teknik pembuatan kompos - · pdf filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang...

19
Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 2010 1 TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS 1) M. Anang Firmansyah Peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah Jl. G. Obos km 5 Palangka Raya, HP.081353738525, e-mail:[email protected] Ringkasan Pengelolaan lingkungan dewasa ini harus dilakukan secara ramah lingkungan dan berkelanjutan. Penggunaan bahan-bahan penyubur tanah dan tanaman alami dari bahan-bahan organik yang dahulunya menjadi limbah saat ini mulai dihargai. Kompos merupakan salah satu jalan keluar yang mudah untuk mengganti sebagian kebutuhan pupuk kimia yang makin mahal dan mencemari lingkungan. Pengomposan TKS (Tandan Kosong Sawit) merupakan cara untuk meningkatkan dan menyehatkan tanah dan tanaman kelapa sawit, serta mencegah berkembangbiaknya kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) di perkebunan kelapa sawit. Pemberian bioaktivator dapat mempercepat dan meningkatkan mutu kompos. Kadar hara TKS meningkat jika dilakukan pengomposan, pada 100 kg TKS menjadi 100 kg kompos TKS terjadi peningkatan hara setara pupuk Urea dari 1,74 menjadi 5,09 kg; setara pupuk SP-36 dari 0,61 menjadi 1,97 kg, dan untuk setara pupuk KCl dari 4,83 menjadi 11,65 kg. ------------ Kata Kunci: oil palm, kompos, tandan kosong sawit PENDAHULUAN Kompos adalah proses yang dihasilkan dari pelapukan (dekomposisi) sisa-sisa bahan organik secara biologi yang terkontrol (sengaja dibuat dan diatur) menjadi bagian-bagian yang terhumuskan. Kompos sengaja dibuat karena proses tersebut jarang sekali dapat terjadi secara alami, karena di alam kemungkinan besar terjadi kondisi kelembaban dan suhu yang tidak cocok untuk proses biologis baik terlalu rendah atau terlalu tinggi. 1) Disampaian pada Pelatihan Pembuatan Bokhasi Tandan Kosong Kelapa Sawit bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sukamara Provinsi Kalimantan Tengah di Desa Bangun Jaya / SP3, Kecamatan Balai Riam, Kabupaten Sukamara pada hari Selasa, 5 Oktober 2010.

Upload: dangkien

Post on 05-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

1  

TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS1)

M. Anang Firmansyah Peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah

Jl. G. Obos km 5 Palangka Raya, HP.081353738525, e-mail:[email protected]

Ringkasan Pengelolaan lingkungan dewasa ini harus dilakukan secara ramah lingkungan dan berkelanjutan. Penggunaan bahan-bahan penyubur tanah dan tanaman alami dari bahan-bahan organik yang dahulunya menjadi limbah saat ini mulai dihargai. Kompos merupakan salah satu jalan keluar yang mudah untuk mengganti sebagian kebutuhan pupuk kimia yang makin mahal dan mencemari lingkungan. Pengomposan TKS (Tandan Kosong Sawit) merupakan cara untuk meningkatkan dan menyehatkan tanah dan tanaman kelapa sawit, serta mencegah berkembangbiaknya kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) di perkebunan kelapa sawit. Pemberian bioaktivator dapat mempercepat dan meningkatkan mutu kompos. Kadar hara TKS meningkat jika dilakukan pengomposan, pada 100 kg TKS menjadi 100 kg kompos TKS terjadi peningkatan hara setara pupuk Urea dari 1,74 menjadi 5,09 kg; setara pupuk SP-36 dari 0,61 menjadi 1,97 kg, dan untuk setara pupuk KCl dari 4,83 menjadi 11,65 kg. ------------ Kata Kunci: oil palm, kompos, tandan kosong sawit

PENDAHULUAN

Kompos adalah proses yang dihasilkan dari pelapukan (dekomposisi)

sisa-sisa bahan organik secara biologi yang terkontrol (sengaja dibuat dan

diatur) menjadi bagian-bagian yang terhumuskan. Kompos sengaja dibuat

karena proses tersebut jarang sekali dapat terjadi secara alami, karena di

alam kemungkinan besar terjadi kondisi kelembaban dan suhu yang tidak

cocok untuk proses biologis baik terlalu rendah atau terlalu tinggi.

1) Disampaian pada Pelatihan Pembuatan Bokhasi Tandan Kosong Kelapa Sawit bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sukamara Provinsi Kalimantan Tengah di Desa Bangun Jaya / SP3, Kecamatan Balai Riam, Kabupaten Sukamara pada hari Selasa, 5 Oktober 2010.

Page 2: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

2  

Dewasa ini juga ditemukan istilah fermentasi, istilah ini umumnya

digunakan dalam proses pembuatan bokhasi. Istilah tersebut jika diartikan

secara harfiah adalah proses yang khusus digunakan untuk menghasilkan

bahan-bahan seperti asam organik dan alkohol. Istilah fermentasi

nampaknya dipakai oleh para pembuat bokhasi untuk membedakan dengan

pengomposan yang umumnya memakan waktu lama, sedangkan fermentasi

hanya membutuhkan waktu sangat singkat. Berdasarkan pemahaman diatas

maka kita pengguna atau pembuat kompos harus tahu bahwa fermentasi

untuk pembuatan bokhasi adalah bagian dari proses pengomposan.

Sebagaimana Metting (1993) mengartikan bahwa penggunaan istilah

fermentasi untuk pembuatan kompos merupakan kata lain untuk proses

pelapukan bahan organik.

Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran jelas pada para

pengguna baik petugas teknis lapangan, penyuluh, dan juga para petani

dalam pemanfaatan limbah organik untuk pembuatan kompos yang efektif.

MIKROBA KOMPOS

Menurut Rao (1994) mikroba yang berperanan dalam proses

pengomposan ada dua jenis yang dominan, yaitu: bakteri dan jamur. Jenis-

jenis bakteri penting yang mempengaruhi proses pengomposan dapat

dikelompokkan berdasarkan asal bakteri, kebutuhan oksigen, suhu, dan jenis

makanannya. Berikut ini kelompok bakteri tersebut:

Page 3: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

3  

1. Bakteri berdasarkan asalnya:

a. Autokton adalah bakteri asli, contoh Arthrobacter dan Nocardio.

b. Zimogar adalah bakteri pendatang, contoh Pseudomonas dan

Bacillus.

Jumlah bakteri autotrof seragam dan tetap karena berasal dari

bahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang

ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan

meningkat namun akan menurun lagi jika bahan organik tersebut

habis.

2. Bakteri berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen (O2):

a. Anaerobik, yaitu bakteri yang berkembang biak tanpa O2.

b. Aerobik, yaitu bakteri yang berkembang biak dengan O2.

c. Anaerobik Fakultatif, yaitu bakteri yang mampu berkembang

biak tanpa atau dengan O2.

3. Bakteri yang dikelompokkan berdasarkan suhu:

a. Psikrofil, bakteri yang optimal berkembang di suhu < 20o C.

b. Mesofil, bakteri yang berkembang optimal di suhu 15 – 45 oC.

c. Termofil, bakteri yang berkembang optimal di suhu 45 – 65 oC.

Contohnya: Bacillus Sp.

d. Superthermofil, bakteri yang berkembang optimal > 70oC.

Contohnya: B. Stearothermophilus (Sutedjo et al. 1991).

4. Bakteri yang dikelompokkan berdasarkan makanannya:

a. Autotrof, bakteri yang dapat menyusun makanannya sendiri.

Page 4: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

4  

b. Heterotrof, bakteri tergantung pada makanan yang tersedia.

c. Fotoautotrof, bakteri memperoleh energinya dari sinar matahari.

Mikroorganisme yang dominan dalam pengomposan setelah bakteri adalah

jamur (fungi), umumnya jamur dapat berkembang di lingkungan asam,

kebanyakan bersifat aerobik, dan perkembangannya akan menurun jika

kelembaban terlalu tinggi.

Bahan organik tanaman yang digunakan untuk kompos umumnya

terbagi 2 macam, yaitu:

1) Bahan organik yang memiliki kandungan N (Nitrogen) tinggi dan

Karbon (C) tinggi, contohnya pupuk kandang, daun legume (gamal,

lamtoro, kacang-kacangan) atau limbang rumah tangga.

2) Bahan organik yang memiliki kandungan N rendah dan C tinggi,

contohnya dedaunan yang gugur, jerami, serbuk gergaji, bagian

tanaman yang tua (TKS = tandan kosong kelapa sawit).

Limbah Bahan organik yang memiliki kandungan N tinggi dan C tinggi jika

akan dicampur dengan bahan yang memiliki N rendah dan C tinggi untuk

dibuat kompos, maka perbandingannya adalah 1 : 4. Dan selama proses

pengomposan diusahakan suhu diatur pada kisaran 60-65oC, maka kompos

akan memiliki proses yang sempurna (Tan, 1994). Laju pengomposan akan

menurun pada suhu diatas 70oC, dan optimal pada suhu antara 40 – 50oC

Sutedjo et al. (1991).

Suhu pengomposan menentukan mutu kompos yang dihasilkan, jika

pembuatan kompos tidak menimbulkan panas menunjukkan aktivitas mikroba

Page 5: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

5  

tidak berjalan sesuai harapan. Menurut Sutedjo et al. (1991) suhu kompos

mempunyai pengaruh baik karena mampu menurunkan patogen

(mikroba/gulma yang berbahaya). Jika suhu dalam proses pengomposan

hanya berkisar kurang dari 20oC maka kompos dinyatakan gagal, sehingga

perlu diulang kembali. Cek kembali jumlah bahan kompos apakah sudah

cukup banyak, kelembaban kompos apakah tidak terlalu kering, atau penutup

kompos apakah sudah cukup rapat. Jika suhu pengomposan lebih dari 20oC

maka menunjukkan aktivitas mikroba cukup baik dan laju metabolisme

meningkat cepat.

Kandungan bahan organik tanaman terdiri dari selulosa (15-60% dari

BK); hemiselulosa (10-30% dari BK); lignin (5-30% dari BK); fraksi larut air

seperti gula asam amino dan lain-lain (5-30% dari BK); bahan terlarut alkohol

seperti lemak, minyak, lilin dan lain-lain; dan proten dan mineral (1-13% dari

BK) (Alexander, 1978).

KEGUNAAN UNSUR HARA

Jenis dan kegunaan unsur hara penting diketahui oleh petani, sebab

pengetahuan itu akan meningkatkan ketepatan baik jumlah, saat pemupukan,

dan efektivitas pupuk terhadap produksi tanaman. Beberapa unsur hara

yang penting bagi kelapa sawit, antara lain:

• Nitrogen (N), unsur hara ini diperlukan dalam jumlah banyak dan berguna

bagi pertumbuhan tanaman, kekurangan N mengakibatkan pertumbuhan

tanaman menurun. Gejala kekurangan N adalah pertumbuhan terhambat

Page 6: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

6  

dan daun tua berwarna hijau pucat kekuningan. Sumber pupuk yang

mengandung N adalah Urea atau ZA.

• Phospor (P), merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah

banyak, berguna bagi perakaran dan batang yang kuat, serta

meningkatkan mutu buah. Kekurangan P menyebabkan tanaman tumbuh

kerdil dan daun berwarna keunguan. Sumber unsur hara P antara lain

pupuk SP-18, rock phosphat, SP-36.

• Kalium (K) unsur ini juga diperlukan dalam jumah banyak, penting untuk

penyusunan minyak dan mempengaruhi jumlah dan ukuran tandan.

Kekurangan unsur K akan terjadi pada daun tua karena K diangkut ke

daun muda. Gejalanya akan timbul bercak transparan, lalu megering.

Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl.

• Magnesium (Mg) diperlukan dalam jumlah cukup banyak, berfungsi dalam

proses fotosintesis. Kekurangan unsur Mg ditandai dengan gejala ujung

daun tua nampak kekuningan jika terkena sinar matahari, sedangkan

daun yang terlindung tidak terjadi hal tersebut. Sumber hara Mg adalah

kapur dolomit.

• Tembaga (Cu), diperlukan dalam jumlah sedikit, merupakan pembentuk

klorofil dan mempercepat reaksi fisiologi tanaman. Umumnya terjadi

kekurangan Cu pada tanah gambut, ciri kekurangan berat Cu adalah daun

kuning pucat lalu mengering dan mati. Sumber unsur Cu adalah CuSO4.

Page 7: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

7  

• Boron (B), diperlukan dalam jumlah sedikit, berfungsi menyusun gula dan

karbohidrat, protein dan perkembangan ujung dan anak daun.

Kekurangan B ditandai munculnya daun pancing, daun kecil dan daun

sirip ikan. Sumber unsur B adalah borak.

• Zink (Zn), diperlukan sedikit, berperanan dalam enzimatis dan menunjang

pembentukan hormon pertumbuhan. Gejala kekurangan Zn adalah

matinya jaringan tanaman. Gambut banyak mengalami kekurangan Zn.

DOSIS PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

Pengenalan kegunaan unsur hara yang penting bagi pertumbuhan dan

produksi kelapa sawit, maka petani perlu melengkapi dengan pengetahuan

tentang pemupukannya.

Kelapa sawit berdasarkan masa produktifnya terbagi: Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM). Sehubungan jenis

tanah Podsolik paling dominan, maka disajikan dosis rekomendasi di tanah

tersebut (Tabel 1) (Winarna et al., 2000 dalam Darmosarkoro et al., 2003).

Petani juga diharapkan dapat menghitung konversi dari kadar hara ke

jenis pupuk. Jenis pupuk boleh berbeda namun harus diketahui tingkat kadar

haranya, jika direkomedasi digunakan ZA (kadar N = 21%), namun

dilapangan hanya ada Urea (kadar N = 46%), maka diperlukan penyetaraan

dengan cara membagi kadar hara kedua jenis pupuk tersebut. Contoh

perhitungan dapat dipelajari dari keterangan Tabel 1.

Page 8: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

8  

Tabel 1. Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan (TBM) di Tanah Podsolik

Jenis dan dosis pupuk (kg/pohon) Umur tanaman (bulan) ZA* RP** MOP*** Kieseriet# HGF-Borate

Lobang tanam 1 3 5 8

12 13 20 24 38 32

- 0,10 0,25 0,25 0,25 0,50 0,50 0,50 0,50 0,75 0,75

0,50 - -

0,50 -

0,75 -

1,00 -

1,00 -

- -

0,15 0,15 0,15 0,35 0,50 0,50 0,75 0,75 1,00

- -

0,10 0,10 0,25 0,25 0,50 0,50 0,50 0,75 0,75

- - - -

0,02 -

0,03 -

0,05 - -

Keterangan: * Jika hanya tersedia Urea, maka ZA (21%N) harus diubah ke Urea (46% N), maka dihitung konversinya: 21/45 = 0,47. Jika petani hanya punya pupuk Urea, maka dosis ZA harus dikalikan 0,47. Contoh: umur 1 bulan memerlukan Urea sebesar 0,1 x 0,47 = 0,047 kg/pohon Urea atau 1/2 ons/pohon Urea. Jadi kebutuhan Urea lebih sedikit dibandingkan ZA, karena kadar N pupuk Urea lebih tinggi dari kadar N pupuk ZA. ** Jika petani memiliki pupuk SP-36, maka dapat dgunakan sesuai RP (Rock Phospat) dengan catatan kandungan P2O5 sama-sama 36%. Namun jika yang tersedia pupuk SP-18, maka dosis RP harus dikalikan (36/18) = 2. Jadi jika kebutuhan RP lobang tanam 0,5 maka dikalikan 2 atau 0,5 x 2 = 1 kg. Jadi untuk SP-18 diperlukan dosis 1 kg/pohon. *** MOP dapat digunakan setara dengan pupuk KCl yang memiliki kadar K2O 60%. # jika petani memiliki pupuk dolomit (MgO 18%) dan tidak ada Kieserit (MgO 25%), maka aplikasi kiserit harus dikalikan 25/18 = 1,4. Contoh umur sawit 8 bulan memerlukan dolomit sebesar 0,25 x 1,4 = 0,35 kg/pohon. Tabel 2. Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan (TM) di Tanah Mineral (bukan tanah gambut)

Jenis dan dosis pupuk (Kg/pohon) Umur tanaman (tahun) Urea SP-36* MOP Kieseriet Jumlah 3 – 8 9 – 13

14 – 20 21 - 25

2,00 2,75 2,50 1,75

1,50 2,25 2,00 1,25

1,50 2,25 2,00 1,25

1,00 1,50 1,50 1,00

6,00 8,75 7,75 5,25

Keterangan: * Jika yang tersedia pupuk SP-18, maka dosis SP-36 harus dikali dengan 2 yang berasal dari (36/18).

Page 9: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

9  

PENGKAJIAN PEMBUATAN BOKHASI

Bokhasi yang diberi bioaktivator EM (Efektivitas Mikroorganisme) yang

dikenal sebagai bahan pembantu mempercepat pembuatan kompos dari 3

bulan hanya menjadi beberapa hari telah menjadi berita yang cukup heboh.

Namun hingga saat ini secara ilmiah EM belum lolos uji (Giller, 2008).

Meledaknya EM telah memicu bermunculan produk-produk yang

menawarkan mikroba perombak bahan organik, bahkan Badan dan Balai

Penelitian milik Pemerintah juga ikut mengeluarkan produksi sejenis.

Aspek positif beredarnya EM tidak dapat disangkal telah membantu

sosialisasi atau penyuluhan tentang pertanian organik dan menurunkan

ketergantungan terhadap pupuk kimia.

Berikut ini akan diuraikan pengalaman dan pengamatan pembuatan

bokhasi limbah kandang ternak yang dilakukan pada pertengahan tahun

2010 di Palangka Raya dengan petani kooperator Marwoto (57 th).

Bokhasi yang dibuat menggunakan bioaktivator EM-4, dan bahan

organik berupa rumput, limbah kandang ayam, limbah kandang kambing, dan

limbah kandang sapi. Tahapan-tahapan cukup mudah dan sederhana, dapat

dilihat pada gambar 1 - 7 atau tahapan seperti berikut ini:

1. Pembuatan biakan EM-4 diawali dengan pembuatan Molase dan

diikuti oleh pembiakan bakteri EM-4.

a. Pembuatan Molase (air manis) membutuhkan gula merah

atau gula pasir dan air bersih dengan perbandingan 1:1.

Page 10: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

10  

b. Proses pembiakan bakteri EM-4: Bahan yang diperlukan

cairan EM-4 1 liter, dedak 3 kg, molase ¼ liter, terasi ¼ kg,

dan air bersih 5 liter. Peralatan yang disiapkan: ember,

pengaduk air, panci, saringan, botol air mineral. Cara

pembuatan:

i. Panaskan 5 liter air hingga mendidih.

ii. Masukkan dedak, molase, terasi dan aduk rata.

iii. Dinginkan adonan tersebut, lalu masukkan cairan

EM-4 kemudian aduk rata.

iv. Tutup rapat selama 2 hari, jangan dibuka-buka.

v. Pada hari ke 3 tutup dikendorkan, aduk selama 10

menit setiap hari.

vi. Setelah 1 minggu, bakteri sudah dapat diambil dan

disaring dan dimasukkan kedalam botol air mineral.

vii. Simpan botol di ruang sejuk dan tidak terkena sinar

matahari langsung.

viii. Bakteri yang dibiakkan dapat dipakai membuat pupuk

organik.

2. Pembuatan pupuk organik bokashi atau kompos. Bahan yang

dibutuhkan adalah potongan sisa tanaman pertanian, dedak,

serbuk gergaji, pupuk kandang (ayam/kambing/sapi/dan lain-lain),

terpal pembungkus/penutup. Tahapan pembuatan kompos bokashi

sebagai berikut:

Page 11: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

11  

a. Letakkan potongan tanaman atau sampah organik pada

tumpukan dengan lebar 1,3 m panjang 2 m setebal 15 cm.

b. Letakkan diatasnya pupuk kandang setebal 5-15 cm secara

merata.

c. Taburkan serbuk gergaji kayu lalu ditutup dengan dedak

secara tipis dan merata.

d. Larutkan cairan pembiakan bakteri EM-4 (600ml) ke dalam

air 10 liter, dan aduk. Setelah merata maka tuang pada

lapisan diatas lapisan dedak tersebut.

e. Ulangi lagi tahapan pemberian sisa tanaman, pupuk kadang,

serbuk gergaji, dedak dan cairan bakteri EM-4 hingga

berlapis-lapis setinggi 1 – 1,5 meter.

f. Tutup tumpukan bahan kompos dengan terpal rapat-rapat.

Panas akan meningkat mulai 40 hingga 65oC pada

tumpukan menunjukkan bahwa mikroba sedang bekerja

melapukkan bahan kompos.

g. Setelah 7 hari maka kompos dibalik atau diaduk, bila perlu

ditambah lagi cairan pembiakan bakteri EM-4. Setelah

merata maka ditutup kembali.

h. Setelah 2 – 4 minggu kompos bisa digunakan. Kompos

yang matang umumnya berumur 2 – 3 bulan, cirinya

warnanya hitam kecoklatan, remah atau gembur, dan tidak

berbau menyengat.

Page 12: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

12  

Gambar 1. Pencampuran biakan EM-4 dengan air untuk menyiram tumpukan bahan bokhasi.

Gambar 2. Tumpukan bahan bokhasi (rumput, pupuk kandang, serbuk gergaji, dedak) disiram dengan biakan EM-4. Lapisan tersebut diulang hingga ketinggian 1 – 1,5 m.

Gambar 3. Tumpukan bahan bokashi sudah mencukupi, ditutupi rumput dan disiram biakan EM-4 untuk terakhir kali.

Gambar 4. Tumpukan bokhasi ditutup rapat dengan terpal.

Gambar 5. Pengukuran suhu menunjukkan peningkatan 53oC setelah 2 hari ditutup terpal. Dan grafik rata-rata suhu bokhasi dan suhu udara selama 1 minggu.

Page 13: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

13  

Gambar 6. 3 hari setelah ditutup terpal telah keluar uap panas dan jamur.

Gambar 7. Bokhasi digunakan untuk pupuk organik di tanaman semangka.

Tanda kompos matang terbagi menjadi 2 macam, yaitu: tanda kimia

dan tanda fisik. Tanda kimia untuk kompos yang matang apabila

perbandingan kadar karbon (C) dan nitrogen (N) atau C/N < 25 atau rata-rata

terbaik adalah 10. Namun jika C/N > 25 seperti tanda kosong kelapa sawit

yang umumnya mencapai C/N > 50 termasuk belum matang atau masih

mentah. Jika kita memberikan kompos yang mentah berakibat pada

menurunnya kadar N tanah, sebab mikroba akan menggunakan N tanah

untuk membentuk tubuhnya yang akan digunakan mengolah bahan organik

kaya C dari kompos mentah. Maka hindarilah penggunaan kompos mentah

karena mengakibatkan N tanah yang diserap tanaman akan berkurang.

Sebaliknya jika kita menambah kompos yang sudah matang, maka kompos

akan menyumbang N kedalam tanah dan tanaman mendapatkan tambahan

N.

Tanda fisik kompos yang sudah matang umumnya berwarna gelap

(coklat kehitaman) dan teksturnya remah, tidak lagi terlihat bentuk asalnya.

Page 14: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

14  

Saran untuk petani adalah menggunakan tanda fisik untuk menentukan

kompos matang, sedangkan tanda kimia tidak praktis dilakukan sebab

memerlukan biaya dan waktu untuk menganalisis di laboratorium. Kelebihan

lain dari tanda fisik adalah kandungan C/N untuk kompos matang akan

otomatis menunjukkan perbandingan C/N < 25. Sedangkan tanda kimia

dapat digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab mencari

keuntungan misalnya menambahkan pupuk urea, sehingga C/N < 25 namun

secara fisik kompos masih mentah.

PENGOMPOSAN TANDAN KOSONG SAWIT

Tandan kosong kelapa sawit tidak boleh lagi dibakar sesuai Surat

Keputusan Mentan No.:KB 550/286/Mentan/VII/1997. Berdasarkan peraturan

tersebut terjadi berbagai upaya pemanfaatan TKS. Rolettha et al. (1999)

menggunakan TKS sebagai perangkap kumbang Oryctes rhinoceros

Hasilnya menunjukkan bahwa TKS umur 2 hingga 8 minggu sangat menarik

kumbang O. rhinoceros dan menjadi tempat berkembang bagi seluruh stadia

serangga tersebut.

Banyaknya TKS perlu diantisipasi karena bukan hanya sebagai

perangkap namun dimata petani TKS adalah tempat hidup dan berbiak yang

suatu saat dapat menghancurkan kebun sawit mereka. Bahkan tidak hanya

merusak pucuk sawit namun juga memicu timbulnya penyakit busuk pangkal

batang karena sebagai pembawa jamur Ganoderma.

Page 15: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

15  

Tandan kosong sawit banyak mengandung lignoselulosa dengan

penyusun utama selulosa (45,95%), hemiselulosa (22,84%), dan lignin

(16,49%), Abu (1,23%), Nitrogen (0,53%), Minyak (2,41%) (Darnoko et

al.,1993 dalam Darmosarkoro et al., 2003). Tingginya selulosa,

hemiselulosa dan lignin menjadikan kompos TKS matang cukup lama yaitu 3

bulan. Sedangkan unsur hara yang terkandung pada TKS antara lain 42,8%

C, 2,90% K2O, 0,80% N, 0,22% P2O5, 0,30% MgO, 10 ppm B, 23 ppm Cu,

dan 51 ppm Zn ( Singh et al., 1990 dalam Susanto et al., 2005). Tandan

kosong kelapa sawit masih mengandung unsur hara yang dapat

menyuburkan tanah dan tanaman. Kadar unsur hara pada TKS cukup

besar. Beberapa bahan organik yang dihasilkan perkebunan sawit dapat

dilihat pada Tabel 3.

Kompos tandan kosong kelapa sawit telah diuji dan berpengaruh baik

pada pembibitan kelapa sawit. Pemberian kompos TKS 50% dan tanah 50%

mampu meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah pelepah pembibitan kelapa

sawit sebesar 16,81 cm dan 3,17 pelepah (Susanto, 2005).

Tabel 3. Kadar Hara pada Bahan Organik dari Perkebunan Kelapa Sawit.

Kadar hara (kg/ha/th) Bagian tanaman N P K Mg Ca

Pelepah tunasan Tandan kosong Serat Cangkang Limbah cair

107,9 5,4 5,2 3,0

12,9

10,0 0,4 1,3 0,1 2,1

139,4 35,3 7,6 0,8 26,6

17,2 2,7 2,0 0,2 4,7

25,6 2,3 1,8 0,2 5,4

Sumber: Sutarta dan Winarna ( 2002)

Page 16: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

16  

Pengomposan tandan kosong merupakan salah satu cara mengurangi

populasi hama Oryctes rhinocceros maupun penyakit busuk pangkal batang

(Ganoderma boninense) dengan pemberian jamur Trichoderma spp.

Penelitian Susanto et al. (2005) bahwa pemberian Trichoderma koningii

konsentrasi 5% merupakan konsentrasi terbaik sebagai fungisida.

Aplikasi bahan organik seperti kompos tandan kosong sawit (TKS)

adalah 100 kg/pohon yang diaplikasikan 2 tahap dalam setahun. Untuk

melihat penambahan hara dari TKS dan setelah TKS dikomposkan serta

dibandingkan dengan pupuk rekomendasi maka telah dihitung dan dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan Kadar Hara antara Pupuk Rekomendasi, Tandan Kosong Sawit, dan Kompos Tandan Kosong Sawit

Bahan Urea (kg/pohon)

SP-36 (kg/pohon)

KCl (kg/pohon)

Pupuk Rekomendasi tanam-an sawit umur 9 – 13 tahun

2,75 2,25 2,25

100 kg TKS 1,74 0,61 4,83 100 kg Kompos TKS* 5,09 1,97 11,65 Keterangan: * Kadar hara Kompos TKS diacu produksi PPKS yaitu: 35% C; 2,34% N; 15 C/N; 0,31% P;

5,53% K; 1,46% Ca; 0,96% Mg; dan 52 % air.

Perhitungan untuk konversi N ke pupuk Urea. Jika TKS memiliki

kadar N = 0,80% untuk diubah ke Urea (46%), maka 100 kg TKS

mengandung 100 x (0,53/100) = 0,80 kg N atau setara 0,80 x (100/46) = 1,74

kg Urea. Jika kompos TKS mengandung N = 2,34% maka kompos TKS

Page 17: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

17  

mengandung 100 x (2,34/100) = 2,34 kg N atau setara 2,34 x (100/46) =

5,09 kg Urea.

Perhitungan untuk konversi P ke pupuk SP-36. Jika TKS memiliki

kadar P2O5 = 0,22% maka 100 kg TKS mengandung 100 x (0,22/100) = 0,22

kg P2O5 atau setara dengan 0,22 x (100/36) = 0,61 kg SP-36. Jika kompos

TKS mengandung 0,31% P maka 100 kg kompos TKS mengandung 100 x

(0,31/100) = 0,31 kg P. Konversi 0,31 P ke P2O5 adalah menghitung berat

atom (O = 16, P = 31) yaitu 0,31 x (((2x31)+(5X16))/(2x31)) = 0,31 x 2,29 =

0,71 kg P2O5. Konversi 0,71 P2O5 ke SP-36 adalah 0,71 x (100/36) = 1,97 kg

SP-36.

Perhitungan untuk konversi K ke pupuk KCl. Jika TKS

mengandung 2,90% K2O maka 100 kg TKS terdapat 100 x (2,90/100) = 2,9

kg K2O atau setara dengan 2,9 x (100/60)= 4,83 kg KCl. Jika kompos TKS

mengandung 5,83 % K maka 100 kg kompos TKS terdapat 100 x (5,83/100)

= 5,83 kg K. Konversi 5,83 K ke K2O menghitung menggunakan berat atom

(O = 16; K = 39) adalah 5,83 x (((2x39)+(1X16))/(2X39)) = 6,99 kg K2O.

Konversi 6,99 K2O ke pupuk KCl adalah 6,99 x (100/60) = 11,65 kg KCl.

Berdasarkan Tabel 4, ternyata proses pengomposan TKS

meningkatkan kandungan unsur hara N, P dan K, bahkan kandungan hara

tersebut lebih besar daripada rekomendasi pemupukan kimia. Hanya pada

unsur P kompos TKS masih dibawah pupuk rekomendasi untuk umur sawit 9

-13 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengomposan TKS perlu

diusahakan agar kebutuhan hara tidak seluruhnya dari pupuk kimia yang

Page 18: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

18  

mahal dan langka namun dapat dibuat pupuk organik yaitu kompos ataupun

kompos TKS yang murah dan sederhana. Dan perlu diingat oleh para petani

plasma kelapa sawit, agar kompos TKS efektif meningkatkan produksi TBS

(Tandan Buah Segar) maka diperlukan pemberian kompos yang teratur dan

terus-menerus.

KESIMPULAN

1. Pemanfaatan limbah organik menjadi kompos akan mengurangi

ketergantungan terhadap pupuk kimia dan memperbaiki lingkungan tanah

dan tanaman.

2. Kandungan hara TKS makin meningkat jika dilakukan pengomposan TKS.

3. Kompos tandan kosong sawit berpengaruh baik pada pembembibitan

kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, M. 1978. Introduction to soil microbiology. Willey Eastern Limited. New Delhi. 467p.

Darmosarkoro, W., E.S. Sutarta, dan Winarna 2003. Teknologi pemupukan

tanaman kelapa sawit. Dalam Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Hal: 113-134.

Giller, K. 2008. Fantasi EM. Salam majalah pertanian berkelanjutan. No. 24

Juli 2008. LEISA - Indonesia. Hal:32. Metting, F.B. 1993. Soil microbial ecology: aplication in agricultural and

environment management. Marcel Dekker. New York. 646p. Rao, N.S.B. 1994. Mikroorganisme tanah dan pertumbuhan tanaman.

Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 353 hal.

Page 19: TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS - · PDF filebahan organik tanah asalnya, jika ada bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah maka bakteri zimogar akan meningkat namun akan menurun lagi

Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah 

2010 

 

19  

Rolettha, Y.P., S. Prawirosukarto, dan R.D. Chenon. 1999. Pemanfaatan

tandan kosong kelapa sawit sebagai perangkap Oryctes rhinoceros (L) di perkebunan kelapa sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 7(2):105-114.

Sutarta, E.S. dan Winarna. 2002. Upaya peningkatan efisiensi dan langkah

alternatif pemupukan pada tanaman kelapa sawit. Warta PPKS. 10(2-3):23-32.

Sutedjo, M.M., A.G. Kartasapoetra, R.D.S. Sastroatmodjo. 1991.

Mikrobiologi tanah. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 447p. Sutanto, A., A.E. Prasetyo, Fahroidayanti, A.F. Lubis, dan A.P. Dongoran.

2005. Viabilitas bioaktivator jamur Trichoderma koningii pada media tandan kosong kelapa sawit. Jurnal Penelitian Ktandan kelapa sawit. 13(1):25-33.

Tan, K.H. 1994. Environmental soil science. Marcel Dekker, INC. New

York. 304 p.