studi pengakaran dan aklimatisasi planlet pisang …digilib.unila.ac.id/58934/9/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
STUDI PENGAKARAN IN VITRO DAN AKLIMATISASI PLANLETPISANG AMBON KUNING (Musa paradisiaca Linn.)
(Skripsi)
Oleh
Emi Yunida
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
STUDI PENGAKARAN IN VITRO DAN AKLIMATISASI PLANLETPISANG AMBON KUNING (Musa paradisiaca Linn.)
Oleh
EMI YUNIDA
Pisang Ambon Kuning merupakan salah satu kultivar yang digemari masyarakat
Indonesia karena memiliki rasa manis dan aroma yang harum. Salah satu upaya
untuk meningkatkan produksinya yaitu dengan penyediaan bibit berkualitas
melalui teknik kultur jaringan. Penelitian ini terdiri dari 2 percobaan. Percobaan I
bertujuan untuk mempelajari pengaruh arang aktif, NAA atau IBA terhadap
pengakaran dan pertumbuhan in vitro tunas pisang Ambon Kuning. Eksplan
berupa tunas ditanam pada 6 media perlakuan yaitu MS 0, MS+2 g/l arang aktif,
MS+1 mg/l NAA, MS+2 mg/l NAA, MS+1 mg/l IBA, dan MS+2 mg/l IBA
selama 6 minggu. Percobaan dilaksanakan dalam Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari 3 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 3 botol berisi 1
eksplan per botol. Percobaan II bertujuan untuk mempelajari pengaruh media dan
pemupukan terhadap pertumbuhan planlet pisang Ambon Kuning selama
aklimatisasi. Percobaan ini dilaksanakan dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Emi Yunida
dengan susunan perlakuan faktorial (3x2). Faktor pertama adalah tiga jenis
campuran media yaitu M1 (arang sekam : kompos : pasir malang : cocopeat), M2
(arang sekam : kompos : pasir malang) dan M3 (arang sekam : kompos). Faktor
kedua adalah pemupukan, yaitu P0 (tanpa pemupukan) dan P1 (dengan
pemupukan) yang terdiri dari 3 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 8 pot, masing-
masing berisi satu planlet. Keseragaman data diuji dengan uji bartlett, jika asumsi
terpenuhi dilakukan analisis ragam, kemudian dilanjutkan dengan uji beda nyata
terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil percobaan I menunjukkan bahwa semua
perlakuan menghasilkan 100% planlet hidup dan berakar. Planlet pisang Ambon
Kuning lebih responsif terhadap pemberian NAA dalam menghasilkan jumlah
akar dibandingkan pemberian arang aktif maupun IBA. Semua perlakuan
meningkatkan rata-rata panjang akar primer planlet, akar planlet terpanjang
diperoleh dari perlakuan MS+2 mg/l NAA dan MS+1 mg/l IBA. Percobaan II
menghasilkan 100% planlet teraklimatisasi dengan pertumbuhan yang berbeda-
beda. Pertumbuhan planlet terbaik dihasilkan oleh perlakuan M1 yang diikuti
dengan M2 dan M3. Perlakuan pemupukan meningkatkan pertumbuhan planlet
selama aklimatisasi. Tidak terdapat interaksi antara campuran media dan
pemupukan dalam pengaruhnya terhadap pertumbuhan planlet.
Kata kunci : Aklimatisasi, arang aktif, in vitro, IBA, media, NAA, pemupukan,pisang ambon kuning
STUDI PENGAKARAN IN VITRO DAN AKLIMATISASI PLANLETPISANG AMBON KUNING (Musa paradisiaca Linn.)
Oleh
EMI YUNIDA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
f. Dr. Ir. Sf'l Yusnalni. M.Si.I'IlP 196305081988112001
2. Ketua Jurusan Agroteknolagi
Dr. lr. Dwi Hapsoro, M.Sc.NIP_l961040219S6031003
-Prof. r, Ir. YusnJta, M.Sc.NIP196108031986032002
1. Komisi Pembimblng
MENYETUJm
: PertanlanFakultas
: Agrotel(nologi.Jurusan
Nomar Pokok MahasiSWa : 1514],2l203
: CErn})jlntdaNama Mahasiswa
: STUDI PENGAKARAN Ilf fIlTBO DANAKLIMATISASI P'LANLET PISANGAMBON KIJrljING (Muss paradis/seaLinn.)
Judttl Skripsi
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 14 Agustus 2019
----
PengujiBukanPembimblng :AkarI My, S.P ... M.SI.
. ~
...ztt .....Anggota Pembirnbing : Dr. Jr. Dwl Hapsorol M.Sc•
Pemb'mbing Utama : Prof. Dr. Ir, YLlSnita, M.Sc.
1. Tim Pengujj
MEfIlIGESAHKAN
Kupersembahkan karya sederhana ini
Teruntuk keluarga ku tercinta
Mamak, Bapak, Mbak-Adik tersayang, Semoga kita semua dapatkembali bersama di Syurga-Nya Allah kelak
Dan Almamater tercinta Universitas Lampung
Orang cerdas selalu menjaga ucapan dan hanya mengeluarkan kata-katapositif, orang tidak cerdas sangat suka mengeluarkan kata-kata yang merusak
reputasinya sendiri ~Djajendra
Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must KEEP MOVING
~ Albert Einstein
Succes is a journey, not a destination ~Ben Sweetland
RIWAYAT PENULIS
Penulis dilahirkan di Labuhan Maringgai, Lampung Timur pada tanggal 18 Juni
1997, sebagai puteri kedua dari tiga bersaudara dari bapak Bagus Suroyo dan Ibu
Mafalda.
Pendidikan formal penulis diawali dari Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi
Labuhan Maringgai, Lampung Timur yang diselesaikan tahun 2003, Sekolah
Dasar (SD) diselesaikan di SDN 01 Labuhan Maringgai, Lampung Timur pada
tahun 2009, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN
01 Labuhan Maringgai, Lampung Timur pada tahun 2012, dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) di SMAN 01 Bandar Sribhawono, Lampung Timur diselesaikan pada
tahun 2015.
Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2017.
Tahun 2018 Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Sayuran Organik CV
Eshan Abbasy di Kecamatan Caringin, Bogor, Jawa Barat selama 30 hari kerja
efektif.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
Biologi 1, Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan, Bioteknologi Pertanian, Kultur
Jaringan dan Perbanyakan Tanaman. Penulis aktif di Organisasi Persatuan
Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT) FP Unila sebagai anggota bidang
Pengembangan Masyarakat dan Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Lembaga
Studi Mahasiswa Pertanian (UKMF LS-Mata) FP Unila sebagai anggota bidang
Hubungan Masyarakat.
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat, karunia, serta hidayah yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat beriring salam senantiasa diberikan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan baik materil,
ilmu, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku dosen Pembingbing Utama penelitian.
Terimakasih atas ide, saran-saran, waktu, kesabaran, dan bimbingan yang
diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc., selaku dosen Pembingbing Kedua yang
telah memberikan nasehat, bantuan, kesabaran dan kebaikan hati dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Akari Edy, S.P., M.Si., selaku dosen Penguji yang telah memberi
saran, kritik, dan kebaikan hati dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si., selaku Pembingbing Akademik atas
saran, nasehat, dan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan.
7. Penulis menyampaikan Terimakasih yang sangat besar kepada keluarga
tersayang Ibunda Mafalda dan Ayahanda Bagus Suroyo, Ayunda Erlin
Gustina, S.Si., dan Adinda M. Yunus Ferdiansyah atas curahan kasih sayang
yang tiada tara, pendidikan moril, spiritual dan bantuan materil dalam
kehidupan penulis.
8. Keluarga besar Laboratorium Kultur Jaringan, Ibu Sri Ramadiana, S.P.,
M.Si., Hayane Adeline W., S.P., M.Si., Rahmadyah Hamiranti, S.P., Adi
Noor Prayogi, S.P., Dwi Setiawan, dan adik-adik Magang 2016 yang telah
memberi bantuan, perhatian, kebersamaan dan kebaikan hatinya.
9. Sahabat-sahabat penulis: Ayuk Rahwuni, Aisyah Nur Fadila, Ita Rizkiana,
Nona Melati M., Lia Hikmatul Maula, Yoga Adi Mursito, Marzuki Isnaini,
dan Siti Chairani, S.P. atas persahabatan, bantuan, motivasi dan
kebersamaannya.
10. Teman-teman kelas D tersayang: Linda Lauren, Andin Alvimaigawati, Linda
Sri Lestari, Romando Lumbanraja, Wahyu Bagus Riansyah, Erni Permata
Dewi, Winson H. Saragih, Dendhi Ficky Fernanda dan teman-teman lainnya
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
11. Teman-teman, kakak-kakak dan adik di Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
12. Almamater tercinta Universitas Lampung
ii
Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan dan
bantuan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
Bandar Lampung, Agustus 2019Penulis,
Emi Yunida
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah......................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.3 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 5
1.4 Hipotesis ....................................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Pisang Ambon Kuning ..................................... 9
2.2 Perbanyakan Tanaman Pisang Secara In Vitro ............................ 11
2.3 Auksin ........................................................................................... 12
2.4 Faktor-Faktor Keberhasilan Aklimatisasi ..................................... 13
2.5 Media Tanam Untuk Aklimatisasi ............................................... 14
2.6 Pemupukan ................................................................................... 17
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Percobaan I: Pengaruh arang aktif, NAA atau IBA terhadappengakaran in vitro tunas pisang Ambon Kuning
3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................ 183.1.2 Metode Penelitian................................................................ 183.1.3 Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 193.1.4 Variabel yang Diamati......................................................... 22
v
3.2 Percobaan II: Pengaruh campuran media danpemupukan terhadap pertumbuhan planlet pisangAmbon Kuning selama aklimatisasi
3.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 223.2.2 Alat dan Bahan ..................................................................... 223.2.3 Metode Penelitian................................................................. 233.2.4 Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 233.2.5 Variabel yang Diamati.......................................................... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Percobaan I: Pengaruh arang aktif, NAA atau IBAterhadap pengakaran in vitro tunas pisang AmbonKuning
4.1.1.1 Perkembangan Umum Kultur Pisang AmbonKuning .......................................................................... 26
4.1.1.2 Rekapitulasi Analisis Ragam......................................... 274.1.1.3 Rata-rata Jumlah Akar Primer ....................................... 284.1.1.4 Rata-rata Panjang Akar Primer...................................... 29
4.1.2 Percobaan II: Pengaruh campuran media danpemupukan terhadap pertumbuhan planlet pisangAmbon Kuning selama aklimatisasi
4.1.2.1 Rata-rata Tinggi Tanaman ............................................. 314.1.2.2 Rata-rata Jumlah Daun .................................................. 334.1.2.3 Rata-rata Jumlah Akar Primer ....................................... 334.1.2.4 Rata-rata Panjang Akar Primer...................................... 354.1.2.5 Rata-rata Tingkat Kehijauan Daun ................................ 36
4.2 Pembahasan
4.2.1 Percobaan I: Pengaruh arang aktif, NAA atau IBAterhadap pengakaran in vitro tunas pisang AmbonKuning............................................................................... 39
4.2.2 Percobaan II: Pengaruh campuran media danpemupukan terhadap pertumbuhan planlet pisangAmbon Kuning selama aklimatisasi.................................. 41
4.2.3 Pembahasan Umum .......................................................... 43
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ....................................................................................... 46
5.2 Saran ............................................................................................. 46
vi
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 48
LAMPIRAN............................................................................................... 51-63
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar media perlakuan yang digunakan dalam penelitian.................. 20
2. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh arang aktif, NAA,atau IBA terhadap pengakaran in vitro tunas pisang AmbonKuning.................................................................................................. 27
3. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh campuran media danpemupukan terhadap pertumbuhan planlet pisang AmbonKuning selama aklimatisasi ................................................................. 31
4. Hasil pengamatan rata-rata tinggi tunas pisang ambonkuning in vitro umur 6 MSP ................................................................ 51
5. Analisis ragam untuk rata-rata tinggi tunas pisang ambonkuning in vitro umur 6 MSP ................................................................ 51
6. Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun tunas pisang ambonkuning in vitro umur 6 MSP ................................................................ 52
7. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah daun tunas pisangambon kuning in vitro umur 6 MSP .................................................... 52
8. Hasil pengamatan rata-rata jumlah akar primer tunas pisangambon kuning in vitro umur 6 MSP .................................................... 53
9. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah akar primer tunaspisang ambon kuning in vitro umur 6 MSP ......................................... 53
10. Uji BNT untuk rata-rata jumlah akar primer tunas pisangambon kuning in vitro umur 6 MSP .................................................... 54
11. Hasil pengamatan rata-rata panjang akar primer tunaspisang ambon kuning in vitro umur 6 MSP ......................................... 54
viii
12. Analisis ragam untuk rata-rata panjang akar primer tunaspisang ambon kuning in vitro umur 6 MSP ......................................... 55
13. Uji BNT untuk rata-rata panjang akar primer tunas pisangambon kuning in vitro umur 6 MSP .................................................... 55
14. Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman pisang AmbonKuning umur 6 MSP ............................................................................ 56
15. Analisis ragam untuk rata-rata tinggi tanaman pisangAmbon Kuning umur 8 MSA .............................................................. 56
16. Uji BNT untuk rata-rata tinggi tanaman pisang ambonkuning terhadap media umur 8 MSA................................................... 57
17. Uji BNT untuk rata-rata tinggi tanaman pisang ambonkuning terhadap pupuk umur 8 MSA................................................... 57
18. Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun pisang AmbonKuning umur 8 MSA ........................................................................... 58
19. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah daun pisang AmbonKuning umur 8 MSA ........................................................................... 58
20. Uji BNT untuk rata-rata jumlah daun pisang ambon kuningterhadap media umur 8 MSA............................................................... 58
21. Hasil pengamatan rata-rata tingkat kehijauan daun pisangambon kuning umur 8 MSA ................................................................ 59
22. Analisis ragam untuk rata-rata tingkat kehijauan daunpisang Ambon Kuning umur 8 MSA ................................................... 59
23. Uji BNT untuk rata-rata tingkat kehijauan daun pisangambon kuning terhadap media umur 8 MSA....................................... 60
24. Uji BNT untuk rata-rata tingkat kehijauan daun pisangambon kuning terhadap pupuk umur 8 MSA....................................... 60
25. Hasil pengamatan rata-rata jumlah akar primer pisangambon kuning umur 8 MSA ................................................................ 60
26. Analisis ragam untuk rata-rata jumlah akar primer pisangAmbon Kuning umur 8 MSA .............................................................. 61
ix
27. Uji BNT untuk rata-rata jumlah akar primer pisang ambonkuning terhadap media umur 8 MSA................................................... 61
28. Uji BNT untuk rata-rata jumlah akar primer pisang ambonkuning terhadap pupuk umur 8 MSA................................................... 61
29. Hasil pengamatan rata-rata panjang akar primer pisangambon kuning umur 8 MSA ................................................................ 62
30. Analisis ragam untuk rata-rata panjang akar primer pisangAmbon Kuning umur 8 MSA .............................................................. 62
31. Uji BNT untuk rata-rata panjang akar primer pisang ambonkuning terhadap media umur 8 MSA................................................... 63
32. Uji BNT untuk rata-rata panjang akar primer pisang ambonkuning terhadap pupuk umur 8 MSA................................................... 63
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kultur pisang Ambon Kuning pada 4 MST di mediaprakondisi .......................................................................................... 26
2. Penanaman eksplan di media perlakuan ............................................ 27
3. Rata-rata jumlah akar primer yang dihasilkan oleh tunaspisang ambon kuning in vitro umur 4 MSP pada mediayang ditambahkan Arang Aktif, NAA dan IBA ................................ 28
4. Rata-rata panjang akar primer tunas pisang ambon kuningin vitro pada 4 MSP di media perlakuan ........................................... 29
5. Pengaruh arang aktif, NAA atau IBA terhadap pengakarantunas pisang Ambon Kuning secara in vitro pada 4 MSP ................. 30
6. Pengaruh media tanam terhadap tinggi tanaman bibitpisang Ambon Kuning pada umur 8 MSA ........................................ 32
7. Pengaruh pemupukan Hyponex 2 g/l terhadap tinggitanaman bibit pisang Ambon Kuning pada umur 8 MSA ................. 32
8. Pengaruh media tanam terhadap jumlah daun bibit pisangAmbon Kuning pada umur 8 MSA.................................................... 33
9. Pengaruh media tanam terhadap jumlah akar pimer bibitpisang Ambon Kuning pada umur 8 MSA ........................................ 34
10. Pengaruh pemupukan Hyponex 2 g/l terhadap jumlah akarpimer bibit pisang Ambon Kuning pada umur 8 MSA ..................... 34
11. Pengaruh media terhadap panjang akar pimer bibit pisangAmbon Kuning pada umur 8 MSA.................................................... 35
12. Pengaruh pemupukan Hyponex 2 g/l terhadap panjangakar pimer bibit pisang Ambon Kuning pada umur 8 MSA.............. 36
xi
13. Pengaruh media tanam terhadap tingkat kehijauan daunbibit pisang Ambon Kuning pada umur 8 MSA setelahaklimatisasi ........................................................................................ 36
14. Pengaruh pemupukan Hyponex 2 g/l terhadap tingkatkehijauan daun bibit pisang Ambon Kuning pada umur 8MSA setelah aklimatisasi .................................................................. 37
15. Tanaman pisang Ambon Kuning yang teraklimatisasi pada8 MSA................................................................................................ 38
16. Akar tanaman pisang Ambon Kuning yang teraklimatisasipada 8 MSA ....................................................................................... 38
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Tanaman pisang merupakan salah satu tanaman tropis yang sangat populer dan
berkembang di Indonesia karena buahnya yang lezat dan kaya akan nutrisi
sehingga bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Tanaman ini berasal dari
Asia Tenggara dan berkontribusi besar dalam banyak sektor, terutama
perkembangan ekonomi pertanian di Indonesia. Berdasarkan data FAOSTAT
(2016), Indonesia menempati peringkat ke-3 negara penghasil pisang terbesar
dunia dengan total produksi 7.007.125 ton setelah India sebesar 29.135.000 ton
dan China sebesar 10.940.000 ton. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(2017), produksi pisang Indonesia mengalami peningkatan dari 7.007.125 ton di
tahun 2016 mencapai 7.162.680 ton pada tahun 2017. Provinsi Lampung
menempati urutan ke-2 dengan kontribusi sebesar 1.462.423 ton setelah provinsi
Jawa Timur sebesar 1.960.129 ton dan diikuti oleh provinsi Jawa Barat sebesar
1.128.666 ton (BPS, 2017).
Buah pisang Ambon Kuning merupakan salah satu pisang yang digemari oleh
masyarakat Indonesia karena berukuran lebih besar dari buah pisang Ambon lain.
Kulit buah Ambon Kuning berwarna kuning, memiliki daging buah pulen dan
2
mempunyai rasa manis legit serta aromanya harum sehingga cocok disajikan
sebagai hidangan buah segar (Yusnita, 2015).
Budidaya pisang oleh petani dilakukan secara konvensional yaitu menggunakan
tunas anakan maupun belahan bonggol. Namun, jumlah anakan yang diperoleh
dengan cara konvensional relatif sedikit dan sering kali tidak seragam tingkat
kedewasaannya sehingga untuk kepentingan komersial perbanyakan dengan cara
ini dinilai kurang tepat. Menurut Hapsoro dan Yusnita (2018), penerapan teknik
kultur jaringan dapat digunakan untuk produksi bibit yang sehat dalam jumlah
besar yang seragam tingkat kedewasaannya dengan waktu yang relatif singkat.
Bibit pisang dapat diperoleh melalui teknik kultur jaringan untuk budidaya dalam
skala besar.
Kultur jaringan merupakan teknik menumbuh kembangkan bagian tanaman yang
berupa sel, jaringan, organ, embrio, biji, atau tanaman utuh secara in vitro dalam
kondisi aseptik pada media buatan yang berisi nutrisi lengkap, sumber energi, dan
disertai dengan penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) serta dalam kondisi
lingkungan yang terkontrol suhu dan cahayanya. Perbanyakan dengan kultur
jaringan merupakan rangkaian proses yang dilakukan dengan melalui 5 tahap
berurutan, yaitu tahap 0 (pemilihan dan penanganan tanaman induk sebagai
eksplan), tahap 1 (inisiasi kultur atau culture establishment), tahap 2 (perbanyakan
propagul in vitro), tahap 3 (pemanjangan tunas sekaligus pengakaran), dan tahap 4
(aklimatisasi planlet) (Hapsoro dan Yusnita, 2018).
Agar tunas-tunas yang diperbanyak pada tahap 2 dapat diaklimatisasi, diperlukan
tahap pengakaran. Pengakaran pada kultur in vitro sangat menentukan
3
keberhasilan aklimatisasi plantlet di rumah kaca. Pada tahap ini setiap individu
tunas dipisah-pisah dan dikulturkan di media pengakaran yang mengandung
auksin atau tanpa auksin dengan arang aktif (Hapsoro dan Yusnita, 2018). Santos
(2003) melaporkan bahwa auksin NAA dan IBA umum digunakan untuk tujuan
induksi perakaran in vitro. Auksin IBA merupakan hormon potensial yang
banyak direspon oleh berbagai tanaman. Selain auksin, di dalam kultur in vitro
arang aktif di samping menyerap senyawa toksik juga dapat memacu inisiasi akar.
Pada tahap 4, proses aklimatisasi merupakan tahap yang penting karena
mempengaruhi persentase tanaman yang hidup. Menurut Hapsoro dan Yusnita
(2018), aklimatisasi adalah proses pengadaptasian tanaman yang berasal dari
kultur in vitro ke lingkungan ex vitro. Tanaman tersebut sudah terbiasa hidup di
lingkungan in vitro dengan intensitas cahaya lampu rendah, kelembaban tinggi,
suhu relatif rendah (26o ± 2oC), aseptik, serta selalu mendapat suplai energi
berkecukupan yang akan menghadapi lingkungan ex vitro dengan intensitas
cahaya lebih tinggi, septik, serta harus dapat berfotosintesis (autotrof).
Keberhasilan dalam aklimatisasi planlet hasil kultur jaringan diantaranya
ditentukan oleh media tanam karena media berperan sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya tanaman, juga merupakan tempat penyimpanan atau sumber hara
bagi tanaman. Danial (2014) menyatakan bahwa media yang memiliki
kelembaban rendah dapat menyebabkan planlet rusak dan bahkan mati dalam
waktu yang relatif singkat. Menurut Yusnita (2010), media tanam yang
dibutuhkan untuk aklimatisasi planlet sebaiknya memiliki sifat porous, tidak
mudah terdekomposisi, mempunyai kemampuan dalam memegang air yang baik,
4
mengandung unsur hara yang cukup tinggi, tidak menjadi sumber inokulum
cendawan patogen, dan mudah diperoleh dalam jumlah yang dibutuhkan. Media
tanam yang memiliki sifat tersebut di antaranya arang sekam, kompos, pasir
malang dan cocopeat.
Laju pertumbuhan planlet pisang Ambon kuning selama aklimatisasi dapat
ditingkatkan melalui penambahan unsur hara dengan pemupukan. Teknik
budidaya yang tepat terutama pemupukan pada fase vegetatif akan
memaksimalkan produksi buah pisang pada fase generatif tanaman pisang.
Pemupukan pada tanaman merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang
perlu dilakukan selama aklimatisasi sekaligus perbesaran bibit di nurseri untuk
memenuhi ketersedian unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman sehingga bibit
yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi. Pemupukan pada aklimatisasi
dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK atau pupuk organik cair
(Hapsoro dan Yusnita, 2018).
Pemilihan media tanam yang tepat dan penambahan unsur hara dapat
meningkatkan keberhasilan aklimatisasi dan pertumbuhan planlet selama
aklimatisasi. Hara yang dibutuhkan tanaman pisang untuk tumbuh dan
berproduksi diantaranya yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk majemuk yang
memiliki kandungan unsur N, P, dan K yang sama diduga dapat digunakan untuk
memacu pertumbuhan awal bibit. Untuk mengoptimalkan produksi bibit melalui
kultur jaringan, perlu dilakukan penelitian tentang pengakaran tunas in vitro dan
aklimatisasi planlet.
5
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penelitian ini dilakukan untuk
menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh arang aktif, NAA, atau IBA terhadap pengakaran
dan pertumbuhan in vitro tunas pisang Ambon Kuning?
2. Bagaimanakah pengaruh media dan pemupukan terhadap pertumbuhan
planlet pisang Ambon Kuning selama aklimatisasi?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
1. Mempelajari pengaruh arang aktif, NAA, atau IBA terhadap pengakaran dan
pertumbuhan in vitro tunas pisang Ambon Kuning.
2. Mempelajari pengaruh media dan pemupukan terhadap pertumbuhan planlet
pisang Ambon Kuning selama aklimatisasi.
1.3 Kerangka Pemikiran
Tanaman pisang untuk kepentingan komersial dapat diperoleh melalui teknik
kultur jaringan karena beberapa keuntungan yang dimilkinya, yaitu dapat
menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu relatif singkat jika
dibandingkan dengan budidaya secara konvensional menggunakan tunas anakan
atau belahan bonggol.
Perbanyakan dengan kultur jaringan ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
tahap 0 (pemilihan dan penanganan tanaman induk sebagai eksplan) bertujuan
6
untuk memperoleh sifat bibit yang sama dengan induknya. Tahap 1 (inisiasi
kultur atau culture establishment) bertujuan untuk mendapatkan kultur yang steril
tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme. Tahap 2 (multiplikasi tunas)
dilakukan untuk memperbanyak tunas dengan penambahan ZPT dalam media
kultur. Tahap selanjutnya adalah tahap 3 (pemanjangan tunas dan pengakaran)
dilakukan untuk mendapatkan planlet/tunas berakar yang siap untuk
diaklimatisasi. Tahap akhir dari kultur jaringan yaitu tahap 4 (aklimatisasi
planlet) dilakukan untuk mengondisikan planlet agar dapat hidup secara mandiri
pada lingkungan eksternal (Yusnita, 2003).
Dalam kultur in vitro, proses pengakaran tunas dapat diinduksi dengan
penggunaan formulasi media dan keseimbangan zat pengatur tumbuh yang tepat
(Syahid, 2005). Hapsoro dan Yusnita (2018) menyebutkan bahwa IBA, NAA,
atau IAA sering ditambahkan di media pengakaran pada konsentrasi 1-5 mg/l
untuk merangsang tunas supaya berakar lebih cepat. Santos (2003) melaporkan
auksin NAA dan IBA umum digunakan untuk tujuan induksi perakaran in vitro.
Selain auksin, penambahan arang aktif ke media juga dapat memperbaiki
pengakaran tunas. Hasil penelitian Sari (2015) menyebutkan bahwa penambahan
arang aktif dengan konsentrasi 2 g/l dapat meningkatkan jumlah dan panjang akar
karena cukup untuk mengkondisikan media menjadi gelap dan menstimulus
sintesis auksin endogen yang berperan pada akar.
Selain pengakaran pada kultur in vitro, pemilihan media tanam yang tepat sangat
mempengaruhi keberhasilan dalam proses aklimatisasi planlet. Media tanam yang
digunakan untuk aklimatisasi dapat dibuat dari campuran beberapa bahan media
7
tanam, misalnya kompos, pasir, cocopeat, arang sekam, perlite, vermiculite, dan
sebagainya asalkan mempunyai sifat-sifat seperti gembur, aerasi sekaligus
drainase baik, tidak mengandung inokulum patogen tular tanah maupun biji
gulma, dan mengandung nutrisi cukup bagi planlet yang akan diaklimatisasi
(Hapsoro dan Yusnita, 2018). Hal ini juga diungkapkan oleh Andiani (2012)
bahwa media tanam yang baik yaitu media yang memiliki unsur hara yang cukup,
memiliki water holding (kemampuan mengikat air) yang tinggi, bertekstur remah
yang baik untuk pembentukan zona perakaran dan mudah dicampur dengan media
lain. Berdasarkan penelitian Yusnita (2013), Penggunaan media arang sekam :
kompos (1:1) menghasilkan jumlah akar sekunder, panjang dan bobot akar terbaik
pada aklimatisasi planlet sansevieria trifasciata. Hasil penelitian Danial (2014)
menunjukkan bahwa media aklimatisasi terbaik pada planlet pisang Ambon
Kuning yaitu media berupa campuran dari pasir malang : kompos (1:1). Cocopeat
mengandung unsur-unsur hara essensial, seperti kalium (K) dan fosfor (P) yang
tinggi, selain itu juga mengandung unsur nitrogen (N), kalsium (Ca), magnesium
(Mg), boron (B), klorin (Cl), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn), molibdenum
(Mo) dan seng (Zn). Selain itu, kelebihan cocopeat yaitu memiliki karakteristik
yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat (Abdurrosyid, 2019).
Selain media tanam, hal yang mempengaruhi pertumbuhan planlet adalah
pemupukan. Danial (2014) memperlihatkan bahwa pemupukan dengan NPK
(32:10:10) memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan planlet pisang
Ambon Kuning. Hyponex merupakan jenis pupuk daun komersial, pupuk ini
berbentuk kristal, mudah larut dalam air dan mengandung unsur makro yaitu N, P,
dan K. Hyponex hijau (20-20-20) merupakan pupuk anorganik makro berbentuk
8
kristal untuk pertumbuhan vegetatif dengan perbandingan N-P-K seimbang
(Yasin, 2009).
1.4 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut:
1. Penambahan arang aktif, NAA atau IBA dapat meningkatkan perakaran tunas
pisang Ambon Kuning in vitro.
2. Campuran media tanam arang sekam, kompos, pasir malang, dan cocopeat
(1:1:1:1) memberikan pertumbuhan planlet pisang Ambon Kuning yang
terbaik.
3. Pemupukan dengan NPK (20:20:20) mampu meningkatkan pertumbuhan
planlet pisang Ambon Kuning selama aklimatisasi.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Pisang Ambon Kuning
Pisang merupakan salah satu buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber
vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Terdapat beberapa jenis pisang di
Indonesia, diantaranya adalah pisang ambon, pisang susu, pisang mas, pisang raja,
pisang tanduk, pisang kepok, pisang cavendish, dan masih banyak lagi jenis
pisang lainnya. Adapun manfaat buah pisang dalam kehidupan masyarakat antara
lain sebagai bahan pangan yang mengandung karbohidrat dan mineral, terutama
kalium. Batang pisang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan campuran
pupuk.
Pisang diklasifikasikan menurut Tjitrosoepomo (2013) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Musales
Family : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca Linn.
Pisang Ambon Kuning memiliki kulit kuning keputihan dan memiliki keunggulan
yang terletak pada rasa buah yang manis dan beraroma harum. Panjang buahnya
10
antara 15―20 cm, satu pohon dapat menghasilkan 7―10 sisir dengan jumlah
buah 100―150. Bentuk buah melengkung dengan pangkal meruncing. Daging
buah berwarna putih kekuningan. Umumnya buah pisang ini tidak mengandung
biji.
Pisang memilki akar yang berpangkal pada umbi batang, pelepah daun tumbuh
berimpitan dan saling melekat sehingga terlihat seperti batang. Struktur ini
disebut dengan batang semu. Batang pisang sebenarnya terletak dalam tanah yang
berupa umbi batang. Tinggi batang semu ini berkisar 3,57,5 m tergantung
jenisnya. Batang semu ini terbentuk dari pelepah daun yang saling menelungkup
dan menutupi dengan kuat dan kompak sehingga dapat berdiri tegak seperti
batang tanaman. Pada bagian atas batang semu, terdapat bagian yang
menghasilkan daun dan suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung)
(Oputu, 2012).
Daun pisang berbentuk lanset memanjang dan terletak menyebar. Bagian
bawahnya berlilin dan tidak memiliki tulang-tulang dipinggir daun sehingga
mudah robek oleh hembusan angin yang keras. Daun ini diperkuat oleh tangkai
daun yang panjangnya berkisar 30-40 cm. Tanaman pisang memiliki tipe bunga
berumah satu, tersusun dalam 2 baris melintang. Bunga betina berada dibawah
bunga jantan. Buah pisang akan tumbuh setelah keluarnya bunga dan akan
terbentuk sisir pertama, kemudian memanjang lagi membentuk sisir kedua, ketiga
dan seterusnya. Jantung pisang perlu dihilangkan karena sudah tidak
menghasilkan sisir lagi (Oputu, 2012).
11
2.2 Perbanyakan Tanaman Pisang Secara In Vitro
Kultur jaringan merupakan teknik menumbuhkembangkan bagian tanaman in
vitro secara aseptik pada media kultur yang berisi hara lengkap dan penambahan
zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan kondisi lingkungan terkendali untuk tujuan
tertentu. Prinsip dasar kultur jaringan adalah teori totipotensi sel, yaitu setiap sel
hidup tanaman yang memiliki perangkat fisiologis dan genetis yang lengkap dapat
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh pada kondisi yang sesuai. Kultur
jaringan dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan
cepat. Teknik perbanyakan ini dalam pelaksanaannya tidak tergantung musim,
tidak memerlukan tempat yang luas, dan dapat digunakan untuk memperbanyak
tanaman true-to-type dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat (Hapsoro
dan Yusnita, 2018).
Menurut Hapsoro dan Yusnita (2018), perbanyakan melalui kultur jaringan
dilakukan dalam lima tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap 0, pemilihan dan penanganan tanaman induk sebagai eksplan.
Pemilihan eksplan sebagai bahan tanaman awal pengulturan adalah kesehatan
tanaman induk, bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan, umur
fisiologis, dan cara sterilisasi eksplan.
2. Tahap 1, pembuatan kultur awal yang aseptik (culture establishment).
Tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan kultur yang aseptik dan bahan
tanaman yang siap untuk diperbanyak pada tahap selanjutnya.
3. Tahap 2, perbanyakan propagul. Pada tahap ini, eksplan aseptik yang sudah
menunjukkan pertumbuhan awal pada Tahap 1 disubkultur ke media baru
12
untuk memperbanyak bahan tanaman atau propagul.
4. Tahap 3, pemanjangan dan pengakaran tunas. Pada tahap ini, setiap individu
tunas dipisah-pisah dan dikulturkan di media pengakaran yang mengandung
auksin atau tanpa auksin dengan arang aktif.
5. Tahap 4, aklimatisasi planlet ke lingkungan eksternal. Planlet dipindahkan ke
media aklimatisasi, prinsipnya ialah memberikan intensitas cahaya rendah
dengan kelembaban nisbi tinggi kemudian berangsur-angsur intensitas cahaya
dinaikkan dan kelembabannya diturunkan.
2.3 Auksin
Auksin merupakan golongan ZPT yang sering digunakan dalam kultur jaringan
untuk menginduksi akar. Zat pengatur tumbuh golongan auksin seperti NAA,
IAA, IBA, dan 2,4-D berfungsi dalam meningkatkan tekanan osmotik,
permeabilitas sel, mengurangi tekanan pada dinding sel, meningkatkan plastisitas
dan mengembangkan dinding sel, serta meningkatkan sintesis protein. Disamping
itu auksin berperan menstimulir pemanjangan dan pembesaran sel. Dalam
hubungannya dengan permeabilitas sel, auksin meningkatkan difusi masuknya air
ke dalam sel. Kombinasi auksin dengan sitokinin akan menstimulir pembelahan
sel dan memengaruhi lintasan diferensiasi. Pemberian auksin NAA dan 2,4-D
mampu menstimulir sintesis protein dalam jaringan tanaman yang dapat
menyebabkan meningkatnya permeabilitas dinding sel, sehingga merangsang
pembelahan dan pemanjangan sel yang akan memengaruhi pertambahan tinggi
planlet. Pemanjangan batang terjadi karena adanya proses pembelahan,
13
pemanjangan dan pembesaran sel-sel baru yang terjadi pada meristem apikal dan
ruas batang, yang menyebabkan tanaman bertambah tinggi (Widiastoety, 2014).
2.4 Faktor-faktor Keberhasilan Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah pemindahan tanaman dari lingkungan steril (in vitro)
kelingkungan semisteril sebelum dipindahkan ke lapangan. Aklimatisasi
merupakan saat paling kritis dalam perbanyakan tanaman secara kultur in vitro
karena peralihan dari heterotrof ke autotrof. Organisme heterotrof adalah
organisme yang kebutuhan makanannya memerlukan satu atau lebih senyawa
karbon organik, makanannya tergantung pada hasil sintesis organisme lain.
Sedangkan organisme autotrof adalah organisme yang membuat makanannya dari
zat-zat anorganik (Darmono, 2003).
Penanganan bibit pada tahap aklimatisasi yang kurang baik dapat mengakibatkan
kematian. Oleh karena itu, faktor-faktor yang perlu diperhatikan saat bibit
dikeluarkan dari kondisi steril ke semisteril antara lain sebagai berikut:
1) Lingkungan sekitar tempat penanaman harus dijaga, kelembapan harus tinggi
(±85%), suhu relatif rendah (27-29oC).
2) Naungan diperlukan agar intensitas cahaya matahari dan butiran-butiran air
hujan yang deras berkurang.
3) Bibit dalam keadaan sehat dan kuat dengan perakaran yang baik.
4) Bibit harus dalam keadaan bersih dari media agar, terutama akarnya.
14
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian bibit saat penanganan aklimatisasi
antara lain sebagai berikut:
1) Terjadinya proses transpirasi yang tinggi sehingga dapat menyebabkan
hilangnya kandungan air dalam jaringan tanaman
2) Bibit belum atau kurang mampu melakukan proses fotosintesis
3) Terjadinya busuk atau kontaminasi oleh mikroorganisme (Darmono, 2003).
2.5 Media Tanam Aklimatisasi
Media tanam merupakan komponen penting dalam budidaya tanaman sebagai
tempat tumbuh, berakar dan berkembang. Bahan campuran media tanam yang
digunakan dalam aklimatisasi planlet harus memiliki peranan khusus. Menurut
Andiani (2012) Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk
dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan tersebut, sifat kimia atau fisiknya,
tersedia di pasaran, murah, mudah cara penggunaanya, dapat digunakan untuk
berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai
drainase dan kelembaban yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis
tanaman dan mengandung unsur hara yang mendukung pertumbuhan tanaman.
Media tanam yang biasa digunakan dalam proses aklimatisasi planlet diantaranya
yaitu arang sekam, kompos, pasir malang dan cocopeat.
2.5.1 Arang Sekam
Arang sekam merupakan media yang diperoleh dari pembakaran sekam yang
tidak sempurna (sebelum berubah menjadi abu). Arang sekam digunakan dalam
campuran media sangat ringan (berat jenis = 0.2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi
15
udara tinggi (banyak pori), berwarna coklat kehitaman sehingga dapat
mengabsorpsi sinar matahari dengan efektif, dapat mengurangi pengaruh penyakit
khususnya bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media arang sekam
menghasilkan pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun terbaik pada planlet
Anthurium hasil aklimatisasi (Marliana dan Rusnandi, 2007). Media tanam arang
sekam berfungsi sebagai deodorizer, yaitu penyerap bau tidak sedap dan racun
dari hasil dekomposisi pada ruang perakaran, di samping itu arang mempunyai
daya serap air yang tinggi (Andiani, 2012).
2.5.2 kompos
Kompos merupakan media organik dari hasil pelapukan jaringan atau bahan-
bahan tanaman atau limbah organik pengolahan pabrik atau sampah organik yang
sengaja dibuat manusia, tingkat kandungan hara kompos sangat ditentukan oleh
bahan dasar, cara pengomposan, dan cara penyimpanan. Kompos berperan
sebagai materi humus pengikat kelembaban bila dicampur dengan tanah, kompos
akan menambah bahan organik sehingga dapat meningkatkan sifat fisik tanah,
meningkatkan infiltrasi air, meningkatkan aerasi tanah, menurunkan erosi, dan
menyediakan hara bagi tanaman (Poerwanto, 2003).
2.5.3 Pasir Malang
Pasir adalah silika murni dengan ukuran partikel antara 0.5 – 2 mm. Umumnya
pasir digunakan sebagai media campuran (mixes) sebagai salah satu bahan
komposisi media tanam. Pasir ditambahkan ke dalam media tanam untuk
meningkatkan porositas media, tetapi pasir yang terlalu halus dapat menghalangi
16
lubang-lubang drainase (Poerwanto, 2003). Pasir seharusnya difumigasi dan
dipasteurisasi sebelum digunakan karena mengandung biji rumput liar dan
berbagai patogen yang berbahaya. Pasir tidak menyediakan banyak unsur hara
dan secara kimia pasir merupakan bagian dari media yang tidak bereaksi
(Andiani, 2012). Pasir sangat bagus digunakan sebagai media tanam Sansevieria
karena selain porositasnya tinggi, pasir mempunyai kapasitas tukar kation yang
rendah sehingga sangat lambat dalam melepaskan unsur hara. Komposisi media
tanam campuran pasir dan kompos memberikan pengaruh yang baik terhadap
pertumbuhan vegetatif pada pembibitan tanaman asparagus. Pasir malang
merupakan salah satu media tanam yang banyak digunakan pada tanaman yang
menyukai iklim kering.
2.5.4 Cocopeat (Serbuk Sabut Kelapa)
Serbuk sabut kelapa (cocopeat) merupakan media hasil penghancuran sabut
kelapa. Sabut kelapa adalah bagian mesokarp dari buah kelapa yang sudah
matang. Sabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai media tanam karena
mengandung unsur kalium dan fosfor. Serbuk sabut kelapa banyak diproduksi
terutama di Sri Langka, Philipina, Indonesia, Meksiko, Costa Rica dan Guyana.
Serbuk sabut kelapa banyak digunakan untuk media tanam, karena mempunyai
kapasitas memegang air yang baik, dapat mempertahankan kelembaban (80%),
kaya akan unsur hara, akan tetapi mudah terdekomposisi jika terus menerus
terkena air (Sulianta dan Yonathan, 2009). Serbuk sabut kelapa memiliki
kapasitas tukar kation dan porositas yang baik, mempunyai C/N ratio rendah yang
mempercepat N tersedia dan mereduksi karbon.
17
2.6 Pemupukan
Pemupukan merupakan proses memberikan tambahan unsur-unsur hara pada
tanah, baik secara langsung atau tak langsung agar dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi pada tanaman. Pemberian pupuk terhadap tanaman dapat dilakukan
melalui media tanam yang diserap oleh akar maupun pemberian melalui daun
dengan menggunakan pupuk daun. Hyponex merupakan jenis pupuk daun
komersial, pupuk ini berbentuk kristal, mudah larut dalam air dan mengandung
unsur makro yaitu N, P, dan K. Hyponex terdiri dari tiga jenis yaitu Hyponex
hijau (20-20-20), pupuk anorganik makro berbentuk kristal untuk pertumbuhan
vegetatif dengan perbandingan N-P-K seimbang, Hyponex merah (25-5-20),
pupuk anorganik makro berbentuk kristal untuk perkembangan vegetatif memiliki
kandungan N dan K besar sedangan P kecil, dan Hyponex biru (10-40-15) pupuk
anorganik dengan kandungan phosfor tinggi berbentuk kristal berfungsi untuk
pertumbuhan generatif (Lingga, 2004).
18
III. BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro pisang Ambon Kuning untuk
optimalisasi pengakaran tunas in vitro dan aklimatisasi planlet. Penelitian ini
terdiri dari 2 percobaan, yaitu:
1. Percobaan I: Pengaruh arang aktif, NAA, atau IBA terhadap pengakaran dan
pertumbuhan planlet in vitro pisang Ambon Kuning.
2. Percobaan II: Pengaruh campuran media dan pemupukan dengan larutan NPK
(20:20:20) terhadap pertumbuhan planlet pisang Ambon Kuning selama
aklimatisasi.
3.1 Percobaan I: Pengaruh arang aktif, NAA, atau IBA terhadappengakaran in vitro tunas pisang Ambon Kuning.
3.1.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan JuliSeptember 2018 di Laboratorium Ilmu
Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.1.2 Metode Penelitian
Percobaan ini dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang
terdiri dari 3 ulangan. Percobaan ini disusun secara faktor tunggal, yaitu dengan 6
19
jenis media perlakuan (MS 0, MS+AC, MS+NAA 1 dan 2 mg/l, dan MS+IBA (1
dan 2 mg/l). Setiap satuan percobaan terdiri dari 3 botol kultur dengan 1 eksplan
per botol. Homogenitas data diuji menggunakan uji Bartlett dan jika asumsi
terpenuhi dilanjutkan analisis ragam dengan pemisahan nilai tengah menggunakan
uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.
3.1.3 Pelaksanaan Penelitian
a. Sterilisasi Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat diseksi (pinset, scalpel dan
keramik) kapas, dan botol kultur. Alat diseksi disterilisasi dengan cara dibungkus
dengan kertas dan dimasukkan ke dalam plastik tahan panas. Kapas disterilisasi
dengan cara dimasukkan kedalam botol kultur steril dan ditutup dengan plastik
tahan panas yang diikat dengan karet. Peralatan tersebut disterilisasi
menggunakan autoklaf Tommy pada suhu 121oC dan tekanan 1,2 kg/cm2 selama
30 menit.
Sterilisasi botol kultur dilakukan melalui 2 tahap. Tahap pertama dilakukan
sterilisasi botol kontam menggunakan autoklaf Budenberg selama 30 menit pada
suhu 121oC dan tekanan 1,2 kg/cm2. Selanjutnya agar, sisa tanaman, dan
label dibersihkan dari dinding botol, kemudian botol direndam selama satu malam
dalam air yang telah ditambahkan detergen 2 g/l dan 100 ml/l desinfektan berupa
larutan pemutih komersial yang mengandung NaOCl 5,25%. Tahap kedua, botol
dicuci seluruh bagiannya menggunakan sabut dan sunlight hingga bersih lalu
dibilas di bawah air mengalir. Setelah itu, botol direndam dalam air panas selama
20
15 menit, kemudian botol ditiriskan lalu ditutup plastik tahan panas dan diikat
dengan karet. Selanjutnya botol tersebut disterilisasi tahap akhir menggunakan
autoklaf Tommy selama 30 menit pada suhu 121oC dan tekanan 1,2 kg/cm2.
b. Pembuatan Media
Media dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah media MS (Murashige
and Skoog, 1962). Penelitian ini menggunakan dua jenis media, yaitu media
prakondisi dan media perlakuan. Media prakondisi ditujukan untuk
menyeragamkan pertumbuhan eksplan dan untuk mendapatkan eksplan yang
bebas dari kontaminasi. Media prakondisi terdiri dari garam-garam MS, 200 mg/l
asam askorbat, 150 mg/l asam sitrat dan penambahan ZPT berupa
benzylaminopurine (BAP) sebanyak 1 mg/l. Setelah 4 MST eksplan steril dengan
respon yang baik dan sesuai kriteria dipindah ke media perlakuan. Media
perlakuan terdiri dari media MS dengan penambahan arang aktif dan ZPT berupa
auksin NAA dan IBA pada media dasar MS yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar media perlakuan yang digunakan dalam penelitian
Perlakuan Arang aktif NAA IBAMS 0 - - -
MS + AC 2 g/l - -MS + NAA - 1 mg/l -MS + NAA - 2 mg/l -MS + IBA - - 1 mg/lMS + IBA - - 2 mg/l
21
c. Penanaman Eksplan
Eksplan yang digunakan berupa tunas pisang Ambon Kuning yang sebelumnya
telah melalui tahap multiplikasi tunas dengan penambahan berbagai konsentrasi
BA (0-5 mg/l). Eksplan berasal dari anakan pedang yang ditanam dengan riwayat
subkultur yaitu, 4 minggu di media prakondisi (MS + 5 mg/l BA), 4 minggu di
media induksi scalp (MS + 3 mg/l TDZ), dan induksi tunas selama 9 minggu di
media MS yang mengandung 0-5 mg/l BA. Penanaman eksplan dilakukan dengan
menggunakan alat diseksi didalam Laminar air Flow Cabinet (LAFC). Tunas
yang telah memiliki daun dipotong batang semunya hingga tunas hanya memiliki
panjang 2 cm dari bonggol. Tunas-tunas tersebut ditanam ke media prakondisi
(MS + BA 1 mg/l) untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam dan
steril.
Subkultur ke media perlakuan dilakukan setelah eksplan berumur 4 minggu
setelah tanam (MST). Eksplan yang akan disubkultur diseleksi berdasarkan
homogenitasnya dan dipastikan steril. Eksplan diambil dari botol kultur dan
diperlakukan sama pada saat penanaman yaitu dipotong batang semunya hingga
memiliki panjang 2 cm dari bonggol. Setelah itu eksplan ditanam pada media
perlakuan yaitu MS 0, MS dengan penambahan arang aktif 2 g/l, MS dengan
penambahan NAA 1 dan 2 mg/l, MS dengan IBA 1 dan 2 mg/l. Selanjutnya
kultur diinkubasi pada ruang kultur dengan intensitas cahaya 1.000-2.000 lux
lampu cool white flourescent dan fotoperiodesitas 24 jam terang dengan suhu
26oC ±2oC.
22
3.1.4 Variabel yang Diamati
Pengamatan dilakukan pada saat eksplan berumur 6 minggu setelah perlakuan
(MSP). Variabel yang diamati yaitu persentase tunas berakar, jumlah daun, tinggi
tanaman, jumlah akar primer, dan panjang akar primer. Persentase tunas berakar
dihitung dengan rumus berikut.
Persentase tunas berakar = Jumlah tunas berakarJumlah tunas keseluruhan 100%Jumlah daun dihitung berdasarkan daun yang telah membuka, tinggi tanaman
diukur dari pangkal batang hingga daun terpanjang, jumlah akar primer dihitung
akar yang muncul dari pangkal batang/bonggol, dan panjang akar primer diukur
dari pangkal batang hingga akar terpanjang.
3.2 Percobaan II: Pengaruh campuran media dan pemupukan terhadappertumbuhan planlet pisang Ambon Kuning selama aklimatisasi
3.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018 hingga Februari 2019 di
rumah kaca Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.
3.2.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pot plastik berdiameter 8,2
cm dan plastik sungkup. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini
adalah planlet pisang Ambon Kuning yang telah siap diaklimatisasi yaitu planlet
23
yang memiliki 3-4 helai daun dengan tinggi planlet 13-16 cm dan jumlah akar
primer berkisar 7-10 helai yang memiliki panjang 10-13 cm. Sedangkan bahan
lainnya yaitu media tanam arang sekam dan pasir malang yang telah dicuci dan
direndam dengan larutan fungisida, kompos, dan cocopeat.
3.2.3 Metode Penelitian
Percobaan ini dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok (RAL) yang
terdiri dari 3 ulangan perlakuan dan disusun secara faktorial (3x2). Faktor
pertama adalah berbagai kombinasi media tanam untuk aklimatisasi planlet yaitu:
M1 (arang sekam, kompos, pasir malang, dan cocopeat dengan perbandingan
1:1:1:1), M2 (arang sekam, kompos, dan pasir malang dengan perbandingan
1:1:1), dan M3 (arang sekam dan kompos dengan perbandingan 1:1). Faktor
kedua adalah pemupukan dengan NPK (20:20:20) yaitu: P0 (tanpa pemupukan)
dan P1 (dengan pemupukan). Setiap satuan unit percobaan terdiri dari 8 planlet,
masing-masing ditanam pada pot plastik berdiamer 8,2 cm. Homogenitas data
diuji menggunakan uji Bartlett dan jika asumsi terpenuhi dilanjutkan analisis
ragam dengan pemisahan nilai tengah menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT)
pada taraf 5%.
3.2.4 Pelaksanaan Penelitian
a. Aklimatisasi
Prinsip dari aklimatisasi ialah memberikan intensitas cahaya rendah dengan
kelembaban nisbi tinggi kemudian berangsur-angsur intensitas cahaya dinaikkan
24
dan kelembabannya diturunkan. Planlet-planlet dalam botol yang telah siap
diaklimatisasi dikeluarkan dari ruang kultur kemudian dilakukan penguatan
(hardening) selama 3 hari dengan cara meletakkan kultur di suhu ruang dengan
penerangan intensitas cahaya matahari tidak langsung.
Planlet yang telah di hardening dikeluarkan dari dalam botol dengan hati-hati agar
daun dan akarnya tidak rusak. Kemudian planlet dicuci hingga bersih dibawah air
mengalir, terutama bagian akar agar bersih dari sisa-sisa media yang menempel.
Planlet direndam dalam larutan fungisida dengan konsentrasi 2 g/l selama 10-15
menit lalu dikeringanginkan. Planlet ditanam dalam pot gelas plastik berdiameter
8,2 cm yang telah berisi media perlakuan dan dilakukan penyungkupan dengan
plastik transparan. Bibit-bibit pisang tersebut diletakkan di rumah kaca yang
dilengkapi dengan paranet dan lantainya dialasi dengan sekam yang telah dicuci
bersih dan direndam larutan fungisida. Sungkup plastik dibuka saat planlet
tampak kuat dan kokoh setelah berumur 2 minggu.
b. Pemupukan
Pemberian pupuk NPK (20:20:20) dilakukan pada saat bibit-bibit pisang berumur
4 minggu sebanyak 10 ml per tanaman dengan konsentrasi 2 g/l sesuai perlakuan.
Pemberian perlakuan pemupukan dilakukan sebanyak 4 kali hingga minggu ke-8.
Pemupukan dilakukan pada saat sore hari seminggu sekali dengan cara menyiram
ke tanaman sebanyak 10 ml yang telah diukur menggunakan gelas ukur. Bibit-
bibit tersebut selanjutnya dipindahkan ke polybag berukuran 12 x 24 cm dengan
menggunakan media campuran tanah (top soil), kompos, dan sekam (1:1:1) untuk
pembesaran bibit.
25
3.2.5 Variabel yang Diamati
Pengamatan dilakukan pada planlet yang telah berumur 8 minggu setelah
pemindahan ke kondisi ex vitro. Adapun variabel yang diamati adalah persentase
planlet yang hidup, tinggi tanaman, jumlah daun, tingkat kehijauan daun, jumlah
akar primer dan panjang akar primer. Persentase planlet yang hidup dihitung
dengan rumus berikut.
Persentase planlet hidup = Jumlah planlet hidupJumlah planlet keseluruhan 100%Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi, jumlah
daun dihitung berdasarkan daun yang telah membuka, panjang akar diukur
berdasarkan 3 akar terpanjang, tingkat kehijauan daun pisang diamati dengan
menggunakan alat SPAD. Daun yang diukur adalah daun nomor 3 yang telah
membuka, diukur bagian pangkal, tengah, dan ujung kemudian dirata-ratakan.
46
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Semua perlakuan yang dicobakan menghasilkan 100% planlet hidup dan
berakar dengan tinggi planlet dan jumlah daun yang tidak berbeda satu sama
lain. Pemberian NAA pada konsentrasi 1 atau 2 mg/l di media MS
meningkatkan rata-rata jumlah akar planlet pisang Ambon Kuning dan semua
perlakuan meningkatkan rata-rata panjang akar planlet pisang Ambon Kuning.
2. Tiga jenis campuran media dan pemupukan yang dicobakan menghasilkan
100% planlet yang teraklimatisasi dengan pertumbuhan bibit pisang Ambon
Kuning yang berbeda-beda. Media M1 menghasilkan pertumbuhan bibit
pisang Ambon Kuning terbaik diikuti oleh media M2 dan M3. Pemupukan
NPK (20:20:20) menggunakan larutan hyponex 2 g/l mampu meningkatkan
pertumbuhan bibit pisang Ambon Kuning pada saat aklimatisasi.
5.2 Saran
Pada Percobaan I, pemberian NAA pada media dasar MS dalam pengakaran tunas
menghasilkan jumlah akar primer terbanyak tetapi yang menghasilkan akar
47
terpanjang yaitu pemberian IBA atau arang aktif, sehingga disarankan untuk
mengkombinasikan antara NAA dengan arang aktif, atau NAA dengan IBA ke
dalam media pengakaran untuk melihat pengaruhnya terhadap pengakaran tunas
secara in vitro.
Planlet pisang Ambon Kuning yang diaklimatisasi menghasilkan pertumbuhan
yang cukup baik di rumah kaca hingga berumur 8 minggu. Namun, untuk
mendapatkan pertumbuhan yang lebih baik saat di pembibitan setelah dipindahkan
ke polibag, sebaiknya bibit dipindahkan ke lapang agar mendapat cahaya matahari
yang cukup.
48
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrosyid. 2019. Manfaat Cocopeat Untuk Pertanian.Https://www.kampustani.com/manfaat-cocopeat-untuk-pertanian/.Diakses pada tanggal 22 Juli 2019.
Agustiansyah, Jamaludin, Yusnita, dan Hapsoro, D. 2018. NAA lebih efektifdibanding IBA untuk pembentukan akar pada cangkok jambu bol(Syzygium malaccense (L.) Merr & Perry). Jurnal Hortikultura Indonesia.9(1) : 1-9.
Andiani, N. 2012. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi GA3
Terhadap Inisiasi dan Pertumbuhan Tunas Sansevieria trifaciata Prain‘Laurentii’. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anwar, N. 2007. Pengaruh media multiplikasi terhadap pembentukan akar padatunas in vitro nenas (Ananas comocus (L.) Merr.) cv. Smooth Cayenne dimedia pengakaran. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi Tanaman Buah-buahan Pisang MenurutProvinsi (Ton) 2017. https://www.bps.go.id/site/resultTab. Diakses padatanggal 10 Desember 2018.
Danial, E. 2014. Perbanyakan In Vitro Tanaman Pisang Ambon Kuning danRaja Bulu. Thesis. Universitas Lampung.
Darmono, W. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Penebar Swadaya.Jakarta.
FAOSTAT. 2016. Food and Agriculture Organization of The United Nations:Statistic Division. http://www.fao.org/faostat/en/#data/QC. Diakses pada10 Desember 2018.
Hapsoro, D. dan Yusnita. 2018. Kultur Jaringan Teori dan Praktik. CV AndiOffset. Yogyakarta.
49
Irawan, A. dan Kafiar, Y. 2015. Pemanfaatan cocopeat dan arang sekam padisebagai media tanam bibit cempaka (Elmerrillia ovalis). Jurnal Pros SemNas Masy Biodiv Indon. 1 (4) : 805 – 808.
Jihadiyah, K. 2018. Efektivitas Beberapa Auksin (IBA, IAA dan NAA) TerhadapInduksi Akar Tanaman Tin (Ficus carica L.) Melalui Teknik Setek Mikro.Skripsi. UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Khajehpour, G., Eizadeh, J. V., Khajehpour, N. 2014. Effect of differentconcentrations of IBA (Indolebutyric Acid) hormone and cutting season onthe rooting of the cuttings of olive (Olea europea var. Manzanilla).International Journal of Advanced Biological and Biomedical Research.12(2): 2920-2924.
Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.Jakarta.
Marliana, N. dan Rusnandi. 2007. Teknik Aklimatisasi Planlet anthurium padaBeberapa Media Tanam. Buletin Teknik Pertanian. 12(1) : 38-40.
Muliawan, L. 2009. Pengaruh Media Semai Terhadap Pertumbuhan Pelita(Eucalyptus pellita F.Muell). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Oputu, A. 2012. Efektifitas Getah Pisang Dalam Penyembuhan Luka. Makalah.Universitas Negeri Gorontalo.
Pierik, R. L. M. 1997. In Vitro Culture of Higher Plants. Kluwer AcademicPublishers, Dordrecht. The Netherlands.
Purwantiningsih,W. 2007. Kultur batang pisang (Musa paradisiaca L. cv. rajasere) secara in vitro dengan perbandingan konsentrasi NAA - BAP danpemberian anti oksidan. Skripsi. Universitas Ahmad Dahlan.Yogyakarta.
Purwanto, R. 2003. Pengelolaan Tanah dan Pemupukan Kebun Buah-Buahan.Program studi hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Santos, C.V., Brito, G., Pinto, G., Fosiseca, M. and Henrique, P. 2003. In vitroplantlet regeneration of Olea eruopaea spp. Journal scientia hort. 97: 83-87.
Sari, I. D., Suwirmen., dan Nasir, N. 2015. Pengaruh konsentrasi thidiazuron(tdz) dan arang aktif pada subkultur tunas pisang ambon kapok hijau(Musa paradisiaca L.). Jurnal of Natural Science. 4(3) : 280-289.
Sulianta F. dan Yonathan R. 2009. Tanaman Indoor Anti Polutan – RumahCantik dan Sehat dengan Tanaman Indoor. Andi Publishing. Jakarta.
50
Syahid, S.F., Rostiana, O. dan Miftahurohmah. 2005. Pengaruh NAA dan IBAterhadap perakaran purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.) in vitro.Jurnal Penelitian Tanaman Industri. 11(4): 146-151.
Tjitrosoepomo, G. 2013. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Widiastoety, D. 2014. Pengaruh auksin dan sitokinin terhadap pertumbuhanplanlet anggrek mokara. Jurnal Hortikultura. 24(3) : 230-238.
Yasin, Y.Y. 2009. Penggunaan Pupuk Daun dan Retardan PaclobutrazolTerhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah (Capsicumannuum). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Yusnita. 2003. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Yusnita. 2010. Perbanyakan in Vitro Tanaman Anggrek. Universitas LampungPress. Bandar Lampung.
Yusnita., Wahyuningsih, T., Sulistiana, P., dan Hapsoro, D. 2013. Perbanyakanin vitro Sansevieria trifasciata ‘Lorentii’: regenerasi tunas, pengakaran,dan aklimatisasi planlet. Jurnal Agronomi Indonesia. 41(1) : 70-76.
Yusnita. 2015. Kultur Jaringan Tanaman Pisang. CV Anugrah Utama Raharja.Bandar Lampung.
Yusnita., Jamaludin., Agustiansyah., dan Hapsoro, D. 2018. A combination ofIBA and NAA resulted in better rooting and shoot sprouting than singleauxin on Malay apple [Syzygium malaccense (L.) Merr. & Perry] stemcuttings. Jurnal Agrivita. 40(1): 80-90.