strategi nasional - neurona.web.id aksi nasional demensia 2015.pdf · penyakit degeneratif adalah...
TRANSCRIPT
A
en yPenanggulangan P yakit Alzheimer dan Demensia lainn a: Menuju Lanjut Usia Sehat Dan Produktif
STRATEGI NASIONAL
Kementerian KesehatanRepublik Indonesia
2015
B
i
KATA PENGANTAR
Strategi Nasional Penanggulangan Penyakit Alzheimer dan Demensia Lainnya: Menuju Lanjut Usia Sehat dan Produktif telah berhasil disusun sesuai dengan rencana. Hal yang sangat menggembirakan dalam proses penyusunan ini adalah keterlibatan lintas program dan lintas sektor sejak awal penyusunannya. Keterlibatan ini sungguh amat berharga, karena di samping dokumen Strategi Nasional ini mempunyai
dimensi strategis, juga karena pembahasan permasalahan yang bersifat “cross cutting issues”.
Kita juga patut bersyukur, bahwa dalam perencanaan jangka menengah yakni pada RPJMN 2015 – 2019 permasalahan lanjut usia sudah tertampung sebagai isu prioritas di dalamnya. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan yang berdampak pada meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) serta akibat yang ditimbulkannya harus benar-benar dipahami sebagai bentuk konsekuensi logis yang perlu mendapatkan perhatian dalam kerangka pendekatan Pembangunan Kesehatan melalui siklus hidup.
Secara substantif penyusunan dokumen Strategi Nasional ini mengacu pada “Deklarasi Yogyakarta untuk Lanjut Usia“. Penjabarannya dalam upaya konkrit disusun dalam 7 (tujuh) strategi yang diuraikan lebih lanjut dalam kegiatan pokok dalam pembagian peran masing-masing sektor terkait. Dengan harapan dokumen ini menjadi lebih operasional dan menyentuh berbagai elemen sistem yang bergulir secara sinergis dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
ii
Strategi Nasional Penanggulangan Penyakit Alzheimer dan Demensia Lainnya: Menuju Lanjut Usia Sehat dan Produktif ini terdiri dari delapan bab, dimana selain berisikan tentang strategi umum dan strategi komponen, juga memuat tentang peran sektor terkait, koordinasi antar komponen, kerjasama internasional, indikator untuk memantau kemajuan program, monitoring dan evaluasi, serta pendanaan. Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Strategi Nasional Penanggulangan Penyakit Alzheimer dan Demensia Lainnya: Menuju Lanjut Usia Sehat dan Produktif baik dari lintas sektor, Lembaga Pendidikan, Lembaga Penelitian, Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang peduli lanjut usia khususnya demensia, dan sektor swasta terkait. Saran dan masukan untuk perbaikan sangat diharapkan, guna lebih sempurnanya dokumen ini.
Jakarta, Agustus 2015Sekretaris Jenderal
dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes
iii
SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN RI
Penjabaran Pembangunan Kesehatan berkesinambungan, telah dilakukan melalui berbagai upaya, salah satunya adalah peningkatan kesehatan melalui pendekatan siklus hidup termasuk di dalamnya adalah upaya mewujudkan lanjut usia sehat dan produktif. Saat ini, masyarakat Indonesia sudah memasuki gerbang Usia Harapan Hidup yang lebih panjang, hal ini patut kita syukuri, sebagai perjalanan panjang Pembangunan Kesehatan yang selama ini telah diupayakan bersama. Sebagai salah
satu negara dengan populasi jumlah penduduk terbesar ke-4 dan dengan penduduk lanjut usia terbesar ke-10 di dunia, sudah selayaknya melakukan upaya strategis untuk mempersiapkan, mencegah dan menanggulangi potensi permasalahan yang ditimbulkannya.
Dalam rentang waktu 10 tahun, Usia Harapan Hidup meningkat dari 68,1 tahun di 2005 menjadi 72,7 tahun di 2014 (RPJMN, 2009). Konsekuensi logis yang dihadapi di samping masalah penyakit tidak menular dan penyakit degeneratif adalah munculnya gangguan kognitif seperti demensia dan disabilitas inteligensia. Kondisi ini perlu mendapatkan
MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA
iv
MENTERI KESEHATA
N
perhatian seksama dari berbagai pihak dalam kerangka mewujudkan kualitas hidup masyarakat Indonesia yang sehat, cerdas dan produktif hingga menapaki usia lanjutnya.
Perhatian seksama bagi para lanjut usia agar tetap sehat, cerdas, dan produktif dapat diwujudkan melalui berbagai upaya sinergi bersama lintas sektor, di mana masing-masing pemangku kepentingan dapat mengambil peran yang paling mungkin dilakukan. Dalam membangun langkah-langkah kebersamaan yang kokoh diperlukan kerangka rancang bangun dalam bentuk dokumen “Strategi Nasional Penanggulangan Penyakit Alzheimer dan Demensia Lainnya: Menuju Lanjut Usia Sehat dan Produktif“, yang dapat menggambarkan langkah-langkah secara terpadu dan efektif menurunkan angka kejadian demensia dan gangguan kognitif lainnya.
Semoga dengan adanya Strategi Nasional ini maka pelaksanaan program penanggulangan penyakit alzheimer dan demensia lainnya: menuju lanjut usia sehat dan produktif dapat lebih baik dan mantap, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Jakarta, Agustus 2015Menteri Kesehatan
Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K)
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARSAMBUTAN MENTERI KESEHATAN RIDAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIFEXECUTIVE SUMMARY
1. PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Visi, Misi, Tujuan dan StrategiC. Ruang LingkupD. Landasan Hukum dan Peraturan yang mendukung
2. ANALISIS SITUASI: GAMBARAN KESEHATAN INTELIGENSIA LANJUT USIA DI INDONESIA
3. MENUJU OTAK SEHAT PADA LANJUT USIAA. Konsep Siklus Hidup Menuju Otak Sehat dan
ProduktifB. Kerangka Pikir Otak SehatC. Upaya Mewujudkan Otak Sehat dan Produktif pada
Lanjut Usia
4. TUJUH LANGKAH AKSI MENANGGULANGI PENYAKIT ALZHEIMER DAN DEMENSIA LAINNYA: MENUJU LANJUT USIA SEHAT DAN PRODUKTIF • Pertama:Kampanyekesadaranpublikdanpromosi
gaya hidup sehat• Kedua:Advokasihakasasimanusiabagiorang
dengan demensia (“pikun”) dan pendampingnya• Ketiga:Memastikanadanyaaksesinformasimenuju
layanan yang berkualitas
iiiiv
viiix
11344
6
9
910
10
12
12
12
12
vi
• Keempat:Deteksidini,diagnosisdantatalaksanaholistik masalah kognitif dan demensia
• Kelima:Sistempenguatansumberdayamanusia yang dilakukan secara professional dan berkelanjutan
• Keenam:Sistempenguatanprogramkesehatankognitif sebagai faktor utama mencerdaskan kehidupan bangsa dengan pendekatan siklus kehidupan
• Ketujuh:Terlaksanadantermanfaatkannyapenelitiantentang kognitif dan demensia
5. PENGUATAN KOORDINASI ANTAR KOMPONENA. Optimalisasi Peran Para Pemangku KepentinganB. Kerjasama Internasional
6. PELAKSANAAN KEGIATAN, INDIKATOR DAN MONITORING KEBERHASILAN PROGRAM
7. PENDANAAN
8. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKAGLOSSARIUMTIM PENYUSUN
13
13
13
13
141416
18
26
27
283036
vii
RINGKASAN EKSEKUTIF
PendahuluanStrategi Nasional Penanggulangan Penyakit Alzheimer dan Demensia Lainnya: Menuju Lanjut Usia Sehat dan Produktif dibuat saat kesehatan lanjut usia telah menjadi perhatian para pemangku kebijakan pada tingkat nasional, regional dan global. Pada tahun 2012 tema hari kesehatan sedunia adalah ageing and health dan Yogyakarta declaration on ageing and health oleh para menteri se-Asia Tenggara pada tahun yang sama, menegaskan kembali bahwa lanjut usia merupakan aset sosial dan mempunyai kontribusi aktif dan konstruktif.
Namun Usia harapan hidup (UHH) yang terus meningkat dan masih besarnya masalah kesehatan pada setiap tahap kehidupan (Riskesdas, 2013) akan mengakibatkan meningkatnya demensia dan gangguan kognitif lainnya di masa depan, yang apabila tidak dikendalikan akan berdampak sangat besar pada kehidupan ekonomi, sosial, dan politik bangsa Indonesia. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan suatu akselerasi melalui strategi nasional dan langkah-langkah aksi lintas program dan sektor dengan mengikutsertakan pemberdayaan masyarakat.
TujuanTujuan Strategi Nasional ini adalah terwujudnya penanggulangan penyakit alzheimer dan demensia lainnya: menuju lanjut usia sehat dan produktif.
Untuk mencapai tujuan, strategi yang digunakan adalah :1. Pengarusutamaan upaya mencapai otak sehat menuju lanjut usia
produktif dengan pendekatan siklus hidup pada setiap tingkatan pembangunan nasional
viii
2. Peningkatan kualitas pelayanan gangguan kognitif dan demensia3. Penguatan manajerial dalam upaya mencapai otak sehat yang
optimal
Tujuh langkah aksi1. Kampanye Kesadaran Publik dan Promosi Gaya Hidup Sehat2. Advokasi hak asasi manusia bagi Orang Dengan Demensia dan
pendampingnya3. Memastikan adanya akses dan informasi menuju layanan yang
berkualitas.4. Terlaksananya deteksi dini, diagnosis dan tatalaksana holistik
masalah kognitif dan demensia5. Sistem Penguatan sumber daya manusia yang dilakukan secara
professional dan berkelanjutan.6. Sistem Penguatan Program Kesehatan Kognitif sebagai faktor
utama Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Dengan Pendekatan Siklus Kehidupan
7. Terlaksana dan Termanfaatkannya Penelitian tentang kognitif dan demensia.
KesimpulanStrategi Nasional Penanggulangan Penyakit Alzheimer dan Demensia Lainnya: Menuju Lanjut Usia Sehat dan Produktif ini diharapkan dapat menempatkan masalah kognisi lanjut usia sebagai prioritas Pembangunan Nasional agar kualitas sumber daya manusia Indonesia makin tinggi.
ix
EXECUTIVE SUMMARY
IntroductionThe National Strategy Towards Healthy and Productive Brain in Old Age has been formulated to respond to stakeholder awareness on older person health at the national, regional and global level. In 2012 the theme of World Health Day was on Ageing and Health and the Yogyakarta Declaration on Ageing and Health by the Health Ministers in the South-East Asia Region in the same year emphasized that older persons were a social asset and have active and constructive contributions in national development of their respective countries.
However, increasing Life Expectancy and the magnitude of health problems in each age group of the life cycle (Riskesdas, 2013) will have consequence on the increase in dementia and other cognitive disorders in the future, If this situation is not handle properly, then it will have an impact on the economic, social and political life of the nation. In orderforthisconditiontooccurrequiresaccelerativeeffortsthroughanational strategy and cross sector and program action steps with active community participation.
ObjectiveObjectiveofthisguideiseffortstoachieveolderpersonswithhealthyand productive brain
To achieve this objective, the strategies applied are :
1. Mainstreaming efforts to achieve healthy brain of ultimatelyproductive older persons through a life course approach at all levels of national development
x
2. Improve quality of cognitive disorder and dementia services3. Enforcement of managerial capacity in achieving optimal healthy
and productive brain in all ages
Seven Action Steps1. Campaign on Public Awareness and Promotion of Healthy Lifestyles2. Advocacy on human rights for people with dementia and their
caregivers3. To ensure access and information of quality services4. Implementation of early detection, diagnosis and holistic
management of cognitive disorders and dementia5. Establishment of System to Reinforce professional and sustainable
human resources 6. Establishment of System to Reinforce Cognitive Health Programs
as main factor to increase literacy of nation based on life course approach
7. Implementation and Application of Research on cognition and dementia
ConclusionNational Strategy Towards Healthy and Productive Brain in Old Age is a policy to position older person issues as a priority in National Development because it determines the health status including health status of the elderly, Life Expectancy and level of national and quality of human resource development.
1
1PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah
penduduk terbanyak ke-empat di dunia, berusaha melaksanakan pembangunan untuk mensejajarkan eksistensinya dengan negara-negara di dunia. Upaya pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia merupakan perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar tahun 1945, yaitu membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Untuk mencapai hal tersebut, maka pembangunan kesehatan merupakan pilar utama dalam penyediaan sumber daya manusia dengan mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Kesehatan yang berbunyi: “semua orang berhak atas kesehatan”.
Pembangunan sumber daya manusia berbasis kesehatan merupakan kebutuhan mendasar yang harus tertuang dalam setiap Rencana Pembangunan Nasional untuk membangun masyarakat yang sehat dan cerdas. Pengembangan sumber daya manusia berbasis kesehatan dilakukan sesuai siklus kehidupan, dan setiap tahap kehidupan memiliki permasalahan kesehatan yang berbeda.
Pertambahan usia dan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular, merupakan faktor utama penyebab penurunan fungsi kognitif yang kelak akan meningkatkan penyakit Alzheimer dan demensia lainnya pada kelompok lanjut usia. Penurunan fungsi kognitif berdampak pada menurunnya aktivitas sosial sehari-hari pada lanjut usia yang menjadi problem dalam kesehatan masyarakat, dan berdampak pada bertambahnya pembiayaan keluarga, masyarakat dan pemerintah.
2
Di Indonesia, jumlah Orang Dengan Demensia (ODD) diperkirakan akan makin meningkat dari 960.000 di tahun 2013, menjadi 1.890.000 di tahun 2030 dan 3.980.000 ODD di tahun 2050 (World Report Alzheimer, 2012). Oleh karena itu diperlukan perhatian yang tinggi untuk pencegahan dan penanggulangan ODD, salah satunya dengan mengupayakan kondisi otak yang tetap sehat. Kesehatan otak yang optimal akan diperoleh apabila upaya kesehatan dilakukan sejak dalam kandungan, bayi, balita, remaja, dewasa dan lanjut usia.
Otak tidak sehat dan tidak produktif di masa tua tidak saja mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan dan masalah sosial tetapi juga menjadi beban ekonomi. Beban biaya yang harus ditanggung untuk orang dengan demensia yang dikeluarkan oleh negara-negara berpenghasilan menengah keatas, diperkirakan mencapai US$ 32,5 Milliar atau 325 Triliun rupiah per tahun (World Report Alzheimer, 2012).
Pencegahan Demensia dapat dilakukan dengan cara mengendalikan penyakit degenerartif seperti Diabetes mellitus, mengingat 54,6% orang DM Tipe 2 telah mengalami penurunan fungsi kognitif Hendaya Kognitif Non Demensia (HKND). Prevalensi Demensia pada kelompok DM sebesar 6,8% sementara kelompok tanpa DM hanya 1,2%. Secara keseluruhan prevalensi Demensia di Jabotabek adalah 3,5% (MWS Nasrun,disertasi UI 2007). Sementara itu, penelitian di 3 wilayah yaitu Borobudur, Sumedang dan Jakarta mendapatkan 38,9% penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia diatas 60 tahun dengan faktor protektif berupa pola hidup sehat dan stimulus otak (Hogervorst, dkk, 2009).
Upaya pencegahan dan penanggulangan Orang dengan Hendaya Kognitif Non Demensia (HKND) dan demensia memerlukan
3
kerjasama pemerintah, swasta dan mitra pembangunan serta pemangku kepentingan lain. Untuk melakukan kerjasama secara terkoordinasi, terpadu dan harmonis, maka diperlukan Strategi Nasional Penanggulangan Penyakit Alzheimer dan Demensia Lainnya: Menuju Lanjut Usia sehat dan produktif. Strategi nasional ini merupakan acuan untuk melaksanakan upaya kesehatan yang komprehensif, terpadu dan efisien dengan tujuan untukmenurunkan angka kejadian Demensia Alzheimer dan demensia lainnya dengan pendekatan siklus hidup.
B. VISI, MISI, TUJUAN DAN STRATEGIVISIMewujudkan lanjut usia sehat dan produktif
MISI• Mengkoordinasikan pengendalian masalah kognitif dan
demensia • Mempromosikanotaksehatmenujulanjutusiaproduktif• Menanggulangigangguankognitifuntukmencegahdemensia
pada lanjut usia
TUJUAN UMUM Terwujudnya penanggulangan penyakit alzheimer dan demensia
lainnya: menuju lanjut usia sehat dan produktif
TUJUAN KHUSUSa. Terlaksananya koordinasi pengendalian masalah kognitif dan
demensiab. Terlaksananya promosi otak sehat menuju lanjut usia produktif c. Terlaksananya penanggulangan gangguan kognitif untuk
mencegah demensia
4
STRATEGI 1. Pengarusutamaan upaya mencapai otak sehat menuju lanjut
usia produktif dengan pendekatan siklus hidup pada setiap tingkatan pembangunan nasional
2. Peningkatan kualitas pelayanan gangguan kognitif dan demensia
3. Penguatan manajerial dalam upaya mencapai otak sehat yang optimal
C. RUANG LINGKUP (BATASAN-BATASAN) Dalam buku strategi nasional ini diuraikan tentang :
1. Gambaran situasi kesehatan inteligensia pada lanjut usia (khususnya penyakit Alzheimer dan gangguan kognitif akibat penyakit otak lainnya).
2. Analisis situasi kesehatan pada setiap tahap kehidupan sebagai faktor yang memengaruhi otak sehat pada lanjut usia.
3. Konsep dan upaya mewujudkan otak sehat dan produktif pada lanjut usia.
4. Strategi penanggulangan penyakit Alzheimer dan demensia lainnya dan langkah-langkah mewujudkan lanjut usia dengan otak sehat dan produktif.
5. Koordinasi vertikal dan horizontal lintas program dan lintas sektor serta pemberdayaan masyarakat.
D. LANDASAN HUKUM DAN PERATURAN YANG MENDUKUNG: 1. Undang-undang Dasar 1945;2. Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia;3. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;4. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
5
5. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 60 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanganan Lanjut Usia di Daerah
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/SK/X/2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian Urusan Bidang Kesehatan Pemerintahan Antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 263/Menkes/SK/II/2010 tentang Pedoman Rehabilitasi Kognitif
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 264/Menkes/SK/II/2010 tentang Pedoman Penanggulangan Masalah Intelegensia Akibat Gangguan Degeneratif
6
2ANALISIS SITUASI :
GAMBARAN KESEHATAN INTELIGENSIALANJUT USIA DI INDONESIA
Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk lansia. Dalam rentang waktu 10 tahun diperkirakan terjadi peningkatan usia harapan hidup (UHH) 68,6 tahun menjadi 72,7 tahun di 2014. Peningkatan UHH akan diikuti dengan peningkatan jumlah lansia, berawal dari 23,9 juta (9,77%) tahun 2010, diperkirakan akan meningkat menjadi 28,8 juta (11,34%) tahun 2020. Berdasarkan proyeksi 2010-2035 jumlah kelompok umur 0-14 tahun dan 15-49 menurun, sedangkan kelompok umur lansia (50-64 tahun dan 65+) terus meningkat.
Padatahun2020-2025Indonesiamengalamipotensibonusdemografidimana terjadi 100 orang yang bekerja menanggung 44 orang yang tidak bekerja. Bonus demografi akan memberikan dampak bagipeningkatan pendapatan baik per kapita maupun nasional. Peranan lansia yang sehat dan produktif akan memberikan dampak yang lebih besar pada kondisi tersebut. Hal ini didukung oleh data tahun 2005 – 2012 sebagian besar penduduk lansia (sekitar 90%) masih memegang peranan penting di dalam lingkungan rumah tangga berstatus sebagai kepala rumah tangga dan berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2011 hampir separuh (45,41%) lansia di Indonesia memiliki kegiatan utama bekerja.
Namun seiring dengan peningkatan UHH dan jumlah lansia tersebut, terjadi peningkatan pula berbagai penyakit degeneratif otak yang menurunkan fungsi kognitif dan produktifitas lansia. Penurunanfungsi kognitif berdampak pula pada menurunnya aktivitas sehari-hari yang bila tidak dikendalikan akan menyebabkan bertambahnya
7
beban sosial yang harus ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Penyebab penurunan fungsi kognitif yang utama pada lansia adalah penyakit Alzheimer dan demensia lainnya. Data dari WorldAlzheimerʼsReport 2013 memprediksi bahwa jumlah orang lansia yang dependen akan meningkat dari 101 juta menjadi 277 juta dalam 2050, jumlahnya hampir tiga kali lipat. Hampir setengahnya hidup dengan penyakit Alzheimer atau jenis demensia lainnya, yang secara cepat akan menjadi krisis kesehatan global. Di Indonesia sendiri diperkirakan sekitar satu juta orang menderita Alzheimer, sementara itu proporsi lanjut usia di tiga wilayah (DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah) yang mengalami penurunan fungsi kognitif sebanyak 38,9% sedangkan yang mengalami demensia sekitar 4% [Hogervorst et al., 2009]. Sementara itu, penelitian lain tentang pencegahan demensia dapat dilakukan dengan cara mengendalikan penyakit degenerartif seperti Diabetes mellitus, mengingat 54,6% orang DM Tipe 2 telah mengalami penurunan fungsi kognitif Hendaya Kognitif Non Demensia (HKND). Prevalensi Demensia pada kelompok DM sebesar 6,8% sementara kelompok tanpa DM hanya 1,2%. Secara keseluruhan prevalensi Demensia di Jabotabek adalah 3,5% (MWS Nasrun,disertasi UI 2007).
Data Riskesdas 2010 juga menunjukkan gambaran Burden of Diseases (BOD) sebagai faktor risiko gangguan penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan penurunan fungsi kognitif, seperti: maternal disorder, neonatal disorder, nutritional deficiencies,transports injuries, mental & behavioral, infections (HIV AIDS, diare), dan yang paling sering adalah hipertensi, stroke dan diabetes mellitus (Riskesdas, 2013). Kekurangan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan akan mempengaruhi terjadi perkembangan otak yang sangat pesat dan sangat berpengaruh terhadap terjadinya gangguan kognitif di kemudian hari. Data riskerdas 2010 menunjukkan besarnya prevalensi
8
gizi buruk dan gizi kurang 17,9%, pendek dan yang sangat pendek 35,6%, kurus dan sangat kurus 13,3%. Prevalensi pendek dan sangat pendek pada remaja sebesar 31,2%, kurus dan sangat kurus 8,9%. Pada usia 19 sampai 64 tahun kecenderungan untuk gizi kurang berkisar antara 30-50%.
Data di atas menunjukkan bahwa jumlah lanjut usia yang terus meningkat dapat menjadi aset bangsa bila sehat dan produktif. Namun lanjut usia yang tidak sehat dan tidak mandiri akan berdampak besar terhadap kondisi sosial dan ekonomi bangsa. Sehingga penting adanya suatu strategi nasional dalam mengendalikan penyakit Alzheimer dan demensia lainnya yang merupakan salah satu penyebab utama yang mengakibatkan lanjut usia tidak sehat dan produktif. Strategi nasional pengendalian penyakit Alzheimer dan demensia lainnya ini harus memperhatikan berbagai kondisi dan faktor-faktor risiko pada setiap tahap siklus hidup, di mana setiap individu diharapkan mampu menjaga kesehatan mulai dari masa proses reproduksi, menghindari potensi polusi lingkungan, meningkatkan asupan gizi seimbang, dan melakukan stimulasi dalam bentuk edukasi untuk meningkatkan kesehatan inteligensia. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan komitmen bersama antara keluarga, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.
9
Gambar 2.1. Faktor Protektif dan Risiko Menuju Otak Sehat dan Produktif Sumber : Riskesdas 2010 & 2013, Mangialasche, Kivipelto et al 2012, CAS UI 2013,
diolah oleh Pusat Inteligensia Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
3MENUJU OTAK SEHAT PADA LANJUT USIA
A. KONSEP SIKLUS HIDUP MENUJU OTAK SEHAT DAN PRODUKTIF
Otak sehat dan produktif akan tercapai melalui kesehatan optimal sejak janin, bayi, balita, anak, remaja, dewasa, pra lanjut usia dan lanjut usia. Keadaan ini akan dipengaruhi oleh adanya kelainan kongenital, faktor genetik, perilaku merokok dan konsumsi alkohol, gizi buruk, dan berbagai penyakit seperti penyakit tidak menular, penyakit menular, penyakit metabolik, penyakit vaskuler serta gangguan saraf. Hal ini akan dapat dicegah melalui gizi seimbang danaktifitaskognitif,sosial,budaya,pendidikan,aktifitasfisik,dankesehatan reproduksi yang baik. Selain itu juga diperlukan stimulasi lain untuk meningkatkan fungsi otak (lihat gambar 2.1)
Faktor Protektif
Faktor Protektif Lain
Gizi
Aktivitas Fisik
KesPro SehatPendidikan
Aktivitas Kognitif,Mental, Spiritual, Sosial
Faktor Risiko
Depresi
Penyakit KardiovaskulerKel. Kongenital
Merokok
Konsumsi Alkohol
ObesitasMalnutrisi
StrokeHipertensi
Dislipidemia
DiabetesFaktor Resiko Lain
Napza Gangguan Saraf
Usia Memengaruhi Struktur dan Fungsi
Otak
Anak
0 18 23 45 60
Remaja Dewasa Pra-Lansia Lanjut Usia Otak Sehat dan Produktif
10
B. KERANGKA PIKIR OTAK SEHAT Otak Sehat adalah suatu kondisi terpeliharanya fungsi kognitif dan
non kognitif sehingga mampu membuat keputusan secara mandiri. Upaya untuk mewujudkan otak sehat dan produktif dilakukan melalui masukan gizi seimbang, stimulasi fisik, kognitif, spiritualdan sosial dengan dukungan lingkungan yang memadai. Untuk mewujudkan otak sehat pada lanjut usia memerlukan berbagai upaya (gambar 2.2)
C. UPAYA MEWUJUDKAN OTAK SEHAT DAN PRODUKTIF PADA LANJUT USIA
Mewujudkan otak sehat dan produktif pada lanjut usia membutuhkan upaya kesehatan berkesinambungan pada setiap tahap siklus hidup. Berbagai upaya peningkatan kesehatan ibu, janin, bayi, anak , remaja, dewasa, pra lanjut usia serta lanjut usia berpengaruh terhadap kesehatan otak lanjut usia. Peningkatan gizi
8
yang memadai. Untuk mewujudkan otak sehat pada lanjut usia memerlukan berbagai upaya ( gambar
2.2 )
Gambar 2.2. Kerangka Pikir Menuju Otak Sehat dan Produktif Pada Lanjut Usia
C. UPAYA MEWUJUDKAN OTAK SEHAT DAN PRODUKTIF PADA LANJUT USIA
Mewujudkan otak sehat dan produktif pada lanjut usia membutuhkan upaya kesehatan
berkesinambungan pada setiap tahap siklus hidup. Berbagai upaya peningkatan kesehatan ibu, janin,
bayi, anak , remaja, dewasa, pra lanjut usia serta lanjut usia berpengaruh terhadap kesehatan otak
lanjut usia. Peningkatan gizi masyarakat sangat berpengaruh terhadap kesehatan janin sampai
terwujudnya otak sehat dan produktif pada lanjut usia (Buku Gaya Hidup Otak Sehat (Brain Healthy Life
Style), Pusat Inteligensia Kesehatan 2013). Tidak hanya masalah gizi, namun saat janin perlu dilakukan
pula stimulasi otak merujuk dari buku Pedoman Stimulasi dan Nutrisi Pengungkit Otak pada Janin
melalui Ibu Hamil (Brain Booster, Pusat Inteligensia Kesehatan 2009). Makanan dengan pengawet, tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi gula, kebiasaan merokok dan penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes
melitus adalah faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan otak dan dapat menyebabkan demensia
(lihat gambar 2.1).
Perubahan gaya hidup memerlukan pengendalian jangka panjang, juga ketersediaan obat-obat yang
efektif dan murah disertai penyediaan fasilitas dan alat kesehatan yang memadai.
DIMENSI PENDUKUNG
INPUT
Tenaga, Fasilitas, Dana (Biaya)
LAYANAN
Primer, Sekunder, Tersier Preventif, Promotif, Kuratif dan
Rehabilitatif Pemberdayaan Masyarakat
KOORDINASI
Lintas Sektor dan Program Pusat – Provinsi – Kab/Kota Peran Swasta Lembaga Sosial Masyarakat
REGULASI
Pembagian Peran dan Kewenangan Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Ketenagaan (Akreditasi, Sertifikasi) Sistem Pelayanan
MANAJEMEN KESEHATAN
Data, Manajemen, Sistem Informasi, Litbang
DIMENSI UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT ALZHEIMER DAN
DEMENSIA LAINNYA
Promosi Gaya Hidup Sehat
Peningkatan Kesehatan Ibu, Janin, Bayi, Anak, Remaja, Dewasa Dan Lanjut Usia
(Pendekatan Siklus Hidup)
Perbaikan Gizi Masyarakat
Pengendalian Penyakit (PM&PTM) Dan Faktor Risiko Gangguan Otak
Pengawasan Obat Dan Makanan
Fasiltas Dan Alat Kesehatan
OTAK SEHAT DAN PRODUKTIF
PADA LANJUT
USIA
Gambar 2.2. Kerangka Pikir Menuju Otak Sehat dan Produktif Pada Lanjut Usia
11
masyarakat sangat berpengaruh terhadap kesehatan janin sampai terwujudnya otak sehat dan produktif pada lanjut usia (Buku Gaya Hidup Otak Sehat (Brain Healthy Life Style), Pusat Inteligensia Kesehatan 2013). Tidak hanya masalah gizi, namun saat janin perlu dilakukan pula stimulasi otak merujuk dari buku Pedoman Stimulasi dan Nutrisi Pengungkit Otak pada Janin melalui Ibu Hamil (Brain Booster, Pusat Inteligensia Kesehatan 2009). Makanan dengan pengawet, tinggi garam, tinggi lemak, tinggi gula, kebiasaan merokok dan penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus adalah faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan otak dan dapat menyebabkan demensia (lihat gambar 2.1).
Perubahan gaya hidup memerlukan pengendalian jangka panjang, juga ketersediaan obat-obat yang efektif dan murah disertai penyediaan fasilitas dan alat kesehatan yang memadai.
Pengendalian berbagai faktor risiko tersebut dapat mengurangi risiko demensia di kemudian hari. Upaya pemeriksaan kesehatan otak secara berkala penting dilakukan terutama pada individu yang berisiko demensia. Pemeriksaan kesehatan otak dapat dilakukan pada pelayanan kesehatan primer dan sekunder secara holistik. Misalnya dengan menggunakan skrining ABCDE (A : Activity daily living, B : Balance, C : Cognitive, D : Disease and Risk Factor, E : Emotions) (Buku Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Inteligensia Akibat Gangguan Degeneratif, Pusat Inteligensia Kesehatan 2010). Dengan menilai aktivitas sehari-hari, keseimbangan, kognitif, faktor risiko dan mental-emosional diharapkan dapat dideteksi sedini mungkin adanya gangguan intelegensia sehingga dapat dilakukan berbagai upaya terpadu lintas program dan lintas sektor.
12
4TUJUH LANGKAH AKSI MENANGGULANGI
PENYAKIT ALZHEIMER DAN DEMENSIA LAINNYA: MENUJU LANJUT USIA SEHAT DAN PRODUKTIF
Dalam rangka menanggulangi (promotif, preventif dan kuratif) penyakit alzheimer dan demensia lainnya: menuju lanjut usia sehat dan produktif perlu disusun langkah-langkah aksi dengan memperhatikan nilai-nilai agama, budaya dan norma kemasyarakatan.
PERTAMA : KAMPANYE KESADARAN PUBLIK DAN PROMOSI GAYA HIDUP SEHATPeningkatan kesadaran masyarakat bahwa demensia (“pikun”) bukan merupakan bagian dari penuaan normal sehingga diperlukan berbagai upaya dan kegiatan gaya hidup otak sehat (brain healthy life style) sepanjang hayat yang meliputi aktivitas fisik, mental, sosial, dankonsumsi gizi seimbang. Upaya ini harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan.
KEDUA : ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA BAGI ORANG DENGAN DEMENSIA (“PIKUN”) DAN PENDAMPINGNYAPeningkatan kesadaran pemangku kebijakan dan masyarakat bahwa demensia merupakan masalah yang berdampak luas dalam kehidupan agar kualitas hidup ODD dan pendampingnya lebih baik.
KETIGA: MEMASTIKAN ADANYA AKSES INFORMASI MENUJU LAYANAN YANG BERKUALITASPeningkatan akses dan informasi layanan multidisiplin dan komprehensif berkualitas yang dapat dijangkau oleh ODD dan pendampingnya.
13
KEEMPAT : DETEKSI DINI, DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA HOLISTIK MASALAH KOGNITIF DAN DEMENSIA Peningkatan kualitas pelayanan yang meliputi deteksi dini, diagnosis sampai tata laksana holistik di fasilitas pelayanan primer dan sekunder. Dalam kasus yang memerlukan perawatan jangka panjang diprioritaskan pada homecare dan community based care.
KELIMA : SISTEM PENGUATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG DILAKUKAN SECARA PROFESSIONAL DAN BERKELANJUTANPeningkatan pengetahuan dan keterampilan khusus pada semua tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan melalui program pendidikan dan pelatihan di semua tingkat perawatan (dengan penekanan pada perawatan primer).
KEENAM : SISTEM PENGUATAN PROGRAM KESEHATAN KOGNITIF SEBAGAI FAKTOR UTAMA MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA DENGAN PENDEKATAN SIKLUS KEHIDUPANTerwujudnya otak sehat dan produktif sebagai bagian rencana strategis terintegrasi dengan memperhatikan kondisi dan faktor risiko pada setiap tahap kehidupan.
KETUJUH : TERLAKSANA DAN TERMANFAATKANNYA PENELITIAN TENTANG KOGNITIF DAN DEMENSIAPeningkatan kualitas penanggulangan masalah kognitif dan demensia melalui terlaksananya berbagai penelitian di tingkat nasional (dasar, klinis, epidemiologis dan sosial).
14
5PENGUATAN KOORDINASI ANTAR KOMPONEN
A. Optimalisasi Peran Para Pemangku Kepentingan Pemerintah perlu mendorong potensi berbagai upaya dalam
promosi lanjut usia sehat dan produktif, penanggulangan gangguan kognitif pada lanjut usia, dan terlaksananya koordinasi penanganan perawatan ODD dengan pendekatan Pemberdayaan Lintas Generasi dan Pemberdayaan Ekonomi. Upaya mewujudkan hal tersebut memerlukan koordinasi para pemangku kepentingan yang meliputi: Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia), pemerintah (melalui koordinasi Kemenkokesra) dan keterlibatan masyarakat untuk menghasilkan dan menjalankan kegiatan yang bersifat lintas sektor dan lintas program. Konsep dalam mensinergikan berbagai upaya antara lembaga sektoral, antara pelaku di berbagai tingkatan, antara jenis kegiatan disesuaikan dengan karakteristik aktivitas dari keberdayaan dan kemartabatan masyarakat secara mandiri dengan mengembangkan potensi sumber daya lokal (gambar 5.1). Konsep ini dapat diterapkan di daerah dengan melibatkan Komda Lansia dan semua unsur lainnya di bawah pemerintah daerah.
15
Gam
bar 5
.1. K
oord
inas
i Lin
tas S
ekto
r dan
Pro
gram
dal
am m
ewuj
udka
n la
njut
usia
seha
t dan
pro
dukt
if
15
Gam
bar 5
.1. K
oord
inas
i Lin
tas S
ekto
r dan
Pro
gram
dal
am m
ewuj
udka
n la
njut
usia
seha
t dan
pro
dukt
if
13
Gam
bar 5
.1. K
oord
inas
i Lin
tas S
ekto
r dan
Pro
gram
dal
am m
ewuj
udka
n la
njut
usia
seha
t dan
pro
duf
KEM
ENKO
PM
K M
asya
raka
t
Koor
dina
si L
inta
s Se
ktor
dan
Pro
gram
Prog
ram
/Keg
iata
n
Pem
erin
tah
Lint
as P
rogr
am
Lint
as S
ekto
r Ke
berd
ayaa
n da
n Ke
mar
taba
tan
Mas
yara
kat
Kem
enda
gri
Kem
enke
s
Kem
enso
s BK
KBN
Kem
enag
Kem
ente
rian/
Inst
ansi
Lain
ya
Kelo
mpo
k O
rgan
isas
i Lan
sia
Akad
emis
i
Org
anis
asi P
rofe
si
LSM
Bisn
is
Kelo
mpo
k m
asya
raka
t lai
nnya
Kom
nas
Lans
ia
Kem
eneg
PP
dan
PA
Kem
endi
kbud
16
Hal-hal yang perlu dicermati dalam upaya optimalisasi peran para pemangku kepentingan adalah sebagai berikut:1. Internalisasi pemahaman dan komitmen terhadap berbagai
upaya penanggulangan penyakit alzheimer dan demensia lainnya untuk mewujudkan lanjut usia sehat dan produktif.
2. Pengendalian terhadap program yang berhubungan dengan berbagai upaya penanggulangan penyakit alzheimer dan demensia lainnya untuk mewujudkan lanjut usia sehat dan produktif.
3. Peningkatan peran dan keterlibatan DPR dan DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota dalam mendukung implementasi program/kegiatan dimaksud.
4. Integrasi program/kegiatan ke dalam dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran di pusat dan daerah.
5. Pengembangan kapasitas daerah untuk mendukung upaya penanganan gangguan kognitif pada lanjut usia melalui advokasi untuk menyempurnakan regulasi daerah, meliputi kelembagaan, SDM dan pembiayaan daerah. Di samping itu juga membangun interkoneksitas antar daerah dalam penanganan lanjut usia.
6. Upaya mewujudkan lanjut usia sehat dan produktif dilaksanakan secara terpadu melalui Program Pemberdayaan Masyarakat dengan mengedepankan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas, memperhatikan nilai agama dan budaya/norma masyarakat serta kearifan lokal.
B. Kerjasama Internasional Sesuai dengan kesepakatan internasional, kerjasama internasional
perlu digalang untuk terlibat aktif dalam mendukung program kesehatan lanjut usia dan hak-hak lanjut usia di negara masing-masing. Indonesia telah terlibat secara aktif sebagai bagian dari
17
badan maupun masyarakat Internasional yang bekerjasama dalam Pengembangan Program Kesehatan Lanjut usia dan hak-hak lanjut usia.
Secara global kerjasama aktif di bidang kelanjutusiaan meliputi:1. Pengembangan peralatan dalam bentuk hibah maupun alih
teknologi 2. Pengembangan kerjasama teknis berupa tenaga konsultan
dan tenaga ahli mencakup alih teknologi, pengetahuan serta informasi
3. Advokasi ke lembaga-lembaga internasional untuk mendapatkan legalitas.
4. Penelitian yang berupa penelitian dasar dan operasional
Dengan menggunakan Strategi Nasional Pengendalian Penyakit Alzheimer dan Demensia lainnya : Menuju Lanjut Usia Sehat dan Produktif ini, maka kerjasama dengan badan-badan internasional kelanjutusiaan dapat dilakukan lebih terencana, terarah dan terkoordinasi.
18
6PELAKSANAAN KEGIATAN, INDIKATOR
DAN MONITORING KEBERHASILAN PROGRAM
LANGKAH AKSI PERTAMA : KAMPANYE KESADARAN PUBLIK DAN PROMOSI GAYA HIDUP SEHAT
18
6PELAKSANAAN KEGIATAN, INDIKATOR
DAN MONITORING KEBERHASILAN PROGRAM
LANGKAH AKSI PERTAMA : KAMPANYE KESADARAN PUBLIK DAN PROMOSI GAYA HIDUP SEHAT
15
6. PELAKSANAAN KEGIATAN,
INDIKATOR DAN MONITORING
KEBERHASILAN PROGRAM
LANGKAH AKSI PERTAMA : KAMPANYE KESADARAN PUBLIK DAN PROMOSI GAYA HIDUP SEHAT
Kegiatan Indikator Pencapaian Instansi /pemangku kepentingan
terkait
1.Penguatan program yg ada
dan menciptakan program
baru untuk promosi lanjut
usia sehat dan produktif,
faktor risiko dan faktor
protektif, termasuk gaya
hidup sehat
1.1. Rapat koordinasi lintas sektor dan program yang
dilakukan secara berkala
1.2. Tersosialisasinya program menuju lanjut usia sehat
dan produktif
Kemendagri dan
semua
pemangku
terkait
2.Mengintensifkan kampanye
lanjut usia sehat dan
produktif
2.1. Pertemuan berkala pemangku kepentingan dengan
media dalam rangka edukasi dan sosialisasi program
terkait.
2.2. Terealisasinya kampanye lanjut usia sehat dan
produktif secara rutin di media massa
Kemenkes Usia
Lanjut dan
semua
pemangku
terkait
3.Penguatan program edukasi
lanjut usia di
a. Sekolah
b. keluarga,
c. masyarakat
d. kesehatan kerja
3.a.1. KIE tentang edukasi menuju lanjut usia sehat dan
produktif
3.b.1. KIE tentang gaya hidup lanjut usia sehat dan
produktif
3.b.2. Sosialisai tentang demensia
3.c.1. KIE tentang Kesehatan lanjut usia, menciptakan
lingkungan bebas polusi, gizi seimbang dan
stimulasi
3.c.2. Sosialisasi tentang demensia
Kemenkes Usia
Lanjut
Kemenkes
BKKBN
Kemendagri
dan semua
pemangku
kepentingan
terkait
Kemenkes
dan semua
pemangku
kepentingan
terkait
Kemenkes
19
17
BKKBN
LANGKAH AKSI KETIGA : MEMASTIKAN ADANYA AKSES DAN INFORMASI MENUJU LAYANAN YANG
BERKUALITAS
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Pengembangan akses
informasi pelayanan lanjut
usia dilengkapi dengan
peralatan minimal sesuai
standar
1. Tersedianya tautan ke website mengenai penyakit
Alzheimer dan demensia lainnya
2. Pemanfaatan alat komunikasi yang tersedia untuk
memberikan informasi di daerah
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
2. Meningkatkan penggunaan
SOP oleh profesional yang
terkait pelayanan lanjut usia
2.1.Semua fasilitas kesehatan telah menggunakan SOP
pelayanan lanjut usia
2.2.Semua fasilitas layanan memiliki tenaga terlatih
dilengkapi peralatan yang sesuai SOP
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
LANGKAH AKSI KEEMPAT : TERLAKSANANYA DETEKSI DINI GANGGUAN KOGNITIF, DIAGNOSA SERTA TATA
LAKSANA ORANG DENGAN DEMENSIA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Melakukan deteksi dini
gangguan kognitif dan
diagnosa demensia pada
lanjut usia,pralanjut usia dan
semua individu dengan
1.1. Tersedianya instrumen yang baku untuk melakukan
skrining gangguan kognitif dan diagnosa demensia
pada lanjut usia,pra lanjut usia dan semua individu
dengan faktor risiko
1.2. Meningkatnya proporsi lanjut usia yang berhasil
Kemkes
Kemendagri
Kemensos
(sesuai dengan
LANGKAH AKSI KEDUA : ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA BAGI ORANG DENGAN DEMENSIA DAN PENDAMPINGNYA
19
16
4.1. Terdapat buku pedoman dan pelatihan ToT
edukasi pengenalan demensia, rencana perawatan
dan rencana keuangan kepada caregiver dan
keluarga, serta ODD pada awal.
4.Mempromosikan kesehatan
kognitif menggunakan
model pelatihan
terkoordinasi pada tingkat
nasional,
4.1 Terbentuknya pusat pelatihan kesehatan kognitif
dan penanganan ODD tingkat nasional
4.2 Terdapat buku pedoman tentang upaya menuju
otak sehat dan deteksi dini, penanganan, dan
penatalaksanaan ODD
4.3 Terlaksananya TOT tentang upaya menuju otak
sehat dan deteksi dini, penanganan, dan
penatalaksanaan ODD bagi penanggungjawab
program di Dinas Kesehatan Provinsi
LANGKAH AKSI KEDUA : ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA BAGI ORANG DENGAN DEMENSIA DAN
PENDAMPINGNYA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1. Penguatan kebijakan lanjut
usia di tingkat pusat dan
daerah melalui penetapan
dalam undang-undang dan
turunannya
1.1.Terakomodasinya aturan-aturan yang melindungi
ODD dalam aturan-aturan yang sudah ada.
1.2. Kegiatan advokasi berkala dalam rangka
mempromosikan hak asasi manusia bagi ODD dan
pendampingnya
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
2.Melakukan edukasi dan
monitoring tentang
penanganan yang salah
terhadap ODD dan
dukungan terkait
2.1.Terbentuknya kelompok pendukung (supportgroup)
dan pertemuan para pendamping (caregiver) pada
setiap wilayah secara berkala
2.2. Terealisasinya sistem rujukan ODD yang tidak bisa
ditangani oleh layanan primer
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
16
4.1. Terdapat buku pedoman dan pelatihan ToT
edukasi pengenalan demensia, rencana perawatan
dan rencana keuangan kepada caregiver dan
keluarga, serta ODD pada awal.
4.Mempromosikan kesehatan
kognitif menggunakan
model pelatihan
terkoordinasi pada tingkat
nasional,
4.1 Terbentuknya pusat pelatihan kesehatan kognitif
dan penanganan ODD tingkat nasional
4.2 Terdapat buku pedoman tentang upaya menuju
otak sehat dan deteksi dini, penanganan, dan
penatalaksanaan ODD
4.3 Terlaksananya TOT tentang upaya menuju otak
sehat dan deteksi dini, penanganan, dan
penatalaksanaan ODD bagi penanggungjawab
program di Dinas Kesehatan Provinsi
LANGKAH AKSI KEDUA : ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA BAGI ORANG DENGAN DEMENSIA DAN
PENDAMPINGNYA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1. Penguatan kebijakan lanjut
usia di tingkat pusat dan
daerah melalui penetapan
dalam undang-undang dan
turunannya
1.1.Terakomodasinya aturan-aturan yang melindungi
ODD dalam aturan-aturan yang sudah ada.
1.2. Kegiatan advokasi berkala dalam rangka
mempromosikan hak asasi manusia bagi ODD dan
pendampingnya
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
2.Melakukan edukasi dan
monitoring tentang
penanganan yang salah
terhadap ODD dan
dukungan terkait
2.1.Terbentuknya kelompok pendukung (supportgroup)
dan pertemuan para pendamping (caregiver) pada
setiap wilayah secara berkala
2.2. Terealisasinya sistem rujukan ODD yang tidak bisa
ditangani oleh layanan primer
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
17
BKKBN
LANGKAH AKSI KETIGA : MEMASTIKAN ADANYA AKSES DAN INFORMASI MENUJU LAYANAN YANG
BERKUALITAS
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Pengembangan akses
informasi pelayanan lanjut
usia dilengkapi dengan
peralatan minimal sesuai
standar
1. Tersedianya tautan ke website mengenai penyakit
Alzheimer dan demensia lainnya
2. Pemanfaatan alat komunikasi yang tersedia untuk
memberikan informasi di daerah
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
2. Meningkatkan penggunaan
SOP oleh profesional yang
terkait pelayanan lanjut usia
2.1.Semua fasilitas kesehatan telah menggunakan SOP
pelayanan lanjut usia
2.2.Semua fasilitas layanan memiliki tenaga terlatih
dilengkapi peralatan yang sesuai SOP
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
LANGKAH AKSI KEEMPAT : TERLAKSANANYA DETEKSI DINI GANGGUAN KOGNITIF, DIAGNOSA SERTA TATA
LAKSANA ORANG DENGAN DEMENSIA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Melakukan deteksi dini
gangguan kognitif dan
diagnosa demensia pada
lanjut usia,pralanjut usia dan
semua individu dengan
1.1. Tersedianya instrumen yang baku untuk melakukan
skrining gangguan kognitif dan diagnosa demensia
pada lanjut usia,pra lanjut usia dan semua individu
dengan faktor risiko
1.2. Meningkatnya proporsi lanjut usia yang berhasil
Kemkes
Kemendagri
Kemensos
(sesuai dengan
LANGKAH AKSI KEDUA : ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA BAGI ORANG DENGAN DEMENSIA DAN PENDAMPINGNYA
19
16
4.1. Terdapat buku pedoman dan pelatihan ToT
edukasi pengenalan demensia, rencana perawatan
dan rencana keuangan kepada caregiver dan
keluarga, serta ODD pada awal.
4.Mempromosikan kesehatan
kognitif menggunakan
model pelatihan
terkoordinasi pada tingkat
nasional,
4.1 Terbentuknya pusat pelatihan kesehatan kognitif
dan penanganan ODD tingkat nasional
4.2 Terdapat buku pedoman tentang upaya menuju
otak sehat dan deteksi dini, penanganan, dan
penatalaksanaan ODD
4.3 Terlaksananya TOT tentang upaya menuju otak
sehat dan deteksi dini, penanganan, dan
penatalaksanaan ODD bagi penanggungjawab
program di Dinas Kesehatan Provinsi
LANGKAH AKSI KEDUA : ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA BAGI ORANG DENGAN DEMENSIA DAN
PENDAMPINGNYA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1. Penguatan kebijakan lanjut
usia di tingkat pusat dan
daerah melalui penetapan
dalam undang-undang dan
turunannya
1.1.Terakomodasinya aturan-aturan yang melindungi
ODD dalam aturan-aturan yang sudah ada.
1.2. Kegiatan advokasi berkala dalam rangka
mempromosikan hak asasi manusia bagi ODD dan
pendampingnya
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
2.Melakukan edukasi dan
monitoring tentang
penanganan yang salah
terhadap ODD dan
dukungan terkait
2.1.Terbentuknya kelompok pendukung (supportgroup)
dan pertemuan para pendamping (caregiver) pada
setiap wilayah secara berkala
2.2. Terealisasinya sistem rujukan ODD yang tidak bisa
ditangani oleh layanan primer
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
16
4.1. Terdapat buku pedoman dan pelatihan ToT
edukasi pengenalan demensia, rencana perawatan
dan rencana keuangan kepada caregiver dan
keluarga, serta ODD pada awal.
4.Mempromosikan kesehatan
kognitif menggunakan
model pelatihan
terkoordinasi pada tingkat
nasional,
4.1 Terbentuknya pusat pelatihan kesehatan kognitif
dan penanganan ODD tingkat nasional
4.2 Terdapat buku pedoman tentang upaya menuju
otak sehat dan deteksi dini, penanganan, dan
penatalaksanaan ODD
4.3 Terlaksananya TOT tentang upaya menuju otak
sehat dan deteksi dini, penanganan, dan
penatalaksanaan ODD bagi penanggungjawab
program di Dinas Kesehatan Provinsi
LANGKAH AKSI KEDUA : ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA BAGI ORANG DENGAN DEMENSIA DAN
PENDAMPINGNYA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1. Penguatan kebijakan lanjut
usia di tingkat pusat dan
daerah melalui penetapan
dalam undang-undang dan
turunannya
1.1.Terakomodasinya aturan-aturan yang melindungi
ODD dalam aturan-aturan yang sudah ada.
1.2. Kegiatan advokasi berkala dalam rangka
mempromosikan hak asasi manusia bagi ODD dan
pendampingnya
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
2.Melakukan edukasi dan
monitoring tentang
penanganan yang salah
terhadap ODD dan
dukungan terkait
2.1.Terbentuknya kelompok pendukung (supportgroup)
dan pertemuan para pendamping (caregiver) pada
setiap wilayah secara berkala
2.2. Terealisasinya sistem rujukan ODD yang tidak bisa
ditangani oleh layanan primer
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
17
BKKBN
LANGKAH AKSI KETIGA : MEMASTIKAN ADANYA AKSES DAN INFORMASI MENUJU LAYANAN YANG
BERKUALITAS
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Pengembangan akses
informasi pelayanan lanjut
usia dilengkapi dengan
peralatan minimal sesuai
standar
1. Tersedianya tautan ke website mengenai penyakit
Alzheimer dan demensia lainnya
2. Pemanfaatan alat komunikasi yang tersedia untuk
memberikan informasi di daerah
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
2. Meningkatkan penggunaan
SOP oleh profesional yang
terkait pelayanan lanjut usia
2.1.Semua fasilitas kesehatan telah menggunakan SOP
pelayanan lanjut usia
2.2.Semua fasilitas layanan memiliki tenaga terlatih
dilengkapi peralatan yang sesuai SOP
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
LANGKAH AKSI KEEMPAT : TERLAKSANANYA DETEKSI DINI GANGGUAN KOGNITIF, DIAGNOSA SERTA TATA
LAKSANA ORANG DENGAN DEMENSIA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Melakukan deteksi dini
gangguan kognitif dan
diagnosa demensia pada
lanjut usia,pralanjut usia dan
semua individu dengan
1.1. Tersedianya instrumen yang baku untuk melakukan
skrining gangguan kognitif dan diagnosa demensia
pada lanjut usia,pra lanjut usia dan semua individu
dengan faktor risiko
1.2. Meningkatnya proporsi lanjut usia yang berhasil
Kemkes
Kemendagri
Kemensos
(sesuai dengan
LANGKAH AKSI KEDUA : ADVOKASI HAK ASASI MANUSIA BAGI ORANG DENGAN DEMENSIA DAN PENDAMPINGNYA
Pemangku
Kepentingan
terkait
20
LANGKAH AKSI KETIGA : MEMASTIKAN ADANYA AKSES DAN INFORMASI MENUJU LAYANAN YANG BERKUALITAS
LANGKAH AKSI KEEMPAT : TERLAKSANANYA DETEKSI DINI GANGGUAN KOGNITIF, DIAGNOSA SERTA TATA LAKSANA ORANG DENGAN DEMENSIA
20
17
BKKBN
LANGKAH AKSI KETIGA : MEMASTIKAN ADANYA AKSES DAN INFORMASI MENUJU LAYANAN YANG
BERKUALITAS
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Pengembangan akses
informasi pelayanan lanjut
usia dilengkapi dengan
peralatan minimal sesuai
standar
1. Tersedianya tautan ke website mengenai penyakit
Alzheimer dan demensia lainnya
2. Pemanfaatan alat komunikasi yang tersedia untuk
memberikan informasi di daerah
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
2. Meningkatkan penggunaan
SOP oleh profesional yang
terkait pelayanan lanjut usia
2.1.Semua fasilitas kesehatan telah menggunakan SOP
pelayanan lanjut usia
2.2.Semua fasilitas layanan memiliki tenaga terlatih
dilengkapi peralatan yang sesuai SOP
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
LANGKAH AKSI KEEMPAT : TERLAKSANANYA DETEKSI DINI GANGGUAN KOGNITIF, DIAGNOSA SERTA TATA
LAKSANA ORANG DENGAN DEMENSIA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Melakukan deteksi dini
gangguan kognitif dan
diagnosa demensia pada
lanjut usia,pralanjut usia dan
semua individu dengan
1.1. Tersedianya instrumen yang baku untuk melakukan
skrining gangguan kognitif dan diagnosa demensia
pada lanjut usia,pra lanjut usia dan semua individu
dengan faktor risiko
1.2. Meningkatnya proporsi lanjut usia yang berhasil
Kemkes
Kemendagri
Kemensos
(sesuai dengan
LANGKAH AKSI KETIGA : MEMASTIKAN ADANYA AKSES DAN INFORMASI MENUJU LAYANAN YANG BERKUALITAS
LANGKAH AKSI KEEMPAT : TERLAKSANANYA DETEKSI DINI GANGGUAN KOGNITIF, DIAGNOSA SERTA TATA LAKSANA ORANG DENGAN DEMENSIA
17
BKKBN
LANGKAH AKSI KETIGA : MEMASTIKAN ADANYA AKSES DAN INFORMASI MENUJU LAYANAN YANG
BERKUALITAS
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Pengembangan akses
informasi pelayanan lanjut
usia dilengkapi dengan
peralatan minimal sesuai
standar
1. Tersedianya tautan ke website mengenai penyakit
Alzheimer dan demensia lainnya
2. Pemanfaatan alat komunikasi yang tersedia untuk
memberikan informasi di daerah
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
2. Meningkatkan penggunaan
SOP oleh profesional yang
terkait pelayanan lanjut usia
2.1.Semua fasilitas kesehatan telah menggunakan SOP
pelayanan lanjut usia
2.2.Semua fasilitas layanan memiliki tenaga terlatih
dilengkapi peralatan yang sesuai SOP
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
LANGKAH AKSI KEEMPAT : TERLAKSANANYA DETEKSI DINI GANGGUAN KOGNITIF, DIAGNOSA SERTA TATA
LAKSANA ORANG DENGAN DEMENSIA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Melakukan deteksi dini
gangguan kognitif dan
diagnosa demensia pada
lanjut usia,pralanjut usia dan
semua individu dengan
1.1. Tersedianya instrumen yang baku untuk melakukan
skrining gangguan kognitif dan diagnosa demensia
pada lanjut usia,pra lanjut usia dan semua individu
dengan faktor risiko
1.2. Meningkatnya proporsi lanjut usia yang berhasil
Kemkes
Kemendagri
Kemensos
(sesuai dengan
20
17
BKKBN
LANGKAH AKSI KETIGA : MEMASTIKAN ADANYA AKSES DAN INFORMASI MENUJU LAYANAN YANG
BERKUALITAS
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Pengembangan akses
informasi pelayanan lanjut
usia dilengkapi dengan
peralatan minimal sesuai
standar
1. Tersedianya tautan ke website mengenai penyakit
Alzheimer dan demensia lainnya
2. Pemanfaatan alat komunikasi yang tersedia untuk
memberikan informasi di daerah
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
2. Meningkatkan penggunaan
SOP oleh profesional yang
terkait pelayanan lanjut usia
2.1.Semua fasilitas kesehatan telah menggunakan SOP
pelayanan lanjut usia
2.2.Semua fasilitas layanan memiliki tenaga terlatih
dilengkapi peralatan yang sesuai SOP
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
LANGKAH AKSI KEEMPAT : TERLAKSANANYA DETEKSI DINI GANGGUAN KOGNITIF, DIAGNOSA SERTA TATA
LAKSANA ORANG DENGAN DEMENSIA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Melakukan deteksi dini
gangguan kognitif dan
diagnosa demensia pada
lanjut usia,pralanjut usia dan
semua individu dengan
1.1. Tersedianya instrumen yang baku untuk melakukan
skrining gangguan kognitif dan diagnosa demensia
pada lanjut usia,pra lanjut usia dan semua individu
dengan faktor risiko
1.2. Meningkatnya proporsi lanjut usia yang berhasil
Kemkes
Kemendagri
Kemensos
(sesuai dengan
LANGKAH AKSI KETIGA : MEMASTIKAN ADANYA AKSES DAN INFORMASI MENUJU LAYANAN YANG BERKUALITAS
LANGKAH AKSI KEEMPAT : TERLAKSANANYA DETEKSI DINI GANGGUAN KOGNITIF, DIAGNOSA SERTA TATA LAKSANA ORANG DENGAN DEMENSIA
17
BKKBN
LANGKAH AKSI KETIGA : MEMASTIKAN ADANYA AKSES DAN INFORMASI MENUJU LAYANAN YANG
BERKUALITAS
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Pengembangan akses
informasi pelayanan lanjut
usia dilengkapi dengan
peralatan minimal sesuai
standar
1. Tersedianya tautan ke website mengenai penyakit
Alzheimer dan demensia lainnya
2. Pemanfaatan alat komunikasi yang tersedia untuk
memberikan informasi di daerah
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
2. Meningkatkan penggunaan
SOP oleh profesional yang
terkait pelayanan lanjut usia
2.1.Semua fasilitas kesehatan telah menggunakan SOP
pelayanan lanjut usia
2.2.Semua fasilitas layanan memiliki tenaga terlatih
dilengkapi peralatan yang sesuai SOP
Kemendagri
(Leader)
Kemenkes
Kemensos
Kemenkokesra
BKKBN
LANGKAH AKSI KEEMPAT : TERLAKSANANYA DETEKSI DINI GANGGUAN KOGNITIF, DIAGNOSA SERTA TATA
LAKSANA ORANG DENGAN DEMENSIA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Melakukan deteksi dini
gangguan kognitif dan
diagnosa demensia pada
lanjut usia,pralanjut usia dan
semua individu dengan
1.1. Tersedianya instrumen yang baku untuk melakukan
skrining gangguan kognitif dan diagnosa demensia
pada lanjut usia,pra lanjut usia dan semua individu
dengan faktor risiko
1.2. Meningkatnya proporsi lanjut usia yang berhasil
Kemkes
Kemendagri
Kemensos
(sesuai dengan
2121
18
faktor risiko
dideteksi demensia penyakit Alzheimer dan
demensia lainnya beserta faktor risikonya
1.3 Semuafasilitas kesehatan primer mampu melakukan
skrining, diagnosa dan tatalaksana (termasuk
konseling) dan tindakan rujukan
1.4. semua fasilitas kesehatan rujukan mempunyai
fasilitas layanan geriatri terpadu.
1.5.Semua fasilitas kesehatan rujukan mempunyai
fasilitas layanan neurorestorasi.
1.6. Meningkatnya jumlah dan kualitas daycare
1.7.Meningkatnya jumlah dan kualitas layanan home
care
1.8.Terbentuknya sistem rujukan ODD
1.9.Meningkatkan proporsi lanjut usia dengan
keterbatasan fisik atau fungsi kognitif yang masih
dapat terlibat dalam kegiatan fisik, sosial dan
spiritual
kemampuan di
tiap jenjang)
2.Pengembangan materi
intervensi untuk perawatan
dan monitoring ODD
2.1. Adanya buku pedoman perawatan ODD
2.2. Pelatihan bagi caregiver yang merawat ODD
Kemkes
Kemensos
BKKBN
LANGKAH AKSI KELIMA : SISTEM PENGUATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG DILAKUKAN SECARA
PROFESSIONAL DAN BERKELANJUTAN
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/pemang
ku kepentingan
terkait
1.Pengembangan program
pendidikan nakes untuk
1.1.Semua institusi pendidikan kedokteran dan
keperawatan telah memasukan kurikulum mengenai
Kemendikbud
Kemensos
18
faktor risiko
dideteksi demensia penyakit Alzheimer dan
demensia lainnya beserta faktor risikonya
1.3 Semuafasilitas kesehatan primer mampu melakukan
skrining, diagnosa dan tatalaksana (termasuk
konseling) dan tindakan rujukan
1.4. semua fasilitas kesehatan rujukan mempunyai
fasilitas layanan geriatri terpadu.
1.5.Semua fasilitas kesehatan rujukan mempunyai
fasilitas layanan neurorestorasi.
1.6. Meningkatnya jumlah dan kualitas daycare
1.7.Meningkatnya jumlah dan kualitas layanan home
care
1.8.Terbentuknya sistem rujukan ODD
1.9.Meningkatkan proporsi lanjut usia dengan
keterbatasan fisik atau fungsi kognitif yang masih
dapat terlibat dalam kegiatan fisik, sosial dan
spiritual
kemampuan di
tiap jenjang)
2.Pengembangan materi
intervensi untuk perawatan
dan monitoring ODD
2.1. Adanya buku pedoman perawatan ODD
2.2. Pelatihan bagi caregiver yang merawat ODD
Kemkes
Kemensos
BKKBN
LANGKAH AKSI KELIMA : SISTEM PENGUATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG DILAKUKAN SECARA
PROFESSIONAL DAN BERKELANJUTAN
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/pemang
ku kepentingan
terkait
1.Pengembangan program
pendidikan nakes untuk
1.1.Semua institusi pendidikan kedokteran dan
keperawatan telah memasukan kurikulum mengenai
Kemendikbud
Kemensos
22
LANGKAH AKSI KELIMA : SISTEM PENGUATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG DILAKUKAN SECARA PROFESSIONAL DAN BERKELANJUTAN
22
18
2.Pengembangan materi
intervensi untuk perawatan
dan monitoring ODD
2.1. Adanya buku pedoman perawatan ODD
2.2. Pelatihan bagi caregiver yang merawat ODD
Kemkes
Kemensos
BKKBN
LANGKAH AKSI KELIMA : SISTEM PENGUATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG DILAKUKAN SECARA
PROFESSIONAL DAN BERKELANJUTAN
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/pemang
ku kepentingan
terkait
1.Pengembangan program
pendidikan nakes untuk
1.1.Semua institusi pendidikan kedokteran dan
keperawatan telah memasukan kurikulum mengenai
Kemendikbud
Kemensos
LANGKAH AKSI KELIMA : SISTEM PENGUATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG DILAKUKAN SECARA PROFESSIONAL DAN BERKELANJUTAN
skrining, diagnosa, tata
laksana holistik, serta aspek
medikolegal lanjut usia
kesehatan kognitif lansia
1.2.Terdapatnya tenaga kesehatan dan dokter terlatih
penanganan ODD pada semua puskesmas, rumah
sakit , panti lansia
1.3.Terdapatnya tenaga kesehatan yang telah mendapat
ToT penanganan ODD
1.4.Berkurangnya jumlah ODD dengan gangguan fungsi
lanjut dan Berkurangnya perawatan ODD di rumah
sakit
Kemkes
2.Pengembangan strategi
untuk memastikan bahwa
tenaga kesehatan
mengetahui peran
carepartner dalam
koordinasi perawatan ODD
2.1. Adanya pertemuan rutin semua nakes yang terlibat
dalam penanganan ODD dengan carepartner
2.2. Terlaksananya koordinasi penanganan ODD
Kemkes
Kemsos
BKKBN
3.Pengembangan pelayanan
longterm care bagi ODD
3.Terdapatnya asuransi pendukung longterm care Kemkes
Kemkeu
BPJS
LANGKAH AKSI KEENAM : SISTEM PENGUATAN PROGRAM KESEHATAN KOGNITIF SEBAGAI FAKTOR
UTAMA MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA DENGAN PENDEKATAN SIKLUS KEHIDUPAN
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1. Penguatan program
kesehatan kognitif yang
dilakukan dengan
pendekatan Continuum of
Care yang dimulai sejak
1.Terdapatnya parameter kognitif sebagai tujuan akhir
setiap program kesmas mulai dari masa prakehamilan
sampai usia lanjut
Kemkes
BKKBN
23
LANGKAH AKSI KEENAM : SISTEM PENGUATAN PROGRAM KESEHATAN KOGNITIF SEBAGAI FAKTOR UTAMA MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA DENGAN PENDEKATAN SIKLUS KEHIDUPAN
23
19
koordinasi perawatan ODD
3.Pengembangan pelayanan
longterm care bagi ODD
3.Terdapatnya asuransi pendukung longterm care Kemkes
Kemkeu
BPJS
LANGKAH AKSI KEENAM : SISTEM PENGUATAN PROGRAM KESEHATAN KOGNITIF SEBAGAI FAKTOR
UTAMA MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA DENGAN PENDEKATAN SIKLUS KEHIDUPAN
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1. Penguatan program
kesehatan kognitif yang
dilakukan dengan
pendekatan Continuum of
Care yang dimulai sejak
masa kehamilan, anak-anak,
remaja, dewasa, dan lansia
1.Terdapatnya parameter kognitif sebagai tujuan akhir
setiap program kesmas mulai dari masa prakehamilan
sampai usia lanjut
Kemkes
BKKBN
2.Mengintegrasikan
kesehatan kognitif pada
rencana pemerintah pusat
dan daerah
2.1. Adanya pertemuan berkala yang dikoordinir oleh
komda lansia
2.2. Memasukkan substansi kesehatan otak ke dalam
bahan ajar Bina Keluarga Lansia (BKL) Tangguh
2.3. Promosi, KIE, dan konseling pada keluarga dan masyarakat di setiap momentum kegiatan
2.4. Sarasehan dan seminar tentang lanjut usia dengan
otak sehat dan produktif secara b erkala
Kemendagri
Kemkes
Kemsos
BKKBN
LANGKAH AKSI KETUJUH : TERLAKSANANYA PENELITIAN TENTANG KOGNITIF DAN DEMENSIA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Penguatan dan
pengembangan penelitian
tentang gizi seimbang dan
kognisi lanjut usia dan
demensia
1.1.Terdapat dan Terlaksananya penelitian tentang
kognitif dan demensia yang bersifat multisenter
1.2.Tersedia dan dimanfaatkannya hasil penelitian lanjut
usia yang mendorong pembentukan kebijakan
nasional lanjut usia
1.3.Tersedianya informasi secara terus menerus dan
sistematis (surveilans) yang peka terhadap perubahan
yang terjadi mengenai masalah kesehatan intelejensia
lansia
1.4.Teridentifikasinya peran yang tepat dan menentukan
efektivitas nakes, tenaga sosial, caregiver yang
terlibat dalam perawatan terkait demensia
Litbangkes, LIPI,
AIPI, DIKTI,
lembaga
penelitian lain
LANGKAH AKSI KEENAM : SISTEM PENGUATAN PROGRAM KESEHATAN KOGNITIF SEBAGAI FAKTOR UTAMA MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA DENGAN PENDEKATAN SIKLUS KEHIDUPAN
24
LANGKAH AKSI KETUJUH : TERLAKSANANYA PENELITIAN TENTANG KOGNITIF DAN DEMENSIA
24
20
rencana pemerintah pusat
dan daerah 2.2. Memasukkan substansi kesehatan otak ke dalam
bahan ajar Bina Keluarga Lansia (BKL) Tangguh
2.3. Promosi, KIE, dan konseling pada keluarga dan masyarakat di setiap momentum kegiatan
2.4. Sarasehan dan seminar tentang lanjut usia dengan
otak sehat dan produktif secara b erkala
Kemkes
Kemsos
BKKBN
LANGKAH AKSI KETUJUH : TERLAKSANANYA PENELITIAN TENTANG KOGNITIF DAN DEMENSIA
Kegiatan Indikator pencapaian Instansi/
pemangku
kepentingan
terkait
1.Penguatan dan
pengembangan penelitian
tentang gizi seimbang dan
kognisi lanjut usia dan
demensia
1.1.Terdapat dan Terlaksananya penelitian tentang
kognitif dan demensia yang bersifat multisenter
1.2.Tersedia dan dimanfaatkannya hasil penelitian lanjut
usia yang mendorong pembentukan kebijakan
nasional lanjut usia
1.3.Tersedianya informasi secara terus menerus dan
sistematis (surveilans) yang peka terhadap perubahan
yang terjadi mengenai masalah kesehatan intelejensia
lansia
1.4.Teridentifikasinya peran yang tepat dan menentukan
efektivitas nakes, tenaga sosial, caregiver yang
terlibat dalam perawatan terkait demensia
Litbangkes, LIPI,
AIPI, DIKTI,
lembaga
penelitian lain
2.Menyebarluaskan tinjauan
tingkat nasional terkait
dampak kesmas pada
program aktivitas fisik dan
faktor risiko terkait
demensia
2.1.Terdapatnya data dasar penelitian kognitif di institusi
pendidikan dan penelitian
2.2. Terdapatnya tinjauan pustaka tingkat nasional
tentang penggunaan teknologi untuk memberikan
penanganan optimal pada program untuk caregiver
dan ODD
2.3. Semua informasi publik tentang cara mengurangi
Litbangkes, LIPI,
AIPI, DIKTI,
lembaga
penelitian lain
risiko gangguan kognitif dan demensia harus
berdasarkan bukti dan berkualitas baik.
3.Memasukkan beberapa
pertanyaan kunci dalam
sistem survei nasional,
seperti Riskerdas, untuk
dapat memperoleh
prevalensi masalah
demensia dan gangguan
kognitif lain
3.1. Terdapatnya data prevalens dan data lain terkait
penyakit Alzheimer dan gangguan kognitif lain.
Litbangkes, LIPI,
AIPI, DIKTI,
lembaga
penelitian lain
4.Melakukan analisis tentang
dampak sosial ekonomi
penyakit Alzheimer dan
demensia lainnya
4.2. Terdapatnya data yang akurat mengenai dampak
sosial ekonomi penyakit alzheimer dan demensia
lainnya
Litbangkes, LIPI,
AIPI, DIKTI,
lembaga
penelitian lain
LANGKAH AKSI KETUJUH : TERLAKSANANYA PENELITIAN TENTANG KOGNITIF DAN DEMENSIA
25
MONITORING DAN EVALUASIAgar Program Nasional Lanjut Usia dan hak-hak lanjut usia dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, perlu sekali ditentukan strategi monitoring dan evaluasi yang digunakan untuk menjamin keberhasilan program, diantaranya adalah:1. Monitoring dan evaluasi tentang pelaksanaan kegiatan dan
strategi dilakukan oleh pemerintah di masing-masing tingkat, yaitu Pemerintah Pusat melalui sektor-sektor yang terkait, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui dinas-dinas terkait.
2. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan strategi juga dilakukan oleh Komisi Lanjut Usia dengan mengadakan rapat-rapat secara berkala.
3. Monitoring dan evaluasi tentang aspek teknis program di tingkat pelaksanaan dilakukan oleh Komisi Lanjut Usia, sektor terkait, universitas, organisasi profesi dan LSM.
4. Untuk monitoring dan evaluasi disusun rencana dan instrumen yang diperlukan.
5. Hasil monitoring dan evaluasi merupakan masukan untuk melakukan perbaikan, pengembangan dan peningkatan program.
25
21
risiko gangguan kognitif dan demensia harus
berdasarkan bukti dan berkualitas baik.
3.Memasukkan beberapa
pertanyaan kunci dalam
sistem survei nasional,
seperti Riskerdas, untuk
dapat memperoleh
prevalensi masalah
demensia dan gangguan
kognitif lain
3.1. Terdapatnya data prevalens dan data lain terkait
penyakit Alzheimer dan gangguan kognitif lain.
Litbangkes, LIPI,
AIPI, DIKTI,
lembaga
penelitian lain
4.Melakukan analisis tentang
dampak sosial ekonomi
penyakit Alzheimer dan
demensia lainnya
4.2. Terdapatnya data yang akurat mengenai dampak
sosial ekonomi penyakit alzheimer dan demensia
lainnya
Litbangkes, LIPI,
AIPI, DIKTI,
lembaga
penelitian lain
MONITORING DAN EVALUASI
Agar Program Nasional Lanjut Usia dan hak-hak lanjut usia dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, perlu
sekali ditentukan strategi monitoring dan evaluasi yang digunakan untuk menjamin keberhasilan program,
diantaranya adalah:
1. Monitoring dan evaluasi tentang pelaksanaan kegiatan dan strategi dilakukan oleh pemerintah di
masing-masing tingkat, yaitu Pemerintah Pusat melalui sektor-sektor yang terkait, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui dinas-dinas terkait.
2. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan strategi juga dilakukan oleh Komisi Lanjut Usia dengan
mengadakan rapat-rapat secara berkala.
3. Monitoring dan evaluasi tentang aspek teknis program di tingkat pelaksanaan dilakukan oleh
Komisi Lanjut Usia, sektor terkait, universitas, organisasi profesi dan LSM.
4. Untuk monitoring dan evaluasi disusun rencana dan instrumen yang diperlukan.
5. Hasil monitoring dan evaluasi merupakan masukan untuk melakukan perbaikan, pengembangan
dan peningkatan program.
MONITORING DAN EVALUASIAgar Program Nasional Lanjut Usia dan hak-hak lanjut usia dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, perlu sekali ditentukan strategi monitoring dan evaluasi yang digunakan untuk menjamin keberhasilan program, diantaranya adalah:1. Monitoring dan evaluasi tentang pelaksanaan kegiatan dan
strategi dilakukan oleh pemerintah di masing-masing tingkat, yaitu Pemerintah Pusat melalui sektor-sektor yang terkait, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui dinas-dinas terkait.
2. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan strategi juga dilakukan oleh Komisi Lanjut Usia dengan mengadakan rapat-rapat secara berkala.
3. Monitoring dan evaluasi tentang aspek teknis program di tingkat pelaksanaan dilakukan oleh Komisi Lanjut Usia, sektor terkait, universitas, organisasi profesi dan LSM.
4. Untuk monitoring dan evaluasi disusun rencana dan instrumen yang diperlukan.
5. Hasil monitoring dan evaluasi merupakan masukan untuk melakukan perbaikan, pengembangan dan peningkatan program.
26
7PENDANAAN
Pendanaan untuk perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangan Program Nasional Lanjut Usia dan hak-hak lanjut usia di Indonesia berasal dari berbagai sumber:1. APBN dan APBD2. Badan-badan Internasional3. LSM dan masyarakat4. Sektor swasta dan dunia usaha
Alokasi dana untuk kesehatan lanjut usia dan hak-hak lanjut usia dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/ Kota perlu ditingkatkan. Dana dari badan internasional perlu diupayakan secara lebih serius dan intensif. Pada saat ini dan dimasa yang akan datang, sumber dana ini masih merupakan sumber dana andalan. Dana dari LSM, sektor swasta dan dunia usaha perlu diupayakan meskipun dana dari sumber-sumber ini juga tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dari program, mengingat alokasi dana yang tersedia saat ini tidak memadai untuk dapat membantu program mencapai tujuannya.
27
8PENUTUP
Dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal pada lanjut usia sebagai investasi sumber daya manusia Indonesia, Strategi Nasional Menuju Lanjut Usia Sehat dan Produktif merupakan upaya yang dapat menempatkan masalah lanjut usia sebagai prioritas Pembangunan Nasional. Produktivitas, kemandirian, kualitas hidup bangsa Indonesia hingga lansia sangat tergantung pada kemampuan membangun prakarsa bersama segenap elemen bangsa untuk mempromosikan otak sehat dan produktif. Penanggulangan gangguan kesehatan otak dengan menangani masalah gangguan kognitif dan demensia dilakukan melalui pendekatan siklus hidup akan menurunkan beban biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Dokumen ini dapat menjadi dasar dan arah bagi sektor terkait, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), perkumpulan profesi, sektor swasta dan dunia usaha untuk mensukseskan rencana strategis menuju otak sehat dan produktif pada lanjut usia di Indonesia. Dokumen ini juga dapat digunakan sebagai panduan dalam mengusahakan partisipasi dari negara sahabat, badan-badan internasional dan sektor swasta dalam kegiatan lanjut usia.
28
DAFTAR PUSTAKA
Alzheimer Disease’s International, 2013. Laporan Alzheimer Dunia Tahun 2013 Menyatakan Epidemis Alzheimer Sedunia Menyebabkan Keterbatasan Jumlah Para Perawat Dan Kekurangan Dukungan Bagi AnggotaKeluarga. Online tersedia http://www.alzheimerindonesia.org/wp-content/uploads/2013/08/Siaran-Pers-World-Alzheimers-Report-2013-INA-.pdf diakses 11 Maret 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Online tersedia http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskesdas2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf diakses 07 Maret 2014
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Online tersedia http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF diakses 19 Maret 2014
Centre for Ageing Studies Universitas Indonesia (CAS UI), 2013. Kumpulan Hasil Penelitian Tentang Ageing and Dementia. Laporan Tahunan CAS UI 2013 Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI Kampus UI Depok Jawa Barat
Hogervorst, Tony Sajimin, Lindawati Kusdhany, Philip Kreager and Tri Budi Rahardjo, 2009. Hormones, Cognitive Function and Dementia (Book Chapter) Cambrige University Press 2009
29
Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 60 Tahun 2008TentangPedoman Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Daerah, 2008. Online tersedia http://www.komnaslansia.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=35diakses08April2014
Pusat Inteligensia Kesehatan, 2009. Pedoman Stimulasi dan Nutrisi Pengungkit Otak (Brain Booster) pada Janin Melalui Ibu Hamil. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pusat Inteligensia Kesehatan, 2010.Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Inteligensia Akibat Gangguan Degeneratif. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pusat Inteligensia Kesehatan, 2013. Gaya Hidup Otak Sehat (Brain Healthy Life Style). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Turana Y, Mayza A. Penanggulangan masalah kesehatan intelegensia pada lansia. Medika no 3 Februari 2013 : 152-8.
30
GLOSSARIUM
Activity daily living : aktivitas sehari-hari untuk rawat diri.Advokasi : turut membantuAIPI : asosiasi ilmu politik IndonesiaAkademisi : guru, terkait bidang pendidikan ilmu tertentu.Akreditasi : penilaianAkses : jangkauanAkuntabilitas : dapat dipercayaAlokasi dana : penndanaan untuk kegiatan tertentu.Asupan : pemberianBadan : lembagaBalance : keseimbanganBehavioral : tingkah laku.Berkala : teratur sesuai jadwal dengan jangka waktu
tertentuBJPS : Badan Penyelenggara Jaminan SosialBKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana
NasionalCare partner : rekan kerja dalam perawatan orang sakitCaregiver : seorang yang melakukan tindakan perawatanCommunity based care : perawatan berdasarkan komunitas.Continuum of care : kesinambungan perawatanDaycare : perawatan harianDeficiencies : kekurangan (zat gizi)demensia lainnya : jenis demensia lain selain alzheimer, misalnya
demensia frotoparietal dan basolateral. Diagnosis : nama suatu penyakit biasanya dalam bahasa
Latin atau Inggris yang sudah dibakukan.DIKTI : pendidikan tinggi
31
Disease and risk factor : penyakit dan faktor resikoDislipidemia : penyakit gangguan kadar lemak tubuh.Disorder : gangguanDM (Diabetes Mellitus) : penyakit kencing manis, atau darah gula
sesaat kadarnya melewati batas normal. Terdapat dua jenis, yang terkait keturunan dan terkait gaya hidup.
Edukasi : pendidikanEksistensi : keberadaanElemen : unsurEpidemiologis : ilmu terkait kejadian penyakit di masyarakat.Evaluasi : pemantauan hasil kerja.Faktor genetic : faktor terkait penurunan sifat-sifat keturunanFaktor risiko : akibat-akibatfungsi kognitif : fungsi kecerdasan meliputi bahasa, memori
lama dan baru, memori nama, suara dan bentuk, kemampuan mengenal ruang sekitarnya, kemampuan matematika.
Geriatri : ilmu yang mempelajari aspek-aspek penuaan manusia
Global : menduniaHealthy life style : perilaku hidup sehat.Hendaya : gangguanHibah : pemberian benda secara cuma-CumaHolistik : menyeluruh dengan memperhatikan segala
aspek kehidupan manusia.Homecare : perawatan di rumahHomecare : perawatan rumahIndikator : penandaInformasi : kegiatan pemberian pengetahuanInteligensia : kecedasanInterkoneksitas : saling terkait
32
Internalisasi : sesuatu terkait penerapan dari pemahamanIntervensi : suatu tindakan untuk mempengaruhiInvestasi : tabungan atau simpanan untuk digunakan di
masa depanKampanye : pendidikan untuk memberi pemahaman
tentang sesuatu kepada masyarakat luas.Kemandirian : kemampuan untuk menjalankan aktivitas
sehari-hari tanpa tergantung orang lain.Kemendagri : Kementerian Dalam NegeriKemendikbud : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemenko PMK : Kementerian Koordinator Pembangunan
Manusia dan KebudayaanKemkes : Kementerian KesehatanKemkeu : Kementerian KeuanganKemsos : Kementerian SosialKesehatan Reproduksi : kesehatan yang terkait proses melahirkan
generasi baru dan terkait organ- organ regenerasi mulai lahir sampai usia lanjut.
Kesmas : kesehatan masyarakatKomda : komisi daerahKomisi : suatu perhimpunan orang dengan tujuan
tertentu.Kongenital : penyakit/kelaianan yang merupakan bawaan
sejak lahirKonseling : memberikan nasehat pada pasien/penderitaKoordinasi : kerjasamaKuratif : usaha penyembuhan penyakit.Lansia : Lanjut UsiaLeader : pemimpin Lintas sektor : kerjasama antar berbagai bidang.LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan IndonesiaLitbangkes : Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
33
Longterm care : perawatan jangka panjang.LSM : (Lembaga Swadaya Masyarakat) suatu
lembaga atau badan yang didirikan bukan oleh pemerintah, namun oleh beberapa orang anggota masyarakat dan mengabdikan kerja serta pemikiran demi kemajuan masyarakat pada bidang- bidang tertentu
Maternal Disorder : gangguan pada ibuMedikolegal : aspek hukum yang terkait pelaksanaan
aktivitas medisMemprediksi : meramalkan berdasarkan data- data yang
sudah adaMempromosikan : menawarkanMensinergikan : membuat aktivitas saling mendukung dalam
suatu bentuk kerjasama.Mental-emosional : sesuatu terkait perasaan.Mitra : rekananMonitoring : pemantauanNakes : tenaga kesehatanNeonatal disorder : gangguan pada masa baru lahirNeurorestorasi : perbaikan/penyembuhan suatu penyakit
terkait bidang sarafNutrisional : terkait zat giziObesitas : kegemukanODD : Orang Dengan DementiaOptimal : pada keadaan yang paling idealPartisipasi : turut sertaPemangku : organisasi terkait.Pengungkit : pendongkrakPenyakit Alzheimer : penyakit pikun terutama mengenai bagian
otak samping. Penderita mengalami gangguan rawat diri dan sering tersasar tak bisa pulang ke rumah.
34
penyakit degeneratif otak : penyakit yang terkait faktor usia, otak mengalami kemunduran fungsi yang jelas.
Penyakit kardiovaskular : penyakit yang terkait jantung dan pembuluh darah.
Penyakit metabolic : penyakit terkait proses-proses kimiawi dalam tubuh manusia di luar otak
Penyakit saraf : penyakit yang terkait struktur saraf (berbeda dengan penyakit kejiwaan)
Pilar : tiangPolusi : pengotoranPrakarsa : ide untuk kemajuanPrevalen : angka kejadian penyakit di masyarakatPreventif : usaha pencegahan penyakitProduktif : menghasilkan sesuatu (material atau
non-material)Produktivitas : sesuatu terkait kelancaran produksi
(material atau non-material)Profesi : pekerjaanProfesi : pekerjaan tertentu.Profesional : terdidik atau resmi.Promotif : promosi atau usaha untuk meningkatkan
derajat kesehatan.Proporsi : perbandinganProporsi : perbandinganProtektif : pelindungRencana strategis : rencana yang tepat untuk mencapai
sasaranRiskesdas : Riset Kesehatan DasarSektoral : sesuatu terkait bidang kerja.Sertifikasi : pemberiansertifikatsebagaipengakuanSiklus : daur
35
Skrining : penapisan, deteksi atau seleksi menggunakan alat tertentu.
SOP : Standard Operasional, suatu langkah-langkah yang sudah dibakukan dalam perawatan pasien.
Spiritual : terkait hubungan manusia dengan Tuhan.
Standar : sesuai dengan nilai yang bakuStimulasi : perangsanganSubstansi : intiTerakomodasi : tertampungTerealisasi : terbuktiTerintegrasi : terpaduTersosialisasinya : dikenal/dipahami oleh masyarakat luas.TOT (Training of Trainer) : kegiatan untuk meningkatkan
ketrampilan atau pengetahuan pelatih.Transparansi : keterbukaan (terkait dana)Transport injuries : kecelakaan lalu lintasUHH : Usia Harapan HidupVaskuler : pembuluh darahWebsite : Halaman terkait internet
36
TIM PENYUSUN
Pengarah : Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RIPenanggung Jawab : dr. Trisa Wahjuni Putri, MKesKetua : dr. Hariyadi Wibowo, MARSWakil Ketua : dr. Mutiyarsih, MARSAnggota : drg. Ernawati Roeslie, MMkes dr. Arman Yurisaldi Saleh, SpS dr. Bagus Satriya Budi, MKes drg. Dewi Indriawati, MPd Osi Kusumawati, M.Psi Dian Tri Utami, S.Psi Rr. Padminarsih, SE Martoyo Setiawan, S.Kom dr. Tri Atmaja Sugiyarno dr. Nova Hardianto Dini Ristuliswati
Narasumber : DR. Dr. Tb. Rachmat Sentika Sp.A., MARS Prof. DR. Tri Budi W. Rahardjo, drg, MS DR. dr. Yuda Turana, SpS(K) Dr. Adre Mayza, SpS(K)
Kontributor : dr. Martina Wiwiek, SpKJ Dr. Nugroho Abikusno, M.D., M.S., Dr.PH Eva Sabdono, MBA DY Suharya dr. Upik Rukmini, MKM Ir. Yosi Diani Tresna, MPM Entos Zainal, SP, MPHM Julianto, MM Drs. Kiki Riadi, M.Si Dr. Silvia F Lumempouw, SpS(K) dr. Yanti Herman, SH. MHkes