statistika radioaktivitas dhika rosari purba 10212008
DESCRIPTION
Experimental PhysucsTRANSCRIPT
MODUL 6
STATISTIKA RADIOAKTIVITAS Dhika Rosari Purba, Jienicha Santa Dwanda, Muhammad Heriyanto, Asep Sofyan, Umar Sa’id
10212008, 10212092, 10212033, 10212074, 10212053 Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email : [email protected]
Assisten : Nia Kurniati / 10210028 Tanggal Praktikum : ( 5 – 11 – 2014 )
Abstrak
Radioaktivitas adalah gejala pemancaran partikel akibat peluruhan oleh inti atom yang tidak stabil agar
dapat mencapai keadaan stabil. Jenis partikel yang dipancarkan yaitu partikel α, partikel β, partikel dan partikel lain tergantung besar energi yang yang dikeluarkan ketika elektron berpindah kulit. Bahan dengan gejala seperti ini disebut bahan radioaktif. Tujuan praktikum ini adalah menentukan prinsip kerja dari detektor radiasi Geiger Muller, menentukan tegangan kerja dari detektor radiasi Geiger Muller, mengukur aktivitas serta distribusi probabilitas dari hasil pencacahan radioaktivitas suatu bahan radioaktif. Bahan radioaktif yang digunakan pada percobaan ini adalah Cs-137. Metode percobaan yang dilakukan untuk menentukan tegangan kerja Geiger Muller adalah dengan mencari banyaknya cacahan dengan variasi tegangan yang tehitung pada counter GM sedangkan metode percoban untuk mengukur aktivitas bahan radioaktif dilakukan dengan melakukan pencacahan sebanyak 25 kali, 50 kali, 100 kali dan 25 kali tanpa menggunakan bahan yang nantinya data diolah dengan melakukan pendekatan distribusi Normal dan Poisson. Dari hasil percobaan didapat tegangan kerja detektor Geiger Muller adalah 470 V dan didapat grafik dari distribusi normal dan poisson dari data yang diambil saat percobaan beserta nilai mean dan variancenya. Kata kunci : Cacahan, Detektor Geiger-Muller, Distribusi Normal, Distribusi Poisson
I. Pendahuluan Tujuan praktikum kali ini adalah
menentukan prinsip kerja dari detektor radiasi Geiger Muller, menentukan tegangan kerja Geiger Muller Counter, mengukur aktivitas serta distribusi probabilitas dari hasil pencacahan radioaktivitas suatu bahan radioaktif. Bahan radioaktif yang digunakan pada percobaan ini adalah Cs-137.
Radioaktivitas adalah gejala pemancaran partikel akibat peluruhan oleh inti atom yang tidak stabil agar dapat mencapai keadaan stabil. Jenis partikel yang dipancarkan yaitu partikel α, partikel β,
partikel dan partikel lain tergantung besar energi yang yang dikeluarkan ketika elektron berpindah kulit. Bahan dengan gejala seperti ini disebut bahan radioaktif.
Alat pendeteksi partikel radioaktif dinamakan detektor radiasi. Apabila ada radiasi melewati suatu bahan detektor maka akan terjadi interaksi antara radiasi dengan bahan detektor tersebut dengan kata lain terjadi pemindahan energi radiasi yang datang ke bahan detektor. Pemindahan
energi ini menimbulkan tanggapan respon yang berbeda pada tiap detektor tergantung jenis radiasi dan jenis bahan detektor. Untuk mengukur besarnya tanggapan respon tersebut, detektor dihubungkan dengan alat yang dapat mengkonversi tanggapan dari bahan detektor menjadi sinyal-sinyal listrik. Sinyal tersebut dikonversikan ke besaran tertentu yang nantinya ditampilkan dalam bentuk digital atau analog. Terdapat 2 cara menampilkan hasil tanggapan yaitu cara pulsa listrik dan arus listrik.
Jenis alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur radiasi adalah detektor isian gas. Detektor isian gas sendiri terbagi menjadi tiga jenis, detektor kamar ionisasi, proporsional, dan Geiger-Mueller.
Perbedaan dari ketiga jenis detektor tersebut adalah jenis gas dan tegangan kerjanya. Daya ionisasi tiap gas dari tiap jenis detektor berbeda menyebabkan perubahan tegangan yang terjadi juga berbeda- beda.
Sementara detektor Geiger-Mueller memiliki daya ionisasi terkecil sehingga jumlah ionisasi yang terjadi sangat banyak
dan bahkan mencapai nilai saturasi gas. Oleh karena itu, detektor Geiger-Mueller lebih cocok digunakan sebagai pencacah radiasi karena energi setiap radiasi tidak diperhitungkan pada saat menghitung jumlah radiasi yang terjadi.
Detektor Geiger-Muller adalah salah satu detektor radiasi atom yang menggunakan konsep ionisasi partikel atom dalam mendeteksi partikel radioaktif. Desain utamanya terdiri dari tabung logam atau kaca di salah satu ujungnya sebagai katoda dan pada tengah tabung ada sebuah kawat dengan muatan positif yang sangat kuat sebagai anoda. Tabung ini disegel dengan tekanan rendah dan dipenuhi gas inert seperti argon, helium atau neon dengan beberapa macam gas yang ditambahkan. Saat radiasi tidak ada, detektor ini tidak akan menghasilkan muatan.
Gambar 1. Detektor Geiger Muller
[1]
Ketika radiasi ditembakkan , ion-ion ini bergerak menuju kutub yang sesuai dengan muatannya, ion-ion negative akan bergerak menuju anoda dan ion-ion positif akan bergerak menuju katoda. Pergerakan ion akan menimbulkan pulsa atau arus listrik dan akan terjadi jika diantara dua elektroda menyebabkan timbulnya medan listrik.
Jumlah ion yang dihasilkan tersebut sebanding dengan energy radiasi dan berbanding terbalik dengan daya ionisasi gasmenuju tabung energi dari radiasi membuat kondisi gas tidak seimbang menyebabkan gas mengalami ionisasi. Gas yang terionisasi ini kemudian mengionisasi ion-ion positif dan negatif. Ion-ion ini disebut ion primer. Ion primer merupakan pemicu agar atom-atom gas lainnya mengalami ionisasi juga disebabkan oleh medan listrik akibat pergerakan muatan yang semakin tinggi, maka energy kinetic ion akan semakin
besar sehingga mampu untuk mengionisasi molekul gas lain.Ion inilah yang kemudian disebut ion sekunder. Sehingga dalam proses ini terjadi proses ionisasi yang terus menerus sehingga terjadi reaksi berantai. Proses inilah yang dinamakan avalance[3].
Karakteristik nilai penghitungan tipikal dari sebuah tabung GM berjendela tipis ditunjukkan oleh gambar di bawah.
Gambar 2. Karakteristik Nilai Hitung Geiger
Muller Counter [2]
Untuk menentukan tegangan kerja Geiger-Muller Counter :
𝑉𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 =𝑉1+𝑉2+𝑉3
3 𝑣𝑜𝑙𝑡 (1)
Keterangan : V1, V2 dan V3 merupakan 3 data tegangan yang paling stabil:
Jumlah ion yang dihasilkan detektor ini sangat banyak, mencapai nilai saturasinya, sehingga pulsanya relatif tinggi dan tidak memerlukan penguat pulsa lagi. Kelemahan detektor ini ialah tidak dapat membedakan energi radiasi yang memasukinya, karena berapapun energinya jumlah ion yang dihasilkannya sama dengan nilai saturasinya dan kemampuan pencacah detektor tidak cocok untuk menghitung laju cacahan yang tinggi dan dalam waktu singkat. Keuntungan dari detektor ini adalah detektor ini sederhana, ekonomis dang pengoperasiannya mudah dan pulsa yang dihasilkan dari metode arus nilainya tinggi.
Untuk mengamati gejala radioaktivitas diperlukan adnyanya konsep statistika karena pola radioaktivitas suatu unsur sangat acak, dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Jumlah partikel yang teradiasi dapat dipresentasikan dengan menggunakan statistic dalam pengamatan berulang. Bila dilakukan pengamatan beberapa kali dari
jumlah cacahan untuk selang waktu tertentu, jarak tertentu, kondisi pencacah tertentu, maka akan dihasilkan jumlah cacahan yang berbeda. Pola distribusi jumlah cacahan partikel radioaktif digambarkan dengan distribusi Normal dan Poisson.
II. Metode Percobaan Percobaan kali ini kita akan
menghitung banyaknya radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif Cs-137 dengan detektor dan pencacah Geiger Mueller dari jarak 8 cm.
Pada percobaan menentukan tegangan kerja GM-Counter, dilakukan pencacahan selama sepuluh detik dengan memvariasikan tegangan. Tegangan divariasikan dari 350 V sampai 600 V dengan selang 10 V. Lalu catat berapa jumlah cacahan selama sepuluh detik tersebut. Lalu lakukan plot data cacahan terhadap tegangan untuk menentukan tegangan kerjanya.
Pada percobaan kedua, yaitu untuk mengetahui distribusi dari statistik radioaktif dilakukan beberapa pengamatan dengan memvariasikan banyaknya pengambilan data, waktu pengambilan data dan sumber bahan radioaktif. Pengamatan pertama dilakukan dengan mengambil data selama selang waktu 10 detik dengan pengambilan data sebanyak 25 kali, 50 kali, dan 100 kali. Catat jumlah cacahan dari pengamatan tersebut. Pengamatan kedua dilakukan dengan pengambilan data selama selang waktu 1 detik dengan pengambilan data sebanyak 25 kali. Pengamatan terakhir dilakukan dengan pengambilan data selama 10 detik sebanyak 25 kali tetapi tanpa menggunakan sumber bahan radioaktif.
Cara menggunakan Geiger-Muller Counter adalah sebagai berikut : 1. Nyalakan GM counter. 2. Tekan tombol select, pilih bagian G-M
Voltage sampai lampunya berkedip-kedip.
3. Tekan tombol enter untuk mengatur Besar Tegangan yang diinginkan, lalu putar alat penentu tegangan hingga sampai pada tegangan yang diinginkan lalu tekan select. Pilih bagian gate hingga
lampunya berkedip-kedip dan tekan tombol enter.
4. Tekan lagi tombol select untuk memilih selang waktu yang dipakai, lalu tekan tombol enter sampai lampu di bagian continuousnya berkedip-kedip lagi.
5. Tekan lagi tombol select sampai lampu continuous padam.
6. Tekan tombol start untuk mencacah. Setelah dilakukan pengolahan data
distribusi normal dan distribusi poisson dari data hasil pengamatan.
Hipotesis dari percobaan ini adalah untuk percobaan yang berulang-ulang ditribusi Poisson dapat didekati dengan distribusi Normal.
III. Data dan Pengolahan
1. Menentukan Tegangan Kerja Geiger-Muller Counter
Gambar3. Plot banyaknya cacahan terhadap tegangan untuk menentukan tegangan kerja
Geiger-Muller Counter
Dari persamaan (1) didapat tegangan kerja Geiger-Muller Counter adalah 470V.
2. Kurva Distribusi Pencacahan 25 kali dengan t = 1 sekon
Gambar4. Gambar kurva distribusi pencacahan 25 kali dengan t = 1 sekon. Didapat pada
distribusi normal mean = 12.96 dan variance =
-200
0
200
400
350 450 550Cac
ahan
banyaknyacacahan
Tegangan
9.95667. Pada Distribusi Poisson mean = 12.96 dan variance = 12.96
3. Kurva Distribusi Pencacahan 25 kali dengan t = 10 sekon
Gambar5. Gambar kurva distribusi pencacahan 25 kali dengan t = 10 sekon. Didapat pada
distribusi normal mean = 130.72 dan variance = 124.71. Pada Distribusi Poisson mean = 130.72
dan variance = 130.72
4. Kurva Distribusi Pencacahan 50 kali dengan t = 10 sekon
Gambar6. Gambar kurva distribusi pencacahan 50 kali dengan t = 10 sekon. Didapat pada
distribusi normal mean = 132.38 dan variance = 77.7506. Pada Distribusi Poisson mean = 132.38
dan variance = 132.38
5. Kurva Distribusi Pencacahan 100 kali dengan t = 10 sekon
Gambar7. Gambar kurva distribusi pencacahan 100 kali dengan t = 10 sekon. Didapat pada
distribusi normal mean = 132.53 dan variance = 206.696. Pada Distribusi Poisson mean = 132.53
dan variance = 132.53
6. Kurva Distribusi Pencacahan 25 kali dengan t = 10 sekon tanpa bahan
Gambar8. Gambar kurva distribusi pencacahan 25 kali dengan t = 10 sekon. Didapat pada distribusi normal mean = 7 dan variance =
8.6667. Pada Distribusi Poisson mean = 12.96 dan variance = 12.96
7. Data banyaknya Mean dan Variance dari Distribusi Data.
Tabel 1. Nilai mean dan variance distribusi dari Distribusi data hasil percobaan
t (s)
M (kali)
Normal Poisson
Mean Variance Mean Variance
10
25 130.72 124.71 130.72 130.72
50 132.38 77.750 132.38 132.38
100 132.53 206.69 132.53 132.53
1 25 12.96 9.9566 12.96 12.96
10 25
tanpa bahan
7 8.6667 7 7
IV. Pembahasan
Secara konsep statistika, untuk menentukan suatu data dikatakan baik dapat apabila nilai variansinya hampir sama atau mendekati nilai meannya.
Dalam percobaan kali ini, kita meninjau data yang diambil dalam dua tipe distribusi, yaitu distribusi normal dan distribusi poisson.
Distribusi poisson merupakan distribusi probabilitas untuk variabel diskrit yang acak tetapi terjadi pada tingkat rata-rata yang pasti. Rumus Poisson banyak digunakan untuk menghitung probabilitas menurut satuan waktu contohnya :probabilitas dari jumlah kedatangan.
Sedangkan distribusi normal merupakan distribusi yang kontinyu. Untuk jumlah pengambilan data yang besar, lebih besar dari 30, distribusi Poisson bisa didekati dengan distribusi Normal.
Dari pengolahan data didapat kurva dan nilai mean dan variance dari distribusi normal dan Poisson dari Pencacahan 25 kali, 50 kali dan 100 kali pada selama selang waktu 10 sekon.
Pada pencacahan 25 kali terlihat bahwa nilai cacahan pada distribusi normal cenderung mendekati distribusi poisson. Sehingga terjadi pencacahan yang cenderung kontinu. Sehingga nilai persebaran dari data – data tersebut cenderung dekat satu sama lain. Dari nilai pengolahan data terlihat bahwa nilai mean-nya mendekati nilai variance-nya.
Untuk pengambilan data sebanyak 50 kali dan 100 kali, terlihat perbedaan antara mean dan nilai variance-nya lebih besar dibanding dibanding dengan pencacahan 25 kali. Artinya pada pengambilan data sebanyak 25 kali distribusi poisson sudah cukup menyerupai distribusi normal, sehingga hal ini sesuai dengan hipotesis dimana untuk percobaan yang berulang-ulang ditribusi Poisson dapat didekati dengan distribusi Normal.
Dari data terlihat pencacahan yang menghasilkan distribusi cacahan paling baik adalah pada cacahan 25 kali. Hal ini disebabkan nilai varians dan mean-nya pada distribusi ini yang saling mendekati dan nilai cacahan pada distribusi Poisson yang terjadi cenderung mendekati distribusi normal. Sehingga pencacahan yang terjadi cenderung kontinu yang dan mengartikan persebaran dari data – data tersebut cenderung dekat satu sama lain.
Dari hasil pengamatan pengambilan data 25 kali kita melakukan pencacahan selama selang waktu 10 sekon dan pencacahan 1 sekon. Secara teori, semakin lama waktu pengambilan data, semakin banyak pula efek latar yang terjadi yang dapat menimbulkan error pada perhitungan. Efek lainnya adalah partikel gas yang ada dalam tabung ionisasi jumlahnya terbatas membutuhkan waktu pemulihan. Sehingga bila pengambilan data semakin lama maka semakin sedikit partikel gas yang belum terionisasi, semakin kecil pula peluang terjdinya tumbukkan.
Namun, dari hasil pengolahan data, pada selang waktu 10 sekon distribusi
Poisson-nya lebih mendekati kontinu dibandingkan pada waktu 1 sekon. Dimana bila suatu data distribusinya mendekati kontinu maka data tersebut dikatakan baik dan tingkat keakuratannya semakin tinggi dibanding yang diskrit. Hal ini berbeda dengan teori diatas, hal ini dapat disebabkan oleh dead time atau selang waktu pada detektor Geiger-Muller.
Detektor Geiger-Mueller sendiri bekerja dengan mengubah sebuah radiasi menjadi pulsa listrik yang tercatat dalam bentuk cacahan yang memerlukan selang waktu tertentu. Selang waktu tersebut dinamakan dead time (waktu mati) karena selama selang waktu tersebut sistem pencacah tidak dapat mendeteksi radiasi yang datang. Dengan katalain, radiasi yang datang berurutan dengan selang waktu yang lebih singkat daripada waktu matinya tidak dapat dicacah atau tidak terhitung. Sehingga dari percobaan dapat disimpulkan distribusi yang lebih baik adalah pada waktu 10 sekon.
Pada percobaan dilakukan pencacahan dengan menggunakan bahan radioaktif dan tanpa menggunakan bahan radioaktif. Terlihat jelas bahwa pencacahan tanpa menggunakan radioaktif lebih sedikit daripada saat masih menggunakan bahan radioaktif. Jumlah pencacahan yang didapat tanpa bahan masih bernilai dan nilainya tidak nol. Hal ini disebabkan detektor masih mendeteksi adanya radiasi yang memunculkan nilai cacahan terhitung pada GM-Counter. Masih terdapatnya radiasi walaupun bahan telah dilepas ini disebabkan masih adanya partikel gamma yang dipancarkan bahan Cs-137 yang masih tersisa di lingkungan. Sehingga masih terdapat radiasi yang tercacah oleh detector Geiger-Mueller, namun dengan nilai yang sedikit.
Dalam percobaan ini, kita menggunakan bahan radioaktif Cs-137 sebab waktu paruh Cs-137 yang tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat. Selain itu Cs-137 merupakan jenis bahan radioaktif yang relatif aman dan radiasinya tidak berbahaya apabila dekat dengan tubuh manusia sebab Cs-137 meluruh dengan meradiasikan partikel gamma. Dimana bila ia meradiasikan partikel gamma ionisasinya rendah sehingga
tidak terlalu berefek pada pada tubuh apabila radiasinya terpapar ke tubuh manusia.
Proses ionisasi dari detektor Geiger-Muller adalah ketika radiasi ditembakkan menuju tabung energi dari radiasi membuat kondisi gas tidak seimbang hingga gas-gas mengalami ionisasi. Gas yang terionisasi ini kemudian mengionisasi ion-ion positif dan negatif. Ion-ion ini disebut ion primer. Setelah itu, ion-ion primer ini bergerak menuju kutub sesuai dengan muatannya, elektron akan bergerak menuju anoda dan ion-ion positif akan bergerak menuju katoda. Jumlah ion yang dihasilkan tersebut sebanding dengan energi radiasi dan berbanding terbalik dengan daya ionisasi gas. Pergerakan ion akan menimbulkan pulsa atau arus listrik sehingga diantara dua elektroda menyebabkan timbulnya medan listrik. Bila medan listrik semakin tinggi, maka energi kinetik ion primer akan semakin besar sehingga mampu untuk mengionisasi molekul gas lain. Sehingga ion primer ini memicu agar atom-atom gas lainnya mengalami ionisasi juga, yang kemudian disebut ion sekunder sehingga kemudian terjadi reaksi berantai. Proses ketika jumlah ion yang dihasilkan sangat banyak pada reaksi berantai pada sebuah radiasi karena medan listrik inilah yang tinggi disebut avalanche[3]. Karena terjadi reaksi berantai, dimana hasil ionisasi gas dapat mengionisasi atom gas lainnya, ion yang dihasilkan akan semakin banyak dan akan terus terjadi sampai titik saturasi.
Tegangan kerja diperlukan sebab tegangan kerja merupakan tegangan minimum yang diperlukan detektor Geiger-Muller untuk ion-ion primer ini bergerak menuju kutub sesuai dengan muatannya dimana elektron tertarik ke anoda dan ion positif tertarik ke katoda dan membuat ion primer dapat memicu agar atom-atom gas lainnya mengalami ionisasi juga untuk membentuk ion-ion sekunder.
V. Simpulan 1. Gejala radioaktivitas dapat diamati
dengan menggunakan detector Geiger Muller yang prinsip kerjanya menggunakan tumbukan antar partikel yang acak,
sehingga diperlukan adanya pengukuran berulang dan menggunakan konsep statistic juga distribusi poisson dan distribusi normal.
2. Tegangan kerja Geiger Muller Counter dari hasil percobaan adalah 470 V. Nilai ini ditentukan dengan cara mencari nilai cacahan yg stabil antara nilai tegangan yang berbeda.
3. Dari hasil percobaan yang menghasilkan distribusi cacahan paling baik adalah pada cacahan 25 kali. Sebab distribusi Poisson yang terjadi cenderung mendekati distribusi normal. Sehingga pencacahan yang terjadi cenderung kontinu.
VI. Daftar Pustaka [1]http://www.daviddarling.info/images/Gei
ger-Muller_counter.png (diakses pada
tanggal 6 November 2014 pukul 7.58 WIB)
[2]http://www.conceptualphysicstoday.com
/2011/05/how-gm-tube-operates.html
(diakses pada tanggal 7 November 2014
pukul 12.30 WIB)
[3]http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/Pengukuran_Radiasi/Dasar_04%20Materi.htm (diakses 7 November 2014, pukul 19.30)
LAMPIRAN 1. Data Percobaan Menentukan Tegangan Kerja Geiger-Muller Counter
Tabel 2. Data besar tegangan dan banyak cacahan dari percobaan menentukan Tegangan
kerja Geiger-Muller Counter Tegangan (V) Banyaknya cacahan
350 0
360 0
370 0
380 0
390 0
400 0
410 0
420 1
432 1
441 55
450 123
460 152
471 157
480 157
490 141
502 226
510 223
520 167
530 163
540 209
551 251
561 259
570 233
579 199
590 319
600 360
2. Data Banyaknya Cacahan dengan 25 kali pengambilan data pada t = 10 sekon
Tabel 3. Data banyaknya cacahan pada pencacahan 25 kali dengan t=10 sekon
Data ke Banyaknya Cacahan
1 120
2 130
3 124
4 136
5 129
6 142
7 119
8 108
9 119
10 139
11 110
12 125
13 136
14 162
15 127
16 136
17 136
18 140
19 129
20 138
21 139
22 137
23 126
24 129
25 132
3. Data Banyaknya Cacahan dengan 50 kali pengambilan data pada t = 10 sekon
Tabel 4. Data banyaknya cacahan pada pencacahan 50 kali dengan t=10 sekon
Data ke- Banyaknya cacahan
1 133
2 128
3 137
4 139
5 118
6 135
7 141
8 126
9 132
10 132
11 132
12 113
13 131
14 130
15 126
16 141
17 131
18 151
19 120
20 130
21 131
22 127
23 120
24 141
25 132
26 137
27 149
28 134
29 118
30 136
31 132
32 131
33 128
34 138
35 138
36 115
37 140
38 130
39 130
40 151
41 138
42 118
43 140
44 136
45 135
46 146
47 135
48 138
49 116
50 133
4. Data Banyaknya Cacahan dengan 100 kali pengambilan data pada t = 10 sekon
Tabel 5. Data banyaknya cacahan pada pencacahan 100 kali dengan t=10 sekon Data ke-
Banyaknya Cacahan
Data ke-
Banyaknya cacahan
1 138 51 145
2 154 52 131
3 160 53 130
4 126 54 129
5 154 55 124
6 115 56 142
7 145 57 138
8 121 58 121
9 122 59 123
10 153 60 145
11 133 61 129
12 147 62 132
13 169 63 122
14 125 64 161
15 145 65 104
16 129 66 132
17 124 67 100
18 127 68 134
19 144 69 125
20 165 70 138
21 110 71 156
22 130 72 123
23 144 73 116
24 133 74 116
25 129 75 150
26 127 76 127
27 128 77 153
28 128 78 119
29 131 79 135
30 141 80 128
31 150 81 142
32 124 82 142
33 139 83 154
34 105 84 129
35 141 85 126
36 123 86 146
37 141 87 169
38 115 88 127
39 111 89 124
40 128 90 134
41 101 91 144
42 120 92 132
43 151 93 119
44 138 94 117
45 143 95 126
46 129 96 119
47 133 97 120
48 143 98 129
49 115 99 139
50 125 100 115
5. Data Banyaknya Cacahan dengan 25 kali pengambilan data pada t = 1 sekon
Tabel 6. Data banyaknya cacahan pada pencacahan 25 kali dengan t=1 sekon
Data ke- Banyaknya cacahan
1 16
2 10
3 9
4 8
5 14
6 12
7 19
8 15
9 15
10 9
11 12
12 10
13 16
14 12
15 17
16 9
17 11
18 14
19 13
20 11
21 12
22 19
23 13
24 17
25 11
6. Data Banyaknya Cacahan dengan 25 kali pengambilan data pada t = 10 sekon tanpa menggunakan bahan
Tabel 7. Data banyaknya cacahan pada pencacahan 25 kali dengan t=1 sekon tanpa
bahan
Data ke- Banyaknya cacahan
1 10
2 12
3 5
4 8
5 7
6 10
7 7
8 0
9 10
10 10
11 8
12 3
13 5
14 6
15 5
16 10
17 8
18 5
19 4
20 3
21 6
22 7
23 6
24 12
25 8