sunblock (kel3 gol2)

Upload: khoirunnissa-hidayati

Post on 18-Oct-2015

170 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aokm

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Sunblock (Kel3 Gol2)

    1/11

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

    ANALISIS OBAT, MAKANAN, DAN KOSMETIK

    ANALISIS NILAI SUN PROTECTING FACTOR (SPF)

    PADA SEDIAAN SUNBLOCK

    Disusun Oleh :

    Ajeng Septya A. FA/08740

    Eradian Irma W. FA/08743

    Beni Lestari FA/08746

    Suci Ardina W. FA/08752

    Hari/Tanggal Praktikum : Selasa, 28 Mei 2013

    Golongan / Kelompok / Kelas : 11 / C / C 2011

    Dosen Pengampu : Dr. Rumiyati

    Dosen Jaga : Dr. Tatang Irianti, M.Si., Apt.

    Asisten Jaga : Aryo dan Aster

    LABORATORIUM ANALISIS FARMASI

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2013

  • 5/28/2018 Sunblock (Kel3 Gol2)

    2/11

    PENETAPAN NILAI SUN PROTECTING FACTOR (SPF)

    PADA SEDIAAN SUNBLOCK

    I. TUJUANMenetapkan nilai Sun Protecting Factor (SPF) dalam sunblock menggunakan metode

    Spektrofotometri UV (kuantitatif).

    II. DASAR TEORIIndonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari

    sepanjang musim. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat banyak

    paparan sinar matahari bahkan pada saat matahari sedang terik. Radiasi sinar matahari dapat

    mempengaruhi kesehatan kulit semua individu. Paparan sinar matahari yang melimpah dengan

    intensitas tinggi dapat mengganggu terhadap kesehatan kulit seperti hiperpigmentasi, kanker

    kulit dan menyebabkan kulit hitam dan bersisik. Efek tersebut disebabkan oleh adanya radiasi

    sinar ultraviolet, terutama radiasi sinar UV-A dan UV-B (Purwanti dkk, 2005). Untuk mencegah

    efek buruk pajanan sinar matahari dapat dilakukan dengan cara menghindari pajanan berlebihan

    sinar surya, yaitu tidak berada di luar rumah pada jam 10:00-16:00, memakai pelindung fisik

    seperti pakaian tertutup, payung, caping dan memakai tabir surya topikal apabila memangkegiatan mengharuskan berada di bawah terik matahari (Perwitasari, dkk, 1999). Sediaan tabir

    surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan dengan maksud menyerap secara efektif cahaya

    matahari terutama pada daerah emisi gelombang ultraviolet, sehingga dapat mencegah terjadinya

    gangguan kulit karena cahaya matahari (Soeratri dan Purwanti, 2004).

    Terhadap sinar ultraviolet manusia dapat melakukan berbagai cara untuk melindungi

    tubuhnya, memakai baju, topi, payung atau berlindung dibalik atap, tembok atau pepohonan.

    Namun perlindungan tersebut terkadang tidak mencukupi karena selain alat pelindung masihbisa ditembus sinar tersebut, ruang gerak kita juga akan terbatas karena selalu berlindung dibalik

    alat pelindung. Oleh karena itu dibuat kosmetika yang dapat menyerang sinar matahari

    (sunscreen) atau yang dapat menahan sinar matahari tersebut (sunblock). Kosmetika ini disebut

    kosmetika tabir surya. Ada 2 macam tabir surya :

    1. Tabir surya kimia : misalnya PABA, PABA Ester, benzofenon, salisilat dan antranilat,yang dapat mengabsorbsi energi radiasi. Tabir surya kimia mengabsorbsi hampir 95%

    radiasi sinar UVB yang dapat menyebabkan sunburn (eritema dan kerut) namun tidak

    dapat menghalangi UVA penyebab direct tanning, kerusakan sel elastin, actinic skin

    damage dan timbulnya kanker kulit.

    2. Tabir surya fisik : misalnya titanium dioksida , Mg silikat, seng oksida, red petrolatumdan kaolin, yang dapat memantulkan sinar. Tabir surya fisik dapat menahan UVA

    maupun UVB.

    Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan kombinasi antara

    tabir surya kimia dan tabir surya fisik, bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir

    surya dalam suatu sediaan kosmetika.

  • 5/28/2018 Sunblock (Kel3 Gol2)

    3/11

    Secara alami, manusia memiliki kulit yang berfungsi sebagai sawar utama antara tubuh

    dan lingkungan hidup yang terdiri atas berbagai macam agen, baik fisik maupun kimia yang

    dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan kulit. Pada umumnya kulit resisten terhadap efek

    toksik dari sebagian besar agen lingkungan tersebut, tetapi perlindungan tersebut tidak

    sempurna dilakukan oleh kulit sendiri. Banyak pengaruh lingkungan hidup secara cepat atau

    lambat masih dapat merusak jaringan kulit manusia, misalnya tekanan, tarikan, goresan,

    kelembaban, panas, dingin, zat kimia, jasad renik dan lainnya lagi. Radiasi solar adalah

    agen fisik utama yang dapat membahayakan kulit kita. Kerusakan kulit tersebut terjadi akibat

    adanya komponen sinar ultraviolet dari sinar matahari yang mencapai bumi kita.

    Paparan sinar matahari yang melimpah dengan intensitas tinggi dapat mengganggu

    terhadap kesehatan kulit seperti hiperpigmentasi, kanker kulit dan menyebabkan kulit hitam dan

    bersisik. Efek tersebut disebabkan oleh adanya radiasi sinar ultraviolet, terutama radiasi sinar

    UV-A dan UV-B. Keadaan di atas dapat diatasi dengan menggunakan sediaan sunscreen.

    Sediaan sunscreen adalah sediaan kosmetika yang digunakan dengan maksud menyerap secara

    efektif cahaya matahari terutama pada daerah emisi gelombang ultraviolet, sehingga dapat

    mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari. Bahan aktif yang banyak

    digunakan sebagai sunscreen adalah senyawa turunan sinamat, octocrylene, senyawa PABA

    (para amino benzoic acid) dan salisilat. Bahan aktif tersebut banyak digunakan karena dapat

    menghindarkan seseorang dari hiperpigmentasi dan serangan kanker kulit. Lembaga kanker kulit

    di Amerika memperkirakan bahwa terdapat setengah juta kasus kanker kulit per tahun dan 90 %

    diantaranya disebabkan oleh paparan sinar matahari. Dengan banyaknya kebutuhan terhadap

    sediaan tabir surya, maka perlu dilakukan penelitian sintesis senyawa aktif tabir surya dari bahan

    alam yang banyak terdapat di Indonesia.

    Dalam American Cancer Society (2001) sinar surya yang sampai di permukaan bumi

    dan mempunyai dampak terhadap kulit dibedakan menjadi sinar ultraviolet A atau UV-A ( 320-

    400 nm), sinar UV-B ( 290-320 nm) dan sinar UV-C ( 200-290 nm). Menurut Satiadarma

    (1986) sebenarnya sinar UV hanya merupakan sebagian kecil saja dari spektrum sinar matahari

    namun sinar ini paling berbahaya bagi kulit karena reaksi-reaksi yang ditimbulkannya

    berpengaruh buruk terhadap kulit manusia baik berupa perubahan-perubahan akut seperti

    eritema, pigmentasi dan fotosensitivitas, maupun efek jangka panjang berupa penuaan dini dan

    keganasan kulit. Seseorang dapat terkena paparan sinar UV-C dari lampu-lampu buatan dan

    akibatnya adalah kemerahan kulit, peradangan mata dan merangsang pigmentasi. Sinar UV-B

    sering disebut sebagai sinar sunburn spectrum dan juga paling efektif menyebabkan pigmentasi.

    Sinar UV-A biasanya hanya menyebabkan pencoklatan walaupun dapat juga menimbulkan

    sunburn namun lebih lemah dibandingkan dengan UV-B. Meskipun demikian efek kumulatif

    jangka panjang sinar UV-A sama dengan sinar UV-B karena intensitas sinar UV-A yang sampai

    ke bumi kira-kira 10 kali UV-B. Efek buruk sinar UV dipengaruhi oleh faktor individu,

    frekuensi, lama pemejanan serta intensitas radiasi sinar UV.

    Berdasarkan struktur kimianya, ada dua bagian pada senyawa p-metoksi oktil sinamat

    yang dimungkinkan berperan penting yaitu bagian rantai alkil dan bagian rantai benzil.

  • 5/28/2018 Sunblock (Kel3 Gol2)

    4/11

    Berdasarkan struktur kimia senyawa tersebut maka terdapat bagian benzena aromatis dan sisi

    alkil yang bersifat relatif non polar. Efek perlindungan sinar UV dari senyawa diakibatkan

    bagian cincin benzena, sedangkan bagian sisi alkil digunakan untuk kontribusi sifat non polar

    senyawa yang berakibat senyawa tak larut dalam air (Tahir, dkk, 2000). Salah satu contoh

    senyawa tabir surya yang saat ini banyak digunakan adalah senyawa p-metoksi oktil sinamat

    yang merupakan turunan dari ester sinamat. Berdasarkan struktur kimia senyawa tersebut, maka

    pengembangan senyawa-senyawa turunannya dapat dilakukan untuk mencari senyawa lain yang

    lebih efektif dan jika mungkin disintesis dari bahan-bahan alam yang banyak terdapat di

    Indonesia.

    Pengukuran dan pengujian aktivitas senyawa-senyawasunscreendapat dilakukan dengan

    banyak cara yakni pengujian secara in vitro dan in vivo. Pengujian aktivitas serapan sinar UV

    secara in vitro dapat dilakukan dengan teknik spektroskopi UV yang diukur pada rentang

    panjang gelombang sinar UV (200-400 nm). Pengukuran lain yang langsung diujikan pada sel

    biologis adalah teknik analisis secara in vivo. Teknik ini dapat dilakukan dengan berbagai

    macam cara dan salah satunya adalah dengan pengamatan eritema akibat terkena paparan sinar

    UV dan dibandingkan dengan suatu kontrol. Eritema merupakan salah satu tanda terjadinya

    proses inflamasi akibat pajanan sinar tersebut dan terjadi apabila volume darah dalam pembuluh

    darah dermis meningkat hingga 38% di atas volume normal.

    Kemampuan menahan sinar ultraviolet darisunblock dinilai dalam faktor proteksi sinar

    (Sun Protecting Factor / SPF) yaitu perbandingan energi ultraviolet yang diperlukan untuk

    menghasilkan eritema minimum pada kulit yang diberi sunblock terhadap banyaknya energi

    ultraviolet yang diperlukan untuk menghasilkan eritema minimum pada kulit yang tidak diberi

    sunblock. Minimal erythema dose (MED) adalah dosis energi minimum ultraviolet yang

    diperlukan untuk menghasilkan eritema kulit minimum yang seragam. Dosis minimum eritema

    (MED) diuji oleh setiap panelis pada tes SPF. Waktu/dosis pada simulasi cahaya UV dibutuhkan

    untuk menghasilkan keseragaman, yang hampir tidak menampakkan kemerahan pada kulit. Nilai

    MED berbeda-beda berdasarkan tipe kulit seseorang.

    Nilai SPF berkisar antara 0 sampai 100, dan kemampuan sunblockyang dianggap baik

    berada di atas 15. Tingkat kemampuansunblocksebagai berikut:

    1. Minimal, bila SPF antara 24

    2. Sedang, bila SPF antara 46

    3. Ekstra, bila SPF antara 6 - 8

    4. Maksimal, bila SPF antara 815

    5. Ultra, bila SPF lebih dari 15

    (Wasitaatmadja, 1997)

    SPF hanya menunjukkan daya perlindungan terhadap UVB dan tidak terhadap UVA.

    Sebab, berbeda dengan UVB yang bekerja pada permukaan kulit dan menyebabkan kulit

  • 5/28/2018 Sunblock (Kel3 Gol2)

    5/11

    terbakar, UVA meresap masuk ke dalam kulit dan merusak DNA. Ini membuat kekuatan UVA

    tidak bisa diukur dengan mudah karena efeknya tidak segera terlihat.

    Pengukuran dan pengujian aktivitas senyawa-senyawa tabir surya dapat dilakukan

    dengan banyak cara yakni pengujian secara in vitro dan in vivo. Penetapan harga SPF scara in

    vitro dapat dilakukan dengan 2 cara. Metode yang menghitung absorbsi dan transmisi

    penghantaran sinar UV selanjutnya dihitung harga SPF dengan rumus:

    AC

    selain itu juga metode yang membaca absorbansi pada panjang gelombang spesifik (Fourneron et

    al., 1999; Gordon, 1993; Mansur et al., 1986; Pissavini, M. et al., 2003; Walters et al., 1997).

    Mansur et al. (1986), telah membuat persamaan matematika yang simpel pada pengujian in vitro:

    C (

    ( A (

    Pengukuran lain yang langsung diujikan pada sel biologis adalah teknik analisis secara in

    vivo. Teknik ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan salah satunya adalah dengan

    pengamatan eritema akibat terkena paparan sinar UV dan dibandingkan dengan suatu kontrol.

    Eritema merupakan salah satu tanda terjadinya proses inflamasi akibat pajanan sinar tersebut dan

    terjadi apabila volume darah dalam pembuluh darah dermis meningkat hingga 38% di atas

    volume normal. Penentuan harga SPF dilakukan dengan cara membandingkan dosis sinar UV

    yang dibutuhkan untuk munculnya eritema pada sel biologis yang telah diolesi sunscreen dengan

    dosis yang dibutuhkan untuk munculnya eritema pada sel biologis tanpa sunscreen.

    III. CARA KERJAMembuat Larutan Stock

    Menimbang kurang lebih 50 mg sampel dengan gelas timbang

    Menambahkan etanol ad 25 ml pada labu takar

    Menggojok hingga homogen, menggunakan sonikasi

    Menyaring larutan stock, kertas saring dijenuhi dengan etnol lebih dulu

    Dilakukan uji Kuantitatif

  • 5/28/2018 Sunblock (Kel3 Gol2)

    6/11

    Uji Kuantitatif dengan Spektrofotometer UV

    Mengambil 100 l larutan stock ad 5 ml

    Kadar menjadi 0,004mg/ml

    Replikasi masing-masing 2x

    Mengukur absorbansi larutan pada 290-320 nm dengan interval kenaikan 5nm

    Menganalisis hasil spektrofotometer UV dengan rumus :

    C (

    ( A (

    IV. DATA DAN PERHITUNGAN1. Data Sampel

    Nama Produk : Sunblock

    Merk : Nivea

    PT. Beiersdorf AG

    MalangIndonesia

    Isi : SPF 50 PA ++

    Mengandung : Titanium dioksida, Ethylhexyl methoxycinnamate,

    Benzophenone 3 (oxybenzone)

    Khasiat : Melindungi kulit terhadap sinar matahari UV A dan UV B

    (dipakai pada muka dan leher sebagai alas bedak pagi/ siang hari)

    Organoleptis :

    a.

    Warna : Putihb. Bau : Harumc. Rasa : -d. Volume : 22 gram

    2. Uji kuantitatif Sampel 1

    Berat gelas arloji = 20,13 g

    Gelas timbang + sampel = 20,18 g

  • 5/28/2018 Sunblock (Kel3 Gol2)

    7/11

    Berat sampel = 0,05 g

    Sampel 2Berat gelas timbang = 25,95 g

    Gelas timbang + sampel = 26,00 g

    Berat sampel = 0,05 g

    Sampel 3Berat gelas timbang = 21,77 g

    Gelas timbang + sampel = 21,82 gg

    Berat sampel = 0,05 g

    Absorbansi sampel

    I II III

    290 0.490 0.636 0.491

    295 0.514 0.668 0.515

    300 0.531 0.695 0.532

    305 0.546 0.717 0.546

    310 0.53 0.698 0.531

    315 0.500 0.659 0.500

    320 0.447 0.591 0.449

    Total 3,567 4,664 3,564

    Volume larutan stock = 25 ml dalam etanol

    Pengenceran = diambil masing-masing 100 l, diencerkan ad 5ml

    Faktor pengenceran =

    Perhitungan SPF

    ( ( (CF = 10

    Sampel 1SPF = 10 x 3,567 = 35,67

    Sampel 2SPF = 10 x 4,664 = 46,64

    Sampel 3SPF = 10 X 3,564 = 35,64

    SPF rata-rata = 39,32

    SD = 6,34

    CV =

    tidak presisi karena lebih dari 5%

    V. PEMBAHASAN

  • 5/28/2018 Sunblock (Kel3 Gol2)

    8/11

    SPF atau Sun Protection Factor dikenal sejak tahun 1962 yang digunakan untuk

    mengukur efek sunscreen terhadap sinar UV. Sunscreen digunakan untuk melindungi kulit

    dari kerusakan akibat sinar UV. Dalam jumlah yang tidak berlebihan, sinar ultraviolet

    sebenarnya berguna bagi tubuh, antara lain untuk membentuk vitamin D dari provitamin D

    agar tulang tidak keropos, membentuk tirosin menjadi melanin sehingga kulit berwarna, dan

    mampu membunuh bakteri jahat yang dapat menyebabkan penyakit seperti jamur. Sinar

    matahari terdiri dari 3 komponen, yaitu sinar UVA, UVB, dan UVC.

    Sinar UVA (panjang gelombang antara 315-400 nm) mampu lebih dalam menembus

    kulit dan memiliki jangka waktu yang lebih lama untuk menimbulkan kerusakan pada kulit,

    seperti kerutan, dan gejala-gejala penuaan dini. Sinar UVA ini akan membuat kulit menjadi

    hitam (tanning). Sedangkan sinar UVB (panjang gelombang 280 nm) hanya 0,2 % dari sinar

    matahari total. Paparan sekitar 15 menit/hari dari sinar UVB ini sebenarnya sangat penting

    untuk memicu pembentukan vitamin D3 (salah satu komponen Vitamin D) dari

    provitaminnya. UVB sebenarnya juga mampu melindungi kulit terhadap pembakaran lebih

    lanjut dengan cara menebalkan lapisan tanduk pada kulit. Namun, paparan sinar UVB yang

    terlalu lama dan terlalu sering bisa menyebabkan kulit terbakar yang dapat meningkatkan

    kemungkinan terjadinya kanker kulit akibat penekanan imunitas seluler kulit. Sinar UVC

    (panjang gelombang 100 nm) sebenarnya amat berbahaya dan sangat merusak kulit, tetapi

    sinar ini ditahan oleh lapisan ozon. Kebocoran lapisan ozon (O3) menyebabkan beberapa(sebagian kecil) sinar ini masuk ke bumi.

    Mencegah interaksi sinar UV dengan kromofor kulit merupakan fungsi utama dari

    tabir surya. Produk tabir surya sangat sederhana, tabir surya mengabsorbsi, memantulkan,

    atau menghamburkan radiasi UV dari sinar matahari sebelum energi ini diabsorbsi oleh

    residu kromofor dalam kulit.

    Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah oktil metoksisinamat sebagai UVB

    filter yang paling banyak digunakan. Bahan ini kurang efektif dalam mengabsorbsi UVB

    dibandingkan para-aminobenzoic acid (PABA) dan pada formulasinya dianjurkan

    penambahan UVB filter untuk memperoleh nilai SPF yang tinggi. UVA filter termasuk

    benzofenon, antranilat dan dibenzoilmetan. Oksibenzon adalah benzofenon yang paling luas

    digunakan, mengabsorbsi UVA dan UVB. Kedua bahan ini memiliki kekurangan yaitu

    bersifat fotolabil serta mudah terdegradasi dan teroksidasi.

    Dalam memilih tabir surya atau sunscreen yang perlu diperhatikan adalah nilai Sun

    Protecting Factor (SPF) yang terdapat dalam setiap produk tabir surya. Nilai tersebut

    menunjukkan kekuatan tabir surya dalam melindungi kulit dari sengatan sinar UVB.

    Lamanya kulit terlindungi oleh tabir surya sangat ditentukan oleh nilai SPF yang tertera

    pada produk tersebut.

    Terdapat banyak jenis SPF, ada SPF 15, SPF 30, bahkan sekarang ada SPF 70. SPF

    15 artinya jika kita telah terpapar sinar matahari selama 10 menit, SPF 15 akan melindungi

    kulit kita dari kerusakan (akibat terbakar sinar matahari) selama 150 menit, begitu juga

    dengan SPF 30 dan SPF 70. SPF yang lebih tinggi berarti memiliki waktu yang lebih banyak

    bisa terpapar sinar matahari. Jenis tabir surya lainnya mengandung zat kimia yang disebut

    benzofenon. Banyak tabir surya yang mengandung PABA dan benzofenon atau zat kimia

  • 5/28/2018 Sunblock (Kel3 Gol2)

    9/11

    lainnya; kombinasi ini memberikan perlindungan terhadap sinar UV dalam rentang yang

    lebih luas. Tabir surya lainnya mengandung penghalang fisik seperti seng oksida atau

    titanium dioksida; salep putih yang kental ini melindungi kulit dari sinar matahari dan bisa

    digunakan di daerah sensitif yang tidak terlalu luas (misalnya hidung dan bibir). Kekuatan

    tabir surya dikelompokkan berdasarkan angka SPF (sun protection factor); makin tinggi

    angka SPFnya maka makin kuat perlindungannya. Tabir surya dengan SPF 15 atau lebih

    bisa menghalangi sebagian besar sinar UV Kebanyakan tabir surya cenderung hanya

    menghalangi sinar UVB meskipun sinar UVA juga bisa menyebabkan kerusakan kulit. Saat

    ini ada beberapa tabir surya terbaru yang efektif dalam menghalangi sinar UVA.

    Dalam praktikum analisis kosmetika ini, sediaan yang ditetapkan nilai SPF-nya

    adalah sediaan sunblock dengan merek Nivea. Kandungan dari sediaan ini yang berfungsi

    sebagai tabir surya dari sediaan hand & body lotion ini adalah ethylhexyl methoxycinnamate

    , titanium dioxide, dan oxybenzon (benzophenon 3).

    Ethylhexyl methoxycinnamate

    Ethylhexyl methoxycinnamate digunakan dalam sediaan sunscreen sebagai UV filter,

    dalam label produk sunscreen sering terdapat dengan nama Octinoxate. Ethylhexyl

    methoxycinnamate adalah cairan bening yang tidak larut dalam air. Ethylhexyl

    metoksisinamat digunakan dalam formulasi berbagai jenis produk termasuk tabir surya dan

    produk make-up yang mengandung bahan untuk melindungi kulit dari sinar matahari. Di

    Amerika Serikat, produk ini diatur sebagai Over-the-Counter (OTC) obat-obatan. Ethylhexyl

    metoksisinamat juga melindungi kosmetik dan produk perawatan pribadi dari kerusakan

    yang disebabkan oleh sinar UV dan memungkinkan mereka untuk bertahan lebih lama

    dalam kondisi UV tinggi. FDA melakukan peninjauan obat OTC ethylhexyl metoksisinamat

    (juga disebut oktil metoksisinamat) dan menyetujui penggunaan bahan ini sebagai bahan

    aktif dalam produk tabir surya sampai dengan konsentrasi 7,5%. Ketika digunakan sebagai

    bahan aktif dalam produk tabir surya OTC, bahan ini akan dicantumkan pada label sebagai

    Octinoxate.

    Titanium dioksida merupakan oksida dari logam Titanium. Wujud tunggal senyawa

    ini berupa serbuk atau padatan berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa. Bobot

    molekulnya 79,9 gram per mol. Titik leleh senyawa ini yaitu 1855 derajat Celcius. TiO2

    tidak larut dalam air dingin, HCl, Asam nitrat, asam sulfat encer, dan pelarut pelarut

    organic. Namun larut dalam asam sulfat pekat, asam fluoride dan alkali. Pada penggunaan

    jangka panjang dapat menyebabkan mutasi pada sel somatic mamalia (Anonim, 2013).

    International Agency of Research on Cancer (IARC) memasukkan TiO2 sebagai zat yang

    dpat berpotensi menimbulkan kanker pada manusia. Mekanisme kerja TiO2 yaitu sebagai

    pengebok fisik sinar UV A dan UV B yang memancar ke kulit. Senyawa TiO2 yang tidak

  • 5/28/2018 Sunblock (Kel3 Gol2)

    10/11

    larut dalam air dingin ini menguntungkan pada para pemakai karena tidak mudah hilang jika

    terkena air dan pertahanan kulit tetap lama. Beberapa ilmuwan mengembangkan TiO2

    dalam bentuk nanoparticle sebagai zat aktif sediaan sunscreen. Nano TiO2 ini memiliki sifat

    menghamburkan dan menyerap cahaya sehingga dapat digunakan sebagai agen UV protector

    seperti pada sunscreen dan sunblock (Jacobs, Johannes F,dkk,2010). TiO2 emiliki ukuran

    partikel 150 300 nm dan 20 150 nm. TiO2 yang memiliki ukuran partikel lebih kecil

    lebih melindungi terhadap UV B dan sebagian UV A2 dan UV A1 (290360 nm)

    1. Oxybenzon atau benzophenon3 memiliki rumus kimia C14H12O3. Sinonimnya antaralain Uvinul 9 , Uvistat 24, Sunscreen UV 15, Uvinul M-40. Oxybenzone berupa zat

    padat, Kristal, atau serbuk berwarna putih hingga kekuningan, dengan bobot molekul

    228,25 gram / mol,dan titik leleh 63 derajat Celcius. Oxybenzone tidak larut dalam air

    dingin , air panas. Namun larut dalam solven organic dan sangat mudah larut dalam

    alcohol dan touene (Anonim, 2013). Oxybenzone yang biasa terdapat dalam sunscreen

    dan sunblock ini ternyata dapat menyebabkan photoallergi pada kulit. Oxybenzone

    merupakan fotoallergen ke empat setelah fenotiazin dan fentichlor (Rietschel,dkk.,2008).

    Oxybenzone dapat menyerap sinar UV B dan memiliki penyerapan maksimal terhadap

    sinar dengan panjang gelombang 290 nm (Alldredge, Brian K., dkk., 2013). Dari hasil

    perhitungan diperoleh sediaan Nivea memiliki nilai SPF rerata 39,32 dari 2 kali replikasi.

    Oleh karena itu sediaan Nivea ini dapat dikatakan memiliki kemampuan sunblockyang

    dianggap baik karena nilai SPF berada di atas 15. Harga SD yang diperoleh adalah 6,34

    dan menghasilkan CV sebesar 16,2%, karena itu data yang dihasilkan tidak presisi karena

    CV>5%.

    VII. KESIMPULAN

    2. Sampel yang dianalisis merupakan sediaan Nivea yang memiliki nilai SPF rerata 39,32dari 2 kali replikasi.

    3. Senyawa yang berfungsi sebagai tabir surya dari sediaan Nivea adalah EthylhexylMethoxycinnamate, oxybenzone, dan titanium dioksida.

    4. Harga SD yang diperoleh dari percobaan sebesar 6,345. Harga CV yang diperoleh sebesar

    sehingga analisis kurang presisi

  • 5/28/2018 Sunblock (Kel3 Gol2)

    11/11

    VI. DAFTAR PUSTAKA

    Alldredge, Brian K., dkk., 2013,Applied TherapeuticsTenth Edition, Lippincott

    Williams & Wilkins, Philadelphia

    Anonim, 2013, Titanium dioxideMSDS,www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925268,

    diakses pada 18 Mei 2013

    Anonim, 2013, Benzophenon-3 MSDS,www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925268,

    diakses pada 18 Mei 2013

    Jacobs, Johannes F., dkk., 2010, Sunscreens with Titanium Dioxide (TiO2) Nano-Particles

    :ASocietal Experiment,www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2933802/

    diakses pada 18 Mei 2013

    Mansur, J. S.; Breder, M. N. R.; Mansur, M. C. A.; Azulay, R. D., 1986, Determinao dofator de proteo solar por espectrofotometria. An. Bras. Dermatol., Rio

    de Janeiro, v. 61, p. 121-124

    Perwitasari, I, Chandra, D.K., Etnawati dan Suyoto, 1999, Peran Tabir Surya Kombinasi

    Sinamat danBenzophenon pada Perubahan Warna Kulit Konstitutif Akibat

    Pajanan UV-B, Kupulan Jurnal Kosmetik Medik, FKU-UGM

    Rietschel,dkk., 2008, Contact Dermatitis, Decker Inc, Ontario

    Wasitaatmadja, S.M., (1997),Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Penerbit UI-Press, Jakarta,

    Hal. 3,199120

    Kimbrough,DR., 1997, The Photochemistry of Sunscreens,J. Chern. Ed., 74, 1,5-53

    Mengetahui, Yogyakarta, 28 Mei 2013

    Dosen Pembimbing, Praktikan,

    Ajeng Septya Alivianuyta/ 08740

    Eradian Irma Wulandari/ 08743

    Beni Lestari/ 08746

    Dr. Rumiyati Suci Ardina Widyaningrum/ 08752

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2933802/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2933802/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2933802/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2933802/