skripsi - teuku umar university

94
GAMBARAN SIKAP DAN TINDAKAN SUAMI DALAM MENGHADAPI ISTRI DENGAN HIPEREMISIS GRAVIDARUM DI KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH : VERA ROSALYN NASUTION NIM : 06C10104103 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT TAHUN 2013

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - Teuku Umar University

GAMBARAN SIKAP DAN TINDAKAN SUAMI DALAMMENGHADAPI ISTRI DENGAN HIPEREMISISGRAVIDARUM DI KECAMATAN SAMATIGA

KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH :

VERA ROSALYN NASUTIONNIM : 06C10104103

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH - ACEH BARAT

TAHUN 2013

Page 2: SKRIPSI - Teuku Umar University

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Deteksi dini dari gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan

upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap kehamilan maupun

keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta

sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya

maksimal untuk mencegah gangguan yang berat terhadap kehamilan dan

keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya salah satunya seperti

hiperemesis gravidarum.

Hiperemisis gravidarum merupakan kejadian mual dan muntah yang

berlebihan sehingga mengganggu aktivitas ibu hamil, hal ini sering terjadi pada

awal kehamilan antara umur 8 sampai 12 minggu. Hiperemisis gravidarum

apabila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan

kematian ibu dan janin. Prevalensi hiperemisis gravidarum antara 1 sampai 3%

atau 5 sampai 20 kasus per 1000 kehamilan (Simpson, 2013).

Perasaan mual disebabkan oleh meningkatnya kadar hormon estrogen.

Sedangkan akibat kekurangan cairan karena muntah akan memicu terjadinya

dehidrasi yang akan menimbulkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke

jaringan berkurang dan membuat frekuensi muntah semakin berlebihan

(Prawirohardjo, 2013).

Pada saat ibu hamil mengalami muntah-muntah secara berlebihan

diperlukan adanya suatu dukungan keluarga. Dukungan keluarga yang diberikan

untuk ibu hamil pada umumnya dapat diwujudkan dengan adanya tingkat

Page 3: SKRIPSI - Teuku Umar University

2

toleransi yang tinggi dari lingkungan sosial di sekitar ibu hamil, sehingga akan

membantu seorang ibu hamil untuk belajar menyesuaikan diri selama kehamilan

yang dapat diwujudkan dengan kemampuan mengurangi tekanan dan frustasi serta

mampu mengembangkan mekanisme psikologi yang sesuai serta mengembangkan

prilaku yang bermanfaat selama kehamilan berlangsung.

Dukungan dan peran serta suami selama kehamilan dapat meningkatkan

kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan persalinan bahkan dapat

memicu produksi ASI. Tugas suami yaitu memberikan perhatian dan membina

hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap masalah yang

dialaminya selama kehamilan, keberhasilan seorang istri dalam mencukupi

kebutuhan ASI untuk bayinya kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran

dan keterlibatan suami dalam masa kehamilan (Allina, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan dalam

Wiknjosastro (2011) umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20

sampai dengan 35 tahun. kehamilan di usia kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun

dapat menyebabkan hiperemisis gravidarum. Kejadian hiperemisis gravidarum

lebih sering dialami oleh primigravida daripada multigravida, hal ini berhubungan

dengan tingkat kestresan dan usia si ibu saat mengalami kehamilan pertama, Ibu

primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan khorionik

gonadotropin. Peningkatan hormon ini membuat kadar asam lambung meningkat,

sehingga muncullah keluhan seperti rasa mual.

Kira-kira 0,3 sampai dengan 2,0% dari total populasi ibu hamil di

Indonesia mengalami hiperemisis gravidarum, yang disertai dehidrasi dan

malnutrisi dan ini berdampak pada hampir 50.000 pasien hamil yang menjalani

Page 4: SKRIPSI - Teuku Umar University

3

perawatan di RS setiap tahunnya. Walaupun gejala yang paling sering biasanya

dirasakan pada trimester pertama, gejala bisa berlanjut dan menetap hampir

diseluruh usia kehamilan. Itulah mengapa diagnosa yang cepat dan tatalaksana

yang adekuat sangat diperlukan untuk mencegah risiko yang terjadi baik pada ibu

maupun janin di dalam kandungan (Santoso, 2010).

Demikian pula halnya dengan Provinsi Aceh, prevalensi hiperemisis

gravidarum adalah 0,2% dari seluruh ibu hamil (Riskesdas, 2007). Sementara itu

menurut Profil Dinas Kesehatan Aceh Barat tahun 2011, jumlah ibu hamil dengan

risiko tinggi termasuk hiperemisis gravidarum berjumlah 772 orang dari 3861 ibu

hamil atau sekitar 19,9% dan dari jumlah tersebut yang ditangani sebanyak 105

ibu hamil atau sekitar 13,6%.

Puskesmas Cot Seumereung adalah salah satu Puskesmas yang terletak

di Kecamatan Samatiga yang terdiri dari 32 Desa. Dimana Puskesmas ini

memberikan perawatan jalan bagi pasiennya. Kemudian data yang diperoleh dari

Puskesmas Cot Seumeureng dengan jumlah ibu hamil terhitung dari bulan januari

sampai dengan bulan desember pada tahun 2012 berjumlah 283 orang yang

mengalami Hiperemisis sebanyak 50 orang. Kemudian jumlah ibu hamil di

Puskesmas Cot Seumereng terhitung dari bulan januari sampai dengan bulan juli

pada tahun 2013 adalah 115 orang dan yang mengalami hiperemesis sebanyak 30

orang.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 10 orang

ibu hamil selama 3 hari terhitung dari tanggal 25 mei tahun 2013 diperoleh

informasi bahwa suami mereka masih kurang perduli dengan masalah hiperemisis

gravidarum yang dihadapinya, bahkan suami mereka tidak ikut serta

Page 5: SKRIPSI - Teuku Umar University

4

mendampingi istrinya memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas hal itu

disebabkan karena jarak tempuh tempat suami bekerja jauh, sibuk dengan

pekerjaan dan suami menganggap hal itu hanya menjadi tanggung jawab istri.

Dari latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Gambaran Sikap Dan Tindakan Suami Dalam Menghadapi Istri Dengan

Hiperemisis Gravidarum Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang di atas maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Sikap Dan Tindakan Suami

Dalam Menghadapi Istri Dengan Hiperemisis Gravidarum Di Kecamatan

Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Gambaran Sikap Dan Tindakan Suami Dalam Menghadapi Istri Dengan

Hiperemisis Gravidarum Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran tentang sikap suami dalam menghadapi

istri dengan hiperemisis gravidarum.

2. Untuk mengetahui gambaran tentang tindakan suami dalam

menghadapi istri dengan hiperemisis gravidarum.

Page 6: SKRIPSI - Teuku Umar University

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah sumber literatur dan kepustakaan

kepada pembaca serta memberkan informasi yang nyata tentang perilaku suami

dalam menghadapi isteri yang mengalami hiperemisis gravidarum.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi mahasiswa agar

lebih memahami tentang mual muntah di masa kehamilan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian yang sejenis

dan lebih mendalam lagi.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai masukan bagi masyarakat di Kecamatan Samatiga

khususnya pada suami yang memiliki istri yang mual muntah diharapkan

agar lebih memahami kondisi istrinya.

Page 7: SKRIPSI - Teuku Umar University

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian

Kehamilan (pregnancy) adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi

sampai lahirnya janin. Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,

kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi

hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40

minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender Internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam

12 minggu, trimester kedua dalam 15 minggu (minggu ke-13 sampai minggu ke-

27), dan trimester ketiga dalam 13 minggu (minggu ke-28 sampai minggu ke-40),

(Prawirohardjo, 2009).

Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari

pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai

dengan 42 minggu dan ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal.

Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan

yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu disebut sebagai post term atau

kehamilan lewat waktu (Wikojosastro, 2011).

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang saling

berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi

spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan partumbuhan zigot, terjadi nidasi

(implementasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil

Page 8: SKRIPSI - Teuku Umar University

7

konsepsi sampai aterm. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono, 2006).

2.1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan

Menurut Wibisono dan Dewi (2009) ada dua jenis tanda-tanda

kehamilan sebagai berikut:

1. Tanda-tanda mengarah ke kehamilan, tetapi tidak pasti hamil.

a. Tes kemih menggunakan alat celup menunjukkan hasil positif.

b. Terlambat menstruasi.

c. Terasa mual dan muntah.

d. Perut terasa membesar.

e. Payudara terasa membesar dan kencang.

2. Tanda-tanda kehamilan yang pasti.

a. Terlihat buah kehamilan dengan USG (ultra sonografi).

b. Terlihat melalui foto sinar X. Namun perlu diperhatikan, alat ini tidak

boleh dipakai selama kehamilan.

c. Terasa ada gerakan anak oleh pemeriksa.

2.1.3 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Oleh Ibu Hamil

Menurut BKKBN (2008) ada dua hal yang harus diperhatikan oleh ibu

hamil ketika akan hamil dan selama masa kehamilannya yaitu :

1. Mengatur jarak kehamilan sesuai dengan kurun reproduksi sehat.

2. Memperhatikan hal-hal penting selama kehamilan meliputi : tanda-tanda awal

kehamilan, pemeriksaan kehamilan, keadaan yang perlu diwaspadai dalam

Page 9: SKRIPSI - Teuku Umar University

8

kehamilan, tanda-tanda bahaya kehamilan, serta pemeliharaan dan perawatan

kehamilan.

2.1.4 Pemeriksaan Kehamilan

Untuk mengetahui kondisi ibu hamil dan janin yang sedang

dikandungnya perlu dilakukan pemeriksaan kehamilan meliputi frekuensi dan

manfaatnya yaitu (BKKBN, 2008) :

1. Frekuensi untuk memeriksaan kehamilan sekurang-kurangnya empat kali

dalam masa kehamilan, dengan awal pemeriksaan segera, kesulitan dalam

kehamilan dan keterlambat datang haid.

2. Manfaat memeriksakan kehamilan secara teratur adalah untuk

mempertahankan ibu hamil tetap sehat, deteksi dini kelainan, mendapatkan

tablet tambah darah dan imunisasi TT 2 kali selama kehamilan, serta konseling

oleh tenaga kesehatan.

2.2 Hiperemisis Gravidarum

2.2.1 Pengertian

Menurut Manuaba (2008) hiperemisis gravidarum adalah mual atau

muntah yang berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktifitas sehari-hari

bahkan dapat membahayakan hidup ibu hamil. Hiperemisis gravidarum adalah

gejala klinis yang memerlukan perawatan, seperti muntah yang berlebihan yang

dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi dan berat badan menurun.

Hiperemisis gravidarum adalah perasaan mual dan muntah yang

berlebihan yang disebabkan karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan

HCG dan sering terjadi pada kehamilan trimester I.

Page 10: SKRIPSI - Teuku Umar University

9

2.2.2 Etiologi Hiperemisis Gravidarum

Penyebab hiperemisis grafidarum belum diketahui secara pasti,

perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf

disebabkan kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Menurut

Manuaba (2008) faktor-faktor penyebab hiperimisis gravidarium yang ditemukan

antara lain :

1. Faktor predisposisi, sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa,

diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG. Frekuensi yang

tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa

faktor hormon memegang peranan karena kedua keadaan tersebut hormon

khorionik gonadrotopin dibentuk berlebihan.

2. Faktor organik, masuknya vili khorialis dalam siklus marternal dan perubahan

metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari ibu.

3. Faktor alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan.

4. Faktor psikologis, faktor ini memegang peranan penting pada hiperemisis

gravidarum walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemisis gravidarum

belum diketahui secara pasti.

2.2.3 Patofisiologi Hiperemisis Gravidarum

Patofisologi hiperemisis gravidarum menurut Manuaba (2008) diawali

dengan muntah yang berleebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan

darah turun dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi kejaringan,

menutup untuk memberikan nutrisi dan mengkonsumsi O2. Oleh karena itu dapat

terjadi perubahan metabolisme menuju kearah anaerobik yang menimbulkan

benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat mennimbulkan

Page 11: SKRIPSI - Teuku Umar University

10

perubahan elektrolit sehingga PH darah menjadi lebih tinggi. Dampak dari semua

masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi alat vital sebagai berikut :

1. Hepar, dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi

liver dan terjadi ikterus, terjadi pendarahan pada liver sehingga menyebabkan

gangguan fungsi umum.

2. Ginjal, dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun,

terjadi pendarahan dan nekrosis sel ginjal, sistem saraf pusat (terjadi nikrosis

dan pendarahan otak diantaranya pendarahan ventrikel).

2.2.4 Gejala dan Tingkat Hiperemisis Gravidarum

Menurut Manuaba (2008) gejala dan tingkat hiperemisis gravidarum

secara klinis dapat dibagi menjadi 3 tingkat :

1. Hiperemisis gravidarum grade I dengan gejala mual dan muntah terus

menerus, dehidrasi, turgor kulit berkurang, lidah kering, tekanan darah turun

dan suhu tubuh naik.

2. Hiperemisis gravidarum grade II dengan gejala dehidrasi semakin berat,

turgor kulit semakin berkurang, lidah kering dan kotor, mata cekung, tekanan

darah turun dan nadi meningkat, urine berkurang.

3. Hiperemisis gravidarum grade III dengan gejala dehidrasi semakin berat, mual

dan muntah berhenti, terjadi pendarahan dari esafagus, lambung dan retina,

gangguan fungsi hati bertambah dan gangguan kesadaran (somnolen sampai

koma).

Page 12: SKRIPSI - Teuku Umar University

11

2.2.5 Dampak Hiperemisis Gravidarum

Dampak hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat

menyebabkan kekurangan makanan dan cairan dalam tubuh ibu hamil, hal

tersebut dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan juga biasanya

menyebabkan dehidrasi pada ibu hamil sehingga pengobatan perlu segera

diberikan (Prawirohardjo, 2009).

2.2.6 Pencegahan Hiperemisis Gravidarum

Prinsip pencegahan menurut Mansjoer (2010) adalah dengan

memberikan informasi dan edukasi bahwa kehamilan dan persalinan merupakan

proses fisiologis, juga tentang diet ibu hamil yaitu makan sedikit-sedikit tetapi

sering, memberikan makanan selingan seperti biskuit, roti kering dengan teh

hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur. Menghindari makanan yang

berminyak dan berbau dan makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau sangat

dingin, defekasi hendaknya diusahakan teratur.

2.2.7 Penatalaksanaan Hiperemisis Gravidarum

a. Obat-obatan sedative Phenobarbital

Vitamin yang dianjurkan B1 dan B6, Antihistamin seperti dramin,

avion, Antiemetika seperti disklomin hidrokloride / khlor promazin.

b. Isolasi

Penderita disendirikan di dalam kamar tenang tetapi cerah dan

peredaran udara yang baik, catat cairan yang keluar dan masuk, hanya dokter dan

perawat yang boleh masuk ke dalam ruangan, sampai muntah berhenti dan

Page 13: SKRIPSI - Teuku Umar University

12

penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama 24

jam, kadang isolasi gejala-gejala berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

c. Terapi

Perlu di yakinkan kepada penderita bahwa penyakit ini dapat

disembuhkan.

d. Cairan parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan

protein dan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2–3 liter bila

perlu ditambah kalium dan vit C dan bila ada kekurangan protein dapat diberikan

asam amino secara IV (Manuaba, 2008).

2.3 Sikap

2.3.1 Definisi Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek sikap secara

nyata menunjukkan kondisi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadapa stimulus sosial.

Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara

merasakan, jalan pikiran dan perilaku. Sikap adalah kondisi mental yang kompleks

yang melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan

cara tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Page 14: SKRIPSI - Teuku Umar University

13

2.3.2 Komponen Sikap

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang :

a. Komponen kognitif, merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu

pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan yang dimiliki individu

mengenai sesuatu.

b. Komponen afektif, merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.

Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen

sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh

yang mungkin mengubah sikap seseorang.

c. Komponen konatif, merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau

kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan cara tertentu (Wawan,

2010).

2.3.3. Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan

(Notoatmodjo, 2007) :

a. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding) memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan

tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti

bahwa orang menerima ide tersebut.

Page 15: SKRIPSI - Teuku Umar University

14

c. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan dan

mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi dari sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3.4 Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif yaitu

Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan objek tertentu. Sedangkan sikap negatif, terdapat kecenderungan

untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu (Wawan,

2010).

2.3.5 Ciri-ciri Sikap

Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu sikap bukan dibawa sejak

lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan individu dalam

hubungan dengan objek sikap, sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat

dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan dan

syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain, sikap tidak

berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu

objek, objek sikap merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut., sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi

perasaan, yaitu sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan

atau pengetahuan yang dimiliki seseorang ((Notoadmojo, 2007).

Page 16: SKRIPSI - Teuku Umar University

15

2.3.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut wawan (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap

yaitu Pengalaman pribadi, merupakan apa yang telah dan sedang kita alami akan

ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial

dan tanggapan akan menjadi salah-satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman

yang berkaitan dengan objek psikologis, apakah penghayatan itu kemudian akan

membentuk sikap positif ataukah negative.

Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan salah-satu

diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap, seseorang yang

diharapkan akan menjadi persetujuan pada setiap gerak dan tingkah laku serta

akan memberikan pendapat pada kita adalah seseorang yang berarti khusus bagi

kita.

Pengaruh kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam

budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan, sangat mungkin kita

akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan.

Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan

berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap

kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan.

Media masa sebagai sarana komunikasi terhadap berbagai bentuk media

masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah mempunyai pengaruh besar

dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Walaupun pengaruh media

masa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individu secara langsung, namun dalam

Page 17: SKRIPSI - Teuku Umar University

16

pembentukan sikap, peran media masa tidak kecil artinya. Karena itu salah-satu

bentuk informasi sugestif dalam media masa.

Lembaga pendidikan dan lembaga agama, merupakan suatu sistem yang

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pahaman

akan baik dan buruk garis pemisah antara sesuatu yang boleh dilakukan dan yang

tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta

ajaran-ajarannya.

Pengaruh faktor emosi, tidak semua sikap ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, Kadang-kadang suatu bentuk

sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Sikap demikan dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu

frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih konsisten

dan bertahan lama. Suatu contoh sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah

prasangka, Prasangka seringkali merupakan bentuk sikap negatif yang didasari

oleh kelainan kepribadian pada orang-orang yang frustasi (Wawan 2010).

2.3.7 Cara Mengukur Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-

pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner

(Notoatmodjo, 2007).

Page 18: SKRIPSI - Teuku Umar University

17

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu

mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi

atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya

bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap, pernyataan ini disebut

dengan pernyataan favorable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi

hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun

kontra terhadap objek sikap, pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan

unfavorable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas

pernyataan favorable dan unvaforable dalam jumlah yang seimbang.

2.3.8 Skala Pengukuran Sikap

Skala Thrustone merupakan metode ini mencoba menempatkan sikap

seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorable sehingga sangat

favorable terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan memberikan orang tersebut

sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajat favorabilitasnya (Wawan,

2010).

Untuk menghitung nilai skala dengan memilih pertanyaan sikap,

pembuat skala perlu membuat sampel pertanyaan sikap sekitar 100 buah atau

lebih. Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian diberikan kepada seorang penilai.

Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitasnya masing-masing

pertanyaan. Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik skala yang

memiliki rentang 1 sampai dengan 11. Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 sangat setuju.

Page 19: SKRIPSI - Teuku Umar University

18

Skala Likert mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih

sederhana dibandingkan dengan skala Thrustone. Dalam metode Likert, masing-

masing responden diminta menandai (agreement) untuk masing-masing aitem

dalam skala yang terdiri dari 5 point (Sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

setuju, sangat tidak setuju). Untuk pernyataan yang favorable nilai skala diubah

menjadi angka yaitu sangat setuju nilainya 5, setuju 4, ragu-ragu 3, tidak setuju 2

dan sangat tidak setuju 1. Sebaliknya untuk pernyataan tidak favorable sangat

setuju nilainya 1, setuju nilainya 2, ragu-ragu 3, tidak setuju 4 dan sangat tidak

setuju 5 (Wawan, 2010).

2.4 Sikap Suami Terhadap Istri Dengan Hiperemisis Gravidarum

Sikap suami adalah harapan atau standar perilaku yang telah diterima

oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang

ditetapkan melalui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir. Peran diri adalah pola

sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di

masyarakat (Kurniawan, 2008).

Menurut Kurniawan 2008 sikap suami terhadap istri yang mengalami

hiperemisis adalah suami harus menunjukkan sikap positif seperti sikap-sikap

penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif, ikut

membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-

anak serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karir atau

pekerjaan istrinya. Serta suami harus bisa berperan seperti suami siaga. Sikap

suami terhadap istri yang hiperemisis gravidarum adalah sebagai berikut :

Page 20: SKRIPSI - Teuku Umar University

19

a. Menyimak Informasi tentang kehamilan

Menyimak informasi tentang kehamilan dapat membantu suami dalam

mengontrol perubahan fisik dan psikologis ibu selama hamil. Jika suami

menginginkan jenis perawatan yang diinginkan selama hamil, suami perlu

mencari informasi dan mendiskusikan kehamilan dengan tenaga kesehatan.

Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah, koran,

tabloid, tenaga kesehatan, atau situs kehamilan di internet. Dengan mengetahui

akar masalah yang terjadi maka ibu bisa lebih tenang dalam menjalani kehamilan

yang sehat. Ibu jadi tahu mana yang sesuai dengan kondisinya atau tidak.

Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu tentang kehamilan, tidak mustahil

akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu kondisi

psikis (Nolan, 2008).

b. Kontrol

Kontrol bisa dilakukan pada dokter atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa

menanyakan tentang kondisi dirinya dan bayi dalam kandungan. Biasanya, bila

ibu perlu penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu untuk

menemui psikolog atau psikiater yang dapat membantu kestabilan emosi.

Mengantar ibu kontrol ke dokter, ini penting karena suami harus tahu apa yang

terjadi pada istri. Kalau ada keluhan-keluhan dan informasi-informasi penting

seputar kehamilan suami juga harus tahu, agar lebih memahami apa yang

dirasakan oleh sang istri. Antenatal care merupakan salah satu tindakan screening

pada ibu hamil untuk mencegah komplikasi selama kehamilan dan persalinan

nanti (Yohana, 2008).

Page 21: SKRIPSI - Teuku Umar University

20

c. Perhatian Suami

Perhatian yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan emosi

ibu. Misalnya, ibu bisa saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke

dokter atau bidan agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan.

Suami dapat memberikan perhatian terhadap keluhan-keluhan yang dirasakan oleh

ibu hamil. Perhatian suami dapat dilihat dari membantu ibu dalam menyelesaikan

pekerjaan rumah tangga, mengelus dan memijat punggung ibu. Mengelus perut

yang menunjukkan perhatian pada ibu dan bayi yang dapat membangun

kestabilan emosi (Yohana, 2008).

d. Menjalin Komunikasi

Komunikasi sangat dibutuhkan untuk membantu hubungan dengan ibu

hamil. Komunikasi yang baik yaitu dengan dua arah dimana suami tidak

mendominan semua pembicaraan. Setiap ada masalah suami meminta pendapat

ibu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jangan pernah menutupi perubahan

dan keluhan yang terjadi pada saat kehamilan, tetapi komunikasikan dengan

suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa berempati dan mampu memberi

dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan, terutama

suami, sangat berpengaruh terhadap kekhawatiran ibu dalam menjalani

kehamilan. Sebaliknya, perasaan ibu yang dipendam sendiri tidak akan membawa

perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu jadi berkepanjangan (Nolan,

2008).

e. Perhatikan Kesehatan

Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai perubahan,

termasuk perubahan psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga ringan

Page 22: SKRIPSI - Teuku Umar University

21

dan memperhatikan asupan gizi. Suami siaga harus siap ketika sewaktu-waktu

istri mengalami keluhan sehubungan dengan kehamilannya. Suami yang tenang

bisa membuat istri jadi ikut tenang. Suami siaga harus lebih perhatian

mengingatkan dan membantu istrinya untuk kontrol teratur, mengingatkan waktu

untuk kunjungan ulang (Yohana, 2008).

2.5 Tindakan

2.5.1 Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2007) tindakan adalah mekanisme dari suatu

pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk

mewujudkan suatu tindakan. Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk

dilaksanakan atau dipraktekkan. Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan

nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain.

Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :

1. Presepsi

Mekanisme mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil.

2. Respon Terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh.

3. Mekanisme

Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah

atau ajakan orang lain.

Page 23: SKRIPSI - Teuku Umar University

22

4. Adopsi

Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan

itu telah dimodifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut.

2.6 Landasan Teoritis

Kerangka teori disusun berdasarkan landasan teori yang telah

dikemukakan Bloom dalam Notoatmodjo (2007) perilaku manusia dapat dibagi

menjadi tiga domain yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (affective), tindakan

(psychomotor).

Gambar 2.1 Landasan Teoritis

Perilaku Sikap

Pengetahuan

Tindakan

Page 24: SKRIPSI - Teuku Umar University

23

2.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini mengacu pada landasan teori di

atas yaitu :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Sikap Suami

Tindakan Suami

Hiperemisis Gravidarum

Page 25: SKRIPSI - Teuku Umar University

23

243

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, penelitian deskriptif

adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

mengetahui gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif

(Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui Gambaran Sikap Dan Tindakan Suami Dalam Menghadapi Istri

Dengan Hiperemisis Gravidarum Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh

Barat pada tanggal 11 Oktober sampai dengan 17 Oktober tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian (Arikunto, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami dari ibu hamil yang mengalami

hiperemisis gravidarum di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat, terhitung

mulai bulan januari sampai dengan maret yang berjumlah 30 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan perwakilan dari populasi yang akan diteliti. Jumlah

sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumusan (Arikunto, 2006) yang

menjelaskan bahwa apabila pengambilan sampel pada subjek penelitian kurang

dari 100, maka dapat diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

Page 26: SKRIPSI - Teuku Umar University

25

25

populasi, Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil seluruh populasi

menjadi sampel penelitian yaitu sebanyak 30 orang atau lebih dikenal dengan

metode totaly population.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari responden

melalui pengisian kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

yang berisikan pernyataan yang berbentuk pernyataan dan esayy mengenai

Gambaran Sikap Dan Tindakan Suami Dalam Menghadapi Istri Dengan

Hiperemisis Gravidarum Di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat dengan

jumlah pertanyaan pada masing-masing variabel sebanyak 10 pertanyaan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berasal dari selain responden yaitu

data-data yang ada di UPTD Puskesmas Cot seumereng, Dinas Kesehatan Aceh

Barat dan literatur-literatur lainnya.

Page 27: SKRIPSI - Teuku Umar University

26

26

3.5. Defenisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Keterangan1 Sikap Suami Defenisi

Cara ukurAlat ukurHasil ukur

Skala ukur

Respon yang konsisten dari suamidalam menghadapi istri denganhiperemisis gravidarumWawancaraKuesioner1. Positif2. NegatifOrdinal

2 Tindakan Suami Defenisi

Cara ukurAlat ukurHasil ukur

Skala ukur

Tindakan yang konsisten dari suamidalam menghadapi istri denganhiperemisis gravidarumWawancaraKuesioner1. Baik2. KurangOrdinal

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

Sikap suami dapat di ukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu

setiap pernyataan terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu :

- Sangat setuju (SS) skornya : 4

- Setuju (S) skornya : 3

- Tidak setuju (TS) skornya : 2

- Sangat tidak setuju (STS) skornya : 1

Untuk menentukan rentang antar kategori digunakan rumus :

(Notoatmodjo, 2007).

H - LI =

K

Page 28: SKRIPSI - Teuku Umar University

27

27

Keterangan :

I : Interval

H : Tinggi

L : Rendah

K : Katagori

Sehingga didapatkan :

a. Kategori positif apabila skor yang diperoleh 26 - 34

b. Kategori negatif apabila skor yang diperoleh 16 - 25

Variabel Tindakan

Sehingga didapatkan :

Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5

Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5

3.7 Metode Analisa Data

Metode statistik untuk analisis data yang digunakan adalah analisis

univariat yaitu bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karateristik

setiap variabel penelitian. Dalam analisis univariat hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2007).

10 - 0I =

2

I = 5

34 - 16I =

2

I = 25

Page 29: SKRIPSI - Teuku Umar University

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

UPTD Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga terletak di

Kabupaten Aceh Barat dengan luas wilayah Kecamatan 14 Km x 8 Km

(112Km2). Wilayah Samatiga merupakan Daerah dataran rendah yang meliputi

area pemukiman, pertanian dan perkebunan.UPTD Puskesmas Cot Seumeureung

merupakan Puskesmas perawatan yang terletak di Desa Cot Seumeureung, dengan

wilayah kerja 32 desa. Dengan jumlah penduduk sekitar 14.798 jiwa, terdiri dari

4006 KK, 7560 laki-laki, dan 7238 perempuan.

Adapun batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Cot Seumeureung,

disebelah utara berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Bubon, Sebelah

Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, Sebelah Timur berbatasan dengan

Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Sebelah Barat berbatasan dengan

Wilayah Kerja Puskesmas Arongan Lambalek.

4.1.2 Hasil Analisa Univariat

4.1.2.1 Sikap

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Di Kecamatan SamatigaKabupaten Aceh Barat Tahun 2013

No Sikap f %1. Positif 24 802. Negatif 6 20

Total 30 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Page 30: SKRIPSI - Teuku Umar University

29

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui mayoritas sikap responden

berada pada kategori positif sebanyak 24 orang (80%).

4.1.2.2. Tindakan

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Di KecamatanSamatiga Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

No Tindakan F %1. Baik 19 632. Kurang 11 37

Total 30 100Sumber : Data primer diolah tahun 2013

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui mayoritas tindakan responden

berada pada kategori baik sebanyak 19 orang (63%).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Sikap

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 80% responden bersikap positif

pada istri yang hiperemisis gravidarum, hal ini menunjukkan bahwa sikap

memiliki peran penting dalam menghadapi istri dengan hiperemisis gravidarum.

Sikap suami adalah harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh

keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan

melalui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir. Peran diri adalah pola sikap,

perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di

masyarakat (Kurniawan, 2008).

Hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2007) bahwa sikap

merupakan cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan

pikiran dan perilaku. Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang

Page 31: SKRIPSI - Teuku Umar University

30

melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara

tertentu.

Menurut kurniawan (2008) sikap suami terhadap istri yang mengalami

hiperemisis adalah suami harus menunjukkan sikap positif seperti sikap-sikap

penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif, ikut

membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-

anak serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karir atau

pekerjaan istrinya serta suami harus bisa berperan sebagai suami siaga.

4.2.2 Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tindakan suami pada istri

dengan hiperemisis gravidarum berada pada kategori baik hal ini dapat dilihat

dari tingginya nilai frekuensi yaitu sebanyak 63%. Seorang Suami harus selalu

mendampingi istri ketika sedang hamil, jangan pernah meremehkan tugas istri

dalam mengandung bayi karena banyak tekanan yang akan timbul dan terkadang

ini akan membuat istri stress dan tentunya akan berdampak pada janin yang

sedang dikandung. Sebisa mungkin seorang suami harus mengetahui apa yang

harus dilakukan ketika istri berada dalam masa kehamilan, hal Ini akan

mengurangi tingkat stress pada istri.

Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) dimana tindakan

merupakan mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi

sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Setelah seseorang

mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa

yang telah diketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekkan.

Page 32: SKRIPSI - Teuku Umar University

31

Selama kehamilan, tentu seorang istri membutuhkan pendamping untuk

merawat kehamilannya, baik itu dari suami ataupun orangtua. Dengan

mengurangi sedikit beban pekerjaan di kantor dan memberikan perhatian yang

penuh kepada istri. Dampingi istri saat memeriksakan kandungan ke dokter

menjelang melahirkan, ini merupakan salah satu bentuk kepedulian suami

terhadap istri dan janin yang berkembang dalam rahim, melayani istri dengan

baik, dan menyiapkan kebutuhan bayi. Karena akan banyak tekanan yang muncul

selama kehamilan dan dapat membuat stress serta berpengaruh pada janin. Jadi

sangat penting suami ikut andil dalam kehamilan yang dijalani istri. Adapun

beberapa tindakan yang dapat dilakukan suami selama istri dalam masa kehamilan

adalah memberikan perhatian penuh, tetap siaga dalam arti kata siap antar jaga

istri selama bisa melakukannya (Melinda, 2012).

Page 33: SKRIPSI - Teuku Umar University

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian dapat diketahui 80% responden bersikap positif dalam

menghadapi istri dengan hiperemisis gravidarum.

2. Dari hasil penelitian dapat diketahui 63% responden menyatakan telah

melakukan tindakan yang baik dalam menghadapi istri dengan hiperemisis

gravidarum.

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada masyarakat di Kecamatan Samatiga khususnya pada suami

dalam menghadapi istri pada saat hiperemisis gravidarum agar lebih

memahami kondisi istrinya, karena hal ini dapat mempengaruhi kesehatan ibu

dan janin yang ada didalam kandungan.

2. Bagi petugas kesehatan dan instansi terkait dianjurkan untuk memberikan

konseling mengenai pentingnya peran suami dalam menghadapi istri pada saat

hiperemisis gravidarum.

Page 34: SKRIPSI - Teuku Umar University

24

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.Edisi Revisi V. Jakarta.

Allina. 2011. Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka. Pelajar. Yogyakarta.

BKKBN. 2008. Hiperemisis Gravidarum. EGC. Jakarta.

Dinkes Aceh Barat. 2011. Data Ibu Hamil Dengan Hiperemisis Gravidarum.

Kurniawan. 2008. Peran Suami Selama Kehamilan. EGC. Jakarta.

Manuaba. 2008. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Dengan HiperemisisGravidarum. Salemba Medika. Jakarta.

Mansjoer. 2008. Kapital Selektal Kedokteran. Media Acepelius. FKUI.

Melinda. 2012. Peran Suami Dalam Kehamilan Istri. Salemba Medika. Jakarta.

Nolan. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.

Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo. Jakarta.

Prawirohardjo. 2013. Kesehatan Pada Ibu Hamil. Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Puskesmas Cot Seumereng. 2012. Data Pasien Hiperemisis Gravidarum 2012.

Puskesmas Cot Seumereng. 2013 Data Pasien Hiperemisis Gravidarum 2013.

Santoso. 2010. Hiperemisis Gravidarum Indonesia. Pustaka. Pelajar. Yogyakarta

Sarwono. 2006. Proses Kehamilan. Bina Rupa. Jakarta.

Simpson. 2013. Sistem Kesehatan. Rajawali Persada. Jakarta.

Wawan. 2010. Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan Prilaku Manusia. NuhaMedika Yokyakarta.

Wibisono dan Dewi. 2009. Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta; AgroMedia Pustaka.

Wikojosastro. 2011. Konsep Kesehatan Bumil. Balai Pustaka. Jakarta.

Yohana. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.

Page 35: SKRIPSI - Teuku Umar University

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA ASKES SOSIAL DI RUANG RAWAT INAP KELAS UTAMA DAN VIP RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH CUT NYAK DHIEN MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

YUYUN SYAHPUTRA

NIM : 06C10104243

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH

ALUE PENYARENG - ACEH BARAT 2013

Page 36: SKRIPSI - Teuku Umar University

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan

kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945. Pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan dengan mendasarkan

kepada Sistem Kesehatan Nasional (SKN). SKN adalah suatu tatanan yang

menghimpun berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling

mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai

perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.

Peranan pemerintah dalam pembangunan salah satunya adalah menyediakan

bentuk pelayanan-pelayanan umum untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,

untuk hal ini diperlukan suatu kondisi yang membawa kepada perubahan

struktural, ini merupakan salah satu langkah untuk keberhasilan pembangunan

yang meliputi sumber daya, penguasaan teknologi serta pemberdayaan manusia

yang tidak terlepas dari faktor kesehatan.

Terwujudnya hidup sehat merupakan kehendak dari semua pihak, tidak hanya

kehendak dari perorangan, keluarga ataupun kelompok, akan tetapi kehendak

masyarakat secara keseluruhan, untuk terwujudnya keadaan tersebut banyak

upaya yang dilakukan salah satunya adalah upaya yang mempunyai peranan yang

cukup penting dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

Page 37: SKRIPSI - Teuku Umar University

2

Asuransi Kesehatan (Askes sosial) mulai dilaksanakan pada tanggal 1 April

1969 bagi pegawai negeri beserta anggota keluarganya. Penyelenggaraan Askes

sosial merupakan suatu usaha jasa pelayanan kesehatan yang menguntungkan

karena dapat menjangkau masyarakat luas dengan menggunakan sumber daya

yang berkualitas serta biaya operasional yang terkendali sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Asuransi Kesehatan Indonesia mempunyai tujuan untuk melindungi peserta

dari resiko ekonomi bagi yang sakit. Kewajiban dari setiap peserta Askes Sosial

adalah membayar iuran wajib sebesar 2% dari gaji pokok atau pensiun setiap

bulan yang dipotong langsung oleh bendahara gaji, lalu peserta Askes yang telah

memiliki kartu Askes untuk mendaftarkan ke Puskesmas atau tempat pelayanan

kesehatan yang telah ditunjuk oleh PT. Askes. (Rosnifah, 2001).

Upaya pemerintah untuk mengwujudkan kesejahteraan pemegang kartu

AskesSosial terus dilakukan. Akan tetapai masih banyak masalah yang kita dapati

ketika pasien pemegang kartu Askes Sosial yang masih saja mengeluh tentang

pelayanan di rumah sakit, terutama rumah sakit umum daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh.Oleh karena sebab itu bisa kita nilai bahwa ada beberapa pasien

pemegang Askes Sosial ( PNS ) yang masih merasa kurang puas atas pelayanan

rumah sakit tersebut.

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Aceh Barat,

memiliki 11 ruangan rawat inap yang dapat melayani pasien peserta Askes Sosial

dan peneliti megfokuskan pada ruang kelas utama dan Vip juga dapat memeriksa

kesehatannya, yaitu :

Page 38: SKRIPSI - Teuku Umar University

3

No Nama Ruang Jumlah

kamar

Jumlah pasien

Laki-laki perempuan

Jumlah %

1 R.K.Utama 11 24 32 56 30,85

2 R.Vip 8 27 29 56 30,85

3 R.Bedah 10 / sal 0 1 1 0,53

4 R.Kebidanan 4 / sal 0 24 24 12,76

5 R.anak 3 / sal 3 6 9 4,78

6 R.ICU 1 4 0 4 2,12

7 R.Nicu 1/ sal 19 5 24 12,76

8 R.KB.tindakan 3 0 3 3 1,59

9 R.P.dalam 3 / sal 2 1 3 1,59

10 R.syaraf 4 / sal 4 0 4 2,12

11 R.mata 2 / sal 0 0 0 0

Jumlah 87 101 184 100

( Sumber Rekam medik RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Aceh Barat )

Jumlah kunjungan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Nyak Dhien pada bulan November 2012, jumlah pasien laki – laki 87 ( 46,27 %)

orang, jumlah pasien perempuan 101 (53,73%) orang, jadi jumlah pasien yang

rawat inap peserta Askes Sosial ruang kelas utama 56 (30,85) orang, ruang Vip 56

(30,85%) orang, ruang bedah 1 (0,53%) orang, runag kebidanan 24 ( 12,76%)

orang, ruang anak 9 ( 4,78%) orang, ruang ICU 4 (2,12%) orang, ruang NICU 24 (

12,76%) orang, ruang KB tindakan 3 (1,59%) orang, ruang penyakit dalam 3

(1,59%) orang, ruang saraf 4 ( 2,12%) dan ruang mata 0 ( 0%).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah yang

bahwasanya masih terdapat pelayanan yang tidak baik dengan terjadinya komplin

pasien terhadap pelayanan yang diberikan, seperti kunjungan dokter yang tidak

tepat waktu, sikap petugas yang kurang baik, penyediaan obat yang masih tidak

lengkap maupun prosedur pelayanan.

Page 39: SKRIPSI - Teuku Umar University

4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Kepuasan

Pasien Rawat Inap di ruang kelas utama dan ruang Vip peserta Askes sosial

di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan prosedur pelayanan petugas dengan

kepuasan pasien rawat inap kelas Utama dan Vip peserta askes sosial di

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten

Aceh Barat.

2. Untuk mengetahui hubungan kunjungan dokter ( Visite dokter ) dengan

kepuasan pasien rawat inap Kelas Utama dan Vip peserta askes sosialdi

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten

Aceh Barat.

3. Untuk mengetahui hubungan sikap perawat dengan kepuasan pasien

rawat inap Kelas Utama dan Vip peserta askes sosialdi Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

4. Untuk mengetahui hubungan ketersidiaan obat dengan kepuasan pasien

rawat inap Kelas Utama dan Vip peserta askes sosialdi Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Page 40: SKRIPSI - Teuku Umar University

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis :

1) Bagi Institusi Pendidikan :

Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

meulaboh, dapat dijadikan sebagai Referensi dan bahan bagi peneliti-

peneliti berikutnya tentang kepuasan pasien rawat inap pemegang kartu

Askes Sosial.

2) Bagi Peneliti :

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti terhadap

kepuasan pasien rawat inap peserta Askes Sosial yang berobat di Rumah

Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

1.4.2 Manfaat Aplikatif

1) Bagi Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh :

Sebagai bahan masukan dalam upaya memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien

2) Bagi Pasien Askes Sosial :

Sebagai bahan pengetahuan terhadap sikap petugas kesehatan baik

dalam prosedur pelayanan, kunjungan dokter, sikap perawat maupun

ketersediaan obat-obatan.

Page 41: SKRIPSI - Teuku Umar University

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepuasan Pasien

Kotler (1999), memberikan defenisi mengenai kepuasan konsumen/

pelanggan, sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja

(hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya.

Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan

kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan yang diinginkan (Oliver, 1980),

sikap terhadap Pelayanan Medis yang terpercaya dan variabel yang berpengaruh

dalam penggunaan ukuran kepuasan dengan kualitas yang diterima. Mereka

mengusulkan kepuasan konsumen, menilai yang paling tepat dalam kontek pasti,

dan bagian yang terkenal dengan perlindungan dan perawatan medis relevan

untuk mempertimbangkan adanya persepsi yang subjektif dari kepuasan dan

pelayanan yang dapat menyenangkan konsumen atau sering juga yang disebut

dengan pasien yang membutuhkan dan menerima pelayanan kesehatan. Semua

koordinasi dana dan tata krama menunjukkan pada persediaan yang ada dan

informasi mengenai keadaan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut,

(Supranto, 1997)

George (1995) mengemukakan kepuasan pasien merupakan sebuah petunjuk

hasil dalam teoritis model dari jalan keluar yang mana menunjukkan faedah

pelayanan.

Menurut Salim (1997), kepuasan berarti keinginan dan kebutuhan seseorang

yang telah terpenuhi. kepuasan pasien adalah dasar ukuran kualitas atau mutu

pelayanan keperawatan serta alat yang dapat dipercaya.

Page 42: SKRIPSI - Teuku Umar University

7

Kepuasan pasien merupakan hasil dari proses pelayanan yang dirasakan oleh

pasien, kepuasan secara keseluruhan muncul dari evaluasi pasien terhadap

pengalaman atau sebagai interaksi antara lain yaitu tersedianya pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh petugas (tenaga kesehatan), sehingga kepuasan

pasien dapat digunakan untuk menilai kualitas layanan yang diterima oleh pasien.(

Sitanggang, 2003).

Didalam masyarakat terdapat bermacam-macam kelompok yang mempunyai

perbedaan yang mempengaruhi persepsi dan harapan pasien. Perbedaan tersebut

mengambarkan nilai-nilai dalam kelompok untuk dapat memenuhi kebutuhannya

termasuk kebutuhan dalam bidang kesehatan. (Notoatmojo, 1996).

2.2. Faktor- faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien dalam

mendapatkan pelayanan kesehatan

1. Prosedur pelayanan

Prosedur adalah serangkaian aksi yang spesifik, tindkan atau

operasi yang harus di jalankan dengan cara yang sama agar selalu

memperoleh hasil yang sama dan keadaan yang sama contohnya prosedur

kesehatan kerja dan keselamatan kerja. Kata ini bisa mengindikasi kan

rangkaian aktifitas, tugas- tugas, langkah- langkah, keputasan –

keputusan dan proses. Yang dijalankan melalui serangkaian pekerjaan

yang menghasilkan suatu tujuan yang di inginkan,suatu produk atau

sebuah akibat, sebuah prosedur mengakibat kan suatu perubahan (

Depkes RI, 2006 )

Page 43: SKRIPSI - Teuku Umar University

8

Prosedur adalah peraturan yang telah dibuat di satu innstansi dan

dilaksanakan sebagai suatu ketetapan yang berlak, dimana jika menjadi

penyimpangan pada peraturan yang telah ditentukan maka akan

dikenakan suatu sanksi karena dianggap suatu pelanggaran, atau

penyimpangan dari suatu prosedurakan menimbulkan penilaian negatif

terhadap intansi tersebut. Dalam pelayanan kesehatan prosedur harus

dilakukan dengan benar karena jika terjadi penyimpangan akan

menimbulkan masalah kesehatan pada pasien ( Ratminto, 2005 )

2. Kunjungan Dokter

Visite dokter adalah kunjungan dokter ke ruang tempat pasien

dirawat dirumah sakit atau pukesmas. Cakupan kunjungan kesehatan

adalah cakupan pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai

standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kopetensi kesehatan,

paling sedikit 2 kali disatu wilayah kerja tertentu ( departemen Kesehatah

RI, 2005 ).

Kunjungan atau visite dokter adalah kontak pasien dengan tenaga

kesehatan (dokter) untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan

kesehatannya. Baik didalam maupun diluar gedung rumah sakit atau

pukesmas (Departemen Kesehatan RI, 2004).

Menurut devinisi operasional standar pelayanan minimal bidang

pelayanan kabupaten, kunjungan atau visite dokter adalah kontak dengan

petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan minimal 1

kali dalam sehari baik didalam maupun diluar instisusi kesehatan.

Page 44: SKRIPSI - Teuku Umar University

9

Dalam kunjungan dokter, pasien berhak bertanya kepada dokter

tentang keluhan yang di rasakannya, dan dokter harus menerangkan,

karena pasien dengan dokter harus ada kerja sama. Sehingga kunjungan

dokter terhadap pasien menghasilkan perubahan pada kondisi kesehatan

si pasien.

Kunjungan atau visite dokter hendaknya memberikan dampak positif

bagi kesehatan si pasien, karena kunjungan atau visite dokter merupakan

salah satu solusi agar kesehatan pasien selalu dalam pengawasan petugas.

Kunjungan dokter menghasilkan diaknosa keadaan pasien dimana dokter

menganjurkan atau memberikan solusi bagi pasien agar kesehatannya

kembali normal.

3. Sikap Petugas Kesehatan

Sikap petugas menentukan seseorang untuk bertindak, apabila

seseorang telah beranggapan bahwa sesuatu baik maka orang akan

melakukan hal tersebut. Sikap petugas merupakan salah satu ukuran

penilaian kepuasan pasien adalah kenyamanan pelayanan, tidak hanya

menyangkut fasilitas yang tersedia tetapi juga yang terpenting adalah

sikap serta tindakan para pelayanan kesehatan, ukuran kepuasan pasien

harus terus menerus diupayakan oleh karena pasien akan memberi nilai

buruk dan merasa tidak puas terhadap pelayanan yang lambat dan

bertele-tele serta terlalu birokrasi (Azwar, 1996).

4. Ketersediaan Obat

Salah satu ukuran penilaian tingkat kepuasan pasien adalah

ketersedian dan kesinambungan pelayanan, yang dalam hal ini dikaitkan

Page 45: SKRIPSI - Teuku Umar University

10

dengan kesinambungan pelayanan obat yang diterima pasien yaitu selalu

tersedianya obat pada saat pasien membutuhkan (Azwar, 1996).

Menurut Dapartemen Kesehatan RI (1996) persediaan obat-obatan

adalah proses untuk memperoleh obat yang dibutuhkan pasien, maksud

dan tujuan pengadaan obat terdiri dari:

1. Memperoleh obat dengan jenis dan jumlah yang dapat sebagai

kebutuhan.

2. Mendapat obat dengan mutu yang baik.

3. Menjamin penyampaian yang cepat dan tepat waktu.

4. Optimasi pengelolaan persediaan obat melalu prosedur

pengadaan atau permintaan yang baik.

Menurut Bruce (1989), suatu pelayanan dianggap mempunyai

kualitas jika, adanya kesempatan untuk memilih obat yang digunakan,

memberi informasi yang diberikan untuk pasien tentang obat secara jelas

keuntungan dan kerugian serta resiko yang dapat terjadi akibat

pemakaian obat.

Obat-obatan yang diserahkan harus benar-benar sesuai dengan

kebutuhan pasien berdasarkan resep yang diberikan oleh seorang dokter,

pda waktu penyerahan obat kepada pasien petugas berkewajiban

mengadakan pengecekan terhadap obat yang diserahkan, jika terdapat

kekurangan maka penerimaan obat-obatan wajib menulis jenis obat yang

kurang. Iskandar (1998).

Page 46: SKRIPSI - Teuku Umar University

11

2.3. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan suatu upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat. (Levey dan Loomba, 1973)

dikutip dalam Azwar, 1996.

Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan dapat dibedakan atas 2 (dua) macam

(Hod Getts dan Cascio, 1983) dikutip dalam Azwar (1996), yaitu:

1. Pelayanan Kedokteran (Medical Service)

Merupakan pelayanan suatu cara pengorganisasian yang dapat bersifat

sendiri atau secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan

utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan,

sasarannya terutama untuk perorangan atau kelompok.

2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Public Health service)

Merupakan suatu pengorganisasian yang umumnya secara bersama-

sama dalam satu organisasi yang tujuan utamanya untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, sasarannya

terutama untuk kelompok dan masyarakat.

Sekalipun pelayanan kedokteran berbeda dengan kesehatan masyarakat,

namun untuk dapat disebut suatu pelayanan kesehatan yang baik, keduanya harus

memiliki berbagai persyaratan, yaitu:

1. Tersedia dan berkesinambungan.

2. Dapat diterima dan wajar.

3. Mudah dicapai.

Page 47: SKRIPSI - Teuku Umar University

12

4. Mudah dijangkau.

5. Bermutu.

2.4. Mutu Pelayanan Kesehatan

Mutu atau kualitas pelayanan kesehatan ternyata banyak sekali, karena

maknanya akan berlainan bagi setiap orang dan tergantung pada konteknya.

Pengertian yang sederhana dan dianggap cukup penting menurut Azwar (1996)

adalah:

1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang

sedang dinimati.

2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program.

3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa,

yang di dalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau

pemenuhan kebutuhan para pengguna.

4. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Roberts dan Prevost (1987) telah berhasil

membuktikan adanya perbedaan penilaian mutu antara pemakai jasa pelayanan

penyelenggara : (Azwar, 1996)

1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan.

Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan

petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas

dengan pasien, keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam

melayani pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita

oleh pasien.

2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan.

Page 48: SKRIPSI - Teuku Umar University

13

Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian

pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu teknologi

mutakhir dan atau otonomi profesi dalam menyelenggarakan pelayanan

kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.

3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan.

Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian

pelayanan sumber dana, kewajaran pembiayaan kesehatan, dan atau

kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi kerugian penyandang

dana pelayanan kesehatan.

Sedangkan Smith Metzner (1970) dikutip dalam Azwar (1996)

mengemukakan mutu dari pelayanan kesehatan itu sendiri dapat menunjukkan

pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam rasa puas pada diri setiap

pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut makin baik pula mutu pelayanan

kesehatan.

Untuk mengatasi masalah kepuasan pasien yang didapati oleh pasien

dengan mutu pelayanan kesehatan yang diterima ada 2 hal pembatasan yang dapat

dilakukan, yaitu:

1. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien.

Mutu pelayanan kesehatan dinilai baik, apabila pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan tersebut dapat menimbulkan rasa puas pada diri

setiap pasien yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk

yang menjadi sasaran utama pelayanan kesehatan tersebut.

Page 49: SKRIPSI - Teuku Umar University

14

2. Pembatasan pada upaya yang dilakukan.

Mutu pelayanan dinilai baik apabila tata cara penyelenggaranya sesuai

dengan standar serta kode etik yang ditetapkan.

2.5. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh dan Terpadu

Pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu ada 2 macam yang

dikemukakan oleh (Somen dan Somers, 1974) dikutip dalam Azwar, 1996, yaitu:

1. Pelayanan kesehatan yang berhasil memadukan berbagai upaya

kesehatan yang ada di masyarakat yakni pelayanan peningkatan dan

pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta

pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan

yang menyeluruh dan terpadu apabila kelima jenis pelayanan ini

diselenggarakan secara bersama.

2. Pelayanan kesehatan yang merupakan pendekatan yang menyeluruh,

jadi tidak hanya memperhatikan keluhan penderita saja, tetapi juga

berbagai latar belakang sosial ekonomi, sosial budaya, sosial psikologi

dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu apabila

pendekatan yang dipergunakan memperhatikan berbagai aspek

kehidupan dari para pemakai jasa pelayanan kesehatan.

Strata pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidak sama,

namun secara umum strata ini dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) starata,

yaitu:

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Primary Health Service)

Page 50: SKRIPSI - Teuku Umar University

15

Merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat pokok yang mempunyai

nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

umumnya pelayanan rawat jalan.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (Secondary Health Service)

Merupakan pelayanan kesehatan lebih lanjut yang bersifat rawat inap,

untuk menyelenggakannya, dibutuhkan tenaga-tenaga spesialis.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (Tertiary Helth Service)

Merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat lebih komplek dan

umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga subspesialis.

2.6. Asuransi Kesehatan ( Askes )

Pengertian Asuransi (insurance) banyak macamnya. Beberapa diantaranya

yang terpenting adalah : (Azwar, 2005) :

1. Asuransi adalah suatu upaya untuk memberikan perlindungan terhadap

kemungkinan-kemungkinan yang dapat mengakibatkan kerugian

ekonomi (Breider dan Breadles, 1972)

2. Asuransi adalah suatu perjanjian dimana sipenanggung dengan

menerima suatu premi mengikatkan dirinya untuk memberi ganti rugi

kepada tertanggung yang mungkin diderita karena terjadinya sesuatu

peristiwa yang mengandung ketidakpastian dan yang akan

mengakibatkan kehilangan, kerugian atau kehilangan suatu keuntungan

(Kitab UU Hukum Dagang, 1987).

Asuransi kesehatan merupakan jenis usaha jasa keuangan yang sangat

kompleks yang melibatkan tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan yaitu peserta

Page 51: SKRIPSI - Teuku Umar University

16

(enrollee/insured), pemberi pelayanan (provider) dan badan asuransi (insurer)

(Ginting, 2006).

PT. Askes (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang

ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan

pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan

TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan

Usaha lainnya yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

1992 (PT. Askes, 2006).

Sejarah singkat penyelenggaraan program Asuransi Kesehatan sebagai berikut :

(PT. Askes, 2006) :

1968; Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas

mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun

(PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden

Nomor 230 Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di

lingkungan Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana

Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada

waktu itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai embrio Asuransi

Kesehatan Nasional.

1984; Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan

kesehatan bagi peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah

menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan

Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat

Negara) beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23

Page 52: SKRIPSI - Teuku Umar University

17

Tahun 1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum

Husada Bhakti.

1991; Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991,

kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum

Husada Bhakti ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta

anggota keluarganya. Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan

kepesertaannya ke badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela.

1992; Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status

Perum diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan

fleksibilitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat

dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih

mandiri.

Asuransi kesehatan merupakan cara untuk mengatasi resiko dan ketidak

pastian peristiwa sakit serta implikasi biaya-biaya yang diakibatkannya. Asuransi

kesehatan mengubah peristiwa tak pasti dan sulit diramalkan menjadi peristiwa

yang pasti dan terencana. Asuransi membantu mengurangi resiko perorangan ke

resiko sekelompok orang dengan cara perangkuman resiko (risk pooling). Untuk

mengubah peristiwa yang tak dapat diperediksi menjadi terprediksi, anggota

membayar sejumlah uang yang relatif namun teratur (premi) kepada lembaga

Asuransi (Murti, 2000).

Sistem pelayanan kesehatan dengan Asuransi mencakup empat komponen,

yaitu : (Murti, 2000) :

a. Perorangan, keluarga dan masyarakat

b. Perusahaan/badan penyelenggara Asuransi

Page 53: SKRIPSI - Teuku Umar University

18

c. Pemberi pelayanan kesehatan

d. Pemerintah

PT. Askes yang merupakan kelanjutan dari Badan Penyelenggara Dana

Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) dan Perum Husada Bhakti, telah

berpengalaman selama 37 tahun dibidang penyelenggaraan Jaminan pemelihraan

Kesehatan Peserta Wajib, yaitu Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Perintis

Kemerdekaan, Veteran beserta keluarganya (PT. Askes, 2005).

Didalam penyelenggaraan program, PT ASKES sebagai BUMN

mengemban misi pemerintah yaitu menyelenggarakan asuransi kesehatan sosial

dan komersial untuk kemanfaatan yang optimal bagi semua stakeholder. Dalam

pelaksanaan misi ini pada tahun 2002 PT ASKES telah menyatakan Visinya yaitu

menjadi spesialis Asuransi Kesehatan artinya mengkhususkan diri pada usaha

asuransi kesehatan yang dilaksanakan secara professional (Ginting, 2006).

2.6.1. Prinsip Pengelolaan Dana Askes

Prinsip pengelolaan dana Askes adalah gotong royong artinya yang sehat

membantu yang sakit, yang penghasilan lebih tinggi membantu yang

penghasilannya lebih rendah, dan apabila dalam pengelolaan terdapat sisa dana

maka akan dikembalikan dalam bentuk peningkatan pelayanan seperti bantuan

Ambulans kerumah sakit, bantuan alat kesehatan dan lain-lain.

2.6.2. Prosedur Pelayanan Kesehatan PT. Askes.

Setiap peserta Askes dalam rujukan harus melalui Puskesmas atas indikasi

medis, peserta akan dirujuk kedokter Ahli di poliklinik Rumah Sakit yang menjadi

PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) tingkat lanjutan dengan memberi surat

rujukan. Dokter memeriksa dan membuat resep untuk mengambil obat di Apotik

Page 54: SKRIPSI - Teuku Umar University

19

yang telah ditunjuk oleh PT. Askes, surat rujukan hanya berlaku untuk satu kali

kasus rujukan dan apabila pemeriksaan atau pengobatan Dokter ahli selesai

peserta akan dikembalikan ke Puskesmas dengan rujukan balik, dan apabila

peserta mengalami keadaan gawat darurat bisa langsung mendatangi Rumah Sakit

tanpa harus ada surat rujukan dari Puskesmas.

Prosedur Pelayanan Kesehatan Peserta

PT. Askes dan Anggota keluarganya

Gambar 2.6.2 : Pedoman bagi peserta Askes Sosial

2.6.3. Manfaat Askes sosial

Manfaat yang diperoleh anggota adalah ketika mengalami kecelakaan atau

sakit, ia akan mendapatkan kompensasi yang dibutuhkan untuk mengatasi

kerugian finansial, berupa pengurangan harga keseluruhan atau sebagian

pelayanan kesehatan pada saat peristiwa sakit terjadi. Pada saat membeli

pelayanan kesehatan pada pemberi pelayanan yang ditunjukkan oleh perusahaan

Peserta Rumah Sakit Puskesmas

Apotik Gawat Darurat

Page 55: SKRIPSI - Teuku Umar University

20

Asuransi, anggota tidak perlu membayar sama sekali atau hanya membayar

sebagian (Murti, 2000).

Manfaat Askes dapat dilaksanakan secara sederhana yaitu membebaskan

peserta dari kesulitan menyediakan dana tunai. Biaya kesehatan dijamin oleh

Asuransi kesehatan (Askes), maka para peserta tidak perlu menyediakan dana

pada setiap kali berobat.

1. Biaya kesehatan dapat diawasi.

Asuransi kesehatan jika dikelola oleh pemerintah akan dapat mengawasi

biaya pelayanan kesehatan. Biaya pengawasan yang dimaksud berupa

diberlakukannya berbagai peraturan yang membatasi jenis pelayanan kesehatan

yang dapat dibagikan oleh penyedia pelayanan dan atau yang dapat dimanfaatkan

oleh peserta. Dengan adanya pembatasan ini, penggunaan yang berlebihan akan

dapat dicegah yang apabila berhasil dilaksanakan akan mampu mengawasi biaya

kesehatan.

2. Mutu pelayanan dapat diawasi.

Keuntungan lain Asuransi kesehatan (Askes) adalah dapat diawasinya

mutu pelayanan. Pengawasan yang dimaksud adalah mulai penilaian berkala

terhadap terpenuhi atau tidaknya standar minimal pelayanan. Dilakukannya

penilaian berkala ini yang lazimnya dilaksanakan suatu badan khusus seperti di

Amerika Serikat oleh Proffestandard Review Organization (PSRO) akan dapat

dihindari pelayanan dengan mutu yang rendah.

3. Tersedianya data kesehatan.

Asuransi kesehatan (Askes) membutuhkan tersedianya data kesehatan

yang lengkap yang diperlukan untuk merencanakan dan ataupun menilai kegiatan

Page 56: SKRIPSI - Teuku Umar University

21

yanag dilakukan. Data ini dapat pula dimanfaatkan untuk pekerjaan perencanaan

ataupun penilaian berbagai program kesehatan lainnya.

2.6.4. Kepesertaan.

1. Peserta wajib.

a. Pegawai Negeri Sipil (PNS).

b. Pejabat Negara.

c. Penerima Pensiunan Pegawai Negeri Sipil.

d. Penerima Pensiunan ABRI.

e. Perintis Kemerdekaan.

f. Veteran.

2. Keluarga.

a. Suami, Isteri yang sah dari peserta.

b. Duda, Janda atau anak yatim piatu dari peserta.

c. Anak yang sah atau anak angkat sesuai Depkes No. 16 tahun 1994 Bab II

pasal 53 dengan ketentuan :

a) Jumlah anak minimal 2 orang bagi peserta yang telah mempunyai

anak 3 orang. Sebelum 1 April 1994 jumlah anak yang ditanggung

maksimal 3 orang.

b) Belum mencapai umur 21 tahun dan atau umur 25 tahun yang masih

sekolah, belum menikah, tidak berpenghasilan sendiri dan nyata

masih tanggungan peserta.

3. Hak kelas ruang perawatan di RSU Pemerintah.

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS).

a) golongan I/II dan keluarga dikelas III.

Page 57: SKRIPSI - Teuku Umar University

22

b) golongan III dan keluarga dikelas II.

c) golongan IV dan keluarga dikelas I.

2. Pejabat Negara/Pensiun Pejabat Negara beserta keluarga dikelas I.

3. Perintis Kemerdekaan dan keluarga dikelas I.

4. Veteran dan keluarga dikelas II.

5. Para Pensiun Sipil berhak dirawat dikelas yang sesuai dengan pangkat

dan golongan terakhir yang diterimanya.

2.6.5. Tempat pelayanan kesehatan PT. Askes..

1. Fasilitas yang melayani peserta PT. Askes.

1. Puskesmas dan fasilitas tingkat pertama.

2. Rumah Sakit Pemerintah.

3. Rumah Sakit TNI/POLRI/Swasta.

4. Apotik.

5. Optical.

2. Pelayanan kesehatan yang dijamin PT. Askes.

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Rawat jalan tingkat pertama dan rawat inap.

2. Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan.

Rawat jalan tingkat lanjutan dan gawat darurat.

3. Rawat Inap.

4. Persalinan.

5. Bayi baru lahir.

6. Pelayanan obat sesuai Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) PT. Askes.

7. Alat kesehatan, meliputi:

Page 58: SKRIPSI - Teuku Umar University

23

a) Kaca mata.

b) Gigi tiruan.

c) Alat bantu dengar.

d) Lengan, tangan, tungkai dan kaki tiruan.

8. Operasi termasuk operasi jantung dan paru.

9. Cuci darah (haemadialisa).

10. Cangkok ginjal.

2.6.6. Hak peserta Askes.

1. Memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas yang ditunjuk sesuai

dengan kebutuhan yang berlaku.

2. Memperoleh penjelasan atau informasi tentang hak dan kewajiban serta

tata cara pelayanan kesehatan bagi dirinya dan anggota keluarganya.

3. Menyampaikan keluhan baik secara lisan (telpon, datang langsung)

atau secara tertulis kekantor PT. Askes.

2.7. Rumah Sakit

Batasan Rumah Sakit banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang

dipandang penting adalah : (Azwar, 2001) :

1. Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis

profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang

berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita

oleh pasien (American Hospital Association, 1974)

Page 59: SKRIPSI - Teuku Umar University

24

2. Rumah Sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima

pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk

mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan

lainnya diselenggarakan (Wolper dan Pena, 1987)

3. Rumah Sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat,

pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan (Association of

Hospital Care, 1947)

Sesungguhnya Rumah Sakit pada saat ini tidak sama dengan masa lalu.

Sesuai dengan perkembangan jaman, maka pada saat ini Rumah sakit mangalami

berbagai perkembangan pula. Perkembangan yang dimaksud paling tidak dapat

dibedakan atas 4 (empat) macam yakni : (Azwar, 1996) :

1. Perkembangan pada fungsi yang dimilikinya.

Jika dahulu fungsi Rumah Sakit hanya untuk menyembuhkan orang

sakit (nasocomium/hospital), maka pada saat ini telah berkembang

manjadi suatu pusat kesehatan (health center).

2. Perkembangan pada ruang lingkup kegiatan yang dilakukannya.

Jika dahulu ruang lingkup kegiatannya hanya merupakan tempat

beristirahat para musafir (xenodochium), tempat mengasuh anak yatim

(phanotrophium) serta tempat tinggal orang jompo (gerontoconium),

maka pada saat ini telah berkembang menjadi suatu institusi kesehatan

(helth institution).

3. Perkembangan pada masing-masing fungsi yang dimiliki oleh Rumah

Sakit.

Page 60: SKRIPSI - Teuku Umar University

25

Dengan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, maka fungsi

pelayanan, pendidikan dan penelitian yang diselenggarakan oleh Rumah

Sakit tidak lagi pada hal-hal yang sederhana saja, tetapi telah mencakup

pula hal-hal yang spesialistik dan bahkan subspesialistik.

4. Perkembangan pada pemilikan Rumah Sakit.

Jika dahulu Rumah Sakit hanya didirikan oleh badan-badan keagamaan,

badan-badan sosial (charitabel hospital) dan ataupun oleh pemerintah

(public hospital), maka pada saat ini telah didirikan pula oleh berbagai

badan-badan swasta (private hospital).

Menurut Foster dan Anderson, dalam Azwar (1996) mengemukakan bahwa

Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu masyarakat kecil yang memiliki

kebudayaan tersendiri.

Di Indonesia dikenal 3 (tiga) jenis Rumah Sakit sesuai dengan kepemilikan,

jenis pelayanan dan kelasnya. Berdasarkan kepemilikannya, dibedakan 3 (tiga)

macam yaitu jenis RS yang pertama adalah RS Pemerintah (RS Pusat, RS

Propinsi, RS Kabupaten), RS BUMN/ABRI, dan RS Swasta yang menggunakan

dan investasi dari sumber dalam negeri (PMDN) dan sumber luar negeri (PMA).

Jenis RS yang kedua adalah RS umum, RS jiwa, RS khusus (mata, paru, kusta,

rehabilitasi, jantung, kanker dan sebagainya). Janis RS yang ketiga adalah RS

kelas A, kelas B (pendidikan dan non pendidikan), RS kelas C, dan RS kelas D

(Kepmenkes No. 51/Menkes/SK/II/1979). (Moninjaya, 1999).

Pada akhir PELITA VII, pemerintah akan meningkatkan status semua RS

Kabupaten dari kelas D menjadi kelas C. Kelas RS juga dibedakan berdasarkan

jenis pelayanan yang tersedia. Untuk RS kelas A tersedia pelayanan spesialistik

Page 61: SKRIPSI - Teuku Umar University

26

yang luas dan sub-spesialistik. RS kelas B mempunyai pelayanan minimal 11

spesialistik dan subspesialistik terdaftar, RS kelas C mempunyai minimal 4

spesialistik dasar (bedah, penyakit dalam, kebidanan dan anak). Di RS kelas D

terdapat pelayanan medis dasar.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 134/Menkes/SK/IV/78 tahun

1978 tentang susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit umum di Indonesia

antara lain disebutkan : (Moninjaya, 1999) :

Pasal 1 : Rumah Sakit umum adalah organisasi di lngkungan Dapartemen

Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Dirjen Yan Medik.

Pasal 2 : Rumah Sakit umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan

kesehatan (caring) dan penyembuhan (curing) penderita serta

pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa (rehabilitation).

Pasal 3 : Untuk menyelenggarakan tugas tersebut rumah sakit mempunyai fungsi:

a) melaksanakan usaha pelayanan medik.

b) melaksanakan usaha rehabilitasi medik.

c) usaha pencegahan komplikasi penyakit dan meningkatkan

pemulihan kesehatan.

d) melaksanakan usaha keperawatan.

e) melaksanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan para

medis.

f) melaksanakan sistem rujukan.

g) sebagai tempat penelitian.

Page 62: SKRIPSI - Teuku Umar University

27

Pasal 4 :

a) Rumah Sakit Umum yang dimaksud dalam keputusan ini adalah

RS. Kelas A, kelas B,kelas C.Rumah Sakit Umum kelas A adala

RSU yang dilaksanakan pelayanankesehatan yang spesialistik dan

sub spesialistik yang luas.

b) Rumah Sakit Umum kelas B adalah RSU yang melaksanakan

pelayanan kesehatanspesialistik yang luas.

c) Rumah Sakit Umum kelas C adalah RSU yang melaksanakan

pelayanan kesehatan spesialistik paling sedikit 4 spesialis dasar

yaitu penyakit dalam, penyakit bedah, penyakit

kebidanan/kandungan dan kesehatan anak.

Page 63: SKRIPSI - Teuku Umar University

28

Notoatmodjo,

1996

- Pendapatan - Jenis kelamin - Agama - Suku bangsa

Depkes RI 2006,

Ratminto 2005

- Prosedur pelayanan

Depkes RI 2004

- Kunjungan Dokter ( Visite Dokter )

2.8. Kerangka Teoritis

Gambar 2.8 Kerangka Tioritis

Azwar, 1996

- Hubungan dokter pasien - Kenyamanan pelayanan - Sikap petugas - Efektifitas pelayanan - Ketersediaan obat - Kewajaran - Kesinambungan - Penambahan biaya - Mutu pelayanan

Kepuasan pasien rawat inap peserta

askes sosial

Page 64: SKRIPSI - Teuku Umar University

29

2.9. Kerangka konsep Penelitian

Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dihubungkan dengan kepuasan

pasien peserta Askes di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh kabupaten Aceh Barat

berdasarkan teori Notoatmodjo (1996) dan Azwar (1996) namun telah dibatasi

oleh peneliti sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.9 Kerangka Konsep Penelitian

3.1. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh antara prosedur pelayanan terhadap kepuasan pasien peserta

Askes Sosial di Unit rawat inap ruang Kelas Utama dan ruang Vip

2. Ada pengaruh antara kunjungan Dokter terhadap kepuasan pasien peserta

Askes Sosial di Unit rawat inap ruang Kelas Utama dan ruang Vip

3. Ada pengaruh antara Sikap Petugas terhadap kepuasan pasien peserta

Askes Sosial di Unit rawat inap ruang Kelas Utama dan ruang Vip

Sikap Petugas

Kepuasan pasien peserta Askes

sosial di Unit rawat inap

Kunjungan dokter

Prosedur pelayanan

Ketersediaan Obat

Page 65: SKRIPSI - Teuku Umar University

30

4. Ada pengaruh antara ketersediaan obat terhadap kepuasan pasien peserta

Askes Sosial di Unit rawat inap ruang Kelas Utama dan ruang Vip

Page 66: SKRIPSI - Teuku Umar University

31

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat Analitik dengan desain cross-sectional

yaitupengumpulan dimana variabel independen dan dependen diteliti secara

bersamaan ketika penelitian dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui faktor–

faktor yang mempengaruhi kepuasan rawat inap kelas utama dan vip peserta

Askes social di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian .

Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Rawat inap Kelas Utama ( KU ),

R.VIP di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten

Aceh Baratkususnya peserta askes sosial.

3.2.2 Waktu Penelitian.

Waktu penelitian akan direncanakan pada bulan April tahun 2013 di

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

Page 67: SKRIPSI - Teuku Umar University

32

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi.

Populasi dalam penelitian ini mencakup semua pasienpeserta Askes sosia

lyang sedang dirawat di Ruang Rawat Inap Kelas Utama dan Vip di Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh kabupaten Aceh Barat, yang rata – rata

kunjungan pasien perserta Askes sosial yang setiap bulannya di rawat inap

sebanyak 112 orang.

3.3.2 Sampel.

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang sedang rawat inap di

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

terkecuali ruang rawat zaitun. Jadi jumlah sampel sebanyak 51 orang. Jumlah

sampel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus formula sederhana

(Notoatmodjo.S, 2005)

n = )2(1 dN

N

Keterangan :

N = Populasi

n = Sampel

d = Tingkat kepercayaan ( 0,1 )

N n = 1 + N (d2) 112 n = 1 + 116 (0,12)

Page 68: SKRIPSI - Teuku Umar University

33

112

n = 1 + 116 (0,01)

112

n = 1 + 1,16

112 n =

2,16

n = 51 sampel

Jadi sampel yang dibutuhkan untuk menilai faktor-faktor yang

mempengaruhi etika perawat dalam penelitian sebanyak 51 sampel. Cara

pengambilan sampel berdasarkan Quota sampling yaitu dengan cara menetapkan

sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh melaluiwawancara dengan menggunakan

kuesioner kepada responden untuk mendapatkan data mengenai faktor–faktor

yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap Kelas Utama dan Vip peserta

Askes sosial di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

3.5 Jenis Data

3.5.1 Data Primer.

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian

dengan cara melakukan angket, wawancara dengan menggunakan kuisioner

terhadap responden.

Page 69: SKRIPSI - Teuku Umar University

34

3.5.2 Data Skunder.

Data skunder merupakan data yang diperoleh dari pihak/ intansi terkait.

Untuk memenuhi data skunder maka diambil dari sumber :

1. PT. Askes.

2. Laporan Tahunan Rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak

Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

3. Perpustakaan Aceh Barat.

4. Departemen Kesehatan Kabupaten Aceh Barat.

3.6 Pengolahan Data

Pengolahan data penulis melakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Editing.

Editing yaitu memeriksa kebenaran dan kekurangan kuesioner yang

telah diisi.

2. Coding.

Coding yaitu pemberian pengkodean pada setiap jawaban yang

diberikan oleh responden pada setiap pertanyaan yang diajukan.

3. Tabulating.

Tabulating yaitu data yang telah dikumpulkan ditabulasi dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

Page 70: SKRIPSI - Teuku Umar University

35

3.7 Definisi Operasional

Tabel. 2 Defenisi Operasional

No Variabel

1 Independen Prosedur Pelayanan

Definisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

Tahapan pelayanan yang di alami oleh

pasien dalam mendapatkan pelayanan di

ruangan

Wawancara

Quisioner

Baik

Tidak Baik

Ordinal

2 Kunjungan Dokter

Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Jadwal kunjungan dokter keruangan pasien, yang dilakukan minimal sekali dalam sehari Wawancara Quesioner Baik Tidak Baik Ordinal

3 Sikap Petugas

Defenisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

perlakuan petugas kesehatan yang dapat

dilihat dari keramahan dan perhatian

petugas terhadap pasien

Wawancara

Quesioner

Baik

Tidak Baik

Ordinal

4 Variabel Ketersediaan Obat

Defenisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Kelengkapan obat baik jenis maupun

jumlah pada saat menukar resep dari

Apotik Rumah Sakit

Wawancara

Quesioner

Page 71: SKRIPSI - Teuku Umar University

36

Hasil Ukur

Skala Ukur

Lengkap

Tidak Lengkap

Ordinal

5 Variabel Kepuasan Perawat

Devinisi

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

Kepuasan Kerja adalah apa yang

diharapkan dan apa yang diterima

Angket

Kuesioner

Puas

Tidak Puas

Ordinal

3.8. Aspek Pengukuran Variabel

1. Prosedur pelayanan.

Baik : jika nilai skor >50%

Tidak Baik : jika nilai skor ≤50%

2. Kunjungan dokter.

Baik : jika nilai skor >50%

Tidak Baik : jika nilai skor ≤50%

3. Sikap Petugas.

Baik : jika nilai skor >50%

Tidak Baik : jika nilai skor ≤50%

4. Ketersediaan Obat.

Lengkap : jika nilai skor >50%

Tidak Lengkap : jika nilai skor ≤50%

Page 72: SKRIPSI - Teuku Umar University

37

5. Kepuasan Pasien Peserta Askes.

Puas : jika nilai skor >50%

Tidak Puas : jika nilai skor ≤50%

3.9 Analisis Data

Penelitian ini bersifat Analitik, maka dalam analisisnya menggunakan

perhitungan-perhitungan statistik.

4.9.1 Analisis Univariat.

Analisis Univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mengambarkan

karakteristik masing-masing Variabel yang diteliti dalam bentuk distribusi

frekuensi dari setiap variabel penelitian. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa

besar proporsi variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

4.9.2 Analisis Bivariat.

Analisis bivariat dilakukan untuk menglihat hubungan satu variabel

independen dengan variabel dependen dengan tampa mempertimbangkan variabel

independen atau faktor-faktor lainnya. Analisis bivariat menggunakan uji kai

kuadrar (Chi square), karena semua data yang diukur dalam sekala katagorik

dikotomi (melihat hubungan antara variabel katagorik dengan variabel katagorik).

Jika ada sel yang mempunyai harapan lebih kecil dari (kurang dari 5) lebih dari 20

% jumlah keseluruhan sel , maka uji digunakan “ Fisher’s Ecact test “ ( Hastono

SP, 2007 )

Page 73: SKRIPSI - Teuku Umar University

38

Prinsip dasar uji kai kuadrat adalah membandingkan frekuensi yang terjadi

dengan frekuensi harapan. Uji ststistik Chi-square juga untuk melihat suatu

hubungan (jika ada) antara dua variabel hingga diperoleh nilai �� dan kemaknaan

statistik ( niali p value)

�� = ∑ +(0 − �)�

df = ( k-1) (b-1)

α = 0,05

ket : O = Observasi

E = Frekuensi Expected

df = derajat kebebasan

k = kolom

b = baris

Uji ini dipergunakan untuk membandingkan hasil perhitungan statistik ��

yang didapat dengan “ cristial value “ yang ditemukan pada tabel chi-square.

Cristical value tersebut tergantung pada yang dipilih (dalam penelitian ini α=

0,05) dan df nilai �� yang diperoleh dari hasil perhitungan melebihi nilai cristical

value dan nilai p yang diperoleh lebih kecil dari 0,05

= total baris x total kolom

Grand Total

Page 74: SKRIPSI - Teuku Umar University

39

Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistik ini adalah :

1. Ho diotolak apabila �� Hitung >�� tabel, artinya ada hubungan antara

variabel-variabel yang diteliti dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap di

ruang kelas utama dan Vip peserta Askes Sosial di Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

2. Ha diterima apabila �� Hitung <�� tabel, artinya tidak ada hubungan

antara variabel-variabel yang diteliti dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap

di ruang kelas utama dan Vip peserta Askes Sosial di Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Page 75: SKRIPSI - Teuku Umar University

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gamabaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Sejarah Dan Keadaan Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

Sejarah berdirinya Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

milik Pemerintah Kabupaten Aceh Barat cukuplah panjang. pada zaman Belanda,

Rumah Sakit ini telah melakukan aktifitasnya yaitu memberikan pelayanan

kepada masyarakat, berlokasi di Desa langkak kecamatan kuala. Pada zaman

Jepang aktifitas pelayanan kesehatan Rumah Sakit berpindah ke Ujung Karang

Desa Suak Indrapuri Kecamatan Johan Pahlawan. Pada masa awal kemerdekaan

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien di pindah lagi ke Desa Pasar Aceh

dan akhirnya di Pindah lagi ke Desa Ujung Baroh kecamatan Johan Pahlawan.

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh yang sekarang ini

berada di Desa Drien Rampak Kecamatan Johan Pahlawan, awalnya dibangun

pada Tahun 1968 di atas tanah seluas 2,8 Ha dan melakukan aktifitasnya sebagai

Rumah Sakit Daerah Tipe D pada Tahun 1971. Pada Tahun 1983, pemerintah

Daerah beserta penegalola Rumah Sakit mengajukan usulan untuk peningkatan

status menjadi Rumah Sakit Daerah Tipe C.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor : 233/SK/MENKES/VI/1985, tanggal 11 Juni 1985 maka

berubahlah status Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh menjadi Rumah Sakit

Tipe C. Status ini diperkuat dengan peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1985, oleh

karenanya sejak saat itu Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Barat ini

juga menjadi Rumah Sakit Rujukan untuk Daerah Pantai Barat Selatan Aceh.

Page 76: SKRIPSI - Teuku Umar University

41

Pada Tahun 2002 berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 17, secara

institusi Rumah Sakit Umum Daerah cut Nyak Dhien Meulaboh ditetapkan

menjadi Badan Pengelola RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh. Namun pada Tahun

2008 melaui Qanun Nomor 4 Tahun 2008 dirubah lagi menjadi Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien dengan Eselonering setingkat kantor ( Eselon III)

dan merupakan Lembaga Teknis Daerah yang memeberikan Pelayanan Kesehatan

kepada masyarakat, Pusat Rujukan dan Pendidikan Medis. Dan pada Tahun 2009,

Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Keputusan

Nomor : HK.07.06/III/2043/09 tentang pemberian izin penyelenggaraan Rumah

Sakit Umum Daerah dengan nama “ Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh “ Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggro Aceh

Darussalam.

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh yang

terletak persis di tengah Kota Meulaboh mempunyai prospek yang sangat cukup

baik dalam pelayanan kesehatan yang berorientasi sosisal dan bisnis. Apalagi ada

wacana untuk peningkatan status menjadi Tipe B dan merupakan Rumah Sakit

Rujukan untuk Daerah pantai Barat-Selatan Provinsi Aceh. Usaha untuk

peningkatan kualitas pelayanan dan status Rumah Sakit terus diupayakan tetapi

masih berjalan lambat di tengah persaingan dimana Kabupaten lain juga

melakukan hal yang sama yaitu melakukan perubahan sistem pengolaan Rumah

Sakit menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Page 77: SKRIPSI - Teuku Umar University

42

4.1.2 Stuktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

a. Direktur

b. Kepala Bagian Tata Usaha, dengan dibantu oleh 3 Kepala Sub Bagian

yaitu Sub bagian Umum, Sub bagian Kepegawaian dan Tata Laksana

dan Sub bagian Keuangan.

c. Kepala Bidang Pelayanan Medis , dengan dibantu oleh 2 Kepala Seksi

yaitu Seksi Rawat Inap dan Rawat jalan dan Seksi Rawat Darurat,

Intensif dan Bedah Sentral.

d. Kepala Bidang Keperawatan, dengan dibantu oleh 2 Kepala Seksi

yaitu Seksi Asuhan Keperawatan dan Seksi Etika Profesi dan Logistik

Keperawatan.

e. Kepala Bidang Penunjang Medis, dengan di Bantu oleh 2 Kepala

Seksi yaitu kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan , dan Seksi

Informasi Permasalahan Sosial dan Upaya Rujukan.

f. Kelompok Jabatan Fungsional

4.1.3 Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Cut

Nyak Dhien Meulaboh pada Tahun 2013 secara keseluruhan berjumlah 619 orang

yang terdiri atas 196 laki-laki dan 423 perempuan, dengan status sebagai berikut :

a. Pegawai Negeri Sipil (PNS) : 368 orang

b. Pegawai kontrak/Honor : 34 orang

c. Tenaga Suka Rela/Bakti : 205 orang

d. Tenaga Harian lepas (THL) : 12 orang

( Data Kepegawaian RSU Cut Nyak Dhien 2013 )

Page 78: SKRIPSI - Teuku Umar University

43

4.1.4 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat

1. Visi

` Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh merupakan

Intitusi Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, dimana

dalam melaksanakan kegitannya wajib mengemban visi dan misi Pembangunan

Kesehatan Nasional dan Pemerintah Daerah baik provinsi maupun Kabupaten.

Sebagai suatu Intitusi yang melaksanakan kegiatan Upaya Kesehatan Perorangan

(UKP) maka Visi Rumah Sakit harus dapat mengakomodir upaya-upaya

Kesehatan yaang termasuk kedalam UKP.

Dengan tetap memperhatikan visi-visi Skala Nasional, Provinsi, maupun

Kabupaten maka ditetapkanlah Visi Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat sebagi berikut:

“ Menjadi rumah Sakit yang modern, bernuansa Islami dan berbudaya Aceh

sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan di Pantai Barat Selatan Aceh”

2. Misi

Agar upaya pencapaian visi tersebut dapat terlaksana, maka ditetapkan misi

yang merupakan serangkaian kewajiban dan harus dipedomani dalam pelaksanaan

kegiatan-kegiatan. Misi yang telah dirumuskan dari Visi Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Melaboh Kabupaten Aceh Barat adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan mutu Pelayanan dan Profesionalisme Rumah Sakit dalam

memberikan Pelayanan kepada Masyarakat

Page 79: SKRIPSI - Teuku Umar University

44

b. Meningkatkan tata kelola Rumah Sakit yang baik Berorientasi dengan

Norma agama dan Budaya Aceh

c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana, sumberdaya

manusia serta kesejahteraan Pegawai secara berkesinambungan

3. Motto

“ KAMI PEDULI DAN PROFESIONAL”

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dari tanggal 12 Mei

samapai 04 Juni 2013, mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan

kepuasan pasien peserta Askes sosial di ruang rawat inap kelas utama dan vip

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

tahun 2013, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Data Distribusi Prosedur Pelayanan yang Berhubungan dengan

kepuasan pasien peserta Askes Sosial di ruang rawat inap kelas

utama dan Vip Rumah sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

No Prosedur Pelayanan Frekuensi %

1 Baik 33 64,7

2 Tidak Baik 20 37,3

53 100 Data Primer ( Diolah tahun 2013 )

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 53 peserta Askes Sosial yang

dirawat di ruang kelas Utama dan ruang Vip Rumah Sakit Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat 2013, maka pasien yang menyatakan prosedur

pelayanan yang baik adalah 33 ( 64,7% ) dan yang menyatakan prosedur

pelayanan yang Tidak baik adalah 20 (37,3% ).

Page 80: SKRIPSI - Teuku Umar University

45

Tabel 4.2 : Data Distribusi Kunjungan Dokter yang Berhubungan dengan

kepuasan pasien peserta Askes Sosial di ruang rawat inap kelas

utama dan Vip Rumah sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

No Kunjungan Dokter Frekuensi %

1 Teratur 44 86,3

2 Tidak Teratur 9 16,9

53 100 Data Primer ( Diolah tahun 2013 )

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 53 peserta Askes Sosial yang

dirawat di ruang kelas Utama dan ruang VipRumah Sakit Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat 2013, maka pasien yang menyatakan kunjungan

Dokter yang Teratur adalah 44 (86,3%) dan yang menyatakan kunjungan Dokter

yang Tidak Teratur adalah 9 (16,9%).

Tabel 4.3 :Data Distribusi Sikap Perawat yang Berhubungan dengan

kepuasan pasien peserta Askes Sosial di ruang rawat inap kelas

utama dan Vip Rumah sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

No Sikap Perawat Frekuensi %

1 Baik 17 33,3

2 Tidak Baik 36 67,9

53 100 Data Primer ( Diolah tahun 2013 )

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 53 peserta Askes Sosial yang

dirawat di ruang kelas Utama dan ruang Vip Rumah Sakit Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat 2013, maka pasien yang menyatakan sikap

perawat yang baik adalah 17 (33,3%) dan yang menyatakan sikap perawat yang

tidak baik adalah 36 (67,9%).

Page 81: SKRIPSI - Teuku Umar University

46

Tabel 4.4 : Data Distribusi Ketersediaan Obat yang Berhubungan dengan

kepuasan pasien peserta Askes Sosial di ruang rawat inap kelas

utama dan Vip Rumah sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

No Ketersediaan Obat Frekuensi %

1 Lengkap 43 84,3

2 Tidak Lengkap 10 18,8

53 100 Data Primer ( Diolah tahun 2013 )

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 53 peserta Askes Sosial yang

dirawat di ruang kelas Utama dan ruang VipRumah Sakit Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat 2013, maka pasien yang menyatakan

ketersediaan obat lengkap 43 (83,3%) dan yang menyatakan ketersediaan obat

tidak lengkap adalah 10 ( 18,8%).

Tabel 4.5 : Data Distribusi yang Berhubungan dengan kepuasan pasien

peserta Askes Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan Vip

Rumah sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

No Kepuasan Pasien Askes Sosial Frekuensi %

1 Puas 28 54,9

2 Tidak Puas 25 47,1

53 100 Data Primer ( Diolah tahun 2013 )

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 53 peserta Askes Sosial yang

dirawat di ruang kelas Utama dan ruang VipRumah Sakit Daerah Cut Nyak Dhien

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat 2013, maka pasien yang menyatakan puas

adalah 28 ( 54,9 %) dan yang menyatakan Tidak puas adalah 25 ( 47,1%).

Page 82: SKRIPSI - Teuku Umar University

47

4.2.2 Analisa Bivariat

Tabel 4.6 : Hubungan Prosedur Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien Askes

Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan vip Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat tahun 2013.

No Prosedur Kepuasan Pasien Askes Total

P OR Pelayanan Tidak Puas Puas Value

N % N % N %

1 Baik 11 20,8 22 41,5 33 62,3 0,046 4,000

2 Tidak Baik 14 26,4 6 11,3 20 37,7

Total 25 47,2 28 52,8 53 100

Sumber : Data Primer ( Diolah tahun 2013 )

Dari tabel 4.6 dapat kita simpulkan bahwa prosedur pelayanan yang baik

terdapat 22 (41,5%) responden puas dan 11 (20,8%) responden tidak puas. Dan

prosedur pelayanan tidak baik 6 (11,3%) responden Puas dan 14 (26,4%)

responden tidak puas.

Hasil analisi statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05) antara prosedur pelayanan dengan kepuasan pasien

peserta Askes Sosial menunjukkan nilai p value = 0,046 atau p = < 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara prosedur pelayanan dengan

kepuasan pasien peserta Askes Sosial di Ruang Rawat Inap kelas utama dan ruang

Vip di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat Tahun 2013.

Dilihat dari nilai OR 4,000 maka dapat diartikan bahwa prosedur pelayanan

yang baik memiliki peluang 4 kali lipat dalam meningkatkan kepuasan pasien

peserta Askes Sosial dibandingkan dari pada pelayanan yang tidak baik.

Page 83: SKRIPSI - Teuku Umar University

48

Tabel 4.7 : Hubungan Kunjungan Dokter` Dengan Kepuasan Pasien Askes

Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan vip Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat tahun 2013.

No Kunjungan Kepuasan Pasien Askes Total

P OR Dokter Tidak Puas Puas Value

N % N % N %

1 Teratur 19 35,8 25 47,2 44 83,0 0,687 1,744

2 T.teratur 6 11,3 3 5,7 9 17,0

Total 25 47,2 28 52,8 53 100

Sumber : Data Primer ( Diolah tahun 2013 )

Dari tabel 4.7 dapat kita simpulkan bahwa kunjungan Dokter yang teratur

terdapat 25 (47,2%) responden puas dan 19 (35,8%) responden tidak puas. Dan

Kunjungan Dokter yang tidak teratur 3 (5,7%) responden Puas dan 6 (11,3%)

responden tidak puas.

Hasil analisi statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05) antara prosedur pelayanan dengan kepuasan pasien

peserta Askes Sosial menunjukkan nilai p value = 0,687 atau p = > 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kunjungan dokter dengan

kepuasan pasien peserta Askes Sosial di Ruang Rawat Inap kelas utama dan ruang

Vip di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat Tahun 2013.

Dilihat dari nilai OR 1,744 maka dapat diartikan bahwa kunjungan dokter

yang baik memiliki peluang 1 kali lipat dalam meningkatkan kepuasan pasien

peserta Askes Sosial dibandingkan dari pada pelayanan yang tidak baik.

Page 84: SKRIPSI - Teuku Umar University

49

Tabel 4.8 : Hubungan Sikap Petugas Dengan Kepuasan Pasien Askes Sosial

di ruang rawat inap kelas utama dan vip Rumah Sakit Umum

Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

tahun 2013.

No Pengaruh Kepuasan Pasien Askes Total

P OR Sikap petugas Tidak Puas Puas Value

N % N % N %

1 Baik 2 3,8 15 28,3 17 32,1 0,002 12,115

2 T.baik 23 43,4 13 24,5 36 67,9

Total 25 47,2 28 52,8 53 100

Sumber : Data Primer ( Diolah tahun 2013 )

Dari tabel 4.8 dapat kita simpulkan sikap petugas yang baik terdapat 15

(28,3%) responden puas dan 2 (3,8%) responden tidak puas. Dan sikap petugas

yang tidak baik 13 (24,5%) responden Puas dan 23 (43,4%) responden tidak puas.

Hasil analisi statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05) antara prosedur pelayanan dengan kepuasan pasien

peserta Askes Sosial menunjukkan nilai p value = 0,002 atau p = < 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Sikap petugas dengan kepuasan

pasien peserta Askes Sosial di Ruang Rawat Inap kelas utama dan ruang Vip di

Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

Tahun 2013.

Dilihat dari nilai OR 12,115 maka dapat diartikan bahwa sikap petugas yang

baik memiliki peluang 12 kali lipat dalam meningkatkan kepuasan pasien peserta

Askes Sosial dibandingkan dari pada pelayanan yang tidak baik.

Page 85: SKRIPSI - Teuku Umar University

50

Tabel 4.9 : Hubungan Ketersediaan Obat Dengan Kepuasan Pasien Askes

Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan vip Rumah Sakit

Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat tahun 2013.

No ketersediaan Kepuasan Pasien Askes Total

P OR Obat Tidak Puas Puas Value

N % N % N %

1 Lengkap 18 34,0 25 47,2 43 81,1 0,442 2,315

2 T.lengkap 7 13,2 3 5,7 10 18,9

Total 25 47,2 28 52,8 53 100

Sumber : Data Primer ( Diolah tahun 2013 )

Dari tabel 4.9 dapat kita simpulkan ketersediaan obat yang lengkap terdapat

25 (47,2%) responden puas dan 18 (34,0%)responden tidak puas.Dan ketersediaan

obat yang tidak lengkap 3(5,7%) responden Puas dan 7 (13,2%) responden tidak

puas.

Hasil analisi statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05) antara prosedur pelayanan dengan kepuasan pasien

peserta Askes Sosial menunjukkan nilai p value = 0,442 atau p = > 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara ketersediaan obat dengan

kepuasan pasien peserta Askes Sosial di Ruang Rawat Inap kelas utama dan ruang

Vip di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh

Barat Tahun 2013.

Dilihat dari nilai OR 2,315 maka dapat diartikan bahwa ketersedian obat

yang baik memiliki peluang 2 kali lipat dalam meningkatkan kepuasan pasien

peserta Askes Sosial dibandingkan dari pada pelayanan yang tidak baik.

Page 86: SKRIPSI - Teuku Umar University

51

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan Prosedur Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien Askes Sosial

di ruang rawat inap kelas utama dan vip Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.

Hubungan prosedur adalah peraturan yang telah dibuat di satu instansi dan

dilaksanakan sebagai suatu ketetapan yang berlaku, dimana jika menjadi

penyimpangan pada peraturan yang telah ditentukan maka akan dikenakan suatu

sanksi karena dianggap suatu pelanggaran, atau penyimpangan dari suatu

prosedurakan menimbulkan penilaian negatif terhadap intansi tersebut. Dalam

pelayanan kesehatan prosedur harus dilakukan dengan benar karena jika terjadi

penyimpangan akan menimbulkan masalah kesehatan pada pasien ( Ratminto,

2005 )

Dari 53 peserta Askes Sosial yang dirawat di ruang kelas Utama dan ruang

VipRumah Sakit Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat 2013,

maka pasien yang menyatakan prosedur pelayanan yang tidak baik adalah 20

(37,7%) dan yang menyatakan prosedur pelayanan yang baik adalah 33 (62,3%).

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat menggunakan uji shi-

squre di dapatkan p = 0,046 nilai ini lebih kecil dari α = 0,05 yang menunjukkan

bahwa ada hubungan antara Prosedur pelayanan terhadap kepuasan pasien Askes

Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan Vip Rumah Sakit Umum Cut Nyak

Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun2013.

Page 87: SKRIPSI - Teuku Umar University

52

4.3.2 Hubungan Kunjungan Dokter Dengan Kepuasan Pasien Askes Sosial

di ruang rawat inap kelas utama dan vip Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.

Visite dokter adalah kunjungan dokter ke ruang tempat pasien dirawat

dirumah sakit atau pukesmas. Cakupan kunjungan kesehatan adalah cakupan

pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar oleh dokter, bidan,

perawat yang memiliki kopetensi kesehatan, paling sedikit 2 kali disatu wilayah

kerja tertentu ( departemen Kesehatah RI, 2005 ).

Dari 53 peserta Askes Sosial yang dirawat di ruang kelas Utama dan ruang

Vip Rumah Sakit Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat 2013,

maka pasien yang menyatakan kunjungan Dokter yang tidak baik adalah 9

(17,0%) dan yang menyatakan kunjungan Dokter yang baik adalah 44 (83,0%).

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat menggunakan uji shi-

squre di dapatkan p = 0,687 nilai ini lebih besar dari α = 0,05 yang menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara kunjungan Dokter dengan kepuasan pasien

Askes Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan Vip Rumah Sakit Umum Cut

Nyak Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun2013.

4.3.3 Hubungan Sikap Petugas Dengan Kepuasan Pasien Askes Sosial di

ruang rawat inap kelas utama dan vip Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.

Sikap petugas menentukan seseorang untuk bertindak, apabila seseorang

telah beranggapan bahwa sesuatu baik maka orang akan melakukan hal tersebut.

Sikap petugas merupakan salah satu ukuran penilaian kepuasan pasien adalah

Page 88: SKRIPSI - Teuku Umar University

53

kenyamanan pelayanan, tidak hanya menyangkut fasilitas yang tersedia tetapi juga

yang terpenting adalah sikap serta tindakan para pelayanan kesehatan, ukuran

kepuasan pasien harus terus menerus diupayakan oleh karena pasien akan

memberi nilai buruk dan merasa tidak puas terhadap pelayanan yang lambat dan

bertele-tele serta terlalu birokrasi (Azwar, 1996).

Dari 53 peserta Askes Sosial yang dirawat di ruang kelas Utama dan ruang

Vip Rumah Sakit Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat 2013,

maka pasien yang menyatakan sikap petugas yang tidak baik adalah 36 (67,9%)

dan yang menyatakan sikap perawat yang baik adalah 17 (32,3%).

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat menggunakan uji shi-

squre di dapatkan p = 0,002 nilai ini lebih kecil dari α = 0,05 yang menunjukkan

bahwa ada hubungan antara kunjungan Dokter dengan kepuasan pasien Askes

Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan Vip Rumah Sakit Umum Cut Nyak

Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

4.3.4 Hubungan Ketersediaan Obat Dengan Kepuasan Pasien Askes Sosial

di ruang rawat inap kelas utama dan vip Rumah Sakit Umum Daerah

Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.

Salah satu ukuran penilaian tingkat kepuasan pasien adalah ketersedian

dan kesinambungan pelayanan, yang dalam hal ini dikaitkan dengan

kesinambungan pelayanan obat yang diterima pasien yaitu selalu tersedianya obat

pada saat pasien membutuhkan (Azwar, 1996).

Dari 53 peserta Askes Sosial yang dirawat di ruang kelas Utama dan ruang

Vip Rumah Sakit Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat 2013,

Page 89: SKRIPSI - Teuku Umar University

54

maka pasien yang menyatakan ketersediaan obat tidak lengkap adalah 10 (18,9%)

dan yang menyatakan ketersediaan obat lengkap adalah 43 (81,1%).

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat menggunakan uji shi-

squre di dapatkan p = 0,442 nilai ini lebih besar dari α = 0,05 yang menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara kunjungan Dokter dengan kepuasan pasien

Askes Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan Vip Rumah Sakit Umum Cut

Nyak Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

Page 90: SKRIPSI - Teuku Umar University

55

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimplan

1. Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat menggunakan uji shi-

squre Prosedur Pelayanan didapatkan p = 0,046 OR (4,000) nilai ini lebih

kecil dari α = 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara

Prosedur pelayanan dan Sikap Petugas dengan kepuasan pasien Askes

Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan Vip Rumah Sakit Umum Cut

Nyak Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

2. Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat menggunakan uji shi-

squre Sikap Petugas didapat nilai p = 0,002 OR (12,115) nilai ini lebih

kecil dari α = 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara

Prosedur pelayanan dan Sikap Petugas dengan kepuasan pasien Askes

Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan Vip Rumah Sakit Umum Cut

Nyak Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

3. Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat menggunakan uji shi-

squre Kunjungan Dokterdi dapatkan p = 0,687 OR (1,754) nilai ini lebih

besar dari α = 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

Kunjungan Dokter dan Ketersediaan Obat dengan kepuasan pasien Askes

Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan Vip Rumah Sakit Umum Cut

Nyak Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

4. Berdasarkan hasil penelitian dengan analisa bivariat menggunakan uji shi-

squre Ketersediaan Obat didapat nilai p = 0,442 OR (2,315) nilai ini lebih

besar dari α = 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

55

Page 91: SKRIPSI - Teuku Umar University

56

Kunjungan Dokter dan Ketersediaan Obat dengan kepuasan pasien Askes

Sosial di ruang rawat inap kelas utama dan Vip Rumah Sakit Umum Cut

Nyak Dhein Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit agar terus berbenah terhadap

prosedur pelayanan kepada pasien agar kedepan prosedur pelayanan

Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Kabupaten Aceh Barat akan baik,

sesuai dengan keinginan pasien.

2. Diharapkan kepada perawat yang memberikan pelayanan kepada pasien

agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi, serta bersikap

ramah kepada pasien, karena perawat merupan tumpuan dari semua

kegiatan di Rumah Sakit.

Page 92: SKRIPSI - Teuku Umar University

57

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan, Jakarta : Bina Rupa Aksara, 1996.

____________, Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta : Bina

Rupa Aksara, 1996. Bruce, Medical Genetics at a Glance, 1989. Budiarto, Eko, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan

Masyarakat, Jakarta : EGC, 2001. Budiono, Konsep Pelayanan Prima, Jakarta : PT. Gramedia Widia

Sarana Ind, 1998. Carr, H, The Measurement of Patien Statisfaction Survey, London :

Jurnal Public Health, 1992. Depdiknas RI, Undang-Undang Pendidikan Nasional, Jakarta :

Depdiknas, 2003. Depkes RI, Undang-Undang Kesehatan, Jakarta : Depkes, 1992.

George, B. J, Nursing Theories The Base for frofesional Nursing

Practice, California State University, fullerion, California, 1995.

Ginting, Rosa Christiana, Pelayanan Prima Kepada Pelanggan PT.

Askes, http://w3.whosea.org, diakses pada tanggal 11 Juni 2006.

Green, L.W, Ilmu Prilaku Kesehatan, Jakarta : Rhineka Cipta, 2000. Iskandar, Dalmy. H, Rumah Sakit Tenaga Kesehatan dan Pasien,

Jakarta : Sinar Grafika, 1998. Kotler, P, Dasar-dasar Pemasaran, Jakarta : Ikrar Mandiri Abadi, 1999. Kuswadi, Sudjono, Asuransi Kesehatan dalam Rumah Sakit,

http://pdpersi.co.id, diakses pada tanggal 11 Agustus 2012. Lumenta, Benyamin, Hospital, Citra Pasien dan Fungsi, Yogyakarta,

Kanisius, 1989. Moninjaya, A.A. Gde, Manajemen Kesehatan, Jakarta : EGC, 1999.

Page 93: SKRIPSI - Teuku Umar University

58

Murti, Bhisma, Dasar-dasar Asuransi Kesehatan, Yogyakarta : Konisius, 2000.

Notoatmodjo, Soekidjo, Pengantar Ilmu Perilaku Pendidikan

Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Jakarta : Rhineka Cipta, 1996.

___________, Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rhineka Cipta,

2002. Nugroho, W, Keperawatan Gerentik, Jakarta : EGC, 2000. PT. Askes, Laporan Tahunan PT. Askes Cabang Aceh Barat, 2012. ___________, Profil Perusahaan PT. Askes, http://members.bumn-

ri.com, diakses pada tanggal 12September 2012. ___________, Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi

Peserta Askes Komersil, 2005. RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, Laporan Tahunan BP RSUD Cut

Nyak Dhien Meulaboh, 2012. Saain, Syaiful, SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT

TERPADU DEPKES RI, http://www.angelfire.com, diakses pada tanggal 11 Juni 2006.

Supranto, J, PENGUKURAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN Untuk Menaikan Pangsa Pasar, Jakarta : Rhineka cipta, 1997.

Tijptoherijanto P, Ekonomi Kesehatan, Jakarta : Rhineka Cipta, 1994.

Page 94: SKRIPSI - Teuku Umar University

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009. Aminah MS, Baby’s Corner. Jaakarta : Luxim, 2009. Azrul azwar, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Bina Rupa,2006

Adisasmito , Sistem Kesehatan. Jakarta: Rajawali Persada, 2007

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa, Jakarta : Bakti

2006.

Hariyadi, Sikap manusia dan Pengukurannya. Jakarta : Rineka Cipta, 2006. Hasanbasri dan Ernoviana, Manajemen Kegiatan KIA. Jakarta: Rineka

Cipta, 2006.

Hadi, Hamam, Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional : Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 5 Februari 2006.

______________, Evitalisasi posyandu di Indonesia.28 Mei 2011

Mohibbin, Psikologi Perkembangan Remaja.Jakarta: EGC, 2008.

Munib, dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, Semarang: UPT NNESPRESS,

2006.

Mubarok, Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007.

Notoatmojo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2007.

Proverawati Atikah, dkk, Imunisasi dan Vaksinasi. Jogyakarta : Nuha

offset, 2010.