stimulus respond chaining
DESCRIPTION
article of psychology.Describe about the stimulus respond chaining theory.TRANSCRIPT
![Page 1: Stimulus respond chaining](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9b2c550346d033a502a9/html5/thumbnails/1.jpg)
MakalahMODIFIKASI PERILAKU
TEKNIK CHAINING &ANALISIS STIMULUS RESPON CHAININGOleh:RospiyantiXxxx
Fakultas PsikologiUniversitas Merdeka Malang
![Page 2: Stimulus respond chaining](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9b2c550346d033a502a9/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Modifikasi perilaku merupakan salah satu teknik pengubahan perilaku yang populer
dikalangan pendidik dan psikolog. Teknik ini sering dipakai karena keberhasilannya mudah
diamati dan diterapkan ke perilaku yang lain manakala ada kemiripan karakteristik dari perilaku
yang akan diubah dengan perilaku yang berhasil diubah. Pengubahan akan lebih efektif bila
didasarkan pada informasi yang tepat tentang penyebab perilaku, intensitas perilaku, dan akibat
yang ditimbulkan dari perilaku tersebut.
Modifikasi perilaku secara mendasar bertujuan dalam dua hal. Pertama, mendukung dan
mempromosikan perilaku-perilaku anak yang adaptif. Perilaku adaptif yang dmaksud adalah
perilaku yang diterima oleh lingkungan dan bermanfaat untuk perkembangan diri si anak itu
sendiri. Kedua, modifikasi perilaku bertujuan menekan atau meniadakan munculnya perilaku
anak yang tidak adaptif. Perilaku tidak adaptif adalah perilaku yang cenderung tidak diterima
oleh masyarakat dan akan merugikan bagi perkembangan anak itu sendiri.
Modifikasi perilaku secara umum dapat diartikan sebagai hampir segala tindakan yang
bertujuan mengubah perilaku. Definisi yang tepat dari modifikasi perilaku adalah usaha untuk
menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologis hasil eksperimen
lain pada perilaku manusia (Bootzin, 1975).
Sebuah dorongan atau dukungan digunakan untuk membangkitkan suatu perilaku, dan
transfer kontrol stimulus digunakan untuk menghilangkan petunjuk dan mendapatkan perilaku
yang terjadi di dalam kehadiran stimulus diskriminatif yang relevan (SD). Seringkali, prosedur
ini digunakan untuk mengembangkan diskriminasi sederhana, di mana satu tanggapan terjadi di
hadapan satu SD. Sebagai contoh, seorang pemain bisbol mengayunkan tongkat untuk memukul
bola bisbol. Seorang siswa membaca kata tersebut dengan benar. Anda menancapkan kabel
listrik ke stopkontak yang tepat. Anda mengatakan "Terima Kasih" ketika seseorang memberi
Anda sesuatu. Masing-masing satu contoh melibatkan perilaku yang terjadi dalam situasi yang
benar. Namun demikian, banyak situasi memerlukan perilaku kompleks yang memiliki beberapa
![Page 3: Stimulus respond chaining](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9b2c550346d033a502a9/html5/thumbnails/3.jpg)
komponen tanggapan. Sebuah perilaku kompleks yang terdiri dari banyak komponen perilaku
yang terjadi bersama-sama secara berurutan disebut rantai perilaku.
2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang mengenai modifikasi perilaku dalam teknik chaining, maka ditarik
sebuah permasalahan yang ada, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan teknik chaining atau rantai perilaku?
2. Bagaimanakah cara menganalisis teknik Stimulus-Respon Chaining?
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui teknik chaining atau rantai perilaku.
2. Untuk menjelaskan bagaimana cara menganalisis teknik Stimulus-Respon
Chaining.
![Page 4: Stimulus respond chaining](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9b2c550346d033a502a9/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Teknik Chaining
Teknik Chaining (perangkaian) menggambarkan beberapa respon secara bersama dalam
satu urutan, dengan memberikan dukungan yang digunakan untuk membangkitkan suatu
perilaku. Sedangkan Rantai perilaku adalah sebuah perilaku kompleks yang terdiri dari banyak
komponen perilaku yang terjadi bersama-sama secara berurutan. Dalam suatu kegiatan terdapat
perilaku atau tindakan yang harus dilakukan secara berurutan. Rantai perilaku ini terdiri dari
beberapa komponen stimulus-respon yang terjadi bersamaan dalam sebuah rangkaian yang
berurutan. Karena alasan ini, rangkaian perilaku sering disebut “Sebuah rantai stimulus-respon”.
Komponen pada rantai stimulus-respon dapat diiilustrasikan seperti berikut:
SD1 → R1
SD2 → R2
SD3 → R3
SD4 → R4
SD5 → R5 → reinforcement
Terdapat 3 metode belajar dalam pengajaran rantai stimulus-respon
a) Metode total task presentation
Mencoba semua langkah dari awal sampai akhir, kemudian percobaan berlanjut pada
percobaan seluruhnya sampai semua langkah dikuasai.
b) Metode backward chaining (chaining mundur)
Backward chaining adalah prosedur pelatihan intensif pada murid dengan kemampuan
rendah. Metode ini dilakukan secara bertahap dengan urutan terbalik, yaitu langkah
terakhir dilakukan pertama, dan seterusnya
c) Metode forward chaining
Langkah awal diajarkan pertama, langkah pertama diajarkan terkait dengan langkah
kedua, dan begitu seterusnya.
![Page 5: Stimulus respond chaining](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9b2c550346d033a502a9/html5/thumbnails/5.jpg)
Rantai perilaku adalah sebuah perilaku kompleks yang terdiri dari banyak komponen
perilaku yang terjadi bersama-sama secara berurutan.
Dalam suatu kegiatan terdapat perilaku atau tindakan yang harus dilakukan secara
berurutan. Misalnya saja saat ingin memakan permen karet, kita harus melakukan tindakan yang
secara berurutan.
1. Mengambil permen karet di dalam sakumu
2. Mengeluarkan 1 pak permen karet
3. Menarik sebungkus permen karet
4. Menyobek bungkusnya
5. Memasukkan permen karet tersebut ke dalam mulutmu
Untuk makan permen karet, meliputi setidaknya lima perilaku yang harus dilakukan
dengan urutan yang tepat. Kamu dapat melakukan suatu perilaku dalam urutan tersebut hanya
jika kamu telah melakukan perilaku pada urutan yang sebelumnya. Kita tidak akan bisa makan
permen karet jika kita belum mengeluarkan permen karet tersebut dari saku kita.
2. Analisis Teknik Stimulus-Respon Chaining
Beberapa rantai perilaku terdiri dari beberapa komponen stimulus-respon yang terjadi
bersamaan dalam sebuah rangkaian yang berurutan. Karena alasan ini, rangkaian perilaku sering
disebut “Sebuah rantai stimulus-respon”. Setiap perilaku atau respon akan berganti menjadi
sebuah SD (Stimulus Diskriminan) pada respon berikutnya di dalam rantai perilaku tersebut.
Respon pertama akan menghasilkan SD untuk respon kedua dalam urutan, kemudian respon
kedua akan menghasillkan SD untuk respon ketiga, dan begitu seterusnya. Keseluruhan stimulus
dalam rantai perilaku berada di bawah stimulus kontrol. Respon pertama dalam rantai tersebut
akan muncul saat sebuah kenyataan SD terjadi. Permen karet di saku kita adalah senuah SD
untuk respon pertama pada rantai (mengambil permen karet di dalam saku).
Rantai perilaku akan berlanjut jika respon terakhir di dalam rantai menghasilkan sebuah
konsekuensi yang berfungsi sebagai penguat. Permen karet adalah sebuah penguat pada rantai
perilaku ingin memakan permen karet.
Urutan dari komponen stimulus-respon pada rangkaian perilaku mengambil permen karet
adalah sebagai berikut:
![Page 6: Stimulus respond chaining](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9b2c550346d033a502a9/html5/thumbnails/6.jpg)
1. SD1 (satu pak permen karet di dalam saku) → R1 (memegang permen karet di saku)
2. SD2 (tangan di dalam saku) → R2 (menarik satu pak permen karet)
3. SD3 (Satu pak permen karet di tangan) → R3 (menarik sebuah permen karet)
4. SD4 (Sebuah permen karet di tangan) → R4 (merobek bungkus permen karet)
5. SD5 (Sebuah permen karet yang telah terbuka bungkusnya) → R5 (memasukkan
permen karet ke dalam mulut) → Reinforcer (makan permen karet)
Seperti yang dapat dilihat, setiap respon akan menghasilkan stimulus yang berupa SD
untuk respon yang selanjutnya. Oleh karena itu, respon selanjutnya pada sebuah rantai akan
tergantung pada respon yang sebelumnya.
Lima komponen pada rantai stimulus-respon dapat diiilustrasikan seperti berikut:
SD1 → R1
SD2 → R2
SD3 → R3
SD4 → R4
SD5 → R5 → reinforcement
Jika menganalisis orang yang mengajari seorang anak dengan gangguan retardasi mental
untuk makan dengan sendok, maka kamu harus membangun analisis tugas seperti berikut:
1. SD1 (semangkuk makanan dan sendok di atas meja) → R1 (ambil sendoknya)
2. SD2 (sendok di tangan) → R2 (letakkan sendok ke dalam makanan dalam magkok)
3. SD3 (sendok di makanan) → R3 (menyendokkan makanan ke sendok)
4. SD4 (makanan dalam sendok) → R4 (mengangkat sesendok penuh makanan dari
mangkuk)
5. SD5 (menahan sendok berisi makanan) → R5 (letakkan makanan ke mulut) →
reinforcer (memakan makanan)
Itu adalah lima komponen untuk analisis tugas. Setiap komponen terdiri dari sebuah SD
dan sebuah respon. Analisis tugas ini mungkin ideal bagi beberapa anak untuk belajar bagaimana
makan dengan menggunakan sendok. Namun, untuk beberapa orang yang dapat belajar dengan
![Page 7: Stimulus respond chaining](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9b2c550346d033a502a9/html5/thumbnails/7.jpg)
lebih mudah atau lebih cepat menangkap, kamu dapat mengkombinasikan beberapa langkah
diatas menjadi seperti berikut:
1. SD1 (semangkuk makanan dan sendok di atas meja) → R1 (mengangkat sendok dan
memasukkannya ke dalam mangkuk makanan)
2. SD2 (sendok berada di atas makanan) → R2 (menyendokkan makanan ke sendok)
3. SD3 (makanan sudah disendokkan pada sendok) → R3 (mengisi sendok dengan
makanan kemudian memasukkan ke dalam mulut) → Reinforcer (memakan
makanan)
Seperti yang dapat dilihat, lima komponen dalam analisis tugas tersebut memecah
perilaku ke dalam unit-unit yang lebih kecil. Bagi beberapa orang yang sedang belajar, lima
analisis tugas ini kemungkinan akan lebih jelas, namun bagi beberapa lainnya tiga langkah
analisis tugas akan lebih jelas. Tidak ada yang benar atau yang salah dalam dua metode ini.
Metode yang kita pilih harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang sedang kita hadapi.
Backward Chaining
Backward chaining adalah prosedur pelatihan intensif pada murid dengan kemampuan
rendah. Dengan backward chaining, anda menggunakan pendorong dan penghilangan untuk
mengajarkan perilaku tadi pada rangkaian pertama. Setelah perilaku tadi dikuasai dan murid
menunjukkan dua perilaku tadi dalam rangkaian tanpa dorongan, menandai perilaku berikutnya
untuk diajarkan. Keberlanjutan ini berlangsung sampai murid dapat menunjukkan keseluruhan
ketika ditampilkan dengan stimulus determinan yang pertama dari rangkaian perilaku tanpa ada
dorongan. Sebagai contoh, mengingat penggunaan backward chaining untuk mengajar jerry,
lelaki muda dengan keterbelakangan mental berat, bagaimana melepas anak panah pada
papannya.
Forward Chaining
Mirip dengan backward chaining dalam mengajarkan satu komponen dari rangkaian pada
suatu waktu dan kemudian rangkai komponen bersama-sama dorongan dan penghilangan dalam
mengajarkan hubungan dengan Sd pada masing-masing langkah dalam rangkaian. Perbedaan
forward chaining dan backward chaining adalah terletak pada permulaan latihan. Dalam
![Page 8: Stimulus respond chaining](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9b2c550346d033a502a9/html5/thumbnails/8.jpg)
menggunakan forward chaining kamu menunjukkan SD 1,mendorong respon yang benar dan
memberikan imbalan sesudah respon.
Contoh: latihan makan secara mandiri
Pada awalnya mangkuk dan sendok diletakkan di meja depan murid(SD1).
Dorong respon pertama dengan meletakkan tangan murid untuk mengambil
sendok dan letakkan di mangkuk, kemudian dorong murid menyendok
makanan(SD2). Dan yang terakhir dorong murid untuk memasukkan
makanan ke mulutnya, beri imbalan dan hilangkan dorongan sampai murid
bisa melakukannya tanpa bantuan.
Task Presentation
Mengajarkan pekerjaan/tugas yang kompleks dengan menggunakan metode forward
chaining, backward chaining atau total task presentation membutuhkan porsi waktu dan
keterlibatan trainer yang banyak dalam melaksanakan prosedur prompting dan fading dengan
learner. Selain strategi-strategi tersebut, ada strategi-strategi lain yang digunakan untuk
mengajarkan pekerjaan/tugas yang kompleks namun tidak membutuhkan porsi waktu dan
keterlibatan trainer yang banyak. Strategi-strategi tersebut adalah Written Task Analysis (Analisa
Tugas Tertulis), Picture Prompts (Bantuan Dorongan Gambar) dan Self-Instructions, dimana
metode-metode tersebut menggunakan alat bantu (gambar, list tugas dll) untuk mengarahkan
penyelesaian pekerjaan kompleks dari Rangkaian Perilaku dengan tepat.
![Page 9: Stimulus respond chaining](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082408/55cf9b2c550346d033a502a9/html5/thumbnails/9.jpg)
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan yang telah dijelaskan, bisa ditarik sebuah kesimpulan mengenai
metode perilaku dalam teknik chaining ini, sebagai berikut:
1. Sebuah rangkaian perilaku yang juga disebut rangkaian stimulus respon merupakan
adalah gabungan dua atau lebih komponen stimulus respon.
2. Analisis tugas mengidentifikasi stimulus dan respon pada masing-masing komponen
pada rangkaian. Itu sangat penting untuk mengarahkan analisis tugas sehingga semua
komponen dalam rangkaian (SDs dan respon) diidentifikasi secara jelas.
3. Prosedur chaining digunakan untuk mengajarkan orang guna menunjukkan perilaku
dalam sebuah rangkaian. Prosedur ini meliputi dorongan dan penmghilangan untuk
mengajarkan masing-masing komponen dari rangkaian. Dalam backward chaining,
komponen stimulus respon terakhir diajarkan pertama kali. Pada forward chaining
komponen stimulus respon yang pertama diajarkan pertama kali.
4. Total tugas presentasi, seluruh rangkaian perilaku yang diminta dalam setiap
pembelajaran sidang. Sering kali, lulus bimbingan digunakan dengan total tugas
presentasi.
5. Pada penulisan prosedur analisis tugas murid menggunakan dorongan tertulis untuk
masing-masing komponen dalam rangkaian. Dalam prosedur dorongan gambar murid
menggunakan gambar untuk masing-masing komponen dalam rangkaian perilaku.
Dengan mengintruksi diri sendiri, murid membacakan menginstruksi diri (dorongan
verbal) untuk mendorong masing-masing komponen dalam rangkaian.