stella maris soselisa 070111265
DESCRIPTION
gyTRANSCRIPT
Laporan Kasus
Seorang Pasien dengan Diagnosis Psikotik Akut
Oleh:
Stella Maris Soselisa070111265
Masa KKM : 16 Maret – 12 April 2015
Pembimbing:
Dr. Herdy Munayang, MA
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGIMANADO
2015
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus dengan Judul:
Seorang Pasien dengan Diagnosis Psikotik Akut
Telah dikoreksi dan dibacakan pada tanggal Maret 2015
Pembimbing,
Dr. Herdy Munayang, MA
1
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
LAPORAN KASUS ........................................................................................ 1
I. Identitas Pasien ................................................................................... 3
II. Riwayat Psikiatrik ............................................................................. 3
III. Riwayat Kehidupan Pribadi ............................................................... 5
IV. Pemeriksaan Status Mental ............................................................... 9
V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut .............................................. 12
VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna ........................................................... 13
VII. Formulasi Diagnostik ........................................................................ 15
VIII. Diagnosis Multiaksial ....................................................................... 15
IX. Problem ............................................................................................. 15
X. Prognosis ………………………………………………………….. 15
XI. Rencana Terapi ................................................................................. 16
XII. Diskusi .............................................................................................. 17
XIII. Wawancara Psikiatri .......................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22
LAMPIRAN .................................................................................................... 23
2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. V. S.
Umur : 36 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Kotamobagu 29 – 11 - 1978
Status perkawinan : Belum Menikah
Pendidkan terakhir : SMA
Pekerjaan : -
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
Alamat : Jln. Garuda No. 7 Ling. IV RT 003 RW 004
Girian Weru
Agama : Kristen Protestan
Tanggal MRS : 13 Maret 2015
Cara MRS : Pasien datang diantar keluarga
Tangal pemeriksaan : 18 Maret 2015
Tempat pemeriksaan : RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh dari :
- Autoanamnesis dengan pasien
- Catatan Rekam Medis Pasien.
- Alloanamnesis dengan:
Tn. L. W (57 tahun), orang tua ( Ibu ) pasien, suku Minahasa,
pendidikan SMA, IRT
A. Keluhan Utama
Pasien marah-marah, bicara kacau. Keluhan ini dialami sejak 3 hari
yang lalu.
3
B. Riwayat Gangguan Sekarang:
Pasien marah – marah dan bicara kacau sejak 3 hari yang lalu. Sikap
marah – marah dan bicara kacau pasien dipicu oleh rasa kesepian dirumah, pasien
juga marah - marah ketika suasana rumah menjadi ribut. Pasien adalah orang yang
mudah tersinggung.
Tanpa sebab yang jelas pasien menyerang dan menjambak rambut
neneknya. Pasien mengatakan ia susah tidur dan kadang suka mengurung diri.
Dalam kesehariannya, pasien mengaku kini ia merasa tenang dan baikan. Pada
saat anamnesis ini dilakukan, pasien sudah jauh lebih baik, pasien dapat
menjawab pertanyaan dengan baik dan tenang.
Berdasarkan buku Rekam Medik, pasien dua kali dirawat di RS. Prof. Dr.
V.L. Ratumbuysang, di ruang Waraney pada tanggal 2008 dengan diagnosis
Skizofrenia Paranoid dan 13 Maret 2015, dengan diagnosis gangguan psikotik
akut (F.23)
C. Riwayat GangguanSebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Menurut rekam medis, diketahui pasien dua kali dirawat di R.S.
Prof. V. L. Ratumbuysang pada tahun 2008 dengan diagnosis skizofrenia
Paranoid ( F.20 ) dan 12 Maret 2015 dengan diagnosis gangguan psikotik
akut. Berdasarkan anamnesis diperoleh keterangan yaitu pasien marah-
marah, mudah tersinggung, menyerang dan menjambak rambut neneknya,
kadang suka mengurung diri dan sulit tidur dari 1 minggu.Berdasarkan
keluhan tersebut pasien didiagnosis dengan Gangguan Psikotik Akut (
F.23 ).
2. Riwayat Gangguan Medis Umum
Penyakit ginjal, hipertensi, jantung, diabetes melitus, dan paru
disangkal
4
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif.
a. Rokok : pasien tidak merokok
b. Alkohol : pasien tidak mengonsumsi alkohol
c. Zat psikoaktif : pasien tidak pernah menggunakan zat psikoaktif
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Riwayat Prenatal dan Perinatal.
Pasien adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Orang tua pasien
mengasihi dan menyayangi pasien. Selama kehamilan kondisi kesehatan
fisik dan mental ibu pasien cukup baik. Pasien lahir normal di rumah sakit
dan ditolong oleh dokter. Berat badan lahir 3100 gr. Sianosis maupun
ikterus tidak ada.
B. Masa Kanak Awal (usia 0 – 3 tahun)
Pada stadium oral tidak diketahui.
Pada stadium anal, Pasien diajarkan BAB di toilet oleh ibunya. Ketika
pasien ingin BAB, sudah bisa bicara ke ibunya. Aktivitas lainnya seperti
duduk, berdiri, berjalan dan menggenggam benda tidak diketahui.
Pada stadium uretheral (transisional), pasien diajarkan BAK di toilet
(toilet training) oleh ibunya, dan dapat ke toilet sendiri saat ingin BAK.
Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar, saat
ditinggalkan ibunya keluar rumah pasien menangis.
Pada stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu, pasien kadang
dilarang melakukan sesuatu hal seperti melarang pasien untuk bermain
saat hujan atau di bawah sinar matahari ketika siang bolong, karena bisa
sakit.
C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4 – 11 tahun)
Pada stadium falik, pasien berjenis kelamin perempuan, saat kecil
pasien dekat dengan kedua orang tuanya, terutama ibunya, Setelah pasien
mengetahui identitas seksualnya adalah perempuan, pasien mulai
5
berpakaian seperti anak perempuan dan masuk ke toilet umum khusus
perempuan, setelah diajarkan, memperhatikan, mengikuti kebiasaan
berpakaian ibunya. Usia 6 tahun pasien sudah dikenalkan lingkungan
sekolah oleh keluarganya dengan masuk di SD.
Pada stadium latensi, pasien senang bermain bersama dengan
teman-temannya, di sekolah maupun lingkungan rumah. Pasien juga
senang bermain dengan saudaranya di rumah.
Pada stadium industri lawan inferioritas, pasien senang dalam hal
belajar, menurut pasien dia adalah salah satu siswa yang rajin di kelas,
melakukan tugas kelas dengan baik dan saling bekerja sama dengan
teman-teman yang lain. Pasien masuk SD saat berusia 6 tahun dan tamat
SD saat berusia 12 tahun. Kemudian pasien masuk ke SMP selama 3
tahun.
D. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pada stadium genital, pasien mulai lebih mandiri, berusaha
mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya. Bergaul dengan sangat
baik, tidak pernah memilih-milih teman. Pasien masuk SMP yang
diinginkan dirinya dan teman-temannya. Jarak rumah ke sekolah cukup
dekat. Pasien tidak pernah terlambat ke sekolah.
Pada stadium identitas lawan difusi peran, pasien menunjukkan
senang bermain dan akrab dengan saudaranya. Untuk masalah pribadi,
pasien merupakan orang yang tertutup, sehingga tidak pernah
menceritakan pada orang tua, atau pun kakak mengenai lawan jenisnya.
Setelah tamat SMP, pasien melanjutkan ke tingkat SMA. Ketika SMA
pasien mempunyai teman, baik laki-laki maupun perempuan. Pasien
sangat mandiri, selalu diandalkan dengan semua tugas yang diberikan
kepadanya. Tetap bergaul dengan sangat baik dan tidak memilih teman.
Pasien adalah orang yang baik, berpenampilan menarik, dan suka bergaul.
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya. Sudah
pernah jatuh cinta dengan teman sebayanya.
6
E. Masa Dewasa
1. Riwayat pendidikan
Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
2. Riwayat pekerjaan
Tahun 1985 pasien diterima bekerja sebagai karyawan di salah satu
perusahaan Indofood di Manado. Hubungan sosial dengan teman
kerjanya baik.
3. Psikoseksual.
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenis. Pasien pertama kali
berpacaran sewaktu kelas satu SMP. Riwayat psikoseksual tidak
ada masalah.
4. Riwayat perkawinan
Pasien menjalin hubungan dengan kekasihnya pada saat berumur
25 tahun. Hubungan dengan kekasihnya kurang baik.
5. Kehidupan beragama.
Pasien merupakan seorang yang beragama Kristen Protestan.Pasien
rajin beribadah. Pasien aktif mengikuti kegiatan kerohanian.
6. Aktivitas sosial.
Pasien merupakan pribadi yang mudah bergaul, berpenampilan
baik, sehingga tidak sulit mendapatkan teman. Ia juga tidak sulit
menghadapi orang yang baru dikenalnya.
7. Riwayat pelanggaran hukum.
Pasien tidak pernah melakukan perbuatan yang melanggar hukum.
8. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal bersama Ibu dan kakaknya. Bentuk rumah sederhana
dan cukup modern.
7
WC Ruang Makan
Kamar 2 R.Tamu/R. Keluarga
Kamar 1
9. Riwayat Keluarga.
Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Pasien mengatakan
menyayangi kedua orangtuanya, pasien juga mengaku kurang
harmonis dengan kakaknya sejak mengalami sakit ini. Pasien
mengaku walaupun dekat dengan orangtua, namun ia tidak terbuka
menceritakan masalah yang dirasakannya. Dengan ayahnya atau
ibunya pasien hanya bercerita tentang hal-hal umum yang terjadi
dimasyarakat.
Ayah pasien adalah anak tunggal dari kedua orangtuanya. Ayah
pasien bekerja petani. Ibu pasien merupakan anak ketiga dari 11
bersaudara, ia seorang ibu rumah tangga.
F. SILSILAH KELUARGA
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : meninggal
Faktor herediter : ada
G.Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya.
- Pasien ingin segera keluar dari Rumah Sakit
8
Warung Teras
- Pasien ingin memperbaiki hubungan dengan kakaknya agar lebih
baik.
H. Persepsi keluarga terhadap pasien
-Keluarga pasien dapat menerima pasien jika sudah bisa
dipulangkan
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS
A. Deskripsi umum
1). Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan, usia 36 tahun penampilan sesuai
dengan usia, kulit sawo matang, rambut panjang warna hitam. Pasien
tampak tenang pada saat diwawancara. Pakaian yang dikenakan
cukup rapi, pasien menggunakan kaos warna cream dan celana
cream.
2). Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik. Selama wawancara
pasien duduk dengan tenang dan tersenyum. Pasien merespon salam
dari pemeriksa dan pasien tidak menghindari kontak mata dengan
pemeriksa. Ia dapat dengan santai menceritakan masalah penyakit
fisiknya
3). Sikap terhadap pemeriksa.
Secara umum pasien kooperatif, pasien menjawab setiap pertanyaan
pemeriksa dengan baik dan tenang.
B. Mood dan Afek
• Mood : eutimia
• Afek : normal
• Kesesuaian : sesuai afek
C. Karakteristik Bicara
Kualitas : volume sedang, suara jelas, intonasi
berubah- ubahsesuai jenis pembicaraan,
9
artikulasi baik.
Kuantitas : menjawab sesuai pertanyaan
Hendaya berbahasa : tidak ada hendaya bahasa
D. Gangguan persepsi : -
E. Pikiran
• Proses pikir : koheren, menjawab sesuai pertanyaan
• Isi pikir : -
F. Kesadaran dan Kognisi
1. Taraf kesadaran dan kesiagaan : kompos mentis. Pasien dapat
mengarahkan, mempertahankan, mengalihkan dan memusatkan
perhatiannya.
2. Orientasi
• Orientasi waktu : Baik. Pasien mengetahui waktu pada saat
pemeriksaan
• Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui dimana ia saat
pemeriksaan dilakukan
• Orientasi orang : Baik.Pasien dapat mengenali dokter,
perawat atau petugas yang ada
3. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang :Baik. Pasien dapat
menceritakan riwayat masa kecilnya dengan baik.
Daya ingat jangka sedang: Baik
Daya ingat jangka pendek :Baik. Pasien dapat
mengingat apa yang ia kerjakan dari tidursemalam, bangun
pagi sampai saat wawancara berlangsung.
Daya ingat segera :Baik. Dapat mengingat
kembali apa saja yang telah disebutkan sebelumnya.
10
4. Konsentrasi dan perhatian : Baik. Ketika wawancara berlangsung
pasien dapat memusatkan perhatiannya terhadap pertanyaan
pemeriksa. Pasien juga melakukan seven serial test tanpa salah.
5. Kemampuan membaca dan menulis : Baik.Pasien dapat membaca
dan menulis dengan jelas.
6. Kemampuan visiospatial : baik, pasien dapat membuat gambar jam
dinding dengan baik
G. Pengendalian impuls
Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam waktu yang lama
dengan tenang.
H. Daya nilai dan tilikan
Daya nilai sosial : Baik.
Uji daya nilai : Baik
Daya nilai realita : Baik
Tilikan : Derajat I dimana pasien menyangkal total
terhadap penyakitnya.
I.Taraf dapat dipercaya : secara keseluruhan sebagian dapat dipercaya
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
A. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : T : 110/70 mmHg, N :88 /m, R : 22x/m, S : 36,6ºC
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-
Thoraks :
Jantung : S I-II normal, bising (-)
Paru : SP vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Datar, lemas, BU + normal, H/L :tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
11
B. Pemeriksaan neurologis
GCS : E4M6V5
TRM : Tidak ada
Mata : Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+
Pemeriksaan Nervus Kranialis
a. Nervus Olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi
b. Nervus Optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi
c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus
Abducens (N.VI)
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien
memiliki gerakan bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan
bola matanya ke kiri dan ke kanan). Selain itu, bola mata pasien
dapat mengikuti penlight kiri-kanan dan atas-bawah
d. Nervus Trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris
f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk menjawab
pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa pendengaran
pasien normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh
g. Nervus Glossofaringeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi
h. Nervus Vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. Nervus Aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan
bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal
12
j. Nervus Hipoglosus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi
Ekstrapiramidal sindrom : tidak ditemukan ada gejala
ekstrapiramidal
C. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Ny. V. S. 36 tahun, Minahasa, Kristen Protestan, belum menikah , tamat
SMA, tinggal di Jln. Garuda No.7 Ling IV RT 003 RW 004 Girian Weru 1
Bitung. Pasien diantar oleh keluarga ke UGD Jiwa di R.S. Prof. L. K.
Ratumbuysang pada tanggal 13 Maret 2015 . Dari anamnesis diperoleh keterangan
Pasien marah – marah dan bicara kacau sejak 3 hari yang lalu. Sikap
marah – marah dan bicara kacau pasien dipicu oleh rasa kesepian dirumah, pasien
juga marah - marah ketika suasana rumah menjadi ribut. Pasien adalah orang yang
mudah tersinggung.
Tanpa sebab yang jelas pasien menyerang dan menjambak rambut
neneknya. Pasien mengatakan ia susah tidur dan kadang suka mengurung diri.
Dalam kesehariannya, pasien mengaku kini ia merasa tenang dan baikan. Pada
saat anamnesis ini dilakukan, pasien sudah jauh lebih baik, pasien dapat
menjawab pertanyaan dengan baik dan tenang.
Berdasarkan buku Rekam Medik, pasien dua kali dirawat di RS. Prof. Dr.
V.L. Ratumbuysang, di ruang Waraney pada tanggal 2008 dengan diagnosis
Skizofrenia Paranoid dan 13 Maret 2015, dengan diagnosis gangguan psikotik
akut (F.23).
Dalam kesehariannya, pasien mengaku kini ia merasa tenang dan baikan.
Pada saat anamnesis ini dilakukan pasien sudah jauh lebih baik, pasien dapat
menjawab pertanyaan dengan baik dan tenang.
Pasien tenang, cukup kooperatif menjawab, artikulasi jelas, volume sedang
dan intonasi normal. Pemeriksaanstatus mental, mood pasien eutimia, afek serasi.
13
Bentuk pikiran ditemukan koheren. Penilaian realitas baik. Tingkat tilikan
ditemukan pasien penyangkalan total terhadap penyakitnya.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat pasien, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang
mencetuskan perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi
timbulnya gejala dan tanda klinis yang khas berkaitan adanya gangguan
kejiwaan serta dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat
disimpulkan pasien mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan
kelainan yang mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara
fisiologis menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa.
Pasien tidak pernah mengalami trauma pada bagian kepala maupun penyakit
yang lainnya dengan demikian gangguan mental organik dapat disingkirkan.
Pada aksis I. Berdasarkan alloananmnesa, autoanamnesa dan pemeriksaan
status mental didapatkan gejala klinik bermakna yaitu pasien mengalami
gangguan mental seperti mudah marah. Pasien pernah ada masalah kejiwaan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa,
berdasarkan DSM V pasien didiagnosa dengan Gangguan Psikotik Akut (F.23). 1
Pada aksis II. Pasien memiliki sifat perfeksionisme, semuanya harus
terstruktur mulai dari kegiatan sehari – hari. Pasien adalah orang yang sangat
teliti dalam melakukan pekerjaan, dan terkadang pasien tidak mau disalahkan
dalam suatu masalah, sehingga dapat disimpulkan pasien memiliki kepribadian
obsesif kompulsif.
Pada aksis III saat ini tidak ada
Pada aksis IV masalah terkait dengan hubungan keluarga
Pada aksis V Global Assesment of Functioning (GAF) scale, Current80-71
gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial dan pekerjaan.
GAF scale High Level Past Year (HLPY) 70-61gejala minimal, berfungsi baik,
cukup puas tidak lebih dari masalah harian biasa.
14
VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Psikotik Akut (F.23)
Aksis II : Gangguan kepribadian obsesif kompulsif
Aksis III : Tidak ditemukan kelainan.
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan keluarga.
Aksis V : Current80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam sosial dan pekerjaan. GAF scale High Level Past
Year (HLPY) 70-61gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas
tidak lebih dari masalah harian biasa.
IX. PROBLEM
A. Organobiologi : -
B. Psikologi : Ada
C. Lingkungan dan sosial ekonomi : Ditemukan adanya masalah dengan
keluarga.
X.PROGNOSIS
• Ad vitam : bonam
• Ad fungsionam : bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
XI. PERENCANAAN TERAPI
A. Psikofarmako
Risperidone 2 mg 2 x 1
Merlopam 2 mg 2 x ½
THP 2 mg 2 x 1/2
Inj. Valdimex 1 amp
B. Psikoterapi
1. Terhadap pasien
15
Psikoterapi Suportif: Memotivasi dan memberikan dukungan
kepada pasien agar pasien tidak merasa putus asa dan semangat
juangnya dalam menghadapi hidup ini .
Psikoterapi Reedukatif: Memberikan edukasi dan dukungan
terhadap pasien agar memahami gangguannya lebih lanjut, cara
pengobatan, efek samping yang dapat muncul, serta pentingnya
kepatuhan dan keteraturan minum obat.
Terapi Perilaku: Menggunakan latihan ketrampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal untuk
pencapaian kualitas hidup yang lebih baik.
2.Terhadap keluarga
Psikoterapi Reedukatif: Menyampaikan informasi kepada
keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit,
perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat
memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan
kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.
Terapi Keluarga: Memberikan pengertian dan dukungan kepada
keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan
penyakit.
XI. DISKUSI
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak
mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat
halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu
gangguan kejiwaan yangterjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1
bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ketingkat fungsional
premorbid.2
Diagnosis psikotik pada pasien ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan status mental, dimana
16
ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan psikotik
akut(F.23).
Pasien di bawa ke RS Ratumbuysang karena pasien marah-marah
danbicara kacau. Pasien sulit tidur pada malam hari. Pasien tidak
didiagnosis dengan kelainan kepribadian karena tidak sulit begaul atau
beradaptasi dengan orang atau tempat yang baru. Berdasarkan
anamnesis diperoleh bahwa tidak terdapat riwayat gangguan kepribadian
sebelumnya.
Berdasarkan DSM - V, pedoman diagnostik gangguan psikotik
akut harus memenuhi persyaratan yaitu :
Ada satu (atau lebih) gejala berikut :
oWaham
oHalusinasi
oBicara terdisorganisasi (misal; sering menyimpang atau inkoherensi).
oPerilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik.Catatan : jangan
memasukan gejala jika merupakan pola respons yang diterima secara
kultural.
*Lama suatu epiode gangguan adalah sekurangnya 1 hari tetapi kurang
dari 1 bulan,akhirnya kembali penuh kepada tingkat fungsi pramorbit.
*Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh suatu gangguanmood
dengan ciri psikotik, gangguan skizoafektif atau skizofrenia dan bukan
karena efek fisiologislangsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau kondisi medis umum.1
Pada pasien ini diberikan terapi Risperidone 2 mg 2 x 1 adalah
golongan antipsikosis atipikal. Risperidone mekanisme kerja obat
antipsikosis atipikal disamping berafinitas terhadap Dopamin D2
Receptor juga terhadap Serotonin 5 HT2, sehingga efektif juga untuk
gejala negative. Efek samping obat antipsikosis dapat berupa sedasi dan
inhibisi psikomotor (rasa mengatuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).3
Merlopam 2 mg 2 x 1adalah golongan anti ansietas. Merlopam
(Lorazepam) merupakan golongan benzodiazepine, dengan mekanisme
17
kerja yaitu dapat bereaksi dengan reseptor (benzodiazepine reseptors)
yang mengendalikan sistem limbik SSP yang terdiri
daridopaminergic,noradrenergic, dan serotoninergic neurons, sehingga
hiperaktivitas yang terjadi dapat mereda. Efek samping dari penggunaan
obat ansietas adalah sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang,
kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah), dan
relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll). Untuk mengurangi resiko
ketergantungan obat, maksimum lama pemberian sekitar 3 bulan dalam
rentang dosis terapeutik.3
Inj. Valdimex1 amp (10 mg)untuk mengatasi
kecemasan.3Triheksilenidil 2 mg 2x1 adalah obat antikolinergik yang
banyak digunakan mengatasi Ekstrapiramidal (EPS), penggunaan
Triheksilenidil dapat menimbulkan antikolinergik perifer seperti mulut
dan hidung kering, pandangan kabur, konstipasi.4Selain itu diberikan
juga terapi lain berupa psikoterapi, melalui edukasi dan support terhadap
pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan, efek samping
yang dapat muncul, dan memberikan dukungan untuk meningkatkan rasa
percaya diri, serta terus memotivasi pasien agar tidak putus asa.
Keluarga pasien juga diberikan psikoedukasi dimana keluarga diberi
pengertian akan pentingnya peran keluarga untuk memotivasi pasien
agar tidak merasa putus asa.
XII. WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di RS Prof.dr.V.L.Ratumbuysang pada tanggal 18
Maret 2015.
Keterangan :
Dm: Pemeriksa
P: Pasien
K : Keluarga (ibu pasien)
Dm : Selamat Siang ibu
P : Siang
18
Dm : Apa kabar ibu ?
P : Bae dok
Dm : Perkenalkansaya dokter muda Sarah. Mo diskusi dlu neh.Boleh thu nama
sapa ibu pe nama?
P : Veiby
Dm : umur berapa ibu?
P : 36 tahun
Dm : ibu tau skarang ibu da dimana ?
P : Tau dokter, ini di ratumbuysang
Dm :Sekarang kerja apa ?
P : Nda ada kerja dok
Dm : Pendidikan trakhir SMA atau ada sempat kuliah ?
P : SMA sampe kelar, kong langsung kerja
Dm : ibu tinggal dimana ?
P : di Girian weru, Bitung
Dm : Ibu tinggal deng sapa di rumah ?
P : deng kaka deng mama
Dm : ibu so dari kapan disini ?
P : 3 hari lalu
Dm : Ibu so kaweng?
P : belum
Dm : Ibu kiapa dorang bawa kesini?
P : krn qt jah bamarah - marah
Dm : sapa yang antar pa ibu kamari dank?
P : kakak deng mama
Dm : klu blh thu kiapa ibu jah ba marah?
P : qt kwa cpt tersinggung dr, jdi klu ada yg qt rasa nda sedaap lgsg jah ba
marah
Dm : ibu jah ba marah mar nda ba pukul?
P : ada dok,1x. Mar bkn ba pukul,cm qt dah tarek oma pe rambut
Dm : Oma dah bkg apa so kong dah tarek tuh rambut.
P : nda bkg apa – apa dok,cm qt so nda kontrol baru qt so putus obat.
19
Dm : klu blh thu ibu siapanya Veiby?
K : ibunya veiby, dia qt pe anak
Dm : kiapa kata dorang bawa pa ibu kamari?
K : krna dia da marah-marah dirumah, kong ada tarek oma pe rambut
Dm : dulu-dulu ibu pernah bgni?
K : pernah waktu tahun 2008, mar langsung bae
Dm : ada yang saki sama deng ibu di keluarga?
K : nda ada
Dm : dpe aktivitas dirumah bagaimana?
K : dia rajin
Dm : Ibu veiby ada masalah deng dpe kaka?
K : nda ada masalh, mar lantaran veiby suka marah – marah deng tarek oma
pe rambut, jadi dia kaka so nda tllu dekat deng dia
Dm : kong dia pernah cerita-cerita aneh?
K : nda ada dok.
Dm : Ooo ok dang ibu nanti ulang sambung cerita ulang besok neh mo pulang
dulu ..
P & K : Iya dok makasih ..
DAFTAR PUSTAKA
20
1. American Psychiatric Association DSM-5 Diagnostic and Statistical Manualof
Mental Disorders : Fifth Edition . American Psychiatric Publishing;
Washington DC. 2013
2. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid I. Binarupa Aksara Publisher. 2010
3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; Jakarta.
2007
4. Wijaksono R, Nasrun MW, Dampling CE. Gambaran dan Karakteristik
penggunaan Triheksifenidil pada pasien yang mendapat terapi antipsikotik. J
Indon Med assac, volum 63, Nomor 1, Januari 2013
Lampiran 1
21
Gambar 1. Foto dengan keluarga pasien
Ganbar 2. Foto dengan pasien
22