tazkiyah an-nafs perspektif tafsir al-jailÂnÎ karya syaikh

45
TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Zakiyatun Nufus NIM. 14210625 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1439 H/ 2018 M

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA

SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Agama (S.Ag)

Oleh:

Zakiyatun Nufus

NIM. 14210625

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 2: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA

SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Agama (S.Ag)

Oleh:

Zakiyatun Nufus

NIM. 14210625

Pembimbing:

Ali Mursyid, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 3: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Tazkiyah an-Nafs Perspektif Tafsir Al-Jailânî Karya

Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani” yang disusun oleh Zakiyatun Nufus Nomor

Induk Mahasiswa: 14210625 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke

sidang munaqasyah.

Jakarta, 14 Agustus 2018

Pembimbing,

Ali Mursyid, MA

Page 4: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Tazkiyah an-Nafs Perspektif Tafsir Al-Jailânî Karya

Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani” oleh Zakiyatun Nufus dengan NIM

14210625 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin

Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 21 Agustus 2018. Skripsi

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama

(S.Ag).

Jakarta, 21 Agustus 2018

Dekan Fakultas Ushuluddin

Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta,

Dra. Hj. Maria Ulfah, MA

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dra. Hj. Maria Ulfah, MA Dra. Ruqayyah Tamami

Penguji I, Penguji II,

Drs. Arison Sani, MA Ahmad Hawasyi, M.Ag

Pembimbing,

Ali Mursyid, MA

Page 5: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Zakiyatun Nufus

NIM : 14210625

Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 24 Januari, 1992

menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Tazkiyah an-Nafs Perspektif

Tafsir Al-Jailânî Karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani” adalah benar-benar

asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan

dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab

saya.

Jakarta, 14 Agustus, 2018

Zakiyatun Nufus

Page 6: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

iv

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tuaku yang tak pernah berhenti dan lelah untuk selalu

mendukung dan mendo’akanku di setiap waktu, sebab jika bukan karena

mereka aku tak akan bisa berjalan sampai sejauh ini. Untuk keluargaku,

guru-guruku, sahabat-sahabatku, dan para pecinta kesucian jiwa.

Page 7: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

v

MOTTO

محبتك ونعرفتكإلهي أنت نقصودى ورضاك نطلوبى اعطنى

{Wahai TuhanKu, Engkaulah yang aku maksud dan Ridho-Mu yang aku cari.

Berilah aku kemampuan untuk bisa mencintai-Mu dan ma’rifat kepada-Mu}

Page 8: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

vi

بسم الله الرحمن الرحيمKATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa hanya dengan izin-Nya

terlaksana segala kebijakan dan kesuksesan. Shalawat serta Salam tercurah

limpahkan kepada baginda Rasulullah saw. beserta keluarga, sahabat serta

para pengikutnya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak kesulitan

kendala yang dihadapi. Akan tetapi berkat adanya dorongan, nasihat serta

bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi

ini. Di antaranya kepada:

1. Kedua orang tuaku, ummi dan abi yang selalu ikhlas merelakan

segala hal demi anaknya. Terimakasih atas segala-galanya.

2. Syaikh Abdul Gaos Saefulloh al-Maslul al-Qodiri, an-Naqsabandi

al-Muttaqi al-Kamil al-Muwaffaq ra QS (Abah Aos), Guru

mursyidku yang selalu memberikan pencerahan dan petunjuknya

kepada jiwa ini, untuk menghadapi fananya dunia ini.

3. Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Prof. Dr. Hj.

Huzaemah Tahido Yanggo, MA, terimakasih atas segala kebaikan

dan bimbingannya.

4. Ibu Dra. Hj. Maria Ulfah, MA selaku dekan fakultas Ushuluddin

dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, yang selalu

mengabdikan diri untuk Fakultas Ushuluddin dan Dakwah dalam

mencetak generasi Al-Qur‟an yang berwawasan keilmuwan.

5. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc, MA, selaku ketua program

Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT) Institut Ilmu Al-Qur‟an

Page 9: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

vii

(IIQ) Jakarta, yang selalu memberi nasihat dan dukungannya

kepada kami para mahasiswinya.

6. Bapak Ali Mursyid, MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang

selalu memberikan waktu, kesempatan, bimbingan, arahan, saran

dan kesabaran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Dan terimakasih banyak atas perhatiannya selama

masa-masa bimbingan.

7. Bpk Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA, dan Ibu Hj. Ade Halimah

selaku instruktur tahfidz yang selalu berkenan kita repotkan, yang

selalu bersedia menghadapi ketidaksempurnaan dalam hafalan

kita. Dan segenap instruktur tahfidz lainnya, terimakasih telah

menjadi jalan bagi kami dalam menghafal Al-Qur‟an. Semoga

keberkahan Al-Qur‟an senantiasa mengiringi setiap langkah

perjuangan.

8. Bapak dan Ibu Dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, yang

telah mengabdikan ilmunya demi kebaikan seluruh

mahasiswanya.

9. Ibu Suci dan Ibu Qoqoy selaku staf Fakultas Ushuluddin dan

Dakwah, yang rela menjadi tempat bertanya mahasiswa, dan

membantu melewati setiap proses yang dilalui mahasiswa

Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.

10. Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Pusat Studi

Al-Qur‟an (PSQ) Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, PUI

Iman Jamak dan PERPUSNAS yang telah menyumbangkan

sarana prasarana dalam menyusun skripsi ini.

11. Pesantren Takhasus IIQ Jakarta dan Kampus IIQ Jakarta, yang

berkenan menjadi ladang ilmu dan tempat berbagi selama 4 tahun

ini.

Page 10: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

viii

12. Sahabat seperguruan Ushuluddin A & B yang telah menjadi

partner terbaik dalam suka dan duka selama 4 tahun, terimakasih

telah menjadi bagian dari kisah hidupku dan terima kasih sudah

mau menjadi keluarga baruku.

13. Teman-teman angkatan 2014 dari fakultas ushuluddin, syari‟ah

dan tarbiyah, terimakasih atas semua cerita-cerita indahnya.

14. Terima kasih juga khusus kepada wanita-wanita sholihahku “kite

lagi”, grup “Wanita sholihah Usuluddin 8b”, penghuni kosan

pondok najda, teman seperjuangan “kamar VIP 1 Hj. Chalimah”,

keluarga besar Pon.pes Wadil Mubarok dan Pon.pes Miftahul

Huda (Lusi, Zakia, Yuli) yang telah ikut berkontribusi dalam

proses penulisan skripsi ini, baik dari bantuan materi maupun

do‟a-do‟a tulus kalian. Terima kasih dan aku sayang kalian.

15. Seluruh pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini,

semoga Allah membalas dengan yang lebih baik.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan, karena itu segala kritik dan saran yang

membangun akan menyempurnakan penulisan skripsi ini. Dan akhir kata,

kepada Allah jualah penulis bertawakkal atas segala yang telah penulis

lakukan. Semoga petunjuk dan pertolongan-Nya senantiasa tercurah kepada

kita semua. Amiin..

Jakarta, 14 Agustus 2018

Penulis

Page 11: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

ix

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii

PERNYATAAN PENULIS ....................................................................... iii

PERSEMBAHAN ...................................................................................... iv

MOTTO ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... xii

ABTRAKSI ................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah............................ 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 9

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 10

E. Metode Penelitian ............................................................................... 17

F. Teknik dan Sistematika Penulisan ...................................................... 18

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TAZKIYAH AN-NAFS

A. Pengertian Tazkiyah an-Nafs ............................................................. 21

1. Pengertian Tazkiyah ..................................................................... 21

Page 12: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

x

2. Pengertian Nafs ............................................................................ 23

B. Tujuan dan Urgensi dari Tazkiyah an-Nafs ....................................... 35

1. Tujuan dari Tazkiyah an-Nafs ..................................................... 35

2. Urgensi dari Tazkiyah an-Nafs .................................................... 36

C. Kosa kata Tazkiyah an-Nafs dalam Al-Qur‟an dan Hadits ................ 42

BAB III MENGENAL SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

A. Biografi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani ............................................. 51

1. Riwayat Hidup .............................................................................. 51

2. Kondisi Sosial Politik, Politik dan Ilmiah .................................... 54

3. Riwayat Pendidikan dan Karir ..................................................... 59

4. Wafat dan Karya-Karyanya .......................................................... 62

B. Metodologi Tafsir Al-Jailani .............................................................. 64

1. Latar Belakang dan Motivasi Penulisan ...................................... 64

2. Sumber Penafsiran ....................................................................... 66

3. Metode Penafsiran ....................................................................... 67

4. Corak Penulisan ........................................................................... 68

5. Sistematika Penulisan .................................................................. 69

6. Karakteristik Tafsir ...................................................................... 70

BAB IV PENAFSIRAN SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

TERHADAP AYAT-AYAT TAZKIYAH AN-NAFS

A. Penafsiran Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Terhadap Ayat-ayat

Tazkiyah an-Nafs di Dalam Tafsir Al-Jailani .................................... 73

1. Mengeluarkan Zakat Atau Infaq .................................................. 73

2. Takut Terhadap Siksaan Allah dan Menjalankan Ibadah Shalat.77

3. Menjalankan Pergaulan Hidup Secara Terhormat ....................... 81

Page 13: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

xi

4. Proses Pendidikan Sebagaimana Dilakukan Nabi Kepada

Ummatnya ................................................................................... 86

5. Melalui Karunia Allah Yang Diberikan Kepada Orang Yang

Dikehendaki-Nya ......................................................................... 93

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 99

B. Saran ................................................................................................ 100

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 101

Page 14: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin mengikuti pedoman yang diberlakukan dalam

petunjuk praktis penulisan skripsi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

A. Konsonan

No Huruf

Arab Huruf Latin No

Huruf

Arab Huruf Latin

Sh ص A 14 ا 1

Dh ض B 15 ب 2

Th ط T 16 ت 3

Zh ظ Ts 17 ث 4

„ ع J 18 ج 5

Gh غ H 19 ح 6

F ف Kh 20 خ 7

Q ق D 21 د 8

K ك Dz 22 ذ 9

L ل R 23 ر 10

M م Z 24 ز 11

N ن S 25 س 12

W و Sy 26 ش 13

Page 15: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

xiii

No Huruf Arab Huruf Latin

H ه 27

„ ء 28

Y ي 29

B. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah : a آ : ȃ ي... : ai

Kasrah : i ي : ȋ و... : au

Dhammah : u و: ȗ

C. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah

Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: -al :البقرة

Baqarah.

b. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan

dan sesuai dengan bunyinya. Contoh: الرجل: ar-rajul

c. Syaddah (Tasydȋd)

Syaddah (Tasydȋd)dalam sistem aksara Arab digunakan lambang

( ), sedangkan untuk alih aksaran ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydȋd.

Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yang berada di

Page 16: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

xiv

tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata

sandang yang diikuti oelh huruf-huruf syamsiyah. Contoh: للهأمناباا: Ȃmanna billȃhi

d. Ta’ Marbȗthah (ة)

Ta’ Marbȗthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh

kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi

huruf “h”. Contoh: ف ئدة al-Af'idah :ال

Sedangkan ta’ Marbȗthah (ة) yang diikuti atau disambungkan

(di-washal) dengan kata benda (isim) maka dialih aksarakan

menjadi huruf “t”. Contoh: عاملةناصبة: „Ȃmilatun Nȃshibah

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan

tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan

Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti

penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD

berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic),

atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun nama diri

yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis

kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh:

„Alȋ Hasan al-„Ȃridh. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur`an

dan nama-nama surah menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-

Qur`an, Al-Baqarah, dan seterusnya.

Page 17: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

xv

ABSTRAKSI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penafsiran Syaikh Abdul

Qadir al-Jailani mengenai ayat-ayat yang berkaitan dengan tazkiyah an-Nafs

dalam Al-Qur‟an studi analisis Tafsir Al-Jailânî. Penelitian ini dianggap

penting karena proses penyucian jiwa pada saat ini sangat dibutuhkan oleh

masyarakat umum terutama umat muslim untuk menghadapi masalah-

masalah kontemporer yang berkaitan dengan hati di zaman yang semakin

maju atau modern seperti sekarang ini agar selalu dapat menempatkan

hatinya dekat dengan Allah SWT.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research)

dengan menggunakan metode deskriptif-analisis. Maka sumber utama dalam

penelitian ini adalah Tafsir Al-Jalânî karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

Sedangkan sumber sekundernya adalah buku-buku yang membahas tentang

tazkiyah an-Nafs, dan lain-lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

memberi penjelasan dalam tafsirnya mengenai ayat-ayat yang berkaitan

dengan tazkiyah an-Nafs yang terdapat dalam Al-Qur‟an, yakni pada QS. At-

Taubah[9]: 103 dan QS. Al-Laîl[92]: 18, dijelaskan bahwa upaya penyucian

jiwa dapat dilakukan melalui shadaqah, bisa berupa zakat, infak ataupun yang

lainnya. Selanjutnya pada QS. Fâthir[35]: 18, dijelaskan pula bahwa takut

kepada Allah lalu kemudian ia melaksanakan sholat untuk menyucikan

jiwanya dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, hal

demikian dapat dikategorikan juga dalam usaha penyucian jiwa. Kemudian,

pada QS. An-Nûr[24]: 28 dan QS. An-Nûr[24]: 30, pada ayat tersebut

dijelaskan bahwa bentuk penyucian jiwa tidak hanya berkaitan dengan hati

saja, tetapi bisa juga berkaitan dengan perbaikan diri. Ayat selanjutnya yakni

QS. Al-Baqarah[2]: 129, QS. Al-Baqarah[2]: 151, QS. Âli Imrân[3]: 164 dan

QS. Al-Jumu‟ah[62]: 2, yang dimaksud dari keempat ayat tersebut adalah

upaya penyucian jiwa melalui bentuk sarana pendidikan, yang dimana

pendidikan pokok tersebut perlu disampaikan kepada umat untuk penyucian

jiwa. Dan yang terakhir pada QS. An-Nûr[24]: 21 dan QS. An-Nisâ‟[4]: 49,

yang mana pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah Maha Kuasa dan punya

Kehendak untuk membersihkan jiwa siapa yang Dia kehendaki.

Page 18: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi

Muhammad saw. untuk kemaslahatan umat manusia di dunia dan di

akhirat, juga lahir dan batin. Islam adalah sistem ajaran yang didalamnya

terkandung aspek akidah (keyakinan), syariat (aspek hukum), dan

hakikat (aspek batin). Rasul dan Nabi diutus oleh Allah SWT. untuk

menyampaikan wahyu serta mensucikan jiwa manusia.1 Seperti pada

firman Allah SWT:

ف قد ى منلحأ ى منخابوقد ٩هازك ١٠هادس

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,

dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS.

As-Syams [91]:9-10) Membaca ayat di atas, jelas bahwa mensucikan jiwa adalah sesuatu

yang penting dalam kehidupan seorang manusia. Jiwa yang bersih akan

menghasilkan perilaku yang bersih pula, karena jiwalah yang

menentukan suatu perbuatan itu baik atau buruk. Semakin baik jiwa kita

maka semakin baik akhlak kita, semakin buruk apa yang ada pada jiwa

kita maka semakin buruk juga akhlak kita.2

Jiwa manusia laksana air. Akan tetap jernih apabila dirawat dan

disucikan. Apa pun yang dimasukkan ke dalam air jernih, dengan mudah

bisa dilihat dan dikenali. Namun, akan sulit melihat dan mengenali benda

yang dimasukkan dalam air yang hitam pekat. Jiwa manusia akan

1 Muhammad Priyatna, Konsep Pendidikan Jiwa (Nafs) Menurut Al-Qur‟an dan Hadits,

dalam Jurnal Pendidikan Islam, vol. 03 No. 1Januari 2014, hal. 530 2 Sholeh, A Khudori Sholeh, “Skeptisme Al-Ghazali”, (Malang: UIN Malang Pres,

2009), hal. 124

Page 19: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

2

menjadi hitam jika kemaksiatan dan perbuatan dosa terus dilakukannya.

Pada jiwa seperti ini, penyakit hati mulai menjangkiti. Iri, dengki, dan

serakah mulai tumbuh. Jiwa ini sulit ditembus cahaya dan petunjuk Allah

disebabkan pekatnya kotoran dosa.3

Hati memegang peranan penting bagi manusia, karena baik

buruknya manusia tergantung kepada apa yang ada di dalam hatinya. Hal

ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Rasulullah saw. dalam

salah satu haditsnya:4

ث نا أب عمان بن بشير، حد عت الن ث نا زكرياء، عن عامر، قال: س و ن عيم، حد، والحرام عت رسول اللو صلى الله عليو وسلم ي قول: " الحلال ب ين ي قول: س

هات لا ي علمها ك ، وب ي ن هما مشب رأ ب ين هات استب شب

ثير من الناس، فمن ات قى المب هات: كراع ي رعى حول الحمى، يوشك أن لدينو وعرضو، ومن وقع ف الش

مو، ألا وإن ف ي واقعو، ألا وإن لكلن ملك حى، ألا إن حى اللو ف أرضو مار الجسد مضغة: إذا صلحت صلح الجسد كلو، وإذا فسدت فسد الجسد كلو،

5ألا وىي القلب ")رواه البخارى(“Abu Nu‟aim menceritakan kepada kami dari Zakariya, dari

Amir yang mendengar an-Nu‟man bin Basyir berkata, aku

mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Yang halal sudah jelas

dan yang haram juga jelas. Tetapi, diantara keduanya ada hal

syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Orang

yang menjauhi perkara syubhat berarti telah memelihara agama

dan kehormatannya. Sebaliknya, orang yang terjerumus

(mengerjakan) perkara syubhat, sungguh dia seperti seorang

penggembala yang menggembalakan ternaknya di daerah

terlarang dan dikhawatirkan akan masuk ke dalamnya.

3 Ahmad Soleh, “Membersihkan Jiwa”, dalam Republika, Jakarta, Rabu, 10 Februari

2010, h. 15 4 Fahrudin, Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna Mencapai Kedekatan

Dengan Allah, dalam jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim, vol. 14, no. 1/2016, h. 65 5Muhammad bin Ismâ‟îl Abû „Abdillâh al-Bukhârî al-Ja‟fî, “Shahîh al-Bukhârî”,

(bâb fadhl min istibro‟ lidînihi.”, (Dâr thûqa an-Najâh: 1422 H), juz. 1, hal. 20

Page 20: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

3

Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki tanah larangan, dan

tanah larangan Allah adalah segala hal yang diharamkan-Nya.

Ketahuilah, pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila

baik maka akan baik sekujur tubuh tersebut, apabila rusak, maka

akan rusak pula sekujur tubuh tersebut; segumpal darah tersebut

adalah hati.” (HR. al-Bukhârî)6

Dalam hadits lainnya, Nabi juga menjelaskan kepada para sahabat,

bahwa:

ث نا كثير بن ىشام، ث نا عمرو الناقد، حد ث نا جعفر بن ب رقان، عن يزيد حد حد، عن أب ىري رة، قال: قال رسول الله صلى الله عليو وسلم: إن الله »بن الصمن

)رواه « كم لا ي نظر إل صوركم وأموالكم، ولكن ي نظر إل ق لوبكم وأعمال 7مسلم(

"Amr an-Naqid menyampaikan kepada kami dari Katsir bin

Hisyam, dari Ja‟far bin Burqan, dari Yazid bin al-Asham, dari

Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat

hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim)8

Penyakit hati dibagi menjadi dua kategori. Pertama, penyakit yang

menghilangkan maqam-maqam hati seperti penyakit syirik dan riya,

menghilangkan maqam ketauhidan dan ikhlas, penyakit cinta kedudukan

dan dunia, serta menghilangkan maqam zuhud. Kedua, penyakit yang

menyebabkan tidak dapatnya seseorang menyerap makna dari Asma‟ul

Husna di dalam dirinya dan tidak dapat mengikuti Rasulullah saw. dalam

6 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits; Shahih Al-

Bukhari, terj. Masyhar, MA dan Muhammad Suhadi, (Jakarta: Almahira, 2011), cet. 1, hal.

16 7 Muslim bin al- Hajjâj Abû al-Hasan al-Qusyairi an-Naisâbûrî, “Shâhîh Muslim”,

(bâb tahrîmu dzulmu al-Muslimi wa khudzlihi), (Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî), Juz.

4, hal. 1987 8 Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Ensiklopedia Hadits; Shahih Muslim

2, terj. Masyhari dan Tatam Wijaya, (Jakarta: Almahira, 2012), cet. 1, hal. 552

Page 21: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

4

segala perbuatannya, misalnya penyakit marah yang bukan dalam

ketaatan kepada Allah yang menghilangkan maqam lemah lembut.9

Sebagaimana yang kita ketahui, Al-Qur‟an dan As-Sunnah

merupakan landasan teologis dalam pendidikan jiwa. Khususnya,

pendidikan jiwa dalam pendidikan spiritual yang merupakan bagian

pendidikan yang sangat berpengaruh kuat pada kepribadian seseorang

yang akan membawanya untuk selalu berbuat baik. Dan akan berlaku

sebaliknya jika pendidikan jiwa itu diabaikan, jiwa akan terbiasa dengan

keburukan sehingga akan timbul beberapa penyakit hati seperti iri hati,

dengki, tamak dan lainnya yang akan berpengaruh buruk pula pada

kehidupannya. Karena sesungguhnya jiwa diciptakan Allah SWT. dalam

keadaan sempurna yang berfungsi untuk menampung serta mendorong

manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu, sisi manusia

inilah yang oleh Al-Qur‟an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih.10

Seiring dengan perkembangan zaman yang diiringi dengan

berkembangnya teknologi. Kini manusia dihadapkan dengan

permasalahan yang begitu kompleks yang harus disikapi dengan cermat.

Tidak sedikit orang menyikapi perkembangan zaman sebagai perubahan

yang mengharuskan mereka untuk mengikuti tanpa melihat dari sudut

pandang nilai dan manfaatnya. Terlebih lagi terhadap remaja yang secara

emosional belum terkontrol dengan baik sehingga dapat memberikan

dampak yang begitu besar dalam perkembangan psikologis dan mental

spiritual mereka.

Di zaman yang sangat modern dan serba teknologi yang serba

maju ini, jika kita renungkan keadaan manusia di sekitar kita, kiranya

9 Sa‟id bin Muhammad Daib Hawwa, Kajian Lengkap Penyucian Jiwa, Tazkiyatun

Nafs: Intisari Ihya‟ „Ulûmuddîn al-Ghazali. Terjemahan Tim Kuwais: Abdul Amin, dkk. Al-

Mustakhlas fî-Tazkiyatil-Anfus, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), cet. 3, hal. 199 10

Yayasan Bimantara, ”Ensiklopedia Al-Qur‟an”, (Jakarta: PT. Intermasa, 1997), hal.

298

Page 22: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

5

dapat menarik suatu konslusi bahwa penyimpangan prilaku yang begitu

fulgar (terbuka), yang dilakukan oleh anak-anak sampai orang dewasa,

dari kalangan bawah sampai tingkat elit dengan beraneka ragam

penyimpangan. Hal sedemikian itu perlu penanganan serta

penanggulangan secara cepat dan tepat. Dan semua itu menggambarkan

kerusakan hati atau di dalam hatinya terdapat penyakit yang perlu

disembuhkan. Penyimpangan prilaku tersebut diantaranya pembunuhan,

perselingkuhan, pameran seksual, pemerkosaan, perang antar desa atau

kampung, Qarun modern alias koruptor, makelar kasus (markus), dan

lain sebagainya.11

Dalam perspektif Islam problematika seperti itu merupakan

indikasi ketidaknormalan hati seseorang yang mengakibatkan berprilaku

tercela (mazmumah), dan oleh Al-Ghazali disebut dengan al-akhlâq al-

khabîthah, yakni suatu akhlak buruk yang merupakan penyakit hati atau

penyakit jiwa.12

Melihat fenomena yang terjadi dewasa ini, tingkat

kenakalan remaja semakin memprihatinkan. Maraknya tawuran antar

pelajar, sexs bebas, pergaulan bebas dan lain sebagainya merupakan

masalah yang perlu segera dicarikan solusi spiritual yang terbaik guna

menyelamatkan generasi penerus bangsa dari kesalahan paradigma

terhadap perkembangan zaman.

Kasus lain yang marak dewasa ini, sering kali masalah “penyucian

diri” digunakan sebagai wadah pencitraan, terlebih di kalangan public

figure masa kini. Mereka ujub dengan perbuatan dan perkataan mereka

sendiri dan membanggakannya. Bahkan, mereka mencari pujian dan

sanjungan dari orang-orang lain. Dari keadaan tersebut timbulah sifat

riya, sombong, angkuh, dan penonjolan ketakwaan dan kebaikan.

11

Mutma‟innah, “Hati dalam Tafsir Al-Mishbah Karya Quraish Shihab”, Tesis,

Surabaya, IAIN Sunan Ampel, 2012, hal. 106 12

Muhammad Al-Ghazali, Ihya‟ „Ulûmuddîn, Beirut: Dar al-Fikr, t.t), Juz 3, hal. 53

Page 23: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

6

Keadaan mereka yang seperti itu memberikan dampak kurangnya takwa

dari hati mereka dan hilangnya kebaikan dalam jiwa mereka. Hal ini

tentu menjadi kekhawatiran yang perlu ditangani.

Contoh lainnya yang juga tidak kalah memprihatinkan baru-baru

ini adalah berita tentang terbunuhnya seorang remaja karena dikeroyok

oleh sekumpulan remaja lainnya, hanya disebabkan oleh berbedanya

kubu di bidang olahraga sepak bola. Kejadian ini merupakan kasus

berulang. Bentrokan antar suporter sepak bola tanah air, seolah menjadi

peristiwa yang dianggap lumrah dan tidak jarang menguap begitu saja,

terkadang tidak jelas ketetapan hukumnya sehingga kejadian berulang

lagi dan lagi.13

Kejadian tersebut sangatlah miris karena hal-hal tersebut

sudah menjadi hal yang biasa terjadi di kalangan para remaja sekitar kita.

Membunuh seolah menjadi hal yang biasa, bukan lagi sebagai sesuatu

yang menakutkan dan jauh dari kebenaran. Padahal sebagaimana yang

kita ketahui bahwa para remaja adalah penerus bangsa. Maka bagaimana

jika keadaan jiwa para remaja kita sangat begitu memprihatinkan

sedangkan di sisi lain mereka adalah harapan untuk meneruskan bangsa

ini. Hal tersebut membuktikan bahwa konsep pembersihan jiwa atau

tazkiyah an-Nafs sangatlah diperlukan khususnya dalam kasus ini adalah

para remaja muslim, agar jiwa mereka dapat kembali diisi dengan

perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji, serta menjadikan mereka

seorang remaja yang dapat meneruskan bangsa dengan baik.

Dari contoh diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa setiap manusia

perlu melakukan pembersihan jiwa, supaya dekat dengan Sang Pencipta

serta menjadi Insân Kamîl. Tazkiyah an-Nafs diperlukan untuk

menumbuhkan spiritual di hati manusia, selamat di dunia dan bahagia di

13

Muhammad Hafil, “Murahnya Nyawa dalam Sepak Bola Indonesia”,

https://m.republika.co.id/berita/nasional/news-analysis/18/09/24/pfjhsr430-murahnya-nyawa-

dalam-sepak-bola-indonesia, diakses tanggal 24 September 2018 pada pukul 22:43

Page 24: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

7

akhirat, memperoleh kebahagiaan abadi, hati bersinar dan suci. Menurut

Al-Ghazali pengetahuan batin dengan obyeknya adalah ruh dan alatnya

adalah hati nurani/batin manusia, adalah pengetahuan yang sejati dan

dapat menghasilkan kebenaran yang sejati.14

Dari pemaparan diatas, jelaslah bahwa tazkiyah an-Nafs sangat

penting untuk diperhatikan, dikembangkan dan diwujudkan di zaman

modern saat ini yang ditandai dengan kemiskinan moral spiritual, karena

konsep dalam Al-Qur‟an sarat berisikan soal kebahagiaan dan

kesempurnaan jiwa serta ketinggian akhlak yang dapat membantu orang

keluar dari krisis moral spiritual. Maka dari itu penulis tertarik untuk

mengkaji ayat-ayat seputar tazkiyah an-Nafs yang terdapat dalam Al-

Qur‟an, namun penulis hanya akan mengkaji ayat-ayat tersebut menurut

pandangan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, salah satu ulama besar dalam

bidang tasawuf yang thariqohnya banyak diikuti oleh masyarakat

Indonesia, dalam kitab tafsirnya yaitu Tafsir Al-Jailani. Untuk itu penulis

memilih judul skripsi “Tazkiyah an-Nafs Perspektif Tafsir Al-Jailânî

Karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, permasalahan penelitian dapat diidentifikasikan sebagai

berikut:

a. Terjadinya perubahan pola hidup masyarakat dari yang semula

social religious cenderung ke arah pola kehidupan masyarakat

materialistis dan konsumtif

14

Abdul Munir mulkhan, “Mencari Tuhan dan Tujuh Jalan Kebebasan

(Sebuah Esai Pemikiran Imam Al-Ghazali)”, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 118

Page 25: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

8

b. Kemajuan iptek yang diperoleh tidak menutup kemungkinan

dapat menimbulkan berbagai dampak negatif dalam kehidupan

manusia yang berlatar belakang stress, seperti timbulnya

berbagai penyakit modern

c. Jiwa yang tenang dan tentram merupakan impian setiap manusia

yang menginginkan kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat

d. Gangguan-gangguan kejiwaan yang sering dan selalu mewarnai

bahkan menghantui kejiwaan manusia modern yang disebabkan

oleh pengaruh-pengaruh global, seperti: kecemasan, kesepian,

kebosanan dan prilaku menyimpang, perlu dicarikan solusi yang

dapat mengatasi masalah-masalah kejiwaan tersebut

e. Pemahaman terhadap penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani

tentang makna tazkiyah an-nafs dalam tafsirnya

2. Pembatasan Masalah

Mengingat pembahasan tentang ayat tazkiyah an-Nafs dalam

penafsiran Al-Qur‟an sangat luas, penulis akan membatasi pada ayat

tazkiyah an-Nafs yang terdapat lafadz tazkiyah menurut penafsiran

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam tafsirnya yaitu Tafsir Al-Jailânî.

Maka, penulis akan membatasi pada ayat-ayat yang penulis jadikan

beberapa kategori, yakni:

1. Mengeluarkan zakat atau infak pada QS. At-Taubah[9]: 103 dan

QS. Al-Laîl[92]: 18.

2. Takut terhadap siksaan Allah dan menjalankan ibadah shalat

pada QS. Fâthir[35]: 18.

3. Menjalankan pergaulan hidup secara terhormat pada QS. An-

Nûr[24]: 28 dan 30.

Page 26: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

9

4. Proses pendidikan sebagaimana dilakukan Nabi kepada

umatnya pada QS. Al-Baqarah[2]: 129 dan 151, QS. Âli

Imrân[3]: 164 dan QS. Al-Jumu‟ah[62]: 2.

5. Melalui karunia Allah yang diberikan kepada orang yang

dikehendaki-Nya pada QS. An-Nûr[24]: 21 dan QS. An-

Nisâ[4]: 49.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merumuskan masalah,

yaitu, bagaimana penafsiran tazkiyah an-Nafs menurut tafsir Al-

Jailânî?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui penafsiram

tazkiyah an-Nafs dalam Tafsir Al-Jailânî karya Syaikh Abdul Qadir

al-Jailani.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi arti akademis

(academic signi ficance) yang dapat menambah informasi dan

dipertimbangkan dalam memperkaya karya ilmiah dalam disiplin

ilmu keislaman, khususnya tentang konsep tazkiyah an-Nafs dalam

bidang ketasawufan.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan arah

atau wacana berfikir baru bagi para pembacanya sehingga dapat

memberikan kontribusi bagi masyarakat secara umum.

Page 27: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

10

D. Tinjauan Pustaka

Di dalam penelitian diperlukan adanya tinjauan pustaka guna untuk

menelusuri penelitian-penelitian yang telah ada. Hal tersebut dipaparkan

untuk memperjelas posisi dan kontribusi seorang peneliti dalam wacana

yang diteliti. Manfaat lainnya yaitu untuk mengembangkan pemahaman

dan wawasan yang menyeluruh tentang penelitian yang pernah dilakukan

dalam suatu topik.15

Atau dengan kata lain membuktikan keaslian karya

dan menghindari adanya duplikasi penelitian dengan penelitian

sebelumnya.16

Berikut adalah beberapa penulisan sebelumnya yang

relevan dengan penelitian ini:

Skripsi yang ditulis oleh Muhammad Amin Derese, Fakultas

Ushuluddin Program Studi Tafsir Hadits tahun 2005, UIN Jakarta,

Tazkiyah an-nafs dalam Perspektif Al-Qur‟an. Dalam skripsi tersebut, ia

membahas beberapa hal, di antaranya adalah; pertama, tinjauan umum

tazkiyah an-nafs dalam Al-Qur‟an yang memuat tentang pengertian

tazkiyah an-nafs, faktor-faktor penghambat tazkiyah an-nafs, hubungan

tazkiyah an-nafs dengan Al-Qur‟an serta keutamaannya. Kedua, metode

tazkiyah an-nafs. Ketiga, relevansi tazkiyah an-nafs dengan peradaban

modern.17

Sedangkan perbedaannya dengan penelitian penulis adalah,

penelitian penulis lebih menjelaskan kepada tazkiyah an-nafs dalam

penafsiran Syaikh Abdil Qadir al-Jailani dalam Tafsir Al-Jailânî yang

dibatasi surat atau ayat tertentu kemudian dianalisa dengan pendapat

para mufassir lainnya mengenai tazkiyah an-nafs.

15

Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), cet.

5, h. 33 16

Huzaemah T. Yanggo, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi Institut

Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, (Jakarta: IIQ Press, 2011), cet. 2, h. 141 17

Muhammad Amin Derese, “Tazkiyah an-nafs dalam Perspektif Al-Qur‟an”, Skripsi,

Jakarta, UIN Jakarta, 2005, (t.d)

Page 28: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

11

Skripsi yang ditulis oleh Istifadah, Fakultas Ushuluddin Program

Studi Tafsir Hadits tahun 2015, IIQ Jakarta, Tazkiyah an-Nafs dalam

Tafsir Ar-Razi dan Al-Alusi (Perbandingan Tafsir Corak Falsafi dan

Sufi). Dalam skripsi ini, penulis Istifadah menarik kesimpulan bahwa

dari keempat ayat yang berkenaan dengan tazkiyah an-Nafs dalam Al-

Qur‟an, yakni pada QS. Al-Baqarah: 129 dan 151, QS. Âli Imrân: 164

dan QS. Al-Jumu‟ah: 2 terdapat perbedaan letak susunan at-Tazkiyah.

Dengan arti at-Tazkiyah pada QS. Al-Baqarah [2]: 129 didahulukan dan

pada QS. Al-Jumu‟ah [62]: 2, QS. Al-Baqarah [2]: 151, dan QS. Âli

Imrân [3]: 164 diakhirkan. Meskipun berbeda letak susunannya, bukan

berarti antara ketiga sifat itu tidak mempunyai ketertarikan satu sama

lainnya, karena masing-masing sifat yang berdiri sendiri itu mempunyai

tujuan yang bisa membawa manusia dalam mendekatkan diri kepada

Allah SWT.18

Perbedaannya dengan penelitian penulis, walaupun

pembahasan skripsi Istifadah dan penulis sama, yakni membahas tentang

tazkiyah an-nafs, namun tafsir yang digunakan oleh Istifadah dan penulis

berbeda. Skripsi karya Istifadah menggunakan tafsir Al-Kabîr karya

Imam Ar-Razi dan tafsir Rûh Al-Ma‟ânî karya Imam Al-Alusi yang

dikomparatifkan, sementara penulis menggunakan tafsir Al-Jailânî karya

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

Skripsi yang ditulis oleh Wasilah Nur Kamilah, Fakultas

Ushuluddin Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir tahun 2016, IIQ

Jakarta, Tawadhu‟ Dalam Perspektif Tafsir Al-Jailânî Karya Syekh

Abdul Qadir al-Jailani. Dalam skripsi ini penulis Wasilah Nur Kamilah

menjelaskan tentang Tawadhu‟ menurut pandangan Syaikh Abdul Qadir

al-Jailani bahwa Tawadhu‟ adalah meniscayakan pelakunya untuk

18

Istifadah, “Tazkiyah an-Nafs dalam Tafsir Ar-Razi dan Al-Alusi (Perbandingan

Tafsir Corak Falsafi dan Sufi)”, Skripsi, Jakarta, IIQ Jakarta, 2015, (t.d)

Page 29: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

12

memandang dirinya dengan pandangan minor (kecil) demi

menghilangkan kecenderungan sombong dan angkuh. Sebaliknya, ia

dituntut untuk memandang orang lain dengan pandangan apresiatif

(penuh penghormatan) agar tidak ada hasrat untuk berbuat zalim

(semena-mena) terhadap mereka. Kemudian tawadhu‟nya seorang hamba

kepada Allah yaitu ketika seseorang mampu menentukan posisinya di

hadapan keagungan Allah SWT, yaitu bahwa dirinya adalah nol dan

tidak ada artinya di hadapan Dzat yang Maha Mutlak dan tak terbatas.19

Perbedaanya dengan penelitian penulis, dalam skripsi ini Wasilah Nur

Kamilah membahas tentang Tawadhu‟ menurut pandangan Syaikh

Abdul Qadir al-Jailani dalam Tafsir al-Jailânî, sedangkan penulis

membahas tentang tazkiyah an-Nafs, meskipun kajian tafsirnya sama

yaitu mengkaji Tafsir Al-Jailânî karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

Skripsi yang ditulis oleh M. Burhan Khoirul Adib, Fakultas

Ushuluddin Program Studi Aqidah dan Falsafat 2014, UIN Jakarta,

Konsep Tazkiyyah al-Nafs „Abd Al-Qadir Al-Jilani. Dalam skripsi ini

dijelaskan bahwa, Syaikh Abdul Qadir al-Jailani memandang bahwa

kebersihan jiwa atau hati sangat diperlukan bagi manusia, karena

kebersihan jiwa atau hati seseorang sangat mempengaruhi terhadap

prilaku manusia. Jika jiwa dan hati itu suci maka prilaku manusia akan

baik, dan jika hati itu kotor maka prilaku manusia akan buruk. Dan cara

menyucikan batin kita ialah dengan masuk atau menempuh suatu jalan

ruhani atau tariqoh yang dibimbing oleh guru ruhani atau sufi. Syaikh

Abdul Qadir juga memberikan beberapa petunjuk untuk mencapai

kesucian diri yang tinggi dengan cara menapaki maqam-maqam yang

harus dilalui yaitu taubat, zuhud, tawakal, syukur, sabar, rida, dan jujur.

19

Wasilah Nur Kamilah, “Tawadhu‟ Dalam Perspektif Tafsir Al-Jailani Karya Syekh

Abdul Qadir Al-Jailani”, Skripsi, Jakarta, IIQ Jakarta, 2017, (t.d)

Page 30: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

13

Tazkiyah an-Nafs menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, tidak hanya

diperlukan dalam usaha penyucian jiwa. Tetapi juga untuk

mengembalikan kesadaran manusia sebagai manusia yang paling tinggi

derajatnya, manusia yang diciptakan sebagai manusia yang suci yaitu ia

diciptakan dari Nur yang asal tempat kejadiannya dari „Alam Lahut

(Alam Ketuhanan).20

Perbedaanya dengan penelitian penulis, dalam

skripsi ini M. Burhan Khoirul Adib membahas tentang konsep tazkiyah

an-Nafs menurut pandangan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, sedangkan

penulis membahas penafsiran tazkiyah an-Nafs menurut Syaikh Abdul

Qadir al-Jailani dalam Tafsirnya, yaitu Tafsir Al-Jailani.

Tesis yang ditulis oleh Moh. Kamilus Zaman, Program Studi

Pendidikan Agama Islam 2016, Pasca Sarjana UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang, Konsep Tazkiyah Al-Nafs dalam Al-Qur‟an Perspektif:

Ahmad Mustofa Al-Maraghi dalam Tafsir Al-Marâghî dan Signifikannya

Terhadap Pendidikan Karakter di Indonesia. Dalam tesis ini dijelaskan

bahwa, Pendidikan karakter dan tazkiyah An-Nafs memiliki hubungan

yang sangat erat yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan, karena

pendidikan karakter berfungsi dalam mengembangkan kreatifitas dan

produktifitas, juga berperan besar dalam upaya mengembangkan

moralitas dan penanaman nilan-nilai, baik nilai-nilai insani maupun

nilai-nilai ilahi. Sedangkan tazkiyah an-Nafs merupakan kebutuhan

pokok yang harus diperhatikan dan dipenuhi agar tercipta jiwa yang

salih, keluarga yang salih, masyarakat yang salih, bangsa yang salih dan

dunia yang salih.21

Perbedaannya dengan penelitian penulis, dalam tesis

20

M. Burhan Khoirul Adib, “Konsep Tazkiyyah Al-Nafs „Abd Al-Qadir Al-Jailani”,

Skripsi, Jakarta, UIN Jakarta, 2014, (t.d) 21

Moh. Kamilus Zaman, “Konsep Tazkiyah An-Nafs dalam Al-Qur‟an Perspektif:

Ahmad Mustofa Al-Maraghi dalam Tafsir Al-Marâghî dan Signifikannya Terhadap

Pendidikan Karakter di Indonesia”, Tesis, Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016, (t.d)

Page 31: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

14

tersebut Moh. Kamilus Zaman membahas tentang konsep tazkiyah an-

Nafs menurut perspektif Ahmad Mustofa Al-Marâghî dalam tafsir Al-

Marâghî. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai

tazkiyah An-Nafs perspektif Tafsir Al-Jailânî karya Syaikh Abdul Qadir

al-Jailani.

Skripsi yang ditulis oleh Siti Tasrifah, Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam Program Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir 2015, UIN

Yogyakarta, Konsep Salat Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani

(Tela‟ah atas Kitab Tafsir Al-Jailânî). Dalam skripsi ini dijelasan bahwa

Shalat menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani adalah bentuk tawajjuh

(menghadap kepada Allah secata totalitas) yang disertai dengan khusu‟,

ikhlas, khudur (hadirnya hati bersama Allah), dan penuh ta‟zim

(pengagungan). Beliau menjelaskan bahwa shalat harus dikerjakan

dengan memperhatikan syarat shalat, rukun shalat, dan tata cara

mendirikan shalat, serta adanya kehadiran hati ketika shalat. Syaikh

Abdul Qadir juga membagi sholat menjadi dua macam, yakni sholat

thariqah dan sholat syari‟ah.22

Perbedaannya dengan penelitian penulis

adalah, walaupun tafsir yang digunakan penulis sama-sama

menggunakan tafsir Al-Jailani, namun pada skripsi karya Siti Tasrifah ini

membahas tentang konsep shalat sedangkan penulis membahas tentang

ayat-ayat mengenai tazkiyah an-Nafs dalam tafsir Al-Jailânî.

Skripsi yang ditulis oleh Hayu A‟la Aslami, Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan Program Pendidikan Agama Islam 2016, IAIN Salatiga,

diakses dari http://etheses.uin-malang.ac.id/5551/1/13770042.pdf pada tanggal 13 Agustus

2018, pada pukul 14:11 22

Siti Tasrifah, “Konsep Salat Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Tela‟ah atas

Tafsir Al-Jailânî), Skripsi, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2015, (t.d). diakses dari

http://digilib.uin-suka.ac.id/ pada tanggal 13 Agustus 2018, pada pukul 10:26

Page 32: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

15

Konsep Tazkiyah An-Nafs dalam Kitab Ihya‟ „Ulûmuddîn Karya Imam

Al-Ghazali. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa secara umum tazkiyah

an-Nafs adalah proses penyucian jiwa dari perbuatan dosa, proses

pembinaan akhlakul karimah (prilaku mulia) dalam diri dan kehidupan

manusia. Adapun relevansi konsep tazkiyah an-Nafs terhadap pendidikan

akhlak adalah mengarahkan pada pembentukan pribadi muslim yang

mulia. Dengan tujuan pendidikan yang sama yakni kesempurnaan insani

dalam hal taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, serta kebahagiaan

dunia dan akhirat.23

Skripsi yang ditulis oleh Humaini, Fakultas Pendidikan Agama

Islam 2008), UIN Malang, Konsep Tazkiyah An-Nafs dalam Al-Qur‟an

dan Implikasinya dalam Pengembangan Pendidikan Islam. Dalam skripsi

ini dijelaskan bahwa secara umum konsep nafs dalam Al-Qur‟an

menunjuk kepada sisi dalam diri manusia yang memiliki potensi baik

dan buruk. Al-Qur‟an dalam menggunakan kata nafs untuk menunjuk

sisi dalam manusia itu, sedikitnya ada 4 pengertian yang dapat diperoleh.

Pertama, bahwa nafs berhubungan dengan nafsu. Kedua, bahwa nafs

berhubungan dengan nafas kehidupan. Ketiga, bahwa nafs berhubungan

dengan jiwa. Dan Keempat, bahwa nafs berhubungan dengan diri

manusia.24

Jurnal yang ditulis oleh Belinda Dwijayanti, Jurnal Teosofia, Vol.

4, No. 2 (2015), Tazkiyatun Nafs In Classical And Modern Islamic

23

Hayu A‟la Aslami, “Konsep Tazkiyatun Nafs dalam Kitab Ihya‟ „Ulûmuddîn Karya

Imam Al-Ghazali”, Skripsi, Salatiga, IAIN Salatiga, 2016, (t.d.) diakses dari http://e-

repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1391/1/ pada tanggal 13 Agustus 2018, pada pukul 09:26 24

Humaini, “Konsep Tazkiyatun Nafs dalam Al-Qur‟an dan Implikasinya dalam

Pengembangan Pendidikan Islam”, Skripsi, Malang, UIN Malang, 2008, (t.d) diakses dari

http://etheses.uin-malang.ac.id/ pada tanggal 13 Agustus 2018, pada pukul 09:43

Page 33: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

16

Tradition Qur‟anic Worldvie. Jurnal ini membahas tentang tazkiyah an-

Nafs menurut pandangan mufassir klasik, Imam Al-Alusi dengan

mufassir modern yakni Hamka. Al-Alusi memahami maksud dari

tazkiyah an-Nafs dengan pemurnian jiwa, sedangkan Hamka

memaknainya dengan membersihkan jiwa dari sikap ateis, politisme dan

kejahatan. Dan bagi siapa yang dapat berhasil dalam menyucikan dirinya

lewat tazkiyah an-Nafs tersebut, maka ia akan memperoleh jiwa yang

tenang dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.25

Jurnal yang ditulis oleh Sari, Jurnal Pendidikan Islam STAI Al-

Hidayah Bogor, Vol. 3, No. 05 (2014), Konsep Pendidikan Jiwa (Nafs)

Menurut Al-Qur‟an dan Hadits. Pada jurnal ini dijelaskan bentuk nafs

yang mengandumg kata jiwa disebut dalam Al-Qur‟an sebagai ruh,

fitrah, qalb, fu‟ad, aql dan bashiroh yang kesemuanya itu menjadi sub

sistem dan komponen tersendiri dari nafs. Interaksi dari semua sub

sistem ini lalu diikat dengan perasaan dan pikiran sehingga nafs menjadi

satu kesatuan yang menjadi penggerak tingkah laku. Bagi seorang

muslim, ia harus berupaya menggapai masalah tazkiyah an-Nafs dari

serangkaian ibadah yang dikerjakannya.26

25

Belinda Dwijayanti, “Tazkiyatun Nafs In Classical And Modern Islamic Tradition

Qur‟anic Worldvie”, Jurnal Teosofia, Vol. 4, No. 2 (2015) diakses dari

http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teosofia/ pada tanggal 13 Agustus 2018, pada pukul

10:05 26

Sari, “Konsep Pendidikan Jiwa (Nafs) Menurut Al-Qur‟an dan Hadits”, Jurnal

Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 05 (2014) diakses dari

http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/ pada tanggal 13 Agustus 2018, pada

pukul 10:20

Page 34: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

17

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library Research),

sehingga data yang diperoleh adalah berasal dari kajian teks atau

buku-buku yang relevan dengan pokok atau rumusan masalah di atas.

2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer

dan sekunder. Yang dimaksud data primer dalam penelitian ini adalah

kitab tafsir Al-Jailânî karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani sebagai

sumber utama. Sedangkan yang dimaksud sumber sekunder dalam

penelitian ini adalah buku-buku ilmu Al-Qur‟an, majalah, jurnal,

skripsi, tesis, maupun desertasi, dan artikel-artikel lain yang berkaitan

dengan tema pembahasan sebagai sumber pendukung.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teknik

dokumentatif, yaitu dengan mengumpulkan, memeriksa dan mencatat

data-data yang relevan dengan tema yang dibahas dalam skripsi ini.

Untuk mendapatkan data yang objektif dalam penelitian ini,

penulis akan melakukan penelitian kepustakaan (library research),

yaitu rangkaian penelitian yang berkenaan dengan judul skripsi ini.

4. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul untuk kemudian diolah, langkah

berikutnya adalah menganalisa data tersebut. Dalam proses

menganalisa data, penulis menggunakan metode deskriptif-analisis.

Dengan cara deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan

pandangan atau penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani terhadap

penafsiran tazkiyah an-Nafs dalam Al-Qur‟an.

Page 35: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

18

Penelitian ini juga menggunakan metode analisis isi (Content

Analysis). Dalam analisis ini, penulis menggunakan pendekatan

interpretasi. Ini artinya penulis menyelami pemikiran Syaikh Abdul

Qadir al-Jailani terhadap ayat-ayat yang terkait tazkiyah an-Nafs.

F. Teknik dan Sistematika Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku yang berjudul

Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan Skripsi Institut Ilmu Al-Qur‟an

(IIQ) Jakarta yang diterbitkan oleh LPPI IIQ Jakarta, 2017, Cet. 1

Bab pertama, bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari

latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metodologi penelitian serta teknik dan sistematika penulisan. Bab

pertama ini merupakan kerangka bagian penelitian, agar penelitian

menjadi baik dan bagi para pembaca dapat mengetahui alasan dan latar

belakang penulis penelitian dengan tema penelitian tersebut.

Bab kedua, pada bab ini penulis akan membagi menjadi tiga sub,

yang pertama membahas pengertian tazkiyah an-Nafs secara etimologi

dan terminology serta pendapat para ulama dan mufassir mengenai arti

atau makna dari tazkiyah an-Nafs. Yang kedua, membahas tentang

tujuan dan urgensi dari tazkiyah an-Nafs. Dan ketiga, kosakata tazkiyah

an-Nafs di dalam Al-Qur‟an dan hadits. Hal ini dilakukan karena bab

kedua merupakan landasan teori agar penyusunan skripsi, dapat terarah

dan sistematis, untuk memberikan informasi kepada para pembaca

mengenai penafsiran terkait ayat tazkiyah an-Nafs di dalam Al-Qur‟an.

Bab ketiga, pada bab ini merupakan penjelasan mengenai objek

yang diteliti, yaitu pengenalan secara umum kitab-kitab tafsir yang

menjadi sumber rujukan primer dari penelitian ini, meliputi biografi

Page 36: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

19

singkat, paham teologi dan madzhab, sumber penafsiran, metode

penafsiran, corak penafsiran, karakteristik tafsir dan sistematika

penafsiran. Penulis membuat dua sub bab pada bab tiga ini. Yang

pertama, membahas tentang biografi mufassir yang akan penulis teliti

tafsirnya, yakni Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Dan yang kedua, penulis

akan membahas sekilas tentang Metodologi Tafsir Al-Jailânî karya

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

Bab keempat, pada bab ini penulis akan melakukan analisa

terhadap penafsiran tazkiyah an-Nafs pada tafsir Al-Jailânî karya Syaikh

Abdul Qadir al-Jailani. Bab ini merupakan pokok pembahasan utama

dari kajian ini, tujuannya untuk menganalisa penafsiran Syaikh Abdul

Qadir al-Jailani dalam tafsir Al-Jailânî mengenai penafsiran tazkiyah an-

Nafs.

Bab kelima, bab ini merupakan penutup, berisi tentang hasil

penelitian, beberapa kesimpulan yang berisikan penegasan jawaban

terhadap masalah-masalah yang diterangkan pada bab-bab sebelumnya,

dan juga terdapat beberapa saran sebagai pijakan sementara untuk

melakukan penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan objek masalah

yang dikaji.

Page 37: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

99

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mengurai masalah tazkiyah an-Nafs, penulis

menyimpulkan:

Ayat-ayat yang berkaitan dengan tazkiyah an-Nafs dalam Al-

Qur‟an yang terdapat lafadz “tazkiyah” terdapat di 11 tempat dalam Al-

Qur‟an. Ayat tersebut terdapat pada QS. At-Taubah[9]: 103, QS. Al-

Laîl[92]: 18, QS. Fâthir[35]: 18, QS. An-Nûr[24]: 28, QS. An-Nûr[24]:

30, QS. Al-Baqarah[2]: 129, QS. Al-Baqarah[2]: 151, QS. Âli Imrân[3]:

164, QS. Al-Jumu‟ah[62]: 2, QS. An-Nûr[24]: 21 dan QS. An-Nisâ[4]:

49.

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani memberi penjelasan dalam tafsirnya

mengenai ayat-ayat yang berkaitan dengan tazkiyah an-Nafs tersebut,

yakni pada QS. At-Taubah[9]: 103, QS. Al-Laîl[92]: 18, dijelaskan

bahwa upaya penyucian jiwa dapat dilakukan melalui shadaqah, bisa

berupa zakat, infak ataupun yang lainnya. Selanjutnya pada QS.

Fâthir[35]: 18, dijelaskan pula bahwa takut kepada Allah lalu kemudian

ia sholat untuk menyucikan jiwanya dengan tujuan untuk lebih

mendekatkan diri kepada Allah, hal demikian dapat dikategorikan juga

dalam usaha penyucian jiwa. Kemudian, pada QS. An-Nûr[24]: 28, QS.

An-Nûr[24]: 30, pada ayat tersebut dijelaskan bahwa bentuk penyucian

jiwa tidak hanya berkaitan dengan hati saja, tapi bisa juga berkaitan

dengan perbaikan diri. Ayat selanjutnya yakni QS. Al-Baqarah[2]: 129,

QS. Al-Baqarah[2]: 151, QS. Âli Imrân[3]: 164, QS. Al-Jumu‟ah[62]: 2,

keempat ayat tersebut adalah upaya penyucian jiwa melalui bentuk

sarana pendidikan, yang dimana pendidikan pokok tersebut perlu

disampaikan kepada umat untuk penyucian jiwa. Dan yang terakhir pada

Page 38: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

100

QS. An-Nûr[24]: 21 dan QS. An-Nisâ[4]: 49, yang mana pada ayat ini

dijelaskan bahwa Allah Maha Kuasa dan punya Kehendak untuk

membersihkan jiwa siapa yang Dia kehendaki.

B. Saran

Sebagai akhir kata dari penyusun skripsi yang sederhana ini,

penulis berkeinginan untuk mengemukakan beberapa saran berikut ini:

1. Kajian yang dilakukan penulis ini masih jauh dari kedalaman

dan keluasan samudra Al-Qur‟an, oleh karena itu perlu ditinjak lanjuti

oleh para peniliti dengan lebih mendalam dan komprehensif dan

melakukan studi yang lebih sempurna dan mendalam tentang tema

tazkiyah an-Nafs menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

2. Tema tentang tazkiyah an-Nafs memang sudah banyak dibahas

dalam penelitian para mahasiswa, namun karena tazkiyah an-Nafs adalah

suatu hal yang menjadi kebutuhan seorang manusia untuk mendapatkan

kebahagiaan, baik kebahagiaan ruhani maupun jasmani. Karena dengan

tazkiyah an-Nafs memberi kesan yang sangat positif kepada jiwa

manusia karena dengan melakukan hal tersebut jiwa manusia akan

menjadi tenang dan menjadi lebih dekat kepada Allah SWT.

Dengan penuh kesadaran, skripsi yang telah disusun ini belum

dianggap memiliki hasil yang sempurna atau jauh dari yang diharapkan.

Karena masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, namun segala

upaya telah dilakukan guna untuk penyempurnaan skripsi ini. Maka dari

itu, saran, kritikan, masukan dari pembaca sangat diperlukan untuk

penyempurnaan skripsi ini. Dan terakhir ucapan rasa syukur terhadap

Allah dan Rasul-Nya yang tidak terbilang karena atas hidayah dan

Rahmah-Nya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Page 39: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

101

DAFTAR PUSTAKA

Abidu, Yunus Hasan. Tafsir Al-Qur‟an Sejarah Tafsir dan Metode Para

Mufassir, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Abu Faris, Muhammad Abdul Qadir. Menyucikan Jiwa, terj. Habiburrahman

Saerozi, Tazkiyatun Nafs, Jakarta: Gema Insani Press, 2005.

Adib, M. Burhan Khoirul. “Konsep Tazkiyyah Al-Nafs „Abd Al-Qadir Al-

Jailani”, Skripsi, Jakarta, UIN Jakarta, 2014. Tidak diterbitkan.

Ahmad bin Zakariya, Abu Al-Husain. Maqâyis Al-Lugho, Kairo: Nasy

Tauzi‟, 2008.

Al-Asfahani, Al-Husayn bin Muhammad Ar-Raghib. Mufrodât fî Gharîb Al-

Qur‟ân, Beirut: Dar Ihya Al-Turath Al-„Arabi, 2002.

Al-Baihaqi, Ahmad Bin Husain bin „Ali bin Musa Al-Khusraujirdi Al-

Khurasani Abu Bakar. Syu‟bul Îman. Tanpa tahun.

Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. Ensiklopedia Hadits;

Shahih Al-Bukhari, terj. Masyhar, MA dan Muhammad Suhadi, Jakarta:

Almahira, 2011.

. “Shahîh al-Bukhârî”,

Dâr thûqa an-Najâh: 1422 H.

Al-Ghazali, Muhammad. Ihya‟ „Ulumuddin, Beirut: Dar al-Fikr, Tanpa

tahun.

. 7 Metode Menjernihkan Nurani, terj. Taufiq Rahman,

Jakarta: PT. Mizan Publika, 2006.

Al-Hafidz, Ahsin W. Kamus Ilmu Al-Qur‟an, Jakarta: Amzah, 2006.

Page 40: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

102

Al-Hasani, Mohamed Fadil Al-Jailani. Biografi Syaikh Abdul Qadir Al-

Jailani, Depok: Keira Publishing, 2016.

Ali, Abdullah. Al-Qur‟an Bicara Tentang Jiwa, Bandung: Penerbit Arasy,

2003.

Al-Jailani, Abdul Qadir. Futûh Al-Ghaib, terj. Syamsu Basarudin, Bandung,

Penerbit Mizan, 1981.

. Tafsir Al-Jailânî, Kairo: Dar Al-Rukni wa Al-

Maqam, 1430 H/ 2009 M.

. Tafsir Al-Jailani, terj. Muhammad Fadhil Jailani

Al-Hasani, Jakarta: Penerbit Salima Publik & Markaz Al-Jailani, 2013.

. Ujar-ujar Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani,

terj. Ilyas hasan, Utterances of Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani,

Bandung: Penerbit Al-Bayan, 1995.

Al-Qahthani, Said bin Musfir. Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.

terj. Manirul Abidin, M.Ag. Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani wa

Arauhu Al-I‟tiqdiyah wa Ash-Shufiyah, Jakarta: Darul Falah, 2007.

Amrullah, Abdul Malik Abdul Karim Amrullah. Tafsir Al-Azhar, Jakarta: PT

Pustaka Panjimas, 1982.

. Tafsir Al-Azhar, Singapura:

Pustaka Nasional Pte Ltd, 2003.

An-Naisâbûrî, Muslim bin al- Hajjâj Abû al-Hasan al-Qusyairi. “Shâhîh

Muslim”, Beirut: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî.

Page 41: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

103

. Ensiklopedia

Hadits; Shahih Muslim 2, terj. Masyhari dan Tatam Wijaya, Jakarta:

Almahira, 2012.

Anshari, Hafizh, dkk. Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru van

Hoeve, 1993.

Anshori. „Ulumul Qur‟an, Jakarta: PT. Rajagrafindo, 2013.

Anshori, Aik Ikhsan. Tafsir Ishari, Pendekatan Hermeneutika Sufistik Tafsir

Syaikh „Abd Al-Qadir Al-Jilani, Ciputat: Ciputat Mega Mall, 2012.

As-Syami, Shalih Ahmad. Mawa‟idh Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, terj.

Yasir, Solo: Aqwam, 2010.

Ath-Thobari, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir. Tafsir At-Thabari, terj. Ahsan

Askan, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

Belinda Dwijayanti, “Tazkiyatun Nafs In Classical And Modern Islamic

Tradition Qur‟anic Worldvie”, Jurnal Teosofia, Vol. 4, No. 2 (2015)

diakses dari http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teosofia/

Chittick, William C. Sufism: A Short Introduction, terj. Zaimul, Tasawuf di

Mata Kaum Sufi, Bandung: Mizan, 2002.

Derese, Muhammad Amin. “Tazkiyah an-nafs dalam Perspektif Al-Qur‟an”,

Skripsi, Jakarta, UIN Jakarta, 2005. Tidak diterbitkan.

Hafil, Muhammad, “Murahnya Nyawa dalam Sepak Bola Indonesia”,

https://m.republika.co.id/berita/nasional/news-

analysis/18/09/24/pfjhsr430-murahnya-nyawa-dalam-sepak-bola-

indonesia, diakses tanggal 24 September 2018.

Page 42: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

104

Hamdy. Telaga Bahagia Syaikh Abdul Qadir Jailani; Rahasia di balik Takwa

dan Rela Menerima Takdir Allah, Jakarta: Republika, 2014.

Haq, Sansan Ziaul. Eksotisme Tafsir Ishari: Studi atas Metode Tafsir Al-

Jailani, Ciputat: Cinta Buku Media, 2016.

Hawwa, Sa‟id bin Muhammad Daib. Kajian Lengkap Penyucian Jiwa,

Tazkiyatun Nafs: Intisari Ihya‟ „Ulumuddin Al-Ghazali. terj. Tim

Kuwais: Abdul Amin, dkk. AlMustakhlas fii-Tazkiyatil-Anfus. Jakarta:

Pena Pundi Aksara, 2006.

. Intisari Ihya‟ „Ulumuddin Al-

Ghazali Mensucikan Jiwa Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu, Jakarta:

Rabbani Press, 1998.

. Al-Mustakhlash Fii Tazkiyatil Anfus,

terj. Ainur Rafiq Shaleh Tahmid, Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun

Nafs Terpadu, Jakarta: Robbani Press, 1999.

Hayu A‟la Aslami, “Konsep Tazkiyatun Nafs dalam Kitab Ihya Ulumuddin

Karya Imam Al-Ghazali”, Skripsi, Salatiga, IAIN Salatiga, 2016, (t.d.)

diakses dari http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1391/1/

Humaini, “Konsep Tazkiyatun Nafs dalam Al-Qur‟an dan Implikasinya

dalam Pengembangan Pendidikan Islam”, Skripsi, Malang, UIN

Malang, 2008, (t.d) diakses dari http://etheses.uin-malang.ac.id/

Ibn Manzur, Jamal Al-Din Ibn Muhammad Ibn Makram. Lisan Al-„Arab,

Beirut: Dar Sadir, Tanpa tahun.

Irawan, Prasetyo, dkk. Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Terbuka,

2009.

Page 43: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

105

Istifadah. “Tazkiyah an-Nafs dalam Tafsir Ar-Razi dan Al-Alusi

(Perbandingan Tafsir Corak Falsafi dan Sufi)”, Skripsi, Jakarta, IIQ

Jakarta, 2015. Tidak diterbitkan.

Jurnal Pemikiran Islam, vol. 37, no. 2 Juli-Desember/2012.

Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim, vol. 14, no. 1/2016.

Jurnal Pendidikan Islam, vol. 03 No. 1 Januari 2014.

Kamilah, Wasilah Nur. “Tawadhu‟ Dalam Perspektif Tafsir Al-Jailani Karya

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani”, Skripsi, Jakarta, IIQ Jakarta, 2017.

Tidak diterbitkan.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an. Spiritualitas dan Akhlak (Tafsir Al-

Qur‟an Tematik), Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an, 2010.

Moh. Kamilus Zaman, “Konsep Tazkiyah An-Nafs dalam Al-Qur‟an

Perspektif: Ahmad Mustofa Al-Maraghi dalam Tafsir Al-Maraghi dan

Signifikannya Terhadap Pendidikan Karakter di Indonesia”, Tesis,

Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim, 2016, (t.d) diakses dari

http://etheses.uin-malang.ac.id/5551/1/13770042.pdf

Mubarok, Achmad. Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern Jiwa dalam

Al-Qur‟an, Jakarta: Paramadina, 2000.

Mulkhan, Abdul Munir. Mencari Tuhan dan Tujuh Jalan Kebebasan

(Sebuah Esai Pemikiran Imam Al-Ghazali), Jakarta: Bumi Aksara,

1992.

Munawwir. Al-Munawwir: Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997.

Page 44: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

106

Mutma‟innah. “Hati dalam Tafsir Al-Mishbah Karya Quraish Shihab”, Tesis,

Surabaya, IAIN Sunan Ampel. Tidak diterbitkan.

Nasir, M. Ridwan. Perspektif Baru Metode Tafsir Muqarin Dalam

Memahami Al-Qur‟an, Surabaya: Imtiyaz, 2010.

Qardhawi, Yusuf. Berinteraksi Dalam Al-Qur‟an, terj. Abdul Hayyie al-

Kattani, Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Ridwan, Kafrawi. Ensiklopedi Islami, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,

1994.

Salim, Ahmad Husain Ali. Terapi Al-Qur‟an untuk Penyakit Fisik dan Psikis

Manusia, terj: Muhammad Al-Mighwar, Jakarta: Asta Buana Sejahtera,

2006.

Sari, “Konsep Pendidikan Jiwa (Nafs) Menurut Al-Qur‟an dan Hadits”,

Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 05 (2014) diakses dari

http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ei/

Shihab, M. Quraish, dkk. Ensiklopedia Al-Qur‟an: Kajian Kosakata, Jakarta:

Lentera Hati, 2007.

. Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-

Qur‟an, Jakarta: Lentera Hati, 2012.

. Wawasan Al-Qur‟an, Bandung: Mizan, 1970.

Sholeh, Sholeh, A Khudori. Skeptisme Al-Ghazali, Malang: UIN Malang

Pres, 2009.

Page 45: TAZKIYAH AN-NAFS PERSPEKTIF TAFSIR AL-JAILÂNÎ KARYA SYAIKH

107

Siti Tasrifah, “Konsep Salat Menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Tela‟ah

atas Tafsir Al-Jailani), Skripsi, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2015,

(t.d). diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id/

Soleh, Ahmad. Membersihkan Jiwa, dalam Republika, Jakarta, Rabu, 10

Februari 2010.

Tahido Yanggo, Huzaemah, dkk. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,

Disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Jakarta: IIQ Press,

2011.

UIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedia Tasawuf, Bandung: Angkasa

Bandung, Tanpa tahun.

Yayasan Bimantara. Ensiklopedia Al-Qur‟an, Jakarta: PT. Intermasa, 1997.

Zainuddin, M. Karomah Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Yogyakarta: Pustaka

Pesantren, 2011.