strategi komunikasi rumah sakit ibu dan anak citra …
TRANSCRIPT
STRATEGI KOMUNIKASI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA
ANANDA CIPUTAT DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN
HOME CARE
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh :
Alya Sukma Waty
NIM: 11140510000222
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
ABSTRAK
Alya Sukma Waty (11140510000222)
STRATEGI KOMUNIKASI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA
ANANDA CIPUTAT DALAM MENSOSIALISASIKAN LAYANAN HOME
CARE
Saat ini kesehatan menjadi suatu hal yang sangat diutamakan. Dengan
tingkat kebutuhan kesehatan yang tinggi, maka banyak perusahaan yang bergerak
di bidang jasa layanan kesehatan baik di bawah naungan pemerintah maupun
swasta. Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda merupakan salah satu rumah
sakit swasta yang memiliki salah satu layanan home care. Home care adalah salah
satu program rumah sakit yang memberikan fasilitas kunjungan pasca melahirkan.
RSIA Citra Ananda memiliki strategi komunikasi dalam mensosilisasikannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulisan ini bertujuan untuk
menjawab rumusan masalah bagaimana strategi komunikasi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Ananda dalam mensosialisasikan layanan home care?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah milik Fred R David dan
teori komunikasi Onong Uchjana yang diformulasikan menjadi strategi
komunikasi. Sehingga tahapannya menjadi tahap formulasi strategi komunikasi,
implementasi strategi komunikasi, dan evaluasi strategi komunikasi. Teori ini
umum digunakan dan penelitian ini lebih memfokuskan kepada sisi komunikasi.
Metode yang digunakan adalah paradigma konstruktivisme melalui
pendekatan deskriptif kualitatif. Metode ini memahami fenomena tentang
pemahaman-pemahaman dari apa yang telah ditemukan dilapangan. Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data berupa wawancara, obeservasi, dan
dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa strategi komunikasi
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda dalam mensosialisasikan layanan home
care dengan melakukan tiga tahap. Tahap formulasi berupa sumber daya manusia
yang terlatih, sasaran yang dituju untuk pasien home care, sosialisasi kepada
pasien rawat inap secara face to face, media pendukung sosilasasi seperti media
sosial, website, dan sounding. Tahap implementasi dilakukan sesuai dengan
formulasi yang sudah di bentuk. Evaluasi di lihat dari internal dan eksternal.
Evaluasi internal berupa keterbatasan sumber daya manusia, ketidaksesuaian
jadwal sehingga kurang efektif, sosialisasi tatap muka tidak dapat dipastikan,
kurangnya media pendukung sosilasiasi baik cetak maupun elektronik. Evaluasi
eksternal berupa respon dari pasien yang menggunakan jasa layanan home care.
Kata kunci: strategi komunikasi, home care, layanan, dan sosialisasi.
i
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim..
Subhanallah Walhamdulillah, segala puji dan syukur yang tak terhingga
atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, atas segala limpahan kasih sayang,
nikmat, dan rahmat karunia-Nya yang selalu memberikan kemudahan, kesehatan,
kesabaran, dan rezeki sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
shalallahu’alaihi wa salam sebagai suri tauladan bagi kita semua.
Berkat limpahan kelancaran yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala
dan Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiyah
skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Ananda dalam Mensosialisasikan Layanan Home Care”. Penulisan skripsi ini
dimaksudkan sebagai prasyarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada bidang
kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Walaupun
masih banyak kekurangan pada penulisan ini tetapi semua ini dapat terwujud atas
dukungan serta motivasi yang diberikan kepada penulis. Maka dari itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
berperan dalam penyusunan skripsi ini:
1. Dr. Arief Subhan, M.Ag sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syartif Hidayatullah
Jakarta, Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik,
Dr. Hj. Roudhonah, M.A sebagai Wakil Dekan Bidang ADKUM, dan
Dr. Suhaimi, M.Si sebagai Wakil Dekan Kemahasiswaan.
ii
2. Drs. Masran, M.Ag, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Fita Faturokhmah SS, M.Si sebagai Sekertaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Zakaria, MA, sebagai Pembimbing Akademik yang telah membantu
selama proses perkuliahan berlangsung.
4. Ade Rina Farida, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan
arahan, dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Dosen-dosen dan staf tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan pengetahuan kepada penulis
selama masa perkuliahan.
6. Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda yang telah mengizinkan
penelitian dan membantu penulis dalam membuat skripsi.
7. Kepada keluarga, terkhusus orang tua tercinta. Ibu Wati Sumiati yang
sudah mendoakan penulis hingga saat ini dan memberikan dukungan
baik materil maupun non materil serta selalu sabar dalam mendidik
penulis hingga saat ini mengenyam pendidikan ditingkat perguruan
tinggi. Terimakasih juga kepada ketiga kakak penulis Dewi Supraba,
M. Akbari, Arisoma yang sudah membantu dalam pembuatan skripsi
dan adik tersayang Revi Arya Wijaya yang selalu menjadi kejahilan
dikala penulis jenuh.
8. Sahabat SMA Melinda Wulandari dan Teman Kuliah Aprilia Lianjani
S.Sos, Eriana, Hadaina Nur Hafizah teman seperjuangan semasa kuliah
dan terimakasih banyak sudah menemani penulis hingga saat ini dan
iii
selalu bersama dikala suasana hati yang mudah berbeda-beda. Nikmatul
Fikriyah sebagai teman se-perangkatan yang menjadi penghibur dikala
bosan.
9. Teman KKN terutama member kamar pendosa Toto, Papau, Fufu,
Koko, Qiqi, dan Babay. Terimakasih sudah mengisi warna kehidupan
selama satu bulan penuh.
10. Teman-teman KPI E 2014, teman hidup semasa kuliah dan menjadi
salah satu alasan bagi penulis untuk semangat masuk kelas. Kalian luar
biasa teman.
11. Teman satu perjuangan Himpunan Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam 2014, kalian terbaik sepanjang masa.
12. Teman-teman Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2014 yang
telah mewarnai hidup penulis selama perkuliahan.
13. Keluarga besar DNK TV yang memberikan pengalaman berharga
dalam dunia pertelevisian.
14. Serta seluruh pihak pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi, yang
tidak dapat penulis tulis satu persatu.
Jakarta, 14 Juli 2018
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK. ...........................................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 7
E. Metode Penelitian ................................................................................................... 8
1. Paradigma Penelitian ........................................................................................ 8
3. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................................... 10
4. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 10
5. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 10
6. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 15
A. Strategi Komunikasi .............................................................................................. 15
1. Strategi ............................................................................................................ 15
2. Komunikasi ..................................................................................................... 16
3. Strategi Komunikasi ........................................................................................ 21
B. Sosialisasi Layanan Home Care ........................................................................... 27
1. Sosialisasi ........................................................................................................ 27
2. Layanan ........................................................................................................... 29
3. Rumah Sakit .................................................................................................... 31
4. Home Care ...................................................................................................... 32
C. Strategi Komunikasi Layanan Home Care ............................................................ 35
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA
ANANDA ....................................................................................................... 37
v
A. Profil Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda ................................................... 37
B. Fasilitas dan Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda ...................... 40
C. Kerjasama dan Kemitraan ..................................................................................... 46
D. Tempat dan Informasi ........................................................................................... 47
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA .................................................................. 48
A. Strategi Komunikasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda dalam
Mensosialisasikan Layanan Home Care .............................................................. 48
1. Formulasi Strategi Komunikasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
dalam Mensosialisasikan Layanan Home Care .............................................. 49
2. Implementasi Strategi Komunikasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
dalam Mensosialisasikan Layanan Home Care .............................................. 53
3. Evaluasi Strategi Komunikasi Rumah Sakit Ibu dan Anak dalam
Mensosialisasikan Layanan Home Care ......................................................... 61
B. Tabel Hasil Temuan .............................................................................................. 64
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 65
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 65
B. Saran ..................................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 67
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Pemerikasaan Laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda ............ 43
Tabel 2 : Hasil Penelitian .................................................................................................. 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Kegiatan sosialisasi kepada pasien rawat inap Rumah Sakit Ibu dan Anak
Citra Ananda .............................................................................................. 54
Gambar 4.2 : Kegiatan home care ketika menjemur bayi ................................................. 55
Gambar 4.3: Kegiatan home care ketika massage bayi .................................................... 56
Gambar 4.4 : Kegiatan home care ketika memandikan bayi ............................................ 57
Gambar 4.5 : Kegiatan home care ketika konselor laktasi ................................................ 58
Gambar 4.6 : Postingan media sosial instagram pada pelayanan home care Rumah Sakit
Ibu dan Anak Citra Ananda ....................................................................... 59
Gambar 4.7 : Website fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
dan salah satunya pelayanan home care .................................................... 59
Gambar 4.8 : Sounding pelayanan home care pada saat seminar yang diselenggarakan
oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak ................................................................ 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, manusia senantiasa berusaha untuk
memperbaiki kualitas hidupnya. Termasuk kualitas kesehatan yang merupakan
bagian penting dalam kehidupan manusia. Pada saat ini kesehatan telah dianggap
penting. Berbagai bentuk upaya dilakukan manusia untuk terus hidup dan
berkembang menjadi lebih baik.
Menurut UU Kesehatan No. 23/1992 sehat adalah suatu keadaan yang
optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan tidak hanya terbatas pada keadaan
bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Tujuan sehat yang ingin dicapai oleh
sistem kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.1
Meningkatnya jumlah rumah sakit baik pemerintah maupun swasta menjadi
tantangan bagi pengelola rumah sakit karena menimbulkan persaingan di bidang
pelayanan kesehatan. Rumah sakit yang memiliki pelayanan bagus dan citra yang
baik akan bertahan. Rumah sakit harus mampu menyediakan pelayanan yang
berkualitas dengan harga bersaing guna tercapainya kepuasan konsumen dan akan
berdampak pada munculnya kepercayaan dari konsumen.
Dengan tingkat kebutuhan dalam bidang kesehatan, guna terwujudnya derajat
kesehatan dalam setiap individu maka setiap institusi atau organisasi yang
bergerak di bidang kesehatan selalu melakukan peningkatan kualitas dan
1 Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan (edisi 2), (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,
2004), h. 45.
2
kelayakan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau pada seluruh lapisan
masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
menjalankan fungsinya dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda Ciputat merupakan salah satu
rumah sakit swasta yang memiliki layanan home care di wilayah Tangerang
Selatan. Mengingat jasa pelayanan home care masih sangat minim di Kota
Tangerang Selatan. Hal tersebut sejalan dengan visi Rumah Sakit yang ingin
menjadi rumah sakit terdepan dalam pelayanan kesehatan dalam bidang ibu dan
anak di Indonesia khususnya di Tangerang Selatan dengan pelayanan berkualitas
tinggi untuk semua lapisan masyarakat. Home care adalah komponen dari
pelayanan kesehatan yang disediakan untuk individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka dengan tujuan mempromosikan, mempertahankan, atau
memaksimalkan level kemandirian.2
Sejarah perkembangan home care di mulai pada awal abad ke-19, tren konsep
perawatan mulai dibalik yang tadinya dengan konsep pelembagaan kemudian
menjadi perawat yang mengunjungi rumah pasien untuk melakukan tindakan yang
diperlukan. Pada akhir abad ke-19 sebagian besar perawat bekerja di rumah pasien
dan bertugas untuk membantu ibu baru dan mengobati orang dengan penyakit
menular. Permintaan pada masa itu terus meningkat sehingga pemiliki asuransi
jiwa membuka jasa home care. Tercatat terdapat sekitar 1.413 sampai 1.909
perawat yang bekerja atas 566 asosiasi. Pada tahun 1930 perubahan pola penyakit
menular digantikan oleh penyakit kronis degeneratif penyebab kematian.
Sehingga perawatan di rumah sedang dicari dan pada saat itu pula jasa home care
2 Abdul Muhith dan Sandu Siyoto, Pendidikan Keperawatan Gerontik, (Yogyakarta: CV
Andi Offset, 2016), h. 123.
3
menjadi sedikit termarjinalkan. Selanjutnya pada tahun 1982 National Home Care
Association (Asosiasi Nasional Perawatan Rumah) didirikan untuk memberikan
perawatan berkualitas tinggi untuk pasien di rumah sakit dan di rumah. Selama 40
tahun terakhir telah terjadi perubahan bertahap terhadap penggunaan jasa home
care, kecenderungan kondisi kerja seperti yang ada di perkotaan di mana suami
dan istri bekerja dan menempatkan pekerjaannya pada jam yang sama.3
Program home care di Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda lebih
menitikberatkan pada pelayanan ibu baru melahirkan karena dalam praktiknya
bagi sebagian besar orang tua yang memiliki anak pertama masih minim
pengetahuan akan perawatan bayi yang baru lahir.
Dengan adanya program home care diharapkan orang tua yang baru pertama
kali memiliki anak mendapat penyuluhan sekaligus praktik dengan tahapan-
tahapan yang benar dalam menangani bayi yang baru lahir. Memberikan kualitas
pelayanan medik dan non medik yang prima didukung oleh sumber daya manusia
yang berkualitas. Sehingga muncul kepercayaan dari konsumen untuk
menggunakan jasa home care.
Allah SWT berfirman:
ان ثم والعدوان واتقىا الل دددد ... وتعاونىا عل البس والتقىي ول تعاونىا عل ال الل
العقاب
Artinya: … dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat
berat siksa-Nya. (QS. Al-Ma'idah: Ayat 2)
3 Cecep Triwibowo, Home Care Konsep Kesehatan Masa Kini, (Yogyakarta: Nuha
Medika, 2012), h. 39-41.
4
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أنفعهم للناس خيس الناس
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”.
(HR. Ahmad)
Dalam hukum Islam dijelaskan bahwa sesama manusia haruslah saling tolong
menolong dan dalam menanggapi keinginan pasien yang berbeda-beda maka
pihak jasa pelayanan kesehatan harus menjalin komunikasi yang baik dengan
pasien agar dapat mamahami keluhan pasien. Maka dari itu dalam menangani hal
tersebut memerlukan strategi, salah satunya strategi komunikasi.
Suatu lembaga harus mampu berkomunikasi efektif dengan semua lapisan
guna meningkatkan pelayanan dalam suatu lembaga. Harold D. Lassswell
mengemukakan bahwa komunikasi memiliki komponen yaitu “Who Says What In
Wich Channel To Whom With What Effect” yang didalamnya mencakup siapakah
komunikatornya? Pesan apa yang disampaikan? Media apa yang digunakan?
Siapa komunikannya? Dan Efek apa yang ditimbulkan?.4
Strategi komunikasi merupakan suatu langkah yang telah direncanakan untuk
mencapai tujuan dengan menggunakan program kegiatan, pesan, dan media
tertentu. Strategi komunikasi adalah suatu perpaduan dalam perencanaan
komunikasi dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan, oleh karena itu strategi
komunikasi diperlukan untuk menunjukkan arah bagaimana suatu operasional
4 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), h. 29-30.
5
dapat bekerja dengan baik dengan melakukan pendekatan pada situasi dan
kondisi.5
Strategi-strategi yang digunakan haruslah tepat dalam mensosialisasikan
pelayanan rumah sakit guna mempertahankan dan meningkatkan pelayanan di
mata masyarakat luas. Salah satu sikap dasar pelayanan ini akan banyak
membantu untuk dapat memuaskan konsumen dan salah satunya dalam program
home care. Selain kualitas jasa yang dihasilkan harus maksimal, penyampaian
dalam mempromosikan jenis kegiatan pun dituntut tepat sasaran salah satunya
melalui media interaksi tatap muka seperti penyuluhan kepada komunitas ibu
hamil. Sehingga menimbulkan rasa puas dalam diri konsumen atas pelayanan
yang diterima.
Home care Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda memiliki strategi
komunikasi yang menarik jika ditelaah dari sisi interaksi antara tenaga medis
dengan pasien. Interaksi yang dilakukan berupa interaksi tatap muka, interaksi ini
dapat dengan tepat mengetahui keluhan pasien tanpa ada penghambat.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian secara khusus. Mengingat masih minimnya penyedia jasa layanan home
care di Rumah Sakit wilayah Tangerang Selatan, maka peneliti tertarik
mengambil judul “Strategi Komunikasi Rumah Sakit Ibu Dan Anak Citra
Ananda Ciputat Dalam Mensosialisasikan Layanan Home Care”
5 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Percetakan Offset
Alumni, 1981), h. 84.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah hanya pada
aktivitas yang terkait dengan strategi komunikasi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Ananda Ciputat dalam mensosialisasikan layanan home care.
Pembatasan ini dilakukan untuk lebih fokus dan menghindari perluasan
pembahasan.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah tersebut, peneliti membuat rumusan masalah
sebagai berikut: bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan Rumah
Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda Ciputat dalam mensosilaisasikan layanan
home care?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan oleh peneliti, maka
tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui bagaimana strategi
komunikasi yang dilakukan Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
Ciputat dalam mensosialisasikan layanan home care.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu
dalam bidang ilmu komunikasi dan juga dapat menjadi stimulus pada
penelitian selanjutnya guna lebih sempurna. Penelitian ini juga
7
diharapkan dapat memperkaya teori-teori strategi komunikasi bagi
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
b. Manfaat Praktis
Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi masukan positif bagi
proses penyampaian komunikasi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dapat menambah ilmu dan wawasan untuk pembaca
tentang strategi komunikasi dalam mensosialisasikan layanan home
care. Serta dapat menjadi masukan dan pedoman kepada penyedia
jasa di bidang kesehatan dan khususnya Rumah Sakit Ibu dan Anak
Citra Ananda.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah meninjau beberapa tulisan buku dan skripsi di perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, ditemukan beberapa skripsi yang judul dan
pembahasannya memiliki kesamaan. Untuk dijadikan rujukan awal peneliti
menemukan beberapa sumber kajian lain yang lebih terdahulu yang membahas
terkait dengan strategi komunikasi.
Rujukan pertama berjudul “Strategi Komunikasi Wali Care Foundation dalam
Mensosialisasikan Program Pendidikan, Sosial, dan Kemanusiaan” oleh Halimatu
Sa’diyah (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015).
Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan
Wali Care Foundation untuk mensosialisasikan program pendidikan, sosial, dan
8
kemanusiaan. Persamaan skripsi ini adalah lebih memfokuskan kepada strategi
komunikasi. Sedangkan perbedaannya ada pada subjek penelitiannya.
Rujukan kedua berjudul “Strategi komunikasi PT. Arminareka Perdana dalam
Mempromosikan Program Haji Plus dan Umrah” oleh Gilang Kusuma Rukmana
(Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015). Penelitian ini
berfokus kepada bagaimana strategi komunikasi PT. Arminareka Perdana yang
berfokus kepada mempromosikan program. Sedangkan yang akan penulis teliti
berfokus kepada pelayanan home care.
Rujukan ketiga berjudul “Strategi Komunikasi Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Tangerang dalam Pelaksanaan Pelayanan Kebersihan” oleh Tata
Suryana Wijaya Alamsyah (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2016). Penelitian ini berfokus kepada bagaimana strategi komunikasi Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang dalam pelaksanaan pelayanan
kebersihan. Persamaan skripsi ini adalah meneliti strategi komunikasi. Sedangkan
perbedaannya terdapat pada subjek penelitiannya.
E. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma konstruktivisme.
Pengetahuan dapat di gambarkan sebagai hasil atau konsekuensi dari
aktivitas manusia, pengetahuan merupakan konstruksi manusia, tidak
pernah dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap tetapi
sebagai permasalahan dan selalu berubah. Artinya, bahwa aktivitas
9
manusia itu merupakan aktivitas mengkonstruksi realitas, dan hasilnya
tidak merupakan kebenaran yang tetap, tetapi selalu berkembang terus.6
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Menurut Moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain sebagainya.7 Hal tersebut dikarenakan penelitian kualitatif
memberikan pemahaman-pemahaman dari apa yang telah ditemukan
dilapangan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Metode ini mempelajari masalah-masalah yang ada di masyarakat serta
tata cara yang berlaku dalam masyarakat termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.8
Metode ini memaparkan data dengan menerangkan, memberi gambaran
yang terkumpul kemudian disimpulkan. Metode deskriptif kualitatif
dapat disimpulkan sebagai sebuah metode yang bertujuan untuk
melukiskan atau menggambarkan keadaan di lapangan secara sistematis
dengan fakta-fakta.
6 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2013), h. 49. 7 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), h. 9. 8 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), h. 54-55.
10
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah tempat di mana penulis memperoleh
keterangan atau data yaitu pada divisi Marketing External, Wakil Kepala
Bidang Keperawatan, dan Perawat Home Care di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Ananda Ciputat. Sedangkan objek penelitiannya adalah
bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh divisi Marketing
External, Wakil Kepala Bidang Keperawatan, dan Perawat Home Care
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda Ciputat dalam
mensosialisasikan layanan home care.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Citra
Ananda yang terletak di Jl. RE. Martadinata No. 30, Ciputat Kota
Tangerang Selatan Banten 15411. Di mulai dari bulan Maret 2018 hingga
Mei 2018.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian penting yang memiliki beberapa
teknik. Teknik di bawah ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti
mendapatkan data yang lengkap dan tepat untuk penelitian ini. Berikut
beberapa teknik dari pengumpulan data yang digunakan:
a. Wawancara
Wawancara menurut Gorden merupakan percakapan antara dua
orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan
mendapatkan informasi untuk suatu tujan tertentu.9 Wawancara akan
9 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2010), h. 118.
11
dilakukan peneliti secara langsung dengan Nur Bayti selaku divisi
Marketing External Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
Ciputat dan Dewi Supraba selaku Penanggung Jawab Home Care
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda. Wawancara ini bertujuan
untuk menggali keterangan yang mendalam seputar topik yang
terkait dengan permasalahan ini sehingga terkumpul informasi yang
diperlukan oleh peneliti.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki dilapangan.10
Penelitian yang dilakukan penulis dengan cara mengamati
komunikasi dalam pelayanan home care yang dilakukan Rumah
Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda Ciputat, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data untuk menelusuri data
historis, data dapat berbentuk surat, catatan harian, kenang-
kenangan, dan laporan.11
Dalam hal ini dokumentasi diperoleh
melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari perusahaan yang
diteliti berupa hasil wawancara dan foto kegiatan perusahaan.
10
Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
h. 181. 11
Elvinaro Adrianto, Metodologi Penelitian untuk Public Relations, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2010), h. 167.
12
6. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif memiliki tiga langkah menurut Miles dan
Huberman yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.12
Berikut
penjelasannya:
a. Reduksi Data
Mereduksi data dapat disetarakan dengan istilah pengolahan data,
mencakup hasil pengumpulan data selengkap mungkin dan memilah-
milah dan memfokuskan hal penting ke dalam suatu konsep atau
tema tertentu.13
b. Penyajian Data
Penyajian data dapat diuraikan dalam bentuk uraian singkat dan
dalam penelitian kualitatif penyajiannya dengan teks yang bersifat
naratif.14
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan disajikan dalam bentuk deskriptif dengan berpedoman
pada kajian penelitian.
12
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, Cet 6, 2010), h.
91. 13
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, cet 8, 2012), h. 70. 14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, Cet 6, 2010), h.
95.
13
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran terhadap keseluruhan tentang hal-hal yang
diuraikan dalam penulisan ini, maka peneliti membuat sistematika penulisan yang
terbagi menjadi beberapa sub sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, batasan masalah dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai strategi komunikasi dengan sub bab
pengertian strategi, pengertian komunikasi, komponen komunikasi,
proses komunikasi, pengertian strategi komunikasi, langkah-
langkah strategi komunikasi, tujuan strategi komunikasi, faktor-
faktor yang mempengaruhi strategi komunikasi. Sosialisasi layanan
home care yang meliputi sosilaisasi, layanan, rumah sakit, home
care. Strategi komunikasi layanan home care.
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
CITRA ANANDA
Bab ini menguraikan tentang profil Rumah Sakit Ibu dan Anak
Citra Ananda, fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Citra Ananda, kerjasama dan kemitraan, tempat dan informasi, dan
struktur organisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda.
14
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini membahas tentang hasil penelitian yang terdiri dari
formulasi strategi komunikasi, implementasi strategi komunikasi,
dan evaluasi strategi komunikasi di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Citra Ananda Ciputat dalam mensosialisasikan layanan home care.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari seluruh
pembahasan pada bab-bab sebelumnya, menjawab permasalahan
pokok yang dikemukakan sebelumnya, dan memberikan saran-
saran terkait dengan hasil temuan.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Komunikasi
1. Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang
artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Dengan
demikian, strategi dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul
kata strategos yang artinya pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi,
strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang
jendral (The Art of General), atau suatu rancangan yang terbaik untuk
memenangkan peperangan.1
Kata strategi pertama kali digunakan dalam dunia kemiliteran di mana
kata tersebut konsep awalnya adalah bagaimana tentara menggunakan
seni memimpin tentara dalam perang untuk memenangkan sebuah
peperangan. Martin-Anderson mengungkapkan bahwa strategi adalah
seni di mana melibatkan kemampuan intelegensia atau pikiran untuk
membawa semua sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan
dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan efisien.2
Strategi ialah rencana yang disatukan dan mengikat semua bagian
perusahaan menjadi satu. Strategi dapat dikatakan menyeluruh karena
meliputi semua aspek penting perusahaan. Strategi juga terpadu karena
1 Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2013), h. 61. 2 Ahmad Sultra Rustan dan Nurhakki Hakki, Pegantar Imu Komunikasi, (Yogyakarta:
Deepublish, 2017), h. 119-120.
16
semua bagian rencana serasi antara satu sama lain dan bersesuaian. J L
Thompson (1995) mendefinisikan strategi.3
Menurut Onong Uchjana Effendy, strategi pada hakikatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi
harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.4
Dengan demikian strategi merupakan sebuah cara atau rencana yang
digunakan organisasi atau kelompok untuk mencapai sebuah hasil
akhir. Strategi erat kaitannya dengan suatu tujuan yang ingin dicapai
oleh suatu organisasi. Strategi merupakan keputusan yang sangat
menentukan karena dengan adanya strategi, suatu organisasi dapat
menjalankan visi misi menjadi terarah dan tepat sasaran.
2. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio yang
berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Secara terminologis
komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain dan yang terlibat dalam komunikasi
adalah manusia.5
3 Sandra Oliver, Public Relations Strategy, dialih bahasakan oleh Sigit Purwanto, Strategi
Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 2. 4 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 29. 5 Onong Uchjana Effendy, Dinamuka Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), h. 3-4.
17
Komunikasi merupakan proses pembagian dan pertukaran ide,
informasi, pengetahuan, sikap atau perasaan di antara dua atau
lebih orang yang mempunyai dan menggunakan tanda ada simbol-
simbol yang sama.6
Menurut Benard Berelson dan Garry A. Stainer dalam buku Human
Behavior, komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan,
emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan
lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain.
Kegiatan atau prosesn penyampaiannya biasanya dinamakan
komunikasi.7
Sedangkan definisi komunikasi menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
1) Menurut Harold D. Lassswell, komunikasi adalah segala
sesuatu harus dipertautkan dengan komponen-komponennya
yaitu “Who Says What In Wich Channel To Whom With What
Effect” yang didalamnya mencakup siapakah komunikatornya?
Pesan apa yang disampaikan? Media apa yang digunakan?
Siapa komunikannya? Dan Efek apa yang ditimbulkan?.8
2) Sedangkan menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah upaya
yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas
6 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 37. 7 Rosady Ruslan, Kiat & Strategi Kampanye Public Relations, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2002), h. 17. 8 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), h. 29-30.
18
penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan
pendapat dan sikap.9
3) Menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses
penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan
melalui lembaga tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.10
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan untuk memberi tahu, mengubah sikap, dan
pendapat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
media tertentu dan memimbulkan efek atau umpan balik, dengan
maksud dan tujuan tertentu.
b. Komponen-Komponen Komunikasi
Proses komunikasi dapat terjadi apabila seseorang menyampaikan
pesan kepada orang lain dengan maksud dan tujuan tertentu.
Sehingga komunikasi memuat komponen-komponen sebagai
berikut:11
1) Komunikator
Komunikator adalah orang yang mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk
memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan untuk
mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain.
9 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 10. 10
H.A.W Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 200), h.
13. 11
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 7-9.
19
2) Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator
dalam menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol
verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan
tata bahasa serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan.
3) Pesan
Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun
non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan
khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain.
Pesan merupakan unsur yang sangat penting, komunikasi akan
efektif apabila komunikan menginterpretasi makna pesan
sesuai keinginan komunikator.
4) Saluran atau media
Penggunaan saluran atau media dalam komunikasi
interpersonal semata-mata dilakukan karena kondisi yang tidak
memungkinkan berkomunikasi secara tatap muka.
5) Komunikan
Komunikan adalah orang yang menerima, memahami, dan
menginterpretasi pesan. Penerima bersifat aktif, selain
menerima pesan melakukan pula proses inerpretasi dan
memberikan umpan balik. Sehingga dapat dikatakan efektif
apabila makna pesan dapat dipahami secara bersama.
20
6) Decoding
Penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk
“mentah” berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus
diubah kedalam pengalaman-pengalaman yang mengandung
makna.
7) Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk
dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon
dapat bersifat positif, netral, maupun negatif. Pada hakikatnya
respon merupakan informasi bagi sumber sehingga ia dapat
menilai efektivitas komunikasi untuk selanjutnya
menyesuaikan diri dengan situasi yang ada.
8) Gangguan (noise)
Noise dapat terjadi di dalam komponen-komponen manapun
dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja yang
mengganggu dan atau membuat kacau penyampaian dan
penerimaan pesan, termasuk bersifat fisik dan psikis.
9) Konteks Komunikasi
Konteks komunikasi memiliki tiga dimensi yaitu ruang, waktu,
dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada lingkungan kongkret
dan nyata tempat terjadinya komunikasi. Konteks waktu
menunjuk pada waktu kapan komunikasi dilaksanakan.
21
c. Proses Komunikasi
1) Proses komunikasi secara primer
Proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol
sebagai media, seperti bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan
lain-lain, yang dilakukan secara langsung, tanpa ada media lain
atau yang kedua sebagai alat penyampai. Lambang bahasa
paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena hanya
bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang
yang abstrak sekalipun.12
2) Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama. Media kedua digunakan komunikator
dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan berada
di tempat yang lebih jauh atau jumlahnya banyak. Medianya
seperti surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio,
televisi, film, dan lain-lain.13
3. Strategi Komunikasi
a. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan
komunikasi (communication planning) dan manajemen
12
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 48. 13
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 16.
22
(management communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk
mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus
dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa
berbeda sewaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi.14
Strategi komunikasi dapat diartikan sebagai berikut:
1) Strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan
mempromosikan suatu visi komunikasi dan satuan tujuan
komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.
2) Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten,
komunikasi yang dilakukan berdasarkan satu pilihan
(keputusan) dari beberapa opsi komunikasi.
3) Strategi berbeda dengan taktik, strategi komunikasi
menjelaskan tahapan konkret dalam rangkaian aktivitas
komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi
pengimplementasian tujuan komunikasi. Adapun taktik adalah
satu pilihan tindakan komunikasi tertentu berdasarkan strategi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
4) Adalah tujuan akhir komunikasi, strategi berperan
memfasilitasi perubahan perilaku untuk mencapai tujuan
komunikasi manajemen.15
14
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), h. 29. 15
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 240.
23
Strategi dalam komunikasi adalah kemampuan untuk mengatur
suatu cara terbaik agar apapun yang menjadi tujuan seseorang
dapat tercapai. Kemampuan ini merupakan kemampuan untuk
memilih pola pembicaraan terbaik agar maksud dan tujuan
pembicaraan tercapai, dengan cara menyusun struktur kerangka
pembicaraan dalam pikiran sebelum pembicaraan berlangsung, dan
dengan menggunakan bahasa dan pemilihan kata yang tepat.
b. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi
Seperti yang telah dikatakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa
strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan
komunikasi dengan manajemen komunikasi. Maka tahapan yang
digunakan adalah perpaduan antara perencanaan komunikasi
dengan manajemen komunikasi. Dalam strategi ada tiga tahap:16
1) Formulasi Strategi (strategy formulation)
Penyusun strategi harus memutuskan alternatif strategi mana
yang lebih banyak mendapatkan keuntungan untuk perusahaan.
Keputusan formulasi strategi mengikat organisasi terhadap
produk, pasar, sumber daya, dan teknologi tertentu untuk
jangka waktu panjang. Strategi menentukan keunggulan
bersaing jangka panjang dan keputusan strategi memiliki
konsekuensi multifungsi yang besar dan berdampak panjang
pada organisasi.
16
Fred R David, Manajemen Strategik: Suatu Pendekatan Keunggulan Bersaing-Konsep
(Edisi 15), terj. Novita Puspasari dan Liza Nurbani P, (Jakarta: Salemba Empat, 2016), h. 4 dan
285.
24
2) Implementasi Strategi (strategy implementation)
Implementasi strategi sering kali disebut “tahapan aksi” dari
manajemen strategi. Mengimplementasikan strategi artinya
memobilisasi tenaga medis perusahaan untuk mengubah
strategi yang diformulasikan ke dalam tindakan. Sering kali
tahap ini paling sulit karena membutuhkan disiplin, komitmen,
pengorbanan personal. Kemampuan interpersonal sangat
penting bagi keberhasilan implementasi strategi. Setiap divisi
harus memutuskan jawaban pertanyaan seperti “Apa yang
harus kita lakukan untuk mengimplementasikan bagian kita
dalam strategi perusahaan? Dan seberapa baik kita dapat
melakukan pekerjaan dengan benar?” tantangan dari
implementasi adalah menstimulasi tenaga medis perusahaan
untuk bekerja dengan rasa bangga dan antusias dalam
mencapai tujuan yang sudah di buat.
3) Evaluasi Strategi (strategi evaluation)
Evaluasi strategi sangat penting untuk kelangsungan
organisasi. Evaluasi strategi memiliki tiga aktivitas dasar yaitu
memeriksa dasar strategi perusahaan, membandingkan hasil
yang diharapkan dengan hasil aktual, dan mengambil tindakan
koreksi untuk memastikan kinerja sesuai rencana. Tahap ini
perlu dilakukan guna mencari kekurangan yang harus
diperbaiki dan kelebihan yang harus dipertahankan untuk
jangka panjang perusahaan.
25
c. Tujuan Strategi Komunikasi
1) Memberitahu (Announcing)
Pemberitahuan tentang kapasitas dan kualitas informasi,
informasi yang akan dipromosikan sedapat mungkin berkaitan
dengan informasi utama dari seluruh informasi yang demikian
penting.
2) Memotivasi (Motivating)
Dalam menyebarkan informasi tidak semua khalayak belum
tentu mengetahui informasi tersebut sehingga informasi yang
disebarkan diusahakan terdapat unsur memotivasi.
3) Mendidik (Educating)
Tujan strategi komunikasi selanjutnya adalah mendidik. Selain
memotivasi, informasi yang disampaikan kepada khalayak
juga memuat unsur mendidik.
4) Menyebarkan Informasi (Informating)
Menyebarluaskan informasi kepada masyarakat atau audiens
yang menjadi sasaran dan diusahakan informasi yang
disebarluaskan merupakan informasi yang spesifik dan aktual.
5) Mendukung Pembuatan Keputusan (Supporting Decision
Marketing)
Dalam rangka pembuatan keputusan, maka informasi yang
dikumpulkan, dikategorisasi, dianalisis sedemikian rupa,
26
sehingga dapat dijadikan informasi utama bagi pembuat
keputusan.17
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Komunikasi
1) Mengenali Sasaran Komunikasi
Sebelum melancarkan komunikasi, sebaiknya perlu memahami
komunikan yang akan menjadi sasaran komunikasi terlebih
dahulu. Faktor yang perlu diperhatikan dalam komunikan
adalah faktor kerangka referensi, keragka referensi seseorang
terbentuk dari hasil pengalaman, pendidikan, gaya hidup,
norma hidup, status sosial dan lain sebagainya. Faktor yang
kedua adalah situasi dan kondisi pada saat komunikan akan
menerima pesan yang disampaikan dan kondisi adalah state of
personality komunikan yaitu keadaan fisik dan psikis
komunikan pada saat menerima pesan.
2) Pemilihan Media Komunikasi
Media komunikasi banyak bentuknya seperti media tulis atau
cetak, visual, aural, dan audio-visual. Untuk mencapai sasaran
komunikasi, seorang komunikator dapat memilih media yang
sesuai bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang
akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan.
3) Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu, pesan
komunikasi terdiri atas isi pesan (the content of the message)
17
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana Preanda Media
Group, 2011), h. 248-249.
27
dan lambang (syimbol). Isi pesan komunikasi bisa satu tetapi
lambang yang dipergunakan bisa bermacam-macam seperti
bahasa, gambar, warna, kial (gesture), dan sebagainya.
Lambang yang paling banyak digunakan dalam berkomunikasi
adalah bahasa karena bahasa dapat mengungkapkan pikiran
dan perasaan, fakta dan opini, hal yang kongkret dan yang
abstrak, dan lain sebagainya.
4) Peran Komunikator dalam Komunikasi
Faktor penting yang ada pada diri komunikator adalah daya
tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber
(source credibility). Seorang komunikator akan berhasil dalam
komunikasi jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator
ikut serta dengannya atau komunikan merasa ada kesamaan
antara komunikator, sehingga komunikan bersedia taat pada
pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Selanjutnya
kredibilitas sumber atau kepercayaan komunikan pada
komunikator, seorang komunikator harus bersifat empatik
dalam menghadapi komunikannya.18
B. Sosialisasi Layanan Home Care
1. Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses dalam mana individu menerima kemudian
menginternalisasikan menghayati banyak nilai sosial, kepercayaan,
18
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 35-39.
28
pola-pola perilaku dari kebudayaan mereka. Proses sosialisasi
berlangsung secara interaktif dan resiprokal. Dengan proses tersebut,
individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya
berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu
masyarakat.19
Sosialisasi menurut para ahli antara lain sebagai berikut:
a. Charlotte Buehler, sosialisasi adalah proses yang membantu
individu untuk belajar dan menyesuaikan diri tentang bagaimana
cara hidup dan cara berpikir kelompoknya agar dapat berperan
dan berfungsi dalam kelompoknya. Akan tetapi, selama individu
merasa memerlukan kelompoknya, ia bersedia untuk mengadakan
beberapa kompromi terhadap tuntutan kelompok.
b. Bruce J. Cohen, sosialisasi adalah proses manusia mempelajari
tata cara kehidupan dalam masyarakatnya untuk memperoleh
kepribadian dan membangun kapasitas untuk berfungsi, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok.
c. Robert M.Z. Lawang, sosialisasi adalah proses mempelajari
norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang
diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam
kehidupan sosial.20
Informasi yang disosialisasikan oleh sebuah organisasi, lembaga
pemerintahan atau bahkan individu pasti tujuannya untuk memberikan
19
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 880. 20
Janu Murdiyatmoko, Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat, (Bandung:
Grafindo Media Pratama, 2007), h.101.
29
pengetahuan kepada target sosialisasinya sesuai dengan tujuan yang
telah di buat.21
2. Layanan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, layanan adalah perihal
atau cara melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan
uang atau jasa.22
Layanan erat kaitannya dengan hal pemberian
kepuasan terhadap pelanggan, layanan dengan mutu yang baik dapat
memberikan kepuasan yang baik pula bagi pelanggannya sehingga
pelanggan dapat lebih mudah merasa diperhatikan akan
keberadaannya oleh pihak perusahaan atau organisasi.
Pelayanan kesehatan tidak hanya berfokus pada pelayanan kesehatan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan saja tetapi secara
bersamaan turut menyelenggarakan pelayanan kesehatan lainnya
seperti promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Serta pelayanan
kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh
pasien.23
Pemenuhan hak-hak asasi pasien dalam upaya kesehatan mengacu
Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 yang
mengatakan bahwa, setiap orang berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan. Dikenal ada dua jenis hak asasi manusia di bidang
kesehatan yaitu:
21
James M. Hanselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi, (Jakarta: Erlangga, 2007), h.77. 22
http://kamusbahasaindonesia.org/pelayanan diakses pada tanggal 31 Januari 2018 pukul
11.00 WIB. 23
Naomy Marie Tando, Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, (Jakarta: IN
MEDIA, 2013), h. 164.
30
a. Hak atas pelayanan kesehatan, hak pasien sebagai anggota sosial
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu.
b. Hak untuk menentukan dirinya sendiri, hak dasar individual yang
dilindungi oleh hukum untuk menyetujui atau tidak menyetujui
apa yang boleh dilakukan atau tidak dilakukan terhadap diri
pasien dalam upaya kesehatan.24
Organisasi pelayanan kesehatan merupakan suatu organisasi yang
aktivitas pokoknya melakukan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu atau berkualitas.25
Sistem pelayanan kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan
kesehatan dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut di
setiap wilayah, negara, dan organisasi yang melahirkan sumber daya
dalam bentuk sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya.26
Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam strategi peningkatan
mutu pelayanan untuk mencapai pelayanan prima, yaitu:
a. Pelanggan dan harapannya
Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu
pelayanan, harapan pelanggan harus diidentifikasi dan
diprioritaskan dan membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.
24
Naomy Marie Tando, Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, (Jakarta: IN
MEDIA, 2013), h. 165. 25
M. Fais Satrianegara, Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, (Jakarta:
Salemba Medika, 2014), h. 9. 26
Naomy Marie Tando, Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, (Jakarta: IN
MEDIA, 2013), h. 167.
31
b. Perbaikan kinerja
Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutna
adalah mengidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter
untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan pemberian
reward.
c. Proses perbaikan
Proses perbaikan juga penting. Sering kali kinerja disalahkan
karena masalah pelayanan dan ketidak puasan pelanggan. Dengan
melibatkan staf dalam proses pelayanan, maka dapat
mengidentifikasi masalah dan menguji pemecahan masalah.
d. Budaya yang mendukung perbaikan terus-menerus
Untuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang
tertib. Itulah sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi
sehingga dapat mendukung peningkatan mutu.
3. Rumah Sakit
Menurut Pasal 1 UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 27
Rumah sakit memiliki fungsi yaitu sebagai sarana pelayanan
kesehatan maupun bagian mata rantai rujukan pelayanan kesehatan.
Rumah sakit telah berkembang dari suatu lembaga kemanusiaan,
keagamaan, dan sosial yang murni menjadi suatu lembaga yang lebih
27
www.depkes.go.id diakses pada tanggal 15 Februari 2018 pukul 17.25 WIB.
32
mengarah dan lebih berorientasi kepada “bisnis”, terlebih para
pemodal diperbolehkan untuk mendirikan rumah sakit dibawah badan
hukum yang bertujuan mencari laba.28
Rumah sakit yang diteliti oleh peneliti adalah rumah sakit swasta.
Rumah sakit swasta harus diakui keberadaannya dan peran sertanya
dalam mewujudkan Indonesia sehat. Begitu pula dengan kualitas dan
sistem pelayanannya harus memenuhi standar serta pemenuhan
tuntutan dan keinginan konsumen atau pasien. Dalam rumah sakit
swasta lebih memprioritaskan pasien dan peralatan penunjang medis
juga lebih canggih dan modern dari rumah sakit pemerintah. Dengan
pelayanan dan kelengkapan fasilitas masyarakat lebih cenderung
memilih rumah sakit swasta.29
4. Home Care
Home care adalah komponen dari pelayanan kesehatan yang
disediakan untuk individu dan keluarga di tempat tinggal mereka
dengan tujuan mempromosikan, mempertahankan, atau
memaksimalkan level kemandirian.30
Menurut Departemen Kesehatan RI 2006, peran home care adalah
untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang beresiko tinggi mempunyai masalah kesehatan.31
Sedangkan
menurut Warola (1980) mendefinisikan home care sebagai pelayanan
28
Indra Bastian, Akuntansi Kesehatan, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 26-27. 29
Indra Bastian, Akuntansi Kesehatan, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 109. 30
Abdul Muhith dan Sandu Siyoto, Pendidikan Keperawatan Gerontik, (Yogyakarta: CV
Andi Offset, 2016), h. 123. 31
Ferry Efendi dan Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), h. 7.
33
yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga,
direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan
yang diorganisasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan di rumah
melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak).
Layanan home care di bidang keperawatan dalam home health care,
mencakup fungsi langsung dan tidak langsung. Direct care yaitu
aspek fisik aktual dari perawatan, semua yang membutuhkan kontak
fisik dan interaksi face to face. Direct care juga mencakup tindakan
mengajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana menjalankan suatu
prosedur dengan benar.32
Pelayanan home care yang dilakukan berfokus kepada bayi yang baru
lahir. Bayi adalah makhluk yang unik dan individu yang spesifik. Bila
bayi berkembang maka akan membuat orangtua sensitif untuk
mengetahui keinginan dan apa yang normal baginya.33
Dalam dunia kesehatan bayi baru lahir dapat disebut dengan periode
neonatal, periode ini terhitung sejak bayi baru lahir ke dunia hingga 4
minggu sesudah lahir. Pada periode neonatal, bayi dalam proses
adaptasi dengan dunia luar yang jauh berbeda dari keadaan di dalam
rahim. Perubahan yang paling besar dan paling dirasakan oleh bayi
adalah suhu lingkungan. Di samping itu, bayi juga sudah dituntut
32
Cecep Triwibowo, Home Care Konsep Kesehatan Masa Kini, (Yogyakarta: Nuha
Medika, 2012), h. 39-41. 33
M. Sholeh Kosim, Ari Yunanto, Rizalya Dewi, Gatot Irwan Sarosa, Ali Usman, Buku
Ajar Neonatologi, (Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2014), h. 265.
34
melakukan metabolisme dan melaksanakan segala sistem tubuhnya
sendiri seperti bernapas, mencerna, eliminasi, dan lain-lain.34
Adapun kunjungan dilakukan pada enam hari setelah persalinan
dengan tujuan:
a. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat.
b. Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-
tanda penyulit.
c. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,
cara merawat tali pusat, dan bagaimana cara menjaga bayi agar
tetap hangat.35
Perkembangan adalah suatu rangkaian peningkatan keterampilan dan
kapasitas untuk berfungsi. Perkembangan yang terjadi pada masa bayi
adalah perkembangan kognisi (tindakan atau proses untuk mengetahui
sesuatu) dan sosioemosional.
Bayi baru lahir merupakan sasaran utama dan pertama pemberian ASI
(Air Susu Ibu). Sebab apabila dari awal tidak dikenalkan dengan ASI,
maka proses pemberian ASI selanjutnya dapat terhambat bahkan
gagal, padahal banyak masalah yang seharusnya tidak terjadi pada
bayi apabila ia diberikan ASI seperti diare, kelebihan berat badan,
berbagai penyakit infeksi, dan lain-lain. ASI merupakan minuman
34
Jumiarni Ilyas, Sri Mulyati, dan Nurlina S, Asuhan Keperawatan Perinatal, (Jakarta:
Buku Kedokteran EGC, 1994), h. 23. 35
Anik Maryunani, Asuhan Ibu Nifas & Asuhan Ibu Menyusui, (Bogor: IN MEDIA,
2015), h. 11.
35
paling cocok untuk bayi disamping mengandung zat kekebalan
terutama pada kolostrum.36
ASI eksklusif adalah makanan dan minuman terbaik dan paling ideal
untuk bayi dalam masa 6 bulan pertama kehidupan tanpa diberikan
tambahan makanan apapun. Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai
nutrisi, tidak menumbulkan alergi, mengandung berbagai zat yang
dibutuhkan bayi, meningkatkan daya tahan tubuh, mengandung zat
antibodi, mengurangi kejadian gigi keropos atau pertumbuhan gigi
kurang baik, memberikan keuntungan psikologis antara bayi dengan
ibu.37
C. Strategi Komunikasi Layanan Home Care
Strategi komunikasi di bentuk dengan maksud dan tujuan suatu
perusahaan guna mencapai target yang diinginkan. Pada layanan home care
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda memiliki strategi komunikasi guna
mensosialisasikan layanan home care. Ada tiga tahapan strategi komunikasi
yaitu tahap formulasi, impelmentasi, dan evaluasi. Tahap formulasi adalah
tahap penyusunan strategi yang memuat siapa sasaran pasien home care,
media apa yang digunakan untuk mensosialisasikan layanan home care, dan
peran komunikator dalam layanan home care. Selanjutnya tahap
implementasi adalah tahap aksi atau realisasi dari perencanaan yang sudah di
bentuk dan dibutuhkan kerjasama antar pihak guna tercapainya tujuan
36
Jumiarni Ilyas, Sri Mulyati, dan Nurlina S, Asuhan Keperawatan Perinatal, (Jakarta:
Buku Kedokteran EGC, 1994), h. 23-24. 37
Anik Maryunani, Asuhan Ibu Nifas & Asuhan Ibu Menyusui, (Bogor: IN MEDIA,
2015), h. 121.
36
sosialisasi layanan home care dengan baik. Terakhir tahap evaluasi, tahap ini
adalah tolak ukur dari formulasi yang di bentuk sesuai atau tidak dengan
tahap implementasi. Serta di lihat dari berbagai macam sisi, apakah formulasi
dan implementasi sesuai maka diterapkan dan dipertahankan untuk
kedepannya atau formulasi dan implementasi tidak sesuai maka diambil
tindakan koreksi untuk internal.
37
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA ANANDA
A. Profil Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
Inisiatif untuk mendirikan rumah sakit ini dimulai pada awal 2005. Pada
tahun 2005 PT. Citra Ananda disahkan sebagai badan hukum dengan Rumah
Sakit Bersalin Citra Ananda sebagai unit usaha. Tanggal 20 bulan Maret tahun
2005 ditetapkan sebagai tanggal kelahiran Rumah Sakit Bersalin Citra Ananda.
Pelayanan medik yang tersedia saat itu berupa poliklinik Obstetri dan
Gynecology, Anak, Umum, dan Instalasi Gawat Darurat. Citra Ananda juga
melayani tindakan persalinan normal dan operasi terbatas. Kapasitas tempat tidur
rawat inap yang tersedia adalah sebanyak 25 Bed.
Pada tahun 2012, Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda berada di bawah
manajemen Bunda Medik Healthcare System (BMHS). Telah dilakukan perbaikan
gedung, pembenahan organisasi, penambahan tenaga profesional, baik medis
ataupun non-medis, dan peremajaan peralatan medis. Semua perubahan dilakukan
sesuai dengan standar pemerintah dan kualitas Bunda Medik Healthcare System.
Citra Ananda kemudian menjadi salah satu produk pelayanan kesehatan Bunda
Medik Healthcare System terutama untuk wilayah Tangerang Selatan dan
sekitarnya.
Bunda Medik Healthcare System sendiri adalah salah satu grup perusahaan
swasta nasional yang bergerak di bidang jasa kesehatan dan kedokteran sejak
tahun 1973. Beberapa produk Bunda Medik Healthcare System yang sudah cukup
dikenal antara lain, Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta, Rumah Sakit
38
Umum Bunda Jakarta, Rumah Sakit Umum Bunda Margonda Depok, Rumah
Sakit Umum Citra BMC Padang, Bunda Internasional Clinic, Emergency
Response, Morula IVF, dan lain-lain. Semua produk Bunda Medik Healthcare
System di isi oleh tenaga-tenaga medis yang profesional dan dilengkapi dengan
peralatan-peralatan medis terkini. Bunda Medik Healthcare System telah berhasil
membina suatu kultur pelayanan dengan mutu dan kualitas yang berada prioritas
utama.
Adapun sebutan 11 KB3 yang berarti “Sebelas Kriteria Baik Budaya Bunda”
yaitu:
1. Sopan
2. Menguasai Tentang Pekerjaan
3. Jujur
4. Bekerja Produktif
5. Bersemangat Kerja
6. Bertanggung Jawab
7. Disiplin
8. Mampu Bekerja Sama
9. Berani Bergagas dan Berkeputusan
10. Berkepemimpinan
11. Setia atau Loyal Berlaku untuk semua
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda (RSIACA) merupakan salah satu
rumah sakit bersalin swasta yang ada di Ciputat Tangerang Selatan Provinsi
Banten. RSIACA, dengan fasilitas dan tenaga-tenaga ahli yang dimiliki, ingin
39
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Rumah Sakit
Ibu dan Anak Citra Ananda adalah bagian dari Bundamedik Healthcare System,
yaitu rumah sakit bersalin yang berlokasi di Ciputat Tangerang Selatan dengan
pelayanan umum, spesialistik (Obsgyn dan Anak), penunjang medik, dan
perawatan (rawat jalan dan rawat inap). Motto yang dimiliki oleh Rumah Sakit
Ibu dan Anak Citra Ananda adalah “Melayani Anda dan Keluarga dengan sepenuh
hati”.
Visi merupakan tujuan yang dicapai oleh suatu lembaga atau perusahaan. Visi
yang dimiliki oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda ialah “Menjadi
Rumah Sakit terdepan dalam pelayanan kesehatan swasta dalam bidang ibu dan
anak di Indonesia khususnya di Tangerang Selatan dengan pelayanan berkualitas
tinggi untuk semua lapisan masyarakat.”
Misi merupakan proses atau cara untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai
dalam suatu lembaga atau perusahaan. Begitupun dengan Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Ananda yang memiliki misi sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan jasa rumah sakit yang berkualitas tinggi kepada
semua lapisan masyarakat yang dilayani, khususnya ibu dan anak.
b. Memberikan kualitas pelayanan medik dan non medik yang prima didukung
oleh SDM yang berkualitas.
c. Memberikan pelayanan jasa rumah sakit dengan selalu mengikuti kemajuan
teknologi.
40
B. Fasilitas dan Pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
1. Poliklinik Obgyn
Klinik Obsgyn merupakan pelayanan kesehatan di RSIA Citra
Ananda, memiliki dokter dan perawat yang kompeten di bidangnya.
Serta didukung oleh penggunaan alat USG 2D/3D/4D Voluson S8
sehingga lebih detail untuk mengetahui perkembangan janin pada ibu
hamil. Klinik Obsgyn Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
menyediakan layanan:
a. Pemeriksaan kehamilan berkala
b. Skrining kesehatan janin dan infeksi virus (TORCH)
c. Ultrasound 3D/4D
d. Deteksi dini kelainan pada janin
e. Konsultasi dan pelayanan kontrasepsi
f. Pemeriksaan & skrining kesehatan reproduksi wanita
g. Konsultasi gangguan menstruasi
h. Konsultasi sindrom menopause
i. Papsmear
j. Infertilitas
k. Dll.
2. Poliklinik Anak
Poli Anak merupakan pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit
Ibu dan Anak Citra Ananda, memiliki dokter dan perawat yang
kompeten dalam bidangnya. Poli Anak dapat melayani pemeriksaan
pasien anak umur 0 hari – 16 tahun. Poli Anak Rumah Sakit Ibu dan
41
Anak Citra Ananda melayani konsultasi kesehatan dan pertumbuhan
anak yang ditangani oleh dokter-dokter spesialis anak serta perawat
yang ramah dan terlatih. Klinik Anak Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Ananda menyediakan layanan:
a. Konsultasi kesehatan anak
b. Layanan Imunisasi & vaksinasi
c. Pemeriksaan dan pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita
3. Poliklinik Gigi
Poli Gigi merupakan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Ananda, memiliki tim medis yang kompeten dalam
bidangnya. Poli ini memberikan pelayanan untuk pasien dengan
permasalahan gigi, baik gigi anak maupun dewasa. Pelayanan Poli
Gigi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda:
a. Othodonsia (Kawat gigi)
b. Oral Surgery (Pencabutan Gigi)
c. Dental Cosmetic (Veneer dan Bleaching)
d. Pedodonsia (Pelayanan kesehatan Gigi)
e. Prosthodonsia (Pembuatan gigi Palsu )
f. Konservasi Gigi (Penambalan dan perawatan saluran Akar)
g. Periodonsia (Pembersihan karang gigi, kesehatan gusi, dan
jaringan penyangga gigi)
4. Poliklinik Penyakit Dalam
Klinik Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda adalah unit pelayanan
spesialistik yang membantu pasien dengan berbagai macam keluhan
42
dan gejala yang belum diketahui secara pasti atau spesifik
penyakitnya. Ditangani oleh dokter ahli penyakit dalam yang
professional dan berpengalaman dibidangnya serta ditunjang dengan
fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan pasien, keluhan
pasien mengenai penyakit dalam ditangani dengan baik.
5. IGD dan UGD 24 Jam
RSIA Citra Ananda memiliki pelayanan IGD Umum 24 jam, terdiri
dari Dokter umum, perawat, dan bidan yang siap melayani kasus
gawat darurat anda setiap saat.
Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
merupakan unit layanan medis yang beroperasi 24 jam dengan
menyediakan penanganan bagi pasien gawat darurat dengan segera,
cepat, tepat, dan aman. Didukung dengan fasilitas dan sarana yang
lengkap serta tim medis dan paramedis yang terampil dan
berpengalaman.
UGD Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda didukung pula oleh
pelayanan ambulance yang dilengkapi oleh berbagai peralatan canggih
yang siap memantau kondisi pasien dari waktu kewaktu dan selalu
siaga kapan pun anda. Berbagai fasilitas pendukung medis siap
melayani anda setiap saat 24 jam dalam sehari:
a. Laboratorium 24 jam
b. Farmasi 24 jam
c. Ambulance
d. Layanan UGD 24 jam
43
6. Laboratorium
Instalasi laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
bekerjasama dengan Laboratorium Diagnose, dimana kelengkapan
peralatannya sesuai standar pemerintah dan kualitas Bunda Medik
Healthcare System. Kemudian, instalasi ini didukung oleh tenaga
medis yang ramah, memiliki skill dan ketrampilan yang baik di
bidangnya. Sehingga pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Ananda pasien akan lebih maksimal. Pemeriksaan laboratorium di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda:
Tabel 1: Pemerikasaan Laboratorium Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
Hematologi
Rutinhemostasis
HEMATOLOGI Urinalisis
Faeces
Cairan Tubuh
Diabetes
Lemak
Elektrolit dan Analisa Gas Darah
KIMIA Hati dan Saluran Empedu Pankreas
Ginjal
Jantung
Hepatitis
Infeksi
Torch
PMS
Reproduksi Gestasi
Hormon
IMUNOLOGI Tiroid
Protein Fase Akut
Rematik
Tumor Marker
Osteoporosis
Alergi
Tdm
Napza
MIKROBIOLOGI Mikroskopik
Kultur dan Resistensi
Sumber: company profile Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
44
7. Radiologi
Instalasi radiologi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda adalah
salah satu fasilitas penunjang medis yang beroperasi 24 jam dan
memiliki tenaga medis yang berkompeten di bidangnya.
8. Ambulance
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda juga dilengkapi fasilitas
ambulance untuk merujuk pasien ke fasilitas kesehatan lain jika
diperlukan.
9. Kamar Bersalin
Salah satu pelayanan medis yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Citra Ananda adalah persalinan 24 jam. Petugas medis persalinan
terdiri dari dokter umum, bidan, dan dokter spesialis kandungan
(Obsgyn). Selain tenaga medis yang ramah dan terlatih,
10. Kamar Operasi (Sectio Caesaria)
Sebagai Rumah Sakit Bersalin, Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Ananda dapat melakukan tindakan operasi sectio caesaria dengan
indikasi. Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda memiliki fasilitas
kamar operasi sesuai standar dan didukung oleh tenaga medis, seperti
dokter spesialis, dokter anestesi, dan perawat yang memiliki
kompetensi di bidangnya masing-masing.
11. Home Care (Kunjungan Pasca Melahirkan)
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda memiliki jasa pelayanan
home care, didukung dengan tenaga medis yang sudah memiliki
keahlian dan keterampilan. Pelayanan ini memudahkan pasien karena
45
perawat yang mengunjungi rumah pasien dan memberikan pengajaran
serta edukasi perihal pasca melahirkan.
12. Rawat Inap
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda menyediakan fasilitas kamar
persalinan sebagai salah satu produk pelayanan medis. Rumah Sakit
Ibu dan Anak Citra Ananda memiliki tingkatan kelas kamar rawat
inap. Setiap kelas dilengkapi dengan baik agar dapat mendukung
proses perawatan pasien di rumah sakit. Tenaga medis kami akan
selalu siap sedia melayani kebutuhan pasien sehingga mempercepat
proses penyembuhan.
Fasilitas kamar rawat inap terbagi menjadi 5 jenis yaitu:
a. Fasilitas Kamar Bunda Suite (1 bed)
Televisi, AC, Lemari Es, Sofa Bed, Bed Cover, Paket Towel +
Paket Mandi, Wather Heater + Shower, Pendamping pasien
mendapatkan 3 x makan sehari, Welcome drink, Parcel buah, Tea
set, Meja makan, Tas Cantik dari Pigeon, Konsultasi & Edukasi
Laktasi
b. Fasilitas Kamar Perdana (1 bed)
Televisi, AC, Lemari Es, Sofa Bed, Bed Cover, Paket Towel +
Paket Mandi, Wather Heater + Shower, Pendamping pasien
mendapatkan 2 x makan sehari, Welcome drink, Tas Cantik dari
Pigeon, Konsultasi & Edukasi Laktasi.
46
c. Fasilitas Kamar Deluxe (1 bed)
Televisi, AC, Sofa, Bed Cover, Wather Heater + Shower, Tas
Cantik dari Pigeon, dan Konsultasi & Edukasi Laktasi.
d. Fasilitas Kamar Superior (2 bed)
Televisi, AC, Shower, Tas Cantik dari Pigeon, Konsultasi &
Edukasi Laktasi.
e. Fasilitas Kamar Standard (3 bed)
Televisi, AC, Shower, Tas Cantik dari Pigeon, Konsultasi &
Edukasi Laktasi.
C. Kerjasama dan Kemitraan
Kerjasama dan kemitraan Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda:
1. Sarana Solusi Amanah (SSA)
2. CAR Life Insurance
3. Medika Plaza Indonesia
4. AdMedika
5. NTT DATA
6. INDOSURYA LIFE
7. Tokio Marine
8. Hanwha Life
9. OWLEXA
10. Medika Plaza Health & Medical Service
47
D. Tempat dan Informasi
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda berlokasi di Jl. R.E martadinata No
30 Ciputat Tangerang Selatan 15411. Telp : (021) 7401 347, FAX : (021)
7491702 email: [email protected] atau [email protected]
Hot Line Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda : 0852-1795-1795.
Berikut terlampir stuktur organisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
Sumber: data Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
48
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Strategi Komunikasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda dalam
Mensosialisasikan Layanan Home Care
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda adalah salah satu perusahaan swasta
yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan dan khusus untuk ibu dan anak
yang terletak di wilayah Tangerang Selatan. Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Ananda adalah salah satu rumah sakit yang tergabung dalam manajemen Bunda
Medik Healthcare System dan merupakan salah satu rumah sakit yang terbilang
baru berdiri dan sudah memiliki jasa pelayanan home care di lihat dari data yang
peneliti temukan dibeberapa rumah sakit yang ada di Kota Tangerang Selatan,
jasa pelayanan home care masih sangat jarang untuk ditemui.
Home care adalah komponen dari pelayanan kesehatan yang disediakan untuk
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan mempromosikan,
mempertahankan, atau memaksimalkan level kemandirian.1 Home care yang ada
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda lebih fokus kepada perawatan
kunjungan kerumah pasca melahirkan dan memberikan cara-cara dalam merawat
bayi baru lahir.
Untuk mensosialisasikan pelayanan home care maka Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Ananda menggunakan strategi. Menurut Fred R. David dalam
bukunya yang berjudul “Manajemen Strategik: Suatu Pendekatan Keunggulan
Bersaing-Konsep (Edisi 15)” yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan
1 Abdul Muhith dan Sandu Siyoto, Pendidikan Keperawatan Gerontik, (Yogyakarta: CV
Andi Offset, 2016), h. 123.
49
evaluasi strategi. Ketiga tahapan tersebut sangat erat kaitannya guna mencapai
tujuan yang diharapkan.
1. Formulasi Strategi Komunikasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Ananda dalam Mensosialisasikan Layanan Home Care
Dalam sebuah perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan harus
memiliki strategi. Strategi merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai
suatu keberhasilan dan dalam membentuk strategi diperlukan aspek-aspek
yang mendukung serta berkesinambungan dengan kegiatan yang akan
dijalankan untuk direalisasikan. Perusahaan Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Ananda yang bergerak di bidang jasa kesehatan memiliki strategi-strategi
yang di bentuk untuk mencapai tujuan dan salah satunya dalam
mensosialisasikan pelayanan home care.
Tahap formulasi merupakan tahap yang paling penting dalam suatu kegiatan
untuk menciptakan tujuan jangka panjang sehingga tahap formulasi harus di
bentuk dengan matang. Kegiatan akan berjalan dengan baik jika strategi yang
di bentuk sesuai dan tepat pada sasaran. Dalam tahap ini juga harus di lihat
peluang dan ancaman yang ada di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan guna menghasilkan strategi yang tepat.
Formulasi suatu lembaga dapat dilihat dari visi dan misi yang di bentuk. Visi
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda menekankan kepada pelayanan
kesehatan berkualitas tinggi di bidang ibu dan anak khususnya di wilayah
Kota Tangerang Selatan dan salah satu misi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Ananda adalah “memberikan kualitas pelayanan medik dan non medik yang
prima didukung oleh SDM yang berkualitas” dari misi tersebut menyatakan
50
bahwa Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda memberikan pelayanan
ataupun jasa di bidang kesehatan dengan kualitas yang baik serta didukung
dengan tenaga medis yang ahli dibidangnya.
Hal tersebut dipertegas dari pernyataan Nur Bayti selaku Bidang Marketing:
“sumber daya manusia sudah memasuki kriteria, karena kepala bidang medis
sudah memberikan list nama bidan dan perawat. Selain itu, ada juga pelatihan
yang dilakukan sebelum tenaga terjun kelapangan seperti salah satunya
memberikan pelatihan khusus tentang home care yang diselenggarakan oleh
RSIA Bunda dan dari kepala bidang medis memberikan tes kepada tenaga medis
tentang home care sehingga tidak sembarang orang yang dipilih.”2
Untuk memaksimalkan pelayanan home care tahap perencanaannya dapat di
lihat dari segi sumber daya manusia. Pemilihan sumber daya manusia
dilakukan guna menunjang kualitas dan pelayanan home care. Tenaga medis
harus dilatih sebelum melakukan kegiatan tersebut. Pelatihan yang diberikan
oleh pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda kepada tenaga medis
home care berupa pelatihan panduan perawatan pada bayi baru lahir,
pelatihan konselor laktasi, dan pelatihan simulasi sensor. Pelatihan-pelatihan
tersebut berkaitan dengan pelayanan jasa yang diberikan pada saat pelayanan
home care dilakukan kepada pasien.
Seperti dalam pernyataan Dewi Supraba selaku Perawat Home Care :
“Yang pertama, saya mengikuti pelatihan panduan perawatan pada bayi baru
lahir. Di pelatihan ini membahas tentang menjemur bayi, massage bayi,
memandikan bayi, dan teknik menyusui yang benar. Yang kedua, saya mengikuti
pelatihan konselor laktasi, lebih fokus mempelajari keterampilan dasar
memberikan ASI yang dimiliki guna terjalinnya komunikasi dan tujuannya
diharapkan ibu dan anak dapat terjalin hubungan yang lebih dekat. Serta
membimbing orang tua dalam teknik menyusui dengan benar. Yang ketiga, saya
mengikuti pelatihan simulasi multi sensor. Pelatihan ini lebih menfokuskan
kepada pijatan terhadap bayi mulai dari wajah, dada, perut, tangan, kaki, dan
terakhir punggung dengan teknik-teknik tersendiri.”3
2 Wawancara pribadi dengan Bidang Marketing Ibu Nur Bayti pada tanggal 19 April
2018. Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda. Pukul 10.00 WIB. 3 Wawancara pribadi dengan Perawat Home Care Dewi Supraba pada tanggal 20 Mei
2018. Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda. Pukul 14.00 WIB.
51
Strategi yang dilakukan juga dengan cara mengenali sasaran komunikasi,
sasaran komunikasi pada pasien home care adalah orang tua yang baru
melahirkan anak pertama karena kebanyakan orang tua baru belum
mengetahui tentang tata cara merawat bayi baru lahir. Dalam hal ini yang
berperan sebagai komunikator adalah perawat karena perawat yang terjun
langsung ke dalam ruang rawat inap dan melakukan tatap muka dengan
pasien.
Hal tersebut disampaikan oleh Bidang Marketing Nur Bayti:
“Sasaran kami untuk pengguna jasa home care saat ini lebih memfokuskan
kepada ibu baru melahirkan dan berhubung rumah sakit kami lebih kepada ibu
dan anak jadi kami fokus di sana.”4
Selanjutnya, formulasi strategi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
dalam melakukan sosialisasi jasa pelayanan home care lebih menekankan
kepada media tatap muka (face to face), karena komunikasi secara langsung
dianggap lebih efektif untuk digunakan. Komunikasi interpersonal dilakukan
dengan dua orang atau lebih dan bertatap muka serta tidak dibatasi oleh jarak.
Dengan menggunakan komunikasi langsung, stimulus yang diberikan dapat
dengan jelas diterima oleh pasien dan begitupun dengan respon yang
ditumbulkan. Sehingga kemungkinan dalam kesalahpahaman atau miss
komunikasi sangat minim. Strategi yang dilakukan adalah dengan
mengunjungi ruangan pasien rawat inap dan mensosialisasikan bahwa Rumah
Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda memiliki salah satu pelayanan yaitu home
care. Sosialisasi tersebut dilakukan oleh perawat (yang berperan sebagai
komunikator) dan pasien rawat inap (selaku komunikan).
4 Wawancara pribadi dengan Bidang Marketing Ibu Nur Bayti pada tanggal 19 April
2018. Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda. Pukul 10.00 WIB.
52
Berikut pernyataan Wakil Kepala Bidang Perawat Riski Aprianti:
“Sosialisasi yang kami lakukan lebih kepada tatap muka langsung kepada
pasien rawat inap yang baru melahirkan anak pertama. Dengan tatap muka,
pasien dapat mudah memahami tentang program home care sehingga
kemungkinan miss komunikasi sangat kecil.”5
Selain sosialisasi melalui tatap muka, media pendukung seperti media sosial,
website, dan sosialisasi kepada masyarakat juga digunakan sebagai formulasi
strategi yang dilakukan Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda. Dengan
memanfaatkan media pendukung tersebut dapat mengenalkan jasa pelayanan
home care kepada masyarakat luas dan khususnya masyarakat Kota
Tangerang Selatan. Begitupun dengan sosialisasi, Rumah Sakit Ibu dan Anak
Citra Ananda melakukan sosialisasi dalam kegiatan seminar yang
diselenggarakan Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda guna
memperkenalkan jasa pelayanan home care.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT juga menegaskan bahwa setiap manusia dalam
melakukan tahap formulasi harus membentuk rencana yang tidak merugikan
orang lain karena dalam tahap ini akan di minta pertanggungjawabannya
diakhirat dan Allah maha Mengetahui.
دا ادها الردن امنىا اتقىا الل
ان الل ا قدمت لغد واتقىا الل خبيس ماا تعالىن ولتـنظس نـفس م
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S Al-Hasyr: 18)
5 Wawancara pribadi dengan Wakil Kepala Bidang Perawat Riski Aprianti pada tanggal 3
Juli 2018. Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda. Pukul 13.00 WIB.
53
2. Implementasi Strategi Komunikasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Ananda dalam Mensosialisasikan Layanan Home Care
Implementasi strategi komunikasi adalah proses pelaksanaan atas
formulasi atau perumusan yang sudah di bentuk dan sudah disepakati
bersama. Implementasi merupakan tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan rencana dan akan direalisasikan.
Implementasi strategi sering kali disebut “tahapan aksi” dari manajemen
strategi. Mengimplementasikan strategi artinya memobilisasi tenaga medis
perusahaan untuk mengubah strategi yang diformulasikan ke dalam
tindakan. Sering kali tahap ini paling sulit karena membutuhkan disiplin,
komitmen, pengorbanan personal. Kemampuan interpersonal sangat
penting bagi keberhasilan implementasi strategi.6
Setelah forrmulasi strategi sudah di bentuk maka Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Ananda melakukan tindakan implementasi untuk diterapkan
dilapangan seperti:
a. Komunikasi dengan cara tatap muka yang sudah direncanakan
selanjutnya diterapkan dalam implementasi. Seorang perawat atau
tokoh yang bertindak sebagai komunikator menyampaikan pesan
berupa sosialisasi dan menawarkan jasa pelayanan home care kepada
pasien atau sebagai tokoh komunikan. Untuk sasaran komunikan
adalah orang yang baru melahirkan anak pertama. Kegiatan ini
dilakukan oleh perawat Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
6 Fred R David, Manajemen Strategik: Suatu Pendekatan Keunggulan Bersaing-Konsep (Edisi
15), terj. Novita Puspasari dan Liza Nurbani P, (Jakarta: Salemba Empat, 2016), h. 4.
54
dengan mendatangi pasien rawat inap yang baru melahirkan anak
pertama secara face to face.
b. Selanjutnya tindakan yang diaplikasikan dalam pelatihan dan
workshop seperti:
1) Panduan perawatan pada bayi baru lahir, pelatihan ini membahas
tentang urutan dan cara merawat bayi baru lahir seperti menjemur
bayi, massage bayi, memandikan bayi, dan teknik menyusui yang
benar. Bayi baru lahir memiliki tubuh yang masih rentan sehingga
dalam perawatannya harus tepat.
2) Konselor laktasi, pada kegiatan ini membahas tentang cara
memberikan ASI kepada bayi dengan teknik yang benar dan
dapat terjalinnya hubungan dekat ibu dengan bayi,
3) Simulasi multi sensor, pelatihan ini lebih spesifik kepada pijat
bayi yang membahas tentang cara memberikan sentuhan-sentuhan
yang tepat pada bayi agar bayi menjadi relax.
Gambar 4.1 : Kegiatan sosialisasi kepada pasien rawat inap
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
55
Hal tersebut diterapkan dalam setiap tindakan atau pelayanan
home care dan sudah mejadi aturan baku guna mempertahankan
mutu dan kualitas pelayanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Ananda.
Seperti dalam pernyataan Dewi Supraba selaku Perawat Home Care:
“Yang pertama, saya mengikuti pelatihan panduan perawatan pada
bayi baru lahir. Di pelatihan ini membahas tentang menjemur bayi,
massage bayi, memandikan bayi, dan teknik menyusui yang benar.
Yang kedua, saya mengikuti pelatihan konselor laktasi, lebih fokus
mempelajari keterampilan dasar memberikan ASI yang dimiliki
guna terjalinnya komunikasi dan tujuannya diharapkan ibu dan
anak dapat terjalin hubungan yang lebih dekat. Serta membimbing
orang tua dalam teknik menyusui dengan benar. Yang ketiga, saya
mengikuti pelatihan simulasi multi sensor. Pelatihan ini lebih
menfokuskan kepada pijatan terhadap bayi mulai dari wajah, dada,
perut, tangan, kaki, dan terakhir punggung dengan teknik-teknik
tersendiri.”7
Ada 3 tahapan yang dilakukan dalam kegiatan home care yaitu:
1) Menjemur bayi
7 Hasil wawancara pribadi dengan perawat home care Ibu Dewi Supraba pada tanggal 20
Mei 2018. Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda. Pukul 14.00 WIB.
Gambar 4.2 : Kegiatan home care ketika
menjemur bayi
56
Pada bayi normal waktu penjemuran dilakukan selama 30
menit dan pada bayi yang mulai kuning melakukan
penjemuran selama 1 jam. Penjemuran dilakukan pada pukul
07.00 pagi sampai 09.00 pagi. Posisi yang tepat yaitu dengan
membelakangi matahari dan tidak menggunakan pakaian
kecuali pampers. Manfaat yang di dapat adalah mendapatkan
vitamin D yang baik untuk tulang.
2) Massage bayi atau pijat bayi
Pijat ini dilakukan seluruh badan bayi dengan hati-hati
dikarenakan tubuh bayi masih rentan. Pijat dimulai dari
bagian wajah berlanjut ke dada lalu bagian perut selanjutnya
bagian tangan lalu kaki dan terakhir bagian punggung.
Apabila pijat bayi rutin dilakukan oleh ibu bayi maka akan
mempererat kasih sayang antara ibu dan bayi. Tujuan dari
Gambar 4.3: Kegiatan home care ketika massage bayi
57
massage ini agar membuat bayi menjadi relax dan membuat
otot tidak tegang akibat salah posisi.
3) Memandikan bayi
Pada tahap ini peralatan mandi dipersiapkan seperti handuk,
baskom kecil, waslap, dan yang terpenting air hangat. Setelah
persiapan alat mandi, pertama membersihkan bayi terlebih
dahulu mulai dari telinga yang dibersihkan, hidung, dan area
paha. Selanjutnya bayi dimandikan di atas kain anti air lalu
diberi sabun ke seluruh badan dan setelah itu dibilas
sementara sebelum dibilas di bak mandi. Selanjutnya bayi
dipindahkan ke dalam bak mandi dan dibilas seluruh badan
mulai dari bagian leher, badan, kaki, dan kepala.
Gambar 4.4 : Kegiatan home care ketika
memandikan bayi
58
4) Konselor Laktasi
Selain memberikan tata cara merawat bayi, perawat juga
memberikan edukasi kepada pasien home care dan salah
satunya konselor laktasi. Konselor laktasi merupakan
kegiatan edukasi tentang ASI dan memberi tahu bagaimana
cara menyusui dengan benar. Adapun keluhan yang sering
dialami orang tua baru adalah masalah ASI, seperti ASI yang
keluarnya hanya sedikit dan hal tersebut jika dibiarkan terus
menerus akan menimbulkan stress terhadap ibu bayi atau
disebut dengan baby blues dan pada saat itu juga perawat
home care memberikan edukasi dan memberikan solusi untuk
makanan yang harus dikonsumsi guna menambah ASI.
c. Strategi yang dijalankan selanjutnya adalah media
pendukung, meliputi media sosial instagram (rsiacitraananda)
dan website resmi RSIA Citra Ananda Ciputat yang
Gambar 4.5 : Kegiatan home care ketika konselor laktasi
59
tergabung dalam BMHS Group (bunda.co.id/rsiacitraananda/
id_ID/). Selain sosialisasi kepada pasien rawat inap,
sosialisasi juga dilakukan dengan menyelipkan konten home
care di setiap seminar-seminar yang diadakan oleh Rumah
Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda.
Gambar 4.6 : Postingan media sosial instagram pada pelayanan
home care Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
Gambar 4.7 : Website fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Ananda dan salah satunya pelayanan home care
60
Pada tahap ini juga mengajarkan bahwa koordinasi adalah
satu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi atau
kelompok guna tercapainya tujuan yang sudah di bentuk.
Tahap ini lebih menekankan pada pentingnya satu kesatuan
yang utuh dalam suatu organisasi. Tertulis di dalam Al-
Qur’an:
قىا ل تفس جايعا و عليكم اذ واعتصاىا محبل الل واذكسوا نعات الل
اخىانا وكنتم عل دفا كنتم اعداء فا لف مين قلىمكم فاصبحتم منعاته
ن الناز فانق لـكم ادته لعلكم تهتدون حفسة منها كرلك دبين الل ركم م
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah, orang-
orang yang bersaudara dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayatNya kepadamu agar kamu
mendapat petunjuk.” (Q.S Ali Imran: 103)
Gambar 4.8 : Sounding pelayanan home care pada saat seminar yang
diselenggarakan oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak
61
3. Evaluasi Strategi Komunikasi Rumah Sakit Ibu dan Anak dalam
Mensosialisasikan Layanan Home Care
Dalam ajaran Islam, tahap evaluasi adalah tahap penilaian di mana
perbuatan atau tindakan yang telah dilakukan pasti diketahui dan dicatat.
Seperti dalam firman Allah SWT:
وان عليكم لحـفظين كساما كاتبين دعلاىن ما تفعلىن
Artinya: “Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang
mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang
mencatat (perbuatanmu), mereka mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S Al-Infitar: 10-12)
Tahap evaluasi dapat dikatakan berhasil apabila implementasi strategi
yang dilakukan sesuai dengan formulasi atau rencana yang sudah dibentuk.
Begitupun sebaliknya apabila suatu implementasi strategi tidak sesuai
dengan formulasi atau rencana yang dibentuk maka suatu strategi dapat
dikatakan tidak berhasil. Jadi tahap ini diukur dari kegiatan yang sudah
diimplementasikan. Menurut peneliti Tahap evaluasi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Ananda dapat dikatakan berhasil dan dapat di lihat dari
berbagai aspek yaitu:
1. Program-program telah berjalan dengan rutin tetapi ada keterbatasan
dari sisi sumber daya manusia yang harus diperbanyak.
2. Dalam penggunaan media sosial, pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak
Citra Ananda perlu memaksimalkan media penunjang tersebut karena
jika diliat postingan yang berkaitan dengan program home care masih
sangat minim.
62
3. Jadwal antara kunjungan home care dengan jawal perawat di rumah
sakit terkadang mengalami ketidaksesuaian sehingga kurang efektif
dalam pembagian jadwal home care.
4. Perbedaan jam kerja antar perawat membuat komunikasi melalui tatap
muka tidak dapat ditelaah dengan detail atau waktu sosilasasi tidak
dapat ditentukan dan dipastikan.
5. Kurangnya sosialisasi layanan home care melalui media baik cetak
maupun elektronik.
6. Di lihat dari data pasien yang mengikuti jasa pelayanan home care
dari tahun ke tahun mengalami stabilitas yang cukup baik sejak tahun
2016.
7. Pasien mengerti tentang merawat bayi, pasien dapat memahami
sepenuhnya tentang perawatan bayi mulai dari cara memegang bayi
dengan benar, menjemur bayi, massage bayi, dan memandikan bayi
sesuai dengan yang dianjurkan oleh dunia kesehatan karena tenaga
medis yang diberikan tidak sembarang orang. Pasien juga merasa
sedang melakukan private langsung dengan tenaga medis jadi pasien
dapat dengan mudah memahami dan ikut terjun langsung
mempraktekkannya.
8. Pasien mendapat solusi dan edukasi yang sesuai dengan keluhan. Ada
keluhan-keluhan yang disampaikan secara langsung oleh pasien
kepada perawat pada saat home care dan keluhan tersebut langsung
diberikan solusi dan edukasi oleh perawat sehingga pasien merasa
terbantu dengan adanya jasa pelayanan home care.
63
9. Pasien merasa puas dengan diadakannya program home care di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda, pasien merasa puas atas
layanan yang sudah diberikan. Sehingga sejauh ini belum ada keluhan
yang disampaikan pasien berkaitan dengan jasa pelayanan home care.
Hal tersebut diperkuat dengan perkataan dari Ibu Marseli selaku pasien home
care:
“yang jelas saya baru memiliki anak dan masih belum paham tentang
perawatan bayi, jadi saya memang butuh jasa seperti ini dan saya
memang berniat untuk mendatangkan orang yang berpengalaman.
Sebenernya di RSIA Bunda Menteng juga mengajarkan satu kali tetapi
saya hanya bisa melihat tanpa ikut turun tangan. Berbeda dengan home
care ini, selain diajarkan saya bisa juga mempraktekkannya sendiri dan
turun tangan sendiri. Selain itu manfaatnya menjadi tahu dan benar-
benar in touch langsung dengan bayinya, saya juga mendapatkan
edukasi tentang bayi yang baru lahir, dan banyak bertanya ke perawat
home care berkaitan masalah dan kendala yang saya alami dan
pertanyaan saya langsung terjawab dengan pengetahuan perawat home
care yang sudah terverifikasi.”8
8 Hasil wawancara pribadi dengan pasien home care Ibu Marseli pada tanggal 1 Mei
2018. Di kediaman pasien daerah Alam Sutra. Pukul 09.30 WIB.
64
B. Tabel Hasil Temuan
Tabel 2 : Hasil Penelitian
TEORI TEMUAN
Formulasi Strategi
Komunikasi
1. Sumber daya manusia yang terlatih.
2. Sasaran yang di tuju untuk pasien home care.
3. Sosialisasi kepada pasien rawat inap secara face to face.
4. Media pendukung dalam sosialisasi seperti media sosial,
website, dan sounding.
Implementasi
Strategi
Komunikasi
1. Sumber daya manusia yang diberikan pelatihan-pelatihan
berkaitan dengan layanan home care.
2. Sasaran yang di tuju untuk pasien home care adalah
orang tua yang baru melahirkan anak pertama.
3. Sosialisasi yang dilakukan lebih ditonjolkan kepada
pasien rawat inap dan dilakukan secara face to face oleh
perawat kepada sasaran home care.
4. Adapun media pendukung dalam sosialisasi seperti
media sosial Instagram yang memposting kegiatan home
care, website yang menuliskan home care adalah salah
satu layanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda,
dan sounding pada saat seminar yang diadakan oleh
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda.
Evaluasi Strategi
Komunikasi
Evaluasi dari layanan home care ada dua jenis, baik dari
internal maupun eksternal.
1. Internal: keterbatasan sumber daya manusia, jadwal
antara kunjungan home care dengan jadwal perawat
mengalami ketidak sesuaian sehingga kurang efektif,
perbedaan jam kerja perawat membuat sosialisasi tatap
muka tidak dapat dipastikan, dan kurangnya media
pendukung sosialisasi.
2. Eksternal: data pasien home care mengalami stabilitas
yang cukup baik, dengan adanya layanan home care
pasien dapat mengerti tentang merawat bayi, pasien juga
mendapat solusi dan edukasi, dan sejauh ini pasien
merasa puas.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi yang digunakan oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
seperti dalam tahap formulasi strategi menggunakan berbagai macam aspek
guna mendukung program pelayanan jasa home care. Formulasi yang
digunakan berupa sumber daya manusia yang dilatih di bidang home care.
Sosialisasi yang digunakan lebih kepada pasien rawat inap Rumah Sakit Ibu
dan Anak Citra Ananda, serta memanfaatkan media pendukung berupa media
sosial Instagram, website, dan sounding pelayanan home care pada saat
kegiatan seminar yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Ananda.
Implementasi yang dipalikasikan oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra
Ananda adalah melakukan sosialisasi dan pengenalan home care kepada
pasien rawat inap serta menjual jasa tenaga medis yang sudah memiliki bekal
keahlian melalui pelatihan-pelatihan yang sudah diberikan dan menjalankan
media pendukung berupa media sosial, website, dan sounding pada kegiatan
seminar.
Evaluasi dari adanya jasa pelayanan home care mendapat respon positif
dari pasien yang menggunakan jasa home care karena mereka merasa terbantu
dengan program home care yang diadakan oleh Rumah Sakit Ibu dan Anak
Citra Ananda. Tetapi di sisi lain masih ditemukan ketidakmaksimalan, hal
tersebut bisa di lihat dari data pasein yang tidak stabil.
66
B. Saran
Setelah melakukan penelitian secara keseluruhan berkaitan dengan strategi
komunikasi Rumah Sakit Ibu danAnak Citra Ananda dalam mensosialisasikan
pelayanan home care peneliti menganggap sudah cukup baik. Tetapi peneliti
mencoba memberikan saran:
1. Dalam mempromosikan jasa pelayanan home care lebih diperbanyak
agar masyarakat banyak yang mengetahui program home care seperti
pemasangan iklan berupa pamflet, brosur, dan lain-lain.
2. Kurangnya koordinasi antara pihak manajemen dengan pihak karyawan
membuat tahap formulasi tidak tersusun dan tidak terencana dengan baik.
3. Penambahan jumlah tenaga medis guna menunjang pelayanan yang
prima terkhusus pada layanan home care.
4. Sosialisasi yang dilakukan harus lebih beranekaragam agar mudah di
kenal oleh masyarakat seperti membuat seminar, pamflet, banner yang
khusus home care.
67
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adrianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian untuk Public Relations.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bastian, Indra. 2008. Akuntansi Kesehatan. Jakarta: Erlangga.
Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Cangara, Hafied. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Cutlip, Scott M. et al. 2006. Effective Public Relations. Edisi Ke 9. Diterjemahkan
Oleh: Tri Wibowo. Jakarta: Prenadamedia Group.
David, Fred R. Manajemen Strategik: Suatu Pendekatan Keunggulan Bersaing-
Konsep (Edisi 15). Jakarta: Salemba Empat.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Effendy, Onong Uchjana. 1981. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung:
Percetakan Offset Alumni.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Hanselin, James M. 2007. Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta:
Erlangga.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
68
Ilyas, Jumiarni, Sri Mulyati, dan Nurlina S. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kosim, M. Sholeh, Ari Yunanto, Rizalya Dewi, dkk. 2014. Buku Ajar
Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Kusumastuti, Frida. 2004. Dasar-Dasar Hubungan Masyarakat. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Maryunani, Anik. 2015. Asuhan Ibu Nifas & Asuhan Ibu Menyusui. Bogor: IN
MEDIA.
Muhith, Abdul dan Sandu Siyoto. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik.
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Mulyana, Dedy. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.
Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan (edisi 2). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Murdiyatmoko, Janu. 2007. Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Oliver, Sandra. 2007. Strategi Public Relations. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Ruslan, Rosady. 2002. Kiat & Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Ruslan, Rosady. 2008. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi,
Konsepsi, dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rustan, Ahmad Sultra dan Nurhakki Hakki. 2017. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Yogyakarta: Deepublish.
Satrianegara, M. Fais. 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
69
Tando, Naomy Marie. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
IN MEDIA.
Triwibowo, Cecep. 2012. Home Care Konsep Kesehatan Masa Kini. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Internet
http://kamusbahasaindonesia.org/pelayanan diakses pada tanggal 31 Januari 2018
pukul 11.00 WIB. www.depkes.go.id diakses pada tanggal 15 Februari 2018 pukul 17.25 WIB.
70
LAMPIRAN
71
72
73
74
BERITA WAWANCARA
NAMA: Nur Bayti
JABATAN: Bidang Marketing Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
TEMPAT: Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
HARI/TANGGAL: Kamis, 19 April 2018
PUKUL: 10.00 WIB – selesai
1. Apakah 11 budaya baik bunda diterapkan dan dijalankan dengan
baik?
Untuk 11 budaya baik bunda ini diterapkan karena Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Ananda tergabung dalam Bunda Medik Healthcare System
(BMHS Group) Bunda Menteng dan semua Rumah Sakit yang tergabung
memiliki 11 budaya baik tersebut. Salah satu dalam penerapannya seperti
ada telepon masuk selalu mengucapkan “salam sehat, ada yang bisa
dibantu dengan RSIA Citra Anada” dan diakhir percakapan diselipkan
kata “semoga sehat selalu”.
2. Di lihat dari visi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda terselip
kata “pelayanan berkualitas tinggi untuk semua lapisan masyarakat”
apakah RSIA Citra Ananda sudah menjangkau semua lapisan
tersebut?
Di lihat dari harga, RSIA Citra Ananda dapat menjangkau kelas menengah
sampai dengan menengah atas. Jika di lihat dari fasilitas yang diberikan
75
dengan harga yang ditawarkan masih terjangkau jika dibandingkan dengan
Rumah Sakit yang ada di wilayah Jakarta. Untuk fasilitas yang diberikan
merupakan standar dari Rumah Sakit Bunda Menteng yang menggunakan
teknologi yang sudah diuji.
3. Atas dasar apa home care dibentuk RSIA Citra Ananda?
Pertama, home care memang salah satu program yang sudah sudah ada
dari Bunda Medik Healtcare System Group dan otomatis rumah sakit yang
tergabung juga menerapkan dengan kemampuan dan kondisi yang ada
diwilayahnya. Apabila program tersebut di rasa mampu sehingga
dimasukkan ke dalam salah satu program RSIA Citra Ananda.
Kedua, dengan adanya home care di RSIA Citra Ananda dapat
menjangkau pasien yang tergabung dalam BMHS Group. Semisal ada
pasien yang bekerja di wilayah Jakarta dan memiliki tempat tinggal di
wilayah Tangerang Selatan, maka pelayanan home care di serahkan
kepada RSIA Citra Ananda.
4. Adakah rapat khusus tentang program home care?
Untuk rapat khusus tidak, tetapi kami hanya melakukan diskusi kecil saja
antara manajemen dengan bagian kepala bidang medis dan
berkesinambungan dengan keperawatan.
76
5. Di lihat dari segi pekerja, apakah tenaga yang menangani pelayanan
home care sudah memasuki kriteria?
Sudah, karena kepala bidang medis sudah memberikan list nama bidan dan
perawat. Selain itu, ada juga pelatihan yang dilakukan sebelum tenaga
terjun kelapangan seperti salah satunya memberikan pelatihan khusus
tentang home care yang diselenggarakan oleh RSIA Bunda dan dari kepala
bidang medis memberikan tes kepada tenaga kerja tentang home care
sehingga tidak sembarang orang yang dipilih.
6. Media apa saja yang digunakan untuk mempromosikan program
home care?
Media yang digunakan lebih kepada tatap muka terhadap pasien rawat
inap, rawat jalan, dan pengunjung yang datang. Untuk brosur, flayer, dan
sejenisnya belum ada.
7. Adakah dana khusus yang dikeluarkan untuk program home care?
Dana khusus tidak ada karena di awal tahun membuat rencana kerja seperti
kegiatan yang akan dilakukan dan biaya yang akan dikeluarkan. Biaya
promosi dijadikan satu untuk semua program rumah sakit sehingga tidak
ada dana khusus untuk masing-masing program, begitupun dengan
program home care.
77
8. Apakah RSIA Citra Anada melakukan kerjasama dengan lembaga
untuk memperkenalkan home care kepada masyarakat?
Kami tidak melakukan kerjasama karena kerjasama itu kan mengikat dan
mungkin hanya datang keperumahan Gardenia yang ada di samping RSIA
Citra Ananda. Biasanya kita masuk kekomunitas Ibu-Ibu.
9. Target yang ingin dicapai dalam program home care?
Untuk tergetnya yang sudah pasti jumlahnya dan brand awareness yang
masih kurang karena masyarakat belum banyak tahu ada kalau ada
pelayanan home care di RSIA Citra Ananda.
10. Sosialisasi program home care seperti apa, pelaku yang
menyampaikan sosialisasi tersebut siapa, dan waktu yang tepat untuk
mensosialisasikannya?
Sosialisasi yang dilakukan lebih kepada tatap muka. Untuk pengunjung
ibu hamil biasanya di bagian adiministrasi dan informasi menjelaskan
bahwa ada pelayanan home care di RSIA Citra Ananda. Bisa juga dari
perawat dan bidan karena mereka yang terjun langsung ke pasien rawat
inap terus juga lebih sering berbicara dengan pasien dan dari situlah
perawat dan bidan menyelipkan bahwa di RSIA Citra Ananda ada
pelayanan home care. Dalam kunjungan keluar seperti seminar kami juga
sounding jika kami memiliki banyak pelayanan termasuk home care dan
untuk waktu sosialisasi tidak tentu atau fleksibel.
78
11. Sasaran yang dituju dari pelayanan home care?
Sasaran kami untuk pengguna jasa home care saat ini lebih memfokuskan
kepada ibu baru melahirkan dan berhubung rumah sakit kami lebih kepada
ibu dan anak jadi kami fokus di sana.
12. Yang dijual RSIA Citra Ananda salam sosialasasi program home care
untuk menarik minat masyarakat?
Yang pertama, tenaga pekerjanya sudah pasti dan yang kedua kami dapat
membatu orang tua baru untuk merawat anak tanpa perlu khawatir karena
didampingi oleh tenaga kerja kami.
13. Adakah riset tentang pelayanan home care? Semisal tingkat kepuasan
pengguna jasa pelayanan home care seperti kotak saran
Dalam riset kami belum melakukan dan kami tidak menggunakan kotak
saran tetapi kami menggunakan lembar survey dan baru diterapkan kepada
pasien rawat inap saja, belum kepasien home care.
14. Di akhir kegiatan home care adakah evaluasi yang dilakukan?
Dalam melakukan evaluasi, setiap di pagi hari kami selalu melaporkan
segala jenis pelayanan rumah sakit dan kami sebut sebagai “morning
report”. Begitupun dengan pelayanan home care, apabila ada kejadian
tentang home care maka dilaporkan saat itu juga.
Narasumber
Nur Bayti
79
BERITA WAWANCARA
NAMA: Riski Aprianti
JABATAN: Wakil Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Ibu dan Anak
Citra Ananda
TEMPAT: Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
HARI/TANGGAL: Selasa, 3 Juli 2018
PUKUL: 13.00 WIB - selesai
1. Apa itu home care?
Perawatan dirumah setelah pulang dari rumah sakit dan tenaga kerja
seperti bidan atau perawat yang datang ke rumah pasien dan untuk home
care di sini lebih fokus kepada bayi baru lahir untuk memandikan sampai
tali pusat puput sekitar 3 sampai 7 hari.
2. Kenapa program home care ini diadakan?
Program home care diadakan untuk membantu orang tua yang baru
pertama kali memiliki bayi dan belum mengerti dan masih kurang
pengetahuan tentang merawat bayi dan kami dari rumah sakit membantu
dan menawarkan solusi dengan adanya program home care ini.
3. Tujuan dari home care?
Sebenarnya home care di sini lebih kepada keluarganya karena
kebanyakan keluarga yang baru memiliki anak tidak mengetahui tata cara
80
merawat bayi seperti memandikan, menjemur, perawatan tali pusat, dan
pijat bayi.
4. Bagaimana cara sosialisasi program home care?
Sosialisasi yang kami lakukan lebih kepada tatap muka langsung kepada
pasien rawat inap yang baru melahirkan anak pertama. Dengan tatap
muka, pasien dapat mudah memahami tentang program home care
sehingga kemungkinan miskomunikasi sangat kecil. Kami juga tidak
memasang iklan seperti pasang banner, pamflet, dan semacamnya.
5. Apakah peminat home care banyak atau tidak?
Untuk peminatnya sendiri itu lumayan karena kami juga memiliki
kerjasama dengan Rumah Sakit BUNDA Jakarta sehingga apabila ada
pasien yang rumahnya lebih mudah dijangkau oleh RSIA Citra Ananda
maka diambil alih oleh kami.
6. Dilihat dari segi pekerjanya apakah bidan dan perawat ini memenuhi
syarat untuk menjalankan home care?
Iya tentu memenuhi syarat karena sebelum menjalankan home care kami
mengadakan pelatihan seperti pelatihan pijat bayi, pelatihan laktasi, dan
lain-lain berkaitan dengan kegiatan home care itu sendiri.
7. Sasaran dari pelayanan home care?
Untuk sasaran home care, kami fokus kepada orang tua yang baru
melahirkan anak pertama karena biasanya mereka masih butuh arahan
81
dalam merawat bayinya dan masih baru memiliki anak jadi masih belum
paham betul aturan benar atau salah dalam perawatan tersebut.
8. Kendala yang dialami dalam menjalankan program home care?
Kendala yang kami alami sejauh ini hampir tidak ada karena kami tidak
menggunakan kotak saran jadi apabila ada keluhan ataupun kritik dan
saran biasanya langsung ke bidan atau perawat pada saat home care
berjalan.
Narasumber
Riski Aprianti
82
BERITA WAWANCARA
NAMA: Dewi Supraba
JABATAN: Perawat Home Care Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
TEMPAT: Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda
HARI/TANGGAL: Kamis, 20 Mei 2018
PUKUL: 14.00 WIB - selesai
1. Apakah ada persyaratan untuk menjadi tenaga kerja home care?
Ya, ada persyaratannya dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda yang
menetapkan standar sendiri terhadap bidan atau perawatnya untuk bisa
melakukan home care atau melakukan kunjungan kerumah pasien pasca
melahirkan.
2. Pelatihan apa saja yang sudah diikuti untuk memenuhi syarat
menjadi tenaga kerja home care?
Yang pertama, saya mengikuti pelatihan panduan perawatan pada bayi
baru lahir. Di pelatihan ini membahas tentang menjemur bayi, massage
bayi, memandikan bayi, dan teknik menyusui yang benar. Untuk
penjemuran bayi dilakukan pada jam 7 pagi dan maksimal sampai jam 9
pagi karena jika lewat dari jam 9 pagi akan menimbulkan warna kulit
menjadi gelap. Untuk bayi normal, penjemuran dilakukan selama 30 menit
dan untuk bayi kuning melakukan penjemuran selama 1 jam. Untuk posisi
jemur yaitu mebelakangi matahari agar tidak silau dan tidak menggunakan
83
pakaian kecuali pampers. Selanjutnya untuk massage bayi dilakukan mulai
dari wajah berlanjut ke dada lalu bagian perut selanjutnya bagian tangan
lalu kaki dan terakhir bagian punggung. Selanjutnya persiapan untuk
memandikan bayi, mulai dari bak mandi, air hangat, handuk, baskom
kecil, waslap, kain bedong, baju yang akan dipakai, sabun, shampoo,
minyak telon, kassa steril, dan pembersih untuk membersihkan tali pusat.
Sebelum bayi dimadikan dibersihkan mulai dari bagian mata, hidung,
telinga, dan area kelamin. Bayi dimandikan di atas tempat tidur yang
beralaskan kain anti air selanjutnya bayi dibilas dengan waslap lalu setelah
itu bayi dipindahkan ke bak mandi untuk dibilas secara keseluruhan.
Setelah itu bayi diangkat, bayi dikeringkan dengan handuk setelah itu
perawatan tali pusat dengan dibersihkan selanjutnya dibungkus dengan
kassa steril. Selanjutnya menggunakan minyak telon, pakaian, dan
dipakaikan kain bedong yang berfungsi untuk mengahangatkan badan
bayi. Selanjutnya
Yang kedua, saya mengikuti pelatihan konselor laktasi, lebih fokus
mempelajari keterampilan dasar memberikan ASI yang dimiliki guna
terjalinnya komunikasi dan tujuannya diharapkan ibu dan anak dapat
terjalin hubungan yang lebih dekat. Serta membimbing orang tua dalam
teknik menyusui dengan benar. Caranya dada ibu menempel dengan dada
bayi lalu telinga sejajar dengan lengan bayi dan mulut bayi terbuka lebar
sehingga ASI yang masuk lebih banyak dan tidak menyebabkan rasa sakit
pada payudara ibu.
84
Yang ketiga, saya mengikuti pelatihan simulasi multi sensor. Pelatihan ini
lebih menfokuskan kepada pijatan terhadap bayi mulai dari wajah, dada,
perut, tangan, kaki, dan terakhir punggung dengan teknik-teknik tersendiri.
Manfaat dari pijat bayi yaitu agar bayi menjadi relax, lebih lama tidurnya,
ikatan bonding ibu dan bayi, melancarkan sistem penernaan bayi, dan
mengatasi sulit tidur.
3. Bagaimana sosialisasi pelayanan home care yang dilakukan perawat
kepada pasien rawat inap dan apakah ada waktu tertentu?
Untuk sosialisasi, kami melakukan tatap muka kepada pasien rawat inap
yang baru saja melahirkan anak pertama karena biasanya orang tua baru
itu masih butuh dampingan agar tidak salah dalam merawat bayi baru
lahir. Jadi pertama kami melihat identitas pasien terbelih dahulu untuk
mengetahui kelahiran anak yang keberapa. Kalau anak pertama, kami
datangi pasein sekalian menanyakan keadaanya terus kami sosialisasiin
pelayanan home care kaya misalnya “ibu, apakah ibu butuh pendamping
dalam merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit? Jika iya kami
memiliki jasa pelayanan home care. Home care itu kunjungan kerumah
pasien pasca melahirkan dan didalamnya mecakup menjemur bayi,
massage bayi, memandikan bayi, dan teknik menyusui yang benar. Untuk
waktunya sekitar 2 jam yang dilakukan pada pagi hari”.
85
4. Bagaimana tahapan-tahapan yang harus dilakukan pasien untuk
mendapatkan jasa pelayanan home care dan berapa biayanya?
Jika pasien ingin mendapatkan pelayanan home care, setelah kami
sosialisasi dan mereka mau, kami langsung memberikan formulir home
care ke pasien dan diformulir itu berisi data diri pasien dan waktu
penggunaan jasa home care. Setelah itu mereka membayar administrasi di
kasir. Selanjutnya mereka tinggal menunggu konfirmasi dari perawat yang
akan berkunjung kerumah pasien dan biasanya kami yang kontak pasien
secara langsung. Untuk biaya home care Rp.325.000 per dua jam dan
apabila melebihi dari dua jam maka akan dikenakan biaya tambahan
sejumlah Rp.75.000. Ada juga orang tua yang meminta untuk massage
payudara maka akan dikenakan biaya Rp.75.000.
5. Berapa lama waktu pelaksanaan home care?
Untuk waktunya tergantung permintaan pasien. Ada yang satu hari, ada
yang tiga hari, dan ada juga yang tujuh hari. Tapi kebanyakan permintaan
jasa home care ini selama tiga hari. Dan untuk jangka waktu
pelaksanaanya selama 2 jam dan dilakukan pada pagi hari biasanya jam 7
pagi.
86
6. Apakah dalam kegiatan home care seorang ibu hanya melihat
kegiatan yang dilakukan perawat atau dapat ikut
mempraktekkannya?
Pada saat kegiatan berlangsung, kami mengajarkan ibu cara-cara dan
tahapannya. Di hari pertama ibu hanya diperbolehkan melihat cara-cara
dan tahapan-tahapan merawat bayi yang kami lakukan. Di hari kedua ibu
diperbolehkan ikut membantu kami sekaligus belajar merawat bayi dengan
benar, dan di hari ketiga biasanya ibu sudah diperbolehkan merawat bayi
dengan sepenuhnya dan kami mendampingi ibu agar tidak terjadi hal-hal
yang bukan semsetinya.
7. Apa saja kasus yang sering ditemui saat pelayanan home care
berlangsung?
Untuk kasus yang sering ditemui dilapangan biasanya ASI yang keluar
sedikit sehingga seorang ibu merasa tidak percaya diri dan dapat
mengakibatkan ibunya menjadi baby blues dan disinilah peran kita untuk
mendukung dan memotivasi ibu menjadi lebih percaya diri dan dapat
memberikan ASI yang cukup. Kami menganjurkan ibu untuk memenuhi
nutrisi dengan mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, dan minum air
putih sehari 4 liter dan konsumsi vitamin ASI. Serta melakukan pijat
oksitosin untuk merangsang hormon prolaktin agar produksi ASI lebih
banyak.
Selain itu ada kasus seperti puting ibu lecet, hal tersebut dapat terjadi jika
teknik menyusui yang salah. Jadi dari situlah tugas kita untuk mengajarkan
87
teknik-teknik menyusui yang benar dengan cara memberikan posisi yang
nyaman untuk ibu dan bayi, ibu juga tidak boleh sambil main handphone
atau pun menonton tv jadi ibu hanya fokus menyusui bayi.
8. Di akhir kegiatan home care adakah masukan seperti kritik dan saran
dari pasien?
Untuk sejauh ini kritik dan saran belum ada, kebanyakan pasien justru
berterimakasih karena dengan adanya pelayanan ini membuat mereka
menjadi terbantu dan dapat mempraktekkannya dengan lebih percaya diri.
9. Harapan yang ingin dicapai kedepannya dalam program home care?
Kalau saya pribadi berharap agar kedepannya semakin banyak pasien
home care di Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Ananda. Mengingat jasa
pelayanan home care sangat penting untuk orang tua baru melahirkan yang
masih minim pengetahuannya dengan perawatan bayi.
Narasumber
Dewi Supraba
88
BERITA WAWANCARA
NAMA: Ny. Marselli (30 tahun)
STATUS: Pasien Home Care
HARI/TANGGAL: Selasa, 1 Mei 2018
JAM: 09.30 WIB – Selesai
1. Ibu mengetahui pelayanan home care dari mana?
Pertama kali saya tahu home care dari client service pada saat saya
booking tanggal dan kamar untuk melakukan persalinan kurang lebih H-
7hari menuju persalinan. Tetapi pada saat di bagian client service ini
penjabaran home care nya tidak terlalu detail. Saat saya sudah di kamar
rawat inap sambil menunggu jadwal operasi, suster-suster yang melayani
saya bilang “jika ibu butuh home care seperti mandiin atau massage (pijat)
bayi, ibu bilang ke suster rawat bayi dan nanti ada formulir home care di
sana”. Selanjutnya, saya mengisi formulir tersebut pada saat saya ingin
check out dari rumah sakit dan sekaligus membayar biaya home care.
Berhubung saya tinggal di Alam Sutra tetapi saya melahirkan dan daftar
home care di RSIA Bunda Menteng, suster Bunda Menteng bilang kalau
akan dicarikan perawat terdekat. Setelah itu, saya mendapat konfirmasi
langsung dari perawat home care jika perawat akan melakukan kunjungan
keesokan harinya (perawat home care dari RSIA Citra Ananda).
89
2. Manfaat yang diterima dari pelayanan home care?
Yang jelas saya baru memiliki anak dan masih belum paham tentang
perawatan bayi, jadi saya memang butuh jasa seperti ini dan saya memang
berniat untuk mendatangkan orang yang berpengalaman. Sebenernya di
RSIA Bunda Menteng juga mengajarkan satu kali tetapi saya hanya bisa
melihat tanpa ikut turun tangan. Berbeda dengan home care ini, selain
diajarkan saya bisa juga mempraktekkannya sendiri dan turun tangan
sendiri. Selain itu manfaatnya menjadi tahu dan benar-benar in touch
langsung dengan bayinya, saya juga mendapatkan edukasi tentang bayi
yang baru lahir, dan banyak bertanya ke perawat home care berkaitan
masalah dan kendala yang saya alami dan pertanyaan saya langsung
terjawab dengan pengetahuan perawat home care yang sudah terverifikasi.
90
Dokumentasi wawancara dengan Bidang Marketing Nur Bayti
Dokumentasi wawancara dengan Wakil Kepala Bidang Keperawatan
91
Dokumentasi wawancara dengan perawat home care
Dokumentasi wawancara pendukung dengan pasien home care
92
93
94