strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja …/strategi... · kerja sektor pertanian di...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Program Studi Agribisnis
Oleh :
Maria Steffani H 0808123
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI
Oleh :
Maria Steffani
H 0808123
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal 26 Juli 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS NIP. 19470713 198103 1 001
Umi Barokah, SP, MP NIP. 19730129 200604 2 001
Dr. Ir. Sri Marwanti, MS NIP. 19590709 198303 2 001
Surakarta,
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
berkat, kasih dan anugerah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul “Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga
Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri” ini sebagai salah satu syarat
dalam memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.S selaku Dosen Pembimbing Utama
skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan
semangat, bimbingan, arahan, dan masukan.
5. Ibu Umi Barokah, SP, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang selalu
memberikan saran, bimbingan dan arahan.
6. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Dosen Penguji Tamu yang berkenan
memberikan saran guna perbaikan bagi penelitian ini.
7. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya
selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
8. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri, Kepala Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Wonogiri, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Wonogiri, Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri
beserta jajaran staff yang telah memberikan bantuan untuk memperoleh data-
data serta informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
9. Seluruh responden penelitian di Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Sidoharjo,
Kecamatan Girimarto, Kecamatan Eromoko dan Kecamatan Wonogiri yang
telah membantu penulis dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh
penulis.
10. Mama dan Papa tercinta, yang selalu sabar berada di setiap keadaan dan selalu
setia memberi semangat serta mendoakan penulis di setiap langkah penulis.
11. For my beloved Lukas and Lionel, both of you are my spirit, my expectation
and my future.
12. Bobo, Ce Sevi, Ce Dina dan Adikku Daniel yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis.
13. Sahabat sejatiku sejak SMP Vania, Meme, Ike n Sally, makasih buat
dukungan kalian walaupun jarak memisahkan qta. Thank’s for all.
14. 7P Family (Nike, Phebz, X-ty, Abang, Yurz, Tante), makasih buat doa,
keceriaan, kebersamaan, pengertian dan dukungan kalian. I will really miss all
of you, guys.
15. Sahabat-sahabatku Puri “Uce”, Reni “Encong”, Tisya “Gendut”, Anggun
“Nenek”, Rezty “Reres”, Suryani “Cucul”, Ocha yang telah menemani hari-
hariku, memberikan semangat dan doa untuk penulis.
16. Bunda Retna yang selalu membantu, sabar menghadapi penulis dan selalu
memberikan semangat bagi penulis. Thank you very much, Bunda.
17. Teman-teman Agribisnis 2008 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, untuk
semua pengalaman, kesenangan, masalah dan solusi serta segala macam
bantuan, semoga kebahagiaan selalu kita rasakan.
18. Teman-teman Strategic Club Agribisnis 2008 (Nike, Tami, Chrizty, Eriska,
Nandika, Riana, Tata dll). SEMANGATTTT!!!!!
19. Teman-teman PMK Fakultas Pertanian, makasih untuk semangat dan doanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
20. Teman-teman KAMAGRISTA, makasih untuk pengalaman yang telah
diberikan bagi penulis.
21. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan
membantu penulisan skripsi ini baik moril maupun materiil.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini
baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat
memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri
khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
RINGKASAN .................................................................................................... xi
SUMMARY ....................................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1 A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .................................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 5
II. LANDASAN TEORI................................................................................... 6 A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 6
1. Teori Dasar ........................................................................................ 6 2. Teori Pendukung ............................................................................... 7 3. Tinjauan Empiris ............................................................................... 9 4. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 12
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah/Kerangka Berpikir ...................... 13 C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 15 D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...................................... 15
III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 17 A. Metode Dasar Penelitian ......................................................................... 17 B. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 17 C. Teknik Penentuan Sampel ....................................................................... 17
1. Penentuan Faktor-Faktor Kunci Strategis ........................................ 17 2. Penentuan Bobot dan Nilai Daya Tarik dalam Matriks QSP ........... 18
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 18 1. Data Primer ...................................................................................... 18 2. Data Sekunder .................................................................................. 19
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 20 1. Observasi .......................................................................................... 20 2. Wawancara ....................................................................................... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
3. Pencatatan ........................................................................................ 21 F. Metode Analisis Data .............................................................................. 21
1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal .............................................. 21 2. Alternatif Strategi ............................................................................. 21 3. Prioritas Strategi ................................................................................ 23
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ........................................... 25 A. Keadaan Geografi ................................................................................... 25 B. Keadaan Penduduk .................................................................................. 27 C. Keadaan Pertanian ................................................................................... 32 D. Kondisi Perekonomian ............................................................................ 37
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 40 A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 40
1. Identitas Responden ............................................................................ 40 2. Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian ..................................... 41
B. Perumusan Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian.................................................................................................. 42 1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal ................................................ 42 2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman .... 49 3. Alternatif Strategi ................................................................................ 59 4. Prioritas Strategi .................................................................................. 63
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 69 A. Kesimpulan ............................................................................................. 69 B. Saran........................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 71
LAMPIRAN ....................................................................................................... 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan ...........................................................20 2 Matrik SWOT ................................................................................................22 3 Matrik QSP ................................................................................................ 24 4 Ketinggian Tempat per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri
Tahun 2010 ................................................................................................ 26 5 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Wonogiri
Tahun 2010 ................................................................................................ 27 6 Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Kelompok
Umur Tahun 2010 ...............................................................................................28 7 Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2010 ...........................................................................................28 8 Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat
Pendidikan Tahun 2010 ................................................................ 29 9 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010 ................................30 10 Data Penduduk Boro di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 ................................31 11 Tata Guna Lahan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ................................32 12 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan di
Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ................................................................33 13 Jumlah Ternak dan Unggas di Kabupaten Wonogiri Tahun
2006-2010 ................................................................................................ 34 14 Volume Tanaman Kayu-kayuan di Areal Hutan Rakyat di
Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010 .............................................................35 15 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten
Wonogiri Tahun 2010 .........................................................................................36 16 Produksi Ikan Hasil Pemeliharaan Perikanan Darat di
Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010 .............................................................37 17 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku, Kabupaten Wonogiri Tahun 2009-2010 (Jutaan Rupiah). .........................................................................................38
18 Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ...............................39 19 Identitas Responden di Kabupaten Wonogiri ................................ 40 20 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
dalam Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri ................................................................49
21 Alternatif Strategi Matriks SWOT Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri ................................60
22 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri ................................................................................................ 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman 1 Skema Model Proses Manajemen Penyusunan Strategi yang
Komprehensif................................................................................................7 2 Kerangka Pemikiran Strategi Peningkatan Produktivitas
Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri ................................14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman 1 Surat Izin Penelitian 74 2 Panduan Wawancara Penelitian 75 3 Quisioner Penelitian 79 4 Tabulasi Identitas Responden 84 5 Alternatif Strategi 87 6 Tabulasi QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) 96 7 Foto Kegiatan Penelitian 97 8 Peta Kabupaten Wonogiri 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI
Maria Steffani
H0808123
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri, merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan produktivitas tenga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.
Metode dasar yang digunakan deskriptif analitis. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Wonogiri. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Metode analisis data yang digunakan adalah (1) analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam peningkatan produktivitas, (2) matrik SWOT untuk merumuskan alternatif strategi peningkatan produktivitas, dan (3) matriks QSP untuk menentukan prioritas strategi peningkatan produktivitas.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa (1) Produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri sebesar 874.747 rupiah/jiwa dalam satu bulannya. (2) Kekuatan dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian adalah petani aktif penyuluhan, pengalaman petani, pertemuan rutin kelompok tani, komoditas bervariasi, kualitas hasil pertanian. Kelemahannya adalah pendidikan tergolong rendah, pengelolaan keuangan usahatani kurang baik, berorientasi non profit, terbatasnya modal, tidak ada harga dasar, penawaran tengkulak rendah. Peluangnya adalah peningkatan pendapatan masyarakat, penyuluhan dan pengawasan rutin penyuluh, program pemerintah, bantuan modal dari pemerintah, perkembangan informasi dan teknologi usahatani. Ancamannya adalah penguasaan pasar, konsumen masih lokal, iklim ekstrim, adanya kebijakan impor hasil pertanian, fluktuasi harga hasil pertanian, harga sarana produksi semakin mahal, ketergantungan penggunaan bahan kimia sintetis. (3) Alternatif strateginya adalah peningkatan permodalan usahatani, pengembangan pemasaran produk hasil pertanian, memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan PPL, efisiensi sarana produksi, pemotivasian petani, membuka usaha baru di luar sektor pertanian, penganekaragaman produk olahan hasil pertanian, pertahankan kerjasama antara kelompok tani dengan pihak terkait, penundaan investasi usahatani. (4) Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri adalah membuka usaha baru di luar sektor pertanian. Saran yang dapat diberikan adalah: (1) Tenaga kerja sektor pertanian diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dan ketrampilan; (2) Pemerintah Kabupaten Wonogiri diharapkan mampu mengayomi petani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ENHANCEMENT STRATEGY OF LABOUR PRODUCTIVITY IN AGRICULTURAL SECTOR IN WONOGIRI REGENCY
Maria Steffani
H0808123
SUMMARY
The objectives of this research are to know the labour productivity in agricultural sector in Wonogiri Regency, to formulate strategy alternative and to determine strategy priority which is able to be applied in enhancement of labour productivity in agricultural sector in Wonogiri Regency.
The basic method used in this research is descriptive method. The method to determine research area is done purposively, that is Wonogiri Regency. Kinds of data used in this research are primary data and secondary data.
Data analysis methods used in this research are (1) SWOT analysis to identify internal and external factor which become strengths, weaknesses, opportunities, and threats in enhancement of productivity , (2) SWOT matrix to formulate strategy alternative of enhancement of productivity, and (3) QSP matrix to determine strategy priority of enhancement of productivity.
The result of analysis show that (1) labour productivity in Wonogiri Regency is Rp. 874.747,- per person for one month. (2) the main strength in enhancement of labour productivity in agricultural sector is farmer active to follow counselling, experience of farmer, routine meeting of farmer group, variation of commodity, quality of agricultural produce. While the main weakness is lower of education, financial management of poor farming, non-profit oriented, limited capital, no base price, wholesaler offering is low. The external opportunity is increase people’s income, counselling and observation of extension agent routine, government’s program, government capital support, development of technology and information of farm. While external threat is market control, local customers, extreme climate, the policy of import product, fluctuation of agricultural product’s price, increasingly price product fasilities, dependence on the use of synthetic chemicals. (3) Strategy alternative which is increase in farm capital, development of agricultural product marketing, utilize counseling and training of PPL, efficiency of production facilities, motivating farmers, opening a new business outside the agricultural sector, diversification of processed agricultural products, maintain cooperation between farmer groups with stakeholders, adjournment of farm investment. (4) Priority of strategy which is able to be applied in enhancement of labour productivity in agricultural sector in Wonogiri Regency is opening a new business outside the agricultural sector. Suggestion which can be given are: (1) Agricultural labor is expected to increase abilities and skills; (2) Goverment of Wonogiri Regency expected to protect farmers.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN WONOGIRI
SKRIPSI
Program Studi Agribisnis
Oleh :
Maria Steffani H 0808123
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional suatu bangsa yang dititik-beratkan pada bidang
ekonomi akan dapat berlangsung dalam jangka panjang dan makin maju, jika
dipenuhi sejumlah syarat pokok, diantaranya ada dua hal penting. Pertama, ada
sumberdaya manusia yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dan
semangat kerja yang cukup besar, yang menggerakkan secara terpadu dan
serasi semua kegiatan, guna mengolah dan memanfaatkan sumberdaya lain
dalam proses pembangunan. Kedua, ada pasar yang cukup besar untuk menjual
barang dan jasa yang dihasilkan dalam pembangunan (Maulana et al, 2005).
Pembangunan ekonomi yang ditempuh oleh negara-negara sedang
berkembang bertujuan antara lain tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan
bagi seluruh masyarakatnya. Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
tersebut, masalah utama yang dihadapi oleh setiap negara yang membangun
termasuk Indonesia adalah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan
dan kemiskinan (Priyarsono,et al, 2006). Adanya masalah pengangguran, maka
perlu suatu pemecahan masalah melalui pembangunan yang ditujukan untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi dan sosial melalui penciptaan kesempatan
kerja dan penggunaan tenaga kerja secara tepat dan memadai. Tepat dalam arti
sesuai antara jenis pekerjaan dengan kemampuan tenaga kerja. Sedangkan
memadai berarti cukup menyerap tenaga kerja yang ada. Pertumbuhan
penduduk harus diimbangi dengan pertumbuhan kesempatan kerja untuk
menyerap tenaga kerja sehingga pertumbuhan penduduk tidak menjadi kendala
dalam perkembangan ekonomi.
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang membutuhkan
banyak tenaga kerja. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan
ekonomi nasional. Paling tidak, ada lima peran penting yaitu: berperan secara
langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan masyarakat, berperan dalam
pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB), menyerap tenaga kerja di
pedesaan, berperan dalam menghasilkan devisa dan atau penghematan devisa,
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dan berfungsi dalam pengendalian inflasi. Dengan demikian sektor pertanian
secara tidak langsung berperan dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi
pembangunan sektor ekonomi lainnya. Keberhasilan pembangunan di suatu
wilayah dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja yang terserap di wilayah
tersebut (Widodo, 2006). Besarnya penyerapan tenaga kerja dapat
meningkatkan pendapatan perkapita penduduk, yang akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Makna produktivitas secara filosofi adalah perubahan sikap mental
yang selalu memegang prinsip bahwa mutu kehidupan harus lebih baik dari
sebelumnya. Oleh karena itu, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tenaga
kerja tidak akan ada gunanya tanpa diikuti sikap dan perilaku yang baik dan
disiplin. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai rasio dari apa yang
dihasilkan (output) terhadap seluruh apa yang digunakan (input) untuk
memperoleh hasil tersebut. Dalam hal ini, produktivitas menyangkut dua
substansi, yakni daya guna (efisiensi) dan hasil guna (efektivitas) (Umar,2001).
Peningkatan produktivitas adalah kata kunci untuk dapat mengejar
ketertinggalan dari negara lain misal dari segi teknologi sehingga mampu
bersaing bukan hanya di kawasan regional dan nasional, tapi juga secara
global. Dalam menghadapi persaingan global, sumber daya manusia dituntut
untuk memiliki keunggulan komparatif untuk menciptakan nilai tambah suatu
produk sehingga kesempatan kerja dan berusaha semakin terbuka.
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota yang
ada di Provinsi Jawa Tengah. Sektor perekonomian di Kabupaten Wonogiri
salah satunya ditunjang oleh sektor pertanian. Keadaan alam di Kabupaten
Wonogiri sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping
terutama di bagian Selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang
merupakan mata air dari Bengawan Solo. Kondisi alam di Kabupaten Wonogiri
kurang mendukung untuk bidang pertanian karena lahannya yang berbatu dan
termasuk kering sehingga memerlukan perlakuan intensif untuk pengelolaan
bidang pertanian. Sektor pertanian Kabupaten Wonogiri masih tetap
memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Hal ini dikarenakan sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri melakukan
pengolahan lahan secara intensif sehingga lahan dapat digunakan untuk sektor
pertanian.
Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2009-2010,
sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik
Regional Bruto yaitu 50,45% (2009) dan 50,64% (2010). Sektor pertanian juga
mengalami peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 walaupun tidak begitu
tinggi. Peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB menunjukkan
bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang masih bisa dikembangkan di
Kabupaten Wonogiri.
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah yang mempunyai banyak tenaga kerja yang melakukan mobilitas
(boro) ke luar daerah. Sehingga tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri berkurang
khususnya untuk tenaga kerja di bidang pertanian.
Kabupaten Wonogiri mempunyai luas wilayah sebesar 182236,02
hektar dengan prosentase luas tanah sawah sebesar 17,52% dan luas tanah
kering sebesar 82,48% (BPS Kabupaten Wonogiri, 2010). Lahan kering
dipakai untuk tegal/kebun sebesar 36,36% atau sebesar 66.264 Ha,
bangunan/pekarangan sebesar 13,45% atau sebesar 24.513 Ha, Hutan Negara
sebesar 9,56% atau sebesar 17.411 Ha, Hutan Rakyat 7,28% atau sebesar
13.270 Ha dan lain-lain sebesar 15,83% atau sebesar 28.853 Ha.
B. Perumusan masalah
Potensi wilayah dan tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri menunjukkan
bahwa sektor pertanian mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Wonogiri. Menurut data
PDRB, pada tahun 2010, sektor pertanian (50,64%) memberikan kontribusi
terhadap PDRB Kabupaten Wonogiri di urutan pertama. Kontribusi yang besar
terhadap perekonomian belum tentu memiliki tenaga kerja yang memiliki
produktivitas yang tinggi. Melihat dari keadaan alam Kabupaten Wonogiri
yang kering dibutuhkan produktivitas tenaga kerja pertanian yang tinggi untuk
mengelola lahan untuk pertanian. Selain itu, tenaga kerja Kabupaten Wonogiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
banyak yang melakukan mobilitas (boro) ke luar daerah sehingga tenaga kerja
sektor pertanian sebagian besar sudah lanjut usia. Tenaga kerja di Kabupaten
Wonogiri banyak yang melakukan boro karena dianggap bahwa bekerja di
sektor pertanian itu hanya musiman dan berpenghasilan kecil sehingga banyak
penduduk yang lebih memilih untuk bekerja di sektor non pertanian di luar
daerah. Selain itu kondisi lahan pertanian yang kurang subur juga termasuk
faktor mendorong mereka untuk merantau walaupun hal ini bukan menjadi
faktor utama. Secara tidak langsung, kondisi tersebut dapat menjelaskan
permasalahan yang dihadapi oleh tenaga kerja asal Wonogiri. Boro dilakukan
terutama dilakukan ke kota-kota besar yang dianggap memberikan harapan
pendapatan yang lebih baik.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diketahui tentang strategi apa saja
yang diterapkan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor
pertanian sehingga sektor pertanian dapat dikembangkan. Hal ini supaya
kedepannya sektor pertanian Kabupaten Wonogiri dapat memberikan
kontribusi yang lebih bagi perekonomian wilayah Kabupaten Wonogiri.
Dengan mengetahui strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor
pertanian diharapkan sektor pertanian nantinya dapat memberikan kontribusi
yang lebih besar bagi perekonomian wilayah. Untuk mengetahui bagaimana
merumuskan strategi untuk peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor
pertanian di Kabupaten Wonogiri dengan menggunakan analisis SWOT.
Dengan demikian diharapkan dapat dirumuskan strategi-strategi yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di
Kabupaten Wonogiri.
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam
penelitian ini, antara lain :
1. Berapa besarnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten
Wonogiri?
2. Apa saja faktor internal dan eksternal yang dapat menjadi kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Apa saja alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri?
4. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam meningkatkan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui besarnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di
Kabupaten Wonogiri.
2. Mengkaji faktor internal dan eksternal yang dapat menjadi kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.
3. Mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan
produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Wonogiri.
4. Mengetahui prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis, guna menambah wawasan berkaitan dengan strategi
peningkatan produktivitas tenaga kerja pertanian di Kabupaten Wonogiri,
serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
dari Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri, sebagai sumbangan
pemikiran dan bahan pertimbangan pengambilan kebijakan pembangunan
daerah, khususnya peningkatan produktivitas tenaga kerja pertanian di
Kabupaten Wonogiri.
3. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan peningkatan produktivitas tenaga
kerja pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Teori Dasar
a. Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Handoko (2001) Manajemen Sumber Daya Manusia
adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan
sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu
maupun organisasi.
Menurut Handoko (2001) Perencanaan sumber daya manusia
memungkinkan organisasi untuk:
1) Memperbaiki penggunaan sumber daya manusia
2) Memadukan kegiatan-kegiatan personalia dan tujuan-tujuan organisasi
di waktu yang akan datang secara efisien
3) Melakukan pengadaan karyawan-karyawan baru secara ekonomis
4) Mengembangkan informasi dasar manajemen personalia untuk
membantu kegiatan-kegiatan personalia dan unit-unit organisasi
lainnya
5) Membantu program penarikan dari pasar tenaga kerja secara sukses
6) Mengkoordinasikan program-program manajemen personalia yang
berbeda-beda.
Menurut Tohardi (2002) Permasalahan yang disoroti dalam
Manajemen Sumber Daya Manusia dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas SDM menyangkut jumlah SDM
dalam kontribusinya terhadap organisasi. Sedangkan kualitas SDM
terbagi menjadi dua, yaitu kualitas fisik meliputi kesehatan dan gizi dan
kualitas non fisik seperti kecerdasan, mental, kemampuan dalam kinerja
dan lain-lain.
b. Manajemen Strategi
Menurut David (2004) Manajemen strategis adalah seni dan ilmu
pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi
mampu mencapai tujuan obyektifnya. Adapun skema penyusunan
strategis seperti digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Model Proses Manajemen Penyusunan Strategi yang Komprehensif
2. Teori Pendukung
a. Analisis Situasi/SWOT
Menurut Rangkuti (2001) Analisis SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses
pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian
Melakukan Audit
Eksternal
Membuat Pernyataan
Visi dan Misi
Menetapkan Tujuan Jangka Panjang
Membuat, Mengevaluasi dan memilih
strategi
Melaksana-kan
Strategi, isu-isu
Melaksanakan strategi, isu-
isu Pemasaran, Keuangan, Akuntansi,
Litbang, SIM
Mengukur dan
mengeva-luasi
Kinerja
Melakukan Audit
Internal
Perumusan Strategi
Pelaksanaan Strategi Evaluasi Strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor
strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman) dalam
kondisi yang ada saat ini.
Menurut Wahyudi (1996) Analisis SWOT digunakan untuk
mengetahui kinerja perusahaan atau reaksi perusahaan terhadap faktor
internal dan eksternal serta mendapatkan alternatif strategi pemasaran.
Tidak ada cara terbaik untuk melakukan analisis SWOT. Yang paling
utama adalah membawa berbagai macam pandangan/perspektif bersama-
sama sehingga akan terlihat keterkaitan baru dan implikasi dari hubungan
tersebut. Jika analisis bersifat menyeluruh maka menentukan tujuan,
sasaran dan strategi akan mudah untuk dilakukan. Banyak strategi yang
dapat dihasilkan dan dikembangkan dari hasil analisis SWOT karena para
perencana dibekali dengan kerangka kerja yag luas dan lebih terstruktur.
Menurut Hunger dan Wheelen (2001) Analisis situasi merupakan
awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi mengharuskan
para manajer strategis untuk menemukan kesesuaian strategis antara
peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping
memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan
internal. Mengingat bahwa SWOT adalah akronim untuk Strengths,
Weaknesses, Opportunities, dan Threats dari organisasi, yang semuanya
merupakan faktor-faktor strategis. Jadi, analisis SWOT harus
mengidentifikasi kompetensi langka (distinctive competence) perusahaan
yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan dan cara unggul yang mereka gunakan.
b. Matrik SWOT
Menurut Tripomo (2005) Analisis dengan matrik SWOT
(Strengths – Weaknesses – Opportunities – Threats), bertujuan untuk
mengidentifikasikan alternatif-alternatif strategi yang secara intuitif
dirasakan feasible dan sesuai untuk dilaksanakan.
Menurut Rangkuti (2001) Matrik SWOT adalah alat yang dipakai
untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matrik ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki. Matrik SWOT ini dapat menghasilkan empat
sel kemungkinan alternatif strategi. Strategi S-O menuntut perusahaan
mampu memanfaatkan peluang melalui kekuatan internalnya. Strategi
W-O menuntut perusahaan untuk meminimalkan kelemahan dalam
memanfaatkan peluang. Strategi S-T merupakan pengoptimalan kekuatan
dalam menghindari ancaman dan W-T menitikberatkan pada upaya
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
c. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
Menurut Umar (2001) QSPM adalah alat yang direkomendasikan
bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif
secara objektif, berdasarkan key success factors internal – eksternal yang
telah diidentifikasikan sebelumnya. Tujuan QSPM adalah untuk
menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-
strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi
mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.
Menurut David (2004) Matriks QSP digunakan untuk
mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan
lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai
total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang paling baik.
3. Tinjauan Empiris
a. Tenaga Kerja Pertanian
Menurut Elfindri (2004) Tenaga kerja merupakan salah satu
faktor produksi yang sangat penting di samping sumber alam, model, dan
teknologi. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut
manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa dan
mempunyai nilai ekonomi yang dapat berguna bagi kebutuhan
masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.
Menurut Setiawan (2006) Sumber daya manusia adalah tenaga
kerja yang mampu bekerja dan melakukan kegiatan untuk menghasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
barang dan jasa yang mempunyai nilai ekonomis dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan tenaga kerja adalah
penduduk dalam usia kerja. Kondisi SDM dalam bidang pertanian atau
petani di Indonesia masih sangat rendah.
Menurut Sitohang (2007) Tenaga kerja dalam pertanian di
Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam usaha
tani kecil-kecilan (usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja
dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan,
kehutanan, peternakan, dan sebagainya. Pembedaan ini penting karena
apa yang dikenal sebagai tenaga kerja dalam usahatani tidaklah sama
pengertiannya secara ekonomis dengan pengertian tenaga kerja dalam
perusahaan-perusahaan dalam perkebunan.
Menurut Firman (2007) Terkait dengan penyediaan lapangan
kerja, sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan sektor yang
menyerap tenaga kerja yang cukup besar, yaitu kurang lebih 40% tenaga
kerja bisa terserap di sektor ini. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia
masih tergolong sebagai negara agraris yang menjadikan sektor pertanian
sebagai basis pekerjaan sebagian besar penduduk Indonesia.
b. Produktivitas Tenaga Kerja
Menurut Brookfield (1996) Sebagai definisi umum, produktivitas
adalah hubungan antara barang dan jasa yang dihasilkan dan sumber-
sumber masukan (input) yang digunakan, biasanya dinyatakan sebagai
rasio besarnya keluaran (output) terhadap masukan. Rasio produktivitas
total memperhitungkan seluruh masukan dan keluaran, tetapi sampai saat
ini sangat sedikit organisasi yang telah menerapkan pengukuran seperti
itu. Kerumitan menilai dan membuat daftar petunjuk angka-angka dari
keluaran dan masukan serta mempertahankan validitas statistik di antara
organisasi-organisasi sampai waktu tertentu telah mengakibatkan
digunakannya pengukuran produktivitas secara parsial.
Menurut Atmosoeprapto (2000) Pengertian produktivitas
sebenarnya menyangkut aspek yang luas, yaitu modal (termasuk lahan),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
biaya, tenaga kerja, energi, alat, dan teknologi. Secara umum,
produktivitas merupakan perbandingan antara keluaran (output) yang
dicapai dengan masukan (input) yang diberikan. Produktivitas juga
merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas
pencapaian sasaran. Efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Rumus dasar bagi pengukuran produktivitas adalah keluaran
dibagi masukan. Rumus ini banyak digunakan dalam pengukuran
physical labor productivity. Ravianto (1985) menuliskan rumus yang
sering digunakan dalam pengukuran physical labor productivity sebagai
berikut :
Menurut Sinungan (1987) Pengukuran produktivitas dapat
dilakukan melalui dua metode. Metode pertama adalah metode
pengukuran produktivitas secara kuantitatif, misalnya ukuran, panjang,
banyaknya unit, berat, waktu, dan banyaknya tenaga kerja. Produktivitas
yang diukur dengan menggunakan metode ini dinamakan produktivitas
fisik (Physical Productivity). Metode kedua yaitu metode pengukuran
produktivitas dengan menggunakan nilai yang dinyatakan dalam mata
uang dan dinamakan produktivitas nilai (Value Productivity).
Menurut Ravianto (1985) Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi
oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu
sendiri maupun faktor-faktor lainnya, seperti: pendidikan, ketrampilan,
disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat
penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, hubungan
industrial, teknologi, sarana produksi, manajemen, kesempatan kerja dan
kesempatan berprestasi.
Menurut Simanjuntak (1985) Peningkatan produktivitas kerja
dilakukan melalui beberapa cara : (1) peningkatan pendidikan dan
latihan, (2) perbaikan penghasilan dan sistem pengubahan yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menjamin perbaikan gizi dan kesehatan, (3) pemilihan teknologi dan
sarana-sarana pelengkap untuk berproduksi, (4) peningkatan kemampuan
manajerial pimpinan, dan (5) pemberian kesempatan, baik untuk bekerja
dalam pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan
seseorang, maupun kesempatan untuk dapat mengembangkan
kemampuan melalui jabatan-jabatan baru.
Menurut Tohardi (2002) Banyak cara untuk meningkatkan
produktivitas di antaranya :
1) Dengan meningkatkan keluaran dan mempertahankan masukan
2) Meningkatkan keluaran dengan proporsi yang lebih besar daripada
pertambahan masukan
3) Meningkatkan keluaran dan menurunkan masukan
4) Mempertahankan keluaran dan menurunkan masukan
5) Menurunkan keluaran dan menurunkan masukan dengan
proporsionalitas yang lebih besar.
Menurut Murniningtyas (2006) Rendahnya produktivitas tenaga
kerja di sektor pertanian dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dari sisi
tenaga kerja, dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas
manajemen usahatani. Rendahnya tingkat inovasi dan penerapan
teknologi telah mengakibatkan produktivitas lahan sangat terbatas
peningkatannya atau bahkan cenderung turun pada beberapa komoditas.
Kurangnya dukungan terhadap pemberdayaan petani dirasakan turut
mempengaruhi tingkat produktivitas petani.
4. Penelitian Terdahulu
Penelitian Supriyati et al., (2001) yang berjudul Dinamika
Ketenagakerjaan dan Penyerapan Tenaga Kerja di Pedesaan Jawa (Kasus
di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur), beberapa kebijakan
publik yang dapat mendorong peningkatan produktivitas dan tingkat upah
antara lain : (1) Pembangunan prasarana jalan dan sarana transportasi yang
akan meningkatkan keterkaitan desa (pertanian) - kota (tujuan pasar),
sehingga mobilitas tenaga kerja meningkat; (2) Penyediaan fasilitas pasca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
panen, industri pengolahan dan infrastruktur pemasaran di tingkat desa,
sehingga kesempatan kerja dan nilai tambah dari kegiatan tersebut dapat
dinikmatu oleh masyarakat pertanian di pedesaan; dan (3) Penyediaan pusat
pelayanan informasi khususnya informasi pasar (haga, tujuan-tujuan pasar,
daya serap pasar dan lain-lain)
Penelitian Supriyati (2010) yang berjudul Dinamika Ekonomi
Ketenagakerjaan Pertanian : Permasalahan dan Kebijakan Strategis
Pengembangan, menyimpulkan beberapa strategi kebijakan dalam
memecahkan permasalahan pokok ketenagakerjaan antara lain adalah : (1)
Memperkuat politik pertanian baik melalui jalur birokrasi, legislatif, pelaku
usaha (asosiasi-asosiasi agribisnis), maupun organisasi-organisasi petani
(HKTI); (2) Mempercepat proses transformasi melalui transisi
pengembangan agroindustri berbasis komoditas unggulan di perdesaan; (3)
Meningkatkan pendidikan formal dan nonformal, yang berfungsi memberi
pencerahan kepada angkatan kerja sehingga menumbuhkan keberdayaan
melalui peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM; dan (4) Merubah
pandangan generasi muda tentang stigma pertanian terbelakang melalui
pembentukan karakter pemuda yang tangguh dan cinta pertanian melalui
berbagai sistem insentif, mendorong masuknya investasi, pembangunan
infrastruktur pertanian di perdesaan, meningkatkan inovasi teknologi,
pengembangan industri perdesaan berbasis komoditas unggulan, dan
penguatan kelembagaan agribisnis.
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah/Kerangka Berpikir
Pembangunan daerah yang dilakukan di Kabupaten Wonogiri (baik
pembangunan ekonomi maupun pembangunan non ekonomi) bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat membangun daerah
dengan baik, maka pemerintah daerah perlu mengetahui sektor-sektor apa saja
yang menjadi prioritas di daerah tersebut untuk dapat dikembangkan. Dalam
pembangunan ekonomi di Kabupaten Wonogiri terdiri dari pembangunan
sektor pertanian dan non pertanian dimana masing-masing pembangunan
sektor tersebut memberikan kontribusi dan peranan yang berbeda bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pendapatan daerah dan kesejahteraan penduduk. Dalam rangka untuk
pembangunan daerah, pemerintah harus meningkatkan mulai dari pelaku dari
sektor pertanian terlebih dahulu yaitu tenaga kerja di sektor pertanian. Tenaga
kerja merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan pembangunan daerah
dalam sektor pertanian sehingga produktivitas dari tenaga kerja harus terus
ditingkatkan secara efektif dan efisien.
Untuk mengetahui strategi dalam peningkatan produktivitas tenaga
kerja perlu menentukan faktor internal dan faktor eksternal yang
mempengaruhi. Setelah melakukan analisis terhadap faktor internal dan faktor
eksternal maka dilakukan analisis kembali untuk memperoleh beberapa
alternatif strategi. Alat analisis yang digunakan adalah SWOT. Beberapa
alternatif strategi yang sebelumnya sudah dihasilkan dengan analisis SWOT,
maka dengan melakukan analisis lanjutan dapat diperoleh strategi peningkatan
terbaik dengan menggunakan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix
(QSPM).
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri.
Analisis Lingkungan
Strategi Program dan Kegiatan
Faktor Internal dipengaruhi oleh : 1. SDM 2. Organisasi 3. Kondisi Keuangan 4. Produksi 5. Pemasaran
Lingkungan Luar Usahatani : 1. Pesaing 2. Pemasok 3. Pelanggan
Faktor Eksternal
Lingkungan Internasional: 1. Kebijakan Pemerintah 2. Kondisi Ekonomi 3. Aspek Sosial Budaya 4. Aspek Teknologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
C. Pembatasan Masalah
1. Tenaga kerja yang dimaksud adalah petani tanaman bahan makanan, petani
kehutanan, petani perkebunan, petani perikanan dan peternak di Kabupaten
Wonogiri.
2. Alat analisis yang digunakan untuk menentukan alternatif strategi dalam
peningkatan produktivitas tenaga kerja pertanian adalah SWOT dan QSPM.
Keunggulan dari alat-alat tersebut adalah dapat menentukan alternatif
strategi serta merumuskan prioritas strategi yang dapat diterapkan
berdasarkan key success factor internal dan eksternal.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Lingkungan Internal adalah faktor-faktor dari dalam tenaga kerja sektor
pertanian yang dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.
a. Sumber Daya Manusia atau SDM adalah potensi yang terkandung dalam
diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang
adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta
seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya
kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan
berkelanjutan.
b. Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan
bersama.
c. Kondisi Keuangan adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki
cukup uang untuk menutup pengeluaran bulanan minimum untuk 2-24
bulan.
d. Produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai
guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih
bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.
e. Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang
membantu dalam menciptakan nilai ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Lingkungan Eksternal adalah faktor-faktor dari luar tenaga kerja sektor
pertanian yang dapat mengidentifikasi peluang dan ancaman produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian.
a. Lingkungan Luar Usahatani meliputi pesaing, pemasok dan pelanggan.
b. Lingkungan Internasional
1) Kebijakan Pemerintah adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu di masyarakat.
2) Kondisi Ekonomi adalah keadaan keuangan suatu organisasi
perusahaan.
3) Aspek Sosial Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi.
4) Aspek Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan
barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia.
3. Strategi adalah suatu tindakan yang dilakukan sebagai respon terhadap
kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman dari
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi peningkatan produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu suatu penelitian yang
bertujuan untuk membuat gambaran (deskripsi) tentang suatu fenomena sosial
kemudian dicari saling hubungannya. Teknik penelitian yang digunakan adalah
penelitian survey, yaitu metode pengumpulan data primer dengan
memperolehnya secara langsung dari sumber lapangan penelitian.
Pengumpulan data dengan menggunakan alat bantu kuisioner dan wawancara.
B. Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri dengan pertimbangan bahwa
pertanian masih menjadi penyumbang PDRB terbesar namun tingkat boro juga
tinggi. Oleh karena itu, besar tidaknya produktivitas tenaga kerja pertanian di
Kabupaten Wonogiri belum diketahui. Peningkatan produktivitas tenaga kerja
pertanian di Kabupaten Wonogiri cocok untuk dilakukan karena lahan
pertanian berpotensi untuk diolah dan dikembangkan. Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka Kabupaten Wonogiri menarik untuk dipilih
sebagai lokasi penelitian.
C. Teknik Penentuan Sampel
1. Penentuan Faktor-Faktor Kunci Strategis
Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau
fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Didalamnya terdapat
regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi atau keragaman.
Data atau informasi harus ditelusuri seluas-luasnya dan sedalam mungkin
sesuai dengan variasi yang ada. Maka, dalam prosedur sampling yang
terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan)
yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih
informan kunci lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling).
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Informan kunci (key informan) merupakan subyek yang telah cukup
lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang menjadi informasi,
menghayati secara sungguh-sungguh lingkungan atau kegiatan yang
bersangkutan, serta masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang
menjadi perhatian peneliti. Dengan wawancara secara mendalam (indepth
interview) kepada informan kunci diperoleh informasi mengenai faktor-
faktor internal dan eksternal yang dapat diidentifikasikan menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam meningkatkan produktivitas tenaga
kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri.
2. Penentuan Bobot dan Nilai Daya Tarik dalam Matriks QSP
Penentuan bobot dan AS dilakukan dengan terlebih dahulu
menyusun kuisioner yang berisi faktor-faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan ekternal (peluang dan ancaman) serta alternatif strategi
yang akan dipertimbangkan untuk menjadi prioritas strategi dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten
Wonogiri. Pengambilan responden dilakukan secara purposive sampling
(sengaja) yaitu orang-orang yang telah cukup lama dan masih terlibat secara
penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. Responden
tersebut dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti dalam penelitian yang sedang dilakukan. Responden yang
digunakan dalam penentuan bobot dan AS sebanyak 5 responden.
Responden tersebut adalah Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Wonogiri, Kepala Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Wonogiri serta Kepala Dinas Peternakan, Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Wonogiri.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari
sumber data oleh penyidik untuk tujuan khusus (penyelidikan). Data primer
dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
responden yaitu sebanyak 60 responden yang terdiri dari 14 penyuluh
lapang dan 46 tenaga kerja pertanian pada 5 kecamatan. Kecamatan yang
dipilih adalah Kecamatan Ngadirojo untuk subsektor tanaman bahan
makanan, Kecamatan Girimarto untuk subsektor perkebunan, Kecamatan
Eromoko untuk subsektor peternakan, Kecamatan Sidoharjo untuk
subsektor kehutanan dan Kecamatan Wonogiri untuk subsektor perikanan.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang di luar diri penyelidik sendiri. Data dicatat secara
sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau
lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian, Tanaman
Pangan dan Hortikultura, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan, serta lembaga-lembaga lain yang
terkait di dalamnya.
Secara lebih detail jenis data yang dibutuhkan baik data pokok maupun
data pendukung dalam penelitian ini dapat dijabarkan beserta kategori jenis
data dan sumber perolehan data yang meliputi, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tabel 1. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan Data Jenis data Sumber data
Pr Sk Kn Kl Data pokok 1. Identitas responden 2. Faktor Internal
a. SDM b. Organisasi c. Kondisi Keuangan d. Produksi e. Pemasaran
3. Faktor Eksternal a. Lingkungan Perusahaan
1) Pesaing 2) Pemasok 3) Pelanggan
b. Lingkungan Internasional 1) Kebijakan Pemerintah 2) Kondisi ekonomi 3) Aspek Sosial Budaya 4) Aspek Teknologi
Data pendukung 1. Kondisi Umum Wilayah 2. PDRB 3. Jumlah Tenaga Kerja
x
x x x x x
x x x
x x x x
x x x
x x x
x
x x x x x
x x x
x x x x
Responden
Responden Responden Responden Responden Responden
Responden Responden Responden
Responden Responden Responden Responden
BPS BPS BPS
Keterangan : Pr = Primer Kn = Kuantitatif Sk = Sekunder Kl = Kualitatif
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana
peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama
penelitian. Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung
terhadap obyek yang diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang jelas
mengenai kondisi obyek yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Teknik
wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan
melakukan wawancara secara langsung kepada responden berdasarkan
panduan wawancara dan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Terdapat dua jenis teknik wawancara, yaitu: wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
mendalam (Indept Interview) dan wawancara (Interview). Dalam penelitian
ini digunakan wawancara mendalam untuk memperoleh informasi dan data
yang lebih akurat.
3. Pencatatan
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan melakukan
pencatatan data primer (hasil wawancara) dan data sekunder dari instansi
atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian peningkatan produktivitas
tenaga kerja pertanian.
F. Metode Analisis Data
1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Analisis faktor internal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam
peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian. Sedangkan analisis
faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal
kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi peningkatan produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian.
Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor internal
serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal dalam peningkatan
produktivitas tenaga kerja sector pertanian di Kabupaten Wonogiri
digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi peningkatan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.
2. Alternatif Strategi
Untuk merumuskan alternatif strategi peningkatan produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri digunakan analisis
Matriks SWOT. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis SWOT
digambarkan ke dalam matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif
strategi, yaitu strategi kekuatan – peluang (S-O), strategi kelemahan –
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
peluang (W-O), strategi kekuatan – ancaman (S-T), strategi kelemahan –
ancaman (W-T)
Tabel 2. Matrik SWOT
Internal Eksternal
Strenght (S) Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan internal
Weakness (W) Tentukan 5-10 faktor-
faktor kelemahan internal
Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor-
faktor peluang eksternal
Strategi S-O Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
Strategi W-O Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang Threats (T)
Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman
eksternal
Strategi S-T Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi W-T Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2001
Delapan tahapan dalam penentuan alternatif strategi yang dibangun
melalui matriks SWOT adalah sebagai berikut :
a. Menuliskan peluang faktor eksternal kunci dalam tenaga kerja sektor
pertanian.
b. Menuliskan ancaman faktor eksternal kunci dalam tenaga kerja sektor
pertanian.
c. Menuliskan kekuatan faktor internal kunci dalam tenaga kerja sektor
pertanian.
d. Menuliskan kelemahan faktor internal kunci dalam tenaga kerja sektor
pertanian.
e. Mencocokkan kekuataan faktor internal dengan peluang faktor eksternal
dan mencatat Strategi S-O dalam sel yang sudah ditentukan.
f. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan peluang faktor eksternal
dan mencatat Strategi W-O dalam sel yang sudah ditentukan.
g. Mencocokkan kekuatan faktor internal dengan ancaman faktor eksternal
dan mencatat Strategi S-T dalam sel yang sudah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
h. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan ancaman faktor
eksternal dan mencatat Strategi W-T dalam sel yang sudah ditentukan.
3. Prioritas Strategi
Untuk menentukan prioritas strategi dalam peningkatan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri
digunakan analisis Matriks QSP. Menurut David (2004) bahwa matriks QSP
digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling
cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang
memiliki nilai total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang
paling baik.
Enam tahapan dalam pembuatan matriks QSP yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Membuat daftar peluang/ancaman dari faktor eksternal dan
kekuatan/kelemahan faktor internal.
b. Memberi bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0
(amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor
tersebut. Pertimbangan pemberian bobot untuk membandingkan besarnya
tingkat yang mempengaruhi pengembangan usaha. Jumlah seluruh bobot
yang diberikan harus sama dengan 1,0.
c. Memeriksa matriks SWOT dan mengenali strategi-strategi alternatif yang
harus dipertimbangkan untuk diterapkan.
d. Menentukan Nilai Daya Tarik / Alternatif Skor (AS) yang didefinisikan
sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif masing-masing
strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu. Nilai Daya Tarik
ditentukan dengan memeriksa masing-masing faktor eksternal atau faktor
internal, satu per satu, sambil mengajukan pertanyaan kepada responden,
“Apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” Jika
jawaban atas pertanyaan tersebut adalah ya, maka strategi tersebut harus
dibandingkan secara relatif dengan faktor kunci. Khususnya, Nilai Daya
Tarik harus diberikan pada masing-masing strategi untuk menunjukkan
daya tarik relatif suatu strategi terhadap yang lain, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mempertimbangkan faktor tertentu. Cakupan Nilai Daya Tarik adalah : 1
= tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = wajar menarik; dan 4 = sangat
menarik. Jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah tidak, hal tersebut
menunjukkan bahwa masing-masing faktor kunci tidak mempunyai
pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat. Oleh karena itu, jangan beri
Nilai Daya Tarik pada strategi-strategi dalam rangkaian tersebut.
e. Menghitung Total Nilai Daya Tarik / TAS (Total Alternatif Skor). Total
Nilai Daya Tarik didefinisikan sebagai hasil mengalikan bobot (langkah
b) dengan Nilai Daya Tarik di masing-masing baris (langkah d). Total
Nilai Daya Tarik menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing
strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak dari faktor
keberhasilan krisis eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin
tinggi Nilai Total Daya Tarik, semakin menarik strategi alternatif
tersebut.
f. Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik / Jumlah Total Alternatif
Skor (JTAS) mengungkapkan strategi yang paling menarik dalam
rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan semakin
menarik strategi tersebut. Besarnya perbedaan di antara Jumlah Total
Nilai Daya Tarik dalam suatu rangkaian strategi-strategi alternatif
menunjukkan tingkat relatif dikehendakinya suatu strategi daripada yang
lain.
Tabel 3. Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning)
Faktor-Faktor Kunci
Bobot Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor-Faktor Kunci Internal
Total Bobot Faktor-Faktor Kunci Eksternal
Total Bobot Jumlah Total Nilai Daya Tarik
Sumber : David, 2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografi
1. Letak dan Batas Wilayah
Kabupaten Wonogiri dengan luas daerah 182.236,02 ha yang berada
32 km di sebelah selatan Kota Solo, sementara jarak ke ibukota propinsi
(Kota Semarang) sejauh 133 km. Dengan wilayah dataran, pegunungan
maupun pantai. Wilayah pegunungan memanjang dari sisi selatan sampai ke
timur yang juga merupakan wilayah yang berbatasan dengan Provinsi Jawa
Timur. Disamping itu, sisi selatan juga memiliki wilayah pantai Samudera
Indonesia.
Kabupaten Wonogiri terletak pada garis lintang 7º 32’ - 8º 15’
Lintang Selatan dan garis bujur 110º 41’ - 111º 18’ Bujur Timur. Keadaan
alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping,
terutama di bagian Selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang
merupakan mata air dari Bengawan Solo.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebagai
berikut :
Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan dan Samudera Indonesia
Sebelah Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo
Sebelah Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Topografi Daerah
Wilayah Kabupaten Wonogiri terletak pada ketinggian mulai dari
101 meter diatas permukaan laut sampai dengan ketinggian 601 meter di
atas permukaan laut. Perincian pembagian wilayah di Kabupaten Wonogiri
menurut ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 4.
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 4. Ketinggian Tempat per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No. Kecamatan Tinggi dari Permukaan Air Laut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Selogiri Wonogiri Nguntoronadi Baturetno Wuryantoro Eromoko Giriwoyo Tirtomoyo Giritontro Paranggupito Bulukerto Manyaran Ngadirojo Jatipurno Puhpelem Pracimantoro Batuwarno Purwantoro Sidoharjo Kismantoro Jatisrono Slogohimo Girimarto Jatiroto Karangtengah
106 141 146 154 165 166 169 171 195 195 235 238 243 245 245 250 274 296 348 348 411 470 497 536 600
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Berdasarkan data tersebut, mayoritas wilayah Kabupaten Wonogiri
terletak pada ketinggian antara 101 – 200 mdpl yang meliputi 11 kecamatan
di Kabupaten Wonogiri. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri
ada beberapa macam, mulai dari litosol, regosol sampai dengan grumusol
beserta asosiasi perubahannya. Macam tanah di Kabupaten Wonogiri juga
berasal dari bahan induk yang beranekaragam baik dari endapan, batuan
maupun volkan. Kondisi tanah yang demikian mengakibatkan
penganekaragaman penggunaan tanah yang berbeda pula.
3. Keadaan Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Wonogiri memiliki iklim tropis, dengan dua musim yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Temperatur di Kabupaten Wonogiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
berkisar antara 24ºC - 32ºC. Berdasarkan data tahun 2010, suhu udara rata-
rata di Kabupaten Wonogiri sebesar 27,69ºC dengan kelembaban udara rata-
rata sebesar 90,25ºC. Data mengenai jumlah curah hujan dan jumlah hari
hujan di Kabupaten Wonogiri tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 5
dibawah ini :
Tabel 5. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No. Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
358,76 280,35 412,68 215,63 300,32 123,53 75,89
80 300,11 255,42 261,74 465,83
19 13 15 11 14 6 5 4 12 10 12 19
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Tabel 5 menunjukkan bahwa curah hujan tahunan rata-rata yang
tertinggi di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 adalah pada bulan
Desember yaitu 465,83 mm dengan 19 hari hujan. Curah hujan tahunan rata-
rata terendah di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 terjadi pada bulan
Juli yaitu 75,89 mm dengan 5 hari hujan.
B. Keadaan Penduduk
1. Menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk menurut kelompok umur di suatu wilayah akan
mempengaruhi peningkatan pendapatan daerah di wilayah tersebut.
Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif.
Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun dan
penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun, sedangkan penduduk usia
produktif yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun. Penduduk dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
jumlah usia non produktif yang banyak akan menghambat potensi penduduk
usia produktif, karena dengan banyaknya penduduk non produktif yang
harus ditanggung sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan
untuk kebutuhan yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk
usia non produktif.
Tabel 6. Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Kelompok Umur Tahun 2010
No. Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%) ABT 1. 2. 3.
0-14 15-64 ≥ 65
234.579 864.148 147.196
18,83 69,36 11,81
44,18
Jumlah 1.245.923 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Tabel 6 menunjukkan bahwa Angka Beban Tanggungan (ABT) di
Kabupaten Wonogiri yang diperoleh, yairu sebesar 44,18. Artinya bahwa
setiap 100 orang penduduk usia produktif di Kabupaten Wonogiri harus
menanggung atau memberi penghidupan kepada 44 orang penduduk usia
non produktif.
2. Menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat mempengaruhi
besarnya tenaga yang dibutuhkan dalam pembangunan. Keadaan penduduk
menurut jenis kelamin di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 7. Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010
Tahun Laki – laki Perempuan Total 2010 625.901 620.022 1.245.923
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Wonogiri
mempunyai jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang hampir sama
jumlahnya. Angka Sex Ratio di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan
rumus sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
= 100,95 = 101
Angka Sex Ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah
penduduk laki-laki dengan perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu.
Nilai sex ratio Kabupaten Wonogiri sebesar 101%, artinya jika di
Kabupaten tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka terdapat
101 penduduk laki-laki.
3. Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemajuan
suatu masyarakat. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu
wilayah akan menentukan kualitas dari tenaga kerja yang ada di wilayah
tersebut. Penduduk yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih dalam
berpikir dan lebih terbuka menerima informasi dan inovasi baru.
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten
Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010
No. Pendidikan Kabupaten Wonogiri
Jumlah (jiwa) % 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tidak/Belum Sekolah Tidak/Belum Tamat SD Tamat SD/MI Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT
86.042 169.760 458.913 193.096 158.605 32.747
7,83 15,44 41,75 17,57 14,43 2,98
JUMLAH 1.099.163 100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Tabel 8 menunjukkan jenjang pendidikan di Kabupaten Wonogiri.
Sebagian besar penduduk di Kabupaten Wonogiri berpendidikan tamat
Sekolah Dasar (SD)/sederajat, yaitu sebesar 458.913 jiwa atau 41,75% dari
jumlah seluruh penduduk di Kabupaten Wonogiri. Walaupun demikian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dapat dikatakan tingkat pendidikan di Kabupaten Wonogiri cukup baik
karena sebagian besar penduduk telah mendapatkan pendidikan.
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi
pola pikir orang tersebut sehingga memiliki pandangan dan pengetahuan
yang lebih luas. Petani di Kabupaten Wonogiri sebagian besar hanya
berpendidikan sampai pada tingkat SD atau SLTP saja, walaupun tingkat
pendidikan yang rendah, namun pertanian di Kabupaten Wonogiri masih
terus dapat berkembang karena didukung dengan keuletan dan pengalaman
yang dimiliki oleh petani.
4. Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Keadaan penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan utama dapat
menggambarkan kesejahteraan penduduk suatu daerah. Lapangan pekerjaan
penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh keadaan alam dan sumber daya
yang ada, serta keadaan sosial ekonomi masyarakat seperti keterampilan,
tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan modal yang tersedia. Penduduk
berumur 15 tahun ke atas yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan
utama di Kabupaten Wonogiri ditunjukkan pada Tabel 9 berikut ini :
Tabel 9. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010
No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pertanian Pertambangan dan Galian, Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Kontruksi Perdagangan Komunikasi Keuangan Jasa
310.895 8.011
32.913 28.863 60.046 12.202 2.367
39.998
62,77 1,62
6,64 5,83
12,12 2,46 0,48 8,08
JUMLAH 495.295 100
Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa lapangan pekerjaan
utama di Kabupaten Wonogiri terbesar adalah pertanian, yaitu sejumlah
310.895 jiwa atau 62,77% dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten
Wonogiri yang berumur 15 tahun ke atas dan sudah bekerja. Hal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
menunjukkan bahwa pertanian memegang peranan penting dalam
perekonomian daerah Kabupaten Wonogiri terutama dalam penyerapan
tenaga kerja.
5. Penduduk Boro Menurut Jenis Kelamin
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten di Jawa
Tengah yang memiliki tingkat boro yang tinggi. Tingginya boro
berpengaruh pada banyaknya penduduk yang bekerja di Kabupaten
Wonogiri. Banyaknya penduduk boro menurut jenis kelamin di Kabupaten
Wonogiri ditunjukkan pada Tabel 10 berikut ini :
Tabel 10. Data Penduduk Boro di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008.
No. Kecamatan
Penduduk Boro L P L + P
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Pracimantoro Paranggupito Giritontro Giriwoyo Batuwarno Karangtengah Tirtomoyo Nguntoronadi Baturetno Eromoko Wuryantoro Manyaran Selogiri Wonogiri Ngadirojo Sidoharjo Jatiroto Kismantoro Purwantoro Bulukerto Puhpelem Slogohimo Jatisrono Jatipurno Girimarto
2.889 1.812 1.624 4.255 1.031
297 2.897 2.997 2.463 3.625
880 1.052 3.132 1.096 5.553 4.976
467 876
1.698 1.251
318 3.451 3.750 3.968 4.879
2.426 1.623 1.931 3.012
920 276
2.551 6.764 2.453 4.160
791 1.155 3.446
982 4.125 4.274
368 759
1.577 834 281
3.328 3.010 3.995 4.486
5.315 3.435 3.555 7.267 1.951
573 5.448 9.761 4.916 7.785 1.671 2.207 6.578 2.078 9.678 9.250
835 1.635 3.275 2.085
599 6.779 6.760 7.963 9.365
Jumlah 61.237 59.527 120.764
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Wonogiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa penduduk yang
melakukan boro cukup banyak. Apabila dibandingkan dengan jumlah
penduduk Kabupaten Wonogiri 1.234.880 jiwa maka hampir 10% dari total
jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri. Penduduk yang melakukan boro ini
adalah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas atau yang termasuk dalam
kriteria angkatan kerja.
C. Keadaan Pertanian
1. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan
Luas daerah dan tata guna lahan di Kabupaten Wonogiri dapat
dilihat dalam Tabel 11 berikut ini :
Tabel 11. Tata Guna Lahan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No. Tata Guna Lahan Kabupaten Wonogiri
Luas (Ha) % 1. 2.
Lahan Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi ½ Teknis c. Irigasi Sederhana d. Irigasi Desa/Non PU e. Tadah Hujan f. Pasang Surut Lahan Kering a. Pekarangan/Bangunan b. Tegal/Kebun dan Ladang c. Padang Rumput d. Kolam/Rawa e. Sementara Tidak Diusahakan f. Hutan Rakyat g. Hutan Negara h. Perkebunan i. Lain-lain
32.231 6.174 6.735 8.710
833 8.421 1.358
150.003 26.723 65.863
184 506 85
10.479 17.338
424 28.401
17,69 3,39 3,70 4,78 0,46 4,62 0,74
82,31 14,66 36,14 0,11 0,28 0,05 5,75 9,51 0,23
15,58 JUMLAH 182.234 100
Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011
Tabel 10 menunjukkan bahwa penggunaan lahan terluas di
Kabupaten Wonogiri berupa lahan tegal/kebun yang mencapai 65.863 Ha
atau sebesar 36,14 %. Penggunaan lahan sawah di Kabupaten Wonogiri
mencapai 32.231 Ha atau sebesar 17,69 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2. Produksi Tanaman Pangan
Kabupaten Wonogiri merupakan daerah yang memiliki potensi
tinggi di bidang pertanian dilihat dari penduduknya, penduduk daerah ini
masih mengandalkan sektor pertanian dengan mata pencahariannya sebagai
petani maupun buruh tani. Luasnya lahan yang digunakan pada sektor
pertanian dan mampu memproduksi bahan makanan hasil pertanian dalam
jumlah yang cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat pada luas panen, rata-
rata produksi dan produksi bahan makanan di Kabupaten Wonogiri yang
dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No Jenis Komoditi Luas Panen
(Ha) Produktivitas
(kw/Ha) Produksi
(kw) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Padi Sawah Padi Gogo Jagung Ubi Kayu Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau Sorghum Ketela Rambat
49.876 13.299 66.742 62.269 44.021 27.439
260 889 201
58,19 44,13 57,56
193,14 12,44 12,49 9,07
30,89 183,11
2.902.305 586.892
3.841.721 12.026.738
547.677 342.750
2.429 22.384 36.738
Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ubi kayu memiliki produksi
tertinggi. Hal ini dikarenakan ubi kayu ditanam hampir pada semua lahan di
Kabupaten Wonogiri, tidak hanya pada lahan tegalan, tetapi juga pada lahan
pekarangan yang tidak terpakai, dimanfaatkan oleh petani dengan ditanami
ubi kayu. Produksi jagung di Kabupaten Wonogiri juga cukup besar. Hal ini
dikarenakan keadaan tanah dan lingkungan sangat mendukung untuk
pertumbuhan jagung, sehingga tanaman jagung dapat berproduksi dalam
jumlah yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Wonogiri
merupakan daerah penghasil jagung yang cukup potensial.
3. Produksi Peternakan
Kabupaten Wonogiri juga menghasilkan ternak maupun unggas yang
cukup berpotensi di daerah tersebut. Jumlah populasi ternak dan unggas di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kabupaten Wonogiri terus meningkat tiap tahunnya. Hal tersebut dapat
dilihat pada jumlah ternak dan unggas di Kabupaten Wonogiri yang dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Jumlah Ternak dan Unggas di Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010
No. Jenis Ternak/Unggas
2006 2007 2008 2009 2010
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Babi Ayam Buras Ayam Ras (potong) Itik Ayam Ras (petelur)
148.817 1.462
112.670 471.000
5.085 2.104.941
191.000 40.210 10.500
147.516 1.487
113.594 479.576
5.259 2.119.935
194.155 40.894 10.714
154.300 1.464
116.854 488.980
5.358 2.182.150
197.956 40.162 10.912
155.505 1.438
117.890 489.546
8.350 2.172.185
241.848 44.634 11.089
157.056 1.357
118.834 494.250
8.418 2.201.200 1.900.896
46.758 11.150
Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah populasi ternak
meningkat, peningkatan populasi ternak terjadi pada ternak sapi potong,
domba, kambing dan babi. Sedangkan untuk unggas mengalami
peningkatan pada ayam buras, ayam ras potong, itik dan ayam ras petelur.
Hal ini menunjukkan bahwa sub sektor peternakan di Kabupaten Wonogiri
dapat ditingkatkan produksinya.
4. Produksi Kehutanan
Kabupaten Wonogiri memiliki lahan kering yang lebih besar
dibandingkan dengan lahan basah. Hal tersebut mengakibatkan lahan kritis
di daerah tersebut cukup tinggi. Lahan kritis di Kabupaten Wonogiri
sebagian besar digunakan sebagai hutan rakyat yang ditanami berbagai
macam kayu-kayuan. Volume tanaman kayu-kayuan pada areal hutan rakyat
di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 14. Volume Tanaman Kayu-kayuan di Areal Hutan Rakyat di Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010
No. Tahun Luas Areal (Ha) Jumlah Tanaman 1. 2. 3. 4. 5.
2006 2007 2008 2009 2010
29.043 35.293 36.293 36.953 36.293
13.615.800 16.265.800 16.265.800 17.118.900 12.288.640
Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa luas areal dan
jumlah tanaman pada hutan rakyat pada tahun 2006-2009 mengalami
peningkatan. Namun, pada tahun 2010 mengalami penurunan. Hal ini
dikarenakan adanya alih fungsi lahan untuk pembangunan yang lain seperti
perumahan dan lain sebagainya.
5. Produksi Perkebunan
Lahan kritis di Kabupaten Wonogiri selain digunakan untuk hutan,
juga dimanfaatkan untuk perkebunan rakyat. Produksi yang dihasilkan oleh
perkebunan rakyat lebih beraneka ragam jenisnya yang tersebar di 25
kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Luas areal dan produksi perkebunan
rakyat di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 15. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No. Jenis Komoditi Jumlah Luas Areal
(Ha) Produksi
(ton) Produktivitas
(Kg/Ha) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Kelapa Dalam Kelapa Deres Cengkeh Jambu Mete Kapok Kopi Arabica Kopi Robusta Tebu Kapas Kakao Panili Janggelan Lada Melinjo Wijen Cabe Jamu Jahe Lengkuas Kencur Kunyit Jarak Pagar Nilam Tembakau
15.673 154
4.648 12.903 1.177
120 145 938 300
1.064 15
1.348 84
1.695 23
361,50 399 615
397,5 982 516 43
465
7.860 325 966
7.145 49
35,25 22,50 3.580 59,50 352,2 1,30
5.323 29,60
866 9
455 1.213 1.817
248 1.075 24,50
100 218
700 2.617
285 553 119 379 247
3.845 198 465 417
3.949 448 642 391
1.297 3.191 3.106
646 1.113
114 2.475
-
Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa produksi tanaman
perkebunan tertinggi adalah kelapa dalam. Hal ini dikarenakan lahan kritis
di Kabupaten Wonogiri cocok untuk membudidayakan tanaman kelapa
dalam tersebut. Sedangkan komoditas perkebunan yang memiliki produksi
tanaman terendah adalah panili.
6. Produksi Perikanan
Masyarakat di Kabupaten Wonogiri cukup banyak yang
menghasilkan produksi dari sub sektor perikanan. Perikanan di Kabupaten
Wonogiri juga mengalami peningkatan produksi tiap tahunnya. Produksi
ikan hasil pemeliharaan perikanan darat di Kabupaten Wonogiri dapat
dilihat pada Tabel 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 16. Produksi Ikan Hasil Pemeliharaan Perikanan Darat di Kabupaten Wonogiri Tahun 2006-2010
No Tahun Luas (Ha) Benih (ekor) Produksi (kg) 1. 2. 3. 4. 5.
2006 2007 2008 2009 2010
95,73 89,23 96,03 45,13 49,39
4.605.915 4.628.940 4.927.260 5.311.118 5.819.785
1.045.997 1.051.224 1.157.479 1.226.320 3.399.413
Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa walaupun luas
pemeliharaan ikan menurun drastis pada tahun 2009, produksi ikan tetap
meningkat. Hal ini dikarenakan masyarakat yang mengusahakan ikan
mampu memelihara ikan lebih banyak daripada tahun sebelumnya sesuai
dengan kemampuan masyarakat tersebut. Sedangkan pada tahun 2010 luas
pemeliharaan meningkat sehingga sangat berpengaruh besar terhadap
produksi ikan di Kabupaten Wonogiri yang semakin meningkat.
D. Kondisi Perekonomian
1. Sektor Perekonomian
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah
seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap
tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun
tertentu sebagai dasar, dimana dalam penghitungan ini digunakan harga
tahun 2000.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 17. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku, Kabupaten Wonogiri Tahun 2009-2010 (Jutaan Rupiah).
No. Lapangan Usaha Tahun 2009 2010
1. Pertanian 2.893.087,60 (50,45) 3.263.454,80 (50,64) 2. Pertambangan dan Penggalian 32.248,34 (0,56) 35.498,28 (0,55) 3. Industri Pengolahan 312.100,07 (5,44) 354.104,68 (5,49) 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 47.428,55 (0,83) 53.907,49 (0,84) 5. Bangunan 189.432,12 (3,30) 224.252,08 (3,48) 6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran 740.952,01 (12,92) 838.151,01 (13,00)
7. Pengangkutan dan Komunikasi 516.068,57 (9,00) 535.109,25 (8,31) 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan 221.106,33 (3,86) 250.369,41 (3,88)
9. Jasa-jasa 782.024,52 (13,64) 889.738,27 (13,81) Jumlah 5.734.448,11 (100) 6.444.585,27 (100)
Keterangan : ( ) dalam satuan % Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri Tahun 2011
Tabel 17 menunjukkan bahwa sektor pertanian memberikan
kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto yaitu 50,45%
(2009) dan 50,64% (2010). Sektor pertanian mengalami peningkatan dari
tahun 2009 ke tahun 2010. Peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB menunjukkan bahwa sektor pertanian mampu bertahan dalam
memberikan kontribusi di antara lapangan usaha lainnya yang juga terus
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Oleh sebab itu, sektor pertanian
membutuhkan perhatian lebih untuk dapat meningkatkan kontribusinya
terhadap Kabupaten Wonogiri serta mampu bersaing dengan lapangan usaha
lainnya.
2. Sarana Perekonomian
Jumlah sarana perekonomian yang ada di Kabupaten Wonogiri dapat
dilihat pada Tabel 18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 18. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No. Jenis Sarana Jumlah 1. 2. 3. 4.
KUD (Koperasi Unit Desa) Bank Umum BPR (Bank Perkreditan Rakyat) Pasar a. Umum b. Desa c. Hewan
25 12 13
28 68 9
Sumber : Wonogiri Dalam Angka Tahun 2011
Sarana perekonomian yang tersedia, berhubungan dengan
kemudahan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonominya.
Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang
paling banyak terdapat di Kabupaten Wonogiri adalah pasar. Di Kabupaten
Wonogiri terdapat 28 pasar umum, 68 pasar desa dan 9 pasar hewan. Pasar
merupakan salah satu sarana perekonomian yang paling penting, terutama
bagi petani karena pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual-beli
hasil pertanian.
Koperasi Unit Desa (KUD) berperan dalam menyediakan saprodi
maupun kebutuhan lain terutama yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.
Selain itu, KUD juga berperan sebagai tempat jual beli hasil pertanian bagi
petani di daerah setempat. KUD di Kabupaten Wonogiri sampai saat ini
berjumlah 25 unit. Sarana perekonomian lain yang tidak kalah penting
adalah lembaga perkreditan, dalam hal ini bank. Bank yang dimaksud
adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan, memiliki peranan yang sangat
penting bagi masyarakat. Kurangnya modal petani sering menjadi kendala
dalam mengelola usahataninya. Oleh karena itu, dengan tersedianya bank di
wilayah kabupaten dan kecamatan, akan sangat membantu terutama sebagai
penyedia kredit bagi masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Identitas Responden
Identitas responden merupakan gambaran secara umum tentang
keadaan responden yang meliputi umur dan lama pendidikan formal.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani dalam 5
subsektor pertanian, yaitu petani tanaman bahan makanan, petani
perkebunan, petani peternakan, petani kehutanan serta petani perikanan
yang masing-masing subsektor berjumlah 12 responden. Adapun identitas
responden pada sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada
Tabel 19.
Tabel 19. Identitas Responden di Kabupaten Wonogiri
No. Responden Umur (tahun)
Pendidikan Formal (tahun)
Luas Lahan (Ha)
1. 2. 3. 4. 5.
Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan
44 52 56 48 39
12 12 12 9 12
1,51 0,53 0,18 0,55 0,03
Sumber : Diadopsi dan diolah dari Lampiran 1
Umur dan lama pendidikan formal akan mempengaruhi pola pikir,
kemampuan, produktivitas dan tingkat adopsi petani terhadap teknologi dan
informasi baru serta berpengaruh pula dalam pengambilan keputusan dalam
usahatani. Dari hasil penelitian rata-rata umur responden dari kelima
subsektor dapat dinyatakan bahwa petani masih tergolong usia produktif.
Namun, dari kelima subsektor tersebut, responden pada subsektor perikanan
memiliki rata-rata umur yang lebih muda dibandingkan subsektor lainnya.
Meskipun sebenarnya dapat dikatakan sudah tua namun semangat dan
kemauan mereka untuk tetap berusahatani masih tinggi. Rata-rata
pendidikan formal petani responden dari kelima subsektor adalah subsektor
tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan dan
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
subsektor perikanan 12 tahun atau setara dengan lulusan SMA sedangkan
untuk subsektor kehutanan 9 tahun atau setara dengan lulusan SMP. Hal ini
berarti tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani responden masih
tergolong rendah sehingga tingkat adopsi teknologi dan informasinya
kurang cepat.
Luas lahan yang dimiliki oleh petani merupakan salah satu faktor
penunjang dalam keberhasilan berusahatani. Petani yang memiliki lahan
yang lebih luas diharapkan dapat menghasilkan produk yang lebih banyak
pula. Berdasarkan rata-rata luas lahan masing-masing subsektor dapat
diketahui bahwa luas lahan yang dimiliki petani yang paling luas adalah
pada subsektor tanaman bahan makanan sebesar 1,51 Ha. Hal ini
dikarenakan tanaman bahan makanan memerlukan lahan yang luas untuk
mendapatkan hasil produksi yang optimal. Sedangkan luas lahan tersempit
adalah subsektor perikanan yaitu sebesar 0,03 Ha. Hal ini dikarenakan
keterbatasan dari petani serta komoditas perikanan tidak memerlukan lahan
pembudidayaan yang terlalu luas untuk mendapatkan hasil yang optimal
karena bagi petani yang terpenting adalah kontinyuitas usahatani tersebut.
2. Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Tinggi rendahnya produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh
kondisi dari dalam dan dari luar diri pekerja. Kondisi tersebut akan
mempengaruhi besarnya hasil yang akan didapatkan oleh tenaga kerja sektor
pertanian. Selain itu, besarnya produktivitas juga dipengaruhi oleh produk
domestik regional bruto sebagai output yang dihasilkan dari sektor pertanian
dan tenaga kerja sektor pertanian sebagai input yang digunakan dari sektor
pertanian. Adapun besarnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di
Kabupaten Wonogiri sebagai berikut :
Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian
= 10,49697 juta rupiah/jiwa/tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa nilai dari
produktivitas tenaga kerja pertanian dari segi produksi yang dihasilkan oleh
unit ekonomi pada suatu wilayah dalam satu tahun sebesar 10,49697 juta
rupiah/jiwa/tahun atau 874.747 rupiah/jiwa/bulan. Jumlah seluruh nilai yang
dihasilkan oleh sektor pertanian yang dihasilkan per tenaga kerja sektor
pertanian dapat dikatakan rendah. Hal ini dikarenakan jumlah nilai yang
dihasilkan oleh petani berasal dari 5 subsektor pertanian yaitu subsektor
tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan,
subsektor peternakan dan subsektor perikanan sehingga hasil itu termasuk
rendah apabila berasal dari sektor pertanian secara keseluruhan. Namun,
peningkatan produktivitas tidak selalu diakibatkan oleh peningkatan hasil,
karena bisa terjadi dimana hasil meningkat tetapi produktivitasnya menurun.
B. Perumusan Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor
Pertanian
Strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja menekankan pada
peningkatan produktivitas tenaga kerja, mutu produk hasil pertanian serta
ketrampilan/kemampuan tenaga kerja dalam mengolah usaha taninya di
Kabupaten Wonogiri. Sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri merupakan
sektor unggulan yang diharapkan mampu menyumbang kontribusi terbesar di
Kabupaten Wonogiri. Namun, seiring berjalannya waktu, sektor pertanian tidak
diminati dan mulai ditinggalkan tenaga kerja untuk bekerja pada sektor non
pertanian. Strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian
diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas dari sektor pertanian
di Kabupaten Wonogiri.
1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Perumusan strategi dimulai dengan menganalisis faktor internal dan
eksternal usahatani untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang
menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten
Wonogiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
a. Analisis Faktor Internal
Analisis faktor internal dilakukan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan yang ada sebagai bahan masukan dan
pertimbangan dalam penentuan strategi peningkatan produktivitas tenaga
kerja sektor pertanian.
1) Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia yang dimaksud adalah tenaga kerja
yang melakukan usahatani di sektor pertanian dan penyuluh pertanian.
Dari segi tenaga kerja pertanian, pengelolaan usahatani pada dasarnya
terdiri dari pemilihan antara berbagai alternatif penggunaan
sumberdaya yang terbatas yang terdiri dari lahan, kerja, modal, waktu
dan pengelolaannya. Hal ini dilakukan agar tenaga kerja pertanian
dapat mencapai tujuan sebaik mungkin dalam lingkungan yang cukup
sukar dalam melaksanakan usahataninya.
Berdasarkan jumlah penduduk pada Tabel 7, sumber daya
manusia di Kabupaten Wonogiri masih tersedia karena penduduknya
yang padat. Namun sebagian besar penduduk di Kabupaten Wonogiri
lebih memilih bekerja di luar sektor pertanian dibandingkan bekerja di
sektor pertanian. Oleh karena itu, sebagian besar sumber daya
manusia pada sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri sudah
tergolong tua dan berpendidikan rendah namun memiliki banyak
pengalaman dalam mengelola usahatani. Selain itu, sumber daya
manusia di Kabupaten Wonogiri mulai mengenal dan menggunakan
teknologi baru dengan bimbingan dari penyuluh pertanian serta Dinas-
dinas terkait.
2) Organisasi
Sebagian besar petani tergabung menjadi anggota kelompok
tani sehingga aktif dalam organisasi petani. Kelompok tani sebagai
media penyerapan informasi dan sarana bertemunya stakeholder
pertanian. Kelompok tani yang telah terbentuk di Kabupaten Wonogiri
berjumlah 2.356 kelompok tani yang aktif dalam kegiatan-kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
pelatihan, seminar dan lain-lain yang berfungsi untuk mendapatkan
pengalaman dan meningkatkan pengetahuan tenaga kerja pertanian
dalam mengembangkan usahataninya. Kelompok tani di masing-
masing daerah di Kabupaten Wonogiri berbeda-beda karena ada
kelompok tani yang mencakup lebih dari 1 subsektor namun
anggotanya sama namun ada juga yang tiap-tiap subsektor memiliki
kelompok tani dan anggota yang berbeda.
3) Kondisi Keuangan
Usahatani mampu memberikan keuntungan bagi para tenaga
kerja pertanian yang mau mengusahakannya. Tidak dapat dipungkiri
lagi bahwa tujuan akhir dari budidaya komoditas pertanian adalah laba
atau keuntungan. Tingkat laba/keuntungan sering dijadikan sebagai
tolok ukur keberhasilan petani dalam mengusahakan usahataninya.
Dengan laba yang diperoleh, petani akan mampu untuk melakukan
penyempurnaan mutu, pengembangan teknologi serta perluasan lahan
produksinya.
Modal adalah komponen yang cukup pokok dalam
menjalankan usahatani di Kabupaten Wonogiri. Sebagian besar petani
memiliki modal yang terbatas untuk menjalankan usahataninya. Petani
sering mengalami kesulitan dalam hal keuangan sehingga petani
terkadang harus meminjam di Koperasi maupun perbankan yang
sudah memiliki kerjasama dengan pemerintah misalnya seperti BPD
Eromoko yang memberikan pinjaman modal dengan bunga ringan.
4) Produksi
Petani merupakan orang yang paling mengetahui sistem
usahatani dan paling berkepentingan dengan permasalahan usahatani
yang dihadapi. Para petani secara tidak langsung belajar secara terus-
menerus tentang usahatani yang digeluti dan ekosistemnya. Sebagian
besar petani di Kabupaten Wonogiri sudah lama melakukan
usahataninya. Hal ini berarti mereka telah benar-benar mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dan menguasai kondisi di lapang dan dapat mengambil keputusan
yang tepat terhadap setiap masalah usahatani yang dihadapi.
Budidaya hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri sebagian
besar masih menggunakan peralatan yang sederhana dan banyak
dilakukan dengan tenaga manusia sendiri. Kelemahan dari petani
sendiri adalah kurangnya kesadaran petani terhadap inovasi baru yang
dikenalkan. Petani harus melihat buktinya dahulu sebelum petani
menerapkan pada usahataninya. Untuk budidaya sendiri petani
mengikuti aturan yang diberikan oleh penyuluh namun juga terkadang
menyesuaikan dengan keadaan riilnya.
5) Pemasaran
Petani yang serba terbatas berada pada posisi yang lemah
dalam penawaran dan persaingan terutama yang menyangkut
penjualan hasil. Kondisi pemasaran akan menentukan tinggi
rendahnya penerimaan sedangkan penerimaan merupakan salah satu
variabel penentu besarnya pendapatan. Berbagai permasalahan
variabel yang berpengaruh terhadap pemasaran harus selalu
diperhatikan guna menghasilkan penerimaan yang optimal.
Pemasaran usahatani di Kabupaten Wonogiri bergantung pada
tengkulak/pedagang besar. Petani sering dirugikan oleh tengkulak
yaitu taksiran jumlah hasil pertanian lebih kecil dari kenyataan dan
taksiran harga lebih rendah dari kenyataan maka petani mengalami
kerugian dan tengkulak akan mendapatkan keuntungan. Hal ini
dikarenakan sebagian besar petani tidak mengetahui informasi pasar
termasuk harga hasil pertanian.
b. Analisis Faktor Eksternal
Analisis faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman dalam peningkatan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1) Pemasok
Ketersediaan sarana produksi pertanian baik dalam jumlah,
kualitas dan ketepatan waktu akan berpengaruh pada keberhasilan
usahatani. Sarana produksi tersebut meliputi bibit/benih, pupuk, dan
pestisida. Sarana produksi yang dibutuhkan para petani tersedia dalam
jumlah yang cukup dan memadai. Pemasok di Kabupaten Wonogiri
untuk masing-masing subsektor berbeda-beda. Pemasok dari luar
daerah Kabupaten Wonogiri memiliki banyak peluang untuk
menjual/memasok sarana produksi pertanian di Kabupaten Wonogiri
karena pengetahuan petani di Kabupaten Wonogiri juga terbatas untuk
membuat bibit/benih sendiri. Namun, pemasok dari luar Kabupaten
Wonogiri juga merupakan ancaman bagi produsen pembuat
bibit/benih yang ada karena kualitas bibit/benih yang bisa dibuat oleh
produsen di Kabupaten Wonogiri lebih rendah dibandingkan yang
berasal dari luar Kabupaten Wonogiri sehingga petani cenderung
memilih bibit/benih yang memiliki kualitas lebih baik.
2) Pelanggan
Pelanggan dalam hal ini adalah konsumen yang biasanya
membeli produk hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhannya.
Petani ada yang memiliki pelanggan masing-masing selain dari
mengandalkan tengkulak. Terkadang ada pelanggan yang langsung
datang ke petani untuk membeli hasil pertanian. Namun, pelanggan
hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri masih secara lokal.
3) Kondisi Alam
Wilayah Kabupaten Wonogiri mempunyai potensi sumber
daya alam yang baik untuk mengembangkan usahatani. Namun harus
dengan penanganan khusus pada lahannya karena sebagian besar
lahan di Kabupaten Wonogiri merupakan lahan kering sehingga
memerlukan pengolahan yang intensif. Cuaca ekstrim juga sangat
berpengaruh pada perkembangan dan hasil komoditas pertanian.
Petani harus pintar dalam menentukan waktu untuk menanam sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
panen sehingga petani tidak rugi nantinya karena kondisi alam yang
tidak menentu. Subsektor yang paling dipengaruhi dengan cuaca
ekstrim adalah subsektor perikanan karena ketika peralihan cuaca dari
iklim kemarau ke penghujan pH air akan meningkat sehingga banyak
ikan yang mati. Oleh karena itu, memerlukan penanganan khusus agar
tidak banyak ikan yang mati. Sedangkan untuk subsektor lainnya tidak
begitu berpengaruh karena lahan di Kabupaten Wonogiri sebagian
besar merupakan lahan kering sehingga memerlukan cukup banyak
air.
4) Kebijakan Pemerintah
Pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintah tingkat
kecamatan dan kelurahan menjadi salah satu komponen penting dalam
menjalankan usahatani, karena dengan keberadaan pemerintah
tersebut dapat memberikan kontribusi dalam menyokong kegiatan
usahatani. Pemerintah memberikan beberapa bantuan kepada petani
dengan pada tiap subsektor yang berbeda-beda. Program yang
dilakukan pemerintah pada subsektor kehutanan adalah GERHAN
(Gerakan Hutan Rakyat) yang memberikan bantuan bibit kayu jati
kepada petani, subsektor perkebunan adalah bantuan bibit kakao yang
bertujuan untuk menjadikan Kabupaten Wonogiri sebagai sentra
kakao, subsektor peternakan adalah program inseminasi buatan pada
ternak sapi, subsektor perikanan adalah pembuatan berbagai macam
olahan berbahan dasar ikan nila merah untuk meningkatkan nilai
tambah dari produk perikanan sedangkan untuk subsektor tanaman
bahan makanan adalah meningkatkan produk unggulan dari
Kabupaten Wonogiri yaitu padi gogo, jagung, kedelai dan ubi kayu.
5) Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi membawa pengaruh yang berarti terhadap
jalannya usahatani terutama terhadap pendapatan yang akan diperoleh.
Seperti kenaikan harga-harga berpengaruh terhadap harga sarana
produksi misalnya pupuk sedangkan harga jual produk menjadi turun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
karena berkurangnya permintaan. Kondisi ekonomi sangat
mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap hasil pertanian.
Kenaikan harga-harga sarana produksi sangat mempengaruhi tinggi
rendahnya pendapatan dari petani. Sekarang ini, kondisi ekonomi
secara global yang berubah-ubah tak menentu juga sangat
berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diperoleh petani dari
usahataninya.
6) Sosial Budaya
Perubahan sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat
berdampak sangat besar terhadap produksi hasil pertanian. Petani
mulai menyadari semakin majunya teknologi pertanian sehingga
petani harus bisa mengikutinya untuk mengembangkan usahataninya.
Pandangan masyarakat terhadap pertanian, ketidakpercayaan atas
keuntungan usahatani sangat mempengaruhi kondisi pertanian
sekarang ini. Kemajuan pandangan petani dari segi sosial budaya yaitu
mulai mau mengadopsi inovasi-inovasi teknologi baru untuk
meningkatkan hasil usahataninya. Hal ini membuka peluang untuk
para investor yang ingin menanamkan modal pada sektor pertanian di
Kabupaten Wonogiri karena petani mulai membuka diri untuk
mengikuti kemajuan teknologi yang lebih canggih untuk
meningkatkan pendapatan dari usahatani.
7) Teknologi
Teknologi yang digunakan pada usahatani di Kabupaten
Wonogiri masih sederhana. Sebagian besar petani sudah mulai
menerapkan teknologi seperti pengaturan jarak tanam, aplikasi pupuk,
aplikasi pakan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk peralatan yang
sudah menggunakan mesin ada pada subsektor perkebunan khususnya
untuk tanaman kakao, sudah ada mesin yang digunakan untuk
memecah kulit, menyortir biji kakao dari ukuran kecil sampai yang
besar untuk grading. Namun, alat tersebut belum digunakan oleh
petani kakao karena kurangnya pengetahuan dari petani. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
untuk subsektor kehutanan dan perikanan masih secara tradisional
penanganannya atau belum menggunakan mesin-mesin untuk
mengolah hasil produksinya. Teknologi akan sangat berpengaruh pada
hasil produksi yang akan diperoleh nantinya oleh petani.
2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal maka dapat
diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh
terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di
Kabupaten Wonogiri. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :
Tabel 20. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Sumber Daya Manusia - Petani aktif mengikuti
penyuluhan - Pengalaman petani
- Pendidikan tergolong rendah - Pengelolaan keuangan
usahatani kurang baik - Berorientasi non profit
Organisasi - Pertemuan rutin kelompok tani
Kondisi Keuangan - Terbatasnya modal Produksi - Komoditas bervariasi Pemasaran - Kualitas hasil pertanian - Tidak ada harga dasar
- Penawaran tengkulak rendah Faktor Eksternal Peluang Ancaman
Pemasok - Penguasaan pasar Pelanggan - Peningkatan pendapatan
masyarakat - Konsumen masih lokal
Kondisi Alam - Iklim ekstrim Kebijakan Pemerintah - Penyuluhan dan
pengawasan rutin penyuluh
- Program pemerintah - Bantuan modal dari
pemerintah
- Adanya kebijakan impor hasil pertanian
Kondisi Ekonomi - Fluktuasi harga hasil pertanian
- Harga sarana produksi semakin mahal
Sosial Budaya - Ketergantungan penggunaan bahan kimia sintetis
Teknologi - Perkembangan informasi dan teknologi usahatani
Sumber : Analisis Data Primer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
a. Identifikasi Faktor Kekuatan
1) Petani aktif mengikuti penyuluhan
Sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri aktif dalam
mengikuti kegiatan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan
oleh penyuluh biasanya mengenai informasi-informasi baru dalam
mengelola usahatani untuk meningkatkan produksi hasil pertanian di
Kabupaten Wonogiri. Banyak manfaat yang dirasakan oleh petani
dengan aktif mengikuti kegiatan penyuluhan, diantaranya petani bisa
mengenal dan mengetahui teknologi baru dalam menjalankan
usahataninya mulai dari pengolahan hingga pasca panennya.
Teknologi yang sedang dikenalkan pada petani untuk usahatani
berbeda-beda pada masing-masing subsektor. Pada subsektor tanaman
bahan makanan sedang dikenalkan sistem tanam jajar legowo untuk
meningkatkan hasil produksi padi gogo, subsektor perkebunan
dikenalkan mesin pemisah kulit kakao dan untuk sortasi biji kakao,
subsektor peternakan sedang digalakkan inseminasi buatan untuk
ternak sapi, subsektor kehutanan menjalankan program Gerakan
Hutan Rakyat yang hasilnya nanti menjadi hak milik petani yang
memiliki lahan untuk penanaman hutan, sedangkan untuk komoditas
perikanan sedang diusahakan pengolahan ikan nila serta pembuatan
pelet atau makanan ikan secara mandiri.
2) Pengalaman petani
Petani di Kabupaten Wonogiri rata-rata sudah berpengalaman
untuk usahatani selama 20 tahun lebih. Berbagai seluk beluk dalam
usahatani telah mereka alami dalam kurun waktu yang cukup lama
tersebut. Sebagian besar usahatani yang mereka jalankan tersebut
merupakan usaha turun temurun yang diwariskan oleh orang tua
mereka sehingga semakin melengkapi pengetahuan dan wawasan
petani tentang usahatani tersebut. Pengalaman usahatani tersebut
mampu menumbuhkan kemampuan dan kecakapan petani dalam
memecahkan berbagai permasalahan dan kendala dalam usahatani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
mereka sehingga petani mampu mengambil keputusan terbaik dengan
keterbatasan-keterbatasan mereka. Pengalaman petani yang paling
lama adalah pada subsektor tanaman bahan makanan, sedangkan
untuk subsektor lainnya pengalamannya masih tergolong dalam petani
pemula karena beberapa subsektor merupakan program pemerintah
untuk meningkatkan pendapatan petani.
3) Pertemuan rutin kelompok tani
Kelompok tani merupakan suatu bentuk organisasi di bidang
usahatani. Sebagian besar petani pasti merupakan anggota dari salah
satu kelompok tani yang ada di daerah mereka. Kelompok tani di
Kabupaten Wonogiri berjumlah 2.356 kelompok tani yang biasanya
mengadakan pertemuan tiap 35 hari sekali. Kegiatan yang dilakukan
dalam kelompok tani adalah arisan dan musyawarah bersama.
Kelompok tani memberikan banyak manfaat bagi petani karena
dengan adanya kelompok tani, petani bisa memecahkan masalah
dalam usahatani yang sedang dihadapi dengan membicarakannya
dalam forum pertemuan rutin tersebut. Masalah yang terjadi dalam
usahatani dapat diselesaikan secara bersama-sama dengan petani yang
lain. Selain dari forum pertemuan rutin, terkadang penyuluh juga
mengunjungi petani perorangan sewaktu-waktu.
4) Komoditas bervariasi
Komoditas hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani di
Kabupaten Wonogiri sangat bervariasi jenisnya. Dari subsektor
tanaman bahan makanan yang menjadi komoditas unggul adalah padi
gogo, ubi kayu, jagung dan kedelai. Subsektor perkebunan yang
paling unggul dan sedang ditingkatkan adalah kakao. Subsektor
peternakan yang sedang dikembangkan adalah sapi potong. Subsektor
perikanan yang sedang naik daun adalah nila merah yang sebagian
besar berada disekitar Waduk Gajah Mungkur. Sedangkan untuk
subsektor kehutanan adalah kayu jati yang mulai dikembangkan untuk
pembuatan hutan rakyat di Kabupaten Wonogiri. Komoditas hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pertanian yang sangat bervariasi ini diharapkan mampu menambah
penghasilan dari petani di Kabupaten Wonogiri dalam memenuhi
kebutuhannya.
5) Kualitas hasil pertanian
Hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri memiliki kualitas yang
baik. Karena dalam pengelolaan usahataninya, petani sangat
memperhatikan keadaan dari komoditas hasil pertanian dan menjaga
lingkungan tempat budidaya. Pada subsektor tanaman bahan makanan,
petani sudah menerapkan go organic atau kembali menggunakan
pupuk organik untuk mengembalikan kondisi tanah yang sudah mulai
jenuh akibat bahan-bahan kimia. Subsektor perkebunan terutama
tanaman kakao sudah menerapkan teknologi pada pembudidayaannya
untuk menjaga kualitas kakao, seperti pembuatan rorak yang berfungsi
untuk mengumpulkan daun-daun dari tanaman yang bisa digunakan
untuk pupuk organik secara tidak langsung. Subsektor perikanan,
petani juga mengaplikasikan takaran pakan untuk menjaga kualitas.
Subsektor peternakan, petani memberikan pakan pada ternak sesuai
takaran dan juga menjaga kesehatan ternak dengan membersihkan
kandang secara teratur dan memberikan konsentrat pada ternak.
Sedangkan pada subsektor kehutanan, petani tidak begitu rutin dalam
pemeliharaannya karena tanaman kayu dapat bertahan hidup tanpa
pemeliharaan setelah berumur 1 tahun ke atas namun terkadang petani
juga memberi pestisida apabila tanaman terserang hama untuk
menjaga kualitas dari kayu.
b. Identifikasi Faktor Kelemahan
1) Pendidikan tergolong rendah
Berdasarkan pada komposisi penduduk menurut tingkat
pendidikan, sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri masih
tergolong berpendidikan rendah karena sebagian besar penduduk
hanya tamatan SD yaitu 41,75% dari penduduk di Kabupaten
Wonogiri. Tingkat pendidikan petani sangat berpengaruh pada tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
adopsi teknologi oleh petani untuk menjalankan usahataninya.
Pendidikan yang rendah akan berakibat petani sukar dalam
mengadopsi inovasi teknologi yang baru pada usahataninya.
2) Pengelolaan keuangan usahatani kurang baik
Terbatasnya modal membuat para petani di Kabupaten
Wonogiri belum bisa mengelola keuangan dengan baik. Petani
sebenarnya sangat membutuhkan hal tersebut, karena dengan adanya
pengelolaan keuangan usahatani maka petani dapat mengetahui
besarnya keuntungan maupun kerugian dari usahatani yang dilakukan.
Bahkan dalam mengendalikan keuangan mereka untuk budidaya juga
sering tercampur untuk kebutuhan rumah tangga sehingga saat untuk
memenuhi kebutuhan untuk usahatani terkadang menjadi kesulitan
sendiri.
3) Berorientasi non profit
Kegiatan usahatani di Kabupaten Wonogiri biasanya tujuan
utamanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu.
Sehingga hasil pertanian tidak seluruhnya dijual namun sebagian
dijual dan sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Sehingga apabila dilihat dari segi keuntungan yang
didapatkan oleh petani kelihatan sedikit karena tidak seluruh hasil
pertanian dijual untuk mendapatkan keuntungan.
4) Terbatasnya modal
Modal merupakan hal utama yang diperlukan petani untuk
menjalankan usahatani. Modal yang kurang dalam menjalankan
usahatani dapat membuat usahatani terganggu bahkan dapat
menghentikan usahatani. Namun petani sekarang sudah cukup mudah
untuk mendapatkan bantuan modal usahatani dengan melakukan
pinjaman dengan bunga ringan dari lembaga keuangan seperti BPD
Eromoko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
5) Tidak ada harga dasar
Harga dari hasil pertanian merupakan hal yang paling penting
untuk petani karena harga itulah yang dapat menentukan besar
kecilnya keuntungan yang didapatkan oleh petani. Namun sayangnya,
petani tidak pernah mengetahui informasi pasar mengenai harga hasil
pertanian sehingga petani hanya mengikuti harga yang diberikan oleh
tengkulak yang dapat merugikan petani. Apabila ada harga dasar tiap
masing-masing harga hasil pertanian maka petani mampu untuk
menjual hasil pertanian tanpa mengandalkan tengkulak karena
tengkulak dapat merugikan petani dari segi harga yang diberikan pada
petani berbeda dengan harga sebenarnya sehingga tengkulak
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan
petani.
6) Penawaran tengkulak rendah
Harga penawaran pembelian yang ditawarkan oleh tengkulak
untuk hasil pertanian dari petani rendah. Hal ini membuat petani
dirugikan karena petani hanya sebagai penerima harga dan tidak
mengetahui mengenai informasi harga hasil pertanian di pasaran
sedangkan tengkulak mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Namun, dikarenakan keterbatasan transportasi untuk pemasaran
sehingga petani tetap mengandalkan tengkulak untuk memasarkan
hasil pertaniannya.
c. Identifikasi Faktor Peluang
1) Peningkatan pendapatan masyarakat
Sektor pertanian masih memegang peranan penting sebagai
penyumbang kontribusi terbesar di Kabupaten Wonogiri. Sektor
pertanian merupakan sebagai salah satu kebutuhan pokok dari
masyarakat. Pendapatan masyarakat yang meningkat akan sangat
mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap hasil pertanian.
Peningkatan daya beli masyarakat pun akan berpengaruh terhadap
meningkatnya pendapatan petani di Kabupaten Wonogiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2) Penyuluhan dan pengawasan rutin dari penyuluh
Kegiatan penyuluhan di Kabupaten Wonogiri sebenarnya rutin
namun masih ada beberapa subsektor pertanian yang belum rutin
melakukan kegiatan penyuluhan. Dari kelima subsektor pertanian
yang paling rutin mengadakan penyuluhan adalah subsektor tanaman
bahan makanan karena penyuluh dari subsektor tanaman bahan
makanan ada di masing-masing desa di Kabupaten Wonogiri.
Sedangkan untuk subsektor lainnya hanya apabila ada program atau
masalah di sektor tersebut. Sebenarnya dengan adanya penyuluhan
dan pengawasan, penyuluh dapat melihat secara nyata perkembangan
dari usahatani di Kabupaten Wonogiri sehingga penyuluh dan
pemerintah mampu membantu petani dalam menjalankan
usahataninya.
3) Program pemerintah
Beberapa tahun ini di Kabupaten Wonogiri mulai membuat
dan menjalankan program-program yang bertujuan untuk memajukan
sektor pertanian. Petani masih banyak yang memiliki lahan pertanian
yang dapat diusahakan untuk komoditas pertanian yang beragam.
Program pemerintah yang sudah berjalan di Kabupaten Wonogiri di
masing-masing subsektor pertanian adalah Gerakan Hutan Rakyat
untuk subsektor kehutanan yang sudah dimulai sejak 2003 hingga saat
ini yang bertujuan untuk mensejahterakan petani dan mencegah erosi
secara tidak langsung, adanya bantuan bibit kakao untuk subsektor
perkebunan yang bertujuan untuk mengembangkan Kabupaten
Wonogiri sebagai sentra kakao, pengolahan hasil perikanan seperti
pembuatan keripik ikan untuk meningkatkan nilai tambah dari
komoditas perikanan, bantuan inseminasi untuk subsektor peternakan
untuk meningkatkan produksi ternak khususnya ternak sapi.
Pemerintah Kabupaten Wonogiri sedang menggalakkan program-
program untuk memajukan sektor pertanian dan meningkatkan
pendapatan petani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4) Bantuan modal dari pemerintah
Sebagian besar petani banyak yang memiliki kelemahan pada
segi modal untuk menjalankan usahataninya. Hal ini menyebabkan
terkadang petani harus meminjam modal dari sanak saudara maupun
lembaga keuangan. Petani membutuhkan perhatian dari pemerintah
untuk mendukung dalam berjalannya usahatani di Kabupaten
Wonogiri. Setidaknya pemerintah dapat memberikan modal maupun
pinjaman kepada petani dengan bunga sangat ringan dan dapat
meringankan beban dari petani. Bantuan modal yang diberikan
pemerintah pada petani tidak hanya dalam bentuk materi. Bantuan
untuk subsektor perkebunan berupa bibit tanaman kakao, subsektor
kehutanan berupa bibit tanaman jati, subsektor perikanan berupa benih
ikan nila merah, subsektor peternakan berupa bantuan ternak dari
pemerintah atau dinas peternakan Kabupaten Wonogiri sedangkan
untuk subsektor tanaman bahan makanan terkadang juga mendapat
bantuan bibit/benih tanaman bahan makanan dari pemerintah seperti
tanaman jagung.
5) Perkembangan informasi dan teknologi usahatani
Teknologi yang diterapkan dalam usahatani di Kabupaten
Wonogiri masih secara manual atau masih tradisional. Petani masih
mengelola usahataninya dengan peralatan yang sederhana dan masih
memerlukan tenaga manusia seluruhnya. Penerapan teknologi untuk
usahatani harus memperhatikan kecepatan transfer dan adopsi
teknologi dari para petani. Namun kebanyakan para petani cenderung
menunggu ada petani lain yang mampu membuktikan manfaat suatu
teknologi. Mereka cenderung tidak mau mengambil resiko kerugian.
Selain itu, jenis teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani dan
kondisi lingkungan hendaknya diprioritaskan. Perkembangan
teknologi usahatani dapat memberikan pengaruh positif terhadap
perkembangan hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri. Adanya
perkembangan teknologi akan berpengaruh pada hasil pertanian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
meningkat dan dapat dilakukan oleh petani dengan lebih mudah
dibandingkan usahatani secara manual/tradisional.
d. Identifikasi Faktor Ancaman
1) Penguasaan pasar
Bibit/benih dari beberapa komoditas pertanian ada yang
berasal dari luar daerah Kabupaten Wonogiri. Hal ini dapat
menyebabkan penguasaan pasar dari segi pemasok karena Kabupaten
Wonogiri belum bisa menyediakan bibit/benih yang memiliki kualitas
yang lebih baik dibandingkan dari pemasok daerah lain sehingga
pemasok memegang kendali dalam persediaan bibit/benih komoditas
pertanian di Kabupaten Wonogiri. Misalnya pada subsektor perikanan,
petani perikanan di Kabupaten Wonogiri lebih memilih untuk
membeli benih ikan di Janti, Kabupaten Klaten dibandingkan dengan
membeli benih di Balai Benih Kabupaten Wonogiri. Hal ini
dikarenakan benih di Janti memiliki kualitas yang lebih baik
dibandingkan dengan benih di Balai Benih Kabupaten Wonogiri. Oleh
karena itu, pasar untuk benih perikanan dikuasai oleh Janti, Kabupaten
Klaten
2) Konsumen masih lokal
Konsumen hasil pertanian masih tergolong lokal di Kabupaten
Wonogiri karena biasanya hasilnya disalurkan dari tengkulak ke pasar
daerah dan belum bisa dijual ke luar daerah Wonogiri. Namun untuk
hasil dari subsektor kehutanan, hasilnya sudah ada yang dipasarkan ke
luar daerah Wonogiri seperti ke daerah Kudus untuk meubel.
3) Iklim ekstrim
Iklim ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini sangat
mempengaruhi kualitas hasil pertanian. Semakin ekstrim iklim maka
kualitas hasil pertanian akan semakin menurun. Hal ini dapat
menyebabkan kerugian bagi petani karena secara tidak langsung
pendapatan petani akan berkurang. Subsektor pertanian yang paling
dipengaruhi oleh iklim ekstrim adalah subsektor perikanan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
perubahan iklim yang tidak menentu dapat menyebabkan kandungan
pH air berubah-ubah yang dapat menyebabkan kematian pada ikan,
sehingga dibutuhkan penanganan yang khusus untuk komoditas
perikanan khususnya pada saat peralihan iklim dari kemarau ke
penghujan. Sedangkan untuk subsektor tanaman bahan makanan,
perkebunan dan kehutanan tidak begitu berpengaruh karena lahan
pertanian di Kabupaten Wonogiri sebagian besar merupakan lahan
kering sehingga membutuhkan air untuk usahataninya.
4) Adanya kebijakan impor hasil pertanian
Pemerintah menetapkan kebijakan impor hasil pertanian dari
luar negeri. Hal ini dapat menyebabkan terancamnya hasil produk
pertanian lokal karena biasanya produk impor memiliki tampilan yang
lebih menarik dibandingkan dengan produk pertanian lokal. Selain itu,
harga produk impor juga hampir setara dibandingkan dengan produk
lokal sehingga konsumen akan lebih tertarik pada produk impor
dibanding produk lokal. Kebijakan impor ini merupakan ancaman
bagi keberlangsungan usahatani di Kabupaten Wonogiri. Kebijakan
impor hasil pertanian yang mengancam untuk komoditas lokal di
Kabupaten Wonogiri adalah impor kedelai karena kualitas kedelai
impor lebih baik dibandingkan dengan produk lokal. Komoditas
ternak khususnya sapi, kualitas impor juga lebih baik dan memiliki
harga yang lebih rendah dibandingkan dengan sapi lokal.
5) Fluktuasi harga hasil pertanian
Adanya pengaruh perubahan ekonomi global yang sedang
terjadi sekarang ini sangat mempengaruhi naik turunnya harga hasil
pertanian. Fluktuasi harga hasil pertanian sangat mempengaruhi
pendapatan dari petani karena dengan berubah-ubahnya harga hasil
pertanian maka petani juga akan dirugikan apabila harga hasil
pertanian turun sedangkan harga saprodi tetap. Hal ini menjadi
ancaman bagi petani sehingga dibutuhkan adanya harga dasar hasil
pertanian agar harga hasil tidak mengalami fluktuasi terus menerus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
6) Harga sarana produksi semakin mahal
Semakin modern teknologi maka semakin tinggi pula harga
sarana produksi tersebut. Sebagian besar petani sudah mulai mengenal
teknologi modern dan mulai menggunakannya dalam usahatani. Harga
sarana produksi yang semakin tinggi maka pengeluaran yang
dikeluarkan petani akan semakin tinggi dan dapat menurunkan
pendapatan petani dari usahataninya. Sehingga petani harus pandai
dalam menentukan pengeluaran yang akan digunakan pada
usahataninya.
7) Ketergantungan penggunaan bahan kimia sintetis
Ketergantungan petani pada bahan kimia dalam menjalankan
usahataninya cukup sulit untuk dihilangkan walaupun mulai
digerakkan back to nature untuk pertanian. Hal ini dapat menjadi
suatu ancaman karena produksi yang dihasilkan apabila menggunakan
bahan kimia dapat lebih meningkat sedangkan apabila menggunakan
bahan organik terkadang hasilnya belum bisa setara dengan
menggunakan bahan kimia. Selain itu, untuk pemberantasan hama
maupun penyakit pada sektor pertanian juga masih bergantung pada
bahan kimia sintetis karena hasilnya lebih akurat. Misalnya saja pada
subsektor tanaman bahan makanan, untuk pemupukan sudah mulai
menggunakan bahan organik namun untuk pemberantasan hama,
petani masih mengandalkan pestisida bahan kimia karena hasilnya
lebih baik dalam memberantas hama dibandingkan dengan
menggunakan yang organik.
3. Alternatif Strategi
Untuk merumuskan alternatif strategi yang diperlukan dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten
Wonogiri digunakan analisis Matriks SWOT. Matriks SWOT
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal
dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan internal sehingga
dihasilkan rumusan strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja. Matriks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
ini menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-
O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T. Berikut matriks SWOT
yang dihasilkan :
Tabel 21. Alternatif Strategi Matriks SWOT Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri
Kekuatan-S 1. Petani aktif mengikuti
penyuluhan 2. Pengalaman petani 3. Pertemuan rutin kelompok tani 4. Komoditas bervariasi 5. Kualitas hasil pertanian
Kelemahan-W 1. Pendidikan tergolong rendah 2. Pengelolaan keuangan
usahatani kurang baik 3. Berorientasi non profit 4. Terbatasnya modal 5. Tidak ada harga dasar 6. Penawaran tengkulak rendah
Peluang-O 1. Peningkatan pendapatan
masyarakat 2. Penyuluhan dan
pengawasan rutin penyuluh
3. Program pemerintah 4. Bantuan modal dari
pemerintah 5. Perkembangan teknologi
usahatani
Strategi S-O 1. Peningkatan permodalan
usahatani (S1,S3,O3,O4,O5) 2. Pengembangan pemasaran
produk hasil pertanian (S4,S5,O5)
Strategi W-O 1. Memanfaatkan penyuluhan dan
pelatihan PPL (W2,W4,O2,O5) 2. Efisiensi sarana produksi
(W4,O1,O5) 3. Pemotivasian petani (W1,W3,W4,O2,O3,O4)
Ancaman-T 1. Monopoli pasar 2. Konsumen masih lokal 3. Iklim ekstrim 4. Adanya kebijakan impor
hasil pertanian 5. Fluktuasi harga hasil
pertanian 6. Harga sarana produksi
semakin mahal 7. Ketergantungan
penggunaan bahan kimia sintetis
Strategi S-T 1. Membuka usaha baru di luar
sektor pertanian (S2,T4,T5,T6) 2. Penganekaragaman produk
olahan hasil pertanian (S4,S5,T1,T2,T3,T7)
Strategi W-T 1. Pertahankan kerjasama antara
kelompok tani dengan pihak terkait (W4,W5,W6,T1,T4,T5,T6)
2. Penundaan investasi usahatani (W4,W5,T1,T4)
Sumber : Analisis hasil penelitian
Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang
menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam
meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten
Wonogiri, maka diperoleh beberapa alternatif strategi yang nampak pada
matriks SWOT yang dapat dipertimbangkan, diantaranya sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
a. Strategi S-O
Strategi S-O (Strength-Opportunity) atau strategi kekuatan-peluang
adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi S-O yang dapat
dirumuskan adalah :
1) Peningkatan permodalan usahatani (S1,S3,O3,O4,O5)
Peningkatan permodalan bertujuan agar petani dapat menjalankan
usahataninya secara keberlanjutan. Sampai saat ini, petani masih
memiliki modal yang terbatas untuk menjalankan usahataninya.
Sehingga dengan adanya bantuan permodalan dari pihak-pihak terkait
mampu membantu petani untuk menjalankan usahataninya.
2) Pengembangan pemasaran produk hasil pertanian (S4,S5,O5)
Pengembangan pemasaran produk hasil pertanian bertujuan untuk
membuka peluang pasar yang ada di luar Kabupaten Wonogiri.
Meluasnya pemasaran akan meningkatkan pendapatan petani. Selain
itu, produk hasil pertanian Kabupaten Wonogiri akan dikenal oleh
masyarakat secara luas.
b. Strategi W-O
Strategi W-O (Weakness-Opportunity) atau strategi kelemahan-peluang
adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan yang ada untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi W-O yang
dirumuskan adalah :
1) Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan PPL (W2,W4,O2,O5)
Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan PPL bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi, pengaksesan pasar
dan pengelolaan keuangan yang baik. Meningkatnya kemampuan
petani diharapkan mampu untuk meningkatkan produksi hasil
pertanian di Kabupaten Wonogiri.
2) Efisiensi sarana produksi (W4,O1,O5)
Efisiensi sarana produksi bertujuan agar penggunaan sarana produksi
untuk usahatani dapat diminimalkan penggunaan. Hal ini dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
harga sarana produksi yang semakin mahal. Petani diharapkan dapat
menggunakan sarana produksi sesuai anjuran sehingga hasilnya dapat
efektif dan pengeluaran seefisien mungkin.
3) Pemotivasian petani (W1,W3,W4,O2,O3,O4)
Pemotivasian petani bertujuan untuk mendorong petani agar mampu
melakukan inovasi teknologi dalam menjalankan usahataninya. Petani
memerlukan motivasi yang kuat untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi hasil pertanian.
c. Strategi S-T
Strategi S-T (Strength-Threat) atau strategi kekuatan-ancaman adalah
strategi untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki dalam
menghindari ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat dirumuskan
adalah :
1) Membuka usaha baru di luar sektor pertanian (S2,T4,T5,T6)
Membuka usaha baru di luar sektor pertanian ini bertujuan agar petani
tidak hanya bergantung pada usahataninya saja. Hal ini mengharapkan
agar petani dapat berkembang untuk dapat meningkatkan
pendapatannya karena pendapatan dari usahatani tergolong sedikit
sehingga terbatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2) Penganekaragaman produk olahan hasil pertanian
(S4,S5,T1,T2,T3,T7)
Penganekaragaman olahan hasil pertanian bertujuan untuk
mengembangkan produk yang dapat menambah nilai jual produk hasil
pertanian. Selain itu, pengolahan dapat memperpanjang daya tahan
dari hasil pertanian yang memiliki kelemahan tidak tahan lama.
d. Strategi W-T
Strategi W-T (Weakness-Threat) atau strategi kelemahan-ancaman
adalah strategi defensif untuk meminimalkan kelemahan internal dan
menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi yang dirumuskan
adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
1) Pertahankan kerjasama antara kelompok tani dengan pihak terkait
(W4,W5,W6,T1,T4,T5,T6)
Pertahankan kerjasama antara kelompok tani dengan pihak terkait
bertujuan untuk tetap menjalin relasi yang baik dengan pihak terkait
sehingga usahatani dapat berjalan secara kontinyu.
2) Penundaan investasi usahatani (W4,W5,T1,T4)
Penundaan investasi usahatani ini bertujuan untuk tetap survive pada
keadaan yang cukup sulit bagi petani sehingga diharapkan petani
dapat tetap menjalankan usahataninya secara normal dan tidak
mengancam kontinuitas dari usahatani.
4. Prioritas Strategi
Setelah mengetahui alternatif-alternatif strategi yang dapat
diterapkan bagi peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di
Kabupaten Wonogiri, maka perlu dirumuskan prioritas strategi yang sesuai
dengan kondisi saat ini. Prioritas strategi inilah yang nantinya dijadikan
acuan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian.
Program-program kerja yang nantinya akan direalisasikan oleh pemerintah
khususnya dinas-dinas terkait di Kabupaten Wonogiri dan bersinergi dengan
petani akan merujuk pada strategi yang paling sesuai. Berdasarkan 8
alternatif strategi yang telah dirumuskan pada analisis SWOT, maka
dipilihlah 3 prioritas strategi yang dihitung dengan menggunakan matrik
QSP. Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan perhitungan dengan
matrik QSP, dipilihlah 3 (tiga) strategi yang memiliki nilai teratas pada
perhitungan bobot dan rating pada penelitian. Pemilihan prioritas strategi ini
didasarkan atas petani untuk meningkatkan produktivitasnya yang masih
mengalami kendala dalam hal pengetahuan teknologi, pemasaran dan
permodalan. Berikut tabel perhitungan tiga prioritas strategi berurutan
berdasarkan nilai tertinggi hasil analisis :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 22. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri
Alternatif Strategi 1 2 3
Faktor-Faktor Strategis BOBOT AS TAS AS TAS AS TAS Faktor Kunci Internal 1. Petani aktif mengikuti penyuluhan 0,10 4 0,39 3 0,30 3 0,30 2. Pengalaman petani 0,08 3 0,25 3 0,25 3 0,25 3. Kelompok tani rutin 0,11 3 0,32 3 0,32 3 0,32 4. Komoditas bervariasi 0,11 4 0,45 3 0,34 3 0,34 5. Kualitas hasil pertanian 0,08 3 0,25 3 0,25 3 0,25 6. Pendidikan tergolong rendah 0,09 3 0,27 2 0,18 2 0,18 7. Belum ada pencatatan/pembukuan usahatani 0,08 3 0,23 2 0,15 2 0,15 8. Berorientasi untuk memenuhi kebutuhan 0,11 3 0,32 3 0,32 3 0,32 9. Terbatasnya modal 0,09 3 0,27 3 0,27 3 0,27 10. Tidak ada harga dasar 0,07 3 0,20 2 0,14 3 0,20 11. Tergantung pada tengkulak 0,08 2 0,17 2 0,17 2 0,17 Total Bobot 1,00 Faktor Kunci Eksternal 1. Peningkatan pendapatan masyarakat 0,09 4 0,35 3 0,09 3 0,26 2. Penyuluhan dan pengawasan rutin penyuluh 0,09 4 0,37 3 0,09 3 0,28 3. Program pemerintah 0,09 4 0,37 3 0,09 3 0,28 4. Bantuan bibit/benih 0,10 4 0,40 3 0,10 3 0,30 5. Perkembangan informasi dan teknologi usahatani 0,07 4 0,30 3 0,07 2 0,15 6. Monopoli pasar 0,07 3 0,20 3 0,20 3 0,20 7. Pelanggan masih lokal 0,07 2 0,14 3 0,20 2 0,14 8. Iklim ekstrim 0,08 3 0,24 3 0,24 3 0,24 9. Adanya kebijakan impor hasil pertanian 0,07 3 0,22 2 0,15 3 0,22 10. Fluktuasi harga hasil pertanian 0,10 3 0,30 3 0,30 3 0,30 11. Harga sarana produksi semakin mahal 0,10 3 0,30 3 0,30 3 0,30 12. Pelaksanaan usahatani masih tradisional 0,07 2 0,14 3 0,20 2 0,14 Total Bobot 1,00 Total nilai daya tarik 6,44 5,61 5,54
Sumber : Hasil Analisis Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Keterangan :
Bobot : Tingkat kepentingan relatif dari masing-masing faktor internal dan
eksternal
AS (Attractiveness Score) : Angka yang menunjukkan tingkat ketertarikan
relatif untuk masing-masing strategi yang dipilih.
TAS (Total Attractiveness Score) : Mengalikan nilai rating dengan AS
(Attractiveness Score).
1. Membuka usaha baru di luar sektor pertanian (6,44)
Sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri merupakan lapangan
usaha yang banyak diusahakan oleh masyarakat. Namun, sampai saat ini,
sektor pertanian belum mampu mengangkat taraf hidup dari petani.
Usaha baru di luar sektor pertanian diharapkan mampu menambah
pendapatan masyarakat sehingga mampu memenuhi kebutuhan dari
masyarakat di Kabupaten Wonogiri khususnya tenaga kerja sektor
pertanian. Apabila petani memiliki usaha diluar pertanian maka petani
dapat mengisi waktu luang ketika tidak melakukan pengelolaan
usahatani. Usaha baru di luar sektor pertanian dapat dilakukan seperti
pada bidang perdagangan, petani dapat membuka usaha perdagangan
misalnya sebagai pedagang di pasar atau pedagang keliling.
Meningkatnya pendapatan yang berasal dari luar sektor pertanian
diharapkan dapat membantu petani menambah modal untuk menjalankan
usahatani, karena modal usahatani yang dimiliki oleh petani terbatas
apabila hanya mengandalkan hasil dari usahatani.
2. Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan PPL (5,61)
Pemerintah dapat lebih berperan dalam peningkatan produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian dengan melakukan pelatihan, bimbingan,
dan pengawasan atau pendampingan yang dilakukan oleh PPL (Petugas
Penyuluh Lapangan) kepada petani. Program untuk mengembangkan
petani yang dapat dilakukan oleh Petugas Penyuluh Lapangan adalah
merutinkan pertemuan kelompok tani dan melibatkan petani dalam
perlombaan maupun pelatihan-pelatihan. Kegiatan penyuluhan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
dapat dilakukan oleh penyuluh misalnya mengenai penguasaan teknologi,
pengaksesan pasar dan pengelolaan keuangan yang baik. Penyuluhan
pertanian merupakan hal yang sangat mempengaruhi peningkatan
pengetahuan dari petani. Dengan adanya penyuluhan maka petani akan
dapat dengan mudah mengetahui perkembangan inovasi teknologi baru
yang belum pernah dikenal oleh petani. Selain itu, dengan adanya
penyuluhan, petani dapat saling bermusyawarah untuk menyelesaikan
masalah yang sedang dialami oleh petani seperti masalah hama dan
lainnya yang berhubungan dengan usahataninya. Apabila masalah dalam
usahatani dapat diatasi maka secara tidak langsung hasil pertanian akan
meningkat dan kualitasnya juga akan menjadi lebih baik. Penyuluhan
juga dapat membantu petani untuk mengetahui pengaksesan pasar
sehingga pemasaran hasil pertanian dapat semakin luas. Pemerintah juga
harus melakukan pembinaan dalam mengelola manajemen yang baik
kepada petani agar dapat mengembangkan usahataninya terutama dalam
pengelolaan manajemen keuangan sehingga petani dapat mengetahui
secara jelas penerimaan dan pengeluaran usahatani dan petani dapat
mengetahui keuntungan maupun kerugian yang diperoleh dari usahatani
yang dijalankannya.
3. Penganekaragaman produk olahan hasil pertanian (5,54)
Kemampuan petani dalam mengembangkan usahataninya
memerlukan inovasi yang baru dalam pengelolaan hasilnya. Pengolahan
hasil pertanian dapat menguntungkan bagi petani dari segi ekonominya
karena dapat menambah pendapatan petani. Adanya pengolahan hasil
pertanian akan membuat penganekaragaman jenis makanan olahan yang
berasal dari hasil pertanian. Sebagai contoh, Kabupaten Wonogiri
terkenal dengan Waduk Gajah Mungkurnya yang sekarang ini digunakan
untuk Karamba Jaring Apung untuk memelihara ikan nila. Ikan nila itu
dapat diolah menjadi berbagai macam makanan seperti keripik ikan, abon
ikan dan lain sebagainya. Hal ini dapat dikembangkan dan dapat menjadi
suatu peluang bagi petani di Kabupaten Wonogiri untuk meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
produktivitasnya. Selain dari sub sektor perikanan, Kabupaten Wonogiri
juga memiliki banyak peluang untuk mengolah hasil pertanian untuk
mendapatkan nilai tambah dari suatu komoditas pertanian. Selain itu,
dengan adanya pengolahan hasil pertanian dapat menambah daya tahan
penyimpanan dari hasil pertanian tersebut.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan matriks QSP strategi
peningkatan terbaik yang dapat diterapkan dalam meningkatkan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri adalah
membuka usaha baru di luar sektor pertanian yang akan sangat berpengaruh
dalam peningkatan kemampuan petani dalam bidang usaha selain pertanian,
hal tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan petani.
Nilai TAS (Total Attractive Score) dari alternatif strategi tersebut adalah
6,44 sekaligus nilai TAS tertinggi diantara nilai TAS alternatif strategi yang
lain. Pelaksanaan alternatif strategi pengembangan berdasarkan nilai TAS
pada matriks QSP dilaksanakan dari nilai TAS strategi yang tertinggi,
kemudian tertinggi kedua, dan diikuti strategi urutan berikutnya sampai nilai
TAS strategi yang terkecil.
Melalui penerapan strategi secara efektif yang dihasilkan dari
analisis matriks QSP diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tenaga
kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri. Adanya peningkatan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian maka akan berpengaruh pada
peningkatan pendapatan dari petani sendiri dan juga peningkatan sektor
pertanian yang masih merupakan salah satu sektor yang masih sangat
potensial untuk diusahakan di Kabupaten Wonogiri. Sehingga strategi
tersebut dapat menunjang ketercapaian tujuan dari petani yaitu untuk dapat
meningkatkan pendapatan dari petani. Dalam pelaksanaan strategi tersebut
diperlukan adanya koordinasi yang lebih baik antara petani, penyuluh serta
pemerintah Dinas terkait sehingga hasil yang dicapai lebih efektif.
Membuka usaha baru di luar sektor pertanian bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan petani yang berasal dari luar sektor pertanian
sehingga diharapkan petani mampu meningkatkan taraf hidup. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dengan meningkatnya pendapatan petani juga dapat dimanfaatkan untuk
menjalankan usahataninya karena modal untuk menjalankan usahatani
bertambah. Secara menyeluruh, dengan membuka usaha baru di luar sektor
pertanian, akan mampu menambah pendapatan petani dan menjadi sumber
pendapatan tambahan khususnya bagi tenaga kerja sektor pertanian di
Kabupaten Wonogiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi peningkatan
produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa produktivitas tenaga kerja
sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri dalam satu tahun sebesar 10,49697
juta rupiah/jiwa atau 874.747 rupiah/jiwa dalam satu bulannya. Jumlah
seluruh nilai yang dihasilkan oleh sektor pertanian yang dihasilkan per
tenaga kerja sektor pertanian dapat dikatakan rendah. Hal ini dikarenakan
jumlah nilai yang dihasilkan oleh petani berasal dari 5 subsektor pertanian
yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor
kehutanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan sehingga hasil itu
termasuk rendah apabila berasal dari sektor pertanian secara keseluruhan.
2. Faktor internal dan eksternal yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan
serta peluang dan ancaman dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja
sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri meliputi :
a. Kekuatan : petani aktif mengikuti penyuluhan, pengalaman petani,
pertemuan rutin kelompok tani, komoditas bervariasi, kualitas hasil
pertanian.
b. Kelemahan : pendidikan tergolong rendah, pengelolaan keuangan
usahatani kurang baik, berorientasi non profit, terbatasnya modal, tidak
ada harga dasar, penawaran tengkulak rendah.
c. Peluang : peningkatan pendapatan masyarakat, penyuluhan dan
pengawasan rutin penyuluh, program pemerintah, bantuan modal dari
pemerintah, perkembangan informasi dan teknologi usahatani.
d. Ancaman : penguasaan pasar, konsumen masih lokal, iklim ekstrim,
adanya kebijakan impor hasil pertanian, fluktuasi harga hasil pertanian,
harga sarana produksi semakin mahal, ketergantungan penggunaan bahan
kimia sintetis.
69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
3. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri yaitu :
a. Strategi S-O (Strength-Opportunity)
1) Peningkatan permodalan usahatani
2) Pengembangan pemasaran produk hasil pertanian
b. Strategi W-O (Weakness-Opportunity)
1) Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan PPL
2) Efisiensi sarana produksi
3) Pemotivasian petani
c. Strategi S-T (Strength-Threat)
1) Membuka usaha baru di luar sektor pertanian
2) Penganekaragaman produk olahan hasil pertanian
d. Strategi W-T (Weakness-Threat)
1) Pertahankan kerjasama antara kelompok tani dengan pihak terkait
2) Penundaan investasi usahatani
4. Berdasarkan analisis matriks QSP, menunjukkan bahwa prioritas strategi
yang dapat diterapkan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja
sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri adalah dengan membuka usaha
baru di luar sektor pertanian agar petani dapat meningkatkan pendapatan.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini dapat diberikan saran
kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Tenaga kerja sektor pertanian/petani diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan dan ketrampilan baik secara teknis maupun non teknis dengan
melibatkan diri secara aktif dalam pemberdayaan maupun pelatihan yang
dilaksanakan oleh penyuluh maupun pihak lainnya.
2. Pemerintah Kabupaten Wonogiri diharapkan mampu mengayomi petani
untuk meningkatkan produktivitas serta peningkatan hasil pertanian dalam
menjalankan usahataninya serta memberikan bantuan-bantuan pada petani
untuk mendukung kontinuitas sektor pertani.