teori belajar bruner (bruner)

22
Dosen: Susda Heleni, Dra. , M.Pd. DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA “Teori Belajar Menurut Bruner” Oleh Yosi Srinita 1205135729 Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau 1

Upload: yoshiie-srinita

Post on 23-Dec-2014

388 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Belajar Bruner (Bruner)

Dosen: Susda Heleni, Dra. , M.Pd.

DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA

“Teori Belajar Menurut Bruner”

Oleh

Yosi Srinita

1205135729

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Riau

Pekanbaru

2013

1

Page 2: Teori Belajar Bruner (Bruner)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam karena atas izin dan kehendak-Nya jugalah makalah sederhana ini dapat di selesaikan penulis tepat pada waktunya.

Pembuatan dan penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar- Dasar Pendidikan MIPA. Adapun masalah yang penulis bahas dalam makalah yang sederhana ini mengenai Teori Belajar menurut Bruner.

Dalam penulisan pembuatan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis mengenai hal yang berhubungan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima makasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah sederhana ini.

Penulis menyadari akan kemampuan penulis yang masih amatir. Dalam makalah sederhana ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin,tetapi penulis yakin makalah sederhana yang penulis buat masih banyak kekurangan,karena itu penulis mohon maaf.

Akhir kata, harapan penulis semoga makalah sederhana ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah sederhana ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih maju dimasa yang akan datang. Terima kasih.

Pekanbaru, September 2013

Penulis

2

Page 3: Teori Belajar Bruner (Bruner)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku yang merupakan akibat dari

pengalaman dan latihan. Belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan tetapi

merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan

perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan

lingkungan yang disadari. Banyak teori yang membahas tentang proses perubahan

tingkah laku tersebut.

Teori pembelajaran merupakan penyedia panduan bagi pengajar untuk membantu

siswa didik dalam mengembangkan kognitif, emosional, sosial, fisik, dan spiritual.

Panduan-panduan tersebut adalah kejelasan informasi yang mendeskripsikan tujuan,

pengetahuan yang diperlukan, dan unjuk kerjaan itu penting. Hal ini adalah untuk

mengantisipasi perubahan yang terjadi di dunia pendidikan. Ada dua perubahan yang

perlu diantisipasi, yaitu perubahan yang sifatnya sedikit demi sedikit (piecemeal) dan

yang bersifat sistemik (systemic). Jadi teori pembelajaran itu penting sebagai suatu

dasar pengetahuan yang memandu praktek pendidikan: “bagaimana memfasilitasi

belajar” dalam dunia pendidikan yang senantiasa berubah, terlebih dalam cakupan yang

sistemik.

Praktek pembelajaran adalah suatu subsistem yang merupakan bagian dari sebuah

sistem. Jika dalam sebuah perjalanan, sistemnya berubah, maka subsistemmnya pasti

berubah, oleh karena masing-masing kebutuhan subsistem harus memiliki titik temu

dengan sistemnya supaya sistem tersebut dapat mendukung subsistem secara

berkelanjutan. Jadi perubahan sistemik yang terjadi pada sistem pembelajaran mesti

diikuti oleh perubahan sistemik pada subsistem teori pembelajaran. Perubahan teori

pembelajaran harus diikuti oleh perubahan paradigma pembelajaran.

Alur berpikir diatas terbangun dari sejarah perkembangan teori pembelajaran.

Sebelum para tokoh psikologi membangun dan menemukan teori belajar kognitif,

terlebih dahulu sudah terdapat beberapa teori pembelajaran yang telah muncul dan

berkembang. Namun teori pembelajaran yang ada saat itu mereka anggap masih kurang

sempurna, hingga akhirnya menginspirasikan beberapa tokoh psikologi untuk

3

Page 4: Teori Belajar Bruner (Bruner)

menyikapi kekurangan-kekurangan dari beberapa teori belajar yang lebih awal yang

dianggap masih ada beberapa celah kekurangan, yang diantaranya adalah teori

behavioristik. hal ini juga berlaku untuk teori pembelajaran kognitif itu sendiri. Seiring

berkembangnya zaman selanjutnya pasti akan ditemukan kekurangan-kekurangan dari

teori kognitif ini dalam menjawab tuntutan zaman. Hal tersebut sekaligus memberikan

inspirasi bagi tokoh psikologi (di era selanjutnya) untuk mengkonstruksi teori baru yang

lebih mampu untuk menjawab tuntutan zaman.

Pada abad ke-20, psikologi telah muncul sebagai sebuah bidang studi yang mandiri.

Diantaranya dimulai dengan kemunculan aliran strukturalisme dan juga fungsionalisme

yang didalamnya terdapat tokoh psikologi ternama, Dewey. Dari dialektika keduanya

muncul asosiasionisme yang digagas oleh Torndike dan Ebbinghaus. Dari aliran yang

terahir ini kemudian membuka jalan kemunculan behaviorisme. Langkah lain menuju

behaviorisme adalah temuan Pavlov tentang prinsip-prinsip pengkondisian klasik.

Perkembangan serta proses diskusi yang mendalam atas behaviorisme ini selanjutnya

mendorong lahirnya psikologi kognitif sebagai sebuah ilmu yang mandiri.

Tujuan belajar yang paling utama adalah apa yang dipelajari itu berguna

dikemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih

mudah. Hal ini dikenal sebagai transfer belajar. Apa yang kita pelajari dalam situasi

tertentu memungkinkan kita untuk memahami hal-hal lain. Transfer inilah yang menjadi

inti dalam proses belajar.

Demikian pula dengan tujuan pelajaran bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip

yang fundamental, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar,

penelitian, penemuan, serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Menyajikan

konsep-konsep yang fundamental saja tidak dengan sendirinya menimbulkan sikap

demikian. Masih perlu penelitian dalam soal ini. Namun dianggap proses menemukan

sendiri akan menimbulkan sikap demikian.

B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis merumuskan beberapa

masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, adapun masalah tersebut adalah:

1. Bagaimana teori belajar menurut Jerome Bruner ?

2. Bagaimana teori belajar matematika menurut Jerome Bruner?

3. Apa saja alat mengajar menurut Jerome Bruner?

4. Bagaimana aplikasi teori Jerome Bruner dalam pembelajaran matematika ?

4

Page 5: Teori Belajar Bruner (Bruner)

C. Tujuan

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan

bermanfaat dalam proses pembelajaran tentang belajar dan pembelajaran.

Secara terperinci, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui teori belajar menurut Jerome Bruner

2. Untuk mengetahui teori belajar matematika menurut Jerome Bruner

3. Untuk mengetahui alat mengajar menurut Jerome Bruner

4. Untuk mengetahui aplikasi teori Jerome Bruner dalam pembelajaran

matematika

D. Manfaat

Penulis menulis makalah ini yaitu agar bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini

dapat memberikan pemahaman mengenai teori belajar Bruner

1. Mempunyai landasan untuk mengajar sehingga pembelajaran menjdi efektif.

2. Memberikan pengalaman agar dapat menjadi pengajar yang baik sesuai yang

diinginkan peserta didik.

3. Agar pendidik mengetahui bagaimana karakter peserta didik.

5

Page 6: Teori Belajar Bruner (Bruner)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Belajar Bruner

Jerome S. Bruner (1915) adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli

psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik.

Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar,

dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, Ia menganggap manusia sebagai pemproses,

pemikir, dan pencipta informasi (dalam Wilis Dahar, 1988;118).

Dasar pemikiran teori Jerome S. Bruner  memandang bahwa manusia sebagai

pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan

suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar

informasi yang diberikan kepada dirinya. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam

belajar, yaitu proses perolehan informasi baru (melalui kegiatan membaca,

mendengarkan penjelasan guru dan lain-lain), proses mentransformasikan informasi

yang diterima (bagaimana memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar

sesuai dengan kebutuhan)  dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.

Bruner berpendapat bahwa belajar merupakan faktor yang menentukan dalam

pembelajaran dibandingkan dengan perolehan khusus, yaitu metode penemuan

(dicovery). Metode discovery learning ini mendorong siswa untuk belajar sendiri secara

mandiri. Adapun tahap-tahap penerapan belajar penemuan adalah stimulus (pemberian

perangsang), problem statement (mengidentifikasi masalah), data collection

( pengumpulan data), data prosessing (pengolahan data), verifikasi, generalisasi.

Yang menjadikan dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan

bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu, bruner

memakai cara dengan apa yang disebutnya “discovery learning”, yaitu dimana murid

mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda

dengan reception learning atau expository teaching, di mana guru menerangkan semua

informasi dan murid harus mempelajari semua bahan/ informasi itu.

6

Page 7: Teori Belajar Bruner (Bruner)

2.2 Teori Belajar Matematika

Adapun menurut Bruner belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-

konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari

serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan

pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan

mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk

menguasai konsep matematika. Untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran,

sekolah diharapkan menggunakan alat peraga atau media lainnya. Pendekatan dan

strategi pembelajaran hendaknya mengikuti kaidah pedagogi secara umum, yaitu

pembelajaran diawali dari kongkret ke abstrak, dari sederhana kekompleks, dari yang

mudah kesulit dengan menggunakan berbagai sumber belajar.

Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak, dibutuhkan

wakil (representasi) yang dapat ditangkap oleh indera manusia.Bruner juga

mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk

memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak

akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam

benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak

dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya.

Dengan memanipulasi alat-alat peraga, siswa dapat belajar melalui keaktifannya.

Sebagaimana  yang dikemukakan oleh Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif

yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar (melebihi)

informasi yang diberikan pada dirinya. Sebagai contoh, seorang siswa yang

mempelajari bilangan prima akan bisa menemukan berbagai hal yang penting dan

menarik tentang bilangan prima, sekalipun pada awal mula guru hanya memberikan

sedikit informasi tentang bilangan prima kepada siswa tersebut. Teori Bruner  tentang

kegiatan manusia tidak terkait dengan umur atau tahap perkembangan (berbeda

dengan  Teori Piaget). Ada dua bagian yang penting  dari teori Bruner , yaitu :

a.    Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar

b.   Teorema-teorema Tentang Cara Belajar dan Mengajar Matematika

Penjelasan tentang kedua bagian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar

Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan (Misalnya

mempelajari suatu konsep Matematika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam

7

Page 8: Teori Belajar Bruner (Bruner)

tahap-tahap tertentu, agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran

(struktur kognitif) orang tersebut.  Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-

sungguh (yang berarti proses belajar  terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang

dipelajari itu dipelajari dalam tiga tahap, yang macamnya dan urutannya adalah

sebagai berikut :

a. Tahap enaktif, yaitu  suatu tahap pembelajaran  sesuatu pengetahuan  di mana

pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda

kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.

b. Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana

pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual

(visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan

konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas.

c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu

direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (Abstract symbols

yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-

orang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (Misalnya

huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika,

maupun lambang-lambang abstrak lainnya. Menurut Bruner, proses belajar

akan berlangsung secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan

tahap enaktif, dan kemudian jika tahap belajar yang pertama ini telah dirasa

cukup, siswa beralih ke kegiatan belajar tahap kedua, yaitu tahap belajar

dengan menggunakan modus representasi ikonik, dan selanjutnya, kegiatan

belajar itu diteruskan dengan kegiatan belajar tahap ketiga yaitu tahap belajar

dengan menggunakan modus representasi simbolik.

2. Teorema-Teorema Tentang Cara Belajar Dan Mengajar Matematika

Menurut Bruner ada empat prinsip prinsip tentang cara belajar dan mengajar

matematika yang disebut teorema. Keempat teorema tersebut adalah teorema

penyusunan (Construction theorem), teorema notasi (Notation theorem), teorema

kekontrasan dan keanekaragaman (Contras  and variation theorem), teorema

pengaitan (Connectivity theorem) .

8

Page 9: Teori Belajar Bruner (Bruner)

a) Teorema penyusunan (Construction theorem)

Teorema ini menyatakan bahwa bagi anak cara yang paling baik untuk

belajar konsep dan prinsip dalam matematika adalah dengan melakukan

penyusunan representasinya. Pada permulaan belajar konsep pengertian akan

menjadi lebih melekat apabila kegiatan yang menujukkan representasi konsep

itu dilakukan oleh siswa sendiri.

Dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide, apabila anak disertai

dengan bantuan benda-benda konkrit mereka lebih mudah mengingat ide-ide

tersebut. Dengan demikian, anak lebih mudah menerapkan ide dalam situasi

nyata secara tepat. Dalam hal ini ingatan diperoleh bukan karena penguatan,

akan tetapi pengertian yang menyebabkan ingatan itu dapat dicapai. Sedangkan

pengertian itu dapat dicapai karena anak memanipulasi benda-benda konkrit.

Oleh karena itu pada permulaan belajar, pengertian itu dapat dicapai oleh anak

bergantung pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan benda-benda konkrit.

Contoh, untuk memahami tentang konsep kubus atau balok maka guru

memperlihatkan benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk

kubus atau balok.

b) Teorema Notasi

Teorema notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep, notasi

memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah

konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa.

Ini berarti untuk menyatakan sebuah rumus misalnya, maka notasinya harus

dapat dipahami oleh anak, tidak rumit dan mudah dimengerti.

Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang

paling sederhana sampai yang paling sulit. Urutan penggunaan notasi

disesuaikan dengan tingkat perkembangan  kognitif anak.

c) Teorema pengkontrasan dan keanekaragaman

Dalam teorema ini dinyatakan bahwa dalam mengubah dari representasi

konkrit menuju representasi yang lebih abstrak suatu konsep dalam matematika,

dilakukan dengan kegiatan pengontrasan dan keanekaragaman. Artinya agar

suatu konsep yang akan dikenalkan pada anak mudah dimengerti, konsep

tersebut disajikan dengan mengontraskan dengan konsep-konsep lainnya dan

konsep tersebut disajikan dengan beranekaragam contoh. Dengan demikian anak

dapat memahami dengan mudah karakteristik konsep yang diberikan tersebut.

9

Page 10: Teori Belajar Bruner (Bruner)

Untuk menyampaikan suatu konsep dengan cara mengontraskan dapat

dilakukan dengan menerangkan contoh dan bukan contoh. Sebagai contoh untuk

menyampaikan konsep bangun ruang maka pada anak diberikan beberapa

gambar dan siswa menunjukkan gambar yang termasuk bangun ruang dan yang

bukan merupakan bangun ruang.

Dengan contoh soal yang beranekaragam, kita dapat menanamkan suatu

konsep dengan lebih baik daripada hanya contoh-contoh soal yang sejenis saja.

Dengan keanekaragaman contoh yang diberikan siswa dapat mengenal dengan

jelas karakteristik konsep yang diberikan kepadanya. Misalnya, dalam

pembelajaran konsep persegi panjang, persegi panjang sebaiknya ditampilkan

dengan berbagai contoh yang bervariasi, misalnya ada persegi panjang yang

posisinya bervariasi (ada yang kedua sisinya yang berhadapan terletak

horisontal dan dua sisi yang lainnya vertikal, ada yang posisinya miring, dan

sebagainya).

d) Teorema pengaitan (Konektivitas)

Teorema ini menyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep

dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari segi isi,

namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu mungkin

merupakan prasyarat bagi yang lainnya, atau suatu konsep tertentu diperlukan

untuk menjelaskan konsep lainnya. Seperti pada penentuan luas sisi bangun

ruang balok maka dibutuhkan pengetahuan prasyarat siswa tentang luas persegi

panjang.

Guru harus dapat menjelaskan kaitan-kaitan tersebut pada siswa. Hal ini

penting agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil. Dengan melihat

kaitan-kaitan itu diharapkan siswa tidak beranggapan bahwa cabang-cabang

dalam matematika itu sendiri berdiri sendiri-sendiri tanpa keterkaitan satu sama

lainnya.

Perlu dijelaskan bahwa keempat teorema tersebut di atas tidak dimaksudkan

untuk diterapkan satu persatu dengan urutan seperti di atas. Dalam

penerapannya, dua teorema atau lebih dapat diterapkan secara bersamaan dalam

proses pembelajaran suatu materi matematika tertentu. Hal tersebut bergantung

pada karakteristik dari materi atau topik matematika yang dipelajari dan

karakteristik dari siswa yang belajar.

10

Page 11: Teori Belajar Bruner (Bruner)

2.3 Alat Mengajar Menurut Jerome Bruner

Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam empat macam menurut fungsinya

antara lain:

1. Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai pengganti

pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang sedianya tidak dapat

mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui

film, TV, rekaman suara dan sebagainya.

2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip

suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang;

3. Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh,

film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang suatu idea atau gejala;

4. Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprograma yang

menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur dan memberikan balikan atau

feedback tentang respon siswa. Telah banyak alat-alat yang tersedia bagi guru

namun yang penting adalah bagaimana menggunakan alat-alat itu sebagai suatu

system yang terintegrasi.

2.4 Aplikasi Teori Bruner  Dalam Pembelajaran Matematika

Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:

1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal :

untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan

contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran.

2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya

berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah nama bentuk ubin 

yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin

yang dapat digunakan?

3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri.

Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?

4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.

Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang

dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.

11

Page 12: Teori Belajar Bruner (Bruner)

BAB IIIPENUTUP

12

Page 13: Teori Belajar Bruner (Bruner)

A. Kesimpulan

Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak, dibutuhkan

wakil (representasi) yang dapat ditangkap oleh indera manusia.Bruner juga

mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk

memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak

akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam

benda yang sedang diperhatikannya itu.

Bruner membagi tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam tiga tahap yaitu

tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik. Beberapa konsep dalam pembelajaran

matematika dapat diuraikan langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner, mulai

modus representasi enaktif, ikonik, dan simbolik. Seperti pada materi bangun ruang sisi

datar contohnya pemahaman konsep volum balok atau membuat jaring-jaring kubus.

Selain teori perkembangan kognitif, Bruner mengemukakan teorema-teorema

tentang cara belajar dan mengajar matematika yaitu:

a. Teorema konstruksi (Construction Theorem)

b.  Teorema Notasi (Notation Theorem).

c. Teorema kekontrasan dan variasi (Contrast and variation theorem)

d. Teorema konektivitas (Connectivity theorem)

B. Saran

1. Pengajaran matematika hendaknya diarahkan agar guru mampu secara sendiri

menyelesaikan masalah-masalah lain yang diselesaikan dengan bantuan teori belajar

matematika. Begitu pentingnya pengetahuan teori belajar matematika dalam sistim

penyampaian materi di kelas, sehingga setiap metode pengajaran harus selalu

disesuaikan dengan teori belajar yang dikemukakan oleh ahli pendidikan.

2. Tidak hanya tingkat kedalaman konsep yang diberikan pada siswa tetapi harus

disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara penyampaian materi pun demikian

pula. Guru harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan bagaimana

pengajaran yang harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap.

3. Diharapkan guru yang membaca makalah ini dapat menerapkan teori belajar Bruner

dalam pengajaran matematika di sekolah

13

Page 14: Teori Belajar Bruner (Bruner)

DAFTAR PUSTAKA

Ardhi. Diakses pada tanggal 19 april 2011. http://blog.unnes.ac.id/ardhi/2009/10/07/teori-

belajar-bruner/

Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta : Andi

14

Page 15: Teori Belajar Bruner (Bruner)

Nasution, s . 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta :

Bumi Aksara

Simanjuntak, Lisnawati. 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta : Rineka Cipta

Sujana, Nana. 1990. Teori-Teori belajar untuk Pengajaran. Jakarta: LPFE UI

15