stikes icme jombangrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2195/1/watermark asli.doc · web viewremaja pada fase...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGARUH PEER EDUCATION (PENDIDIKAN SEBAYA) TERHADAP KECEMASAN PRA-MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI
KELAS VII dan VIII(Studi Kasus di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang)
MAGFIROTULLOH153210071
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG
2019
SKRIPSI
PENGARUH PEER EDUCATION (PENDIDIKAN SEBAYA) TERHADAP KECEMASAN PRA-MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI
KELAS VII dan VIII(Studi Kasus di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang)
SKRIPSIDiajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanInsan Cendekia Medika Jombang
MAGFIROTULLOH153210071
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG
2019
ii
iii
iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama lengkap Magfirotulloh dilahirkan di kabupaten sampang
tepatnya di DSN. Marparan kecamatan sreseh jawa timur pada tanggal 26 januari
1995. Merupakan anak keempat dari lima bersaudara, peneliti lahir dari pasangan
suami istri Bapak H. Ahmad Fauzi dan Ibu Hj. Ainul Jannah.
Peneliti menyelesaikan pendidikan dasar di MI Miftahul Huda Marparan
lulus pada tahun 2007, tahun 2011 peneliti lulus dari MTS Az-zainabiyah, tahun
2014 peneliti lulus dari MA Al-mas’udiyah, dan mulai tahun 2015 sampai dengan
penulisan skripsi ini peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswa program S1
keperawatan di STIKes ICMe Jombang.
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jombang, 08 Agustus 2019
MAGFIROTULLOH
MOTTO
vii
Saat Kita Memperbaiki Hubungan Dengan Allah, Niscaya Allah Akan Memperbaiki Segala Sesuatunya Untuk Kita
(Bilal Phillips)
PERSEMBAHAN
viii
الرح لله ا ا بسم لرحيممنPuji syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT atas
karunia Nya yang begitu besar yang telah memberikan kemudahan, kelancaran dan kekuatan yang luar biasa kepada saya. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.
Saya persembahkan karya kecil ini yang saya buat sepenuh hati, sekuat tenaga dan pikiran untuk kedua orang tua saya yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan doa yang dipanjatkan setiap sujudnya untuk menjadikan saya orang yang sukses. Saya yakin bahwa keberhasilan yang saya raih ini tidak lepas dari doa kedua orang tua saya.
Untuk keluarga besar Buk Assa, terima kasih telah memberikan dukungan, motivasi dan terima kasih juga sudah dengan sabar menuntun saya sehinnga saya mampu menyelesaikan karya kecil ini.
Untuk Ibu Hindyah Ike S, S.Kep.,Ns.,M.Kep, Bapak Arif Wijaya, S.Kp.,M.Kep serta Ibu Iva Milia H R., S.Kep.,Ns.,M.Kep terima kasih telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan proposal dan skripsi dengan penuh sabar dan ketelatenan. Semoga Allah memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan.
Untuk semua dosen STIKes ICMe Jombang terima kasih telah mendidik dan membimbing saya selama ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan ilmu yang telah diberikan.
Untuk (GBK) gank’s blackpink yakni mbul gembul, pita cupita, kadek dan lele terima kasih kalian telah menjadi partner hidup yang baik di perjalanan masa kuliah saya dan terima kasih sudah dengan sabar melalui suka duka kehidupan bersama.
Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuangan saya, kita belum selesai sampai disini. Mari kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita mampu menjadi perawat yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat mengharumkan nama kedua orang tua kita dan juga STIKes ICMe Jombang.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas VII dan VIII (Studi Kasus Di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang)”. Skripsi ini ditulis sebagai persyaratan kelulusan demi menempuh Program Studi S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: H. Imam Fatoni, SKM.,MM. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan. Hindyah Ike S, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama. Arif Wijaya, S.Kp.,M.Kep selaku pembimbing anggota. Iva Milia H R., S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku pembimbing anggota serta Hidayatun Nufus, SSiT., M.Kes. selaku penguji yang dengan sabar dan ikhlas selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini, serta seluruh dosen, staf dan karyawan di STIKes ICMe Jombang yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan di STIKes ICMe Jombang. Dan tidak lupa semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca, Amien.
x
Jombang, 08 Agustus 2019
Penulis
(Magfirotulloh)
ABSTRAK
PENGARUH PEER EDUCATION (PENDIDIKAN SEBAYA) TERHADAP KECEMASAN PRA-MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI
KELAS VII dan VIII(Studi Kasus di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang)
Oleh :MAGFIROTULLOH
Masa remaja yang mengalami gejala menstruasi dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan mengalami perubahan emosioanal, gejala ini muncul sebelum menstruasi disebut dengan premenstrual syndrome. Gejala yang sering muncul yaitu mudah menangis, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi dan kecemasan. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang.
Desain dari penelitian ini pra eksperimental dengan one group pre-post test design. Populasinya adalah Semua remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto yang sudah menstruasi dengan jumlah 109 siswi. Tehnik yang digunakan proportional random samping dengan jumlah sampel sebanyak 52 siswi. Variabel independent peer education dan variabel dependent kecemasan pra-menstruasi. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dan uji statistiknya menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome sebelum diberikan pendidikan kesehatan peer education adalah hampir seluruhnya mengalami cemas berat yaitu sebanyak 50 (96,2%) responden. Tingkat kecemasan sesudah diberikan pendidikan kesehatan peer education adalah hampir seluruhnya mengalami cemas ringan yaitu sebanyak 48 (92,3%) responden. Berdasarkan uji wilcoxon menunjukkan bahwa nilai signifikansi p = 0,003 < α (0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Kesimpulan ada pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang.
Kata kunci : kecemasan Pre-menstrual syndrome, peer education
xi
ABSTRACTThe Influence Of Peer Education To Pra-Menstruasi Anxiety In Adolescent Girl
Class VII And VIII(A Case Study In Statejuniorhigh Schoo 2 Jogoroto Jombang District)
By:MAGFIROTULLOH
15,321,0071
Adolescence experience symptoms of reach activity menstrual colloquial and changed emosioanal, these symptoms appear just before menstruation called pramenstruasi syndrome.Symptoms which often appear the easy cry, irritable, difficult to concentrate and anxiety.The purpose of this study to analyze peer influence education to anxiety pra-menstruasi in adolescent girls vii class and viii smpn 2 jogoroto jombang district.
Design of research is pre experimental with one group pre-post test design.Population is all adolescent girls vii class and viii smpn 2 jogoroto have menstrual to of 109.Technique used random proporsional side with the total sample as many as to 52.Independent variables peer education and variable dependent anxiety pra-menstruasi.Data collection questionnaire sheets statistiknya use and the use the sign wilcoxon rank test.
The research results show level anxiety pre-menstrual syndrome before it was given health education peer education is almost entirely experienced anxious heavy with 50 ( 96,2 % ) of respondents .The anxiety after given health education peer education is almost entirely experienced mild anxiety with 48 ( 92,3 % ) of respondents .Based on the wilcoxon showing that the significance p = 0,003 & lt; < a ( 0.05 ) , so that h0 were rejected and h1 accepted .
A conclusion there an effect peers now s education against there is trouble and anxiety pra-menstruasi on adolescent girls a class of vii and viii at state junior high schools 2 jogoroto jombang district.
Keywords: anxiety, pre-menstrual syndrome the peer education
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... iHALAMAN JUDUL DALAM......................................................................... iiPERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................... iiiPERNYATAAN BEBAS PLAGIASI.............................................................. ivLEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................. vLEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. viRIWAYAT HIDUP.......................................................................................... viiMOTTO............................................................................................................ viiiPERSEMBAHAN............................................................................................. ixKATA PENGANTAR...................................................................................... xABSTAK.......................................................................................................... xiABSTRACT..................................................................................................... xiiDAFTAR ISI.................................................................................................... xiiiDAFTAR TABEL............................................................................................ xvDAFTAR GAMBAR........................................................................................ xviDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviiDAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH .................................xviiiBAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah................................................................................. 31.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 31.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1Tinjauan Tentang Remaja………………………………………….. 52.2Tinjauan Tentang Premenstrual syndrome………………………… 72.3Tinjauan Tentang Kecemasan ……………………………………… 152.4Tinjauan Tentang Peer Education………………………………… 242.5Penelitian Yang Relevan………………………………………….. 30
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN3.1 Kerangka Konseptual............................................................................ 333.2 Hipotesis .............................................................................................. 34
BAB 4 METODE PENELITIAN4.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 36
xiii
4.2 Rancangan Penelitian............................................................................ 364.3 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 374.4 Populasi, Sampel dan Sampling........................................................... 374.5 Kerangka Kerja..................................................................................... 404.6 Identifikasi Variabel............................................................................. 414.7 Definisi Operasional............................................................................. 414.8 Instrumen Penelitian............................................................................. 434.9 Pengumpulan Data................................................................................ 434.10Pengolahan Data................................................................................... 444.11Uji Validitas dan Reliabilitas................................................................ 474.12Tehnik Analisa Data............................................................................. 484.13Etika Penelitian..................................................................................... 49
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN5.1.Hasil Peneliti…………………………………………………………... 515.2.Data Umum Responden……………………………………………… 525.3 Data Khusus Responden......................................................................... 535.4 Pembahasan............................................................................................ 55
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN6.1.Kesimpulan……………………………………………………………. 596.2 Saran....................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul tabel Halaman
Tabel 4.1 Definisi Operasional pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang………………………………………………. 42
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat usia……………………………………………………. 52
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia saat pertama kali haid……………………………………... 52
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama haid…………………………………………………… 53
Tabel 5.4 Hasil penelitian berdasarkan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan peer education padaremajaputri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang…………. 53
Tabel 5.5 Hasil penelitian berdasarkan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan peer education pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang…………. 54
Tabel 5.6 Tabulasi silang pengaruh peer education terhadap perubahan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome (PMS) pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang pada bulan juli 2019……. 54
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Halaman
2.33.1
4.1
4.2
Rentang Respon Kecemasan……………………………..Kerangka Konsep Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang………………………….Skema Desain Penelitian Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang………………Kerangka kerja Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang………………………….
22
33
37
40
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian.................................................................. 64Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Penelitian.............................................. 65Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden........................... 66Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden............................. 67Lampiran 5 : Lembar Kisi-kisi Kuesioner................................................. 68Lampiran 6 : Lembar Satuan Acara Penyuluhan (SAP)............................ 69Lampiran 7 : Lembar Kuesioner Kecemasan (HARS).............................. 73Lampiran 8 : Lembar SOP Peer Education................................................ 77Lampiran 9 : Surat Pre Survey, Studi Pendahuluan dan Ijin Penelitian.... 78Lampiran 10 : Surat pernyataan pengecekan judul...................................... 79Lampiran 11 : Lembar Konsutasi................................................................ 80Lampiran 12 : Surat Balasan Penelitian....................................................... 83Lampiran 13 : Tabulasi................................................................................ 66Lampiran 14 : Distribusi frekuensi.............................................................. 70
xvii
DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
% : Persenf : frekuensi n : Besar sampel yang dikehendakiN : Besar populasie : Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (0,05)< : Kurang dari> : Lebih dariP : Presentase
WHO : World Health OrganizationACOG : American College Obstetricians and GynecologistsAIDS : Acquired Immuno Deficiency SyndromeGABA : Gamma Amino Butyric AcidBKKBN : Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana NasionalHARS : Hamilton Anxiety Rating ScaleHIV : Human Immuno Deficiency VirusKIE : Komunikasi, Informasi, EdukasiKRR : Kesehatan Reproduksi RemajaPIK : Perkampungan Industri KecilUKS : Usaha Kesehatan SekolahUNAIDS : United Nations Programme On HIV/AIDSPMS : Pre Menstrual SyndromeSMPN : Sekolah Menengah Pertama NegeriSTIKES : Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanICMe : Insan Cendekia Medika
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja yang mengalami gejala menstruasi dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari dan mengalami perubahan emosioanl, gejala ini muncul bahkan
sebelum menstruasi datang yang disebut dengan premenstrual syndrome (Nurul
Maulidah, 2016). Gejala yang sering muncul pada PMS yaitu seperti mudah
menangis, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi dan kecemasan. Fenomena
yang terjadi pada remaja putri di SMPN 2 Jogoroto didapatkan bahwa mereka
sering mengalami perubahan emosional, perasaan mudah tersinggung atau
kecemasan, kram atau nyeri perut tanpa sebab saat menjelang menstruasi.
Dampak dari kejadian tersebut yaitu siswi terlihat lesu dan tidak semangat
mengikuti pelajaran di kelas, penurunan konsentrasi dalam pembelajaran, bahkan
ada siswi yang terpaksa beristirahat sebentar di UKS dan terpaksa tidak masuk
sekolah pada hari pertama menstruasi sehingga mengganggu aktivitas sekolahnya.
Berdasarkan laporan WHO (World Health Organization), PMS memiliki
prevalensi lebih tinggi di Negara-negara asia dibandingkan dengan negara-negara
barat dan juga ditemukan data bahwa American College Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) di srilanka yaitu gejala PMS dialami oleh remaja putri
sekitar 65,7% (Isyraq Nazihan Rabani, 2018). Angka kejadian kecemasan akibat
premenstrual syndrome lumayan tinggi, yaitu sekitar 20% dari populasi dunia dan
sebanyak 48% dialami oleh wanita usia subur (Cindi Lestari, 2015). Hasil
penelitian Nita Ervianasari, 2018 didapatkan angka prevalensi PMS di indonesia
1
2
mencapai 85% dari seluruh populasi wanita usia reproduktif, yang terdiri dari 60-
70%. PMS sedang mencapai 65% dan berat mencapai 15%. Data dari penelitian
sebelumnya yaitu prevalensi premenstrual syndrome di jawa timur sebanyak 40%
wanita usia produktif dan sebanyak 2-10% mengalami gejala berat (Hartanto,
2018). Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan pada remaja putri di SMPN 2
Jogoroto didapatkan 4 dari 8 atau jika dipersentasikan sekitar 50% mengatakan
bahwa dirinya sering mengalami perubahan emosional, perasaan mudah
tersinggung atau kecemasan, kram atau nyeri perut tanpa sebab saat menjelang
menstruasi.
Penyebab pasti munculnya kecemasan dalam menghadapi PMS diantaranya
adalah factor hormonal dalam tubuh wanita, yaitu ketidakseimbangan antara
hormone estrogen dan progesterone. Beberapa keluhan yang dirasakan saat PMS
yaitu sakit kepala, sakit punggung, nyeri pada payudara, gangguan tidur, dan lain-
lain. Akibat dari beberapa keluhan yang dirasakan tersebut dapat menimbulkan
kecemasan pada wanita yang mengalami PMS. Apabila kecemasan tidak diatasi
segera dapat menimbulkan berbagai respon kecemasan, antara lain gelisah,
keringat dingin, takut, dan berbagai gangguan kesehatan seperti diare, sering
berkemih, mual muntah dan lain-lain. Kecemasan menyangkut respon
parasimpatis yang meningkatkan aktifitas system pencernaan (Ari Arviana, 2017).
Penelitian yati, 2015 (dalam Ankofiyya Dinda Nida, 2017) tentang pengaruh
peer education terhadap kecemasan remaja post menarche pada siswi SMP
Muhammadiyah Kabupaten Bantul menunjukkan hasil bahwa terdapat penurunan
kecemasan yang signifikan sebelum dan setelah diberikan peer education. Peer
education efektif untuk memberikan motivasi, support terhadap kecemasan dan
3
gangguan depresi (Nelson et al., 2014 dalam Dwi Yati, 2015). Perasaan responden
setelah mengikuti peer education yaitu remaja merasa senang, kecemasan,
kebingungan dan ketakutan berkurang karena peer education dapat menambah
ilmu pengetahuan, memberikan gambaran dan motivasi terhadap masalah yang
mereka hadapi dan sebagai sarana berdiskusi, berbagi cerita dan sharing
pengalaman (Ankofiyya Dinda Nida, 2017).
Pendidikan kelompok sebaya dilaksanakan antar kelompok sebaya dengan
dipandu oleh fasilitator yang juga berasal dari kelompok itu sendiri. Melalui
pendidikan sebaya, kaum muda atau remaja dapat mengembangkan pesan
maupun memilih media yang lebih tepat sehingga informasi yang diterima
dapat dimengerti oleh sesama remaja. Berdasarkan fenomena di atas maka
peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang pengaruh peer
education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan
VIII di SMPN 2 Jogoroto.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut” apakah ada pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-
menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi
pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto.
4
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi kecemasan pra-menstruasi sebelum dilakukan peer education
pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto.
2. Mengidentifikasi kecemasan pra-menstruasi setelah dilakukan peer education
pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto.
3. Mengidentifikasi pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi
pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wacana kepustakaan
serta diharapkan bisa berguna untuk menambah wawasan, referensi tentang peer
education dan kecemasan pre-menstrual syndrome di bidang kesehatan remaja
untuk memperluas keilmuan.
1.4.2 Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah referensi ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan maternitas dan dapat
menambah pengetahuan tentang tingkat kecemasan remaja putri kelas VII dan
VIII menghadapi pre-menstrual syndrome di SMPN 2 Jogoroto.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1Tinjauan Tentang Remaja
2.1.1 Definisi Remaja
Remaja merupakan masa peralihan mulai masa anak-anak ke masa dewasa
yang berjalan antara usia 12-21 tahun. Masa remaja adalah suatu fase
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang, masa ini merupakan
peroses transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (Intan Purwasih,
2017).
Penelitian Femilanda Elita Putri, (2017) didapatkan bahwa menurut Stanley
Hall seorang Bapak pelopor Psikologi Perkembangan Remaja, masa remaja
dianggap masa “topan badai dan stress” (strom and stress), karena mereka telah
memiliki keinginan untuk bebas menentukan nasib pada diri sendiri.
2.1.2 Perkembangan masa remaja
2.1.2.1 Remaja awal (10-14 tahun)
Remaja pada masa ini mengalami pertumbuhan fisik dan seksual dengan cepat.
Pikiran difokuskan pada keberadaannya dan pada kelompok sebaya. Identitas
terutama difokuskan pada perubahan fisik dan perhatian pada keadaan normal.
Perilaku seksual remaja pada masa ini lebih bersifat menyelidiki, dan tidak
membedakan. Sehingga kontak fisik dengan teman sebaya adalah normal. Remaja
pada masa ini berusaha untuk tidak bergantung pada orang lain. Rasa penasaran
yang tinggi atas diri sendiri menyebabkan remaja membutuhkan privasi.
5
6
2.1.2.2 Remaja pertengahan (15-17 tahun)
Remaja pada fase ini mengalami masa sukar baik untuk dirinya sendiri
maupun orang dewasa yang berinteraksi dengan dirinya. Proses kognitif remaja
pada masa ini lebih rumit. Melalui pemikiran oprasional formal, remaja
pertengahan mulai bereksperimen dengan ide, memikirkan apa yang dapat dibuat
dengan barang-barang yang ada, mengembangkan wawasan, dan merefleksikan
perasaan kepada orang lain. Remaja pada fase ini berfokus pada masalah identitas
yang tidak terbatas pada aspek fisik tubuh. Remaja pada fase ini mulai
bereksperimen secara seksual, ikut serta dalam perilaku beresiko, dan mulai
mengembangkan pekerjaan diluar rumah. Sebagai akibat dari ekperimen beresiko,
remaja pada fase ini dapat mengalami kehamilan yang tidak diinginkan,
kecanduan obat, dan kecelakaan kendaraan bermotor. Usaha remaja fase
pertengahan untuk tidak bergantung, menguji batas kemampuan, dan keperluan
otonomi mencapai maksimal mengakibatkan berbagai permasalah yang dengan
orang tua, guru, maupun figur yang lain.
2.1.2.3 Remaja akhir (18-21 tahun)
Remaja pada fase ini ditandai dengan pemikiran oprasional formal penuh,
termasuk pemikiran mengenai masa depan baik itu pendidikan, kejuruan, dan
seksual. Remaja akhir biasanya lebih berkomitmen pada pasangan seksualnya dari
pada remaja pertengahan. Kecemasan karena perpisahan yang tidak tuntas dari
fase sebelumnya dapat muncul pada fase ini ketika mengalami perpisahan fisik
dengan keluarganya.
Dalam perjalanan kehidupannya, remaja tidak akan lepas dari berbagai
macam konflik dalam perkembangannya. Setiap tingkatan memiliki konflik sesuai
7
dengan kondisi perkembangan remaja pada saat itu. Konflik yang sering dihadapi
oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan yang mereka alami pada
berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka yaitu dimensi biologis, dimensi
kognitig, dimensi moral dan dimensi psikologis (Kusuma, 2014 dikutip oleh
Anandari Iin Husmar, 2018).
2.2Tinjauan Tentang Pre-menstrual Syndrome (PMS)
2.2.1 Definisi Pre-menstrual Syndrome (PMS)
Pre-menstrual syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis
dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi Sekitar 80-95 persen wanita akan
mengalami gejala-gejala pra menstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek
kehidupannya. Gejala tersebut diperkirakan dan biasanya terjadi secara reguler
pada dua minggu sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu terjadi
menstruasi, namun dapat pula berlanjut setelahnya. Sindrom pra-menstruasi dapat
sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka beristirahat dari
sekolah atau kantornya (Sukarni & Wahyu, 2013 dikutip oleh Isyraq Nazihan
Rabani, 2018).
Berbagai keluhan yang muncul sebelum menstruasi, yaitu antara lain cemas,
susah konsenstrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut, dan sakit
pada payudara. PMS biasanya dirasakan 7-10 hari menjelang menstruasi.
Penyebab pasti belum diketahui, namun diduga terjadinya PMS disebabkan oleh
hormone estrogen, progesteron, prolaktin, dan aldosteron. Gangguan
keseimbangan hormon estrogen dan progesterone dapat menyebabkan retensi
cairan dan natrium sehingga berpotensi terjadi keluhan PMS, perempuan yang
peka terhadap faktor psikologis, perubahan hormon sering mengalami gangguan
8
PMS (Prawirohardjo, 2011 dikutip dalam Anandari Iin Husmar, 2018). Gejala
PMS ini akan hilang ketika sudah menstruasi dimulai atau bahkan 1-2 hari
menjelang menstruasi. Tidak ada tes atau pemeriksaan laboratorium ataupun
pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis PMS.
Saryono dkk (2009) premenstrual syndrome adalah gangguan siklus yang
umumnya terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik
dan emosional yang konsisten dikutip oleh Nurul Maulidah, (2016). Gejala PMS
terjadi hampir di seluruh bagian tubuh dan berbagai sistem yang ada dalam tubuh,
antara lain seperti payudara terasa nyeri, sakit pinggang, pegal linu, perasaan
seperti kembung, muncul jerawat, lebih sensitif, mudah marah (emosional) dan
kadang timbul perasaan malas, hal ini disebut sebagai pre-menstrual sindrom
(Proverawati & Misaroh, 2009 dikutip oleh Putri Dwi Cahyani, 2016).
2.2.2 Penyebab Pre-menstrual Syndrome
Menurut Nurul Maulidah 2016 dalam Fiskalia, 2018. Penyebab
premenstrual syndrome (PMS) adalah:
2.2.2.1 Faktor hormonal
PMS terjadi sekitar 70-90% pada wanita usia subur dan sering ditalami
wanita berusia 20-40 tahun. Peran hormone ovarium tidak begitu jelas, tetapi
gejala PMS sering berkembang ketika ovarium tertekan. Faktor hormonal yaitu
terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Kadar
hormon estrogen meningkat dan melampaui batas normal sedangkan kadar
progesterone menurun. Hal ini menyebabkan perbedaan genetik pada sensitivitas
reseptor dan system pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon
seks dalam sel.
9
2.2.2.2 Faktor kimiawi
Faktor kimiawi sangat mempengaruhi munculnya PMS. Bahan-bahan kimia
tertentu di dalam otak seperti serotonin, berubah-ubah selama siklus menstruasi.
Serotonin sangat mempengaruhi suasana hati yang berhubungan dengan gejala
depresi, kecemasan, ketertarikan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan
untuk tidur, agresif dan peningkatan selera.
2.2.2.3 Faktor genetik
Faktor genetik juga memainkan suatu peran yang sangat penting, yaitu
insidensi PMS dua kali lebih tinggi pada kembar satu telur (monozigot)
dibandingkan kembar dua telur.
2.2.2.4 Faktor psikologis
Faktor psikis, yaitu stres sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian PMS.
Gejala-gejala PMS akan semakin meningkat jika di dalam diri seorang wanita
mengalami tekanan.
2.2.2.5 Faktor gaya hidup
Faktor gaya hidup didalam diri seseorang terhadap pengaturan pola makan
juga memegang peran yang tidak kalah penting. Makan terlalu banyak atau terlalu
sedikit, sangat berperan terhadap gejala-gejala PMS.
2.2.3 Gejala Pre-menstrual Syndrome (PMS)
Gejala yang terjadi dapat tetap sama atau bervariasi dari bulan ke bulan.
Pada umumnya gejala yang datang adalah menifestasi dari produksi hormon
progesteron pada bagian akhir dari siklus menstruasi, lebih dekat dengan
datangnya masa menstruasi. Pada dasarnya, gejala PMS berhubungan dengan
10
berbagai perubahan diantaranya ialah perubahan fisik, perubahan suasana hati,
dan perubahan mental (Mufidah, 2014 dikutip oleh Fiskalia, 2018).
Perubahan fisik, diantaranya; sakit punggung, perut kembung, payudara
terasa penuh dan nyeri, perubahan nafsu makan, sembelit, pusing, pingsan, sakit
kepala, daerah panggul terasa berat atau tertekan, hot flashes (kulit wajah, leher,
dan dada tampak merah serta terasa hangat saat diraba), susah tidur, tidak
bertenaga, mual dan muntah, kelelahan yang luar biasa, kelainan kulit (jerawat),
pembengkakan jaringan atau nyeri persendian, dan penambahan berat badan.
Perubahan suasana hati, diantaranya; mudah marah, cemas, depresi, mudah
tersinggung, gelisah, merasa sedih dan gembira secara bergantian. perubahan
mental, diantaranya; merasa kalut, sulit berkonsentrasi, dan pelupa.
Fiskalia, 2018 menyatakan bahwa Gejala pre- menstrual syndrome (PMS)
yang sering terjadi menurut Departemen of Health and Human Service di USA
2009 berdasarkan chart PMS symptoms Tracker: diantaranya 1) berjerawat; 2)
payudara bengkak dari nyeri tekan; 3) merasa lelah tanpa sebab; 4) mempunyai
masalah tidur; 5) kelainan perut (kram, nyeri, merasa penuh dan kembung); 6)
badan ekstremitas membengkak; 7) konstipasi atau diare; 8) nyeri kepala atau
punggung; 9) perubahan selera makan atau selera makan tinggi; 10) nyeri pada
sendi atau otot; 11) susah konsentrasi atau susah mengingat; 12) ketegangan
(mudah marah, perubahan mood atau ingin menangis); 13) cemas, gelisah, panic
atau depresi.
Menurut Pawesti & Untari 2015 dalam Fiskalia, 2018, gejala-gejala PMS
dikelompokkan ke dalam tiga symptoms yaitu :
11
1) Behavior symptoms
Gejala ini mencakup lelah, insomnia (susah tidur), makan berlebihan , dan
perubahan gairah seksual.
2) Psychologic symptoms
Gejala ini mudah tersinggung, mudah marah, depresi, mudah sedih, mudah
menangis, cemas, susah konsentrasi, binggung, sulit istirahat dan merasa
kesepian.
3) Physical symptoms
Secara fisik muncul juga gejala sakit kepala, payudara bengkak serta teraba
keras, nyeri punggung, nyeri perut dan rasa penuh, bengkak pada kaki dan
tangan , mual, nyeri otot dan persendian (Nurul Maulidah, 2016).
Salah satu gejala psikologis dari PMS adalah timbulnya kecemasan. Pada
gangguan cemas memiliki serotinin transporter yang tidak normal. Pengaturan
kecemasan berhubungan dengan aktifias dari neurotransmmiter Gamma Amino
Butyric acid (GABA), yang mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang
berfungsi untuk pengeluaran kecemasan (Ulul Fikriya dkk, 2016).
Gejala-gejala lain dari PMS dapat berupa kenaikan berat badan, nausea,
kurang koordinasi, kurang toleransi terhadap suara dan cahaya, kebinggungan,
mudah memusuhi orang atau agresif, paranoid, mudah merasa bersalah atau takut,
keinginan seksual tidak ada dan kurang percaya diri (Nurul Maulidah, 2016).
2.2.4 Tipe-tipe Pre-menstrual Syndrome (PMS)
Tipe dan gejala PMS bermacam-macam, Dr.Guy E. Abraham, ahli
kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS
menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H,C, dan D. Gangguan PMS 80%
12
termaksud tipe A, penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%.
Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan
D secara bersamaan (Alvionita, 2016).
2.2.4.1 PMS tipe A (anxiety)
Tipe ini ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang,
perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang
menjelang menstruasi. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesterone, hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan
hormon progesteron. Pemberian hormon progesterone kadang dilakukan untuk
mengurangi gejala, tetapi beberapa peniliti mengatakan, pada penderita PMS bisa
jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak
mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
2.2.4.2 PMS tipe H (hyperhydration)
Tipe ini memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, payudara
terasa nyeri, pembengkakan tangan dan kaki, serta peningkatan berat badan.
Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain.
Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan diluar sel
(ekstasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian
obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh
hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini
penderita di anjurkan menggurangi asupan garam dan gula pada diet makanan
serta membatasi minum sehari-hari.
13
2.2.4.3 PMS tipe C (craving)
Tipe ini ditandai dengan rasa lapar dan ingin mengkonsumsi makanan yang
manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada
umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul
gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, kepala pusing yang
terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon
insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat
disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam
lemak esensial (omeha 6), atau kurangnya magnesium.
2.2.4.4 PMS tipe D (depression)
Tipe ini ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah,
gangguan tidur, pelupa, binggung, sulit dalam mengucapkan kata-kata
(verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba
bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A,
hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS tipe D
murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormone progesteron dan estrogen,
dimana hormon progesteron dalam siklus menstruasi terlalu tinggi dibandingkan
dengan hormon estrogennya.
Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal
di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6).
Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium
dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan
PMS tipe A.
14
2.2.5 Pencegahan dan Penanganan pre-menstrual syndrome
2.2.5.1 Edukasi dan konseling
Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita
lainnya pun memiliki keluhan yang sama. Pencatatan secara teratur siklus
menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran mengenai waktu
terjadinya pre-menstrual syndrome. Sangat berguna bagi seorang wanita untuk
mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap
bulannya ketika emosi tidak stabil.
2.2.5.2 Modifikasi Gaya Hidup
Gaya hidup sehari-hari perlu diatur untuk meminimalkan gejala yang timbul
akibat perubahan hormonal. Pola hidup sehat seperti mengurangi kafein,
memperbanyak waktu istirahat untuk menghindari kelelahan dan mengurangi
stress.
2.2.5.3 Diet (pola makan)
1) Sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin E, vitamin
B, kalium, zat besi dan magnesium seperti sayur dan buah-buahan. Jenis
makanan dipercaya dapat mengurangi terjadinya gejala PMS.
2) Mengkonsumsi vitamin B6 atau makanan yang banyak mengandung B6 untuk
membantu mengurangi perasaan depresi pada wanita yang mengalami PMS.
3) Mengurangi konsumsi makanan yang dapat menyebabkan peradangan seperti
produk hewani.
4) Mengurangi makanan kemasan yang banyak mengandung bahan tambahan (zat
aditif) buatan.
15
5) Mengurangi konsumsi kafein dan alcohol karena dapat memperburuk gejala
PMS.
6) Memperbanyak minum, baik air putih, dan jus buah.
2.2.5.4 Olahraga/latihan fisik
Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur. Dapat berupa
relaksasi nafas dalam, jalan sehat, berlari, bersepeda atau berenang. Beberapa
wanita mengatakan bahwa berolahraga ketika mereka mengalami PMS dapat
membantu relaksasi dan tidur di malam hari (Nurul Maulidah, 2016).
2.2.5.5 Menggunakan farmakologi
Obat antidepresan atau anticemas seperti selective serotonin reuptake
inhibitor dapat digunakan setiap hari atau selama 14 hari sebelum menstruasi,
obat ini harus dengan resep dokter (Dinda Nida Ankhofiyya, 2017).
2.3 Tinjauan Tentang Kecemasan
2.3.1 Pengertian Kecemasan
Menurut Kaplan, Saddock, dan Grebb (2010) dikutip oleh Nurul Maulidah,
(2016) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan
merupakan hal normal yang terjadi yang disertai perkembangan, perubahan,
pengalaman baru, serta dalam menemukan identitas diri dan hidup. Kecemasan
merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu
masalah atau tidak adanya rasa aman.
Penelitian dari Eny Sumyati, (2018) menjelaskan bahwa Kecemasan disebut
juga dengan ansietas. Kecemasan merupakan keadaan suasana perasaan (mood)
yang ditandai oleh gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran
16
tentang masa depan Kecemasan dapat bersumber dari ketidakmampuan diri dalam
menghadapi suatu keadaan tertentu serta pandangan yang negatif akan lingkungan
serta dirinya.
2.3.2 Respon Kecemasan
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui pembentukan
mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan. Menurut Iin Husmar
Anandari, (2018) respon anxietas yaitu:
2.3.2.1 Respon fisiologis
1) Sistem kardiovaskuler: palpasi, tekanan darah meningkat, berdebar-debar
meningkat.
2) Sistem pernapasan: napas cepat, sesak napas, napas dangkal, terengah-engah.
3) Sistem neuromuskuler: meningkatnya reflek, reaksi terkejut, insomnia, tremor,
gelisah, gugup, wajah tegang, tungkai lemah.
4) Sistem gastrointestinal: hilangnya nafsu makan, perut tidak nyaman, diarea,
nausea, anoreksia.
5) Sistem saluran perkemihan: sering kencing, tidak dapat menahan kencing.
6) Sistem integument (kulit): wajah kemerahan, telapak tangan berkeringat,
wajahnya pucat, berkeringat seluruh tubuh.
2.3.2.2 Respon perilaku
Respon perilaku yang terjadi adalah gelisah, ketegangan fisik, reaksi
terkejut, bicara cepat, cenderung mengalami cedera, menarik diri, inhibisi,
melarikan diri dari masalah, menghindar, sangat waspada.
17
2.3.2.3 Respon kognitif
Respon kognitif yang terjadi adalah perhatian terganggu, sulit konsentrasi,
pelupa, salah dalam memberikan penilaian, sulit berpikir, kreativitas menurun,
produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, dan takut kehilangan kendali.
2.3.2.4 Respon afektif
Respon afektif yang terjadi adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah,
tegang, cepat marah, ketakutan, waspada, khawatir, fokus pada diri sendiri.
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Menurut Iin Husmar Anandari, (2018) kecemasan ditimbulkan oleh
beberapa faktor antara lain:
2.3.3.1 Usia
Usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia semakin baik
tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi
berbagai persoalan. Rasa takut, cemas pada siswi yang akan menghadapi PMS
pertama kali dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan siswi mengenai
PMS. Seorang siswi dapat berbeda dalam hal kesiapan menghadapi PMS.
Meskipun ada orang tua yaitu ibu namun orang tua masih banyak yang tidak
menceritakan tentang kejadian PMS pada anak perempuan menurut Hannah
(2010).
2.3.3.2 Menarche
Pada puncak pubertas yang ditandai dengan menarche akan mulai terjadi
kontrol HPO axis yang mengkoordinasikan kerja dari hipotalamus. Kemudian,
memicu aktifitas dari GnRH yang menyebabkan peningkatan dari FSH dan LH
untuk pematangan ovarium. Pada fase folikular terdapat fluktuasi secara
18
signifikan dari estrogen dan progesteron. Siklus estrogen dan progesteron yang
fluktuatif dan mendadak ini dapat menyebabkan stress pada remaja putri, sehingga
memicu terjadinya kecemasan pada remaja putri yang mengalami menarche
(Afdelina Rizky Amalia, 2016).
2.3.3.3 Jenis kelamin
Perempuan lebih cenderung mengalami kecemasan dibandingkan laki-laki.
Hal ini dikarenakan perempuan dirasa lebih sensitif terhadap permasalahan,
sehingga mekanisme koping perempuan kurang baik dibandingkan laki-laki.
2.3.3.4 Status kesehatan jiwa dan fisik
Kesehatan fisik dan penyakit dapat menurunkan mekanisme pertahanan
alami seseorang.
2.3.3.5 Nilai-nilai budaya dan spritual
Budaya dan spritual mempengaruhi cara pemikiran seseorang. Religiusitas
yang tinggi menjadikan seseorang berpandangan positif atas masalah yang
dihadapi.
2.3.3.6 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang
tersebut lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan mereka yang
memiliki status pendidikan yang tinggi.
2.3.3.7 Respon koping
Mekanisme koping yang digunakan seseorang saat mengalami kecemasan.
Ketidakmampuan seseorang menghadapi kecemasan secara konstruktif sebagai
penyebab tersedianya perilaku patologis.
19
2.3.3.8 Dukungan sosial
Dukungan sosial dan lingkungan sebagai sumber koping, dimana kehadiran
orang lain dapat membantu seseorang mengurangi kecemasan dan lingkungannya
mempengaruhi area berpikir seseorang.
2.3.3.9 Tahap perkembangan
Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stressor
yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap perkembangan berbeda.
Pada tingkat perkembangan individu membentuk kemampuan adaptasi yang
semakin baik terhadap stressor
2.3.3.10 Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
menghadapi stressor yang sama
2.3.3.11 Pengetahuan
Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan dapat
digunakan untuk mengatasi masalah (Dinda Nida Ankhofiyya, 2017). Rasa takut,
cemas pada siswi yang akan menghadapi PMS pertama kali dapat dipengaruhi
oleh kurangnya pengetahuan siswi mengenai PMS. Seorang siswi dapat berbeda
dalam hal kesiapan menghadapi PMS. Meskipun ada orang tua yaitu ibu namun
orang tua masih banyak yang tidak menceritakan tentang kejadian PMS pada anak
perempuan.
Menurut Stuart (2013) dalam Nurul Maulidah, (2016) faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan adalah:
20
1) Teori psikoanalitik
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul karena konflik
antara elemen kepribadian yaitu id (Insting) dan super ego (nurani). Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budayanya. Ego
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan.
2) Teori interpersonal
Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpesonal.
3) Teori behavior
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Teori perspektif keluarga
Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif dalam
keluarga.
5) Teori perspektif biologi
Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
meningkatkan Benzodiapine.
2.3.4 Tingkat kecemasan
Menurut Nursalam (2016), kecemasan terbagi menjadi berbagai tingkatan:
2.3.4.1 Tidak ada kecemasan yaitu ditandai dengan tidak adanya gejala yang
timbul atau dengan skor <6.
2.3.4.2 Kecemasan ringan yaitu ditandai dengan munculnya satu gejala yang ada
atau dengan skor 7-14.
21
2.3.4.3 Kecemasan sedang yaitu ditandai dengan munculnya separuh atau lebih
dari gejala yang ada atau dengan skor 15-27.
2.3.4.4 Kecemasan berat ditandai dengan munculnya semua gejala yang ada atau
dengan skor >27.
2.3.5 Pengukuran Tingkat Kecemasan
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut
alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala
HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya
syptoms pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS
terdapat 14 symptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan.
Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor (skala likert) antara 0 (Nol
Present) sampai dengan 4 (severe) (Tawi, 2012 dalam Iin Husmar Anandari,
2018).
Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) penilaian
kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :
1) Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah teringgung.
2) Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan
takut pada binatang besar.
4) Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
pulas dan mimpi buruk.
5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit
konsentrasi.
22
6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby,
sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7) Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, geratakan gigi, suara tidak
stabil dan kedutan otot.
8) Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan
pucat serta merasa lemah.
9) Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan
detak jantung hilang sekejap.
10) Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik
napas panjang dan merasa napas pendek.
11) Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual
dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di
perut.
12) Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea,
ereksi lemah atau impotensi.
13) Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma
berdiri, pusing atau sakit kepala.
14) Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi
atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori :
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = satu dari gejala yang ada
2 = sedang/separuh dari gejala yang ada
23
3 = berat/lebih dari separuh gejala yang ada
4 = sangat berat/semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14
dengan hasil :
1) Skor < 6 = tidak ada kecemasan.
2) Skor 7-14 = kecemasan ringan.
3) Skor 15-27 = kecemasan sedang.
4) >27 = kecemasan berat
2.4Tinjauan Tentang Peer Education (pendidikan sebaya)
2.4.1 Pengertian peer education (pendidikan pebaya)
Peer education adalah dua kata yang digabungkan menjadi sebuah
pengertian dari kata “peers”. Istilah peer group biasanya ditemukan dalam bidang
disiplin ilmu tentang sosial, baik dari psikologi sosial, sosiologi, dan sebagainya.
Teman sebaya dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai kawan,
sahabat atau orang yang yang sama-sama bekerja atau berbuat (Hakim, 2017).
Pendidik sebaya (peer education) adalah remaja/mahasiswa yang secara
fungsional mempunyai komitmen dan motivasi yang tinggi, sebagai narasumber
bagi kelompok remaja atau mahasiswa sebayanya yang telah mengikuti
pelatihan/orientasi pendidik sebaya atau yang belum dilatih dengan
mempergunakan panduan kurikulum dan modul pelatihan yang telah disusun oleh
BKKBN, serta bertanggung jawab kepada ketua pusat informasi dan konseling
remaja/mahasiswa atau PIK R/M (BKKBN, 2008 dalam Dinda Nida Ankhofiyya,
2017)
24
Peer education (pendidikan sebaya) adalah proses komunikasi, informasi
dan edukasi yang dilakukan oleh kalangan sebaya yaitu kalangan suatu kelompok,
dapat kelompok sebaya pelajar, kelompok mahasiswa, sesama rekan kerja, dan
jenis kelamin. Kegiatan sebaya dipandang sangat efektif dalam rangka KIE,
karena penjelasan yang diberikan oleh seseorang dari kalangannya sendiri akan
lebih mudah dipahami (Wahyuningsih et. al., 2000).
Menurut Santrock dalam Ratnawati (2013) dalam Dinda Nida Ankhofiyya,
(2017) bahwa kawan sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat
kedewasaan yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi yang paling penting dari
kelompok kawan sebaya adalah sebagai sumber informasi dan pembanding
tentang dunia di luar keluarga. Remaja memperoleh umpan balik mengenai
kemampuannya dari kelompok kawan sebaya. Remaja mempelajari bahwa apa
yang mereka lakukan itu lebih baik, sama baik, atau kurang baik, dibandingkan
remaja-remaja lainnya. Remaja sebagai pendidik sebaya diharapkan mampu
menyebarkan informasi secara kreatif sehingga dapat menarik perhatian dan minat
teman-teman sebayanya. Untuk mengoptimalkan keterampilannya, pendidik
sebaya seyogyanya mulai melatih diri dengan menyebarkan informasi kesehatan
reproduksi dalam kelompok kecil ( tidak lebih dari 12 orang). Setelah lebih
terbiasa dan menguasai materi secara mendalam, para pendidik sebaya dapat
meningkatkan kemampuannya dalam kelompok besar (50 orang) untuk kegiatan
ceramah (BKKBN, 2008).
25
2.4.2 Panduan pelaksanaan tugas pendidik sebaya
1) Menggunakan bahasa yang sama sehingga informasi mudah dipahami oleh
sebayanya.
2) Teman sebaya mudah untuk mengemukakan pikiran dan perasaannya
dihadapan pendidik sebayanya.
3) Pesan-pesan sensitive dapat disampaikan secara lebih terbuka dan santai.
4) Syarat-syarat pendidik sebaya, sebagai berikut:
(1) Aktif dalam kegiatan sosial dan popular di lingkungannya,
(2) Berminat secara pribadi menyebarluaskan informasi kesehatan reproduksi,
(3) Lancer membaca dan menulis,
(4) Memiliki cirri-ciri kepribadian antara lain: ramah, lancar dalam
mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan kreatif,
tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar serta
senang menolong.
5) Uraian tugas pendidik sebaya, sebagai berikut:
(1) Menyampaikan informasi substansi program KRR,
(2) Melaksanakan advokasi dan KIE tentang PIK-KRR,
(3) Melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik minat remaja untuk datang ke
PIK-KRR,
(4) Melakukan perencanaan dan pelaporan,
6) Pengetahuan yang perlu dimiliki pendidik sebaya, sebagai berikut:
(1) Pengetahuan kesehatan reproduksi, mencakup: menstruasi dan pre mentrual
syndrome.
(2) Pengetahuan tentang penanganan kecemasan pre-menstrual syndrome.
26
7) Pengetahuan komunikasi interpersonal perlu dimiliki pendidik sebaya yaitu
hubungan timbal balik yang bercirikan:
(1) komunikasi dua arah. Komunikas duaarah memungkinkan kedua belah
pihak sama-saa berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan, pendapat
dan perasaan berbeda dengan komunikasi satu arah dimana hanya satu
pihak yang berbicara, dalam tempo singkat namun hasilnya kurang
memuaskan. Waktu yang digunakan memang lebih lama, namun hasil yang
dicapai memuaskan kedua belah pihak.
(2) Perhatian pada aspek verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal adalah
komunikasi dengan menggunakan kata-kata. Pendidik sebaya hendaknya:
1) Menggunakan kata-kata sederhana dan mudah dipahami kelompok, 2)
Menghindari istilah yang sulit dimengerti, 3) Menghindari kata-kata yang
bisa menyinggung perasaan orang lain.
Kominiksi non-verbal adalah komunikasi yang tampil dalam bentuk nada
suara. Ekspresi wajah dan gerakan anggota tubuh. Dalam penyampaian informasi,
pendidik sebaya perlu mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara,
menggunakan nada suara yang ramah dan bersahabat.
8) Penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, perasaan dan pikiran.
Cara bertanya ada dua macam, yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka;
(1) Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang memerlukan jawaban yang
singkat. Bisa dijawab dengan “Ya” dan “Tidak”
(2) Pertanyaan terbuka adalah mendorong orang untuk mengekspresikan
perasaan dan pikiran. Bisa memancing jawaban yang panjang.
27
2.4.3 Keuntungan pendidik sebaya (peer education)
Metode ini telah diterapkan sejak lama dalam bidang kesehatan masyarakat
dan kesehatan keluarga seperti pada pendidikan gizi, keluarga berencana,
pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, dan masalah kenakalan remaja.
UNAIDS, 2007 menjelaskan bahwa umumnya metode peer group dipilih karena:
2.4.3.1 Cocok secara budaya (culturally appropripate)
Peer group merupakan sarana yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan
yang secara cultural bersifat peka atau sensitive, dimana kemungkinan benturan
norma dan nilai-nilai dapat dikurangi karena dilakukan melalui orang dan
kelompok seseorang itu sendiri.
2.4.3.2 Berbasis komunitas (community based)
Pendidikan sebaya merupakan intervensi pada level komunitas yang
mendukung dan melengkapi program-program lain. Peer education ini memiliki
keterkaitan erat dengan strategi-strategi (pembangunan sosial) lainnya yang
berbasis komunitas.
2.4.3.3 Mudah diterima oleh khalayak yang menjadi sasaran sebagian besar orang
merasa lebih nyaman mengadukan persoalan mereka kepada kelompok sebaya,
terutama masalah-masalah pribadi seperti seksualitas.
2.4.3.4 Ekonomi
Metode pendidikan sebaya memungkinkan tersedianya layanan sosial yang
luas dengan biaya kecil, dan layanan tersebut dapat tersedia secara efektif.
2.4.4 Prosedur pelaksanaan metode peer education
Ford dan Collier (2006) dalam Dinda Nida Ankhofiyya, 2017 menyatakan
mekanisme atau tahapan kegiatan pendidikan sebaya, antara lain:
28
2.4.4.1 Perencanaan (planning)
Perencanaan pendidikan sebaya meliputi tahap aktifitas, berupa:
1) Mengidentifikasi isu yang berkenaan dengan masalah, menentukan kelompok
target dan menentukan tujuan yang jelas.
2) Menentukan pendidikan sebaya.
3) Merancang kegiatan pendidikan sebaya dalam kelompok sebaya.
4) Merencanakan strategi untuk monitoring dan evaluasi.
2.4.4.2 Pelatihan (training)
Pelatihan pendidikan sebaya adalah tahap awal yang harus dilakukan sebelum
kegiatan pendidikan sebaya berjalan. Pelatihan pendidikan sebaya untuk
memberikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh fasilitator terkait informasi atau
isu permasalahan yang akan dibahas, keterampilan dalam melaksanakan dan
memfasilitasi diskusi, menyajikan informasi dan mengatasi teman kelompok yang
sulit diatur.
Beberapa factor yang harus diperhatikan dalam melakukan pelatihan
pendidikan sebaya adalah tempat pelaksanaan training, lama waktu training,
pelatihan (trainer) pendidikan sebaya, persiapan pre-training, konten (isi materi),
dan pemberian atau pelaksanaan training. Tempat training pendidikan sebaya
akan lebih baik jika dilakukan di tempat pelaksanaan edukasi sebaya. Waktu
pelaksanaan training sangat ditentukan dari tujuan pendidikan sebaya.
Karakteristik pendidikan sebaya yang ingin dicapai dan sumber daya yang ada.
Lamanya pelatihan berdasarkan pedoman dan modul yaitu efektif 3 hari dengan
jumlah waktu pembelajaran selama 30 jam, setiap kelompok mendapat waktu
pelatihan selama 45 menit termasuk acara pembukaan, penutupan dan evaluasi,
29
namun pada implementasi di sekolah dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang
ada serta situasi dan kondisi maupun sumber daya yang tersedia (Dr. Ananto,
dkk, 2007).
2.4.4.3 Implementasi
Aktivitas edukasi sebaya digunakan dalam bentuk kegiatan formal atau
informal. Aktivitas edukasi sebaya formal harus terencana dan terstruktur,
biasanya dilakukan berupa edukasi sebaya di ruang kelas berupa pemberian
informasi kepada kelompok sebaya yang dilakukan oleh fasilitator. Sedangkan
edukasi informal meliputi aktivitas: diskusi group yang teratur, diseminasi
sumber-sumber dan saran (anjuran); aktivitas melalui budaya popular, seperti
music, drama, kesenian serta percakapan atau interaksi yang terjadi secara spontan
dalam kehidupan sehari-hari.
2.4.4.4 Evaluasi
Mekanisme kegiatan dari edukasi sebaya yang terakhir adalah evaluasi.
Tujuan dilakukannya evaluasi adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan, juga
memberikan dukungan yang berkelanjutan bagi editor sebaya dalam menjalankan
perannya. Evaluasi merupakan aktifitas yang dilakaukan untuk memperoleh
informasi dan menilai dampak dari sesuatu (Dinda Nida Ankhofiyya, 2017)
2.5 Penelitian yang relevan
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah:
2.5.1 Dinda Nida Ankhofiyya, (2017), penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi
PMS (Pre-Menstrual Syndrome) Pada Siswi Kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Madiun”
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan peer education
30
terhadap tingkat kecemasan menghadapi pre-menstrual syndrome pada siswi kelas
7 di SMPN 1 jiwan madiun. Desain penelitian tersebut menggunakan pre
eksperimental one group pre test-post test, sampel penelitian tersebut sebesar 27
siswi yang mengalami kecemasan pre-menstrual syndrome dengan menggunakan
uji Wilcoxon Sign Rank Test. Pengambilan sample menggunakan purposive
sampling. Hasil peneitian menunjukkan bahwa ada perubahan tingkat kecemasan
sebelum diberikan dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan peer education
2.5.2 Dwiyati (2015), pernah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Peer Education Terhadap Kecemasan Pada Remaja Post Menarche Di Wilayah
Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul” yang bertujuan untuk mengetahui adakah
pengaruh peer education terhadap kecemasan pada remaja post menarche di SMP
Muhammadiyah. Penelitian tersebut menggunakan penelitian jenis quasi
eksperimental dengan variabel bebas pengaruh peer education. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan ada penurunan kecemasan yang signifikan
sebelum dan setelah diberikan peer education. Persamaan dengan penelitian
sebelumnya terletak pada variabel bebas, yaitu pengaruh peer education, dan
perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel terikat dan sampel
penelitian. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah remaja post menarche.
2.5.3 Coryna Rizky Amelia, (2014), juga pernah melakukan penelitian dengan
judul penelitian “Peer Education Improve Premenstrual Syndrome Knowledge in
Adolescent”, Yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan
dengan metode pendidikan sebaya terhadap pengetahuan remaja mengenai
sindrom pre-menstruasi. Desain Penelitian ini menggunakan one group pre post-
test pada siswi SMP kelas VII, dengan jumlah sampel 31 siswi yang diambil
31
dengan teknik proportional random sampling. Data diambil dari hasil pengisian
kuesioner pengetahuan dan dianalisis dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test.
Hasil penelitian memperlihatkan tingkat pengetahuan responden sesudah
pendidikan sebaya (77,4%) lebih tinggi secara signifikan (Z=4,82) dibandingkan
sebelum intervensi (67,7%). Pendidikan sebaya dapat menjadi metode pilihan
pendidikan kesehatan pada remaja tentang sindrom pre-menstruasi.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang dilakukan
(Notoatmodjo, 2010) dikutip dalam Akhhofiyya, (2017).
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas VII Dan VIII Di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang
Keterangan :
:diteliti
:tidak diteliti
:berpengaruh
32
Peer education:
1. Perencanaan (planning)
2. Pelatihan (training)3. Implementasi4. Evaluasi
Siswi kelas VII dan VIII yang mengalami
kecemasan saat PMS (Pre-Menstrual
Syndrome)
kecemasan
Factor yang mempengaruhi kecemasan:
1. Usia2. Menarche 3. Jenis kelamin4. Status kesehatan jiwa
dan fisik5. Nilai-nilai budaya dan
spritual6. Tingkat pendidikan7. Respon koping8. Dukungan sosial9. Tahap perkembangan10. Pengalaman masa lalu
Factor yang mempengaruhi PMS:
1. Factor hormonal2. Factor kimiawi3. Factor genetik4. Factor psikologis5. factor gaya hidup
Tidak cemas Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat
33
Siswi yang mengalami PMS biasanya akan mengalami kecemasan. PMS
memiliki banyak faktor yang mempengaruhi yaitu: faktor hormonal, faktor
kimiawi, faktor genetik, faktor psikologis, dan faktor gaya hidup, oleh karena itu
untuk menghadapi kecemasan PMS dapat dilakukan penatalaksanaan yaitu salah
satunya dengan pendidikan kesehatan peer education. Peer education adalah
remaja/mahasiswa yang secara fungsional mempunyai komitmen dan motivasi
yang tinggi, sebagai narasumber bagi kelompok remaja atau mahasiswa
sebayanya yang telah mengikuti pelatihan/orientasi pendidik sebaya atau yang
belum dilatih. Prosedur dari peer education sendiri yaitu: perencanaan (planning),
pelatihan (training), implementasi dan, evaluasi. Diharapkan dengan dilakukan
peer education dapat menurunkan kecemasan. Kecemasan adalah suatu perasaan
subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum
dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.
Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang
nantinya akan menimbulkan perubahan fisiologis dan psikologis. Kecemasan
tersebut dapat muncul karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi antara
lain: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status ekonomi. Dalam
menghadapi kecemasan akan timbul beberapa tingkat kecemasan yaitu:
kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik.
3.2 Hipotesis
Hipotesi alternative (Ha/H1) adalah hipotesis penelitian, hipotesis ini
menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau
lebih variabel (Nursalam, 2016).
34
H1: ada pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja
putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto.
H0 : tidak ada pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada
remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan penelitiannya. Data penelitian meliputi, desain penelitian, ker
angka kerja, populasi, sampel, teknik sampling, identifikasi variabel, definisi
operasional, teknik pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, etika
penelitian dan keterbatasan penelitian (Ankhofiyya, 2017).
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental yaitu lebih ditekankan
pada pembuktian dan pengembangan model penerapan ilmu keperawatan di
lapangan melalui suatu intervensi keperawatan dan observasi dari intervensi yang
diberikan (Nursalam, 2016).
4.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa factor yang dapat memengaruhi
akurasi suatu hasil (Nursalam, 2016). Desain yang digunakan adalah one-group
pre-post test design, yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi dan diukur
tingkat kecemasan sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi
setelah intervensi (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini dipilih siswi kelas VII
dan VIII yang diawali dengan observasi kecemasan pre test. Kemudian dilakukan
pendidikan kesehatan peer education. Setelah diberikan perlakuan responden
diobservasi tingkat kecemasan, pengujian sebab akibat dilakukan
35
36
dengan cara membandingkan hasil pre test dan post test. Adapun desain dalam
penelitian ini dapat dijelaskan pada skema sebagai berikut (Nursalam, 2016).
Gambar 4.1 Skema desain penelitian
Keterangan
X1 : tes yang diberikan sebelum diberikan perlakuan
Y : penerapan pendidikan kesehatan peer education
X2 : tes yang diberikan setelah diberikan perlakuan
4.3 Waktu dan tempat penelitian
Waktu penelitian dimulai dari bulan maret–agustus 2019. Lokasi penelitian
dilakukan di SMPN 2 Jogoroto pada siswi kelas VII dan VIII karena siswi di
SMPN 2 Jogoroto sering mengalami perubahan emosional, perasaan mudah
tersinggung atau kecemasan menjelang menstruasi sehingga siswi terlihat lesu,
konsentrasi menurun dalam pembelajaran dan tidak semangat mengikuti pelajaran
di kelas.
4.4 Populasi, sampel dan sampling
4.4.1 Populasi
Menurut Nursalam (2016), populasi dalam penelitian adalah subjek
(misalnya manusia; klien) yang memenuhi kiteria yang telah ditetapkan. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2
Jogoroto yang sudah menstruasi dengan jumlah 109 siswi.
4.4.2 Sampel Penelitian
Menurut Nursalam (2016), sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau
yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sampel
Post test pada akhir eksperimen (X2)
Pendidikan kesehatan peer education (Y)
Pre test pada awal eksperimen (X1)
37
yang diambil dari penelitian ini yaitu siswi yang mengalami kecemasan saat pra-
menstruasi dengan jumlah 52 siswi. Besar sampel dihitung menggunakan rumus
slovin sebagai berikut :
n = 52
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : tingkat kesalahan
4.4.3 Tehnik Sampling
Menurut Nursalam (2016), sampling adalah proses menyeleksi porsi dari
populasi untuk dapat mewakili populasi. Tehnik sampling pada penelitian ini
menggunakan proportional random sampling. Peneliti menggunakan tehnik ini
karena jumlah proporsi anggota populasi berbeda-beda, maka jumlah sampel yang
diambil berdasarkan masing-masing bagian tersebut ditentukan kembali dengan
rumus :
ni = (Ni : N) × n
Alokasi proporsional random sampling
1. Kelas VII : ni = (Ni : N) × n
38
= (57 : 109) × 52
= 27 siswi
2. Kelas VIII : ni = (Ni : N) × n
= (52 : 109) × 52
= 25 siswi
Keterangan :
ni : sampel yang akan ditentukan
Ni : populasi kelas
N : populasi keseluruhan
n : sampel keseluruhan
39
4.5 Kerangka Kerja
Gambar 4.2 kerangka kerja penelitian pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten
Populasi
Semua remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto yang sudah menstruasi dengan jumlah 109 siswi
Sampling
Tehnik proportional random sampling
Desain penelitian
one-group pre-post test design
Sampel
Siswi yang mengalami kecemasan saat pra-menstruasi dengan jumlah 52 siswi
Pengumpulan data
Kuesioner
Hasil dan kesimpulan
Analisi data
Uji Wilcoxon
Pengolahan data
Editing, scoring, coding, tabulating, entry data, cleaning
Pre eksperiment
Observasi tingkat kecemasan
Intervensi
Pee education
Post eksperiment
Observasi tingkat kecemsan
40
4.6 Identifikasi variabel
Variable adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain) (Nursalam, 2016). Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :
4.6.1 Variabel Independen (bebas)
Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya
menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Peer Education
4.6.2 Variabel Dependent (terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan
variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Kecemasan Pra-menstruasi.
4.7 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2016).
41
Table 4.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Parameter Instrumen Skala Kriteria
Independen: peer education
Proses komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh kalangan sebaya (remaja dengan usia yang sama) dan berfungsi sebagai sumber informasi dan pembanding tentang dunia selain dari keluarga, dengan jumlah waktu 3 hari pembelajaran
1. Perencanaan2. Pelatihan3. Implementasi4. Evaluasi
(Ankhofiyya, 2017).
SOP
SAP
Dependen: kecemasan pra-menstruasi
Kumpulan gejala yang tidak menyenangkan baik dari segi fisik maupun psikis yang dialami oleh wanita menjelang menstruasi, gejalanya bermacam-macam diantaranya mudah tersinggung, cemas, mudah marah, muncul jerawat, nyeri pada perut maupun payudara.
1. Perasaan cemas2. Ketegangan3. Ketakutan4. Gangguan tidur5. Gangguan
kecerdasan6. Perasaan
depresi7. Gejala somatik8. Gejala sensorik9. Gejala
kardiovaskuler10. Gejala
pernafasan11. Gejala
gastrointestinal12. Gejala
urogenital13. Gejala
vegetative14. Apakah anda
merasakan
Kuesioner dengan skala HARS
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = ringan/satu gejala dari pilihan yang ada
2 = sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari separuh dari gejala yang ada
4 = sangat berat/semua gejala ada
Dengan kriteria :<6 = tidak ada kecemasan7-14 =
kecemasan ringan
15-27 = kecemasan sedang
Lebih dari 27 = kecemasan berat (Anandari, 2018).
O
R
D
I
N
A
L
42
4.8 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik (cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah (Ankhofiyya,
2017). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah SOP, SAP dan
kuesioner tentang kecemasan dengan menggunakan skala HARS.
4.9 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2016). Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini
melalui beberapa tahap yaitu :
1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari Stikes Insan Cendekia
Medika Jombang kepada SMPN 2 Jogoroto.
2. Meminta data responden dari siswi kelas VII dan VIII SMPN 2 Jogoroto.
3. Pre penelitian.
(1) Memberikan penjelasan kepada calon responden dan bila bersedia menjadi
responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.
(2) Menentukan konselor teman sebaya, dengan syarat-syarat : aktif dalam
kegiatan sosial dan populer di lingkungannya, berminat secara pribadi
menyebarluaskan informasi kesehatan reproduksi, lancar membaca dan
menulis, memiliki cirri-ciri kepribadian antara lain: ramah, lancar dalam
mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan kreatif,
tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar serta
senang menolong.
43
(3) Memberikan informed consent pada konselor yang telah terpilih.
(4) Melatih konselor selama 3 hari
(5) Membagi seluruh responden menjadi 4 Kelompok dan kemudian konselor
memberikan pendidikan kesehatan.
Tahap 2 :
1. Memberikan penjelasan dan informed consent kepada responden untuk
dilakukan penelitian.
2. Peneliti mencatat atau mendata siklus menstruasi dari masing-masing
responden
3. Peneliti memberikan kuesioner sebelum diberikan pendidikan kesehatan oleh
konselor yang telah dilatih oleh peneliti.
4. Konselor memberikan pendidikan kesehatan kepada teman sebayanya mulai 7
hari sebelum menstruasi sebanyak 3x
5. Peneliti memberikan post test setelah konselor memberikan pendidikan
kesehatan.
6. Peneliti melakukan pengolahan data yang diperoleh dari responden.
7. Peneliti melakukan analisis data yang diperoleh dari responden.
4.10 Pengolahan Data
Menurut Setiadi (2007), dalam Ankhofiyaa, (2017), dalam proses pengoahan
data penelitian menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
4.10.1 Editing
Editing adalah upaya mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian
antara kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab
tujuan penelitian.
44
4.10.2 Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiria atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat diperlukan
terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual, menggunakan
kalkulator, maupun dengan menggunakan computer. Penelitian ini dibagi menjadi
data umum dan data khusus sebagai berikut:
4.10.2.1 Data umum
1) Responden
(1) Responden 1 diberi kode (R1)
(2) Responden 2 diberi kode (R2) dan seterusnya.
2) Usia
(1) 12 tahun : U1
(2) 13 tahun : U2
(3) 14 tahun : U3
(4) 15 tahun : U4
4.10.2.2 Data khusus
1. Umur saat pertama haid
(1) 10 tahun : M1
(2) 11 tahun : M2
(3) 12 tahun : M3
(4) 13 tahun : M4
2. Lama haid
(1) 5 hari : L1
(2) 6 hari : L2
45
(3) 7 hari : L3
(4) 8 hari : L4
(5) 9 hari : L5
(6) 10 hari : L6
3. Tingkat kecemasan PMS pada remaja putri sebelum diberikan intervensi
(1) Tidak cemas : 0
(2) Cemas ringan : 1
(3) Cemas sedang : 2
(4) Cemas berat : 3
4. Tinkat kecemasan PMS pada remaja putri setelah diberikan intervensi
(1) Tidak cemas : 0
(2) Cemas ringan : 1
(3) Cemas sedang : 2
(4) Cemas berat : 3
4.10.3 Scoring
Scoring adalah memberikan perilaku terhadap item-item yang perlu diberi
penilaian atau skor terhadap hasil pengisian kuesioner pada responden, kemudian
hasil pengisian kuesioner dikelompokkan dalam bentuk nominal. Pembagian skor
dalam penelitian ini yaitu:
(1) Tidak ada gejala sama sekali : 0
(2) Satu dari gejala yang ada : 1
(3) Sedang/separuh dari gejala yang ada : 2
(4) Berat/lebih dari separuh gejala yang ada : 3
(5) Sangat berat/semua gejala ada : 4
46
4.10.4 Tabulating
Tabulating adalah membuat penilaian data sesuai dengan tujuan penelitian atau
yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010).
Adapun hasil pengolahan data tersebut, diinterpretasikan menggunakan data
kumulatif :
100% = Seluruhnya dari responden
76-99% = Hampir seluruhnya dari responden
51-75% = Sebagian besar dari responden
50% = Setengahnya dari responden
26-49% = Hampir setengahnya dari responden
1-25% = Sebagian kecil dari responden
0% = Tidak ada satupun dari responden
4.10.5 Entry Data
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master table atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau bisa dengan tabel kontingensi.
4.10.6 Cleaning
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dientri,
apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entri
data ke komputer.
4.11Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrument dalam penelitian ini untuk variabel independen (peer education)
adalah menggunakan standart operasional procedure, dan variabel dependen
47
(kecemasan pre-menstrual syndrome) mengunakan Hamilton Anxiety Rating
Scale (HARS) yang sudah baku, jadi kuesioner tidak dilakukan uji validitas ulang.
4.12Teknik Analisa Data
4.12.1 Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang digunakan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian (Ankhofiyaa, 2017). Untuk menganalisa pengaruh peer education
terhadap kecemasan PMS di SMPN 2 Jogoroto. Penyajiannya dalam bentuk
distribusi dan prosentase dari tiap variabel.
1) Data Umum
(1) Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi dalam penelitian ini untuk kategori sebagai berikut : usia,
usia menarche
P =
Keterangan
P = prosentase
N = jumlah populasi
F = frekuensi jawaban
2) Data Khusus
(1) Variabel Independen
Data dari variabel independen peer education menggunakan lembar SOP
(standart operasional prosedur) yang mencakup perencanaan, pelatihan,
implementasi, dan evaluasi
48
(2) Variabel Dependen
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu dilakukan
pengolahan data. Hasil observasi dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1) Skor
< 6 = tidak ada kecemasan. 2) Skor 7-14 = kecemasan ringan. 3) Skor 15-27 =
kecemasan sedang. 4) Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.
4.12.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berkorelasi atau
berhubungan (Ankhofiyya, 2017). Uji statistic yang digunakan dalam penelitian
pengaruh peer education terhadap kecemasan pre-menstrual syndrome adalah
Wilcoxon sign rank test. Untuk uji Wilcoxon Sign Rank Test pengambilan
keputusan menggunakan cara pertama yaitu jika sig > 0,1 maka H0 ditolak, artinya
tidak ada perbedaan antar variabel, jika sig < 0,1 maka H1 diterima, artinya ada
perbedaan antar variabel. Perhitungan uji statistic menggunakan system
komputerisasi SPSS 22,0.
4.13Etika Penelitian
4.13.1 Informed consent
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed consent
ini merupakan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed
consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan
mengetahui dampaknya.
4.13.2 Prinsip anonimity
49
Anonymity berarti dalam menggunakan subjek penelitian tidak mencantumkan
nama pada lembar pengumpulan data. Peneliti hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data tersebut.
4.13.3 Prinsip confidentially
Dalam hal kerahasiaan, informasi yang sudah didapatkan dari responden harus
menjamin kerahasiaannya. Masalah ini merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi deskripsi tentang hasil penelitian yang dilaksanakan di SMPN 2
Jogoroto Kabupaten Jombang. Penelitian ini membahas tentang pengaruh peer
education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan
VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang. Pengambilan data dengan
menggunakan kuesioner yang diberikan kepada siswi SMPN 2 Jogoroto.
Selanjutnya hasil penelitian akan dibahas secara rinci sesuai variabel yang diteliti.
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di Jogoroto yaitu SMPN 2
Jogoroto Kabupaten Jombang yang berlokasi di Jl. Pengalangan, Alang Alang
Caruban, Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. SMPN 2 Jogoroto
Kabupaten Jombang berakreditasi A dan terdapat banyak fasilitas yang
disediakan, diantaranya adalah ruang kelas sejumlah 14 ruangan, laboratorium
IPA, laboratorium komputer, sarana olahraga, taman, perpustakaan, musholla,
UKS dan tempat parkir untuk siswa.
Tahun ajaran 2018-2019 di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang memiliki
466 murid yang terdiri dari 240 murid laki-laki dan 226 murid perempuan, jumlah
keseluruhan 466 murid di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang. Jumlah
responden yang digunakan peneliti adalah 52 responden dari 226 siswi. Salah satu
program yang diadakan di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang adalah
pendidikan kesehatan oleh puskesmas, tetapi beum pernah mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang pre-menstrual syndrome.
50
51
Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti bahwa didapatkan hasil bahwa di
SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang banyak remaja putri yang mengalami
kecemasan saat pre-menstrual syndrome.
5.2 Data Umum Responden
1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat usia
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat usia pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang tangal 17 juni-14 juli 2019
Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)12 tahun 11 21,213 tahun 15 28,814 tahun 24 46,215 tahun 2 3,8
Total 52 100,0Sumber : data primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa hampir setengah dari
responden berumur 14 tahun ada 24 siswi (46,2%).
2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia saat pertama kali haid
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Usia Saat Pertama Kali Haid pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang tangal 17 juni-14 juli 2019
Usia saat pertama kali haid Frekuensi (f) Prosentase (%)10 Tahun 3 5,811 Tahun 12 23,112 Tahun 27 51,913 Tahun 10 19,2
Total 52 100,0Sumber : data primer, 2019
Berdaraskan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa usia saat pertama kali haid
adalah sebagian besar dari responden berumur 12 tahun sebanyak 27 siswi
(51,9%).
52
3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama haid
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama haid pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang tangal 17 juni-14 juli 2019
Lama haid Frekuensi (f) Prosentase (%)5 Hari 4 7,76 Hari 9 17,37 Hari 27 51,98 Hari 7 13,59 Hari 2 3,8
10 Hari 3 5,8Total 52 100,0
Sumber : data primer, 2019
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa lama haid sebagian besar dari
responden adalah 7 hari sebanyak 27 siswi (51,9%).
5.3 Data Khusus Responden
5.3.1 Tingkat kecemasan pre-menstrual syndroe (PMS) sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan peer education
Tabel 5.4 Hasil penelitian berdasarkan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan peer education pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang tangal 17 juni-14 juli 2019
No Tingkat kecemasan Frekuensi (f) Prosentase (%)1 Tidak cemas 0 02 Cemas ringan 0 03 Cemas sedang 2 3,84 Cemas berat 50 96,2
Total 52 100,0Sumber : data primer, 2019
Hasil penelitian pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan
pendidikan kesehatan peer education hampir seluruh dari responden mengalami
cemas berat yaitu sebanyak 50 (96,2%) responden.
53
5.3.2 Tingkat kecemasan pre-menstrual syndroe (PMS) sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan peer education
Tabel 5.5 Hasil penelitian berdasarkan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan peer education pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang tangal 17 juni-14 juli 2019
No Tingkat kecemasan Frekuensi (f) Prosentase (%)1 Tidak cemas 3 5,82 Cemas ringan 48 92,33 Cemas sedang 1 1,94 Cemas berat 0 0
Total 52 100,0Sumber : data primer, 2019
Hasil penelitian pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa setelah dilakukan
pendidikan kesehatan peer education hampir seluruh dari responden mengalami
cemas ringan yaitu 48 (92,3%) responden.
5.3.3 Pengaruh peer education terhadap perubahan tingkat kecemasan pre-
menstrual syndrome (PMS) pada remaja putri
Tabel 5.6 Tabulasi silang pengaruh peer education terhadap perubahan tingkat kecemasan pre-menstrual syndrome (PMS) pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang tangal 17 juni-14 juli 2019
Kelompok Tidak cemas
Cemas ringan
Cemas sedang
Cemas berat Jumlah
F % f % f % f % f %Sebelum intervensi
0 % 0 % 2 3,8% 50 96,2% 52 100
Sesudah intervensi
3 5,8%
48 92,3% 1 1,9% 0 % 52 100
Wilcoxon Signed Rank
TestP value = 0,003
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan pre-
menstrual syndrome sebelum diberikan pendidikan kesehatan peer education
hampir seluruh dari responden mengalami tingkat kecemasan berat yaitu 50
(96,2%) responden dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan peer education
54
yaitu hampir seluruh dari responden mengalami tingkat kecemasan ringan yaitu
48 (92,3%) responden.
Uji statistik menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dan dapat diketahui bahwa
nilai asymp. Sig (0,003 =3 %) < a = 5%, yang berarti h0 ditolak dan h1 diterima
yang artinya ada pengaruh antara kecemasan pre-menstrual syndrome sebelum
dan sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan peer education pada remaja putri
kelas 7 dan 8 di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang.
5.4 Pembahasan
5.4.1 Tingkat kecemasan pra-menstruasi (PMS) sebelum mendapatkan
pendidikan kesehatan peer education.
Hasil penelitian pada tabel 5.4 sebelum dilakukan peer education
menunjukkan hampir seluruh dari responden mengalami cemas berat sejumlah 50
siswi (96,2%).
Menurut peneliti berdasarkan fakta pada tabel 5.4 menunnjukkan bahwa
sebelum dilakukan peer education siswi mengalami cemas berat, hal ini
disebabkan karena remaja putri belum mendapatkan informasi tentang PMS,
Kebanyakan Remaja putri menunjukkan rasa khawatir jika pada saat mengalami
PMS di sekolah, muncul rasa marah, karena kurangnya pengetahuan, kurangnya
sumber informasi, dan dukungan ibu, sehingga mempengaruhi kecemasan remaja
putri saat mengalami PMS.
Menurut Sukmadinata (2009) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kecemasan seseorang antara lain adalah karena remaja putri belum mendapatkan
informasi tentang PMS. Rasa takut, cemas pada siswi yang akan menghadapi
55
PMS pertama kali dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan siswi mengenai
PMS. Seorang siswi dapat berbeda dalam hal kesiapan menghadapi PMS.
Meskipun ada orang tua yaitu ibu namun orang tua masih banyak yang tidak
menceritakan tentang kejadian PMS pada anak perempuan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hannah (2010).
Hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan hampir setengah dari responden
berumur 14 tahun sejumlah 24 siswi (46,2%).
Menurut peneliti berdasarkan fakta pada tabel 5.1 menunnjukkan bahwa
remaja umur 14 tahun cenderung mengalami kecemasan, salah satu faktor yang
memicu kecemasan pada remaja putri adalah usia, yang mana remaja masih belum
siap menyelesaikan masalah atau menghadapi perubahan-perubahan fisik maupun
psikologis, usia menjadi salah satu faktor penting remaja mampu mengontrol
kecemasan dalam dirinya.
Remaja dalam fase ini mudah sekali labil atau dihantui rasa cemas dalam
memutuskan sebuah pilihan. Faktor usia seseorang sangat menentukan seberapa
bisa dirinya mengontrol rasa cemas itu sendiri, seseorang dengan usia yang jauh
lebih tua akan lebih mampu mengontrol kecemasannya, serta menggunakan
koping yang efektif daripada seseorang dengan usia yang jauh lebih muda
(Khusnul, 2017). Usia remaja yang masih muda menjadikan individu tersebut
mudah sekali labil dalam mengahadapi masalah yang dihadapinya dan
menimbulkan rasa cemas, takut dan khawatir bahkan tidak percaya diri dalam
memilih sesuatu (Yusuf, 2017).
56
Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan sebagian besar dari responden
berumur 12 tahun sejumlah 27 siswi (51,9%).
Menurut peneliti berdasarkan fakta pada tabel 5.2 menunnjukkan bahwa siswi
yang pertama kali mengalami menstruasi umur 12 tahun. Masa pubertas pada
wanita ditandai oleh kehadiran menstruasi pertama atau menarche. Menarche
biasanya terjadi antara umur 12 tahun tergantung oleh beberapa faktor termasuk
kesehatan wanita itu, hormonal, status gizi, keturunan dan faktor lingkungan
sosial. Remaja putri akan kesulitan dalam menghadapi menstruasi yang pertama
jika sebelumnya ia belum pernah mengetahui atau membicarakannya dengan
teman sebaya maupun ibu mereka. Kurangnya pengetahuan tentang menstruasi
pada remaja putri dapat berdampak terhadap kesiapan dalam menghadapi
menarche.
Pada puncak pubertas yang ditandai dengan menarche akan mulai terjadi
kontrol HPO axis yang mengkoordinasikan kerja dari hipotalamus. Kemudian,
memicu aktifitas dari GnRH yang menyebabkan peningkatan dari FSH dan LH
untuk pematangan ovarium. Pada fase folikular terdapat fluktuasi secara
signifikan dari estrogen dan progesteron. Siklus estrogen dan progesteron yang
fluktuatif dan mendadak ini dapat menyebabkan stress pada remaja putri, sehingga
memicu terjadinya kecemasan pada remaja putri yang mengalami menarche
(Amalia, 2016). Kesiapan atau ketidaksiapan menghadapi menarche berdampak
terhadap reaksi individual remaja putri pada saat menstruasi pertama yang dapat
distimulasi dari berbagai faktor, diantaranya sosial ekonomi, kultur, pendidikan
dan pengalaman Remaja putri yang kaitannya sangat erat karena menstruasi
merupakan salah satu permasalahan yang penting pada remaja putri. Remaja putri
57
dikatakan sudah memasuki masa pubertas ketika ia telah mengalami menstruasi
(Atkinson,2009).
5.4.2 Tingkat kecemasan pra-menstruasi (PMS) sesudah mendapatkan pendidikan
kesehatan peer education.
Hasil penelitian pada tabel 5.5 sesudah dilakukan peer education
menunjukkan hampir seluruh dari responden mengalami cemas ringn sejumlah 48
siswi (92,3%).
Menurut peneliti berdasarkan fakta pada tabel 5.5 menunnjukkan bahwa
sesudah dilakukan peer education siswa mengalami cemas ringan. Hal ini
menunjukkan bahwa siswi yang sudah diberikan edukuasi sudah mengalami
perubahan dalam hal kecemasan karena sudah mendapatkan informasi tentang
penatalaksanaan kecemasan PMS sehingga rasa cemas pada siswi berkurang.
Peer education efektif untuk memberikan motivasi, support terhadap
kecemasan dan gangguan depresi (nelson et al., 2014 dalam dwiyati, 2015).
Perasaan responden setelah mengikuti peer education yaitu remaja merasa
senang, kecemasan, kebingungan dan ketakutan berkurang karena peer education
dapat menambah ilmu pengetahuan, memberikan gambaran dan motivasi terhadap
masalah yang mereka hadapi dan sebagai sarana berdiskusi, berbagi cerita dan
sharing pengalaman (ankhofiyya, 2017).
5.4.3 Pengaruh peer education terhadap perubahan tingkat keceamsan pra-
menstruasi (PMS)
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan hasil uji Wilcoxon Sign Rank Test dapat
diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (0,003 = 3%) < a = 5% yang berarti signifikan.
58
H1 diterima berarti ada Pengaruh peer education terhadap perubahan tingkat
kecemasan pre-menstrual syndrome (PMS).
Menurut peneliti berdasarkan fakta pada tabel 5.6 menunnjukkan bahwa
sesudah dilakukan peer education siswi mengalami perubahan dalam hal
kecemasan karena sudah mendapatkan informasi tentang penatalaksanaan
kecemasan PMS sehingga rasa cemas pada siswi berkurang. Peer education
efektif untuk memberikan motivasi, support terhadap kecemasan dan gangguan
depresi. Perasaan responden setelah mengikuti peer education yaitu remaja
merasa senang, kecemasan, kebingungan dan ketakutan berkurang karena peer
education dapat menambah ilmu pengetahuan, memberikan gambaran dan
motivasi terhadap masalah yang mereka hadapi dan sebagai sarana berdiskusi,
berbagi cerita dan sharing pengalaman.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ankhofiyya, 2017 tentang
pengaruh peer education terhadap tingkat kecemasan menghadapi pre menstrual
syndrome pada siswi kelas 7 di SMPN 1 Jiwan Madiun, Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun. Hasilnya menunjukkan perbedaan kesiapan menghadapi pre
menstrual syndrome sebelum diberikan pendidikan kesehatan peer education dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan peer education, dari analisis data
diketahui p value sebesar 0,003.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh peer education terhadap
kecemasan pra-menstruasi pada siswi kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto
Kabupaten Jombang, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat kecemasan menghadapi pre-menstrual syndrome sebelum (pre test)
mendapatkan pendidikan kesehatan peer education pada siswi kelas VII dan
VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang hampir seluruh dari responden
mengalami kecemasan berat.
2. Tingkat kecemasan menghadapi pre-menstrual syndrome sesudah (post test)
mendapatkan pendidikan kesehatan peer education pada siswi kelas VII dan
VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang hampir seluruh dari responden
mengalami kecemasan ringan.
3. Ada pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada siswi
kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupten Jombang yang signifikan.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan temuan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Guru
Peneliti menyarankan perlu diadakannya koordinasi dengan pihak
puskesmas agar dilaksanakannya promosi kesehatan pre-menstrual syndrome
(PMS) secara rutin sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
59
tentang pendidikan kesehatan peer education yang berpengaruh pada
kecemasan pra-menstruasi.
2. Bagi Mahasiswa STIKes ICMe Jombang
Penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi
perkembangan ilmu kesehatan pada umumnya, dan dapat dijadikan bahan
penyuluhan bagi mahasiswa stikes icme jombang tentang kecemasan pra-
menstruasi dengan menggunakan metode brain storming.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian
selanjutnya dengan metode yang sama dan materi berbeda yaitu “Pengaruh
peer education terhadap kesehatan reproduksi HIV/AIDS”
DAFTAR PUSTAKA
Alvionita, F. (2016), Hubungan Pola Makan Dengan Pre-Menstrual Syndrome Pada Mahasiswi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Amelia, C.R. (2014), Peer Education Improve Premenstrual Syndrome Knowledge In Andolescent. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, No. 2, agustus 2014.
Anandari, I.H. (2018), “Hubungan Kecemasan Dengan Premenstrual Syndrome (PMS) Pada Remaja Putrid Di SMAN 08 Kendari”Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari.
Ankhofiyya, D.N. (2017), Pengaruh Pendidikan Kesehatan Peer Education Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi PMS (Pre-Menstrual Syndrome) Pada Siswi Kelas 7 Di SMPN 1 Jiwan Madiun, Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
Arviana, A. (2017), Hubungan Morbiditas Pre Menstrual Syndrome (Pms) Dengan Tingkat Kecemasan Dan Kualitas Tidur Pada Remaja Putri. Universitas Muhammadiyah Malang.
BKKBN. (2008), Modul ksehatan reproduksi remaja. Yogyakarta : BKKBN
Cahyani, P. (2016), Hubungan Pengetahuan Remaja Dengan Pencegahan Premenstruasi Sindrom Di SMA Gelora Pancasila Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016.
Drs. Ananto, P. MM, dkk, (2007), Pedoman dan modul pendidikan kecakapan hidup untuk pencegahan HIV dan AIDS bagi guru SMP. Jakarta.
http://www.unesco.or.id/documents/MODUL%20LIFE%20SKILL%20BARU%20(ISI)%20NASKAH%20ASLI%20REVISI.pdf, disitasi: 19 september 2007.
Ervianasari, N. (2018), Pengaruh Alpukat Terhadap Gejala Premenstrual Syndrome (Pms) Pada Mahasiswa Kebidanan Tingkat I di Prodi Kebidanan Universitas Malahayati Bandar Lampung Tahun 2017. Jurna kebidanan, Vol. 4, No. 2, april 2018: 68-71.
Femilanda, E.P. (2017), Gambaran Pernikahan Dini Remaja Putri Di Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
61
62
Fikriya, U. dkk (2016), Pemberian Vitamin B6 Sebagai Upaya Mengurangi Kecemasan Pada Remaja Akhir Dengan Premenstruasi Syndrom. Jurnal Hesti Wira Sakti, Vol. 4, No. 2. Hal. 102-109.
Fiskalia, R. (2018), Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Premenstrual Syndrome (Pms) Pada Remaja Putri Di Sman 8 Kendari, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan.
Hakim, L.N. (2017), Pengaruh Peer Group Terhadap Konsep Diri Siswa Kelas Viii Di Smp Negeri 13 Bandar Lampung, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Bandar Lampung.
Hartanto, S.S. (2018), Hubungan Antara Tingkat Stress Dengan KejadianPremenstruasi Syndrome Pada Mahasiswi di Asrama Putri Stikes Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang. Well being, Vol. 3, No.1, 2018.
Helmi, R.R. (2017), Hubungan Sindrom Pramenstruasi Dengan Aktivitas Belajar Siswi SMAN 1 Payakumbuh. Jurnal kesehatan andalas 2017; 6(2).
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/707/563
Lestari, P.C. (2015), “Hubungan Sindrom Premenstruasi Dengan Tingkat Kecemasan Pada Siswi Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK Negri 1 Bantul Yogyakarta”, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Maulidah, N. (2016), Hubungan Pengetahuan Tentang Premenstrual SyndromeDengan Kecemasan Remaja Putri Saat MenghadapiPremenstrual Syndrome Di Smp Negeri 1 Kasihan Bantul Yogyakarta, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Nursalam. (2016), Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Purwasih, I. (2017), Hubungan Pengetahuan Dengan Upaya Remaja Putri Dalam Menghadapi Premenstrual Syndrome Di Man Malang, Nursing News. Vol. 2, No. 2, 2017.
Rabani, N.I. (2018), “Hubungan Tingkat Stres Dengan Pre-Menstrual SyndromePada Mahasiswi D IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kendari”, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kendari.
Sinaga, E. et al. (2017), Manajemen Kesehatan Menstruasi. Universitas nasional, Hal. 35.
63
Sumyati, E (2018), Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri Kelas VII dan VIII yang Mengalami Pubertas, Professional Islam. Vol. 16, No. 1, 2018.
Wahyuningsih, S., et al. (2000), Modul Pelatihan Peer Education Anak Gaul (Jakarta). Rumah Gaul Yayasan Pelita.
Yati, D.(2015), Pengaruh Peer Education Terhadap Kecemasan Remaja Post Menarche Di Wilayah Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
64
Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
NO KEGIATAN BULAN/MINGGU
MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan penelitian2 Perumusan masalah
dan tujuan penelitian3 Studi literatur4 Pembuatan proposal5 Seminar proposal6 Perbaikan hasil
seminar proposal7 Uji etik8 Pelaksanaan penelitian9 Pengumpulan data10 Pengolahan data11 Kesimpulan dan saran12 Plagiasi13 Sidang hasil penelitian14 Perbaikan sidang hasil15 Publikasi jurnal16 Pengumpulan skripsi
65
Lampiran 2LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :Nama : Magfirotulloh Nim : 153210071Program studi : S1 Ilmu Keperawatan
Saat ini melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Peer Education (Pendidikan Sebaya) Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang ”.
Berikut ini penjelasan tentang penelitian dan keikutsertaan siswi-siswi sebagai responden dalam penelitian ini :
1. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh peer education terhadap kecemasan pra-menstruasi pada remaja putri kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang.
2. Peneliti memberikan surat permohonan dan surat persetujuan untuk menjadi responden.
3. Keikutsertaan responden dalam penelitian ini bukan suatu paksaan dari pihak manapun tetapi sukarela dari responden sendiri.
4. Responden diminta untuk mengikuti pendidikan kesehatan dengan metode peer education serta mengisi lembar kuesioner pada saat penelitian.
5. Apabila pada saat penelitian responden merasa tidak nyaman, responden berhak untuk berbicara kepada peneliti.
6. Respon berhak memberikan pertanyaan kepada peneliti pada waktu penelitian.
7. Peneliti akan merahasiakan semua data ataupun informasi yang disampaikan oleh responden pada saat penelitian.
8. Peneliti akan memberikan reward berupa souvenir kepada responden yang sudah dengan sukarela mengikuti penelitian.
Jombang, Mei 2019 Penuli
s
(Magfirotulloh)
66
Lampiran 3PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,Yang bertanda tangan dibawah ini :Nama :MagfirotullohNim :153210071
Adalah mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Memohon partisipasi Adik-adik dalam penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Peer Education (Pendidikan Sebaya) Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang”. Penelitian ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
Partisipasi adik-adik dalam penelitian ini sangat bermanfaat bagi saya dalam melakukan penelitian. Saya mengharapkan jawaban adik-adik sesuai dengan hati nurani adik-adik tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Saya menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang adik-adik berikan tanpa digunakan untuk maksud yang lain-lain.
Sebagai bukti kesediaan adik-adik untuk menjadi responden dalam penelitian ini, adik-adik dipersilahkan untuk bertandatangan pada lembar persetujuan yang telah di persiapkan. Atas partisipasi yang adik-adik berikan saya mengucapkan terimakasih
Peneliti
(Magfirotulloh)
Responden
( )
67
Lampiran 4LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
INFORMED CONSENTSetelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, saya yang bertanda tanganNama :Umur :Jenis kelamin :Alamat :
Menyatakan (bersedia/tidak bersedia) menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari Magfirotulloh, mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKes ICMe Jombang yang berjudul “Pengaruh Peer Education (Pendidikan Sebaya) Terhadap Kecemasan Pra-Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas VII dan VIII di SMPN 2 Jogoroto Kabupaten Jombang”
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa paksaan dari pihak manapun.
Jombang, Mei 2019
Responden
( )
68
Lampiran 5
KISI-KISI KUESIONER
TINGKAT KECEMASAN
NO Uraian Nomor Soal
NO Uraian Nomor Soal
1 Perasaan cemas 1 8 Gejala sensorik 82 Ketegangan 2 9 Gejala kardiovaskuler 93 Ketakutan 3 10 Gejala pernafasan 104 Gangguan tidur 4 11 Gejala gastrointestinal 115 Gangguan kecerdasan 5 12 Gejala urogenital 126 Perasaan depresi 6 13 Gejala vegetative 137 Gejala somatic 7 14 Apakah anda merasakan 14
69
Lampiran 6
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)Topik : Pre-menstrual syndromeSasaran : Konselor peer educationWaktu : Hari, Tanggal :Tempat : SMPN 2 JogorotoWaktu : 3 HariNama penyuluh : Magfirotulloh
A. Tujuan umumSetelah mengikuti kegiatan penyuuhan diharapkan konselor peer education dapat memahami dan mengerti tentang PMS (pre-menstrual syndrome)
B. Tujuan khususSetelah mengikuti penyuuhan kesehatan tentang PMS (pre-menstrual syndrome) konselor diharapkan dapat:1. Menjelaskan pengertian PMS2. Menjelaskan faktor penyebab PMS3. Menjelaskan tanda dan gejala PMS4. Menjelaskan cara pencegahan sebelum terjadi PMS5. Menjelaskan penatalaksanaan PMS
C. Materi penyuluhan1. Pengertian PMS (Pre Menstrual Syndrome)
Pre-menstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala yang tidak
menyenangkan, baik fsik maupun psikis, yang dialami oleh wanita
menjelang menstruasi, yaitu sekitar satu atau dua minggu sebelum
menstruasi, gejala PMS ini akan hilang ketika sudah menstruasi dimulai
atau bahkan 1-2 hari menjelang menstruasi.
2. Faktor penyebab PMS (Pre Menstrual Syndrome)
a. Faktor hormonal, terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan
progesteron. Kadar hormon estrogen meningkat dan melampaui batas
normal sedangkan kadar progesterone menurun. Hal ini menyebabkan
perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan system pembawa pesan
yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel.
b. Faktor kimiawi, Bahan-bahan kimia tertentu di dalam otak seperti
serotonin, berubah-ubah selama siklus menstruasi. Serotonin sangat
mempengaruhi suasana hati yang berhubungan dengan gejala depresi,
70
kecemasan, ketertarikan, kelelahan, perubahan pola makan, kesulitan
untuk tidur, agresif dan peningkatan selera.
c. Faktor genetik, insidensi PMS dua kali lebih tinggi pada kembar satu
telur (monozigot) dibandingkan kembar dua telur.
d. Faktor psikologis yaitu stres sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian
PMS. Gejala-gejala PMS akan semakin meningkat jika di dalam diri
seorang wanita mengalami tekanan.
e. Faktor gaya hidup, pola makan juga memegang peran yang tidak kalah
penting. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, sangat berperan
terhadap gejala-gejala PMS.
3. Tanda dan gejala PMS (Pre Menstrual Syndrome)
a. Lelah
b. Insomnia
c. Makan berlebih
d. Perubahan gairah seksual
e. Mudah tersinggung
f. Mudah marah
g. Depresi
h. Mudah sedih
i. Mudah menangis
j. Cemas
k. Susah konsentrasi
l. Bingung
m.Sakit kepala
n. Payudara bengkak serta teraba keras (nyeri)
o. Nyeri punggung
p. Nyeri perut dan terasa penuh (kembung)
q. Kaki dan tangan bengkak
r. Mual
s. Nyeri otot dan persendian
71
4. Cara pencegahan PMS (Pre Menstrual Syndrome)
a. Belajar mengenali gejala PMS sehingga dapat mengantisipasi ketika
emosi tidak stabil
b. Mengurangi kafein (kopi)
c. Pengaturan pola makan
d. Tidak minum alkohol
e. Tidak merokok
f. Olahraga 3x dalam seminggu
5. Penanganan PMS (Pre Menstrual Syndrome)
a. Pengobatan PMS dapat menggunakan analgetik (obat penghilang rasa
nyeri) dan bersifat simptomatis hanya membantu mengatasi nyeri, serta
bersifat sementara. Analgetik yang digunakan biasanya asam mefenamat
dengan dosis 500 mg diberikan 3 kali sehari
b. Tehnik relaksasi tarik nafas dalam dengan cara:
- Duduk dengan santai
- Tarik nafas dalam melalui hidung denganbibir tertutup
- Tahan selama1-2 detik
- Keluarkan udara melalui mulut
c. Tehnik distraksi
- Menonton film
- Membaca novel
- Jalan-jalan ke pusat pembelanjaan
d. Kopres hangat untuk mengurangi nyeri
- Isi botol aqua dengan air hangat
- Tempelkan botol tersebut di bawah perut
- Kompres dilakukan 15-20 menit
D. Metode penyuluhana. Ceramahb. Tanya jawab
E. Media penyuluhana. LCD
72
F. Kegiatan penyuluhan
No Tahap pengkajian
Waktu Kegiatan penyuluhan
Sasaran
1 Pembukaan 10 menit 1. Membuka acara dengan mengucapkan salam dan perkenalan
2. Menyampaikan topik dan tujuan penyuluhan kepada konselor
3. Kontrak waktu untuk kesepakatan penyuluhan dengan konselor
1. Menjawab salam dan mendengarkan perkenalan
2. Mendengarkan penyampaian topik dan tujuan
3. Menyetujui kesepakatan pelaksanaan pendidikan kesehatan
2 Kegiatan inti 20 menit 1. Peneliti memberi pendidikan kepada konselor dengan media LCD
2. Peneliti mepraktekkan bersama dengan konselor cara menangani kecemasan PMS
1. Mendengarkan materi yang disampaikan
3 Penutup 15 menit 1. Memberikan kesempatan kepada sasaran untuk bertanya
2. Menutup acara dengan mengucapkan salam
1. Menjawab pertanyaan
2. Menjawab salam
73
Lampiran 7
TINGKAT KECEMASAN-HARS (HAMILTON ANXIETY RATING SCALE)
Nama :
Umur :
Umur saat pertama haid :
Berapa hari lama haid :
A. Penilaian
0 : Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)
1 : Ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
2 : Sedang (separuh dari gejala yang ada)
3 : Berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)
4 : Sangat berat (semua gejala ada)
B. Penilaian Derajat Kecemasan
Skor < 6 (tidak ada kecemasan)
6-14 (kecemasan ringan)
15-27 (kecemasan sedang)
>27 (kecemasan berat)
Adakah tanda-tanda atau gejala di bawah ini yang adik-adik rasakan saat
mengalami PMS (premenstrual syndrome)
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda pada kolom yang
tersedia di bawah ini.
1. Perasaan cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
2. Ketegangan
Merasa tegang
74
Lesu
Mudah terkejut
Tidak dapat istirahat dengan nyenyak
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3. Ketakutan
Pada gelap
Ditinggal sendiri
Pada orang asing
Pada binatang besar
Pada keramaian lalu lintas
Pada kerumunan banyak orang
4. Gangguan tidur
Sukar memulai tidur
Terbangun malam hari
Tidak pulas
Mimpi buruk
Mimpi yang menakutkan
5. Gangguan kecerdasan
Daya ingat buruk
Sulit berkonsentrasi
Sering bingung
6. Perasaan depresi
Kehilangan minat
Sedih
Bangun dini hari
Berkurangnya kesukaan pada hobi
Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7. Gejala somatik (otot-otot)
Nyeri otot
Kaku
75
Kedutan otot
Gigi gemeretak
Suara tak stabil
8. Gejala sensorik
Telinga berdengung
Penglihatan kabur
Muka merah dan pucat
Merasa lemah
Perasaan ditusuk-tusuk
9. Gejala kardiovaskuler
Denyut nadi cepat
Berdebardebar nyeri dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lemah seperti mau pingsan
Detak jantung hilang sekejap
10. Gejala pernapasan
Rasa tertekan di dada
Perasaan tercekik
Merasa napas pendek/sesak
Sering menarik napas panjang
11. Gejala gastrointestinal
Sulit menelan
Mual muntah
Berat badan menurun
Konstipasi/sulit buang air besar perut melilit
Gangguan pencernaan
Nyeri lambung sebelum/sesudah makan
Rasa panas di perut
Perut terasa penuh/kembung
12. Gejala urogenitalia
Sering kencing
Tiak dapat menahan kencing
76
Amenor/menstruasi yang tidak teratur
Frigiditas
13. Gejala vegetatif/otonom
Mulut kering
Muka kering
Mudah berkeringat
Pusing/sakit kepala
Bulu roma berdiri
14. Apakah anda merasakan ?
Gelisah
Tidak tenang
Mengerutkan dahi muka tegang
Tonus/ketegangan otot meningkat
Napas pendek dan cepat
Muka merah
Jumlah skor
Kesimpulan : Tidak ada kecemasan
Kecemasan ringan
Kecemasan sedang
Kecemasan berat
77
Lampiran 8
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEER EDUCATION
Pengertian Remaja yang secara fungsional mempunyai komitmen dan motivasi yang tinggi, sebagai narasumber bagi kelompok remaja sebayanya yang telah mengikuti pelatihan/orientasi pendidik sebaya atau yang belum dilatih dengan mempergunakan panduan kurikulum dan modul pelatihan yang telah disusun
Keuntungan 1. Cocok karena memiliki kultural yang sama2. Berbasis komunitas3. Mudah diterima oleh khalayak yang menjadi sasaran4. Ekonomis
Langkah 1. Tahap perencanaana. Peneliti menentukan kelompok target dan konselor
yang nantinya konselor akan menjadi konselor bagi teman sebayanya dan bila bersedia dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.
b. Peneliti mencatat siklus menstruasi dari masing-masing responden
2. Tahap pelatihan yaitu memberikan pelatihan kepada konselor tentang edukasi dengan cara :a. Peneliti melakukan kontrak kerja dengan konselorb. Peneliti memberi pendidikan kesehatan selama 3 hari
kepada konselor dengan media LCDc. Peneliti mempraktekkan bersama dengan konselor cara
menangani kecemasan PMSd. Peneliti melakukan diskusi dan tanya jawab bersama
konselor3. Tahap implementasi yaitu konselor melakukan aktivitas
edukasi sebaya dengan cara :a. Konselor melakukan kontrak kerja dengan teman
sebayanya
78
b. Peneliti memberikan kuesioner sebelum diberikan pendidikan kesehatan oleh konselor yangtelah dilatih oleh peneliti
c. Konselor memberi pendidikan kesehatan kepada teman sebayanya mulai 7 hari sebelum menstruasi sebanyak 3 x dengan media LCD
d. Konselor mempraktekkan bersama dengan teman sebayanya cara menangani kecemasan PMS
e. Konselor melakukan diskusi dan tanya jawab dan peneliti mengawasi
f. Peneliti memberikan post test setelah konselor memberikan pendidikan kesehatan.
4. Tahap evaluasi yaitu memberikan pertanyaan atau mengevaluasi kepada teman sebayanya.
Lampiran 9
79
Lampiran 10
80
Lampiran 11
81
82
83
84
Lampiran 12
85
Lampiran 13
85
Lampiran 14
Kecemasan pra-menstruasi sebelum diberikan peer education
No X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 JML KET KODE1 3 4 3 2 1 4 3 1 1 2 3 4 2 2 35 BERAT 32 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 40 BERAT 33 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 39 BERAT 34 2 2 4 2 2 2 2 1 2 2 1 3 3 3 31 BERAT 35 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 1 3 2 3 38 BERAT 36 2 4 3 3 3 1 3 3 3 0 3 3 1 3 35 BERAT 37 2 3 3 1 3 1 3 4 3 3 2 2 3 2 35 BERAT 38 3 3 3 1 0 3 4 3 3 3 3 2 2 3 36 BERAT 39 3 3 0 3 3 3 3 0 3 3 2 3 3 3 35 BERAT 310 3 2 1 3 3 0 3 3 0 3 3 3 3 4 34 BERAT 311 2 3 3 3 2 4 3 1 3 0 3 4 1 3 35 BERAT 312 3 4 2 3 3 2 3 3 1 3 0 3 3 4 37 BERAT 313 3 3 3 3 3 4 3 1 3 2 3 2 2 2 37 BERAT 314 2 2 0 2 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 33 BERAT 315 3 3 3 3 3 1 3 4 3 1 3 3 3 3 39 BERAT 316 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 40 BERAT 317 2 3 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 3 4 40 BERAT 318 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 3 2 3 37 BERAT 319 2 3 3 3 3 0 3 2 3 3 0 3 3 4 35 BERAT 320 2 3 2 2 3 4 3 4 1 3 0 3 2 2 34 BERAT 321 2 3 3 1 3 2 2 3 4 3 4 3 2 3 38 BERAT 322 2 3 0 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 4 38 BERAT 323 2 2 3 3 3 3 1 2 1 3 4 3 3 3 36 BERAT 324 2 2 2 3 3 0 3 3 1 3 3 2 3 4 34 BERAT 325 2 1 3 3 3 3 2 3 2 2 0 3 3 3 33 BERAT 326 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 40 BERAT 327 2 1 1 3 3 3 2 0 4 0 2 4 3 3 31 BERAT 3
28 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 2 38 BERAT 329 2 0 4 3 3 3 3 2 0 3 1 3 3 3 33 BERAT 330 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 41 BERAT 331 1 2 2 2 3 4 3 0 4 3 1 3 0 3 31 BERAT 332 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 39 BERAT 333 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42 BERAT 334 2 2 3 3 3 3 0 3 0 3 3 3 0 3 31 BERAT 335 1 3 3 3 2 3 0 1 2 4 2 2 2 3 31 BERAT 336 1 2 2 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 2 34 BERAT 337 2 3 4 3 1 3 4 3 2 3 3 3 0 2 36 BERAT 338 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 37 BERAT 339 4 1 3 3 1 3 4 3 0 3 2 3 4 2 36 BERAT 340 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 41 BERAT 341 4 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 25 SEDANG 242 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 43 BERAT 343 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 32 BERAT 344 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 40 BERAT 345 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 37 BERAT 346 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 40 BERAT 347 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 40 BERAT 348 4 3 1 1 3 4 2 3 0 3 3 3 3 3 36 BERAT 349 3 2 3 0 3 2 2 3 4 3 4 3 1 3 36 BERAT 350 2 3 4 3 2 2 3 2 3 1 3 2 3 2 35 BERAT 351 2 2 1 2 1 0 2 1 1 2 0 2 4 2 22 SEDANG 252 3 3 4 3 2 3 2 2 3 1 3 4 1 3 37 BERAT 3
JML 122 134 134 137 133 136 136 129 124 136 124 150 125 148
Kecemasan pra-menstruasi sesudah diberikan peer education
No X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 JML KET KODE1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 10 RINGAN 12 0 0 1 0 0 0 2 0 1 0 1 0 0 1 6 TIDAK CEMAS 03 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 9 RINGAN 14 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 9 RINGAN 15 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 10 RINGAN 16 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3 TIDAK CEMAS 07 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 18 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 11 RINGAN 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 110 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 11 RINGAN 111 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 112 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 5 TIDAK CEMAS 013 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 114 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 7 RINGAN 115 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 116 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 13 RINGAN 117 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 RINGAN 118 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 11 RINGAN 119 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 120 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 RINGAN 121 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 RINGAN 122 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 RINGAN 123 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 11 RINGAN 124 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 125 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 126 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 11 RINGAN 127 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 1
28 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 11 RINGAN 129 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 14 RINGAN 130 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 11 RINGAN 131 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 RINGAN 132 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 11 RINGAN 133 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 RINGAN 134 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 10 RINGAN 135 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 RINGAN 136 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 RINGAN 137 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 12 RINGAN 138 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 11 RINGAN 139 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 RINGAN 140 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10 RINGAN 141 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 RINGAN 142 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 11 RINGAN 143 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 RINGAN 144 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12 RINGAN 145 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 11 RINGAN 146 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 RINGAN 147 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 10 RINGAN 148 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 RINGAN 149 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 10 RINGAN 150 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 10 RINGAN 151 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 RINGAN 152 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 0 2 0 2 21 SEDANG 2
JML 48 42 39 41 40 46 43 42 43 45 46 39 38 50
89
Lampiran 15
FREQUENCIES
Statistics
usia
umur saat
pertama haid lama haid
kecemasan
sebelum
diberikan peer
education
kecemasan
sesudah
diberikan peer
education
N Valid 52 52 52 52 52
Missing 0 0 0 0 0
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 12 tahun 11 21.2 21.2 21.2
13 tahun 15 28.8 28.8 50.0
14 tahun 24 46.2 46.2 96.2
15 tahun 2 3.8 3.8 100.0
Total 52 100.0 100.0
umur saat pertama haid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 10 tahun 3 5.8 5.8 5.8
11 tahun 12 23.1 23.1 28.8
12 tahun 27 51.9 51.9 80.8
13 tahun 10 19.2 19.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
lama haid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 5 hari 4 7.7 7.7 7.7
6 hari 9 17.3 17.3 25.0
7 hari 27 51.9 51.9 76.9
8 hari 7 13.5 13.5 90.4
9 hari 2 3.8 3.8 94.2
10 hari 3 5.8 5.8 100.0
Total 52 100.0 100.0
kecemasan sebelum diberikan peer education
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid cemas sedang 2 3.8 3.8 3.8
cemas berat 50 96.2 96.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
kecemasan sesudah diberikan peer education
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak cemas 3 5.8 5.8 5.8
cemas ringan 48 92.3 92.3 98.1
cemas sedang 1 1.9 1.9 100.0
Total 52 100.0 100.0
WILCOXON
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
kecemasan sesudah
diberikan peer education -
kecemasan sebelum
diberikan peer education
Negative Ranks 52a 26.50 1378.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 52
a. kecemasan sesudah diberikan peer education < kecemasan sebelum diberikan peer
education
b. kecemasan sesudah diberikan peer education > kecemasan sebelum diberikan peer
education
c. kecemasan sesudah diberikan peer education = kecemasan sebelum diberikan peer
education
Test Statisticsb
kecemasan
sesudah
diberikan peer
education -
kecemasan
sebelum
diberikan peer
education
Z -6.880a
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test