suku alas merantau di tanah alas

4
SUKU ALAS MERANTAU DI TANAH ALAS Kutacane, Suku Alas adalah penduduk asli Kabupaten Aceh Tenggara, sejak adanya tanah Alas ribuan tahun yang lalu, tanah Alas didatangi banyak suku. Ada yang bergabung menjadi suku dan ada yang tetap membawa sukunya masing-masing dan mendirikan Kampung sendiri, sekarang populasi penduduk kabupaten aceh tenggara terdiri dari suku Alas sebagai penduduk asli sekitar 70 ribu jiwa (47%), suku pendatang Batak 45 ribu jiwa (23%), suku Gayo 33 ribu jiwa (19%) dan suku-suku pendatang lainnya, seperti suku Minang, Aceh, Karo, Jawa, Singkil, Mandailing, Pak-pak dan Nias diperhitungkan mencapai 21 ribu jiwa (11%). Dari banyak suku-suku yang mendiami tanah Alas Kabupaten Aceh Tenggara ini sedari dulu kehidupannya tetap rukun dan damai, saling membantu suku sama lainnya. Kehidupan masyarakat kabupaten aceh tenggara yang tergolong lebih banyak suku-suku ini, walaupun sudah puluhan tahun malah ratusan tahun kehidupan bermasyarakatnya tetap rukun dan damai, namun belakangan ini suku Alas sudah mulai terabaikan oleh para pendatang baru dari sisi pekerjaan yang sekarang ini sudah mulai terabaikan oleh para pemimpin dan orang-orang kaya yang mengatur masalah di tanah Alas ini sudah mulai merasa seperti merantau di negeri sendiri/ suku Alas sudah banyak yang menonton dan melongo saja tidak mendapat pekerjaan walau ada bangunan proyek-proyek di daerahnya sendiri, banyak bangunan orang kaya di Kabupaten Aceh Tenggara ini para tukang dan buruhnya didatangkan dari luar daerah, padahal para tukang dan buruh putra daerah itu tidak pernah kalah pintar dan rajinnya dengan orang lain. Dilihat dari sisi pekerjaan kantoran apalagi di kantor perusahaan Negara seperti di kantor Telkom kalau Karyawannya berjumlah 15 orang, suku Alas hanya 3 orang, di Bri karyawannya 50 orang, suku Alas hanya 10 orang, BPD karyawannya 30 orang, suku Alas hanya 5 orang, begitu juga di kantor-kantor yang lain berbau tingkat I dan semua hanya sedikit suku / orang Alas yang bekerja disana, entah apa penyebabnya hingga bias begitu, jawabnya tentu ada pada para pemimpin negeri sendiri Aceh Tenggara dan pemimpin tingkat I dan Pusat. Menurut para pengamat yang selalu memperhatikan masalah penggangguran di Kabupaten Aceh Tenggara, menilai pemimpin yang bijak harus jeli memperhatikan putra daerahnya, bagaimana para pekerja/ karyawan di kantoran, apakah sudah sepadan antara pekerja luar daerah dan dengan pekerja putra daerah, memang suku-suku yang lainpun punya hak yang sama dengan suku Alas di Aceh Tenggara sama-sama putra daerah,

Upload: reccayasha

Post on 14-Jun-2015

435 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Suku Alas Merantau Di Tanah Alas

SUKU ALAS MERANTAU DI TANAH ALAS

Kutacane,Suku Alas adalah penduduk asli Kabupaten Aceh Tenggara, sejak adanya tanah

Alas ribuan tahun yang lalu, tanah Alas didatangi banyak suku. Ada yang bergabung menjadi suku dan ada yang tetap membawa sukunya masing-masing dan mendirikan Kampung sendiri, sekarang populasi penduduk kabupaten aceh tenggara terdiri dari suku Alas sebagai penduduk asli sekitar 70 ribu jiwa (47%), suku pendatang Batak 45 ribu jiwa (23%), suku Gayo 33 ribu jiwa (19%) dan suku-suku pendatang lainnya, seperti suku Minang, Aceh, Karo, Jawa, Singkil, Mandailing, Pak-pak dan Nias diperhitungkan mencapai 21 ribu jiwa (11%). Dari banyak suku-suku yang mendiami tanah Alas Kabupaten Aceh Tenggara ini sedari dulu kehidupannya tetap rukun dan damai, saling membantu suku sama lainnya.

Kehidupan masyarakat kabupaten aceh tenggara yang tergolong lebih banyak suku-suku ini, walaupun sudah puluhan tahun malah ratusan tahun kehidupan bermasyarakatnya tetap rukun dan damai, namun belakangan ini suku Alas sudah mulai terabaikan oleh para pendatang baru dari sisi pekerjaan yang sekarang ini sudah mulai terabaikan oleh para pemimpin dan orang-orang kaya yang mengatur masalah di tanah Alas ini sudah mulai merasa seperti merantau di negeri sendiri/ suku Alas sudah banyak yang menonton dan melongo saja tidak mendapat pekerjaan walau ada bangunan proyek-proyek di daerahnya sendiri, banyak bangunan orang kaya di Kabupaten Aceh Tenggara ini para tukang dan buruhnya didatangkan dari luar daerah, padahal para tukang dan buruh putra daerah itu tidak pernah kalah pintar dan rajinnya dengan orang lain.

Dilihat dari sisi pekerjaan kantoran apalagi di kantor perusahaan Negara seperti di kantor Telkom kalau Karyawannya berjumlah 15 orang, suku Alas hanya 3 orang, di Bri karyawannya 50 orang, suku Alas hanya 10 orang, BPD karyawannya 30 orang, suku Alas hanya 5 orang, begitu juga di kantor-kantor yang lain berbau tingkat I dan semua hanya sedikit suku / orang Alas yang bekerja disana, entah apa penyebabnya hingga bias begitu, jawabnya tentu ada pada para pemimpin negeri sendiri Aceh Tenggara dan pemimpin tingkat I dan Pusat.

Menurut para pengamat yang selalu memperhatikan masalah penggangguran di Kabupaten Aceh Tenggara, menilai pemimpin yang bijak harus jeli memperhatikan putra daerahnya, bagaimana para pekerja/ karyawan di kantoran, apakah sudah sepadan antara pekerja luar daerah dan dengan pekerja putra daerah, memang suku-suku yang lainpun punya hak yang sama dengan suku Alas di Aceh Tenggara sama-sama putra daerah, namun maunya janganlah sebagai satpam pun harus orang Banda Aceh karena pimpinannya dari sana, kalau sudah satpam pun disalah satu kantor perusahaan Negara tidak bisa orang Alas, ini berarti orang Alas itu sudah merantau di negerinya sendiri/ Tanah Alas, kalau hanya pimpinan di kantoran saja orang luar daerah (bukan orang Alas) biasalah karena orang Alas barangkali belum ada yang sanggup menjadi pimpinan, tapi ini malah jauh kesenjangannya seperti di kantor Pos Kutacane karyawannya ada 12 orang, suku Alas hanya 2 orang, apa pada waktu tes penerimaan pegawai tempo hari orang Alas tidak diberi kesempatan ikut tes atau memang disengaja biar orang Alas itu mengganggur semuanya, jadi menurut para pengamat biar tidak ada kesenjangan dan kecemburuan sosial antara suku Alas sebagai putra daerah dengan suku-suku lain di Aceh Tenggara ini, dimohon kepada para pimpinan di kantoran baik di instansi pemerintah maupun di perusahaan Negara, berilah kesempatan bagi orang Alas bekerja di tempat anda walaupun menjadi karyawan rendahan sekalipun, semoga.

Pembuat Berita

Sopian/ Bukhari

Page 2: Suku Alas Merantau Di Tanah Alas

170 SARJANA (S.1) STAISES KUTACANE DI WISUDA

Kutacane, Pindo

Sekolah Tinggi Agama Islam Sepakat Segenep (STAISES) di Kutacane, yang sudah berdiri sejak tahun 1994 adalah hasil dari kerja keras putra-putri Aceh Tenggara yang sering bergelut dengan bidang pendidikan, demi mewujudkan suatu pendidikan yang berkelanjutan bagi Aceh Tenggara di masa depan.

Berdirinya STAISES pada saat itu berkat dukungan DPRD dan Pemerintah Daerah Aceh Tenggara, yang kemudian dibentuk sebuah yayasan sebagai payung dan pelindung bagi lembaga-lembaga pendidikan yang direncanakan, dipimpin langsung oleh ketua umum, Drs. H. Armen Desky (pada saat itu Bupati Kabupaten Aceh Tenggara), Ketua I H. Umuruddin Desky (pada saat itu menjabat ketua DPRD setempat) dan Dr. (HC) Jamidin Hamdani, BA) yang duduk sebagai ketua II serta ditunjuk sebagai pelaksana harian Yayasan ini direncanakan untuk mengelola lembaga pendidikan mulai dari Raudhatul Atfhal, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Sekolah Tinggi, yang diberi nama Sekolah Tinggi Agama Islam Sepakat Segenep (STAISES), didirikan pada tanggal 12 Agustus 2002.

Mulanya STAISES mengusulkan 3 jurusan pendidikan Agama Islam, antara lain jurusan S.1 Tarbiyah, Mu’amalah (S.1 Syari’ah) dan jurusan penyiaran Islam (S.1 Dakwah), tapi hanya diberi izin menyelenggarakan dua jurusan saja yaitu jurusan PAI dan Mu’amalah saja. Namun demi mengikuti perkembangan dan kebutuhan Kabupaten Aceh Tenggara pada saat itu, STAISES membuka dua jurusan Diploma II, yaitu PGMI dan GPAI.

Sesuai dengan STAISES bertujuan menghasilkan intelektual-intelektual muslim di bidang pendidikan yang memiliki pengetahuan yang luar, terampil dan tanggap terhadap kemajuan zaman serta segala perubahan yang akan datang. Selain itu juga STAISES bertujuan melahirkan tenaga kependidikan yang bukan hanya mampu melakukan pengajaran tetapi juga mampu memberikan pendidikan dalam arti luas, demikian ditegaskan oleh Suhordy, S.Ag sebagai Ketua Pelaksana Harian periode 2008-2013, di ruang kerjanya (26/11) kemarin.

Yayasan yang sudah banyak melahirkan sarjana D-II ini terbentuk dengan Akta Notaris Noni Chairani, SH nomor 6 tanggal 23 Agustus 2002 yang diterbitkan di Medan Sumatera Utara pada saat itu dipimpin oleh seorang ketua yang bernama Drs, Jauharudin dna pada saat itu beliau menjabat sebagai kepala Depag Kabupaten Aceh Tenggara, dengan dibantu oleh A. Thahir, S.PdI sebagai ketua II serta Suhardy, S.Ag sebagai ketua III, kepemimpinan mereka berakhir sampai dengan tahun 2008 dengan dilanjutkan oleh kepemimpinan yang baru untuk periode 2008-2013 yaitu dipimpin oleh Suhardy, S.Ag sebagai ketua dibantu oleh Sukarman, S.PdI sebagai Pembantu Ketua I, Pembantu Ketua II Karimin, MA serta Ridwansyah, MA sebagai Pembantu Ketua III.

Melalui perjuangan harus mereka telah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat STAISES semakin pesat perkembangannya sehingga pada tanggal 30 November 2009 ini STAISES untuk pertama kalinya melahirkan Sarjana Strata Satu (S.1) jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Mu’amalah secara murni, serta mencapai 160 orang sarjana.

Salah seorang sarjana Pendidikan Agama Islam STAISES yang ditemui wartawan di kampus sementara STAISES Kutacane yang bertempat di MTsN Kutacane, Nurharti (33) mengatakan “saya bangga terhadap para dosen, pemimpin dan para pejuang du STAISES ini, sehingga pada masa ini saya bisa diwisuda.

Perkuliahan di STAISES Kutacane dilaksanakan sangat tertib dan disiplin, dipimpin dengan penuh tanggung jawab oleh Suhardy, S.Ag beserta kabinetnya, demi terwujudnya tujuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Sekolah Tinggi Agama Islam Sepakat Segenep Kutacane demi perubahan dan perkembangan intelektual Islam di masa depan. Perkembangan dan kemajuan perguruan tinggi ini dibangun dan digalang dengan susah payah oleh para dosen pejuang tanpa tanda jasa di sekolah tersebut, tanpa ada anggaran dan bantuan dari pemerintah daerah setempat, ketua LSM Poros Kutacane, T. Raja Syahnan mengharapkan kepada pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tenggara agar memperhatikan dan membantu perkembangan dan pembangunan Sekolah Tinggi Agama Islam Sepakat Segenep baik di bidang

Page 3: Suku Alas Merantau Di Tanah Alas

pembangunan fisik dan dana yang dibutuhkan dengan menganggarkannya ke dalam RKA dan Program Rutin Daerah.

Acara wisuda sarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Sepakat Segenep Kutacane kali ini digelar secara megah dan meriah dengan dihadiri oleh Muhammad Nazar, S.Ag (wagub NAD) beserta rombongan. Acara yang dilaksanakan pada tanggal 30 November 2009 itu bertempat di Gedung Olahraga (GOR) Sepakat Segenep Kutacane Aceh Tenggara yang juga dihadiri oleh utusan Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta dari berbagai daerah Aceh dan sekitarnya.

Pendidikan di STAISES tidak akan berhenti di situ saja, bahkan penambahan dan pengembangan jurusan lagi bertambah yaitu jurusan Tarbiyah, Mua’malah, Syariah dan jurusan dakwah, serta adapula jurusan PGRA/TK dengan dibimbing oleh dosen-dosen berpengalaman dan berpendidikan pasca sarjana.

Majunya STAISES Kutacane terlihat dari kunjungan dan pembelajaran kuliah umum yang tidak disampaikan oleh ; Prof. Dr. H. Azman Ismail, MA, Prof, Dr. Syafrizal Abdus, MA, Dr. Syahbudin Gode, MA, Dr. Zaky Juad, MA, Masykur, MA, M. Julhelmi, MA, Azkur, MA, Arifin, MA.

Pembuat Berita

Sopian/ Bukhari