukan berbagai modifikasi
yang dalam menggunakan disesuaikan dengan kemampuan anak.
23
b. Karena sifatnya yang auditif jika ingin hasil belajar yang dicapai anak lebih
optimal, diperlukan juga pengalaman-pengalaman secara visual. Kontrol
belajar bisa dilakukan melalui penguasaan perbendaharaan kata-kata, bahasa,
dan susunan kalimat.
c. Media Audiovisual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi dari media audio
dan media visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan
media audiovisual ini maka penyajian isi tema kepada anak akan semakin lengkap
dan optimal. Selain itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan
peran dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyampai
materi karena penyajian materi bisa diganti oleh media. Peran guru bisa beralih
menjadi fasilitator belajar, yaitu memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar.
Contoh dari media audiovisual ini diantaranya program televisi/video pendidikan
/instruksional, program slide suara, dan sebagainya.
Maksud dari media pembelajaran sederhana adalah jenis media yang
memiliki ciri-ciri mudah dibuat, bahan-bahannya mudah diperoleh, mudah
digunakan, serta harganya relatif murah. Jenis media yang dapat diklasifikasikan
ke dalam media pembelajaran sederhan, yaitu meliputi jenis media visual yang
terdiri atas media gambar diam (still picture), kelompok media grafis, media
model, dan media realita. Contoh penggunaan media sederhana di TK adalah
pesawat dari kertas lipat, gambar binatang yang dibuat sendiri oleh guru dan
bunga dari kertas lipat.
24
2.1.4. Kriteria Pemilihan Media
Perlu diingat bahwa memilih media yang tepat untuk pembelajaran yang
akan dilakukan pada dasarnya merupakan proses pengambilan keputusan dari
berbagai alternatif (pilihan) yang ada. Guru bisa menentukan media yang akan
digunakan apabila terdapat berbagai media yang dapat diperbandingkan,
sedangkan apabila hanya tersedia satu jenis media pembelajaran atau jumlahnya
sangat terbatas maka tidak bisa memilih, atau dengan kata lain hanya dapat
menggunakan media apa adanya.
Menurut Arief S. Sadiman (2008:85) dalam merencanakan dan memilih
media pembelajaran harus disesuaikan dengan:
1. Perencanaan pembelajaran di TK, yaitu satuan kegiatan mingguan (SKM) atau
satuan kegiatan harian (SKH).
2. Sasaran belajar, yaitu anak yang akan mempelajari tema melalui media
pembelajaran tersebut.
3. Tingkat keterbacaan media, maksudnya apakah media tersebut sudah
memenuhi syarat-syarat teknis, seperti kejelasan gambar dan hurufnya,
pengaturan warna, ukuran, dan sebagainya.
4. Situasi dan kondisi, misalnya tempat atau ruangan yang dipergunakan untuk
kegiatan pembelajaran, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasinya,
cahayanya, dan sebagainya. Atau kesesuaian dengan keadaan siswanya seperti
jumlah, minat, dan motivasi belajarnya.
5. Objektivitas, maksudnya guru harus menghindari pemilihan media yang
didasari oleh kesenangan pribadi semata (subjektif). Unsur subjektivitas ini
25
agak sulit dihindari. Untuk menghindarinya sebaiknya guru selalu meminta
pandangan, pendapat, saran, atau koreksi dari teman sejawat (guru lain) atau
dari anak.
Dalam memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan
kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Tujuan mengajar
2. Bahan pelajaran
3. Metode mengajar
4. Adanya alat yang tersedia
5. Jalan pelajarannya
6. Penilaian hasil belajr
7. Pribadi guru
8. Minat dan kemampuan siswa
9. Situasi pelajaran yang sedang berlangsung
Menurut Nana Sudjana (2010:4), dalam memilih media untuk kepentingan
pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut :
1. Ketepatan dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas
dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran.
3. Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah
diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.
26
4. Keterampilan guru dalam menggunakannya, apapun jenis media yang
diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses
pengajaran.
5. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat
bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
6. Sesuai dengan taraf berfikir siswa, dalam memilih media pendidikan harus
sesuai dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yang terkandung
didalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
Dengan kriteria pemilihan media tersebut, guru dapat lebih mudah
menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah
tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam kegiatan pembelajaran
jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tetapi harus sebaliknya yakni
mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran.
2.2. Pengertian Sains
Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang pokok bahasannya
adalah alam dengan segala isinya. Hal yang dipelajari dalam sains adalah sebab-
akibat, hubungan kausal dari kejadian-kejadian yang terjadi di alam. Menurut
Powler (dalam Winataputra 1993), sains adalah ilmu yang sistematis dan
dirumuskan dengan mengamati gejala-gejala kebendaan, dan didasarkan terutama
atas pengamatan induksi.
Adapun pengertian sains menurut Neuman (2010:4) dalam Yulianti,
bahwa sains adalah produk dan proses. Sebagai produk, sains adalah sebatang
27
tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik mengenai dunia fisik alami.
Sebagai proses, sains yang mencakup menelusuri, mengamati, dan melakukan
percobaan. Selanjutnya Carin dan Sund dalam Yulianti mendefinisikan sains
sebagai pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum,
dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Aktivitas dalam sains
selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan
keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana, sains dapat juga didefinisikan
sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains. Dengan demikian, sains bukan
hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi
menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Ilmuwan
sains selalu tertarik dan memperhatikan peristiwa alam, selalu ingin mengetahui
apa, bagaimana, dan mengapa tentang suatu gejala alam dan hubungan kausalnya.
Dalam sains, terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap manusia, proses atau
metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Sikap manusia
yang selalu ingin tahu tentang benda-benda, makhluk hidup, dan hubungan sebab-
akibatnya akan menimbulkan permasalahan-permasalahan yang selalu ingin
dipecahkan dengan prosedur yang benar. Prosedur tersebut meliputi metode
ilmiah. Metode ilmiah mencakup perumusan hipotesis, perancangan percobaan,
evaluasi atau pengukuran, dan akhirnya menghasilkan produk berupa fakta-fakta,
prinsip-prinsip, teori, hukum, dan sebagainya.
28
2.3. Pendekatan Pembelajaran Sains di TK
Pembelajaran Sains pada hakikatnya dapat ditanamkan pada anak sedini
mungkin. Selain itu pemahaman anak mengenai sains akan lebih berfungsi, jika
dikembangkan dengan seksama melalui kegiatan pembelajaran di TK.
Menurut Dwi Yulianti (2010:24) pendekatan pembelajaran sains pada
anak usia dini hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip yang berorientasi pada
kebutuhan anak dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Berorientasi pada Kebutuhan dan Perkembangan Anak
Salah satu kebutuhan dan perkembangan anak adalah rasa aman. Oleh
karena itu, jika kebutuhan fisik anak terpenuhi dan merasa aman secara
psikologis, maka anak akan belajar dengan baik. Di smaping itu perlu
diperhatikan siklus belajar anak TK adalah berulang dengan memperhatikan
perbedaan individu. Minat yang tumbuh akan memotivasi belajarnya, sedangkan
anak akan belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak
lainnya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya
dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek
perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak. Tidak terkecuali dalam
pembelajaran sains, minat sains anak dapat dibangkitkan melalui bermain sains
yang dirancang dengan aman untuk anak, dirancang agar anak bisa bersosialisasi
dengan teman, membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu anak.
2. Belajar melalui bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran pada anak-anak usia dini. Untuk itu dalam memberikan pendidikan
29
pada anak usia dini harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga
anak tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Selain menyenangkan,
metode, materi dan media yang digunakan harus menarik perhatian serta mudah
diikuti sehingga anak akan termotivasi untuk belajar.
Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan
dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif
untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan bermain dapat
menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Pembelajaran harus
dirancang sedemikian sehingga melalui bermain anak-anak menemukan konsep
dengan suasana yang menyenangkan dan tidak terasa anak telah belajar sesuatu
dalam suasana bermain yang menyenangkan.
3. Selektif, Kreatif, dan Inovatif
Materi sains yang disajikan dipilih sedemikian rupa sehingga dapat
disajikan melalui bermain. Proses pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi anak untuk
berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya
juga dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijaidkan sebagai objek,
tetapi juga subjek dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan
kreativitas dan inovasi guru dalam menyusun kegiatan pembelajaran sains.
Kegiatan belajar di TK dirancang untuk membentuk perilaku dan
mengembangkan kemampuan dasar yang ada dalam diri anak Taman Kanak-
Kanak, dalam pelaksanaan pembelajaran sains harus disesuaikan dengan tahap-
30
tahap perkembangan anak. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sains di
TK, guru harus memahami dan menguasai metode pembelajaran sains yang
digunakan. Dengan menguasai metode pembelajaran sains, diharapkan tujuan
pendidikan di TK yaitu untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif,
bahasa, sosial-emosi, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai
agam dapat tercapai secara terpadu optimal.
Menurut Suyanto (2005:158) dalam Dwi Yulianti pengenalan sains untuk
siswa Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal, dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan sebagai berikut :
a. Eksplorasi dan investigasi, yaitu kegiatan untuk mengamati dan menyelidiki
objek dan fenomena alam.
b. Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan
pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan hasil pengamatan, dan
sebagainya.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan mau melakukan kegiatan
inkuiri atau penemuan.
d. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur, maupun
fungsinya.
2.4. Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains di TK
2.4.1 Pengertian Bubble atau Gelembung
Dalam penelitian ini kata bubble merupakan kata asing, tapi dalam istilah
Indonesia gelembung adalah balon sabun yang diisi dengan udara dan terlihat
31
indah. Namun, hanya dapat dinikmati keindahannya dalam waktu yang tidak lama
karena gelembung sabun ini ringan dan sangat rapuh. Ketika meniup gelembung
sabun, angin dengan kecepatan rendah pun akan menerbangkan gelembung sabun
tersebut. Jika meniup gelembung ke udara di dalam ruangan, maka akan segera
jatuh dan hilang bahkan sebelum sampai ke lantai. Karena gelembung sabun
sangat ringan, maka akan dapat melayang di udara yang hanya sedikit lebih padat
daripada udara yang mengisi mereka. (http://dimas-
ardian.blogspot.com/2009/08/bermain-gelembung-sabun_31.html)
Menurut Guerrier seorang guru kelompok bermain bahwa media Bubble
atau gelembung adalah salah satu kegiatan pembelajaran sains sederhana dari
permainan gelembung sabun yang memungkinkan anak untuk melihat hasil
percobaan secara langsung. Anak dapat melihat dan mempraktekkan kegiatan
secara langsung seperti (meniup menggunakan sedotan) dapat menimbulkan
reaksi pada lukisannya (terciptanya gelembung). Pada saat anak meniup air sabun,
mereka dapat membuat bentuk gelembung dengan cara menekan kertas sehingga
tercipta suatu lukisan. (http://www.colorsforearth.com/PDF-
Files/Classroom/BubblePainting.pdf.)
Bubble atau gelembung merupakan salah satu media pembelajaran sains
yang bertujuan merangsang anak untuk berfikir tentang bahan-bahan dan karakter
gelembung. Pengalaman seperti ini akan membuat anak mulai memahami bahwa
udara menempati ruang, walaupun tidak terlihat nyata. Kegiatan ini dapat
meningkatkan perkembangan kognitif dan motorik anak usia dini. Pengalaman
32
yang diperoleh anak dari dapat menambah kemampuan bereksplorasi yang
penting untuk perkembangan kognitif anak.
Merangsang kreativitas dan perkembangan kognitif anak dengan media
Bubble menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat
memperluas wawasan anak tentang sains sederhana pada saat tahap
perkembangan kemampuan menganalisa, berkomunikasi dan memecahkan
masalah.
Selain manfaat di atas, anak dapat mengembangkan kemampuan motorik
halusnya ketika melakukan kegiatan Bubble atau gelembung dengan cara
mengontrol tangan, mulut, dan tenggorokan. Meniup dengan sedotan untuk
mengontrol pernapasan, memegang sedotan melatih kemampuan mencengkeram
yang pada dasarnya cukup sulit dilakukan untuk tangan kecil anak.
Dalam permainan Bubble, di dalamnya terdapat unsur kegiatan
pencampuran warna dasar/primer sehingga dapat menghasilkan warna baru,
pengukuran (menakar) deterjen, pengenalan karakteristik zat (cair, padat, dan
gas).
Mencampur warna kuning, merah, atau biru dapat menciptakan warna lain
seperti orange, hijau, dan ungu. Melalui pencampuran warna ini anak dapat
menjelaskan warna apa yang digunakan dan warna apa yang tampak pada kertas.
Hal ini dapat menjadi dasar pengetahuan anak tentang warna primer dan warna
sekunder. Mencampurkan satu warna dengan warna yang lain dapat menciptakan
warna baru.
33
2.4.2 Cara Pembuatan Media Bubble
Sabun dan deterjen adalah bagian integral dari produk rumah tangga.
Sementara itu, anak-anak suka mandi busa, mereka pasti akan menyukai ide
membuat gelembung sabun di rumah, tanpa membeli sesuatu dari luar. Cara
membuat gelembung dengan sabun cuci piring atau sampo, hal yang menarik
untuk belajar. Langkah-langkah untuk membuat bubble atau gelembung adalah
sebagai berikut :
1. Air 1 ember, dibagi menjadi 3 dalam wadah yang lumayan besar.
2. Deterjen merk Rinso, sabun colek Krim Ekonomi, sampo, sabun batang, sabun
pencuci tangan/handsoap dan sunlight.
3. Pewarna makan atau cat berbahan dasar air yang tidak beracun 3 warna
(merah, biru dan kuning).
4. Gelas aqua
5. Sedotan
6. Kertas HVS
7. Serbet
8. Pengaduk dari kayu
9. Sendok teh/sendok kecil
Sebelum kegiatan dimulai, ibu guru mengkondisikan anak terlebih dahulu.
Kemudian mengajak anak ke area sains untuk melakukan percobaan dengan
media bubble/bermain gelembung sabun.
Langkah-langkah percobaan ini adalah :
1. Membagi air putih ke dalam tiga wadah yang sama besar.
34
2. Kemudian memasukkan 3 botol pewarna makanan ke dalam wadah yang telah
berisi air putih dengan masing-masing warna merah, kuning dan biru.
3. Mengaduk air yang sudah dicampur pewarna dengan pengaduk kayu.
4. Setelah itu masing-masing anak mengambil gelas aqua dan menakar air yang
sudah diberi pewarna dengan takaran ¼ gelas warna merah, biru atau kuning
sesuai petunjuk guru.
5. Kemudian anak mengambil warna lain, misal merah+kuning supaya menjadi
warna orange, biru+kuning supaya menjadi warna hijau dan warna merah biru
supaya menjadi warna ungu dengan takaran yang sama yaitu ¼ gelas aqua.
6. Setelah campuran warna dasar dibuat, anak memilih salah satu (sabun colek
krim ekonomi/sabun cair/sabun batang/handsoap/sampo/deterjen rinso)
masing-masing percobaan dengan sendok teh/sendok kecil dengan 3 takaran,
kemudian diaduk dengan kayu pengaduk.
7. Setelah diaduk larutan deterjen tersebut ditiup menggunakan sedotan sampai
berbusa dan busa tersebut meluap sampai keluar dari gelas.
8. Kalau busa yang dihasilkan sudah meluap, gelas segera ditutup dengan kertas
HVS dan ditunggu selama kurang lebih 3 menit dan sedotan ditaruh di atas
serbet.
9. Menunjukkan cara meletakkan kertas HVS di atas mangkuk kepada anak.
Membiarkanya selama beberapa detik, bentuk gelembung aka terlihat dari
balik kertas HVS.
10. Anak mengangkat kertas tersebut dan melihat motif hasil hasil yang ada pada
kertas tersebut.
35
11. Setelah gambar gelembung mengering, dorong anak untuk mendiktekan
beberapa kalimat mengenai gelembung dan membentuk gambar dari lukisan
gelembungnya tersebut.
12. Meminta anak untuk membuang sedotan setelah mereka melukis gelembung.
(http://www.colorsforearth.com/PDF-Files/Classroom/BubblePainting.pdf.)
2.5. Hakikat Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia
ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian anak. Menurut Yuliani Nurani (2009:54) bahwa anak usia dini adalah
anak berada pada rentang usia 0-8 tahun, dimana pada masa ini anak sedang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Hampir 80%
kecerdasan anak mulai terbentuk, tahap awal pertumbuhan dan perkembangan
anak dimulai pada masa prenatal. Selanjutnya Montessori dalam Hainstock (1999
:10-11) yang dikutip Yuliani bahwa masa usia dini disebutkan sebagai “masa
peka”, yang merupakan masa munculnya berbagai potensi tersembunyi (hidden
potency) atau suatu kondisi dimana suatu fungsi jiwa membutuhkan rangsangan
tertentu untuk berkembang. Anak usia dini atau anak yang berada pada usia antara
0-6 tahun merupakan anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan
untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik
maupun psikis yang meliputi perkembangan intelektual, bahasa, motorik dan
sosio emosional.
Beberapa hakikat anak usia dini yang dapat dipahami antara lain :
1. Setiap anak adalah pribadi yang unik.
36
Tidak ada satu anak pun di dunia ini yang mempunyai jasad dan
fikiran serta persaan yang sama, sekalipun keduanya adalah kembar siam.
Setiap anak akan menunjukkan pola pandangan, sikap serta perilaku yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pandangan, sikap dan perilaku anak
akan dipengaruhi oleh keadaan komponen hidup yang dimilikinya.
Berdasarkan kondisi ini, guru akan menjumpai berbagai ragam keunikan anak
yang sangat indah dalam proses belajar mengajar.
Ada anak yang mempunyai sifat pendiam, ada yang agresif dan tidak
mau diam, ada anak yang pemalu, pemberani, pemarah, kemampuan
berbahasanya baik tetapi keterampilan motorik halusnya kurang baik, ada
anak yang jasmaninya sangat baik tetapi daya pikirnya kurang baik, dan
banyak lagi yang tidak dapat dihitung satu persatu. Ragam keunikan tersebut
harus mampu diantisipasi dan dihadapi guru pada waktu sebelum, ketika dan
setelah melaksanakan pembelajaran.
2. Anak berkembang secara bertahap
Setiap anak mengalami suatu proses perubahan pada berbagai aspek
atau dimensi (seperti bahasa, motorik, daya pikir, minat). Perubahan pada
berbagai aspek tersebut berlangsung secara teratur dan progresif (menuju ke
arah yang lebih maju, lebih baik atau lebih sempurna). Keteraturan berbagai
perubahan itu dapat diamati dari adanya perubahan yang berlangsung secara
bertahap pada setiap anak.
Selain itu anak juga memiliki dan menunjukkan tempo serta irama
perkembangannya sendiri-sendiri. Ada anak yang cepat mampu memahami
37
dan melaksanakan perintah serta tugas yang diberikan guru. Ada juga anak
yang lambat memahami isi tugas, bahkan perlu memperoleh penjelasan yang
lebih rinci mengenai tugas yang akan dikerjakannya.
3. Anak adalah pelajar yang aktif
Anak bukanlah individu tanpa isi apa-apa (seperti botol kosong). Ia
dilahirkan dengan membawa sejumlah potensi (kemampuan dasar untuk
berkembang) yang harus dikembangkan lebih lanjut. Sebagai contoh anak usia
TK akan muncul suatu potensi (daya) untuk bereksplorasi terhadap lingkungan
sekitar. Potensi bereksplorasi akan terlihat antara lain pada seringnya anak
mengajukan pertanyaan secara spontan, tertarik pada sesuatu yang baru dilihat
serta senang membongkar dan berusaha memasang kembali sesuatu.
4. Anak merupakan suatu sistem energi
Setiap anak dapat dipandang sebagai suatu sistem energi. Bagian-
bagian (komponen) dalam sistem energinya diorganisasikan dalam struktur
tubuh dan mental serta dikoordinasikan dalam berbagai fungsi. Sebagi suatu
sistem, setiap pandangan, sikap, dan perilaku (gerak motorik) anak selalu
berkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya.
Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Mereka memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh
berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Ia sangat aktif, dinamis,
antusias, dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan
didengarnya, serta seolah-olah tidak pernah berhenti belajar.
38
2.5.1. Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berusia dari 0-8 tahun, mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Anak usia dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada masa
bayi rasa ingin tahu ini ditunjukkan dengan meraih benda yang ada dalam
jangkauannnya, kemudian memasukkannnya ke mulutnya. Pada usia 3-4 tahun
anak sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin
tahunya. Anak juga mulai gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih
sangat sederhana.
b. Merupakan pribadi yang unik
Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak
usia dini, setiap anak memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat,
gaya belajar, dan sebagainya. Keunikan ini berasal dari faktor genetik dan
lingkungan. Untuk itu pendidik perlu menerapkan pendekatan individual
dalam menangani anak usia dini.
c. Suka berfantasi dan berimajinasi
Fantasi adalah kemampuan tanggapan baru dengan pertolongan
tanggapan yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan anak untuk
menciptakan objek atau kejadian tanpa didukung data yang nyata (Siti Aisyah,
2008). Anak usia dini sangat senang membayangkan dan mengembangkan
berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata. Bahkan terkadang mereka dapat
39
menciptakan adanya teman imajiner. Teman imajiner itu bisa berupa orang,
benda, ataupun hewan.
d. Masa potensial untuk belajar
Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas.
Karena pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai aspek. Pendidik perlu
memberikan berbagai stimulasi yang tepat agar masa peka ini tidak
terlewatkan begitu saja. Tetapi mengisinya dengan hal-hal yang dapat
mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
e. Menunjukkan sikap egosentris
Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya
sendiri. Anak cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu
terlihat dari perilaku anak yang masih suka berebut mainan, menangis, atau
merengek sampai keinginannya terpenuhi.
f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek
Anak usia dini memiliki rentang perhatian yang sangat pendek.
Perhatian anak akan mudah beralih pada hal lain terutama yang menarik
perhatiannya. Sebagai pendidik dalam menyampaikan pembelajaran
hendaknya memperhatikan hal itu.
g. Sebagai bagian dari makhluk sosial
Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman
sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, mau menunggu giliran, dan mengalah
terhadap temannya. Melalui interaksi siosial ini anak membentuk konsep
40
dirinya. Ia mulai belajar bagaimana caranya agar ia bisa diterima lingkungan
sekitarnya. Dalam hal ini anak mulai belajar untuk berperilaku sesuai tuntutan
dari lingkungan sosialnya karena ia mulai merasa membutuhkan orang lain
dalam kehidupannya.
Selain karakteristik yang unik tersebut perlu ada perhatian pada titik kritis
perkembangan yang perlu diperhatikan pada anak usia dini. Titik kritis itu
meliputi :
a. Membutuhkan rasa aman, istirahat dan makanan yang bergizi.
b. Menirukan sesuatu hal yang dilihat dan didengarnya.
c. Membutuhkan latihan dan rutinitas.
d. Selalu banyak bertanya dan menginginkan jawaban.
e. Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
f. Membutuhkan pengalaman langsung.
g. Trial and error menjadi hal pokok dalam belajar.
h. Bermain merupakan dunia anak-anak.
Sebagai pendidik anak usia dini dan juga sebagai orang tua kita perlu
mengetahui karakteristik anak sehingga kita bisa mendukung perkembangan anak
secara optimal. (http://wahyuti4tklarasati.b;ogspot.com/2011/11/karakteristik-
anak-usia-dini.html).
2.5.2. Karakteristik Anak Usia 4-5 Tahun
Karakteristik anak pada usia ini, anak mempergunakan ketrampilan gerak
dasar (berlari, berjalan, melompat dan sebagianya) sebagai bagian dalam
permainan mereka. Mereka masih sangat aktif, tetapi lebih bertujuan dan tidak
41
terlalu mementingkan untuk bisa beraktivitas sendiri. Biasanya mereka sudah
berhasil menguasai berbagai ketrampilan baru dengan baik, seperti merangkak
maju dan mundur, dan melompat dengan satu kaki. mereka masih
menikmati belajar hal dengan melakukannya sendiri. Kebanyakan mereka mampu
memakai dan melepas baju sendiri, mengancingkan dan melepaskan kancing baju,
kecuali memakai sepatu. Bisa melakukan kegiatan harian dengan cepat mereka
bersedia mengambil resiko untuk mencapai tujuannya.
a. Karakteristik Sosial
Peningkatan dalam permainan kelompok terjadi pada usia ini, meskipun
jumlah anak dalam kelompok permainan masih kecil, mereka mampu
berkomunikasi lebih baik dengan anak lain, manambahkan angka angka baru
dengan lebih mudah dan senang. Pada usia ini anak lebih menikmati permainan
situasi “kehidupan nyata”. Anak bermain bersama dengan saling memberi dan
menerima arahan. Anak mulai mampu berbagi dan bergiliran dengan inisiatif
mereka sendiri. Anak menjadi sosialis.
b. Perkembangan Emosional
Anak usia 4-5 tahun lebih mampu menggunakan bahasa untuk
mengartikan tindakan tindakan fisik, di dalam situasi konflik. memahami
peraturan dengan lebih baik, bahkan sering menuntut orang atau teman lain untuk
matuhi aturan tersebut. Bahkan terkadang menetapkan peraturan tersebut terhadap
orang lain., meskipun dia sendiri tidak melaksanakannya. Anak mulai mencari
dukungan kepada kelompok san teman temannya. Dia tidak lagi tergantung
kepada orang lain untuk persetujuan dan pengakuan dirinya.
42
c. Kemampuan Kognitif
Bahasanya telah berkembang, anak mampu menangani secara lebih efektif
denagn ide idenya melalui bahasa dan mulai mampu mendeskripsikan konsep-
konsep yang lebih abstrak. mereka menikmati kemampuannya menggunakan kata
kata dan belajar mengenai makna dan pengaruh dari kata kata tersebut. Anak
dalam usia ini mulai bertanya tentang banyak hal. Kata-kata ‘mengapa’ atau
‘bagaimana’ menjadi sangat penting bagi mereka. Skema obyek dan pemikiran
menjadi semakin besar dan semakin banyak, ketika mereka mendapatkan
pengalaman-pengalaman baru dan mengembangkan pemikirannya. Contoh,
konsep mereka mengenai waktu menjadi semakin luas. Mereka bisa memahami
hari, minggu, bahkan bulan. Hal-hal tersebut menjadi sesuatu yang bararti bagi
maereka.
d. Catatan untuk Guru dan Orang Tua
Anak usia 4 -5 tahun dapat di gambarkan sebagai “mobil sport” di
bandingkan saat mereka berumur 3 tahun (lebih cepat, tangkas, halus, pamer, dan
gerakan praktis). Mereka membutuhkan lebih banyak tempat dan kebebasan untuk
menguji kemampuan dan ketrampilan baru mereka. Para orang dewasa seharusnya
membantu mereka dalam usahanya mencoba cara-cara baru dan mendukung
mereka dalam proses tersebut.
(http://pgtkdarunnajah.com/2012/04/25/karakteristik-anak-usia-4-5-tahun/)
Selain itu karakteristik anak usia 4-5 tahun adalah :
a. Anak sudah mampu menangani masalah secara lebih efektif dengan ide-
idenya.
43
b. Anak mampu mendeskripsikan konsep-konsep yang bersifat abstrak.
c. Anak selalu banyak bertanya dalam segala hal.
d. Anak mulai menunjukkan hubungan dan kemampuan bekerja sama yang lebih
erat dengan temannya
e. Anak memilih teman berdasarkan kesamaan aktivitas dan kesenangannya.anak
mampu memahami pembicaraan orang lain.
2.5.3. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
2.5.3.1. Pengertian Kognitif
Manusia adalah makhluk Tuhan yang telah diciptakan secara sempurna
dan istimewa, yang telah dikaruniai akal dan pikiran. Melalui akal dan pikiranlah
manusia dapat hidup dan bersosialisasi dengan sesama serta makhluk lainnya.
Kemampuan kognitif ini berisikan akal dan pikiran manusia yang harus
dikembangkan bersamaan dengan kemampuan lainnya (bahasa, sosial-emosional,
moral dan agama).
Pamela Minet dalam Diana mendefinisikan bahwa perkembangan
intelektual adalah sama dengan perkembangan mental, sedangkan perkembangan
kognitif adalah perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari proses berpikir
otak.
Kemampuan kognitif ini berkembang bertahap sejalan dengan
perkembangan fisik dan saraf-saraf yang berada di pusat susunan saraf.
Multiple Intelligences (MI) atau Kecerdasan Majemuk adalah salah satu
teori tentang kecerdasan yang dikenalkan oleh Dr. Howard Gardner. Teori
44
kecerdasan majemuk dikembangkan berdasarkan pada pandangan bahwa pada
teori kecerdasan yang telah dikembangkan sebelumnya hanya melihat kecerdasan
manusia dari sisi linguistik dan logika matematika, sedangkan sisi kecerdasan
manusia yang lain tidak dilihat.
Gardner memandang kecerdasan manusia berdasarkan berbagai peranan
yang terdiri dari kemampuan untuk menyelesaikan masalah, atau menciptakan
produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya masyarakat.
Sudut pandang baru tentang kecerdasan ini diyakini lebih manusiawi dan lebih
dapat dipercaya dibandingkan dengan teori kecerdasan sebelumnya.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Gardner dan timnya, maka Gardner
mendapatkan 7 kecerdasan. Pada individu normal suatu kecerdasan ini tidak
berdiri sendiri, tetapi selalu berfungsi bersama-sama dengan kecerdasan yang lain.
Namun, biasanya pada seseorang akan memiliki beberapa kecerdasan yang
terlihat menonjol. (http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1958683-
multiple-intelligences-kecerdasan-majemuk-teori/#ixzz2L9ANmYPU.
2.5.3.2. Teori Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
2.5.3.2.1. Pengertian Kognitif Menurut Piaget
Teori yang paling sering digunakan untuk menjelaskan perkembangan
kognitif manusia adalah teori perkembangan yang dikemukakan oleh Jean Piaget,
seorang ahli dari Swiss. Menurut Soemiarti Patmonodewo (2003:11) bahwa
Dalam menyusun teorinya Piaget banyak dipengaruhi oleh ilmu biologi dan
epistemologi. Sebelum Piaget, pandangan psikologi terhadap perkembangan
45
kognitif anak didominasi oleh perspektif biologi-maturasi, yang memberikan
pengaruh “alam” (nature) pada perkembangan, dan perspektif lingkungan belajar,
yang memberikan bobot hampir sepenuhnya pada pengaruh “pengasuhan”
(nurture).
Sebaliknya, Piaget dalam Catron dan Allen yang dikutip oleh Yuliani
(2009 :58) berfokus pada interaksi antara kemampuan naturasi alami anak dan
interaksinya dengan lingkungan. Piaget memandang anak sebagai partisipan aktif
di dalam proses perkembangan biologis atau rangsang-rangsang eksternal. Piaget
memandang anak mencari jawaban dengan melakukan eksperimen terhadap dunia
untuk mengetahui apa yang terjadi.
2.5.3.2.2. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Perkembangan kognitif berpusat pada perkembangan cara penerimaan dan
mental anak. Menurut Piaget (1999 : 10) anak-anak mencoba berusaha memahami
hal-hal baru untuk mengembangkan pola pikir anak dan jika pemahaman anak
tidak tercapai, maka anak akan berusaha untuk menyesuaikannya dengan cara
membatasinya.
Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya
perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.
Dengan demikian apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka
perkembangan selanjutnya akan mendapat hambatan.
46
Selanjutnya menurut Soemiarti (2003:28), Piaget membagi perkembangan
kognitif ke dalam empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasional,
tahap operasional konkrit, dan tahap operasional formal.
1. Tahap Sensorimotor ( usia 0-2 tahun )
Pada masa dua tahun kehidupannya anak berinteraksi dengan dunia di
sekitarnya terutama melalui aktivitas sensori (melihat, meraba, merasa,
mencium dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerak fisik dan aktivitas
yang berkaitan dengan sensori tersebut.
Selama dalam tahap ini, pengetahuan bayi tentang dunia adalah
terbatas pada persepsi yang diperoleh dari penginderaannya dan kegiatan
motoriknya. Perilaku yang dimiliki masih terbatas pada respon motorik
sederhana yang disebabkan oleh rangsangan penginderaan. Anak
menggunakan keterampilan dan kemampuannya yang dibawa sejak lahir
seperti melihat, menggenggam, dan mendengar untuk mempelajari
lingkungannya.
2. Tahap Praoperasional ( Usia 2-7 tahun )
Pada tahap praoperasional anak mulai menyadari bahwa
pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat
dilakukan melalui kegiatan sensorimotor akan tetapi juga dapat dilakukan
melalui kegiatan yang bersifat simbolik. Kegiatan simbolik ini dapat
berbentuk melakukan percakapan melalui telepon maianan atau berpura-pura
menjadi bapak atau ibu dan kegiatan simbolik lainnya. Tahap ini memberikan
andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada tahap praoperasional
47
anak tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang
dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan
anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.
Tahap ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangun
kemampuan dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu cara berpikir anak
pada tahap ini belum stabil dan tidak terorganisasi dengan baik. Tahap
praoperasional dapat dibagi ke dalam tiga sub tahap fungsi simbolik, sub tahap
berpikir secara egosentris dan intuitif.
Sub tahap fungsi simbolik terjadi pada usia 2-4 tahun. Pada masa ini
anak telah memiliki kemampuan untuk menggambarkan suatu objek yang
secara fisik tidak hadir. Kemampuan ini membuat anak dapat menggunakan
balok-balok kecil untuk membangun rumah, menyusun puzzle dan kegiatan
lainnya. Pada masa ini anak sudah dpat menggambar manusia secara
sederhana. Sub tahap tahap ini juga dikenal dengan sub tahap berpikir
egosentris. Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak
untuk memahami perspektik atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak
benar, bagi anak pada tahap ini ditentukan oleh cara pandangnya sendiri.
Sub tahap berpikir secara intuitif terjadi pada usia 4-7 tahun. Masa ini
disebut tahap berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak kelihatannya
mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok menjadi rumah,
akan tetapi pada hakikatnya ia tidak mengetahui alasan-alasan yang
menyebabkan balok itu dapat disusun menjadi rumah. Dengan kata lain anak
48
belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada
dibalik suatu kejadian.
3. Tahap Operasional Kongkrit (7-12 tahun)
Pada tahap operasional kongkrit kemampuan anak untuk berpikir
secara logis sudah berkembang, dengan syarat objek yang menjadi sumber
berpikir logis tersebut hadir secara kongkrit. Kemampuan berpikir logis ini
terwujud dalam kemampuan mengklasifikasikan objek sesuai dengan
klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan tata urutnya, kemampuan
untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara
deduktif.
4. Tahap Operasional Formal (12 tahun sampai usia dewasa)
Tahap operasional formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir
kongkrit ke cara berpikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat
dari kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan
terjadi, dan melakukan proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis
dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran hipotsis tersebut.
2.5.3.3. Aspek- aspek Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan anak berpikir
dengan penalaran yang semakin canggih seiring dengan bertambahnya usia. Mulai
dari anak yang bersifat alami kemudian memiliki ketertarikan terhadap dunia dan
secara aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka memahami dunia
yang semakin maju. Anak pun akan terus-menerus bereksperimen dengan obyek-
49
obyek yang mereka jumpai. Anak-anak tidak hanya sekedar bereksperimen namun
mereka juga mengumpulkan hal-hal yang telah mereka pelajari kemudian
terisolasi. Piaget mengemukakan bahwa anak-anak mengontruksi keyakinan-
keyakinan dan pemahaman-pemahaman mereka berdasarkan pengalaman
(konstruktivisme).
Menurut teori Piaget dalam Ahmad Rifa’i (2009:29), bahwa pada fase-fase
perkembangan kognitif dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif anak usia
dini berada pada fase/tahap praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu :
1. Berpikir Simbolik
Aspek berpikir simbolik adalah kemampuan untuk berpikir tentang obyek dan
peristiwa walaupun obyek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik
(nyata) di hadapan anak. Contoh anak bermain drama dengan memanfaatkan
balok kayu sebagai telepon.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris yaitu cara berpikir tentang benar atau
benar, setuju atau tidak setuju berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab
itu, anak belum meletakkan cara cara pandangannya di sudut pandang orang
lain. Contoh anak melakukan berbicara sendiri ketika guru orang dewasa/guru
sedang memberikan penjelasan tentang tema kegiatan hari itu tetapi anak
merasa bahwa dirinya itu benar.
3. Berpikir Intuitif
Fase berpikir intuitif yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu,
seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui
50
dengan pasti alasan untuk melakukannya, anak membuat coretan-coretan di
kertas tanpa mengetahui apa yang sedang ditulisnya.
2.5.3.4. Prinsip-Prinsip Perkembangan Kognitif
Dalam memahami dunia secara aktif, anak-anak menggunakan skema
(kerangka kognitif atau kerangka referensi). Sebuah skema (sctrcmal adalah
konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk
mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Skema bisa merentang
mulai dari skema sederhana (seperti skema sebuah mobil) sampai skema
kompleks (seperti skema tentang apayang membentuk alam semesta). Anak usia
enam tahun yang mengetahui bahwa lima mainan kecil dapat disimpan didalam
kotak kecil berukuran sama berarti ia sudah memanfaatkan skema angka atau
jumlah.
Menurut Piaget yang dikutip Achmad Rifa’i (2009:25) bahwa
perkembangan kognitif anak pada hakikatnya merupakan hasil dari proses
asimilasi (assimilation), akomodasi (accomodation) dan ekuilibrium
(aquilibrium).
1. Skema
Skema menggambarkan tindakan mental dan fisik dalam mengetahui
dan memahami objek. Skema merupakan pengetahuan yang membantu
seseorang dalam memahami dan menafsirkan dunianya. Dalam pandangan
Piaget, skema meliputi kategori pengetahuan dan proses memperoleh
pengetahuan.
51
Dalam kehidupan seseorang, dia selalu mengalami sesuatu, dan
informasi yang diperoleh melalui pengalaman itu kemudian digunakan untuk
memodifikasi, menambahkan, atau mengubah skema yang telah dimiliki
sebelumnya. Misalnya, anak memiliki skema mengenai jenis binatang,
misalnya kambing. Apabila anak hanya memilki pengalaman bahwa kambing
itu kecil, maka dia akan menggeneralisasikan bahwa semua kambing adalah
binatang kecil. Namun, seandainya anak itu menghadapi kambing yang besar,
maka anak itu memasukkan informasi baru, memodifikasi skema yang telah
dimiliki, yang pada akhirnya dia dapat mengatakan bahwa kambing itu ada
yang besar dan ada pula yang kecil.
2. Asimilasi dan Akomodasi
Asimilasi berkaitan dengan penyerapan informasi baru ke dalam
informasi yang telah ada di dalam skemata (struktur kognitif) anak. Proses ini
bersifat subjektif, karena seseorang cenderung memodifikasi pengalaman atau
informasi yang agak atau sesuai dengan keyakinan yang telah dimiliki
sebelumnya. Dengan menggunakan contoh tersebut di atas, dengan melihat
kambing kemudian anak itu menamakannya kambing, berarti anak itu telah
mengasimilasikan binatang tersebut ke dalam skema kambing yang ada pada
anak tersebut. Contoh lain pada waktu anak telah mempunyai skema tentang
buah jeruk yaitu bentuknya yang bulat dan namanya. Setelah itu anak tersebut
menggenggam jeruk dan menggigitnya. Pada fase ini terjadi proses asimilasi
yaitu proses penyerapan informasi baru ke dalam informasi yang telah ada di
dalam skema anak, sehingga anak memahami bahwa jeruk harus dikupas dan
52
baru dapat dimakan. Pada tahap ini telah terjadi proses akomodasi karena
pengetahuan anak tentang jeruk telah diperluas, yaitu jeruk kalau akan
dimakan harus dikupas dulu.
Akomodasi merupakan proses mengubah skema yang telah dimilki
dengan informasi baru. Akomodasi itu melibatkan kegiatan pengubahan
skema, atau gagasan yang telah dimiliki karena adanya informasi atau
pengalaman baru. Skema baru itu dikembangkan terus selama dalam proses
akomodasi.
3. Ekuilibrium
Piaget percaya bahwa setiap anak mencoba memperoleh keseimbangan
antara asimilasi dan akomodasi dengan cara menerapkan mekanisme
ekuilibrium. Anak mengalami kemajuan karena adanya perkembangan
kognitif, maka penting untuk mempertahankan keseimbangan antara
menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (asimilasi) dan
mengubah perilaku karena adanya pengetahuan baru (akomodasi).
Ekuilibrium ini menjelaskan bagaimana anak mampu berpindah dari tahapan
berpikir ke tahapan berpikir berikutnya.
Ekuilibrium berkaitan dengan usaha anak untuk mengatasi konflik
yang terjadi dalam dirinya pada waktu ia menghadapi suatu masalah. Untuk
memecahkan masalah tersebut, ia menyeimbangkan informasi yang baru yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapinya dengan informasi yang telah ada
di dalam skematanya secara dinamis. Sebagai contoh pada waktu anak diberi
buah lain yang berkulit, maka anak akan menyeimbangkan pengetahuannya
53
tentang jeruk dengan cara-cara yang harus dilakukannya agar buah tersebut
dapat dimakan.
2.5.3.5. Teori Kognitif Menurut Bruner
Dalam kehidupan, anak dihadapkan kepada persoalan yang menuntut
adanyapemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan merupakan langkah yang lebih
kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan, anak
perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya.
Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam
belajar karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan
masalah mengingat dan berfikir.
Menurut Achmad Rifa’i (2009:31) bahwa Jerome Bruner dalam menyusun
teori perkembangan kognitif memperhitungkan enam hal sebagai berikut ini :
1. Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap
stimulus.
2. Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem
pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita.
3. Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk
mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain, melalui kata-kata atau simbol,
mengenai apa yang telah dikrjakan dan apa yang akan dikerjakannya.
4. Interaksi antara guru dengan siswa adalah penting bagi perkembangan
kognitif.
5. Bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif.
54
6. Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan
menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan, melakukan berbagai
kegiatan secara bersamaan, dan mengalokasikan perhatian secara runtut pada
berbagai situasi tertentu.
Berbeda dengan Piaget, Bruner dalam memahami karakteristik
perkembangan kognitif tidak didasarkan pada usia tertentu. Kemudian
berdasarkan pengamatannya terhadap perilaku anak, Bruner memiliki keyakinan
bahwa ada tiga tahap perkembangan kognitif, yaitu :
Tahap enaktif. Pada tahap ini anak memahami lingkungannya. Misalnya,
tidak ada kata yang membantu orang dewasa ketika mengajar anak berlatih naik
sepeda. Belajar naik sepeda berarti lebih mengutamakan kecakapan motorik. Pada
tahap ini anak memahami objek sepeda berdasarkan pada apa yang dilakukannya,
misalnya dengan memegang, memnggerakkan, memukul, menyentuh dan
sebagainya.
Tahap ikonik. Pada tahap ini informasi dibawa anak melalui imageri. Anak
menjadi tahanan atas dunia perseptualnya. Anak dipengaruhi oleh cahaya yang
tajam, gangguan suara, dan gerakan. Karakteristik tunggal pada objek yang
diamatai dijadikan sebagai pegangan, dan pada akhirnya anak mengembangkan
memori visual.
Tahap simbolik. Pada tahap ini tindakan tanpa pemikiran terlebih dahulu
dan pemahaman perseptual sudah berkembang. Bahasa, logika, dan matematika
memegang peranan penting. Tahap simbolik ini memberikan peluang anak untuk
55
menyusun gagasannnya secara padat, misalnya menggunakan gambar yang saling
berhubungan ataupun menggunakan bentuk-bentuk rumus tertentu.
2.5.3.6. Teori Kognitif Menurut Vygotsky
Tahap perkembangan anak tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila
tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan
utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri
perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan
mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga
umur bukanlah patokan utama.
Menurut Achmad Rifa’i (2009:34) ada tiga konsep yang dikembangkan dalam
teori Vygotsky :
1. Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan
secara developmental.
2. Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus
yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi
aktivitas mental
3. Kemampuan kognitif beraal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar
belakang sosiokultural.
Vygotsky mengemukakan tentang fungsi alat berpikir (tool of the mind)
pada setiap individu berbeda antara satu individu dengan indivisu yang lain.
Melalui alat berpikir yang dimiliki oleh setiap individu inilah perkembangan
kognitif seseorang berkembang sejak usia dini ke usia dewasa.
56
Secara spesifik Vygotsky mengemukakan beberapa kegunaan dari alat
berpikir, diantaranya :
1. Membantu memecahkan masalah
Adanya alat berpikir inilah seseorang akan mampu mencari jalan
keluar terhadap permasalahan yang dihadapinya. Kerangka berpikir yang
terbentuk pada fungsi pikir manusialah yang akan menentukan keputusan yang
diambilnya dalam pemecahan masalah yang dihadapi.
2. Memudahkan dalam melakukan tindakan
Vigotsky berpendapat bahwa dengan alat berpikirnya setiap individu
akan dapat memilih tindakan atau perbuatan yang seefektif dan seefisien
mungkin dalam mencapai tujuan. Kepraktisan dalam bertindak yang sering
kali ditunjukkan oleh seorang anak dalam melakukan suatu aktivitas
merupakan cerminan dari keberfungsian alat berpikirnya.
3. Memperluas kemampuan
Berdasarkan keberfungsian dari alat berpikirlah setiap individu akan
mampu memperluas wawasan berpikirnya melalui berbagai aktivitas untuk
mencari dan menemukan berbagai pengetahuan yang ada di sekitar. Melalui
eksplorasi yang dilakukan anak melalui panca inderanya, maka akan dapat
semakin banyak hal yang ia ketahui.
4. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya
Alat berpikir manusia pada dasarnya akan berkembang secara alamiah
mengikuti apa yang terjadi di lingkungannya. Semakin banyak stimulasi yang
57
diperoleh anak saat berinteraksi dengan lingkungannya, maka semakin cepat
berkembang fungsi pikir.
Vygotsky meningkatkan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental
seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan bukan
sekedar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut
sebagai pendekatan ko-konstruktivisme, yaitu suatu proses mengkonstruksi
pengetahuan baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di
dalamnya. Konsep-konsep penting teori revolusi-sosiokultural adalah hukum
genetik tentang perkembangan (genetic law of development), zona perkembangan
proksimal (zone of proksimal development), dan mediasi.
Vygotsky percaya bahwa proses kognitif tertinggi yang berkembang anak
berada di sekolah adalah saat terjadi interaksi antara anak dan pendidik.
2.5.3.7. Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun
Pengetahuan akan pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting
agar perkembangan anak dapat ditinjau dengan baik. Pertumbuhan seorang anak
memang menyesuaikan dengan usia dan menjadi harapan semua orang tua agar
anak dapat berkembang sesuai dengan usianya. Usia balita lebih membutuhkan
perhatian ekstra dibanding misalnya bayi usia 4-5 bulan. Usia 4-5 bulan lebih
dominan pada perkembangan sensor motorik saja. Namun pada usia 1 hingga 5
tahun merupakan tahap yang sangat penting dalam perkembangan secara
keseluruhan. Perkembangan otak dan kecerdasan. Selain itu, anak akan
58
mengalami pertumbuhan fisik, perkembangan bahasa, emosional, dan kognitif.
Hal ini semakin tampak di usia 4-5 tahun.
Perkembangan kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun yaitu :
1. Mengenal fungsi benda dengan benar
2. Mengelompokkan berdasarkan bentuk, warna, ukuran dan fungsi secara
sederhana
3. Mencocokkan hingga 11 warna
4. Menunjuk hingga 6 warna yang disebutkan,
5. Menyebutkan 3 warna dasar,
6. Mengenal dan menyebutkan bentuk geometri ( lingkaran, persegi, segitiga)
7. Menunjukkan bentuk geometri yang diminta,
8. Memahami konsep banyak-sedikit, besar-kecil, penuh-kosong, ringan-berat,
panjang-pendek, gemuk-kurus,
9. Memahami konsep buka-tutup, depan-belakang, keluar-masuk, atas-bawah
10. Mengklasifikasikan sekitar empat macam benda
11. Mengetahui sedikitnya sembilan fungsi benda
12. Mengerti apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu
13. Menggunakan balok atau benda lain untuk membangun bangunan yang lebih
kompleks.
Kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Pendidikan Anak Usia
Dini yaitu :
1. Pengetahuan Umum dan Sains
59
a. Mengenal benda berdasarkan fungsi ( pisau untuk memotong, pensil untuk
menulis ),
b. Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik ( kursi sebagai
mobil ),
c. Mengenal gejala sebab akibat yang terkait dengan dirinya,
d. Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari ( gerimis, hujan,
gelap, terang, temaram, dsb),
e. Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri
2. Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola
a. Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran,
b. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok
yang sejenis atau kalompok yang berpasangan dengan 2 variasi,
c. Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC,
d. Mengurutkan benda berdasarkan 5 variasi ukuran atau warna.
2.5.3.8. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pada seorang anak tidak serta-merta tumbuh begitu
saja. Setiap anak adalah makhlik yang unik. Hal ini berarti bahwa setiap anak
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perkembangan kognitif pada anak yang
satu dengan yang lain tidak sama. Perbedaan perkembangna kognitif ini tidak
lepas dari beberapa faktor :
2.5.3.8.1. Faktor Hereditas/Keturunan
60
Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli
filsafat. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi
tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan.
2.5.3.8.2. Faktor lingkungan
Jhon Loke berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau
tabularasa. Menurut pendapatnya, perkembangan manusia sangatlah ditentukan
oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat Jhon Loke tersebut perkembangan
taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang
diperolehnya dari lingkungan hidupnya.(http://id.wikipedia.org/wiki/Tabula_rasa)
2.5.3.8.3. Kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan
berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).
2.5.3.8.4. Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi
pembentukan sengaja (sekolah/formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh
alam/informal), sehingga manusia berbuat intelejen karena untuk
mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.
2.5.3.8.5. Minat dan bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya
untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan bakat berarti sebagai
61
kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih
agar dapat tewujud. Bakat seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasannya.
Artinya seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan
cepat mempelajari hal tersebut.
2.5.3.8.6. Kebebasan
Kebebasan yaitu kebebasan manusia berpikir divergen (menyebar) yang
berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan
kebutuhannya.
2.6. Model Pembelajaran Area di TK
Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang
menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan
atau perkembangan pada diri anak. Adapun komponen model pembelajaran
meliputi; konsep, tujuan pembelajaran, materi/tema, langkah-langkah/prosedur,
metode, alat/sumber belajar, dan teknik evaluasi.
Terkait dengan upaya memaksimalkan peran guru dan anak, dewasa ini
pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional memperkenalkan model
pembelajaran di TK dengan pendekatan area. Dalam pembelajaran dengan
pendekatan area, guru dituntut lebih kreatif dan sistematis pada setiap proses
pembelajarannya. Ide dan kreasi guru harus selalu muncul agar tidak
membosankan.
62
Model pembelajaran berdasarkan area pada dasarnya hampir sama dengan
model pembelajaran berdasarkan sudut-sudut kegiatan. Model ini lebih memberi
kesempatan kepada anak didik untuk memilih kegiatan sendiri sesuai dengan
minatnya. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya. Kecuali itu juga
menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak, pilihan-pilihan kegiatan
dan pusat-pusat kegiatan serta peran serta keluarga dalam proses
pembelajaran.(http://paudanakceria.wordpress.com/2011/02/17/model-model-
pembelajaran-di-taman-kanak-kanak.html).
Menurut Yuliani (2009:140), pembelajaran yang berpusat pada anak
memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) kegiatan mengikuti minat dan
keinginan anak, 2) anak mengemukakan pemikiran dan mengidentifikasikan
kegiatannya sendiri, 3) pembelajaran memandang kebutuhan anak sebagai
kebutuhan individu yang unik dan bernilai, 4) pengalaman langsung berpusat pada
anak.
Menurut Coughlin (2000:5) dalam Yuliani, pendekatan yang berpusat
pada anak diarahkan : 1) agar anak mampu mewujudkan dan mengakibatkan
perubahan, 2) agar anak menjadi pemikir-pemikir yang kritis, 3) agar anak
mampu membuat pilihan-pilihan dalam hidupnya, 4) agar anak mampu
menemukan dan menyelesaikan permasalahan secara konstruktif dan inovatif, 5)
agar anak menjadi kreatif, imajinatif dan kaya gagasan, dan 6) agar anak memiliki
perhatian terhadap masyarakat, negara dan lingkungannya.
63
Sepuluh area yang ada yaitu area seni, area balok, area permainan
dramatik, area Ilmu Pengetahuan Alam/sains, area baca, area musik, area
matematika/berhitung, area pasir dan area air, serta kegiatan di luar kelas,
memberikan keleluasaan anak memilih kegiatan yang sesuai dengan bakat dan
minat anak. Kerjasama antara guru dan anak harus selalu terjalin agar penggunaan
sistem area dapat berjalan dengan lancar.
Pembelajaran di area sains/IPA bertujuan untuk menyeimbangkan rasa
ingin tahu alami anak-anak untuk mencari informasi tentang apa yang ada di
lingkungan sekitarnya, dengan melalui proses pengamatan, mengukur,
membandingkan, memperkirakan dan menjelaskan.(http://id.shvoong.com/social-
sciences/education/07/03/2011/kegiatan-dalam-area-yang-dipilih.html.
2.7. Kerangka Berfikir
Media pendidikan di lingkungan pendidikan anak usia dini harus
dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran yang
lebih baik. Sebagai guru pendidikan anak usia dini dituntut untuk memiliki
keahlian dalam memilih dan membuat media pembelajaran. Media Bubble di area
sains adalah sebagai suatu pemanfaatan media dalam proses pembelajaran karena
di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan dan daya upaya yang dilakukan oleh
guru/pendidik baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tentang cara
pembuatan Bubble sebagai media pembelajaran sains dan hasil penggunaan
Bubble sebagai media pembelajaran sains sederhana yang dilakukan di area sains
pada anak usia 4-5 tahun di Area Sains di TK Pertiwi 49 Semarang.
64
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dengan
pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data yang diperoleh di
lapangan yang diolah dengan metode kuantitatif. Setelah diperoleh hasilnya,
kemudian dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh data
yang diolah dengan metode deskriptif tersebut.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian eksperimen semu (sebab dapat dimanipulasikan terhadap variabel
terikat). Dengan desain penelitian menggunakan Pre-experimental Design. Pre-
experimental Design digunakan karena pada kenyataanya sulit mendapatkan
kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Dalam penelitian eksperimen
menekankan adanya langkah-langkah sebagai berikut : 1) adanya permasalahan
yang signifikan untuk diteliti, 2) pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 3) pembuatan atau pengembangan
instrumen, 4) pemilihan desain penelitian, 5) melakukan eksperimen, 6)
melakukan analisis data, dan 7) memformulasikan kesimpulan.
Ada tiga bentuk desain pre-experimental design, dalam penelitian ini yang
digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design yaitu pada design ini
64
65
terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat
diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum
diberi perlakuan..
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi untuk penelitian ini adalah TK Pertiwi 49 Semarang.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media bubble dan variabel
terikatnya adalah perkembangan kognitif anak.
3.4.2 Hubungan Antar Variabel Penelitian
Hubungan antar variabel dapat ditunjukan dalam gambar sebagai berikut,
dimana (x) adalah variable bebas dan (y) adalah variable tergantung.
Keterangan:
Berdasarkan keterangan di atas, variabel-variabel itu adalah:
1. Variabel bebas (X) merupakan Media Bubble. Di dalamnya ada sub variabel,
yaitu cara pembuatan bubble sebagai media pembelajaran sains dan hasil
penggunaan bubble sebagai media pembelajaran sains.
2. Variabel terikat (Y) merupakan perkembangan kognitif anak di TK Pertiwi 49
Semarang. Di dalamnya ada sub variabel, minat/kemauan dalam belajar sains,
melakukan tugas belajar, motivasi anak dalam belajar sains.
Media Bubble
(x)
Perkembangan Kognitif
(y)
66
3.5 Populasi
3.5.1 Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah siswa TK A Pertiwi 49 Semarang tahun
pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 24 siswa.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2009:308). Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik observasi
dan dokumentasi.
3.6.1 Observasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi
Nonpartisipan, peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
(Sugiyono, 2009:145). Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang suatu
masalah, sehingga diperoleh suatu pemahaman atau pembuktian
informasi/keterangan yang diperoleh sebelum dan sesudah dilakukan penelitian di
TK Pertiwi 49 Semarang.
3.6.2 Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2009:240) metode dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, notulen, agenda dan sebagainya.
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah. Dokumen yang ada
dipelajari untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini. Dokumen
67
tersebut digunakan untuk mendapatkan data sekunder yaitu melihat dari raport,
proses penilaian belajar siswa, laporan dan atau berbagai artikel dari , prasasti,
notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.(Arikunto, 2010 :274)
Penelitian ini menggunakan metode ini untuk mendokumentasikan waktu
penelitian dengan cara pengambilan gambar atau foto.
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Teknik Analisis Diskriptif Presentatif
Metode ini digunakan untuk mengkaji deskripsi setiap variabel tersebut
terdiri dari beberapa indikator hasil pengamatan yang tertuang dalam lembar
observasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan teknik analisis
deskriptif adalah sebagai berikut :
1. Membuat Tabel Distribusi Peroleh Skor
Merencanakan skor dengan ketentuan skor yang telah ditetapkan. Untuk skor
yang diberikan oleh responden memiliki jawaban maksimal 3 dan minimal 1.
a. Penghitungan Skor Total
%100xN
nDP
Keterangan :
DP =Prosentase
n = jumlah nilai yang diperoleh
f = frekwensi
N = jumlah nlai maksimum
b. Hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel kategori
68
Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai berikut :
(1) Presentasi tertinggi diterapkan :
x100%mininalskor
maksimalskor
(2) Skor terendah ditetapkan :
x100%maksimalskor
minimalskor
(3) Rentang persentase ditetapkan = 100% -33% = 67%
(4) Kelas interval persentase ditetapkan = 67%:3 = 22%
(5) Membuat tabel interval kognitif anak usia 5-6 tahun
Tabel 3.1 Interval Skor
No Interval presentasi Kategori
1 77,01%-100% Sangat Baik
2 55,01%-77,01% Cukup Baik
3 33,01%-55,01% Kurang Baik
(Riduwan, 2009:89)
69
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
TK Pertiwi 49 Semarang berdiri sejak tanggal 12 Agustus 1996. TK
Pertiwi 49 Semarang berada di bawah pengelolaan Yayasan Harapan Ibu, Dharma
Wanita Pemerintah Kota Semarang, dan selama ini Ibu Pariyah, S.Pd. sebagai
Kepala TK Pertiwi 49 Semarang hingga sekarang. TK Pertiwi 49 Semarang
terletak di Jl. Raya Ngijo No. 2, Kecamatan Gunung Pati, Semarang. Adapun
batas wilayah TK Pertiwi 49 Semarang adalah :
1. Batas sebelah utara : Kantor Kelurahan Ngijo
2. Batas sebelah barat : Jalan Raya Ngijo
3. Batas sebelah timur : Rumah warga
4. Batas sebelah selatan : Persawahan
TK Pertiwi 49 Semarang memiliki luas tanah 200 m2 dan luas bangunan
150 m2, yang terdiri dari 2 ruang kelas, yaitu kelas A dan kelas B.
Jumlah anak didik TK Pertiwi 49 Semarang sebanyak 45 anak, terdiri dari
24 Anak kelompok A dan 21 anak kelompok B. Dari 45 anak tersebut di bawah
pengajaran 3 orang guru, 3 orang guru tersebut terdiri dari Pariah, S.Pd. sebagai
69
70
Kepala TK dan Guru Kelompok A, Reknaningsih, S.T. dan Sri Ismiyati, S.Pd.
sebagai Guru Kelompok B.
4.1.2 Cara Pembuatan Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains
Sederhana
Dalam pembuatan bubble ada berbagai macam cara, yaitu dengan bahan
sabun, buah lerak, Rinso, sabun colek, sabun bayi, sampo dan sabun pencuci
tangan. Dalam penelitian ini, peneliti mengeksperimenkan pembuatan bubble
dengan berbagai bahan dasar sabun, yaitu sebagai berikut :
4.1.2.1 Pelaksanaan Hari Ke Satu
Pembukaan : ibu guru mengkondisikan anak-anak untuk mengikuti
kegiatan upacara bendera. Setelah upacara selesai anak-anak dikondisikan ke
dalam kelas untuk mulai pembelajaran. Anak-anak terlihat menyukai cara guru
dalam menyampaikan informasi kepada mereka. Apersepsi yang berkaitan dengan
materi dan tujuan pembelajaran yang akan diberikan, pembelajaran hari ini
dimulai dengan percakapan tentang makanan dan minuman ciptaan Allah dan
buatan manusia serta fungsi makanan.
Pada kegiatan inti, Ibu guru memberikan penjelasan kepada anak cara
membuat bubble/gelembung dengan bahan dasar deterjen Rinso, tujuan
pembelajaran di hari pertama adalah anak dapat memahami dan menyebutkan
warna dasar (merah, kuning dan biru).
69
71
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan untuk membuat bubble atau
gelembung dengan bahan dasar deterjen Rinso adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan air ember ukuran 5 liter.
2. Baskom dengan diameter 25 cm 3 buah, yaitu baskom merah (A), baskom
kuning (B) dan baskom biru (C).
3. Deterjen merk Rinso.
4. Pewarna makanan berbahan dasar air yang tidak beracun 3 warna (merah, biru
dan kuning) dengan merk Rajawali.
5. Gelas aqua ukuran 200cc.
6. Sedotan.
7. Serbet.
8. Pengaduk dari kayu.
9. Sendok teh.
Sebelum kegiatan dimulai, ibu guru mengkondisikan anak terlebih dahulu.
Kemudian mengajak anak ke area sains untuk melakukan percobaan dengan
media bubble/bermain gelembung sabun dengan bahan dasar deterjen Rinso.
Langkah-langkah percobaan ini adalah :
1. Menyiapkan air putih dalam ember yang berukuran 5 liter kemudian
dimasukkan ke dalam 3 buah baskom merah (A), baskom kuning (B) dan
baskom biru (C) dengan diameter 25 cm sama banyak.
72
2. Kemudian memasukkan 3 botol pewarna makanan ke dalam baskom dengan
warna yang berbeda-beda, baskom merah (A) untuk warna merah, baskom
kuning (B) untuk warna kuning dan baskom biru (C) untuk warna biru.
3. Mengaduk air yang sudah dicampur pewarna dengan pengaduk kayu.
4. Setelah itu masing-masing anak mengambil gelas aqua dan menakar air yang
sudah diberi pewarna dengan takaran ¼ gelas atau sekitar 25cc warna merah,
biru atau kuning sesuai petunjuk guru.
5. Setelah anak memasukkan air berwarna ke dalam gelas kemudian anak
menakar deterjen Rinso dengan sendok teh sebanyak 2 sendok teh dan
mengaduknya dengan pengaduk kayu.
6. Setelah itu anak meniup air deterjen tersebut dengan sedotan sehingga
terbentuk bubble/gelembung yang berwarna-warni.
Setelah semua kegiatan di Area Sains selesai anak-anak latihan Drum
band. Waktu istirahat sekitar 30 menit digunakan anak-anak untuk bermain bebas
dan berinteraksi dengan teman-temannya.
Pada kegiatan ibu guru mengulas kembali kegiatan yang telah dilakukan
dengan memberi pertanyaan kepada anak. Anak dapat menyebutkan warna dasar
seperti merah, kuning dan biru dari percobaan dengan media Bubble tersebut dan
menyebutkan makanan/minuman yang berwarna-warni seperti sirup.
73
Gambar 4.1 Guru memberi penjelasan kepada anak tentang warna dasar (merah,
kuning dan biru)
Gambar 4.2 Anak menuang warna dasar (merah, kuning, dan biru) ke dalam gelas
aqua
74
Gambar 4.3 Anak menakar deterjen Rinso
75
Gambar 4.4 Anak meniup air sabun sehingga tercipta gelembung
Kesimpulan penelitian hari pertama pada proses pembelajaran
menggunakan media Bubble adalah anak dapat mengenal dan menyebutkan warna
dasar seperti merah, kuning dan biru serta dapat menyebutkan minuman yang
berwarna-warni seperti sirup.
4.1.2.2 Pelaksanaan Hari Kedua
Pembukaan : ibu guru mengkondisikan anak-anak untuk berbaris
kemudian masuk kelas. Anak-anak dikondisikan ke dalam kelas untuk mulai
pembelajaran. Anak-anak terlihat ceria, kemudian ibu guru menyampaikan materi
dengan metode bercakap-cakap dengan materi makanan yang mngandung
karbohidrat atau sumber tenaga. Alat peraga yang digunakan adalah gambar nasi,
jagung dan kentang yang telah disediakan oleh ibu guru.
Kegiatan inti : anak-anak sangat bersemangat sekali ketika mereka belajar
dengan media Bubble/gelembung dengan bahan dasar sabun colek Krim Ekonomi.
76
Kegiatan ini mencipta bentuk-bentuk geometri (lingkaran, persegi, segitiga,
persegi panjang, dan kerucut) dari bubble yang tercipta dari hasil tiupan tersebut
pada susunan batang lidi yang dibentuk menjadi bentuk segitiga, persegi dan
persegi panjang.
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan untuk membuat bubble atau
gelembung dengan bahan dasar sabun colek Krim Ekonomi adalah sebagai berikut
:
1. Menyiapkan air dalam ember ukuran 5 liter.
2. Baskom dengan diameter 25 cm 3 buah (baskom merah (A), baskom kuning
(B) dan baskom biru (C).
3. Sabun colek Krim Ekonomi
4. Pewarna makanan berbahan dasar air yang tidak beracun 3 warna (merah, biru
dan kuning) dengan merk Rajawali.
5. Gelas aqua ukuran 200cc.
6. Sedotan.
7. Serbet.
8. Pengaduk dari kayu.
9. Sendok teh.
10. Lidi dengan ukuran 5 cm.
11. Kertas HVS.
Sebelum kegiatan dimulai, ibu guru mengkondisikan anak terlebih dahulu.
Kemudian mengajak anak ke area sains untuk melakukan percobaan dengan
media bubble/gelembung sabun dengan bahan dasar sabun colek Krim Ekonomi.
77
Langkah-langkah pembuatan adalah :
1. Menyiapkan air putih dalam ember yang berukuran 5 liter dimasukkan ke
dalam 3 buah baskom merah (A), baskom kuning (B) dan baskom biru (C)
dengan diameter 25 cm sama banyak.
2. Kemudian memasukkan 3 botol pewarna makanan ke dalam baskom dengan
warna yang berbeda-beda, baskom (A) warna merah, baskom (B) warna
kuning dan baskom (C) warna biru.
3. Mengaduk air yang sudah dicampur pewarna dengan pengaduk kayu.
4. Setelah itu masing-masing anak mengambil gelas aqua dan menakar air yang
sudah diberi pewarna dengan takaran ¼ gelas atau sekitar 25cc warna merah,
biru atau kuning sesuai petunjuk guru.
5. Setelah anak memasukkan air berwarna ke dalam gelas kemudian anak
memasukkan sabun colek Krim Ekonomi 3 colek ke dalam gelas aqua dan
mengaduknya dengan pengaduk kayu hingga sabun coleknya larut.
6. Anak menyusun lidi berukuran 5 cm menjadi segitiga, lingkaran dan persegi.
7. Setelah bentuk geometri tersusun anak siap meniup air sabun, apabila telah
tercipta gelembung yang banyak dan meluap gelembung-gelembung kecil
tersebut di taruh di tengah susunan batang lidi dan tunggu sampai meresap.
8. Setelah meresap kemudian batang lidi diambil dan anak dapat melihat hasil
yang tercipta pada kertas, yaitu gambar bubble bentuk geometri (segitiga,
persegi, dan persegi panjang).
78
Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermain di luar kelas. Farin,
Ilul, dan Rado tetap berada di dalam kelas membatu ibu guru membersikan
peralatan yang telah digunakan.
Kegiatan penutup dilaksanakan dengan memberikan evaluasi hasil
pembelajaran anak-anak dan tanya jawab tentang kegiatan yang telah dilakukan.
Ibu guru memmberi pertanyaan tentang bentuk-bentuk geometri yang dihasilkan
dari permainan bubble dan anak-anak diminta menyebutkan makanan yang
berbentuk geometri, misalnya roti tawar berbentuk persegi, donat berbentuk
lingkaran, dan agar-agar yang berbentuk segitiga.
Kesimpulan penelitian hari kedua pada proses pembelajaran dengan media
bubble adalah bahwa melalui permainan bubble anak dapat menyebutkan bentuk-
bentuk geometri yang tercipta ketika bubble/gelembung ditaruh di tengah susunan
lidi yang berbentuk segitiga, persegi dan persegi panjang.
4.1.2.3 Pelaksanaan Hari Ketiga
Pembukaan : ibu guru mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan
masuk kelas, kemudian berdoa. Lalu anak-anak dikondisikan dalam kegiatan
pembelajaran yang dimulai dengan menyanyi lagu “Apa Kabar Mari
Bergembira”. Kegiatan fisik motorik yang dilakukan adalah lomba membawa
piring di atas kepala. Setelah itu dilanjutkan dengan bercerita sesuai dengan
gambar yang telah disediakan guru, yaitu menceritakan gambar anak yang suka
jajan sembarangan.
79
Gambar 4.5 Anak lomba membawa piring di atas kepala
Kegiata inti : sebelum kegiatan pembelajaran dimulai Ibu guru
mengkondisikan anak-anak dan memberi penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilakukan di Area Sains. Pada penelitian hari ketiga ini anak-anak belajar dengan
media Bubble dengan tujuan dapat menyebutkan bau dari air biasa, air
deterjen(rinso), bau sabun cair Sweetzal, bau sabun colek Krim Ekonomi, bau
sabun cuci tangan Lifebuoy Handwash, bau sabun bayi batang merk Cussons, dan
bau sampo Sunsilk.
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan untuk percobaan ini adalah :
1. deterjen(rinso), sabun cair Sweetzal, sabun colek Krim Ekonomi, Lifebuoy
Handwash, sabun bayi batang merk Cussons, dan sampo Sunsilk.
2. Air 1 ember ukuran 5 liter.
3. Gelas aqua ukuran 200cc.
4. pengaduk kayu.
5. Sendok teh.
80
6. Serbet.
Langkah-langkah percobaan ini adalah :
1. Menyiapkan bahan-bahan seperti, deterjen(rinso), sabun cair Sweetzal, sabun
colek Krim Ekonomi, Lifebuoy Handwash, sabun bayi batang merk Cussons,
dan sampo Sunsilk.
2. Menyiapkan air dalam ember ukuran 5 liter.
3. Kemudian anak mengambil air dan dimasukkan ke dalam gelas aqua ¼ gelas.
4. Anak diberi kesempatan untuk memasukkan deterjen (rinso) 2 sendok teh,
sabun cair sweetzal 2 sendok teh, sabun colek Krim Ekonomi 2 colek,
Lifebuoy Handwash 2 sendok teh, sabun bayi batang merk Cussons yang telah
disisir sebanyak 2 sendok teh dan sampo Sunsilk 2 sendok teh ke dalam
masing-masing gelas berisi air putih yang telah disediakan.
5. Kemuadian air dalam gelas aqua tersebut diaduk dengan pengaduk kayu dan
setelah itu anak bisa mencium satu persatu bau dari masing-masing air sabun
dengan jenis berbeda.
6. Anak menyebutkan perbedaan bau dari masing-masing air sabun dengan
bahan yang bebeda tersebut.
7. Anak dapat meniup air sabun tersebut sehingga tercipta bubble/gelembung.
Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermain dengan temannya dan
makan bekal.
Kegiatan penutup dilakukan dengan mengulas kegiatan yang telah
dilakukan selama sehari dengan tanya jawab. Ibu guru memberi pertanyaan
tentang bahan apa saja yang telah digunakan pada waktu percobaan bubble pada
81
hari itu dan perbedaan bau dari masing-masing air sabun dengan bahan
deterjen(rinso), sabun cair Sweetzal, sabun colek Krim Ekonomi, Lifebuoy
Handwash, sabun bayi batang merk Cussons, dan sampo Sunsilk.
Kesimpulan penelitian hari ketiga dengan media Bubble adalah bahwa
anak dapat mengetahui bahwa air biasa itu tidak berbau, air sabun cair Sweetzal
lebih wangi daripada air deterjen Rinso, air sampo Sunslik lebih wangi daripada
air sabun colek Krim Ekonomi, serta air Lifebuoy Handwash, air sabun bayi
batang merk Cussons, dan air sabun cair merk Sweetzal sama-sama berbau harum.
4.1.2.4 Pelaksanaan Hari Keempat
Pembukaan : Ibu Guru mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan
masuk kelas, kemudian berdoa dilanjut dengan menyanyikan lagu “Tomat Buah
yang Berguna”. Setelah itu ibu guru memberi pertanyaan kepada anak-anak apa
saja makanan yang diciptakan Allah dan buatan manusia. Anak-anak menjawab
dengan jawaban yang sederhana.
Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media
Bubble yaitu anak belajar mengenal tekrtur deterjen (rinso) dan sabun colek krim
Ekonomi yang digunakan pada kegiatan pembelajaran. Selain itu anak juga
belajar mengecap dengan pelepah pisang buah kesukaan (semangka dan
strawberi) serta menghubungkan gambar makanan dengan huruf awalnya (misal,
gambar duku dihubungkan dengan huruf “d”, gambar ikan dihubungkan dengan
huruf “i”). Dalam menghubungkan gambar dengan huruf ada beberapa anak yang
masih belum bisa mengenal huruf.
82
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan pada percobaan hari keempat adalah :
1. Air satu ember ukuran 5 liter.
2. Dertejen Rinso.
3. Sabun colek Krim Ekonomi.
4. Piring kecil berdiameter 8 cm.
Langkah-langkah percobaan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan bahan yang diperlukan seperti deterjen Rinso dan sabun colek
Krim Ekonomi.
2. Menuang 5 sendok teh deterjen Rinso dan 5 colek sabun colek Krim Ekonomi
ke dalam piring berdiameter 8 cm.
3. Setelah kedua bahan ditaruh di atas piring, ibu guru menyuruh anak untuk
meraba dan meremas masing-masing bahan tersebut.
4. Kemudian anak disuruh menyebutkan tekstur dari deterjen Rinso dan sabun
colek Krim Ekonomi.
5. Setelah itu dalam piring tersebut ditetesi air sekitar 10 sendok, anak
mengamati bahan mana yang lebih cepat larut.
6. Kemudian anak menambah air ke dalam piring tersebut, kemudian meniupnya
dan membandingkan gelmbung yang dihasilkan paling banyak.
Kegiatan penutup dilakukan dengan mengulas kembali kegiatan yang telah
dilakukan. Guru memberi pertanyaan kepada anak tentang tekstur deterjen Rinso
dan sabun colek Krim Ekonomi, bahan mana yang lebih cepat larut dan
menghasilkan bubble/gelembung banyak. Anak dapat menjawap pertanyaan Ibu
guru dengan baik bahwa deterjen Rinso bertekstur kasar dan terasa panas di
83
tangan dan sabun colek Krim Ekonomi bertekstur lembek dan lembut, derterjen
Rinso lebih cepat larut di dalam air daripada sabun colek Krim Ekonomi yang
dalam proses pelarutannya harus diaduk-aduk terlebih dahulu sampai benar-benar
hilang sabunnya dan yang terakhir anak dapat menyebutkan gelembung yang
dihasilkan paling banyak pada deterjen Rinso.
Kesimpulan penelitian hari keempat pada proses pembelajaran di area
sains adalah bahwa anak dapat mengetahui dan menyebutkan deterjen Rinso
bertekstur kasar dan terasa panas di tangan dan sabun colek Krim Ekonomi
bertekstur lembek dan lembut, derterjen Rinso lebih cepat larut di dalam air
daripada sabun colek Krim Ekonomi yang dalam proses pelarutannya harus
diaduk-aduk terlebih dahulu sampai benar-benar hilang sabunnya dan yang
terakhir anak dapat menyebutkan gelembung yang dihasilkan paling banyak pada
deterjen Rinso.
4.1.2.5 Pelaksanaan Hari Kelima
Pembukaan : Ibu guru mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan
masuk kelas. Nugi, adalah salah satu anak yang menangis tidak mau ditinggal
sama ibunya. Tapi setelah dibujuk akhirnya Nugi mau masuk kelas juga. Ibu guru
mengajak anak-anak untuk berdiri dan melambaikan tangan serta meliukkan
badan menirukan pohon tertiup angin.
Kegiatan inti : di area Sains anak-anak masih belajar dengan media Bubble
dengan bahan dasar Sabun batang merk Cussons. Inti dari percobaan ini adalah
anak diminta untuk menceritakan kembali ketika air sabun batang merk Cussons
ditiup dengan sedotan, mengelompokkan makanan ciptaan Tuhan dan buatan
84
manusia, serta melakukan percobaan benda-benda yang dapat ditarik magnet
(kunci, peniti, staples, kertas, sedotan, paku kecil, gunting, dan penggaris).
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan air dalam ember ukuran 5 liter.
2. Sabun batang merk Cussons yang telah disisir.
3. Baskom dengan diameter 25 cm 3 buah, yaitu baskom merah (A), baskom
kuning (B) dan baskom biru (C).
4. Pewarna makanan berbahan dasar air yang tidak beracun 3 warna (merah, biru
dan kuning) dengan merk Rajawali.
5. Gelas aqua ukuran 200cc.
6. Sedotan.
7. Serbet.
8. Pengaduk dari kayu.
9. Sendok teh.
Langkah-langkah pembuatan bubble/gelembung dengan bahan dasar
Sabun batang merk Cussons :
1. Menyiapkan air putih dalam ember yang berukuran 5 liter dimasukkan ke
dalam 3 buah baskom merah (A), baskom kuning (B) dan baskom biru (C)
dengan diameter 25 cm sama banyak.
2. Kemudian memasukkan 3 botol pewarna makanan ke dalam baskom dengan
warna yang berbeda-beda, baskom merah (A) untuk warna merah, baskom
kuning (B) untuk warna kuning dan baskom biru (C) untuk warna biru.
3. Mengaduk air yang sudah dicampur pewarna dengan pengaduk kayu.
85
4. Setelah itu masing-masing anak mengambil gelas aqua dan menakar air yang
sudah diberi pewarna dengan takaran ¼ gelas atau sekitar 25cc warna merah,
biru atau kuning sesuai petunjuk guru.
5. Setelah anak memasukkan air berwarna (misal merah, kuning atau biru) ke
dalam gelas kemudian anak menakar sabun batang merk Cussons yang telah
disisir dengan sendok teh sebanyak 2 sendok teh dan mengaduknya dengan
pengaduk kayu hingga sabun batang larut dalam air.
6. Setelah itu anak meniup air sabun tersebut dengan sedotan sehingga terbentuk
bubble/gelembung yang berwarna-warni.
7. Kemudian pada akhir percobaan anak disuruh menceritakan apa yang terjadi
jika air sabun ditiup dengan sedotan.
Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk makan bekal dan bermain di
luar kelas.
Kegiatan penutup : ibu guru bertanya kembali tentang kegiatan yang telah
dilakukan. Anak-anak dapat menjawab pertanyaan ibu guru dengan bahasa yang
sederhana. Anak dapat menceritakan yang terjadi ketika air sabun batang merk
Cussons ditiup dengan sedotan akan tercipta bubble/gelembung yang sngat
banyak, semakin kuat meniupnya maka akan semakin banyak gelembung yang
tercipta.
Kesimpulan penelitian hari kelima pada proses pembelajaran dengan
media Bubble adalah bahwa anak dapat menceritakan yang terjadi ketika air sabun
batang merk Cussons ditiup dengan sedotan akan tercipta bubble/gelembung yang
86
sangat banyak, semakin kuat meniupnya maka akan semakin banyka gelembung
yang tercipta.
Gambar 4.6 Anak meniup gelembung dengan warna merah dan hijau
4.1.2.6 Pelaksanaan Hari Keenam
Pembukaan : Ibu guru mengkondisikan anak-anak berbaris di halaman
untuk senam pagi. Setelah kegiatan senam selesai, anak –anak melanjutkan
kegiatan pembelajaran. Sebelumnya ibu guru mengajak anak-anak masuk ke
dalam kelas dengan berdiri dengan tumit, berdiri di atas satu kaki dengan
seimbang.
Kegiatan inti : anak-anak belajar dengan media Bubble, yaitu
menceritakan alur percobaan warna (menyiapkan gelas aqua, memasukkan air
warna (merah+kuning ke dalam gelas,mengamati hasil pencampuran warna),
selain itu anak juga membuat sate buah dan meniup balon kemudian dilepaskan.
Anak-anak sangat tertarik dengan kegiatan yang dilakukan. Hanya saja anak-anak
87
masih mengalami kesulitan dalam meniup baoln sehingga masih dibantu ibu guru
dalam meniup balon.
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan air dalam ember ukuran 5 liter.
2. Sabun bayi cair merk Sweetzal.
3. Baskom dengan diameter 25 cm 3 buah (baskom merah (A), baskom kuning
(B) dan baskom biru (C).
4. Pewarna makanan berbahan dasar air yang tidak beracun 3 warna (merah, biru
dan kuning) dengan merk Rajawali.
5. Gelas aqua ukuran 200cc.
6. Sedotan.
7. Serbet.
8. Pengaduk dari kayu.
9. Sendok teh.
Langkah-langkah pembuatan bubble/gelembung dengan bahan dasar
Sabun bayi cair merk Sweetzal :
1. Menyiapkan air putih dalam ember yang berukuran 5 liter dimasukkan ke
dalam 3 buah baskom merah (A), baskom kuning (B) dan baskom biru (C)
dengan diameter 25 cm sama banyak.
2. Kemudian memasukkan 3 botol pewarna makanan ke dalam baskom dengan
warna yang berbeda-beda, baskom merah (A) untuk warna merah, baskom
kuning (B) untuk warna kuning dan baskom biru (C) untuk warna biru.
3. Mengaduk air yang sudah dicampur pewarna dengan pengaduk kayu.
88
4. Setelah itu masing-masing anak mengambil gelas aqua dan menakar air yang
sudah diberi pewarna dengan takaran ¼ gelas atau 25 cc warna (merah+biru,
kuning+biru =hijau dan merah+biru=ungu) sesuai petunjuk guru.
5. Anak mengamati hasil pencampuran warna tersebut.
6. Setelah anak mencampur warna kemudian menakar sabun bayi cair merk
Sweetzal 2 sendok teh ke dalam air campuran warna tersebut.
7. Setelah itu anak meniup air sabun tersebut dengan sedotan sehingga terbentuk
bubble/gelembung yang berwarna-warni.
8. Kemudian pada akhir percobaan anak menceritakan alur proses pembuatan
bubble dengan bahan dasar sabun bayi cair merk Sweetzal dengan bahasa anak
yang sederhana.
Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk makan bekal dan bermain
bersama teman-teman.
Kegiatan penutup : ibu guru bertanya kembali tentang kegiatan yang telah
dilakukan. Anak-anak dapat menjawab pertanyaan ibu guru dengan bahasa yang
sederhana. Anak dapat menceritakan urutan proses pembuatan bubble/gelembung
dengan bahsa anak-anak secara sederhana, mulai dari menyiapkan air,
memasukkan air ke dalam gelas aqua, mencampur warna dasar
(merah+kuning=orange, kuning+biru=hijau dan merah+biru=ungu), menambah
campuran warna dasar dengan sabun bayi cair merk Sweetzal, mengaduk dengan
pengaduk kayu, dan meniup air sabun hingga terbentuk bubble.
Kesimpulan penelitian hari keenam pada proses pembelajaran dengan
media Bubble adalah bahwa anak dapat menceritakan kembali urutan proses
89
pembuatan bubble/gelembung dengan sabun bayi cair merk Sweetzal, yaitu mulai
dari menyiapkan air, memasukkan air ke dalam gelas aqua, mencampur warna
(merah+kuning=orange, kuning+biru=hijau dan merah+biru=ungu), menambah
campuran warna dasar dengan sabun bayi merkl Sweetzal, mengaduk dengan
pengaduk kayu, dan meniup air sabun hingga terbentuk bubble.
Gambar 4.7 anak mencampur warna merah+kuning=orange
Gambar 4.8 Anak Membuat sate buah dengan pola tertentu
90
4.1.2.7 Pelaksanaan Hari Ketujuh
Pembukaan : ibu mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan upacara
bendera. Setelah selesai upacara anak-anak masuk kelas, kemudian berdoa
dilanjut dengan melakukan kegiatan fisik motorik dengan menunjuk gerakan
duduk, jongkok, berdiri dan berlari setelah itu anak-anak berlatih drumband.
Setelah itu ibu guru memberi pertanyaan kepada anak-anak tentang alat-alat
kebersihan. Anak-anak sangat bersemangat menjawab pertanyaan dari ibu guru.
Mereka menjawab dengan bahasa yang sederhana.
Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media
Bubble, yaitu anak diharapkan mampu bercerita tentang kegiatan yang telah
dilakukan (mencampur warna dasar, menakar sampo Sunsilk, meniup gelembung,
dan mencipta lukisan gelembung. Selain itu kegiatan lainnya anak menarik garis
alat-alat kebersihan sesuai dengan pasangannya.
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan air dalam ember ukuran 5 liter.
2. Sampo Sunsilk 250 ml.
3. Baskom dengan diameter 25 cm 3 buah (baskom merah (A), baskom kuning
(B) dan baskom biru (C).
4. Pewarna makanan berbahan dasar air yang tidak beracun 3 warna (merah, biru
dan kuning) dengan merk Rajawali.
5. Gelas aqua ukuran 200cc.
6. Sedotan.
91
7. Serbet.
8. Pengaduk dari kayu.
9. Sendok teh.
Langkah-langkah pembuatan bubble/gelembung dengan bahan dasar
Sampo Sunsilk :
1. Menyiapkan air putih dalam ember yang berukuran 5 liter dimasukkan ke
dalam 3 buah baskom merah (A), baskom kuning (B) dan baskom (C) dengan
diameter 25 cm sama banyak.
2. Kemudian memasukkan 3 botol pewarna makanan ke dalam baskom dengan
warna yang berbeda-beda, baskom merah (A) untuk warna merah, baskom
kuning (B) untuk warna kuning dan baskom biru (C) untuk warna biru.
3. Mengaduk air yang sudah dicampur pewarna dengan pengaduk kayu.
4. Setelah itu masing-masing anak mengambil gelas aqua dan menakar air yang
sudah diberi pewarna dengan takaran ¼ gelas atau sekitar 25cc warna
(merah+biru, kuning+biru =hijau dan merah+biru=ungu) sesuai petunjuk guru.
5. Anak mengamati hasil pencampuran warna tersebut.
6. Setelah anak mencampur warna kemudian menakar sampo Sunsilk 2 sendok
teh ke dalam air campuran warna tersebut.
7. Setelah itu anak meniup air sabun tersebut dengan sedotan sehingga terbentuk
bubble/gelembung yang berwarna-warni hingga gelembung keluar melebihi
gelas aqua.
8. Setelah gelembung keluar dari gelas aqua, anak menutup gelas aqua dengan
kertas HVS dan membiarkannya kurang lebih 2 menit.
92
9. Anak mengangkat kertas HVS tadi kemudian mengamati hasil lukisan yang
tercipta pada kertas HVS itu.
10. Pada kertas HVS tercipta lukisan gel;embung dengan warna orange, hijau dan
ungu.
Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermain di luar kelas dan
makan bekal.
Kegiatan penutup dilakukan dengan menunjukan hasil karya anak-anak di
depan kelas. Guru memberi motivasi pada anak-anak yang hasil karyanya kurang
bagus agar lain waktu bisa lebih bagus lagi.
Kesimpulan penelitian hari ketujuh pada proses pembelajaran dengan
media Bubble adalah bahwa anak mampu bercerita tentang kegiatan yang telah
dilakukan mencampur warna dasar, menakar sampo Sunsilk dengan sendok teh,
meniup gelembung, dan mencipta lukisan gelembung.
Gambar 4.9 Anak meniup air Sampo Sunsilk sehingga tercipta bubble
93
Gambar 4.10 Anak menutup gelas Aqua dengan kertas HVS
Gambar 4.11 Hasil lukisan bubble dengan warna ungu, hijau dan orange
4.1.2.8 Pelaksanaan Hari Kedelapan
Pembukaan : ibu mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan anak-anak
masuk kelas, kemudian berdoa dilanjut dengan melakukan kegiatan ekstra menari.
94
Setelah selesai ekstra menari anak-anak belajar kembali. Kemudian itu ibu guru
memberi pertanyaan kepada anak-anak tentang peralatan mandi. Anak-anak
sangat bersemangat menjawab “sabun, handuk, sikat gigi, pasta gigi, sampo.”
Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media
Bubble yaitu anak diharapkan dapat menyebutkan benda-benda yang yang
digunakan saat bermain bubble/gelembung beserta fungsinya (air, sabun, sendok,
gelas aqua, pewarna, sedotan, pengaduk, dan kertas. Selain itu anak juga
mengukur panjang meja dengan tali, mengukur lemparan dengan langkah dan
menggunting bentuk geometri dengan daun pisang.
Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermain di luar kelas dan
makan bekal.
Kegiatan penutup dilakukan dengan menunjukan hasil karya anak-anak di
depan kelas. Guru memberi motivasi pada anak-anak yang hasil karyanya kurang
bagus agar lain waktu bisa lebih bagus lagi.
Kesimpulan penelitian hari kedelapan pada proses pembelajaran di area
sains adalah bahwa anak dapat menyebutkan benda-benda yang yang digunakan
saat bermain bubble/gelembung beserta fungsinya (air, sabun, sendok, gelas aqua,
pewarna, sedotan, pengaduk, dan kertas.
4.1.2.9 Pelaksanaan Hari Kesembilan
Pembukaan : ibu mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan anak-anak
masuk kelas, kemudian berdoa dilanjut dengan melakukan kegiatan fisik motorik
95
dengan merangkak mengambil. Setelah itu ibu guru memberikan penjelasan akan
pentingnya menjaga kesehatan badan terutama gigi.
Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media
Bubble,yaitu anak dapat menyebutkan hasil pencampuran warna (merah+kening =
orange, merah+biru = ungu dan biru+kuning = hijau). Selain itu anak juga belajar
melukis tempat sampah dengan jari serta melakukan eksperimen tangan
berkeringat (telapak tangan dibungkus plastik).
Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermainj di luar kelas dan
makan bekal.
Kegiatan penutup dilakukan dengan menunjukan hasil karya anak-anak di
depan kelas. Guru memberi motivasi pada anak-anak yang hasil karyanya kurang
bagus agar lain waktu bisa lebih bagus lagi.
Kesimpulan penelitian hari kesepuluh pada proses pembelajaran di area
sains adalah anak dapat menyebutkan hasil pencampuran warna (merah+kening =
orange, merah+biru = ungu dan biru+kuning = hijau).
4.1.2.10 Pelaksanaan Hari Kesepuluh
Pembukaan : ibu mengkondisikan anak-anak untuk berbaris kemudian
anak-anak masuk kelas, kemudian berdoa dilanjut dengan melakukan kegiatan
fisik motorik dengan melempar dan menangkap bola kecil. Setelah itu ibu guru
melakukan tanya jawab dengan anak-anak tentang cara merawat gigi. Anak-anak
dapat menceritakan cara memelihara gigi dengan baik.
96
Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media
Bubble, yaitu anak diharapkan dapat mengetahui konsep penuh-kosong dengan
memasukkan air ke dalam gelas yang berbeda pada percobaan dengan media
bubble mewarnai gambar yang jumlahnya lebih banyak dan lebih sedikit, serta
menggambar bebas membuat pasta gigi dan sikat gigi dengan arang.
Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermainj di luar kelas dan
makan bekal.
Kegiatan penutup dilakukan dengan menunjukan hasil karya anak-anak di
depan kelas. Guru memberi motivasi pada anak-anak yang hasil karyanya kurang
bagus agar lain waktu bisa lebih bagus lagi.
Kesimpulan penelitian hari kesepuluh pada proses pembelajaran di area
sains adalah bahwa anak dapat mengetahui konsep penuh-kosong dengan
memasukkan air ke dalam gelas yang berbeda pada percobaan dengan media
bubble.
4.1.2.11 Pelaksanaan Hari Kesebelas
Pembukaan : ibu mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan anak-anak
masuk kelas, kemudian berdoa dilanjut dengan menyanyikan lagu keagamaan
“Siapa Tuhanmu” dan menghafal doa untuk kedua orang tua dan doa haji.
Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media
Bubble, yaitu anak diharapkan dapat mengetahui konsep banyak sedikit dengan
memasukkan air berwarna ke dalam gelas aqua dan menakar deterjen dengan
97
sendok melihat benda-benda kecil dengan kaca pembesar/lup serta menabur
gambar pos kamling dengan abu.
Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermainj di luar kelas dan
makan bekal.
Kegiatan penutup dilakukan dengan menunjukan hasil karya anak-anak di
depan kelas. Guru memberi motivasi pada anak-anak yang hasil karyanya kurang
bagus agar lain waktu bisa lebih bagus lagi.
Kesimpulan penelitian hari kesebelas pada proses pembelajaran di area
sains adalah bahwa anak dapat mengetahui konsep banyak sedikit dengan
memasukkan air ke berwarna ke dalam gelas aqua dan menakar deterjen dengan
sendok.
4.1.2.12 Pelaksanaan Hari Keduabelas
Pembukaan : ibu mengkondisikan anak-anak untuk berbaris dan senam
“Irama Ceria” setelah senam anak-anak masuk kelas, kemudian berdoa dilanjut
dilanjutkan dengan kegiatan selanjutnya.
Kegiatan inti : di Area Sains anak-anak masih tetap belajar dengan media
Bubble, yaitu anak diharapkan dapat menyebutkan hasil dari meniup bubble yang
terlihat di kertas HVS. Selain itu anak juga belajar menimbang benda dengan
timbangan serta praktik menggosok gigi.
Waktu istirahat digunakan anak-anak untuk bermainj di luar kelas dan
makan bekal.
98
Kegiatan penutup dilakukan dengan menunjukan hasil karya anak-anak di
depan kelas. Guru memberi motivasi pada anak-anak yang hasil karyanya kurang
bagus agar lain waktu bisa lebih bagus lagi.
Kesimpulan penelitian hari kedua belas pad proses pembelajaran di area
sains adalah bahwa anak dapat menyebutkan hasil dari meniup bubble yang
terlihat di kertas HVS.
4.1.4 Kesimpulan Kumulatif dari Proses Pembelajaran dengan Bubble
sebagai Media Pembelajaran Sains Sederhana
Dalam permainan bubble, di dalamnya terdapat unsur kegiatan
pencampuran warna dasar/primer sehingga dapat menghasilkan warna baru,
pengukuran (menakar) deterjen, pengenalan karakteristik zat (cair, padat, dan
gas).
Mencampur warna kuning, merah, atau biru dapat menciptakan warna lain
seperti orange, hijau, dan ungu. Melalui pencampuran warna ini anak dapat
menjelaskan warna apa yang digunakan dan warna apa yang tampak pada kertas.
Hal ini dapat menjadi dasar pengetahuan anak tentang warna primer dan warna
sekunder. Mencampurkan satu warna dengan warna yang lain dapat menciptakan
warna baru.
Merangsang kreativitas dan perkembangan kognitif anak dengan media
bubble menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat
memperluas wawasan anak tentang sains sederhana pada saat tahap
perkembangan kemampuan menganalisa, berkomunikasi dan memecahkan
99
masalah. Pengalaman yang diperoleh anak dapat menambah kemampuan
bereksplorasi, hal ini penting untuk perkembangan kognitif anak, dan ini terbukti
dengan terlihat indikator pada anak sudah muncul.
Sabun dan deterjen adalah bagian integral dari produk rumah tangga.
Sementara itu, anak-anak suka mandi busa, mereka pasti akan menyukai ide
membuat gelembung sabun di rumah, tanpa membeli sesuatu dari luar. Cara
membuat gelembung dengan derjen Rinso, sabun bayi cair, sabun batang, sabun
cuci piring atau sampo, hal yang menarik untuk belajar.
4.1.5 Hasil Pengamatan Menggunakan Ceklist
Terkait masalah yang melatar belakangi pada penelitian ini maka
direncanakan suatu studi eksperimen dengan menggunakan Bubble sebagai media
pembelajaran sains sederhana untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak
diusia 4-5 tahun. Penelitian studi eksperimen ini difokuskan pada bagaimana cara
dan hasil penggunaan Bubble terhadap kemampuan kognitif pada anak usia 4-5
tahun khusus di area sains. Tempat penelitian dilakukan di TK Pertiwi 49
Semarang Kelurahan Ngijo Kabupaten Semarang.
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan daftar isian ceklist
terhadap siswa dalam proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar
kelas terlihat jelas bagaimana perbandingan antara siswa yang belajar dengan
menggunakan pendekatan media dengan yang tidak. Siswa yang belajar
menggunakan pendekatan media terlihat lebih aktif, kreatif, lebih ekspresif dan
100
bisa lebih cepat memahami materi. Jumlah siswa yang diteliti sebanyak 24 siswa,
8 perempuan dan 16 laki-laki. Untuk lebih jelas mengenai hasil pengamatan
dengan menggunakan daftar isian ceklist dalam penelitian ini dapat dilihat pada
pembahasan berikut:
4.1.5.1 Minggu Pertama
4.1.5.1.1 Kelompok Posttest (Siswa Sesudah mendapat Media Bubble)
4.1.5.1.1.1 Pengetahuan Umum dan Sains dan Konsep Bentuk, Warna,
Ukuran dan Pola
Tabel 4.1
Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola
Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media Bubble)
No
. Indikator Skor Jml
Siswa
Skor
diperoleh
Skor
maks.
Persentase
(%) 3 2 1
1. Menglompokkan warna
dasar (merah, kuning dan
biru) 8 11 5 24 51 72 70.83
2. Mengelompokkan benda
berdasarkan bentuk 6 13 5 24 49 72 68.06
3. Mengetahui bau dari suatu
benda 7 8 9 24 46 72 63.89
4. Membedakan konsep kasar-
halus melalui panca indera 10 4 10 24 48 72 66.67
5. Menceritakan apa yang
terjadi jika air deterjen 5 13 6 24 47 72 65.28
101
ditiup dengan sedotan
6. Menceritakan percobaan
warna yang dicampur 10 7 7 24 51 72 70.83
7. Menceritakan kembali
sesuatu/peristiws
berdasarkan ingatannya 12 7 5 24 55 72 76.39
8. Menyebutkan sedikitnya 6
benda berikut fungsinya 5 6 13 24 40 72 55.56
9. Menyebutkan hasil
pencampuran warna
(merah+kening = orange,
merah+biru = ungu dan
biru+kuning = hiaju) 9 5 10 24 47 72 65.28
10. Membedakan konsep
penuh-kosong dengan
mengisi wadah(gelas) 10 4 10 24 48 72 66.67
11. Membedakan konsep
banyak-sedikit 8 11 5 24 51 72 70.83
12 Anak dapat menyebutkan
bentuk dari hasil lukisan
bubble 9 11 4 24 53 72 73.61
JUMLAH
99
10
0 89
586 864 67.82
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan umum dan sains dan
konsep bentuk, warna, ukuran dan pola anak didik pada kelompok post-test maka
skor ideal atau skor maksimal yang diperoleh dari tabel dengan menggunakan
perhitungan rumus 1.
102
%82.67
%100864
586
%100
x
xN
nDP
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh persentase skor sebesar 67.82%.
Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan sebagaimana digambarkan pada
tabel 1 (Bab 3) skor 67.82%.termasuk dalam interval skor 55,01%-77,01% dengan
kategori cukup baik. Berikut penulis sajikan distribusi frekuensi untuk
menghitung mean atau rata-rata skor untuk dimensi pengetahuan umum dan sains
yaitu :
Tabel. 4.2
Distribusi Frekwensi Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola
Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media Bubble)
Skor Frekwensi (f) Nilai Tengah (ni) f x ni
40-43 1 41.5 41.5
44-47 3 45.5 136.5
48-51 5 47.5 237.5
52-55 3 53.5 160.5
Jumlah 12 576
103
Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui mean atau rata-rata skor untuk
dimensi pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola
yaitu :
48
12
576
f
ni x fMean
Dari perhitungan skor yang sudah dijelaskan pada BAB 3 bahwa skor
terendah 40 dan skor tertinggi 72. Jadi rata-rata atau maen dari skor untuk dimensi
pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar 48
dimensi skor lebih mendekati angka 50 (skor minimal). Dengan demikian
pengembangan media Bubble untuk kelompok posttest pada aspek pengetahuan
umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola cukup baik.
Dari hasil analisis perhitungan pada tabel 4.1 dan 4.2 di atas dapat
disimpulkan bahwa perolehan persentase skor dimensi pengetahuan umum dan
sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar 67.82%, dengan rata-rata
atau mean sebesar 48. Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan
sebagaimana digambarkan pada tabel 1 bab 3 skor 67.82%. termasuk dalam
interval skor 55,01%-77,01% dengan kategori cukup baik. Hasil rata-rata atau
mean dimensi skor lebih mendekati angka 50 (skor minimal) dengan kategori
cukup baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok posttest kemampuan
kognitif pada anak usia 4-5 tahun khusus di area sains memperoleh hasil yang
cukup baik.
104
4.1.5.1.2 Kelompok Pretest
4.1.5.1.2.1 Pengetahuan Umum dan Sains dan Konsep Bentuk, Warna,
Ukuran dan Pola
Tabel 4.3
Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola
Kelompok Pretest (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)
No Indikator
Skor Jml
Siswa
Skor
diperoleh
Skor
maks.
Persentase
(%) 3 2 1
1. Menglompokkan warna
dasar (merah, kuning dan
biru) 4 7 13 24 39 72 54.17
2. Mengelompokkan benda
berdasarkan bentuk 6 7 11 24 43 72 59.72
4. Mengetahui bau dari suatu
benda 7 5 12 24 43 72 59.72
5. Membedakan konsep kasar-
halus melalui panca indera 5 3 16 24 37 72 51.39
6. Menceritakan apa yang
terjadi jika air deterjen
ditiup dengan sedotan 1 7 16 24 33 72 45.83
7. Menceritakan percobaan
warna yang dicampur 6 7 11 24 43 72 59.72
8. Menceritakan kembali
sesuatu/peristiws
berdasarkan ingatannya 6 5 13 24 41 72 56.94
105
9. Menyebutkan sedikitnya 6
benda berikut fungsinya 5 6 13 24 40 72 55.56
10. Menyebutkan hasil
pencampuran warna
(merah+kening = orange,
merah+biru = ungu dan
biru+kuning = hiaju) 3 5 16 24 35 72 48.61
11. Membedakan konsep
penuh-kosong dengan
mengisi wadah(gelas) 7 4 13 24 42 72 58.33
12. Membedakan konsep
banyak-sedikit 7 3 14 24 41 72 56.94
Anak dapat menyebutkan
bentuk dari hasil lukisan
bubble 2 8 14 24 36 72 50.00
JUMLAH
59 67
16
2
473 864 54.75
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan umum dan sains,
konsep bentuk, warna, ukuran dan pola anak didik kelompok pre-test maka skor
ideal atau skor maksimal yang diperoleh dari tabel dengan menggunakan
perhitungan rumus 1.
%75.54
%100864
473
%100
x
xN
nDP
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh persentase skor sebesar
54.75%.Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan sebagaimana
106
digambarkan pada tabel 1 (Bab 3) skor 54.75% termasuk dalam interval skor
33,00%-55,01% dengan kategori kurang baik. Berikut penulis sajikan distribusi
frekuensi untuk menghitung mean atau rata-rata skor untuk dimensi pengetahuan
umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola yaitu:
Tabel. 4.4
Distribusi Frekuensi Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola
Kelompok Pre-test (Anak didik sebelum mendapar Media Bubble)
Skor Frekuensi (f) Nilai Tengah (ni) f x ni
33-36 3 34.5 103.5
37-40 3 38.5 115.5
41-44 6 42.5 255
Jumlah 12 474
Dari tabel 4.4 di atas dapat diketahui mean atau rata-rata skor untuk
dimensi pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola
yaitu :
39.5
12
474
f
ni x fMean
Dari perhitungan skor yang sudah dijelaskan pada BAB 3 bahwa skor
terendah 33 dan skor tertinggi 72. Jadi rata-rata atau maen dari skor untuk dimensi
107
pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar
39.50 dimensi skor kurang mendekati angka 50 (skor minimal). Dengan demikian
pengembangan media Bubble untuk kelompok pretest pada aspek pengetahuan
umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola kurang baik.
4.1.5.2 Minggu Kedua
4.1.5.2.1 Kelompok Posttest
4.1.5.2.1.1 Pengetahuan Umum dan Sains dan Konsep Bentuk, Warna,
Ukuran dan Pola
Tabel 4.5
Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola
Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media Bubble)
No Indikator
Skor Jml
Siswa
Skor
diperoleh
Skor
maks.
Persentase
(%) 3 2 1
1. Menglompokkan warna
dasar (merah, kuning dan
biru) 14 9 1 24 61 72 84.72
2. Mengelompokkan benda
berdasarkan bentuk 9 12 3 24 54 72 75.00
3. Mengetahui bau dari suatu
benda 11 10 4 25 57 75 76.00
4. Membedakan konsep kasar-
halus melalui panca indera 11 9 4 24 55 72 76.39
5. Menceritakan apa yang
terjadi jika air deterjen 9 12 3 24 54 72 75.00
108
ditiup dengan sedotan
6. Menceritakan percobaan
warna yang dicampur 11 10 3 24 56 72 77.78
7. Menceritakan kembali
sesuatu/peristiws
berdasarkan ingatannya 12 9 3 24 57 72 79.17
8. Menyebutkan sedikitnya 6
benda berikut fungsinya 11 9 3 23 54 69 78.26
9. Menyebutkan hasil
pencampuran warna
(merah+kening = orange,
merah+biru = ungu dan
biru+kuning = hiaju) 11 8 5 24 54 72 75.00
10. Membedakan konsep
penuh-kosong dengan
mengisi wadah(gelas) 13 8 3 24 58 72 80.56
11. Membedakan konsep
banyak-sedikit 10 11 3 24 55 72 76.39
12. Anak dapat menyebutkan
bentuk dari hasil lukisan
bubble 12 8 4 24 56 72 77.78
JUMLAH 134 115 39
671 864 77.66
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan umum dan sains,
konsep bentuk, warna, ukuran dan pola anak didik kelompok post-test maka skor
ideal atau skor maksimal yang diperoleh dari tabel di atas dengan menggunakan
perhitungan rumus 1.
109
%66.77
%100864
671
%100
x
xN
nDP
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh persentase skor sebesar 77.66%.
Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan sebagaimana digambarkan pada
tabel 1 (Bab 3) skor 77.66%.termasuk dalam interval skor 77,01%-100% dengan
kategori sangat baik. Berikut penulis sajikan distribusi frekuensi untuk
menghitung mean atau rata-rata skor untuk dimensi pengetahuan umum dan sains,
konsep bentuk, warna, ukuran dan pola yaitu :
Tabel. 4.6
Distribusi Frekuensi Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola
Kelompok Posttest (Anak didik sesudah mendapat Media Bubble)
Skor Frekuensi (f) Nilai Tengah (ni) f x ni
54-56 8 55 440
57-59 3 58 174
60-62 1 61 61
Jumlah 12 675
Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui mean atau rata-rata skor untuk
dimensi pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola
yaitu :
110
25.56
12
675
f
fxniMean
Dari perhitungan skor yang sudah dijelaskan pada BAB 3 bahwa skor
terendah 54 dan skor tertinggi 72.Jadi rata-rata atau maen dari skor untuk dimensi
pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar
56.25 dimensi skor lebih mendekati angka 50 (skor minimal). Dengan demikian
pengembangan media Bubble untuk kelompok posttest pada aspek pengetahuan
umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola baik.
4.1.5.2.2 Kelompok Pretest
4.1.5.2.2.1 Pengetahuan Umum dan Sains dan Konsep Bentuk, Warna,
Ukuran dan Pola
Tabel 4.7
Perolehan Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola
Kelompok Pretest (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)
No Indikator
Skor Jml
Siswa
Skor
diperoleh
Skor
maks.
Persentase
(%) 3 2 1
1. Menglompokkan warna
dasar (merah, kuning dan
biru) 7 5 12 24 43 72 59.72
2. Mengelompokkan benda
berdasarkan bentuk 6 7 11 24 43 72 59.72
111
3. Mengetahui bau dari suatu
benda 7 8 9 24 46 72 63.89
4. Membedakan konsep kasar-
halus melalui panca indera 6 3 16 25 40 75 53.33
5. Menceritakan apa yang
terjadi jika air deterjen
ditiup dengan sedotan 3 6 15 24 36 72 50.00
6. Menceritakan percobaan
warna yang dicampur 6 7 11 24 43 72 59.72
7. Menceritakan kembali
sesuatu/peristiws
berdasarkan ingatannya 4 3 17 24 35 72 48.61
8. Menyebutkan sedikitnya 6
benda berikut fungsinya 5 6 13 24 40 72 55.56
9. Menyebutkan hasil
pencampuran warna
(merah+kening = orange,
merah+biru = ungu dan
biru+kuning = hiaju) 3 5 16 24 35 72 48.61
10. Membedakan konsep
penuh-kosong dengan
mengisi wadah(gelas) 7 4 13 24 42 72 58.33
11. Membedakan konsep
banyak-sedikit 7 3 14 24 41 72 56.94
12. Anak dapat menyebutkan
bentuk dari hasil lukisan
bubble 2 8 14 24 36 72 50.00
JUMLAH 63 65 161
480 867 55.36
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan umum dan sains,
konsep bentuk, warna, ukuran dan pola anak didik kelompok pre-test maka skor
112
ideal atau skor maksimal yang diperoleh dari tabel dengan menggunakan
perhitungan rumus 1.
%36.55
%100867
480
%100
x
xN
nDP
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh persentase skor sebesar 55.36%.
Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan sebagaimana digambarkan pada
table 1 (Bab 3) skor 55.36%. termasuk dalam interval skor 55,01%-77,01%
dengan kategori cukup baik. Berikut penulis sajikan distribusi frekuensi untuk
menghitung mean atau rata-rata skor untuk dimensi pengetahuan umum dan sains,
konsep bentuk, warna, ukuran dan pola yaitu :
Tabel. 4.8
Distribusi Frekuensi Skor pada Aspek Perkembangan untuk Indikator
Pengetahuan Umum dan Sains, Konsep Bentuk, Warna, Ukuran dan Pola
Kelompok Pre-test (Anak didik sebelum mendapat Media Bubble)
Skor Frekwensi (f) Nilai Tengah (ni) f x ni
35-38 4 36.5 146
39-42 4 40.5 162
43-46 4 44.5 178
Jumlah 12 486
113
Dari tabel 4.8 di atas dapat diketahui mean atau rata-rata skor untuk
dimensi pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola
yaitu :
50.40
12
486
f
fxniMean
Dari perhitungan skor yang sudah dijelaskan pada BAB 3 bahwa skor
terendah 35 dan skor tertinggi 72. Jadi rata-rata atau maen dari skor untuk dimensi
pengetahuan umum dan sains sebesar 40.50 dimensi skor kurang mendekati angka
50 (skor minimal). Dengan demikian pengembangan media Bubble untuk
kelompok pre-test pada aspek pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk,
warna, ukuran dan pola kurang baik.
4.1.6 Hasil Penggunaan Media Bubble sebagai Media Pembelajaran Sains
Sederhana di TK
Bubble atau melukis gelembung adalah salah satu kegiatan pembelajaran
sains sederhana yang memungkinkan anak untuk melihat hasil percobaan secara
langsung. Anak dapat melihat dan mempraktekkan kegiatan secara langsung
seperti (meniup menggunakan sedotan) dapat menimbulkan reaksi pada
lukisannya (terciptanya gelembung). Pada saat anak meniup air sabun, mereka
dapat membuat bentuk gelembung dengan cara menekan kertas sehingga tercipta
suatu lukisan.
114
Mencampur warna kuning, merah, atau biru dapat menciptakan warna lain
seperti orange, hijau, dan ungu. Melalui pencampuran warna ini anak dapat
menjelaskan warna apa yang digunakan dan warna apa yang tampak pada kertas.
Hal ini dapat menjadi dasar pengetahuan anak tentang warna primer dan warna
sekunder. Mencampurkan satu warna dengan warna yang lain dapat menciptakan
warna baru.
Bubble atau melukis gelembung merupakan salah satu media pembelajaran
sains yang bertujuan merangsang anak untuk berfikir tentang bahan-bahan dan
karakter gelembung. Pengalaman seperti ini akan membuat anak mulai memahami
bahwa udara menempati ruang, walaupun tidak terlihat nyata. Kegiatan ini dapat
meningkatkan perkembangan kognitif dan motorik anak usia dini. Pengalaman
yang diperoleh anak dari dapat menambah kemampuan bereksplorasi yang
penting untuk perkembangan kognitif anak.
Merangsang kreativitas dan perkembangan kognitif anak dengan media
bubble menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat
memperluas wawasan anak tentang sains sederhana pada saat tahap
perkembangan kemampuan menganalisa, berkomunikasi dan memecahkan
masalah.
Selain manfaat di atas, anak dapat mengembangkan kemampuan motorik
halusnya ketika melakukan kegiatan bubble atau melukis gelembung dengan cara
mengontrol tangan, mulut, dan tenggorokan. Meniup dengan sedotan untuk
115
mengontrol pernapasan, memegang sedotan melatih kemampuan mencengkeram
yang pada dasarnya cukup sulit dilakukan untuk tangan kecil anak.
Dalam permainan Bubble, di dalamnya terdapat unsur kegiatan
pencampuran warna dasar atau primer sehingga dapat menghasilkan warna baru,
pengukuran (menakar) deterjen, pengenalan karakteristik zat (cair, padat, dan
gas). Pengalaman yang diperoleh anak dapat menambah kemampuan
bereksplorasi yang penting untuk perkembangan kognitif anak, ini terbukti dengan
terlihat indikator pada anak sudah muncul.
Penggunaan media, dalam hal ini media bubble memberikan dampak
positif bagi kemampuan kognitif anak, hal ini bisa dilihat dari penjabaran
indikator yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu : 1) anak dapat mengenal
dan menyebutkan warna dasar seperti merah, kuning dan biru serta dapat
menyebutkan minuman yang berwarna-warni seperti sirup, 2) anak dapat
menyebutkan bentuk-bentuk geometri yang tercipta ketika bubble/gelembung
ditaruh di tengah susunan lidi yang berbentuk segitiga, persegi dan persegi
panjang. 3) dapat mengetahui bahwa air biasa itu tidak berbau, air sabun cair
Sweetzal lebih wangi daripada air deterjen Rinso, air sampo Sunslik lebih wangi
daripada air sabun colek Krim Ekonomi, serta air Lifebuoy Handwash, air sabun
bayi batang merk Cussons, dan air sabun cair merk Sweetzal sama-sama berbau
harum, 4) anak dapat mengetahui dan menyebutkan deterjen Rinso bertekstur
kasar dan terasa panas di tangan dan sabun colek Krim Ekonomi bertekstur
lembek dan lembut, derterjen Rinso lebih cepat larut di dalam air daripada sabun
colek Krim Ekonomi yang dalam proses pelarutannya harus diaduk-aduk terlebih
116
dahulu sampai benar-benar hilang sabunnya dan yang terakhir anak dapat
menyebutkan gelembung yang dihasilkan paling banyak pada deterjen Rinso, 5)
anak dapat menceritakan yang terjadi ketika air sabun batang merk Cussons ditiup
dengan sedotan akan tercipta bubble/gelembung yang sangat banyak, semakin
kuat meniupnya maka akan semakin banyka gelembung yang tercipta, 6) anak
dapat menceritakan kembali urutan proses pembuatan bubble/gelembung dengan
sabun bayi cair merk Sweetzal, yaitu mulai dari menyiapkan air, memasukkan air
ke dalam gelas aqua, mencampur warna (merah+kuning=orange,
kuning+biru=hijau dan merah+biru=ungu), menambah campuran warna dasar
dengan sabun bayi merkl Sweetzal, mengaduk dengan pengaduk kayu, dan
meniup air sabun hingga terbentuk bubble, 7) anak mampu bercerita tentang
kegiatan yang telah dilakukan mencampur warna dasar, menakar sampo Sunsilk
dengan sendok teh, meniup gelembung, dan mencipta lukisan gelembung, 8)
Anak dapat menyebutkan benda-benda yang yang digunakan saat bermain
bubble/gelembung beserta fungsinya (air, sabun, sendok, gelas aqua, pewarna,
sedotan, pengaduk, dan kertas, 9) Anak dapat menyebutkan hasil pencampuran
warna (merah+kening = orange, merah+biru = ungu dan biru+kuning = hiaju), 10)
Anak dapat mengetahui konsep penuh-kosong dengan memasukkan air ke dalam
gelas yang berbeda pada percobaan dengan media bubble, 11) Anak dapat
mengetahui konsep banyak sedikit dengan memasukkan air berwarna ke dalam
gelas aqua dan menakar deterjen dengan sendok dan 12) Anak dapat
menyebutkan hasil dari meniup bubble yang terlihat di kertas HVS. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman anak meningkat dari 67.82% untuk minggu
117
pertama menjadi 77.66% untuk minggu kedua. Ini berarti ada ketertarikan anak
pada proses pembelajaran mengunakan media bubble. Indikator tersebut
mencakup aspek perkembangan pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk,
warna, ukuran dan pola.
Pembelajaran media Bubble merupakan salah satu alternatif dalam proses
pembelajaran di kelas dengan menggunakan media sebagai alat peraga.
Pembelajaran media Bubble merupakan cara efektif untuk mengenalkan anak
untuk melihat hasil percobaan secara langsung. Anak dapat melihat dan
mempraktekkan kegiatan secara langsung seperti (meniup menggunakan sedotan)
dapat menimbulkan reaksi pada lukisannya (terciptanya gelembung). Pada saat
anak meniup air sabun, mereka dapat membuat bentuk gelembung dengan cara
menekan kertas sehingga tercipta suatu lukisan.
Selain itu anak juga dapat mengembangkan kemampuan motorik halusnya
ketika melakukan kegiatan bubble atau melukis gelembung dengan cara
mengontrol tangan, mulut, dan tenggorokan. Meniup dengan sedotan untuk
mengontrol pernapasan, memegang sedotan melatih kemampuan mencengkeram
yang pada dasarnya cukup sulit dilakukan untuk tangan kecil anak.Dalam
permainan bubble painting, pada dasarnya terdapat unsur kegiatan pencampuran
warna dasar/primer sehingga dapat menghasilkan warna baru, pengukuran
(menakar) deterjen, pengenalan karakteristik zat (cair, padat, dan gas).
Kemampuan kognitif pada pembelajaran menggunakan media Bubble
dapat meningkatkan secara signifikan dan merangsang kreativitas menjadikan
118
anak tumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat memperluas wawasan anak
tentang sains sederhana pada saat tahap perkembangan kemampuan menganalisa,
berkomunikasi dan memecahkan masalah.
Berdasarkan diuraikan diatas, maka dalam penelitian ini terbukti bahwa
proses pembelajaran media bubble dengan pembelajaran sains sederhana dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun di area sains di TK
Pertiwi 49 Semarang.
4.1.7 Hasil Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun Di Area Sains
4.1.7.1 Perbedaan Kemampuan Kognitif Anak Didik Kelompok Posttest dan
Kelompok Pretest
4.1.7.1.1 Minggu Pertama
Dari hasil analisis perhitungan pada tabel 4.1 dan 4.2 di atas dapat
disimpulkan bahwa perolehan persentase skor dimensi pengetahuan umum dan
sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar 67.82%, dengan rata-rata
atau mean sebesar 48. Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan
sebagaimana digambarkan pada tabel 1 bab 3 skor 67.82%. termasuk dalam
interval skor 55,01%-77,01% dengan kategori cukup baik. Hasil rata-rata atau
mean dimensi skor lebih mendekati angka 50 (skor minimal) dengan kategori
cukup baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok posttest kemampuan
kognitif pada anak usia 4-5 tahun khusus di area sains memperoleh hasil yang
cukup baik untuk minggu pertama.
119
Untuk analisis perhitungan pada tabel 4.3 dan 4.4 atas dapat disimpulkan
bahwa perolehan persentase skor dimensi pengetahuan umum dan sains, konsep
bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar 54.75%, dengan rata-rata atau mean
sebesar 39.5. Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan sebagaimana
digambarkan pada tabel 1 Bab 3 skor 54.75%. termasuk dalam interval skor
33,01%-55,01% dengan kategori kurang baik. Hasil rata-rata atau mean dimensi
skor kurang mendekati angka 50 (skor minimal) dengan kategori kurang baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok pretest kemampuan kognitif pada
anak usia 4-5 tahun khusus di area sains memperoleh hasil yang kurang baik
untuk minggu pertama.
Hasil Perbandingan Perolehan Skor Kemampuan Kognitif Siswa
Kelompok Posttest dan Kelompok Pretest untuk minggu pertama disajikan dalam
grafik dibawah ini :
Grafik 4.1
Perbandingan Perolehan Skor Kemampuan Kognitif Siswa
Kelompok Posttest dan Kelompok Pretest Minggu Pertama
120
4.1.7.1.2 Minggu Kedua
Dari hasil analisis perhitungan pada tabel 4.5 dan 4.6 atas dapat
disimpulkan bahwa perolehan persentase skor dimensi pengetahuan umum dan
sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar 77.66%, dengan rata-rata
atau mean sebesar 56.25. Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan
sebagaimana digambarkan pada tabel 1 bab 3 skor 77.66%. termasuk dalam
interval skor 77,01%-100% dengan kategori sangat baik. Hasil rata-rata atau mean
dimensi skor lebih mendekati angka 50 (skor minimal) dengan kategori baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok posttest kemampuan kognitif pada
anak usia 4-5 tahun khusus di area sains memperoleh hasil yang sangat baik untuk
minggu kedua
Untuk analisis perhitungan pada tabel 4.7 dan 4.8 atas dapat disimpulkan
bahwa perolehan persentase skor dimensi pengetahuan umum dan sains, konsep
bentuk, warna, ukuran dan pola sebesar 55.36%, dengan rata-rata atau mean
sebesar 40.50. Hasil skor tersebut kemudian diinterprestasikan sebagaimana
digambarkan pada tabel 1 bab 3 skor 40.50%. termasuk dalam interval skor
55,01%-77,01% dengan kategori cukup baik. Hasil rata-rata atau mean dimensi
skor kurang mendekati angka 50 (skor minimal) dengan kategori kurang baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok pretest kemampuan kognitif pada
anak usia 4-5 tahun khusus di area sains memperoleh hasil yang cukup baik untuk
minggu kedua.
121
Hasil Perbandngan Perolehan Skor Kemampuan Kognitif Siswa
Kelompok Posttest dan Kelompok Pretest untuk minggu kedua disajikan dalam
grafik dibawah ini :
Grafik 4.2
Perbandingan Perolehan Skor Kemampuan Kognitif Siswa
Kelompok Posttest dan Kelompok Pretest Minggu Kedua
Adanya peningkatan perolehan kemampuan kognitif siswa kelompok
Posttest dan kelompok Prestest dari minggu pertama ke minggu kedua
menunjukan adanya pengaruh peran media terhadap kemampuan sains siswa.
Dimana peran media dalam komunikasi pembelajaran di Taman Kanak-kanak
semakin penting artinya mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada
masa konkret. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah
kekonkretan, artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara
nyata. Prinsip kekonkretan tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media
122
sebagai penyampai pesan dari guru kepada anak didik agar pesan/informasi
tersebut dapat diterima atau diserap anak dengan baik.
Menurut Carin dan Sund dalam Yulianti mendefinisikan sains sebagai
pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum, dan
berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Aktivitas dalam sains
selalu berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan
keterampilan dan kerajinan. Secara sederhana, sains dapat juga didefinisikan
sebagai apa yang dilakukan oleh para ahli sains. Dengan demikian, sains bukan
hanya kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi
menyangkut cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. Ilmuwan
sains selalu tertarik dan memperhatikan peristiwa alam, selalu ingin mengetahui
apa, bagaimana, dan mengapa tentang suatu gejala alam dan hubungan kausalnya.
Ini bisa dilakukan kalau dalam proses pembelajarannya menggunakan media.
123
BAB 5
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
5.1.1. Penggunaan media, dalam hal ini media bubble memberikan dampak positif
bagi kemampuan kognitif anak, hal ini bias dilihat dari penjabaran
indikator yang dipergunakan dalam penelitian ini yakni : 1) anak dapat
mengenal dan menyebutkan warna dasar seperti merah, kuning dan biru
serta dapat menyebutkan minuman yang berwarna-warni seperti sirup, 2)
anak dapat menyebutkan bentuk-bentuk geometri yang tercipta ketika
bubble/gelembung ditaruh di tengah susunan lidi yang berbentuk segitiga,
persegi dan persegi panjang. 3) dapat mengetahui bahwa air biasa itu tidak
berbau, air sabun cair Sweetzal lebih wangi daripada air deterjen Rinso, air
sampo Sunslik lebih wangi daripada air sabun colek Krim Ekonomi, serta
air Lifebuoy Handwash, air sabun bayi batang merk Cussons, dan air sabun
cair merk Sweetzal sama-sama berbau harum, 4) anak dapat mengetahui
dan menyebutkan deterjen Rinso bertekstur kasar dan terasa panas di
tangan dan sabun colek Krim Ekonomi bertekstur lembek dan lembut,
derterjen Rinso lebih cepat larut di dalam air daripada sabun colek Krim
Ekonomi yang dalam proses pelarutannya harus diaduk-aduk terlebih
dahulu sampai benar-benar hilang sabunnya dan yang terakhir anak dapat
122
124
menyebutkan gelembung yang dihasilkan paling banyak pada deterjen
Rinso, 5) anak dapat menceritakan yang terjadi ketika air sabun batang
merk Cussons ditiup dengan sedotan akan tercipta bubble/gelembung yang
sangat banyak, semakin kuat meniupnya maka akan semakin banyka
gelembung yang tercipta, 6) anak dapat menceritakan kembali urutan
proses pembuatan bubble/gelembung dengan sabun bayi cair merk
Sweetzal, yaitu mulai dari menyiapkan air, memasukkan air ke dalam gelas
aqua, mencampur warna (merah+kuning=orange, kuning+biru=hijau dan
merah+biru=ungu), menambah campuran warna dasar dengan sabun bayi
merkl Sweetzal, mengaduk dengan pengaduk kayu, dan meniup air sabun
hingga terbentuk bubble, 7) Anak mampu bercerita tentang kegiatan yang
telah dilakukan mencampur warna dasar, menakar sampo Sunsilk dengan
sendok teh, meniup gelembung, dan mencipta lukisan gelembung, 8) Anak
dapat menyebutkan benda-benda yang yang digunakan saat bermain
bubble/gelembung beserta fungsinya (air, sabun, sendok, gelas aqua,
pewarna, sedotan, pengaduk, dan kertas, 9) Anak dapat menyebutkan hasil
pencampuran warna (merah+kening = orange, merah+biru = ungu dan
biru+kuning = hiaju), 10) Anak dapat mengetahui konsep penuh-kosong
dengan memasukkan air ke dalam gelas yang berbeda pada percobaan
dengan media bubble, 11) Anak dapat mengetahui konsep banyak sedikit
dengan memasukkan air berwarna ke dalam gelas aqua dan menakar
deterjen dengan sendok dan 12) Anak dapat menyebutkan hasil dari
meniup bubble yang terlihat di kertas HVS. Hal ini menunjukkan bahwa
125
pemahaman anak meningkat. Ini berarti ada ketertarikan anak pada proses
pembelajaran menggunakan dengan media bubble. Indikator tersebut
mencakup aspek perkembangan pengetahuan umum dan sains, serta
konsep bentuk, warna, ukuran dan pola.
5.1.2. Hasil penggunaan media Bubble dalam konsep pengetahuan dan sains serta
konsep bentuk, ukuran, warna dan pola di minggu pertama pada kelompok
posttest mencapai 67.82% kategori cukup baik, dengan mean atau rata-
rata 48 kategori cukup baik. Sedangkan tingkat kemampuan kognitif anak
didik pada kelompok pretest hanya mencapai 54.75% kategori kurang
baik, dengan mean/rata-rata 39.5 kategori kurang baik. Selanjutnya hasil
penggunaan media di minggu kedua pada kelompok posttest mencapai
77.66% kategori sangat baik, dengan mean atau rata-rata 56 kategori baik.
Sedangkan tingkat kemampuan kognitif anak didik pada kelompok pretest
hanya mencapai 55.36% kategori cukup baik, dengan mean/rata-rata 40.5
kategori kurang baik.
126
5.2 SARAN
Dari hasil penelitian, ada beberapa hal yang dapat peneliti
rekomendasikan, diantaranya(1) Bagi guru/pendidik sebaiknya dalam proses
pembelajaran seorang guru/pendidik tidak hanya mengandalkan dari sedikit
literatur misalnya majalah saja tetapi diharapkan ada banyak referensi literatur
dalam menyajikan media pembelajaran agar ketertarikan siswabisa muncul dalam
proses pembelajaran, (2) Diharapkan guru lebih kreatif lagi dalam menggunakan
media pembelajaran, khususnya dalam penggunaan media Bubble yang tujuannya
untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak di area sains, (3) penggunaan
media Bubble bisa dijadikan alternatif dalam pemilihan media pembelajaran sains
sederhana di area sains.
127
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: Rineka Cipta.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting dalam
Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media.
Diana. 2009. Metode Perkembangan Kognitif dan Kreatitivitas. Bahan Ajar.
Semarang: UNNES.
Gardner, Howard. 2003. Multiple Intellegencies Kecerdasan Majemuk Teori
dalam. Praktik Terjemahan Alexander Sindoro. Judul Asli : Multiple
Intelligences. Jakarta: Interaksara.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Indrawati, Iing. 2011. Studi Eksperimen Tentang Penggunaan Media Realita dan
Replika Terhadap Kemampuan Dasar Berbahasa Anak. Skripsi.
PGPAUD. UNNES.
Jatmika, Yusep Nur. 2012. Ragam Aktivitas Harian Untuk Playgroup. Yogyakarta
:Diva Press.
Patmonodewo, Soemiarti. 1995. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta :Rineka
Cipta.
Rifa’i, Achmad dan Ani, Catharina Tri. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang :
UNNES Press.
Sadiman, Arief S.(dkk). 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Seefeldt, Carol dan Barbara A. Wasik. 2008. PAUD Menyiapkan Anak Usia 3-4-5
Tahun Masuk Sekolah. Jakarta : PT. Indeks.
Sudjana, Nana dan Rivai, Achmad. 2010. Media Pengajaran. Bandung :Sinar
Baru Algensindo.
Sudjana, Nana. 2009. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah.Bandung :Sinar Baru
Algensindo.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
128
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Pendidikan dan Pelatihan Guru (PLPG) Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun
2008 Taman Kanak-kanak. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Sudibyo, Bambang. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang StandarPendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT. Indeks.
Suyanto, Slamet. Pengenalan Sains untuk Anak TK dengan Pendekatan “Open
Inquiry”.Diunduh dari http://www.Journal.Pengenalan Sains untukAnak
TK dengan Pendekatan Inquiry.pdf.30/5/2012.
Permatasari, Dewi Ayu. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis
Alam Sekitar untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6
Tahun di TK Pertiwi Jatibarang Brebes. Semarang : Universitas Negeri
Semarang.
Waluyo, Edi. 2006.Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar dalam Pembelajaran
di Taman Kanak-Kanak.Bahan Ajar. Semarang : Universitas Negeri
Semarang.
Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di TK. Jakarta :PT. Indeks.
2012. Undang-undang Perlindungan Anak. Bandung : Fokus media.
(http://www.altaf.blogspot.com/2009/1/artikel/pengembangan-pembelajaran-
sains-Anal-Usi- TK- B-Melalui-Seni-Rupa.html.
http://www.colorsforearth.com/PDF-Files/Classroom/BubblePainting.pdf.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/07/03/2011/kegiatan-dalam-
area-yang-dipilih.html.
http://www.jessicageorge/blogspot.com/8/11/2011/bubble-painting-a-creative-art-
experience.html.
(http://pgtkdarunnajah.com/2012/04/25/karakteristik-anak-usia-4-5-tahun/)
129
http://www.slametsuyanto.blogspot.com/Pengenalan-Sains-untuk-Anak-TK--
dengan-Pendekatan-Inquiry.pdf
(http://www.wahyuti4tklarasati.blogspot.com/2011/11/journal.karakteristik-anak-
usia-dini.html.
(http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1958683-multiple-
intelligences-kecerdasan-majemuk-teori/#ixzz2L9ANmYPU)