teori fungsionalisme
TRANSCRIPT
Teori Fungsionalisme
Definisi teori; menurut Gelles dan Levine ( 1995 ) teori adalah suatu ringkasan ilmu
pengetahuan yang menyediakan panduan untuk melaksanakan penyelidikan dan
menginterpretasi informasi baru.
Gelles, RJ.and Levine, A. 1995. Sociology: An Instruduction. Fifth edition.New York:
McGraw Hill
Definisi fungsi. (hal. 28. Ting Chew Peh, Konsep asas Sosiologi, Dewan Bahasa dan
Pustaka, Kementerian Pelajaran Maalaysia. Kuaala Lumpur, 1985)
Istilah fungsi merujuk kepada kesan objektif sesuatu fenomena social terhadap fenomena
yang lain atau system keseluruhannya. Fenomena social adalah saling berkaitan dan
bergantungan. Perubahan dalam satu hal menimbulkan kesan tertentu keatas yang lain.
Konsep fungsi juga membawa maksud tujuan. Tiap-tiap fenomena social dianggap
mempunyai fungsi untuk memenuhi keperluan atau tujuan tertentu dalam masyarakat.
Fungsi sesuatu kegiatan ( fenomena ) dianggap berkait rapat dengan penerusan dan
pemeliharaan sesuatu system social. Fungsi sesuatu kegiatan mungkin disengajakan dan
diiktiraf ( diakui ) oleh peserta-peserta yang terlibat ( fungsi ketara).
Sesuatu kegiatan mungkin juga mendatangkan kesan yang tidak disengaja dan diiktiraf
( fungsi terpendam/latent)
Tokoh-tokoh teori fungsionalisme, memperkenalkan teori ini dengan pendekatan yang
berbeza: Waters (1994): fungsionalisme,Fatimah Daud (1992 ): srtuktur dan fungsi,
Tokoh-tokoh awal : Comte,Spencer dan Durheim. Merton.
Waters, M. 1994. Modren Sociological Theory. London: Sage Publications.
Faatimah Daud. 1992. Pengenalan Teori-teori Sociologi.Kuala Lumpur FajarBakti.
Tokoh-tokok kemudian: Talcott Parsons dan Robert K. Merton.
Teori Fungsionalisme: Parson, Talcot, The Social System, Routledge &Kegan Paul,
London, 1951
Merton, Robert, “Social Structureand Anomie”, American Sociological Review, 1938, hlm
3
Teori ini mengkaji fungsi perlakuan social atau insitusi dalam pelbagai kegiatan yang
menyumbang kepada penerusan masyarakat.
Masyarakat dianggap sebagai tubuh manusia yang memiliki bahagian dan setiap bahagian
memiliki fungsi-fungsi tersendiri.
Ahli-ahli fungsionalisme selalu menyatakan bahawa setiap bahagian masyarakat
mempunyai tujuan-tujuan dan keperluan-keperluan tertentu.
Teori ini menganalogikan bahwa masyarakat merupakan suatu organism yang mempunyai
bahagian-bahagian dan setiap bahagian masyarakat dikenali sebagai struktur dan
bagaimana struktur masyarakat itu berfungsi.
Fungsi tiap kegiatan ialah untuk mengkekalkan keadaan yang harmoni.
Struktur-struktur social akan menentukan kelancaran perjalanan atau keharmonisan
masyarakat.
Brinkerhoff dan White(1989:9) merumuskan tiga andaian utama ahli fungsionalisme iaitu
stability, harmoni dan evolusi.
Stabiliti : untuk menentukan sejauh mana sesebuah masyarakat dapat dikekalkan.
Harmoni: menunjukkan bagaimana semua struktur dalam masyarakat bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan.
Evolusi: menggambarkan perubahan-perubahan yang berlaku kepada masyarakat melalaui
proses adaptasi struktur social kepada pembaruan. Proses evolusi akan melenyapkan segala
apa yang ada pada struktur yang tidak lagi diperlukan oleh masyarakat. Teori ini
menekankan kesefahaman anggota masyarakat ( konsesus ) untuk mencapai keharmonisan
dan kestabilan masyarakat.
Brinkerhoff, L. and white, L.K. 1989.Essentials of Socio.St: West Publishing Company )
Teori ini akan mengkaji bagaimana system social bergerak atau berfungsi merton (1957)
Merton , Robert, Social Theory and Social Structure. Free New York, 1957
telah membezakan antara apa yang dikenali sebagai fungsi ketara dan fungsi tersembunyi.
Fungsi ketara adalah sesuatu yang diketahui dan dikehendaki dalam aktiviti social tertentu.
Fungsi tersembunyi merupakan sesuatu yang tidak disedari atau yang tidak dijangkakan.
Sekiranya sesuatu hasil struktur adalah merupakan apa yang dikehendaki dan diiktirafkan
dalam system, ia telah menjalankan fungsi ketara. Sebaliknya sekiranya hasilan adalah
sesuatu yang tidak dikehendaki dan tidak diiktirafkan maka jadilah ia fungsi tersembunyi.
Beza antara fungsi dan disfungsi.
Kesan-kesan positif daripada struktur social bermakna sistem itu telah berfungsi , hasilan
yang negative bermaksud struktur telah berdisfungsi. Disfungsi merupakan aspek-aspek
aktiviti social yang cenderung menghasilkan perubahan kerana ia mengancam ikatan
social. Perkara-perkara yang mengkekalkan status quo disebut sebagai fungsi, dan yang
tidak mengkekalkan status quoadalah disfungsi.
Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial
Durkheim , Emile, Suicide: A Study in Sociology, Routledge & Kegan Paul, London 1970.
Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami
masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian
yang tergantung satu sama lain. Sesuai dengan pendekatan fungsional struktural, lembaga
sekolah diibaratkan masyarakat kecil yang memiliki kekuatan organis untuk mengatur dan
mengelola komponen-komponennya. Bagian-bagian tersebut diatur dan terintegrasi dalam
naungan Pendekatan fungsional struktural melihat lingkungan sekolah pada hakikatnya
merupakan susunan dari peran dan status yang berbeda-beda, dimana masing-masing
bagian tersebut terkonsentrasipada satu kekuatan legal struktural yang menggerakkan daya
orientasi demi mencapai tujuan tertentu. Tentu saja system sosial tersebut bermuara pada
status sekolah sebagai lembaga formal. Keberadaan guru, siswa, kepala sekolah, psikolog
atau konselor sekolah, orang tua, siswa, pengawas, administratur merupakan komponen-
komponen fungsional yang berinteraksi secara aktif dan menentukan segala macam
perkembangan dinamika kehidupan sekolah sebagai organisasi pendidikan formal.
Sehingga di sini fungsional strukural melandasi pandangan kita untuk melihat berbagai
peran dan status formal di sekolah sebagai satu-satunya pedoman mendasar atas segala
aktivitas yang dilakukan oleh warganya. Seluruh warga pengemban kedudukan telah
tersosialisasi norma-norma sekolah sesuai dengan porsi statusnya sehingga menyokong
terbinanya stabilitas sosial dalam sekolah. Manifestasi peran mendasar norma-norma
sekolah telah mengikat warganya dalam nuansa integritas kesadaran yang tinggi. Sekolah,
seperti sistem sosial lainnya dapat dipelajari berdasarkan kedudukan anggota dalam
lingkungannya. Setiap orang di dalam sekolah memiliki persepsi dan ekspektasi sosial
terhadap kedudukan atau status yang melekat pada diri warga sekolah. Di sana kita
memiliki pandangan tentang kedudukan kepala sekolah, guru-guru, staf administrasi,
pesuruh, murid-murid serta asumsiasumsi hubungan ideal antarbermacam kedudukan
tersebut.
Hal ini selaras dengan pendapat Weber ( Weber, Max, The Theory of Social Economic
Organization, FreePress, NewYork, 1947)
(dalam Robinson, 1981) tentang konsep tindakan sosial, dimana setiap orang memiliki
ideal type untuk mengukur dan menentukan parameter mendasar tentangsebuah realitas.
Realitas sosial yang tersebar dalam status sosial menjadi titik tolak kesadaran seorang
individu untuk menentukan sikap, pandangan dan tindakan dalam lingkup social tertentu.
Harapan ideal “kepala sekolah” merupakan kesadaran awal yang mempengaruhi sikap
individu seorang pejabat kepala sekolah. Meskipun pada proses selanjutnya harus
terkombinasi dengan pembawaan individu, prasangka terhadap status lain,hubungan-
hubungan antarstatus serta kaitannya dengan konstruksi total dari susunan status di
sekolah. Hubungan antarindividu atau kelompok dalam jenis status yang sama juga tidak
lepas dari bagian interaksi di sekolah. Para guru selain memiliki persamaan peran sesuai
statusnya juga menggambarkan berbagai perilaku guru yang berbeda-beda. Hal ini sesuai
dengan perbedaan karakter, sikap dan pengalaman
individu dalam melancarkan aktivitas di sekolah. Kita ketahui bersama untuk status siswa
pun juga telah terbentuk aneka ragam karakter dan perilaku individu maupun kelompok
yang berbedabeda Secara tematis ruang lingkup, sosilogi dapat dibedakan menjadi
beberapa subdisiplin sosiologi, seperti: (1) soiologi pedesaan (rural sociology); (2) sosilogi
industry (industrial sociology); (3) sosiologi perkotaan (urban sociology); (4) sosiologi
medis (medical socilogy); (5) sosiologi perempaun (woman sociology); (6) sosiologi
militer (military socilogy); (7) sosiologi keluarga (family socilogy); (8) sosiologi
pendidikan (educational sociology); (9) sosilogi medis (medical sociology), (10) sosiologi
seni (sociologyof art).
Salah satu kekuatan utama pendekatan structural-fungsional dalam pendidikan ialah
dalam menentukan kukuhnya pertalian diantara institusi pendidikan dengan struktur social
yang lebih luas ( Olive bankst terjemh Robiah Sidin& Zaitun Sidin, SosiologiPendidikan.
Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian pelajaran Malaysia.KualaLumpur 1987 )
Pendidikan adalah penentuan utama bagi pembangunan ekonomi.
System stratifikasi social menghubungkan institusi-instusi pendidikan dengan ekonomi,
karena dalam masyarakat sekarang terdapat pertalian diantara kelulusan dengan hierarki
pekerjaan .
Kegunaan system pendidikan sebagai suatu cara untuk meninggikan status sosialdan
ekonomi
Beberapa pemerhati menghujahkan bahawa pertalian antara pencapaian dalam pendidikan
dengan pekerjaan akan menjadi lebih rapat mengikut masa
Di open university juga, pelajar-pelajar menjawat pekerjaan kelas menengah merupakan
kumpulan majority dan guru-guru memperoleh tempat yang terbanyak.Tambahan lagi,
dengan dengan adanya system pengecualian maka mereka yang telah pun mempunyai
kelayakan pendidikan, terutama sekali guru-guru, akaan memperolehijazah dengan lebih
cepat. (Pratt. J.’Open University’, Higher Education Review, jilid 3,1971
( Pendidikan dan Mobility social hal55, olive banks, terjemahan.
Terdapat beberapa bukti bahawa perkembangan baru diperingkat pendidikan tinggi
menimbulian semakinbanyak halanganbagi seorang pelajardari kelas pekerja
Di Amerika Sarikat banyak kajian telah menunjukan bahawasemasa di sekolah, pelajar
wanita lebih cenderung mendapat markahyang lebih tinggi dari pelajar lelaki
Diantara tahun 1960 hingga 1971, jumlah pendaftar pelajar wanita mengikuti kursus
ijazah meningkat , ini merangkumi semua bentuk pendidikan tinggi termasuklah
pendidikan guru . (Opportunity for women in Higher Education, Laporan 13 Jawatan
kuasa Carnegie, NewYork:McGraw-Hill, 1974)
Pelajardari segi status sosioekonomi rendah lebih mungkin tercicirdari kolej dan lebih
berkurangan meneruskan pengajian ke peringkat siswazah atau pendidikan professional (
Sewell, W.H. ‘Inequality of Opportunity for Higher Education’, American Sociological
Review , Jilid XXXVI, 1971
Richard Grathoff (ed.) The Correspondence between Alfred Schutz and Talcott
Parsons: The Theory of Social Action. Bloomington and London: Indiana University Press,
1978. Page 67-87 ( 10, talcott person)
Peran Guru dalam Pembelajaran
Berdasarkan Kajian Pullias dan Young (1988), Manan(1990), serta Yelon dan
Weinstein(1997) dapat diidentifikasi 19 peran guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar,
pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model dan teladan, peribadi, peneliti
pendorong kreativiti, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa
cerita, actor, emancipator, evaluator,pengawet dan sebagai kulminaTOR
( E. Mulyasa, Menjadi guru professional , menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan, 2006, PT Remaja Rosdakarya, Bandung ISBN 979-692-375-0
Guru sebagai Pendidik
Sebagai pendidik guru mesti mempunyai standart kualiti peribadi tertentu yang mencakup
tanggung jawab, wibawa, mandiridan disiplin. Berkaitan dengan tanaggung jawab ; guru
harus mengetahui serta memahami nilai, norma moral, dan social, serta berusaha
berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.Berkenaan dengan wibawa;
guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral,
social dan intelektual dalam peribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemaahaman
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.
Guru harus mampu bertindak dan mengambil keputusan secara cepat, tepat waktu,
tepat sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran dan pelajar, tidak
menunggu pihak atasan
Disiplin ; dimaksud bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib
secara konsisten, atas kesadaran professional, karena mereka bertugas untuk
mendisiplinkan para pelajar disekolah, terutama dalam pembelajaran, oleh itu penanaman
disiplin dimulai dari guru itu sendiri.
Guru sebagai Pengajar
Guru membantu pelajar yang sedang berkembang untuk mempelajari sasuatu
yang belum diketahuinya, mempentuk kecekapan, dan memahami materi standart yang
dipelajari. Sebagai pengajar, guru harus memiliki matlamat yang jelas membuaat
keputusan yang rasional agar pelajar memahami keterampilan yang dituntut oleh
pembelajaran
Guru sebagai Pembimbing
Sebagai pembimbing, guru harus merumus matlamat secara jelas, memetapkan
waktu bimbingan, menetapkan hal-hal yang akan ditempuh, menggunakan petunjuk
bimbingan serta menilai kelancaran sesuai dengan keperluan dan kebolehan pelajar.
Sebagai pembimbing, guru memiliki hakdan tanggung jawaab dalam setiap bimbingan
yang direncanakan dan dilaksanakan.
Guru sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan , bail
intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru bertindak sebagai pelatih yang
melatih pelajar dalam pembentukan kemahiran dasar sesuai dengan kebolehannya. Dalam
melatih para pelajar guru mesti memperhatikan perbezaan individu pelajar dan lingkungan.
Oleh karena itu seorang guru harus banyak tahu pelbagai hal
Guru sebagai Penasehat
Guru merupakan penasehat para pelajarnya, juga bagi ibu bapa. Pelajar
senantiasa berhadapan dalam keperluan membuat keputusan oleh itu guru perlu
membantu pelajar yang mempunyai masalah dan membantu menyelesaikan dengan salah
satu cara memberi nasehat secara mendalam sehingga pelajar dapat membuat keputusan
sendiri
Guru sebagai Pembaharuan
Menurut Theodorson, dalam Raho, B. (2007), pengertian fungsionalisme s t r u k t u r a l a d a l a h ‘s a l a h s a t u p a h a m a t a u p e r s p e k t i f d i d a l a m s o s i o l o g i y a n g memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tidak dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain
K e m u d i a n a s u m s i d a s a r t e o r i f u n g s i o n a l struktural adalah ‘bahwa semua elemen atau unsur kehidupan sosial-budaya dalammasyarakat harus berfungsi (fungsional) sehingga masyarakat secara keseluruhanbisa menjalankan fungsi dengan baik ’
Skema AGIL dalam fungsional struktural ParsonsKonsep skema Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latensi (AGIL).Menurut Parsons ada empat fungsi penting yang diperlukan dalam menganalisissemua sistem ‘tindakan’ manusia untuk pemeliharaan pola di masyarakat, yaitu:adaptation (A), goal attainment (G), integration (I), dan latensi (L). Setiap kehidupankelompok agar tetap bertahan (survive) , m a k a s i s t e m s o s i a l d a l a m k e l o m p o k i t u harus memiliki empat fungsi yang saling berhubungan secara timbal balik, yaitu:a. Adaptation
(menyesuaikan diri dengan lingkungan). Sebuah sistem (dalam suatukelompok) harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harusmenyesuaikan diri kondisi lingkungan, dan dengan kebutuhan lingkungannya.Kemudian aspek‘Organisme perilaku’ adalah merupakan sistem tindakan yangm e l a k s a n a k a n f u n g s i a d a p t a s i ( m e n y e s u a i k a n d a n m e n g u b a h l i n g k u n g a n eksternal) dalam sistem. Sedangkan bidang kehidupan yaitu‘Sistem ekonomi’adalah merupakan subsistem yang melaksanakan fungsi masyarakat dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan melalui: tenaga kerja, produksi, dan alokasi.b. Goal attainment (Pencapaian tujuan). Sebuah sistem (dalam suatu kelompok)harus mendefinisikan tujuan dan upaya mencapai tujuan utamanya. Kemudianaspek‘Sistem kepribadian’,adalah melaksanakan fungsi pencapaian tujuan yangtelah ditetapkan dalam sistem, dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk m e n c a p a i t u j u a n u t a m a n y a . S e d a n g k a n b i d a n g k e h i d u p a n , y a i t u Sistem pemerintahan’ (sistem politik), adalah melaksanakan fungsi pencapain tujuandengan mengejar tujuan kemasyarakatan dan memobilisasi aktor (sumber dayamanusia) untuk mencapai tujuan utama yang telah dirumuskan.c.Integration(Integrasi). Sebuah sistem (dalam suatu kelompok) harus mengatur hubungan antar bagian dalam sistem. Sistem juga harus mengelola hubungank e t i g a f u n g s i l a i n n y a (adaptation; goal attainment; latency ) . K e m u d i a n a s p k ‘ Sistem sosial’,adalah menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikanbagian-bagian dalam sistem. Sedangkan bidang kehidupan, yaitu ‘Komunitas kemasyarakatan’ (contoh, hukum, Undang-Undang atau seperangkat aturan),adalah akan menjalankan fungsi terbentuknya integrasi, atau mengkoordinasiberagam komponen masyarakat menuju terwujudnya integrasi sosial-budaya.d.Latency ( p e m e l i h a r a a n p o l a ) . S e b u a h s i s t e m ( d a l a m s u a t u k e l o m p o k ) h a r u s memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, serta mendorong (memotivasi)individu atau pola kultural dalam kelompok untuk bertindak sesuai dengan nilai-norma (seperangkat aturan) yang berlaku. Kemudian aspek ‘ Sistem kultural’, adalah melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang mendorong individu bertindak sesuai dengann i l a i - n o r m a . S e d a n g k a n b i d a n g ‘ sistem fiduciari’ (contoh lembaga keluarga,sekolah, dan lembaga keagamaan), adalah menangani fungsi pemeliharaan pola( n i l a i - n o r m a y a n g s u d a h m e n j a d i e t o s / p o l a h i s u p d a l a m k e l o m p o k ) d e n g a n m e n y e b a r k a n n i l a i , n o r m a p a d a a k t o r ( i n d i v i d u ) u n t u k disosialisasikan, diinternalisasikan dan dienkulturasikan’ pada dirinya.S e t i a p p e n e l i t i d a l a m m e l a k u k a n a n a l i s i s f e n o m e n a s o s i a l - b u d a y a d i masyarakat, apabila menggunakan teori fungsionalisme struktural versi Parsons,seharusnya menggunakan skema AGIL sebagaimana yang tergambarkan padagambar 2.1 pada halaman berikut, yang keempat aspeknya mempunyai keterkaitansatu dengan yang lain secara fungsional.
Konsep fungsional struktural Parsons
Untuk memahami skema AGIL tersebut, perlu dipahami beberapa pemikirankunci dari Parsons tentang ‘fungsionalisme struktural’ secara integral. Sedangkanbeberapa konsep kunci tentang teori fungsionalisme struktural Parsons antara lain:a.Sistem kultural , merupakan kekuatan utama yang mengikat berbagai sistemt i n d a k a n i n d i v i d u d a l a m k e l o m p o k . K u l t u r m e n g a t u r i n t e r a k s i a n t a r a k t o r (individu), menginteraksikan kepribadian dan menyatukan sistem sosial. b. Kultur , dipandang sebagai: (1) sistem simbol yang terpola (ajek/ sebagai etos),t e r a t u r y a n g m e n j a d i s a s a r a n o r i e n t a s i p a r a a k t o r ; d a n ( 2 ) a s p e k -a s p e k kepribadian yang sudah terinternalisasi dan pola-pola yang sudah terlembagakandi dalam sistem sosial. Jadi, kultur akan menjadi faktor eksternal untuk menekanpola tindakan individu dalam kelompok agar sesuai dengan nilai-norma sosial-budaya. Individu tidak merdeka dalam bertindak, karena semua tindakan individusudah ditentukan oleh kultur (budaya) (Surbakti, R., 1997a; Bachtiar, W., 2008).c. Kultur , dapat dipindahkan dari satu sistem ke sistem lain melalui penyebaran (difusi) dan dipindahkan dari kepribadian satu ke sistem kepribadian lain melaluiproses ‘pembelajaran budaya’, yaitu: proses internalisasi; proses sosialisasi; dan proses enkulturasi (Koentjaraningrat, 1989; Ritzer dan Goodman, 2004).
Proses internalisasi a d a l a h ‘ p r o s e s m e l a t i h d i r i s e j a k d i n i s a m p a i
m e n i n g g a l u n t u k m e m b e n t u k p r i b a d i ( a k h l a k ) y a n g b a i k s e s u a i k u l t u r
y a n g b e r l a k u ’ . P r o s e s sosialisasi a d a l a h ‘ p r o s e s m e l a t i h d i r i s e j a k d i n i
s a m p a i m e n i n g g a l u n t u k berinteraksi sosial, berkomunikasi atau bergaul
dalam kelompok dengan baiksesuai kultur yang berlaku’. Proses enkulturasi
adalah ‘proses melatih diri sejakdini sampai meninggal untuk tanggap pada sistem kontrol, disiplin pada aturand e n g a n b a i k s e s u a i k u l t u r y a n g b e r l a k u ’ . P a d a h a k i k a t n y a s e t i a p m a n u s i a sepanjang hidupnya selalu dalam proses pembelajaran budaya (internalisasi,sosialisasi dan enkulturasi ) , d a n p r o s e s p e m b e l a j a r a n b u d a y a t e r s e b u t ditentukan oleh kultur yang berlaku, bukan ditentukan oleh jiwa dan pikirani n d i v i d u . J a d i , k u l t u r ( eksternal ) m e n e n t u k a n p i k i r a n d a n j i w a ( internal )seseorang.
d.Sistem sosial , yaitu terdiri dari sejumlah aktor individual yang saling berinteraksi(hubungan timbal balik) dalam situasi yang mempunyai aspek lingkungan (fisik).Aktor (individu) mempunyai motivasi untuk ‘mengoptimalkan kepuasan’, yangberhubungan dengan situasi lingkungan mereka, yang didifinisikan dan dimediasidalam term sistem simbol yang terstruktur secara kultural.
e.Konsep kunci ‘ sistem sosial’ menurut Parsons adalah: (a)aktor; (b) interaksi; (c)lingkungan; (c) optimalisasi; (d) kepuasan; dan (e) kultur.
Meski Parsons melihats i s t e m s o s i a l s e b a g a i i n t e r a k s i ( h u b u n g a n t i m b a l b a l i k ) , t e t a p i d i a t i d a k menggunakan interaksi sebagai unit fundamental dalam studi tentang sistemsosial. Dia menggunakan status peran’ sebagai unit dasar dari sistem sosial.Status a d a l a h m e n y a n g k u t p o s i s i s t r u k t u r a l i n d i v i d u d a l a m s i s t e m s o s i a l (kelompok), sedangkan peran (role ) adalah apa yang harus dilakukan individudalam posisinya. ‘Aktor’ dalam pandangan Parsons, bukan dilihat dari sudutp i k i r a n , i d e , k e y a k i n a n d a n t i n d a k a n s e h a r i - h a r i i n d i v i d u ( s e p e r t i d a l a m t e o r i berparadigma definisi sosial, yaitu teori intraksionisme simbolik), tetapi ‘aktor’ dilihat sebagai ‘ k u m p u l a n d a r i b e b e r a p a s t a t u s d a n p e r a n y a n g t e r p o l a o l e h struktur dalam sistem sosial-budaya’.J a d i i n d i v i d u t e r - d e t e r m i n a s i o l e h a k t o r eksternal, atau individu ditentukan oleh struktur sosial-budaya (Rossides, 1978.
f. Ada tujuh persyaratan fungsional dari ‘sistem sosial’ menurut Parsons, yaitu: (1)sistem sosial harus terstruktur (ditata) sedemikian rupa sehingga bisa beroperasidalam hubungan yang harmonis dengan sistem lainnya (antar sub sistem); (2)untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sistem sosial harus mendapat dukunganyang diperlukan dari sistem yang lain; (3) sistem sosial harus mampu memenuhikebutuhan para aktornya dalam proporsi yang signifikan; (4) sistem sosial harusmampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para anggotanya; (5) sistemsosial harus mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu; (6)apabila dalam sistem terjadi konflik hal itu akan menimbulkan kekacauan, olehkarena itu harus dikendalikan; dan (7) untuk kelangsungan hidupnya, sistem
Ada tujuh asumsi dasar Parsons tentang‘fungsionalisme struktural’ , yaitu: (1)sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung;(2) sistem cenderung bergerak ke arah mempertahankan keteraturan diri ataukeseimbangan; (3) sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahanyang teratur; (4) sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentukbagian-bagian lain; (5) sistem memelihara batas-batas dengan lingkungannya;(6) alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental yang diperlukanuntuk memelihara keseimbangan sistem; dan (7) sistem cenderung menuju kearah pemeliharaan keseimbangan diri yang meliputi pemeliharaan batas danpemeliharaan hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan sistem,m e n g e n d a l i k a n l i n g k u n g a n y a n g b e r b e d a - b e d a d a n m e n g e n d a l i k a n kecenderungan untuk merubah sistem dari dalam (Ritzer dan Goodman, 2004).K e t u j u h a s u m s i i n i l a h y a n g m e n e m p a t k a n a n a l i s i s s t r u k t u r k e t e r a t u r a n masyarakat sebagai prioritas utama teori fungsionalisme struktural Parsons
Rober K. MeRtOn
TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL
Teori fungsionalisme struktural mengutarakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian dan struktur-struktur yang saling berkaitan dan saling membutuhkan keseimbangan, fungsionalisme struktural lebih mengacu pada keseimbangan
Teori ini menilai bahwa semua sistem yang ada di dalam masyarakat pada hakikatnya
mempunyai fungsi tersendiri. Suatu struiktur akan berfungsi dan berpengaruh terhadap
struktur yang alin. Maka dalam hal ini, semua peristiwa pada tingkat tertentu seperti
peperangan, bentrok, bahkan sampai kemiskinan pun mempunyai fungsi tersendiri, dan
pada dasarnya dibutuhkan dalam masyarakat .
Penganut teori fungsional ini memandang bahwa segala pranata sosial yang ada dalam
masyarakat itu bersifat fungsional dalam artian positif dan negatif. Sebagai contoh:
lembaga pendidikan, ini berfungsi dan sangat penting dalam masyarakat, terutama untuk
memajukan kualitas pendidikan di negeri ini. Lembaga pendidikan memberikan pengajaran
dan ilmu-lmu pengetahuan untuk para generasi muda penerus bangsa. Dalam hal ini,
lembaga pendidikan bersifat fungsional, dan manjurus pada artian yang positif
a. Adaptation ( penyesuaian diri dengan lingkungan )
‘ Perilaku organisme ’ adalah merupakan sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi iaitu menyesuaikan dan mengubah lingkungan) dalam sistem. Sedangkan bidang kehidupan yaitu ‘Sistem ekonomi’adalah merupakan subsistem yang melaksanakan fungsi masyarakat dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan melalui: tenaga kerja, produksi dan alokasi
b. Goal attainment ( mencapaian matlamat )Sebuah system dalam suatu kelompok harus mendefinisikan matlamat dan upaya mencapai destinasi utamanya. Kemudian aspek ‘Sistem kepribadian’, adalah melaksanakan fungsi pencapaian matlamat yang telah ditetapkan dalam sistem, dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk destinasi. Sistem pemerintahan’ (sistem politik), melaksanakan fungsi pencapain matlamat dengan mengejar tujuan kemasyarakatan dan memobilisasi aktor (sumber manusia) untuk mencapai tujuan utama yang telah dirumuskan.
c.Integration Sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bahagian dalam sistem. Sistem juga harus mengelola hubungan ketiga fungsi lainnya ( adaptation; goal attainment; latency ) seterusnya ‘ Sistem sosial’, adalah menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bahagian-bahagian dalam sistem. Sedangkan bidang kehidupan, yaitu ‘Komunitas kemasyarakatan’ (contoh, hukum, Undang-Undang atau seperangkat
aturan),adalah akan menjalankan fungsi terbentuknya integrasi, atau mengkoordinasiberagam komponen masyarakat menuju terwujudnya integrasi sosial-budaya.
d. Latency ( pemeliharaan pola )
S e b u a h s i s t e m h a r u s memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, serta memotivasi individu atau pola budaya dalam kelompok untuk bertindak sesuai dengan nilai-aturan yang berlaku. Kemudian aspek ‘ Sistem kultural’, adalah melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang mendorong individu bertindak sesuai dengann n i l a i - n o r m a . S e d a n g k a n b i d a n g ‘ sistem fiduciari’ ,contoh lembaga keluarga,sekolah, dan lembaga keagamaan, berperan menangani fungsi pemeliharaan pola h i d u p d a l a m k e l o m p o k d e n g a n m e n y e b a r k a n n i l a i , n o r m a p a d a a k t o r ( i n d i v i d u ) u n t u k disosialisasikan, diinternalisasikan dan dienkulturasikan’ pada dirinya.. S e t i a p p e n e l i t i d a l a m m e l a k u k a n a n a l i s i s f e n o m e n a s o s i a l -b u d a y a d i masyarakat, apabila menggunakan teori fungsionalisme struktural versi Parsons,seharusnya menggunakan skema AGIL Ada tujuh asumsi dasar Parsons tentang‘fungsionalisme struktural’ , yaitu: (1)sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung;(2) sistem cenderung bergerak ke arah mempertahankan keteraturan diri ataukeseimbangan; (3) sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahanyang teratur; (4) sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentukbagian-bagian lain; (5) sistem memelihara batas-batas dengan lingkungannya;(6) alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental yang diperlukanuntuk memelihara keseimbangan sistem; dan (7) sistem cenderung menuju kearah pemeliharaan keseimbangan diri yang meliputi pemeliharaan batas danpemeliharaan hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan sistem,m e n g e n d a l i k a n l i n g k u n g a n y a n g b e r b e d a - b e d a d a n m e n g e n d a l i k a n kecenderungan untuk merubah sistem dari dalam (Ritzer dan Goodman, 2004).K e t u j u h a s u m s i i n i l a h y a n g m e n e m p a t k a n a n a l i s i s s t r u k t u r k e t e r a t u r a n masyarakat sebagai prioritas utama teori fungsionalisme struktural Parsons
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (2002) oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat
(setelah Perubahan I s.d. IV)
Dalam undang – undang dasar 1945 mengenai hak dan kebebasan yang berkaitan dengan adanya persamaan derajat dan hak juga tercantum dalam pasal – pasalnya secara jelas.Hukum dibuat dimaksudkan untuk melindungi dan mengatur masyarakat secara umum tanpa adanya perbedaan.Ketentuan – ketentuan tentang hak – hak asasi itu yakni pasal 27, 28, 29, dan 31. Empat pokok dari pasal hak – hak asasi dalam UUD 1945, sebagai berikut :
· Pokok Kesatu ( pasal 27 ayat 1 , 27 ayat 2 )kesamaan kedudukan dan kewajiban warga Negara di dalam hukum dan di muka pemerintahan.
· Pokok Kedua ( pasal 28 )kemerdekaan berserikan dan berkumpul.
· Pokok Ketiga ( pasal 29 ayat 2 )kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh Negara.
· Pokok Keempat ( pasal 31 )mengatur hak asasi mengenai pengajaran.
Pasal 27(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. 2)
Pasal 28D(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 2)
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. 2)
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. 2)
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. 2)
Pasal 28I(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. 2)
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. 2)
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.
BAB XIIIPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 4)
Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. 4)
WANITA DAN PEMBANGUNAN MENERUSI PENDIDIKAN
KAJIAN KES “ GURU SANDARAN SEKOLAH DASAR DI KAWASAN
LUAR BANDAR WILAYAH KEPULAUAN RIAU INDONESIA”
Pernyataan Masalah
Guru mempunyai peranan penting di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Setiap
aktifiti masyarakat tidak terlepas dari peranan seorang guru. Sehingga guru di
masyarakat sangat diperlukan dalam memberikan pencerahan dan kemajuan corak hidup
manusia.
Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu yang boleh membantu
pendidikan kejayaan. Menurut Undang-undang pendidikan Republik Indonesia nombor
14 tahun 2005 bab IV seksyen 8. Guru-guru dikehendaki untuk mempunyai kelayakan
akademik, kecekapan, sijil pendidikan, fizikal dan mental yang sihat, dan mempunyai
keupayaan untuk mencapai matlamat pendidikan negara.
Kelayakan akademik yang diperolehi melalui ijazah pengajian tinggi atau
program diploma empat. Kecekapan guru merangkumi kecekapan pedagogi, kecekapan
personaliti, kecekapan sosial dan kecekapan profesional yang diperolehi menerusi
pendidikan profesion. Pensijilan pendidik diadakan oleh sebuah kolej yang mempunyai
program perolehan yang ditauliahkan kakitangan pendidikan dan ditetapkan oleh
Kerajaan.
Berdasarkan kepada perkara-perkara ini untuk menjadi guru di Indonesia, seorang
guru mestilah mempunyai diploma, sehingga menguasai bahan subjek yang
diperuntukkan dan mendalami pengetahuan tentang hal itu, mesti faham ciri-ciri
keperibadian pelajar, menguasai ilmu pengajaran (didaktik) dan kaedah pengajaran
(metodologi), sehingga boleh menyampaikan bahan dan mengajarkan pengajaran yang
baik berasaskan kepada aktiviti utama untuk menghantar bahan pembelajaran. Dengan
pemahaman ilmu pengajaran, guru boleh faham strategi penyampaikan bahan-bahan
pembelajaran sehingga pelajar akan berminat mempelajari, menguasai dan menggunakan
bahan-bahan yang diajar kepadanya.
Namun guru sandaran di sekolah rendah tidak memiliki persyaratan yang
dimaksud karena mereka hanya tamat sekolah menengah atas, dan untuk memenuhi
persyaratan tersebut, mereka diharuskan belajar separuh masa.
Dari data yang diperoleh dari bagian pendidikan dan pengajaran, bahawa yang
banyak menjadi guru sandaran adalah dari kaum wanita.
Sehubungan dengan itu, kajian ini ingin mengkaji fungsi guru sandaran wanita di
sekolah rendah di kawasan luar bandar Wilayah Kepulauan Riau Indonesia.
Kes ini sangat unik menjadikannya minat untuk di selidik dan belum dikaji di Indonesia,
khususnya di Wilayah Kepulauan Riau.
Objektif Penyelidikan
Penyelidikan ini adalah bertujuan untuk:
(i) Mengenalpasti peranan guru sandaran wanita di kawasan Luar Bandar
wilayah Kepulauaan Riau Indonesia.
(ii) Mengenalpasti masalah guru sandaran wanita semasa bertugas sebagai
guru di kawasan Luar Bandar wilayah Kepulauan Riau Indonesia
(iii) Mengenalpasti masalah guru sandaran wanita semasa belajar separuh
waktu .
(iv) Mengenalpasti perbezaan kecekapan yang dimiliki guru sandaran
wanita dan guru kerajaan di kawasan Luar Bandar wilayah Kepulauan
Riau Indonesia
Persoalan Kajian
Untuk memudahkan proses pengumpulan dan analisis data untuk
mencapai objektif-objektif yang dinyatakan, maka kajian ini cuba menjawab
soalan-soalan berikut:
(i) Apakah peranan guru sandaran wanita di kawasan luar
bandar wilayah Kepulauan Riau Indonesia ?
(ii) Apakah masalah guru sandaran wanita di kawasan Luar
Bandar wilayah Kepulauan Riau Indonesia?
(iii) Apakah masalah guru sandaran wanita semasa belajar separuh waktu?
(iv) Adakah perbezaan kecekapan pedagogi guru sandaran wanita dan
guru kerajaan di kawasan Luar Bandar wilayah Kepulauan Riau
Indonesia?
(v) Adakah perbezaan kecekapan profesional guru sandaran wanita dan guru
kerajaan di kawasan Luar Bandar wilayah Kepulauan Riau Indonesia?
(vi) Adakah perbezaan kecekapan sosial guru sandaran wanita dan guru
kerajaan di kawasan Luar Bandar wilayah Kepulauan Riau Indonesia?
(vii) Adakah perbezaan kecekapan personaliti guru sandaran wanita dan guru
kerajaan di kawasan Luar Bandar wilayah Kepulauan Riau Indonesia?
Hipotesis Kajian
Untuk menjawab persoalan kajian iv, v,vi dan vii hipotesis Ho1.1, Ho2.1, Ho3.1
dan Ho4.1 Hipotesis dibina. Hipotesis ini juga diperincikan kepada 12 hipotesis
terbitan, iaitu:
Ho 1.1: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan pedagogi antara guru
sandaran dan guru kerajaan berdasarkan masa kerja
Ho 1.2: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan pedagogi antara guru
Sandaran dan guru kerajaan berdasarkan status usia.
Ho 1.3: Terdapat perpedaan yang signifikan kecakapan pedagogi antara guru
sandaran dan guru kerajaan berdasarkan status perkahwinan
Ho 2.1: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan profesional antara guru
sandaran dan guru kerajaan berdasarkan masa kerja
Ho 2.2: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan profesional antara guru
Sandaran dan guru kerajaan berdasarkan usia.
Ho 2.3: Terdapat perpedaan yang signifikan kecakapan profesional antara guru
sandaran dan guru kerajaan berdasarkan status perkhawinan
Ho 3.1: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan social antara guru
sandaran dan guru kerajaan berdasarkan masa kerja
Ho 3.2: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan social antara guru
Sandaran dan guru kerajaan berdasarkan usia.
Ho 3.3: Terdapat perbezaaan yang signifikan kecakapan social antara guru
sandaran dan guru kerajaan berdasarkan status perkahwinan
Ho 4.1: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan personaliti antara guru
sandaran dan guru kerajaan berdasarkan masa kerja
Ho 4.2: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan personali antra guru
Sandaran dan guru kerajaan berdasarkan usia.
Ho 4.3: Terdapat perpedaan yang signifikan kecakapan personaliti antara guru
sandaran dan guru kerajaan berdasarkan status perkhawinan