tazkiyah an-nafs perspektif tafsir al-jailÂnÎ karya syaikh
TRANSCRIPT
TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA
SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Agama (S.Ag)
Oleh:
Zakiyatun Nufus
NIM. 14210625
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1439 H/ 2018 M
TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA
SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Agama (S.Ag)
Oleh:
Zakiyatun Nufus
NIM. 14210625
Pembimbing:
Ali Mursyid, MA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1439 H/ 2018 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Tazkiyah an-Nafs Perspektif Tafsir Al-Jailânî Karya
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani” yang disusun oleh Zakiyatun Nufus Nomor
Induk Mahasiswa: 14210625 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke
sidang munaqasyah.
Jakarta, 14 Agustus 2018
Pembimbing,
Ali Mursyid, MA
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Tazkiyah an-Nafs Perspektif Tafsir Al-Jailânî Karya
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani” oleh Zakiyatun Nufus dengan NIM
14210625 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 21 Agustus 2018. Skripsi
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama
(S.Ag).
Jakarta, 21 Agustus 2018
Dekan Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta,
Dra. Hj. Maria Ulfah, MA
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Dra. Hj. Maria Ulfah, MA Dra. Ruqayyah Tamami
Penguji I, Penguji II,
Drs. Arison Sani, MA Ahmad Hawasyi, M.Ag
Pembimbing,
Ali Mursyid, MA
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Zakiyatun Nufus
NIM : 14210625
Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 24 Januari, 1992
menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Tazkiyah an-Nafs Perspektif
Tafsir Al-Jailânî Karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani” adalah benar-benar
asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan
dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
saya.
Jakarta, 14 Agustus, 2018
Zakiyatun Nufus
iv
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tuaku yang tak pernah berhenti dan lelah untuk selalu
mendukung dan mendo’akanku di setiap waktu, sebab jika bukan karena
mereka aku tak akan bisa berjalan sampai sejauh ini. Untuk keluargaku,
guru-guruku, sahabat-sahabatku, dan para pecinta kesucian jiwa.
v
MOTTO
محبتك ونعرفتكإلهي أنت نقصودى ورضاك نطلوبى اعطنى
{Wahai TuhanKu, Engkaulah yang aku maksud dan Ridho-Mu yang aku cari.
Berilah aku kemampuan untuk bisa mencintai-Mu dan ma’rifat kepada-Mu}
vi
بسم الله الرحمن الرحيمKATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa hanya dengan izin-Nya
terlaksana segala kebijakan dan kesuksesan. Shalawat serta Salam tercurah
limpahkan kepada baginda Rasulullah saw. beserta keluarga, sahabat serta
para pengikutnya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak kesulitan
kendala yang dihadapi. Akan tetapi berkat adanya dorongan, nasihat serta
bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi
ini. Di antaranya kepada:
1. Kedua orang tuaku, ummi dan abi yang selalu ikhlas merelakan
segala hal demi anaknya. Terimakasih atas segala-galanya.
2. Syaikh Abdul Gaos Saefulloh al-Maslul al-Qodiri, an-Naqsabandi
al-Muttaqi al-Kamil al-Muwaffaq ra QS (Abah Aos), Guru
mursyidku yang selalu memberikan pencerahan dan petunjuknya
kepada jiwa ini, untuk menghadapi fananya dunia ini.
3. Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Prof. Dr. Hj.
Huzaemah Tahido Yanggo, MA, terimakasih atas segala kebaikan
dan bimbingannya.
4. Ibu Dra. Hj. Maria Ulfah, MA selaku dekan fakultas Ushuluddin
dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, yang selalu
mengabdikan diri untuk Fakultas Ushuluddin dan Dakwah dalam
mencetak generasi Al-Qur‟an yang berwawasan keilmuwan.
5. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc, MA, selaku ketua program
Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT) Institut Ilmu Al-Qur‟an
vii
(IIQ) Jakarta, yang selalu memberi nasihat dan dukungannya
kepada kami para mahasiswinya.
6. Bapak Ali Mursyid, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan waktu, kesempatan, bimbingan, arahan, saran
dan kesabaran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Dan terimakasih banyak atas perhatiannya selama
masa-masa bimbingan.
7. Bpk Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA, dan Ibu Hj. Ade Halimah
selaku instruktur tahfidz yang selalu berkenan kita repotkan, yang
selalu bersedia menghadapi ketidaksempurnaan dalam hafalan
kita. Dan segenap instruktur tahfidz lainnya, terimakasih telah
menjadi jalan bagi kami dalam menghafal Al-Qur‟an. Semoga
keberkahan Al-Qur‟an senantiasa mengiringi setiap langkah
perjuangan.
8. Bapak dan Ibu Dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, yang
telah mengabdikan ilmunya demi kebaikan seluruh
mahasiswanya.
9. Ibu Suci dan Ibu Qoqoy selaku staf Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah, yang rela menjadi tempat bertanya mahasiswa, dan
membantu melewati setiap proses yang dilalui mahasiswa
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
10. Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Pusat Studi
Al-Qur‟an (PSQ) Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, PUI
Iman Jamak dan PERPUSNAS yang telah menyumbangkan
sarana prasarana dalam menyusun skripsi ini.
11. Pesantren Takhasus IIQ Jakarta dan Kampus IIQ Jakarta, yang
berkenan menjadi ladang ilmu dan tempat berbagi selama 4 tahun
ini.
viii
12. Sahabat seperguruan Ushuluddin A & B yang telah menjadi
partner terbaik dalam suka dan duka selama 4 tahun, terimakasih
telah menjadi bagian dari kisah hidupku dan terima kasih sudah
mau menjadi keluarga baruku.
13. Teman-teman angkatan 2014 dari fakultas ushuluddin, syari‟ah
dan tarbiyah, terimakasih atas semua cerita-cerita indahnya.
14. Terima kasih juga khusus kepada wanita-wanita sholihahku “kite
lagi”, grup “Wanita sholihah Usuluddin 8b”, penghuni kosan
pondok najda, teman seperjuangan “kamar VIP 1 Hj. Chalimah”,
keluarga besar Pon.pes Wadil Mubarok dan Pon.pes Miftahul
Huda (Lusi, Zakia, Yuli) yang telah ikut berkontribusi dalam
proses penulisan skripsi ini, baik dari bantuan materi maupun
do‟a-do‟a tulus kalian. Terima kasih dan aku sayang kalian.
15. Seluruh pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini,
semoga Allah membalas dengan yang lebih baik.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, karena itu segala kritik dan saran yang
membangun akan menyempurnakan penulisan skripsi ini. Dan akhir kata,
kepada Allah jualah penulis bertawakkal atas segala yang telah penulis
lakukan. Semoga petunjuk dan pertolongan-Nya senantiasa tercurah kepada
kita semua. Amiin..
Jakarta, 14 Agustus 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS ....................................................................... iii
PERSEMBAHAN ...................................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... xii
ABTRAKSI ................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah............................ 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 9
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 10
E. Metode Penelitian ............................................................................... 17
F. Teknik dan Sistematika Penulisan ...................................................... 18
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TAZKIYAH AN-NAFS
A. Pengertian Tazkiyah an-Nafs ............................................................. 21
1. Pengertian Tazkiyah ..................................................................... 21
x
2. Pengertian Nafs ............................................................................ 23
B. Tujuan dan Urgensi dari Tazkiyah an-Nafs ....................................... 35
1. Tujuan dari Tazkiyah an-Nafs ..................................................... 35
2. Urgensi dari Tazkiyah an-Nafs .................................................... 36
C. Kosa kata Tazkiyah an-Nafs dalam Al-Qur‟an dan Hadits ................ 42
BAB III MENGENAL SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
A. Biografi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani ............................................. 51
1. Riwayat Hidup .............................................................................. 51
2. Kondisi Sosial Politik, Politik dan Ilmiah .................................... 54
3. Riwayat Pendidikan dan Karir ..................................................... 59
4. Wafat dan Karya-Karyanya .......................................................... 62
B. Metodologi Tafsir Al-Jailani .............................................................. 64
1. Latar Belakang dan Motivasi Penulisan ...................................... 64
2. Sumber Penafsiran ....................................................................... 66
3. Metode Penafsiran ....................................................................... 67
4. Corak Penulisan ........................................................................... 68
5. Sistematika Penulisan .................................................................. 69
6. Karakteristik Tafsir ...................................................................... 70
BAB IV PENAFSIRAN SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
TERHADAP AYAT-AYAT TAZKIYAH AN-NAFS
A. Penafsiran Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Terhadap Ayat-ayat
Tazkiyah an-Nafs di Dalam Tafsir Al-Jailani .................................... 73
1. Mengeluarkan Zakat Atau Infaq .................................................. 73
2. Takut Terhadap Siksaan Allah dan Menjalankan Ibadah Shalat.77
3. Menjalankan Pergaulan Hidup Secara Terhormat ....................... 81
xi
4. Proses Pendidikan Sebagaimana Dilakukan Nabi Kepada
Ummatnya ................................................................................... 86
5. Melalui Karunia Allah Yang Diberikan Kepada Orang Yang
Dikehendaki-Nya ......................................................................... 93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 99
B. Saran ................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 101
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin mengikuti pedoman yang diberlakukan dalam
petunjuk praktis penulisan skripsi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
A. Konsonan
No Huruf
Arab Huruf Latin No
Huruf
Arab Huruf Latin
Sh ص A 14 ا 1
Dh ض B 15 ب 2
Th ط T 16 ت 3
Zh ظ Ts 17 ث 4
„ ع J 18 ج 5
Gh غ H 19 ح 6
F ف Kh 20 خ 7
Q ق D 21 د 8
K ك Dz 22 ذ 9
L ل R 23 ر 10
M م Z 24 ز 11
N ن S 25 س 12
W و Sy 26 ش 13
xiii
No Huruf Arab Huruf Latin
H ه 27
„ ء 28
Y ي 29
B. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a آ : ȃ ي... : ai
Kasrah : i ي : ȋ و... : au
Dhammah : u و: ȗ
C. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: -al :البقرة
Baqarah.
b. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiyah
Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan
dan sesuai dengan bunyinya. Contoh: الرجل: ar-rajul
c. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah (Tasydȋd)dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
( ), sedangkan untuk alih aksaran ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydȋd.
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yang berada di
xiv
tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata
sandang yang diikuti oelh huruf-huruf syamsiyah. Contoh: للهأمناباا: Ȃmanna billȃhi
d. Ta’ Marbȗthah (ة)
Ta’ Marbȗthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi
huruf “h”. Contoh: ف ئدة al-Af'idah :ال
Sedangkan ta’ Marbȗthah (ة) yang diikuti atau disambungkan
(di-washal) dengan kata benda (isim) maka dialih aksarakan
menjadi huruf “t”. Contoh: عاملةناصبة: „Ȃmilatun Nȃshibah
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti
penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD
berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic),
atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun nama diri
yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis
kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh:
„Alȋ Hasan al-„Ȃridh. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur`an
dan nama-nama surah menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-
Qur`an, Al-Baqarah, dan seterusnya.
xv
ABSTRAKSI
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penafsiran Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani mengenai ayat-ayat yang berkaitan dengan tazkiyah an-Nafs
dalam Al-Qur‟an studi analisis Tafsir Al-Jailânî. Penelitian ini dianggap
penting karena proses penyucian jiwa pada saat ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat umum terutama umat muslim untuk menghadapi masalah-
masalah kontemporer yang berkaitan dengan hati di zaman yang semakin
maju atau modern seperti sekarang ini agar selalu dapat menempatkan
hatinya dekat dengan Allah SWT.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research)
dengan menggunakan metode deskriptif-analisis. Maka sumber utama dalam
penelitian ini adalah Tafsir Al-Jalânî karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Sedangkan sumber sekundernya adalah buku-buku yang membahas tentang
tazkiyah an-Nafs, dan lain-lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
memberi penjelasan dalam tafsirnya mengenai ayat-ayat yang berkaitan
dengan tazkiyah an-Nafs yang terdapat dalam Al-Qur‟an, yakni pada QS. At-
Taubah[9]: 103 dan QS. Al-Laîl[92]: 18, dijelaskan bahwa upaya penyucian
jiwa dapat dilakukan melalui shadaqah, bisa berupa zakat, infak ataupun yang
lainnya. Selanjutnya pada QS. Fâthir[35]: 18, dijelaskan pula bahwa takut
kepada Allah lalu kemudian ia melaksanakan sholat untuk menyucikan
jiwanya dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, hal
demikian dapat dikategorikan juga dalam usaha penyucian jiwa. Kemudian,
pada QS. An-Nûr[24]: 28 dan QS. An-Nûr[24]: 30, pada ayat tersebut
dijelaskan bahwa bentuk penyucian jiwa tidak hanya berkaitan dengan hati
saja, tetapi bisa juga berkaitan dengan perbaikan diri. Ayat selanjutnya yakni
QS. Al-Baqarah[2]: 129, QS. Al-Baqarah[2]: 151, QS. Âli Imrân[3]: 164 dan
QS. Al-Jumu‟ah[62]: 2, yang dimaksud dari keempat ayat tersebut adalah
upaya penyucian jiwa melalui bentuk sarana pendidikan, yang dimana
pendidikan pokok tersebut perlu disampaikan kepada umat untuk penyucian
jiwa. Dan yang terakhir pada QS. An-Nûr[24]: 21 dan QS. An-Nisâ‟[4]: 49,
yang mana pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah Maha Kuasa dan punya
Kehendak untuk membersihkan jiwa siapa yang Dia kehendaki.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi
Muhammad saw. untuk kemaslahatan umat manusia di dunia dan di
akhirat, juga lahir dan batin. Islam adalah sistem ajaran yang didalamnya
terkandung aspek akidah (keyakinan), syariat (aspek hukum), dan
hakikat (aspek batin). Rasul dan Nabi diutus oleh Allah SWT. untuk
menyampaikan wahyu serta mensucikan jiwa manusia.1 Seperti pada
firman Allah SWT:
ف قد ى منلحأ ى منخابوقد ٩هازك ١٠هادس
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS.
As-Syams [91]:9-10) Membaca ayat di atas, jelas bahwa mensucikan jiwa adalah sesuatu
yang penting dalam kehidupan seorang manusia. Jiwa yang bersih akan
menghasilkan perilaku yang bersih pula, karena jiwalah yang
menentukan suatu perbuatan itu baik atau buruk. Semakin baik jiwa kita
maka semakin baik akhlak kita, semakin buruk apa yang ada pada jiwa
kita maka semakin buruk juga akhlak kita.2
Jiwa manusia laksana air. Akan tetap jernih apabila dirawat dan
disucikan. Apa pun yang dimasukkan ke dalam air jernih, dengan mudah
bisa dilihat dan dikenali. Namun, akan sulit melihat dan mengenali benda
yang dimasukkan dalam air yang hitam pekat. Jiwa manusia akan
1 Muhammad Priyatna, Konsep Pendidikan Jiwa (Nafs) Menurut Al-Qur‟an dan Hadits,
dalam Jurnal Pendidikan Islam, vol. 03 No. 1Januari 2014, hal. 530 2 Sholeh, A Khudori Sholeh, “Skeptisme Al-Ghazali”, (Malang: UIN Malang Pres,
2009), hal. 124
2
menjadi hitam jika kemaksiatan dan perbuatan dosa terus dilakukannya.
Pada jiwa seperti ini, penyakit hati mulai menjangkiti. Iri, dengki, dan
serakah mulai tumbuh. Jiwa ini sulit ditembus cahaya dan petunjuk Allah
disebabkan pekatnya kotoran dosa.3
Hati memegang peranan penting bagi manusia, karena baik
buruknya manusia tergantung kepada apa yang ada di dalam hatinya. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Rasulullah saw. dalam
salah satu haditsnya:4
ث نا أب عمان بن بشير، حد عت الن ث نا زكرياء، عن عامر، قال: س و ن عيم، حد، والحرام عت رسول اللو صلى الله عليو وسلم ي قول: " الحلال ب ين ي قول: س
هات لا ي علمها ك ، وب ي ن هما مشب رأ ب ين هات استب شب
ثير من الناس، فمن ات قى المب هات: كراع ي رعى حول الحمى، يوشك أن لدينو وعرضو، ومن وقع ف الش
مو، ألا وإن ف ي واقعو، ألا وإن لكلن ملك حى، ألا إن حى اللو ف أرضو مار الجسد مضغة: إذا صلحت صلح الجسد كلو، وإذا فسدت فسد الجسد كلو،
5ألا وىي القلب ")رواه البخارى(“Abu Nu‟aim menceritakan kepada kami dari Zakariya, dari
Amir yang mendengar an-Nu‟man bin Basyir berkata, aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Yang halal sudah jelas
dan yang haram juga jelas. Tetapi, diantara keduanya ada hal
syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Orang
yang menjauhi perkara syubhat berarti telah memelihara agama
dan kehormatannya. Sebaliknya, orang yang terjerumus
(mengerjakan) perkara syubhat, sungguh dia seperti seorang
penggembala yang menggembalakan ternaknya di daerah
terlarang dan dikhawatirkan akan masuk ke dalamnya.
3 Ahmad Soleh, “Membersihkan Jiwa”, dalam Republika, Jakarta, Rabu, 10 Februari
2010, h. 15 4 Fahrudin, Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna Mencapai Kedekatan
Dengan Allah, dalam jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim, vol. 14, no. 1/2016, h. 65 5Muhammad bin Ismâ‟îl Abû „Abdillâh al-Bukhârî al-Ja‟fî, “Shahîh al-Bukhârî”,
(bâb fadhl min istibro‟ lidînihi.”, (Dâr thûqa an-Najâh: 1422 H), juz. 1, hal. 20
3
Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki tanah larangan, dan
tanah larangan Allah adalah segala hal yang diharamkan-Nya.
Ketahuilah, pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila
baik maka akan baik sekujur tubuh tersebut, apabila rusak, maka
akan rusak pula sekujur tubuh tersebut; segumpal darah tersebut
adalah hati.” (HR. al-Bukhârî)6
Dalam hadits lainnya, Nabi juga menjelaskan kepada para sahabat,
bahwa:
ث نا كثير بن ىشام، ث نا عمرو الناقد، حد ث نا جعفر بن ب رقان، عن يزيد حد حد، عن أب ىري رة، قال: قال رسول الله صلى الله عليو وسلم: إن الله »بن الصمن
)رواه « كم لا ي نظر إل صوركم وأموالكم، ولكن ي نظر إل ق لوبكم وأعمال 7مسلم(
"Amr an-Naqid menyampaikan kepada kami dari Katsir bin
Hisyam, dari Ja‟far bin Burqan, dari Yazid bin al-Asham, dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat
hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim)8
Penyakit hati dibagi menjadi dua kategori. Pertama, penyakit yang
menghilangkan maqam-maqam hati seperti penyakit syirik dan riya,
menghilangkan maqam ketauhidan dan ikhlas, penyakit cinta kedudukan
dan dunia, serta menghilangkan maqam zuhud. Kedua, penyakit yang
menyebabkan tidak dapatnya seseorang menyerap makna dari Asma‟ul
Husna di dalam dirinya dan tidak dapat mengikuti Rasulullah saw. dalam
6 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits; Shahih Al-
Bukhari, terj. Masyhar, MA dan Muhammad Suhadi, (Jakarta: Almahira, 2011), cet. 1, hal.
16 7 Muslim bin al- Hajjâj Abû al-Hasan al-Qusyairi an-Naisâbûrî, “Shâhîh Muslim”,
(bâb tahrîmu dzulmu al-Muslimi wa khudzlihi), (Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî), Juz.
4, hal. 1987 8 Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits; Shahih Muslim
2, terj. Masyhari dan Tatam Wijaya, (Jakarta: Almahira, 2012), cet. 1, hal. 552
4
segala perbuatannya, misalnya penyakit marah yang bukan dalam
ketaatan kepada Allah yang menghilangkan maqam lemah lembut.9
Sebagaimana yang kita ketahui, Al-Qur‟an dan As-Sunnah
merupakan landasan teologis dalam pendidikan jiwa. Khususnya,
pendidikan jiwa dalam pendidikan spiritual yang merupakan bagian
pendidikan yang sangat berpengaruh kuat pada kepribadian seseorang
yang akan membawanya untuk selalu berbuat baik. Dan akan berlaku
sebaliknya jika pendidikan jiwa itu diabaikan, jiwa akan terbiasa dengan
keburukan sehingga akan timbul beberapa penyakit hati seperti iri hati,
dengki, tamak dan lainnya yang akan berpengaruh buruk pula pada
kehidupannya. Karena sesungguhnya jiwa diciptakan Allah SWT. dalam
keadaan sempurna yang berfungsi untuk menampung serta mendorong
manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu, sisi manusia
inilah yang oleh Al-Qur‟an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih.10
Seiring dengan perkembangan zaman yang diiringi dengan
berkembangnya teknologi. Kini manusia dihadapkan dengan
permasalahan yang begitu kompleks yang harus disikapi dengan cermat.
Tidak sedikit orang menyikapi perkembangan zaman sebagai perubahan
yang mengharuskan mereka untuk mengikuti tanpa melihat dari sudut
pandang nilai dan manfaatnya. Terlebih lagi terhadap remaja yang secara
emosional belum terkontrol dengan baik sehingga dapat memberikan
dampak yang begitu besar dalam perkembangan psikologis dan mental
spiritual mereka.
Di zaman yang sangat modern dan serba teknologi yang serba
maju ini, jika kita renungkan keadaan manusia di sekitar kita, kiranya
9 Sa‟id bin Muhammad Daib Hawwa, Kajian Lengkap Penyucian Jiwa, Tazkiyatun
Nafs: Intisari Ihya‟ „Ulûmuddîn al-Ghazali. Terjemahan Tim Kuwais: Abdul Amin, dkk. Al-
Mustakhlas fî-Tazkiyatil-Anfus, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), cet. 3, hal. 199 10
Yayasan Bimantara, ”Ensiklopedia Al-Qur‟an”, (Jakarta: PT. Intermasa, 1997), hal.
298
5
dapat menarik suatu konslusi bahwa penyimpangan prilaku yang begitu
fulgar (terbuka), yang dilakukan oleh anak-anak sampai orang dewasa,
dari kalangan bawah sampai tingkat elit dengan beraneka ragam
penyimpangan. Hal sedemikian itu perlu penanganan serta
penanggulangan secara cepat dan tepat. Dan semua itu menggambarkan
kerusakan hati atau di dalam hatinya terdapat penyakit yang perlu
disembuhkan. Penyimpangan prilaku tersebut diantaranya pembunuhan,
perselingkuhan, pameran seksual, pemerkosaan, perang antar desa atau
kampung, Qarun modern alias koruptor, makelar kasus (markus), dan
lain sebagainya.11
Dalam perspektif Islam problematika seperti itu merupakan
indikasi ketidaknormalan hati seseorang yang mengakibatkan berprilaku
tercela (mazmumah), dan oleh Al-Ghazali disebut dengan al-akhlâq al-
khabîthah, yakni suatu akhlak buruk yang merupakan penyakit hati atau
penyakit jiwa.12
Melihat fenomena yang terjadi dewasa ini, tingkat
kenakalan remaja semakin memprihatinkan. Maraknya tawuran antar
pelajar, sexs bebas, pergaulan bebas dan lain sebagainya merupakan
masalah yang perlu segera dicarikan solusi spiritual yang terbaik guna
menyelamatkan generasi penerus bangsa dari kesalahan paradigma
terhadap perkembangan zaman.
Kasus lain yang marak dewasa ini, sering kali masalah “penyucian
diri” digunakan sebagai wadah pencitraan, terlebih di kalangan public
figure masa kini. Mereka ujub dengan perbuatan dan perkataan mereka
sendiri dan membanggakannya. Bahkan, mereka mencari pujian dan
sanjungan dari orang-orang lain. Dari keadaan tersebut timbulah sifat
riya, sombong, angkuh, dan penonjolan ketakwaan dan kebaikan.
11
Mutma‟innah, “Hati dalam Tafsir Al-Mishbah Karya Quraish Shihab”, Tesis,
Surabaya, IAIN Sunan Ampel, 2012, hal. 106 12
Muhammad Al-Ghazali, Ihya‟ „Ulûmuddîn, Beirut: Dar al-Fikr, t.t), Juz 3, hal. 53
6
Keadaan mereka yang seperti itu memberikan dampak kurangnya takwa
dari hati mereka dan hilangnya kebaikan dalam jiwa mereka. Hal ini
tentu menjadi kekhawatiran yang perlu ditangani.
Contoh lainnya yang juga tidak kalah memprihatinkan baru-baru
ini adalah berita tentang terbunuhnya seorang remaja karena dikeroyok
oleh sekumpulan remaja lainnya, hanya disebabkan oleh berbedanya
kubu di bidang olahraga sepak bola. Kejadian ini merupakan kasus
berulang. Bentrokan antar suporter sepak bola tanah air, seolah menjadi
peristiwa yang dianggap lumrah dan tidak jarang menguap begitu saja,
terkadang tidak jelas ketetapan hukumnya sehingga kejadian berulang
lagi dan lagi.13
Kejadian tersebut sangatlah miris karena hal-hal tersebut
sudah menjadi hal yang biasa terjadi di kalangan para remaja sekitar kita.
Membunuh seolah menjadi hal yang biasa, bukan lagi sebagai sesuatu
yang menakutkan dan jauh dari kebenaran. Padahal sebagaimana yang
kita ketahui bahwa para remaja adalah penerus bangsa. Maka bagaimana
jika keadaan jiwa para remaja kita sangat begitu memprihatinkan
sedangkan di sisi lain mereka adalah harapan untuk meneruskan bangsa
ini. Hal tersebut membuktikan bahwa konsep pembersihan jiwa atau
tazkiyah an-Nafs sangatlah diperlukan khususnya dalam kasus ini adalah
para remaja muslim, agar jiwa mereka dapat kembali diisi dengan
perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji, serta menjadikan mereka
seorang remaja yang dapat meneruskan bangsa dengan baik.
Dari contoh diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa setiap manusia
perlu melakukan pembersihan jiwa, supaya dekat dengan Sang Pencipta
serta menjadi Insân Kamîl. Tazkiyah an-Nafs diperlukan untuk
menumbuhkan spiritual di hati manusia, selamat di dunia dan bahagia di
13
Muhammad Hafil, “Murahnya Nyawa dalam Sepak Bola Indonesia”,
https://m.republika.co.id/berita/nasional/news-analysis/18/09/24/pfjhsr430-murahnya-nyawa-
dalam-sepak-bola-indonesia, diakses tanggal 24 September 2018 pada pukul 22:43
7
akhirat, memperoleh kebahagiaan abadi, hati bersinar dan suci. Menurut
Al-Ghazali pengetahuan batin dengan obyeknya adalah ruh dan alatnya
adalah hati nurani/batin manusia, adalah pengetahuan yang sejati dan
dapat menghasilkan kebenaran yang sejati.14
Dari pemaparan diatas, jelaslah bahwa tazkiyah an-Nafs sangat
penting untuk diperhatikan, dikembangkan dan diwujudkan di zaman
modern saat ini yang ditandai dengan kemiskinan moral spiritual, karena
konsep dalam Al-Qur‟an sarat berisikan soal kebahagiaan dan
kesempurnaan jiwa serta ketinggian akhlak yang dapat membantu orang
keluar dari krisis moral spiritual. Maka dari itu penulis tertarik untuk
mengkaji ayat-ayat seputar tazkiyah an-Nafs yang terdapat dalam Al-
Qur‟an, namun penulis hanya akan mengkaji ayat-ayat tersebut menurut
pandangan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, salah satu ulama besar dalam
bidang tasawuf yang thariqohnya banyak diikuti oleh masyarakat
Indonesia, dalam kitab tafsirnya yaitu Tafsir Al-Jailani. Untuk itu penulis
memilih judul skripsi “Tazkiyah an-Nafs Perspektif Tafsir Al-Jailânî
Karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani”
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, permasalahan penelitian dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
a. Terjadinya perubahan pola hidup masyarakat dari yang semula
social religious cenderung ke arah pola kehidupan masyarakat
materialistis dan konsumtif
14
Abdul Munir mulkhan, “Mencari Tuhan dan Tujuh Jalan Kebebasan
(Sebuah Esai Pemikiran Imam Al-Ghazali)”, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 118
8
b. Kemajuan iptek yang diperoleh tidak menutup kemungkinan
dapat menimbulkan berbagai dampak negatif dalam kehidupan
manusia yang berlatar belakang stress, seperti timbulnya
berbagai penyakit modern
c. Jiwa yang tenang dan tentram merupakan impian setiap manusia
yang menginginkan kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat
d. Gangguan-gangguan kejiwaan yang sering dan selalu mewarnai
bahkan menghantui kejiwaan manusia modern yang disebabkan
oleh pengaruh-pengaruh global, seperti: kecemasan, kesepian,
kebosanan dan prilaku menyimpang, perlu dicarikan solusi yang
dapat mengatasi masalah-masalah kejiwaan tersebut
e. Pemahaman terhadap penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
tentang makna tazkiyah an-nafs dalam tafsirnya
2. Pembatasan Masalah
Mengingat pembahasan tentang ayat tazkiyah an-Nafs dalam
penafsiran Al-Qur‟an sangat luas, penulis akan membatasi pada ayat
tazkiyah an-Nafs yang terdapat lafadz tazkiyah menurut penafsiran
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam tafsirnya yaitu Tafsir Al-Jailânî.
Maka, penulis akan membatasi pada ayat-ayat yang penulis jadikan
beberapa kategori, yakni:
1. Mengeluarkan zakat atau infak pada QS. At-Taubah[9]: 103 dan
QS. Al-Laîl[92]: 18.
2. Takut terhadap siksaan Allah dan menjalankan ibadah shalat
pada QS. Fâthir[35]: 18.
3. Menjalankan pergaulan hidup secara terhormat pada QS. An-
Nûr[24]: 28 dan 30.
9
4. Proses pendidikan sebagaimana dilakukan Nabi kepada
umatnya pada QS. Al-Baqarah[2]: 129 dan 151, QS. Âli
Imrân[3]: 164 dan QS. Al-Jumu‟ah[62]: 2.
5. Melalui karunia Allah yang diberikan kepada orang yang
dikehendaki-Nya pada QS. An-Nûr[24]: 21 dan QS. An-
Nisâ[4]: 49.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merumuskan masalah,
yaitu, bagaimana penafsiran tazkiyah an-Nafs menurut tafsir Al-
Jailânî?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui penafsiram
tazkiyah an-Nafs dalam Tafsir Al-Jailânî karya Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi arti akademis
(academic signi ficance) yang dapat menambah informasi dan
dipertimbangkan dalam memperkaya karya ilmiah dalam disiplin
ilmu keislaman, khususnya tentang konsep tazkiyah an-Nafs dalam
bidang ketasawufan.
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan arah
atau wacana berfikir baru bagi para pembacanya sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi masyarakat secara umum.
10
D. Tinjauan Pustaka
Di dalam penelitian diperlukan adanya tinjauan pustaka guna untuk
menelusuri penelitian-penelitian yang telah ada. Hal tersebut dipaparkan
untuk memperjelas posisi dan kontribusi seorang peneliti dalam wacana
yang diteliti. Manfaat lainnya yaitu untuk mengembangkan pemahaman
dan wawasan yang menyeluruh tentang penelitian yang pernah dilakukan
dalam suatu topik.15
Atau dengan kata lain membuktikan keaslian karya
dan menghindari adanya duplikasi penelitian dengan penelitian
sebelumnya.16
Berikut adalah beberapa penulisan sebelumnya yang
relevan dengan penelitian ini:
Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Amin Derese, Fakultas
Ushuluddin Program Studi Tafsir Hadits tahun 2005, UIN Jakarta,
Tazkiyah an-nafs dalam Perspektif Al-Qur‟an. Dalam skripsi tersebut, ia
membahas beberapa hal, di antaranya adalah; pertama, tinjauan umum
tazkiyah an-nafs dalam Al-Qur‟an yang memuat tentang pengertian
tazkiyah an-nafs, faktor-faktor penghambat tazkiyah an-nafs, hubungan
tazkiyah an-nafs dengan Al-Qur‟an serta keutamaannya. Kedua, metode
tazkiyah an-nafs. Ketiga, relevansi tazkiyah an-nafs dengan peradaban
modern.17
Sedangkan perbedaannya dengan penelitian penulis adalah,
penelitian penulis lebih menjelaskan kepada tazkiyah an-nafs dalam
penafsiran Syaikh Abdil Qadir al-Jailani dalam Tafsir Al-Jailânî yang
dibatasi surat atau ayat tertentu kemudian dianalisa dengan pendapat
para mufassir lainnya mengenai tazkiyah an-nafs.
15
Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), cet.
5, h. 33 16
Huzaemah T. Yanggo, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi Institut
Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, (Jakarta: IIQ Press, 2011), cet. 2, h. 141 17
Muhammad Amin Derese, “Tazkiyah an-nafs dalam Perspektif Al-Qur‟an”, Skripsi,
Jakarta, UIN Jakarta, 2005, (t.d)
11
Skripsi yang ditulis oleh Istifadah, Fakultas Ushuluddin Program
Studi Tafsir Hadits tahun 2015, IIQ Jakarta, Tazkiyah an-Nafs dalam
Tafsir Ar-Razi dan Al-Alusi (Perbandingan Tafsir Corak Falsafi dan
Sufi). Dalam skripsi ini, penulis Istifadah menarik kesimpulan bahwa
dari keempat ayat yang berkenaan dengan tazkiyah an-Nafs dalam Al-
Qur‟an, yakni pada QS. Al-Baqarah: 129 dan 151, QS. Âli Imrân: 164
dan QS. Al-Jumu‟ah: 2 terdapat perbedaan letak susunan at-Tazkiyah.
Dengan arti at-Tazkiyah pada QS. Al-Baqarah [2]: 129 didahulukan dan
pada QS. Al-Jumu‟ah [62]: 2, QS. Al-Baqarah [2]: 151, dan QS. Âli
Imrân [3]: 164 diakhirkan. Meskipun berbeda letak susunannya, bukan
berarti antara ketiga sifat itu tidak mempunyai ketertarikan satu sama
lainnya, karena masing-masing sifat yang berdiri sendiri itu mempunyai
tujuan yang bisa membawa manusia dalam mendekatkan diri kepada
Allah SWT.18
Perbedaannya dengan penelitian penulis, walaupun
pembahasan skripsi Istifadah dan penulis sama, yakni membahas tentang
tazkiyah an-nafs, namun tafsir yang digunakan oleh Istifadah dan penulis
berbeda. Skripsi karya Istifadah menggunakan tafsir Al-Kabîr karya
Imam Ar-Razi dan tafsir Rûh Al-Ma‟ânî karya Imam Al-Alusi yang
dikomparatifkan, sementara penulis menggunakan tafsir Al-Jailânî karya
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Skripsi yang ditulis oleh Wasilah Nur Kamilah, Fakultas
Ushuluddin Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir tahun 2016, IIQ
Jakarta, Tawadhu‟ Dalam Perspektif Tafsir Al-Jailânî Karya Syekh
Abdul Qadir al-Jailani. Dalam skripsi ini penulis Wasilah Nur Kamilah
menjelaskan tentang Tawadhu‟ menurut pandangan Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani bahwa Tawadhu‟ adalah meniscayakan pelakunya untuk
18
Istifadah, “Tazkiyah an-Nafs dalam Tafsir Ar-Razi dan Al-Alusi (Perbandingan
Tafsir Corak Falsafi dan Sufi)”, Skripsi, Jakarta, IIQ Jakarta, 2015, (t.d)
12
memandang dirinya dengan pandangan minor (kecil) demi
menghilangkan kecenderungan sombong dan angkuh. Sebaliknya, ia
dituntut untuk memandang orang lain dengan pandangan apresiatif
(penuh penghormatan) agar tidak ada hasrat untuk berbuat zalim
(semena-mena) terhadap mereka. Kemudian tawadhu‟nya seorang hamba
kepada Allah yaitu ketika seseorang mampu menentukan posisinya di
hadapan keagungan Allah SWT, yaitu bahwa dirinya adalah nol dan
tidak ada artinya di hadapan Dzat yang Maha Mutlak dan tak terbatas.19
Perbedaanya dengan penelitian penulis, dalam skripsi ini Wasilah Nur
Kamilah membahas tentang Tawadhu‟ menurut pandangan Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani dalam Tafsir al-Jailânî, sedangkan penulis
membahas tentang tazkiyah an-Nafs, meskipun kajian tafsirnya sama
yaitu mengkaji Tafsir Al-Jailânî karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Skripsi yang ditulis oleh M. Burhan Khoirul Adib, Fakultas
Ushuluddin Program Studi Aqidah dan Falsafat 2014, UIN Jakarta,
Konsep Tazkiyyah al-Nafs „Abd Al-Qadir Al-Jilani. Dalam skripsi ini
dijelaskan bahwa, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani memandang bahwa
kebersihan jiwa atau hati sangat diperlukan bagi manusia, karena
kebersihan jiwa atau hati seseorang sangat mempengaruhi terhadap
prilaku manusia. Jika jiwa dan hati itu suci maka prilaku manusia akan
baik, dan jika hati itu kotor maka prilaku manusia akan buruk. Dan cara
menyucikan batin kita ialah dengan masuk atau menempuh suatu jalan
ruhani atau tariqoh yang dibimbing oleh guru ruhani atau sufi. Syaikh
Abdul Qadir juga memberikan beberapa petunjuk untuk mencapai
kesucian diri yang tinggi dengan cara menapaki maqam-maqam yang
harus dilalui yaitu taubat, zuhud, tawakal, syukur, sabar, rida, dan jujur.
19
Wasilah Nur Kamilah, “Tawadhu‟ Dalam Perspektif Tafsir Al-Jailani Karya Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani”, Skripsi, Jakarta, IIQ Jakarta, 2017, (t.d)
13
Tazkiyah an-Nafs menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, tidak hanya
diperlukan dalam usaha penyucian jiwa. Tetapi juga untuk
mengembalikan kesadaran manusia sebagai manusia yang paling tinggi
derajatnya, manusia yang diciptakan sebagai manusia yang suci yaitu ia
diciptakan dari Nur yang asal tempat kejadiannya dari „Alam Lahut
(Alam Ketuhanan).20
Perbedaanya dengan penelitian penulis, dalam
skripsi ini M. Burhan Khoirul Adib membahas tentang konsep tazkiyah
an-Nafs menurut pandangan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, sedangkan
penulis membahas penafsiran tazkiyah an-Nafs menurut Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani dalam Tafsirnya, yaitu Tafsir Al-Jailani.
Tesis yang ditulis oleh Moh. Kamilus Zaman, Program Studi
Pendidikan Agama Islam 2016, Pasca Sarjana UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang, Konsep Tazkiyah Al-Nafs dalam Al-Qur‟an Perspektif:
Ahmad Mustofa Al-Maraghi dalam Tafsir Al-Marâghî dan Signifikannya
Terhadap Pendidikan Karakter di Indonesia. Dalam tesis ini dijelaskan
bahwa, Pendidikan karakter dan tazkiyah An-Nafs memiliki hubungan
yang sangat erat yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan, karena
pendidikan karakter berfungsi dalam mengembangkan kreatifitas dan
produktifitas, juga berperan besar dalam upaya mengembangkan
moralitas dan penanaman nilan-nilai, baik nilai-nilai insani maupun
nilai-nilai ilahi. Sedangkan tazkiyah an-Nafs merupakan kebutuhan
pokok yang harus diperhatikan dan dipenuhi agar tercipta jiwa yang
salih, keluarga yang salih, masyarakat yang salih, bangsa yang salih dan
dunia yang salih.21
Perbedaannya dengan penelitian penulis, dalam tesis
20
M. Burhan Khoirul Adib, “Konsep Tazkiyyah Al-Nafs „Abd Al-Qadir Al-Jailani”,
Skripsi, Jakarta, UIN Jakarta, 2014, (t.d) 21
Moh. Kamilus Zaman, “Konsep Tazkiyah An-Nafs dalam Al-Qur‟an Perspektif:
Ahmad Mustofa Al-Maraghi dalam Tafsir Al-Marâghî dan Signifikannya Terhadap
Pendidikan Karakter di Indonesia”, Tesis, Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016, (t.d)
14
tersebut Moh. Kamilus Zaman membahas tentang konsep tazkiyah an-
Nafs menurut perspektif Ahmad Mustofa Al-Marâghî dalam tafsir Al-
Marâghî. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai
tazkiyah An-Nafs perspektif Tafsir Al-Jailânî karya Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani.
Skripsi yang ditulis oleh Siti Tasrifah, Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam Program Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir 2015, UIN
Yogyakarta, Konsep Salat Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani
(Tela‟ah atas Kitab Tafsir Al-Jailânî). Dalam skripsi ini dijelasan bahwa
Shalat menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah bentuk tawajjuh
(menghadap kepada Allah secata totalitas) yang disertai dengan khusu‟,
ikhlas, khudur (hadirnya hati bersama Allah), dan penuh ta‟zim
(pengagungan). Beliau menjelaskan bahwa shalat harus dikerjakan
dengan memperhatikan syarat shalat, rukun shalat, dan tata cara
mendirikan shalat, serta adanya kehadiran hati ketika shalat. Syaikh
Abdul Qadir juga membagi sholat menjadi dua macam, yakni sholat
thariqah dan sholat syari‟ah.22
Perbedaannya dengan penelitian penulis
adalah, walaupun tafsir yang digunakan penulis sama-sama
menggunakan tafsir Al-Jailani, namun pada skripsi karya Siti Tasrifah ini
membahas tentang konsep shalat sedangkan penulis membahas tentang
ayat-ayat mengenai tazkiyah an-Nafs dalam tafsir Al-Jailânî.
Skripsi yang ditulis oleh Hayu A‟la Aslami, Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Program Pendidikan Agama Islam 2016, IAIN Salatiga,
diakses dari http://etheses.uin-malang.ac.id/5551/1/13770042.pdf pada tanggal 13 Agustus
2018, pada pukul 14:11 22
Siti Tasrifah, “Konsep Salat Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Tela‟ah atas
Tafsir Al-Jailânî), Skripsi, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2015, (t.d). diakses dari
http://digilib.uin-suka.ac.id/ pada tanggal 13 Agustus 2018, pada pukul 10:26
15
Konsep Tazkiyah An-Nafs dalam Kitab Ihya‟ „Ulûmuddîn Karya Imam
Al-Ghazali. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa secara umum tazkiyah
an-Nafs adalah proses penyucian jiwa dari perbuatan dosa, proses
pembinaan akhlakul karimah (prilaku mulia) dalam diri dan kehidupan
manusia. Adapun relevansi konsep tazkiyah an-Nafs terhadap pendidikan
akhlak adalah mengarahkan pada pembentukan pribadi muslim yang
mulia. Dengan tujuan pendidikan yang sama yakni kesempurnaan insani
dalam hal taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, serta kebahagiaan
dunia dan akhirat.23
Skripsi yang ditulis oleh Humaini, Fakultas Pendidikan Agama
Islam 2008), UIN Malang, Konsep Tazkiyah An-Nafs dalam Al-Qur‟an
dan Implikasinya dalam Pengembangan Pendidikan Islam. Dalam skripsi
ini dijelaskan bahwa secara umum konsep nafs dalam Al-Qur‟an
menunjuk kepada sisi dalam diri manusia yang memiliki potensi baik
dan buruk. Al-Qur‟an dalam menggunakan kata nafs untuk menunjuk
sisi dalam manusia itu, sedikitnya ada 4 pengertian yang dapat diperoleh.
Pertama, bahwa nafs berhubungan dengan nafsu. Kedua, bahwa nafs
berhubungan dengan nafas kehidupan. Ketiga, bahwa nafs berhubungan
dengan jiwa. Dan Keempat, bahwa nafs berhubungan dengan diri
manusia.24
Jurnal yang ditulis oleh Belinda Dwijayanti, Jurnal Teosofia, Vol.
4, No. 2 (2015), Tazkiyatun Nafs In Classical And Modern Islamic
23
Hayu A‟la Aslami, “Konsep Tazkiyatun Nafs dalam Kitab Ihya‟ „Ulûmuddîn Karya
Imam Al-Ghazali”, Skripsi, Salatiga, IAIN Salatiga, 2016, (t.d.) diakses dari http://e-
repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1391/1/ pada tanggal 13 Agustus 2018, pada pukul 09:26 24
Humaini, “Konsep Tazkiyatun Nafs dalam Al-Qur‟an dan Implikasinya dalam
Pengembangan Pendidikan Islam”, Skripsi, Malang, UIN Malang, 2008, (t.d) diakses dari
http://etheses.uin-malang.ac.id/ pada tanggal 13 Agustus 2018, pada pukul 09:43
16
Tradition Qur‟anic Worldvie. Jurnal ini membahas tentang tazkiyah an-
Nafs menurut pandangan mufassir klasik, Imam Al-Alusi dengan
mufassir modern yakni Hamka. Al-Alusi memahami maksud dari
tazkiyah an-Nafs dengan pemurnian jiwa, sedangkan Hamka
memaknainya dengan membersihkan jiwa dari sikap ateis, politisme dan
kejahatan. Dan bagi siapa yang dapat berhasil dalam menyucikan dirinya
lewat tazkiyah an-Nafs tersebut, maka ia akan memperoleh jiwa yang
tenang dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.25
Jurnal yang ditulis oleh Sari, Jurnal Pendidikan Islam STAI Al-
Hidayah Bogor, Vol. 3, No. 05 (2014), Konsep Pendidikan Jiwa (Nafs)
Menurut Al-Qur‟an dan Hadits. Pada jurnal ini dijelaskan bentuk nafs
yang mengandumg kata jiwa disebut dalam Al-Qur‟an sebagai ruh,
fitrah, qalb, fu‟ad, aql dan bashiroh yang kesemuanya itu menjadi sub
sistem dan komponen tersendiri dari nafs. Interaksi dari semua sub
sistem ini lalu diikat dengan perasaan dan pikiran sehingga nafs menjadi
satu kesatuan yang menjadi penggerak tingkah laku. Bagi seorang
muslim, ia harus berupaya menggapai masalah tazkiyah an-Nafs dari
serangkaian ibadah yang dikerjakannya.26
25
Belinda Dwijayanti, “Tazkiyatun Nafs In Classical And Modern Islamic Tradition
Qur‟anic Worldvie”, Jurnal Teosofia, Vol. 4, No. 2 (2015) diakses dari
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teosofia/ pada tanggal 13 Agustus 2018, pada pukul
10:05 26
Sari, “Konsep Pendidikan Jiwa (Nafs) Menurut Al-Qur‟an dan Hadits”, Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 05 (2014) diakses dari
http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/ pada tanggal 13 Agustus 2018, pada
pukul 10:20
17
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library Research),
sehingga data yang diperoleh adalah berasal dari kajian teks atau
buku-buku yang relevan dengan pokok atau rumusan masalah di atas.
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer
dan sekunder. Yang dimaksud data primer dalam penelitian ini adalah
kitab tafsir Al-Jailânî karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani sebagai
sumber utama. Sedangkan yang dimaksud sumber sekunder dalam
penelitian ini adalah buku-buku ilmu Al-Qur‟an, majalah, jurnal,
skripsi, tesis, maupun desertasi, dan artikel-artikel lain yang berkaitan
dengan tema pembahasan sebagai sumber pendukung.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik
dokumentatif, yaitu dengan mengumpulkan, memeriksa dan mencatat
data-data yang relevan dengan tema yang dibahas dalam skripsi ini.
Untuk mendapatkan data yang objektif dalam penelitian ini,
penulis akan melakukan penelitian kepustakaan (library research),
yaitu rangkaian penelitian yang berkenaan dengan judul skripsi ini.
4. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul untuk kemudian diolah, langkah
berikutnya adalah menganalisa data tersebut. Dalam proses
menganalisa data, penulis menggunakan metode deskriptif-analisis.
Dengan cara deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan
pandangan atau penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani terhadap
penafsiran tazkiyah an-Nafs dalam Al-Qur‟an.
18
Penelitian ini juga menggunakan metode analisis isi (Content
Analysis). Dalam analisis ini, penulis menggunakan pendekatan
interpretasi. Ini artinya penulis menyelami pemikiran Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani terhadap ayat-ayat yang terkait tazkiyah an-Nafs.
F. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku yang berjudul
Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan Skripsi Institut Ilmu Al-Qur‟an
(IIQ) Jakarta yang diterbitkan oleh LPPI IIQ Jakarta, 2017, Cet. 1
Bab pertama, bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari
latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian serta teknik dan sistematika penulisan. Bab
pertama ini merupakan kerangka bagian penelitian, agar penelitian
menjadi baik dan bagi para pembaca dapat mengetahui alasan dan latar
belakang penulis penelitian dengan tema penelitian tersebut.
Bab kedua, pada bab ini penulis akan membagi menjadi tiga sub,
yang pertama membahas pengertian tazkiyah an-Nafs secara etimologi
dan terminology serta pendapat para ulama dan mufassir mengenai arti
atau makna dari tazkiyah an-Nafs. Yang kedua, membahas tentang
tujuan dan urgensi dari tazkiyah an-Nafs. Dan ketiga, kosakata tazkiyah
an-Nafs di dalam Al-Qur‟an dan hadits. Hal ini dilakukan karena bab
kedua merupakan landasan teori agar penyusunan skripsi, dapat terarah
dan sistematis, untuk memberikan informasi kepada para pembaca
mengenai penafsiran terkait ayat tazkiyah an-Nafs di dalam Al-Qur‟an.
Bab ketiga, pada bab ini merupakan penjelasan mengenai objek
yang diteliti, yaitu pengenalan secara umum kitab-kitab tafsir yang
menjadi sumber rujukan primer dari penelitian ini, meliputi biografi
19
singkat, paham teologi dan madzhab, sumber penafsiran, metode
penafsiran, corak penafsiran, karakteristik tafsir dan sistematika
penafsiran. Penulis membuat dua sub bab pada bab tiga ini. Yang
pertama, membahas tentang biografi mufassir yang akan penulis teliti
tafsirnya, yakni Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Dan yang kedua, penulis
akan membahas sekilas tentang Metodologi Tafsir Al-Jailânî karya
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Bab keempat, pada bab ini penulis akan melakukan analisa
terhadap penafsiran tazkiyah an-Nafs pada tafsir Al-Jailânî karya Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani. Bab ini merupakan pokok pembahasan utama
dari kajian ini, tujuannya untuk menganalisa penafsiran Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani dalam tafsir Al-Jailânî mengenai penafsiran tazkiyah an-
Nafs.
Bab kelima, bab ini merupakan penutup, berisi tentang hasil
penelitian, beberapa kesimpulan yang berisikan penegasan jawaban
terhadap masalah-masalah yang diterangkan pada bab-bab sebelumnya,
dan juga terdapat beberapa saran sebagai pijakan sementara untuk
melakukan penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan objek masalah
yang dikaji.
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengurai masalah tazkiyah an-Nafs, penulis
menyimpulkan:
Ayat-ayat yang berkaitan dengan tazkiyah an-Nafs dalam Al-
Qur‟an yang terdapat lafadz “tazkiyah” terdapat di 11 tempat dalam Al-
Qur‟an. Ayat tersebut terdapat pada QS. At-Taubah[9]: 103, QS. Al-
Laîl[92]: 18, QS. Fâthir[35]: 18, QS. An-Nûr[24]: 28, QS. An-Nûr[24]:
30, QS. Al-Baqarah[2]: 129, QS. Al-Baqarah[2]: 151, QS. Âli Imrân[3]:
164, QS. Al-Jumu‟ah[62]: 2, QS. An-Nûr[24]: 21 dan QS. An-Nisâ[4]:
49.
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani memberi penjelasan dalam tafsirnya
mengenai ayat-ayat yang berkaitan dengan tazkiyah an-Nafs tersebut,
yakni pada QS. At-Taubah[9]: 103, QS. Al-Laîl[92]: 18, dijelaskan
bahwa upaya penyucian jiwa dapat dilakukan melalui shadaqah, bisa
berupa zakat, infak ataupun yang lainnya. Selanjutnya pada QS.
Fâthir[35]: 18, dijelaskan pula bahwa takut kepada Allah lalu kemudian
ia sholat untuk menyucikan jiwanya dengan tujuan untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah, hal demikian dapat dikategorikan juga
dalam usaha penyucian jiwa. Kemudian, pada QS. An-Nûr[24]: 28, QS.
An-Nûr[24]: 30, pada ayat tersebut dijelaskan bahwa bentuk penyucian
jiwa tidak hanya berkaitan dengan hati saja, tapi bisa juga berkaitan
dengan perbaikan diri. Ayat selanjutnya yakni QS. Al-Baqarah[2]: 129,
QS. Al-Baqarah[2]: 151, QS. Âli Imrân[3]: 164, QS. Al-Jumu‟ah[62]: 2,
keempat ayat tersebut adalah upaya penyucian jiwa melalui bentuk
sarana pendidikan, yang dimana pendidikan pokok tersebut perlu
disampaikan kepada umat untuk penyucian jiwa. Dan yang terakhir pada
100
QS. An-Nûr[24]: 21 dan QS. An-Nisâ[4]: 49, yang mana pada ayat ini
dijelaskan bahwa Allah Maha Kuasa dan punya Kehendak untuk
membersihkan jiwa siapa yang Dia kehendaki.
B. Saran
Sebagai akhir kata dari penyusun skripsi yang sederhana ini,
penulis berkeinginan untuk mengemukakan beberapa saran berikut ini:
1. Kajian yang dilakukan penulis ini masih jauh dari kedalaman
dan keluasan samudra Al-Qur‟an, oleh karena itu perlu ditinjak lanjuti
oleh para peniliti dengan lebih mendalam dan komprehensif dan
melakukan studi yang lebih sempurna dan mendalam tentang tema
tazkiyah an-Nafs menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
2. Tema tentang tazkiyah an-Nafs memang sudah banyak dibahas
dalam penelitian para mahasiswa, namun karena tazkiyah an-Nafs adalah
suatu hal yang menjadi kebutuhan seorang manusia untuk mendapatkan
kebahagiaan, baik kebahagiaan ruhani maupun jasmani. Karena dengan
tazkiyah an-Nafs memberi kesan yang sangat positif kepada jiwa
manusia karena dengan melakukan hal tersebut jiwa manusia akan
menjadi tenang dan menjadi lebih dekat kepada Allah SWT.
Dengan penuh kesadaran, skripsi yang telah disusun ini belum
dianggap memiliki hasil yang sempurna atau jauh dari yang diharapkan.
Karena masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, namun segala
upaya telah dilakukan guna untuk penyempurnaan skripsi ini. Maka dari
itu, saran, kritikan, masukan dari pembaca sangat diperlukan untuk
penyempurnaan skripsi ini. Dan terakhir ucapan rasa syukur terhadap
Allah dan Rasul-Nya yang tidak terbilang karena atas hidayah dan
Rahmah-Nya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
101
DAFTAR PUSTAKA
Abidu, Yunus Hasan. Tafsir Al-Qur‟an Sejarah Tafsir dan Metode Para
Mufassir, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Abu Faris, Muhammad Abdul Qadir. Menyucikan Jiwa, terj. Habiburrahman
Saerozi, Tazkiyatun Nafs, Jakarta: Gema Insani Press, 2005.
Adib, M. Burhan Khoirul. “Konsep Tazkiyyah Al-Nafs „Abd Al-Qadir Al-
Jailani”, Skripsi, Jakarta, UIN Jakarta, 2014. Tidak diterbitkan.
Ahmad bin Zakariya, Abu Al-Husain. Maqâyis Al-Lugho, Kairo: Nasy
Tauzi‟, 2008.
Al-Asfahani, Al-Husayn bin Muhammad Ar-Raghib. Mufrodât fî Gharîb Al-
Qur‟ân, Beirut: Dar Ihya Al-Turath Al-„Arabi, 2002.
Al-Baihaqi, Ahmad Bin Husain bin „Ali bin Musa Al-Khusraujirdi Al-
Khurasani Abu Bakar. Syu‟bul Îman. Tanpa tahun.
Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. Ensiklopedia Hadits;
Shahih Al-Bukhari, terj. Masyhar, MA dan Muhammad Suhadi, Jakarta:
Almahira, 2011.
. “Shahîh al-Bukhârî”,
Dâr thûqa an-Najâh: 1422 H.
Al-Ghazali, Muhammad. Ihya‟ „Ulumuddin, Beirut: Dar al-Fikr, Tanpa
tahun.
. 7 Metode Menjernihkan Nurani, terj. Taufiq Rahman,
Jakarta: PT. Mizan Publika, 2006.
Al-Hafidz, Ahsin W. Kamus Ilmu Al-Qur‟an, Jakarta: Amzah, 2006.
102
Al-Hasani, Mohamed Fadil Al-Jailani. Biografi Syaikh Abdul Qadir Al-
Jailani, Depok: Keira Publishing, 2016.
Ali, Abdullah. Al-Qur‟an Bicara Tentang Jiwa, Bandung: Penerbit Arasy,
2003.
Al-Jailani, Abdul Qadir. Futûh Al-Ghaib, terj. Syamsu Basarudin, Bandung,
Penerbit Mizan, 1981.
. Tafsir Al-Jailânî, Kairo: Dar Al-Rukni wa Al-
Maqam, 1430 H/ 2009 M.
. Tafsir Al-Jailani, terj. Muhammad Fadhil Jailani
Al-Hasani, Jakarta: Penerbit Salima Publik & Markaz Al-Jailani, 2013.
. Ujar-ujar Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani,
terj. Ilyas hasan, Utterances of Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani,
Bandung: Penerbit Al-Bayan, 1995.
Al-Qahthani, Said bin Musfir. Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.
terj. Manirul Abidin, M.Ag. Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani wa
Arauhu Al-I‟tiqdiyah wa Ash-Shufiyah, Jakarta: Darul Falah, 2007.
Amrullah, Abdul Malik Abdul Karim Amrullah. Tafsir Al-Azhar, Jakarta: PT
Pustaka Panjimas, 1982.
. Tafsir Al-Azhar, Singapura:
Pustaka Nasional Pte Ltd, 2003.
An-Naisâbûrî, Muslim bin al- Hajjâj Abû al-Hasan al-Qusyairi. “Shâhîh
Muslim”, Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî.
103
. Ensiklopedia
Hadits; Shahih Muslim 2, terj. Masyhari dan Tatam Wijaya, Jakarta:
Almahira, 2012.
Anshari, Hafizh, dkk. Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve, 1993.
Anshori. „Ulumul Qur‟an, Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2013.
Anshori, Aik Ikhsan. Tafsir Ishari, Pendekatan Hermeneutika Sufistik Tafsir
Syaikh „Abd Al-Qadir Al-Jilani, Ciputat: Ciputat Mega Mall, 2012.
As-Syami, Shalih Ahmad. Mawa‟idh Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, terj.
Yasir, Solo: Aqwam, 2010.
Ath-Thobari, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir. Tafsir At-Thabari, terj. Ahsan
Askan, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.
Belinda Dwijayanti, “Tazkiyatun Nafs In Classical And Modern Islamic
Tradition Qur‟anic Worldvie”, Jurnal Teosofia, Vol. 4, No. 2 (2015)
diakses dari http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teosofia/
Chittick, William C. Sufism: A Short Introduction, terj. Zaimul, Tasawuf di
Mata Kaum Sufi, Bandung: Mizan, 2002.
Derese, Muhammad Amin. “Tazkiyah an-nafs dalam Perspektif Al-Qur‟an”,
Skripsi, Jakarta, UIN Jakarta, 2005. Tidak diterbitkan.
Hafil, Muhammad, “Murahnya Nyawa dalam Sepak Bola Indonesia”,
https://m.republika.co.id/berita/nasional/news-
analysis/18/09/24/pfjhsr430-murahnya-nyawa-dalam-sepak-bola-
indonesia, diakses tanggal 24 September 2018.
104
Hamdy. Telaga Bahagia Syaikh Abdul Qadir Jailani; Rahasia di balik Takwa
dan Rela Menerima Takdir Allah, Jakarta: Republika, 2014.
Haq, Sansan Ziaul. Eksotisme Tafsir Ishari: Studi atas Metode Tafsir Al-
Jailani, Ciputat: Cinta Buku Media, 2016.
Hawwa, Sa‟id bin Muhammad Daib. Kajian Lengkap Penyucian Jiwa,
Tazkiyatun Nafs: Intisari Ihya‟ „Ulumuddin Al-Ghazali. terj. Tim
Kuwais: Abdul Amin, dkk. AlMustakhlas fii-Tazkiyatil-Anfus. Jakarta:
Pena Pundi Aksara, 2006.
. Intisari Ihya‟ „Ulumuddin Al-
Ghazali Mensucikan Jiwa Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu, Jakarta:
Rabbani Press, 1998.
. Al-Mustakhlash Fii Tazkiyatil Anfus,
terj. Ainur Rafiq Shaleh Tahmid, Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun
Nafs Terpadu, Jakarta: Robbani Press, 1999.
Hayu A‟la Aslami, “Konsep Tazkiyatun Nafs dalam Kitab Ihya Ulumuddin
Karya Imam Al-Ghazali”, Skripsi, Salatiga, IAIN Salatiga, 2016, (t.d.)
diakses dari http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1391/1/
Humaini, “Konsep Tazkiyatun Nafs dalam Al-Qur‟an dan Implikasinya
dalam Pengembangan Pendidikan Islam”, Skripsi, Malang, UIN
Malang, 2008, (t.d) diakses dari http://etheses.uin-malang.ac.id/
Ibn Manzur, Jamal Al-Din Ibn Muhammad Ibn Makram. Lisan Al-„Arab,
Beirut: Dar Sadir, Tanpa tahun.
Irawan, Prasetyo, dkk. Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Terbuka,
2009.
105
Istifadah. “Tazkiyah an-Nafs dalam Tafsir Ar-Razi dan Al-Alusi
(Perbandingan Tafsir Corak Falsafi dan Sufi)”, Skripsi, Jakarta, IIQ
Jakarta, 2015. Tidak diterbitkan.
Jurnal Pemikiran Islam, vol. 37, no. 2 Juli-Desember/2012.
Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim, vol. 14, no. 1/2016.
Jurnal Pendidikan Islam, vol. 03 No. 1 Januari 2014.
Kamilah, Wasilah Nur. “Tawadhu‟ Dalam Perspektif Tafsir Al-Jailani Karya
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani”, Skripsi, Jakarta, IIQ Jakarta, 2017.
Tidak diterbitkan.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an. Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-
Qur‟an Tematik), Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an, 2010.
Moh. Kamilus Zaman, “Konsep Tazkiyah An-Nafs dalam Al-Qur‟an
Perspektif: Ahmad Mustofa Al-Maraghi dalam Tafsir Al-Maraghi dan
Signifikannya Terhadap Pendidikan Karakter di Indonesia”, Tesis,
Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016, (t.d) diakses dari
http://etheses.uin-malang.ac.id/5551/1/13770042.pdf
Mubarok, Achmad. Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern Jiwa dalam
Al-Qur‟an, Jakarta: Paramadina, 2000.
Mulkhan, Abdul Munir. Mencari Tuhan dan Tujuh Jalan Kebebasan
(Sebuah Esai Pemikiran Imam Al-Ghazali), Jakarta: Bumi Aksara,
1992.
Munawwir. Al-Munawwir: Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997.
106
Mutma‟innah. “Hati dalam Tafsir Al-Mishbah Karya Quraish Shihab”, Tesis,
Surabaya, IAIN Sunan Ampel. Tidak diterbitkan.
Nasir, M. Ridwan. Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin Dalam
Memahami Al-Qur‟an, Surabaya: Imtiyaz, 2010.
Qardhawi, Yusuf. Berinteraksi Dalam Al-Qur‟an, terj. Abdul Hayyie al-
Kattani, Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Ridwan, Kafrawi. Ensiklopedi Islami, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994.
Salim, Ahmad Husain Ali. Terapi Al-Qur‟an untuk Penyakit Fisik dan Psikis
Manusia, terj: Muhammad Al-Mighwar, Jakarta: Asta Buana Sejahtera,
2006.
Sari, “Konsep Pendidikan Jiwa (Nafs) Menurut Al-Qur‟an dan Hadits”,
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 05 (2014) diakses dari
http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/
Shihab, M. Quraish, dkk. Ensiklopedia Al-Qur‟an: Kajian Kosakata, Jakarta:
Lentera Hati, 2007.
. Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-
Qur‟an, Jakarta: Lentera Hati, 2012.
. Wawasan Al-Qur‟an, Bandung: Mizan, 1970.
Sholeh, Sholeh, A Khudori. Skeptisme Al-Ghazali, Malang: UIN Malang
Pres, 2009.
107
Siti Tasrifah, “Konsep Salat Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Tela‟ah
atas Tafsir Al-Jailani), Skripsi, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2015,
(t.d). diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id/
Soleh, Ahmad. Membersihkan Jiwa, dalam Republika, Jakarta, Rabu, 10
Februari 2010.
Tahido Yanggo, Huzaemah, dkk. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,
Disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Jakarta: IIQ Press,
2011.
UIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedia Tasawuf, Bandung: Angkasa
Bandung, Tanpa tahun.
Yayasan Bimantara. Ensiklopedia Al-Qur‟an, Jakarta: PT. Intermasa, 1997.
Zainuddin, M. Karomah Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2011.